• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi - Evaluasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian

yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok atau suatu kegiatan. Sebagai

penilaian, bisa saja penilaian ini menjadi netral, positif, negatif atau bahkan

gabungan dari keduanya. Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat dari

pada suatu kegiatan. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi

mengambil keputusan tentang nilai atau manfaat. Data yang diperoleh dari hasil

pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya

(http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi diakses pada tanggal 28 mei 2014 pukul 20.35 WIB).

Pengertian lain dikemukakan oleh H. Weis (dalam Jones, 2001) yang

menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang

manfaat atau efektifitas suatu program melalui indicator yang khusus, teknik

pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan, dari berbagai pengertian yang

telah disebutkan, evaluasi semestinya mempunyai tolak ukur atau target sasaran yang

telah ditetapkan dari awal perencanaan dan merupakan tujuan yang hendak dicapai.

Dari fungsi-fungsi Evaluasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli,

dapatlah disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh

seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program. Keberhasilan

program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program

(2)

Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi

pada pelaksanaan atau penerapan program. Evaluasi (Suhartono, 2008: 119)

bertujuan untuk:

1. Mengindentifikasi tingkat pencapaian tujuan.

2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.

3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana (exterbalities).

2.1.2 Fungsi Evaluasi

Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara

lain:

1. Evalusi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai

kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat

dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan

seberapa jauh tujuan-tujuan dan target tertentu yang telah dicapai.

2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai

yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan

mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.

3. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis

kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi

tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada

perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada

defenisi alternative kebijakan yang baru atau revisi kebijakan.

(3)

seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan

program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program

tersebut.

2.1.3 Proses Evaluasi

Jika ditinjau dari tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap

suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis (Siagian dan Suriadi, 2012:

173) yaitu:

1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menerapkan prioritas

terhadap berbagai alternative dan kemungkinan atas cara pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan

pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah

pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada

perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya

direncanakan.

3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis

hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan.

2.1.4 Tolak Ukur Evaluasi

Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang nantinya

dijadikan penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan

tujuan yang dibuat sebelumnya harus memiliki tolak ukur, dimana tolak ukur ini

(4)

Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi sebuah program adalah:

1. Tolak ukur dalam Evaluasi pada tahap perencanaan adalah:

a. Mempunyai sebuah program yang akan disosialisasikan.

b. Mempunyai sebuah tujuan yang akan disosialisasikan.

c. Mempunyai metode-metode yang akan digunakan untuk

disosialisasikan.

2. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pelaksanaan adalah:

a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang telah

direncanakan.

b. Apakah tujuan dapat dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan.

c. Apakah metode-metode sesuai dengan yang telah direncanakan.

d. Apakah sarana yang ada dapat mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

3. Tolak ukur evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan adalah :

Apakah hasil yang diperoleh (evektivitas dan efisiensi) sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai (Suwito, 2002:16).

2.2 Pengertian Program

Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang

berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan

unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Manila

(dalam Jones, 2001: 43) mengemukakan bahwa program akan menunjang

implementasi, karena dalam program telah dimuat beberapa aspek antara lain:

(5)

c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.

d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.

2.3 Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif

pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya dimana hasil evaluasi tersebut

dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di masa

depan (Siagian, Matias. 2011: 193). Dapat diketahui bahwa evaluasi pelaksanaan

program adalah sejauhmana pelaksanaan suatu program, yaitu sosialisasi yang

dilakukan, ketepatan sasaran dan waktu program, pelayanan program yang diberikan,

manfaat dan tujuan serta penanganan dari sejumlah pengaduan masyarakat terhadap

program.

2.4 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.4.1. Kebijakan Publik

Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula

gevermance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara

langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, financial, dan

manusia demi kepentingan public, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau

warga negara.

