BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keragaman tumbuhan yang berada di Indonesia menjadi salah satu peluang yang penting dalam pengembangan potensi Indonesia di era globalisasi. Beribu pulau dengan bermacam- macam tumbuhan yang terdapat didalamnya tentu saja dapat menjadi potensi besar dalam pencarian dan pengolahan sumber obat-obatan. Hal ini didukung pula oleh kebiasaan masyarakat setempat dalam menggunakan berbagai macam tumbuhan sebagai obat tradisional. Obat tradisional sering kali digunakan dalam berbagai kasus penyakit serius antara lain kanker dengan alasan sebagai obat alternatif bila penggunaan obat antikanker modern belum menunjukkan hasil optimal (Wasita, 2011).
Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering diderita wanita dan merupakan penyebab kematian tertinggi pada wanita seluruh dunia. Dari data Badan Kesehatan Dunia tahun 2008, kanker payudara merupakan kanker tersering dengan 1,38 juta kasus baru dan merupakan penyebab 458.000 kematian di dunia per tahun (WHO, 2008). Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2009, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh Rumah Sakit di Indonesia (Rasjidi, 2009).
metabolisme ke arah pembentukan makromolekul dari nukleosida dan asam amino) dan menyebabkan proliferasi sel kanker baru (Nurani, 2012). Proliferasi sel merupakan fungsi dari program daur sel. Sel membutuhkan penghambatan proliferasi yang merupakan sinyal anti pertumbuhan untuk mengontrol dan menjaga keteraturan sel serta homeostasis jaringan, sedangkan sel kanker mempunyai kemampuan proliferasi dan diferensiasi yang sangat tinggi disebabkan karena sel mengekspresikan protein yang abnormal. Terekspresinya protein yang abnormal karena terjadinya mutasi gen yang disebabkan oleh mutagen seperti bahan kimia, radikal bebas, infeksi oleh virus, bakteri dan jamur (Sudiana, 2008; Kumar, et al., 2005).
Model sel kanker payudara yang sering digunakan dalam penelitian adalah sel MCF-7 (Michigan Cancer Foundation-7) dan T47D (Human ductal breast epithelial tumor cell line). Sel MCF-7 merupakan sel kanker payudara yang mengekspresikan reseptor estrogen (ER+) dan berasal dari pleural effusion breast adenocarcinoma seorang pasien wanita Kaukasian berumur 69 tahun, golongan darah O (Crawford dan Bowen, 2002). Sel ini mengekspresikan reseptor estrogen dan memiliki sifat resisten terhadap doksorubisin (Zampieri, et al., 2002) dan tidak mengekspresikan kaspase-3 (Bouker, et al., 2005). Sel MCF-7, P-glikoprotein diekspresikan tinggi, sehingga sensitivitas terhadap agen kemoterapi seperti doksorubisin rendah (Wong, et al., 2006).
vitro karena mudah penanganannya, memiliki kemampuan replikasi yang tidak terbatas atau cepat pertumbuhannya. Selain itu memiliki homogenitas yang tinggi dan mudah diganti sel baru yang telah dibekukan jika terjadi kontaminasi (Abcam, 2007). Sel T47D adalah model sel kanker payudara yang belum resisten terhadap agen kemoterapi doksorubisin namun diketahui memiliki gen p53 yang telah termutasi (Junedi, et al., 2010).
Doksorubisin merupakan agen kemoterapi golongan antrasiklin yang memiliki aktivitas antikanker spektrum luas dan telah digunakan pada berbagai jenis kanker seperti kanker payudara. Penggunaan doksorubisin sebagai agen kemoterapi dibatasi oleh efek toksik terhadap jaringan normal terutama jantung dan menekan sistem imun serta pengurangan dosis doksorubisin mampu mengurangi efek samping dari doksorubisin (Wattanapitayakul, et al., 2005).
bersifat non toksis atau lebih tidak toksik dikombinasikan dengan agen kemoterapi untuk meningkatkan efikasi dengan menurunkan toksisitasnya terhadap jaringan yang normal (Jenie dan Meiyanto, 2007).