Banyak defenisi mengenai kebijakan public. Sebagian ahli memberikan

(6)

pemerintah untuk melakukan sesuatu tindakan yang dianggap akan membawa

dampak bagi kehidupan warganya. Kebijakan public pada umumnya mengandung

pengertian mengenai “what ever government choose to do or not to do”. Artinya kebijakan publik adalah “apasaja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak

dilakukan” (Brigdman dan Davis, dalam Suhartono, 2009: 3).

Tidak berarti bahwa kebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja.

Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan lembaga-lembaga sukarela lainnya

meimiliki kebijakan-kebijakan pula. Namun, kebijakan mereka tidak dapat diartikan

sebagai kebijakan publik karena kebijakan mereka tidak memakai sumber daya

publik atau tidak memiliki legalitas hukum sebagaimana kebijakan lembaga

pemerintah.

Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Hogwood dan

Gunn, dalam Suhartono, 2009: 5).

1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atas

pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai.

2. Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang

telah dipilih.

3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.

4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan

sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.

5. Keluaran, yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah, sebagai

produk dari kegiatan tertentu.

6. Teori yang menjelaskan bahwa jika melakukan X maka diikuti oleh Y

(7)

Brigman dan Davis (dalam suhartono, 2008 : 4-7) menerangkan bahwa

kebijakan publik sedikitnya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan yakni:

1. Kebijakan publik sebagai tujuan

Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untuk mencapai sebuah tujuan. Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan publik.

Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang

didesain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diharapkan oleh publik

sebagai konstituen pemerintah.

2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal

Melalui kebijakan-kebijakan, pemerintah membuat ciri khas kewenangannya.

Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi pilihan

tindakan-tindakan yang legal atau sah untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan

kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi terhadap isu atau

masalah publik.

3. Kebijakan publik sebagai hipotesis

Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan

akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi

mengenai perilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong

orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan juga selalu memuat dinsentif yang

mendorong orang tidak melakukan sesuatu.

2.4.2. Kebijakan Sosial

Kebijakan publik adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan

(8)

bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan

masyarakat banyak (Bessant, Watts, dan Smith, dalam Suhartono, 2009:10).

Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori, yaitu

perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan

kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau

peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari

kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan berbentuk perundang-undangan.

Kebijakan sosial sering kali melibatkan program-program bantuan yang sulit

dilihat secara kasat mata. Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang sulit

mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik lainnya.

Secara umum, kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial. Kebijakan

transportasi, jalan rayam air bersih, pertahanan dan keamanan merupakan beberapa

kebijakan publik. Sedangkan kebijkaan mengenai jaminan sosial, seperti bantuan

sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin atau

rentan adalah contoh kebijakan sosial (Suhartono, 2009: 11-12).

Kebijakan sosial sejatinya merupakan kebijakan kesejahteraan (welfare policy), yakni kebijakan pemerintah yang secara khusus melibatkan program-program pelayanan sosial bagi kelompok-kelompok kurang beruntung yakni para

pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial seperti keluarga miskin, anak terlantar,

pekerja anak, korban HIV/AIDS, penyalahguna narkoba dan kelompok-kelompok

rentan lainnya, baik secara ekonomi maupun psikososial. Setiap Negara memiliki

(9)

2.5 Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan

bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang telah

ditetapkan sebagai peserta PKH. Agar memperoleh bantuan, peserta PKH diwajibkan

memenuhi persyaratan dan komitmen yang terkait dengan upaya peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Sementara

itu, UPPKH adalah unit pelaksana PKH yang dibentuk baik di pusat dan daerah. Di

pusat disebut UPPKH Pusat dan didaerah disebut UPPKH Kabupaten/Kota.

Peserta PKH adalah RTSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria yaitu

memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau usia 5-7 tahun yang belum masuk

pendidikan SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan

pendidikan dasar.Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH

Pusat melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan

RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Adapun

penyelenggaraan PKH bersifat multisektoral baik dipusat maupun didaerah yang

melibatkan instansi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan hingga desa serta masyarakat.

2.5.1 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan memutus

rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada

kelompok masyarakat miskin, serta merubah perilaku RTSM yang relatif kurang

mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya

mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Sedangkan

(10)

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;

2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di

bawah 6 tahun dari RTSM;

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM.

2.5.2 Ketentuan Peserta PKH

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, yang menjadi peserta PKH adalah

rumah tangga sangat miskin yang sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi satu

atau beberapa kriteria program(Kementrian Sosial R.I, 2013: 32-33), yaitu: 1. Memiliki ibu hamil/nifas, dan atau

2. Memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan

SD, dan atau

3. Memiliki anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum

menyelesaikan pendidikan dasar.

Setiap peserta PKH diberikan kartu peserta PKH sebagai bukti kepesertaan

atas nama perempuan dewasa (ibu, nenek, bibi) yang mengurus RTSM. Kartu

tersebut digunakan untuk menerima bantuan PKH. Sesuai pedoman pelaksanaan

Jamkesmas tahun 2009, kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu jamkesmas untuk

seluruh keluarga penerima PKH.Kepesertaan PKH tidak menutup keikutsertaannya

pada program-program pemerintah lainnya yang termasuk pada klaster I, seperti:

(11)

2.5.3Proses Pelaksanaan PKH

Proses Pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat dilihat dalam gambar

berikut, yaitu:

Gambar 2.1 Proses PKH

Keterangan:

1) Target Program Keluarga Harapan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM).

2) Rekuitmen Pendampingan dan Operator. Pendamping kemudian melakukan

sosialisasi kepada calon peserta PKH.

3) Pendamping melakukan validasi data yang diperoleh dari UPPKH pusat dan

kemudian mengembalikan data itu lagi kepada UPPKH.

Targeting Validasi Penerimaan

(12)

4) Penerimaan PKH yang sesuai dengan kriteria PKH. Kemudian peserta PKH

mendapatkan kartu peserta.

5) Penerimaan dana PKH. Peserta yang dapat mengambil adalah ibu yang

menjadi anggota dalam PKH dengan menunjukan kartu PKH dan tidak dapat

diwakilkan untuk pengambilan langsung ke kantor pos terdekat.

6) Verifikasi data dilakukan pendamping setiap 3bulan sekali untuk mengecek

perubahan data peserta PKH.

7) Pemuktahiran data dilakukan oleh operator dengan mengirimkan data peserta

PKH yang telah diverifikasi kepada UPPKH pusat. Data tersebut dijadikan

sebagai acuan untuk menentukan besarnya dana PKH tahap selanjutnya.

8) Bagi peserta dan non peserta yang memiliki pertayaan atau pengaduan terkait

pelaksanaan PKH baik disampaikan langsung kepada koordinator peserta,

pendamping kantor UPPKH Kabupaten maupun secara tulisan.

9) Pelaksanaan PKH dilapangan dimonitoring dan permasalahan yang terjadi

dilapangan selanjutnya dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dimasa

yang akan datang.

2.5.4 Hak dan Kewajiban Penerima PKH

2.5.4.1 Hak Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan

Calon peserta PKH adalah Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang ditetapkan

sebagai calon peserta PKH dan akan menerima bantuan bidang kesehatan, jika pada

saat pendataan ditemukan anggota keluarganya terdiri dari: (i) Ibu hamil; (ii) Ibu

(13)

Calon peserta PKH selanjutnya ditetapkan sebagai peserta PKH apabila calon

peserta tersebut telah menghadiri pertemuan awal dan/atau menandatangani surat

perjanjian untuk mematuhi komitmen yang ditetapkan dalam program.

Hak Peserta PKH Bidang Kesehatan :

KSM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang

tunai. Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta PKH setiap tiga bulan satu kali

melalui kantor pos terdekat.