Penelitian untuk mendapatkan obat antikanker antara lain dilakukan dengan mencari senyawa-senyawa alam yang berasal dari tumbuhan. Hal tersebut dikarenakan kecenderungan masyarakat untuk kembali ke alam semakin tinggi dengan menggunakan obat tradisional. Tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae
Lour.) di Asia Timur dan Tenggara secara tradisional telah digunakan sebagai stimulan, diuretik, obat malaria, obat diabetes mellitus, demam, infeksi herpes, kanker dan inflamasi selama lebih dari 200 tahun (Zhong, et al., 1979). Daun poguntano di Sumatera Utara umumnya digunakan sebagai obat untuk diabetes mellitus (Harfina, et al., 2012; Sitorus, et al., 2014). Penelitian menunjukkan adanya senyawa flavonoid glukuronida yang terdapat pada ekstrak butanol poguntano, yaitu senyawa apigenin 7-O-β-glucuronide, luteolin 7-O-β -glucuronide dan apigenin 7-O-β-(2″-O-α-rhamnosyl) glucuronide (Huang, et al., 1999).
picfeltarraenin VI (picfeltarraegenin I 3-O-β-D-xylopyranoside). Senyawa picfeltarraenin VI memiliki aktivitas sitotoksik paling besar yaitu IC50
Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC
29 ± 2 mikroM dan 21 ± 1 mikroM (Huang, et al., 1998).
50 (inhibitor
concentration 50). Nilai IC50 menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel (Meiyanto, dkk., 2008). Hasil pengujian sitotoksik larutan uji ekstrak daun poguntano terhadap sel kanker payudara MCF-7 memberikan nilai IC50
Nilai IC
119,906 µg/mL untuk ekstrak n-heksana, 119,990 µg/mL untuk ekstrak etil asetat, dan 307,719 µg/mL untuk ekstrak etanol (Lestari, 2013).
50 ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol daun poguntano pada perlakuan terhadap sel kanker payudara T47D berturut-turut sebesar 509,744 µg/mL, 97,92 µg/mL, dan 306,435 µg/mL. Kombinasi ekstrak
n-heksana daun poguntano dengan doksorubisin memberikan efek sinergis tetapi kurang selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 serta tidak menunjukkan mekanisme apoptosis (Lestari, 2013). Nilai IC50 ekstrak etil asetat daun poguntano (EEADP) terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D berturut-turut sebesar 119,990 µg/mL dan 97,92 µg/mL menunjukkan bahwa EEADP IC50
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang daun poguntano yaitu untuk mengetahui ekstrak etil asetat daun poguntano memiliki efek sebagai ko-kemoterapi terhadap kanker payudara, kombinasi dengan
doksorubisin, indeks selektivitas, penghambatan siklus sel, pemacuan apoptosis dan penekanan ekspresi siklin D1 dan Bcl-2.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano memiliki efek sinergis bila
dikombinasikan dengan doksorubisin dan dapat diketahui konsentrasi optimalnya?
b. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D?
c. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menghambat siklus sel?
d. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat memacu apoptosis? e. apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil
asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menekan ekspresi protein siklin D1 dan Bcl-2?
1.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah:
b. ekstrak etil asetat daun poguntano selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D.
c. ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menghambat siklus sel. d. ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat
daun poguntano dengan doksorubisin dapat memacu apoptosis.
e. ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menekan ekspresi protein siklin D1 dan Bcl-2.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
a. mengetahui apakah ekstrak etil asetat daun poguntano memiliki efek sinergis bila dikombinasikan dengan doksorubisin dan dapat diketahui konsentrasi optimalnya.
b. mengetahui apakah ekstrak etil asetat daun poguntano selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 dan T47D.
c. mengetahui apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menghambat siklus sel.
e. mengetahui apakah ekstrak etil asetat daun poguntano dan kombinasi ekstrak etil asetat daun poguntano dengan doksorubisin dapat menekan ekspresi protein siklin D1 dan Bcl-2.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi:
a. sebagai pengembangan daun poguntano menjadi sediaan obat tradisional yang efektif dan selektif sebagai ko-kemoterapi antikanker.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian
1. Makroskopik
6. Kadar sari larut
dalam air
7. Kadar sari larut
dalam etanol.
Sel Vero Indeks selektivitas
(IS) Ekstrak n-heksana daun
poguntano (ENDP)
Ekstrak etil asetat daun poguntano (EEADP) protein siklin D1 dan Bcl-2
Ekspresi protein siklin D1 dan Bcl-2 Sel MCF-7
Sel MCF-7