1) Bantuan tunai tahap pertama akan diberikan jika peserta PKH telah

menghadiri acara pertemuan awal yang dikoordinir oleh UPPKH Kecamatan

dan telah mengunjungi puskesmas atau posyandu,

2) Bantuan tunai tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga peserta

PKH memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program. Bukti

bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen harus

diverifikasi dalam form verifikasi kesehatan oleh petugas kesehatan serta

menunjukkan buku Kesehatan Ibu dan Anak.

2.5.4.2 Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan

Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH harus

memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajibanyang dimaksud

adalah:

1. Menghadiri pertemuan awal

Pertemuan awal yang dikoordinasi oleh UPPKH Kecamatan diselenggarakan

ditingkat kecamatan. Tempat pertemuan diupayakan dilokasi terdekat dengan tempat

(14)

a. Sosialisasi PKH, dengan tujuan sebagai berikut:

1) Menginformasikan tujuan, besaran bantuan, mekanisme dan hal terkait

lain dengan PKH;

2) Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukajn oleh calon

peserta PKH untuk dapat menerima bantuan;

3) Menjelaskan hak dan kewajiban ibu dan atau wanita dewasa yang

mengurus anak pada rumahtangga yang bersangkutan;

4) Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak

memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program;

b. Melakukan kunjungan awal ke Pusat Pelayanan Kesehatan

c. Mematuhi komitmen untuk mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan

(PPK), sesuai dengan jadwal yang telah disepakati

d. Memeriksa dan memperbaiki data pribadi peserta PKH yang ada dalam

Formulir Validasi serta ditandatangani oleh peserta PKH

e. Mengumpulkan semua Formulir Validasi yang suah ditandatangani oleh

peserta PKH sebagai bukti kesiapan mereka mengikuti semua persyaratan dan

ketentuan yang ditetapkan PKH

f. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat

pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH

g. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas

pelaksanaan PKH

h. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan pemilihan ketua

kelompok

(15)

Calon penerima bantuan PKH (dalam hal ini ibu atau wanita dewasa yang

memiliki/mengurus anak pada KSM) diwajibkan menghadiri acara pertemuan awal

tersebut. Jika berhalangan maka pendamping PKH akan mengatur sedemikian rupa

agar tujuan kegiatan pertemuan tetap dapat terlaksana (misalnya, pendamping

mengunjungi calon peserta PKH atau menyelenggarakan pertemuan susulan jika

jumlah calon peserta PKH banyak yang berhalangan). Petugas UPPKH kecamatan

(pendampingh) juga mengundang petugas puskesmas kecamatan untuk menghadiri

pertemuan tersebut.

2. Melakukan Kunjungan Awal ke Posyandu

Segera setelah pertemuan awal, seluruh peserta PKH Kesehatan wajib

melakukan kunjungan awal ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya, tujuannya

untuk:

a. Dicatat data kesehatan anggota keluarganya pada awal program

b. Mendapat informasi awal kunjungan berikutnya bagi setiap anggota keluarga

peserta PKH yang ditentukan oleh kader posyandu atau petugas kesehatan

lainnya sesuai persyaratan yang ditentukan.

3. Mematuhi Komitmen untuk Mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan Sesuai

dengan Jadwal yang Telah Disepakati

Sebagai penerima bantuan kesehatan PKH, tiap peserta harus melakukan

(16)

Tabel 2.1 Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH

Sasaran Persyaratan (kewajiban peserta)

Ibu Hamil Melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care)

sebanyak minimal 4 kali (K1 di trimester 1, K2 di

trimester 2, K3 dan K4 di trimester 3) selama masa

kehamilan.

Ibu Melahirkan Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih

Ibu Nifas Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan

atau diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum

bayi mencapai usia 28 hari

Bayi Usia 0-11

Bulan

Anak berusia di bawah 1 tahun harus diimunisasi lengkap

dan ditimbang secara rutin setiap bulan.

Bayi Usia 6-11

Bulan

Mendapat suplemen tablet vitamin A

Anak Usia 1-5

Tahun

Dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan

penimbangan secara rutin setiap 1 bulan;

Mendapatkan vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada

bulan Februari dan Agustus

Anak Usia 5-6

Tahun

Melakukan penimbangan secara rutin setiap 3 bulan sekali

dan/atau mengikuti program pendidikan anak usia dini.

(17)

2.5.4.3 Hak Penerima PKH dalam Bidang Pendidikan

Rumah Tangga Sangat Miskin yang terpilih sebagai peserta PKH berhak

memperoleh bantuan tunai jika telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.

Besaran uang tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan

jenjang pendidikan yang diduduki oleh anak.

Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta setiap tiga bulan melalui

kantor pos terdekat. Bantuan tunai langsung diterima oleh ibu RTSM atau

perempuan yang mengasuh anak usia 0-15 tahun, atau anak yang usia 15-18 tahun

yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.

1. Untuk tahap pertama, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan diberikan

jika peserta PKH (ibu/perempuan dewasa) telah menghadiri acara pertemuan

awal yang dikoordinir UPPKH Kecamatan dan anak-anak dari keluarga peserta

PKH sudah terdaftar disatuan pendidikan yang telah ditetapkan.

2. Untuk tahap berikutnya, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan

diberikan jika anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah memenuhi komponen

pendidikan yang telah ditetapkan (yakni kehadiran minimal 85% di kelas atau

kelompok belajar). Sebagai bukti anak-anak telah memenuhi komitmen

pendidikan, diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik

(guru/tutor) dan diketahui oleh kepala sekolah atau ketua penyelenggara satuan

pendidikan.

2.5.4.4 Kewajiban Peserta PKH dalam Bidang Pendidikan

Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH diharuskan

(18)

a. Menghadiri Pertemuan awal

Sebelum bantuan tahap pertama dibayarkan, pertemuan awal yang

dikoordinasikan oleh UPPKH Kecamatan akan diselenggarakan ditingkat

Kecamatan. Seluruh calon peserta PKH yang terpilih (dalam hal ini Ibu) diwajibkan

menghadiri acara pertemuan tersebut. Kantor UPPKH Kecamatan juga akan

mengundang perwakilan para tenaga pendidik untuk menghadiri acara pertemuan

tersebut. Tujuan pertemuan ini adalah untuk:

1. Menginformasikan tujuan, tingkat bantuan, mekanisme dan lainnya mengenai

PKH serta membagikan bahan-bahan program (buku saku peserta PKH)

2. Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukan calon peserta PKH

untuk dapat menerima bantuan

3. Menjelaskan hak dan kewajiban Ibu peserta PKH

4. Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak

memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program

5. Menjelaskan perlunya melakukan pendaftaran ke sekolah/satuan pendidikan

bagi anak-anak yang belum terdaftar di sekolah/satuan pendidikan (khusus

peserta PKH pendidikan)

6. Menjelaskan perlunya melakukan kunjunagn awal ke Puskesmas untuk

menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta PKH

Kesehatan

7. Membantu peserta PKH mengisi Formulir Klarifikasi data (perbaikan data

pribadi peserta)

8. Mengumpulkan semua Formulir Klarifikasi yang sudah diisi dan Formulir

(19)

9. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas

pelaksanaan PKH

10.Memfasilitsi pembentukan kelompok peserta PKH dan memfasilitasi

pemilihan Ketua Kelompok

11.Menjelaskan kewajiban Ketua Kelompok dalam PKH

b. Mendaftarkan Anak ke Satuan Pendidikan

Apabila hasil klarifikasi/perbaikan data anggota rumahtangga, yang

dilakukan ketika pertemuan awal, ditemukan adanya:

1. Anak usia sekolah (6-15 tahun) belum terdaftar disekolah, maka Ibu dari

RTSM peserta PKH harus segera mendaftarkan anak tersebut ke sekolah

SD/MI atau SMP/MTs atau satuan pendidikan setara SD atauSMP

2. Anak usia 15-18 tahuun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar dan

atau buta aksara, maka ibu dari RTSM peserta PKH harus mendaftarkan anak

tersebut ke sekolah terdekat atau satuan pendidikan non formal (seperti:

keaksaraan fungsional, Paket A setara SD atau Paket B setara SMP atau

pendidikan pesantren setara SD/SMP

3. Anak usia 6-15 tahun dan usia 15-18 tahun namun belum

menyelesaikanpendidikan dasar dan diketahui bahwa mereka bekerja, baik di

sektor formal maupun informal, maka Ibu dari RTSM peserta PKH harus

mengikutkan anak tersebut ke dalam program persiapan pendidikan (seperti:

rumah singgah, rumah perlindungan sosial anak, panti sosial asuhan anak, dll)

dan selanjutnya mendaftarkan anak tersebut ke satuan pendidikan formal dan

non-formal (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat [PKBM], Sanggar Kegiatan

(20)

Ketika melakukan pendaftaran anak ke satuan pendidikan tersebut, Ibu

RTSM akan didampingi oleh pendamping PKH dari kantor UPPKH Kecamatan.

Informasi nama sekolah dan/atau nama penyelenggara pendidikan non formal

selanjutnya harus dilaporkan ke pendamping PKH untuk keperluan pelaksanaan

program lebih lanjut.

c. Mematuhi Komitmen

Kewajiban peserta PKH selanjutnya adalah mematuhi komitmen atau

persyaratan yang ditetapkan dalam program, yaitu:

1. Bagi peserta PKH dengan anak usia 6-15 tahun

a. Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-15 tahun harus mendaftarkan

anak tersebut di sekolah SD/MI atau SMP/MTs atau pendidikan

kesetaraan. Jika sudah terdaftar disatuan pendidikan, anak tersebut

harus mengikuti kehadiran minimal 85% dari hari efektif tatap muka

dalam sebulan selama tahun pelajaran berlangsung.

b. Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi), apabila

jumlah hari sekolah dalam satu bulan adalh 22-20 hari, jumlah

maksimal ketidakhadiran anak di sekolah yang diperbolehkan adalah

3 hari.

c. Pengecualian dilakukan bagi peserta didik yang absen karena sakit

atau terjadinya bencana alam di daerah tersebut. Jika absen karena

sakit lebih dari 3 hari secara berturut-turut, peserta didik tersebut

diwajibkan memberikan surat keterangan sakit yang dikeluarkan oleh

dokter atau petugas kesehatan yang diakui. Selain itu pengecualian

(21)

Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi) bagi pendidikan

kesetaraan, jumlah hari tatap muka dalam satu bulan harus memenuhi 85% tatap

muka. Sebagai contoh, apabila tatap muka berjumlah 3 kali per minggu atau 12 kali

per bulan, maka kehadiran harus memenuhi 10,2 hari atau dibulatkan menjadi 10 kali

pertemuan. Hal ini juga berlaku pada kegiatan yang ada dipanti sosial dan isntitusi

serupamyang menangani pekerja anak atau mereka yang membutuhkan program

penyesuaian kembali ke bangku sekolah.

2. Bagi peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas

Peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas (tuna daksa,

keterbelakangan mental, keterbatasan penyerapan dan sejenisnya) memiliki

pengecualian dalam hal usia. Semua anak dari kelompok ini yang masih mengikuti

pendidikan dasar tidak dibatasi rentang usianya (6-15 tahun) jika peserta didik

tersebut dapat didaftarkan di sekolah khusus (seperti, SDLB/SMPLB) maupun

sekolah umum yang menyediakan program khusus. Komimen yang harus dipenuhi

tetap berbasi tingkat kehadiran 85%.

2.5.5 Hak dan Kewajiban Pemberi PKH Dalam Bidang Kesehatan 2.5.5.1 Hak Pemberi Pelayanan Kesehatan

Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program JPKMM.

Maka kegiatan PKH kesehatan sepenuhnya dibiayai Jamkesmas dari sumber

JPKMM/Jamkesmas di puskesmas. Oleh karena itu, hak-hak yang diterima PPK

sesuai dengan apa yang diatur dalam petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

(22)

2.5.5.2 Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan

a. Menetapkan jadwal kunjungan

Pada tahap awal pelaksanaan, puskesmas dan posyandu memiliki peran

penting dalam menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta

PKH ke berbagai fasilitas kesehatan. Prosedur penetapan jadwal kunjungan peserta

PKH adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas akan menerima formulir jadwal kunjungan peserta PKH

kesehatan dari UPPKH Kecamatan (Pendamping). Dalam formulir jadwal kunjungan

tersebut sudah tertulis nama anggota keluarga, jenis pelayanan/pemeriksaan

kesehatan yang diwajibkan, status pelayanan/pemeriksaan kesehatan, tanggal dan

nama/tempat pelayanan kesehatan.

2. Untuk mengisi status pemberian pelayanan kesehatan:

a. Jika calon peserta PKH sudah pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas dan atau jaringan kerja Puskesmas tersebut, maka petugas

puskesmas harus mencocokkan dengan register yang tersedia di Puskesmas

(yaitu kohor ibu hamil, KMS, buku imunisasi, penimbangan, dll).

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku register, petugas

puskesmas mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan yang

sudah diberikan kepada setiap anggota keluarga peserta PKH.

b. Jika calon peserta PKH belum pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan

di Puskesmas dan atau jaringan kerja Puskesmas (ini berarti register calon

peserta tersebut tidak tersedia di puskesmas), maka petugas puskesmas

harus menanyakan langsung kepada calon peserta PKH pada waktu acara

(23)

c. Setelah klarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dilakukan, petugas

puskesmas menetapkan tanggal dan nama sarana kesehatan/PPK yang harus

dikunjungi oleh seluruh anggota keluarga peserta PKH yang disyaratkan.

d. Formulir kunjungan yang sudah terisi akan diambil langsung oleh

pendamping PKH di puskesmas (paling telat 1 minggu sebelum acara

pertemuan awal).

b. Menghadiri pertemuan awal

Perwakilan puskesmas akan diundang untuk menghadiri acara pertemuan

awal dengan seluruh calon peserta PKH. Dalam pertemuan ini, petugas puskesmas

berkewajiban untuk:

1. Mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dengan calon peserta

PKH, khususnya bagi mereka yang datanya tidak tercatat dalam register.

2. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat PPK

terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH.

c. Memberi Pelayanan Kesehatan

Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan baik

secara aktif maupun pasif kepada semua peserta PKH. Secara aktif, misalnya

mengunjungi peserta PKH yang tidak hadir sesuai jadwal yang sudah ditetapkan

untuk diberikan pelayanan dan pembinaan. Secara pasif dengan cara memberikan

pelayanan kesehatan bagi peserta yang mendatangi fasilitas kesehatan. Dalam

memberikan pelayanan, petugas kesehatan harus mengacu kepada ketentuan dan

pedoman pelayanan kesehatan yang berlaku.

Penetapan persyaratan PKH kesehatan akan berimplikasi pada peningkatan

(24)

kesehatan harus menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan (seperti,

Vitamin A, Vaksin, tenaga kesehatan, dll).

d. Memverifikasi Komitmen Peserta PKH

Pembayaran bantuan komponen kesehatan pada tahap berikutnya diberikan

atas dasar verifikasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas. Jika peserta PKH

memenuhi komitmennya (yaitu mengunjungi fasilitas kesehatan yang sudah

ditetapkan sesuai jadwal kunjungan di atas), maka peserta PKH akan menerima

bantuan tunai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.5.6 Jaringan Pemberi Layanan Kesehatan

1. Puskesmas

Puskesmas diharapkan mampu memberi seluruh paket layanan kesehatan

yang menjadi persyaratan bagi peserta PKH Kesehatan termasuk memberikan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (puskesmas PONED) dan rujukan

Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.

2. . Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling)

Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling yang merupakan satelit

Puskesmas (jika dilengkapi dengan tenaga bidan), sangat diharapkan dapat

memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir.

3. Polindes/Poskesdes

Pondok bersalin desa (dikenal dengan sebutan Polindes) biasanya dilengkapi

dengan tenaga bidan desa. Polindes diharapkan mampu memberikan pelayanan

kesehatan dasar bagi ibu selama kehamilan, pertolongan persalinan, dan bayi baru

(25)

4. Posyandu

Posyandu yang dikelola oleh para kader kesehatan dengan bantuan dan

supervisi dari Puskesmas, Pustu, serta Bidan desa diharapkan dapat memberikan

pelayanan antenatal, penimbangan bayi dan balita, pemantauan tumbuh kembang,

serta penyuluhan kesehatan.

5. Bidan Desa

Disamping memberikan pelayanan kesehatan di Polindes, bidan desa yang

melakukan praktek di rumah dapat dimanfaatkan oleh peserta PKH, khususnya

dalam pemeriksaan ibu hamil, memberikan pertolongan persalinan, maupun

memberikan pertolongan pertama pada kasus-kasus kegawatdaruratan.

6. Rumah Sakit dan Balai Kesehatan

Rumah Sakit dan Balai Kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan

rawat jalan dan rawat inap, termasuk memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal

Emergensi Komprehensif (PONEK). Pelayanan di Rumah Sakit dan Balai Kesehatan

harus melalui proses rujukan dari puskesmas, kecuali pada kasus emergensi.

Rumah Sakit dalam program Jamkesmas meliputi: RS Pemerintah dan

beberapa RS Swasta yang melayani peserta Jamkesmas. Sedangkan Balai Kesehatan

meliputi Balai Kesehatan milik pemerintah dan pemerintah daerah: Balai Pelayanan

Pengobatan Penyakit Paru (BP4), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai

Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM), Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM),

(26)

2.5.7 Jaringan Pemberi Pelayanan Pendidikan

a. Lembaga Pendidikan

Jenis lembaga pendidikan dasar yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak

penerima PKH adalah:

1. Lembaga pendidikan formal

a. Sekolah dasar (SD)

b. Sekolah dasar luar biasa (SDLB)

c. Madrasyah Ibtidaiyah (MI)

d. Sekolah menegah pertama (SMP)

e. Sekolah menegah pertama luar biasa (SMPLB)

f. SMP terbuka

g. Madrasyah Tsanawiah (MTs)

h. Pesantren Salafiyah

i. Pesantren diniyah formal

2. Lembaga pendidikan non formal

a. BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar)

b. SKB (Sanggar Kegiatan Belajar)

c. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)

d. Pondok pesantren penyelenggara pendidikan kesetaraan

e. Lembaga pendidikan alternatif khusus, sekolah komunitas dan layanan

(27)

b. Peran Pemberi Pelayanan Pendidikan

Lembaga pendidikan tersebut diatas memiliki peranan penting untuk

mensukseskan pencapaian tujuan PKH Pendidikan. Peran yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Menerima pendaftaran anak peserta PKH di satuan pendidikan

2. Memberi pelayanan pendidikan

3. Melakukan verifikasi komitmen peserta PKH Pendidikan

2.5.8 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan

Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin

(RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun

dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah

lbu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan

(jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi

penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama

ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang

harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di

Kartu PKH.

Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama

mereka menerima bantuan, mereka akan:

1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namun belum

selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar;

2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur

(28)

3) Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas

kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil.

Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi

fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH Kesehatan

adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi

kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan

kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).

Meliputi misalnya anak usia 0-11 bulan harus mendapat imunisasi lengkap dan di

timbang berat badannya secara rutin setiap bulan, anak usia 6-11 bulan harus

mendapatkan Vitamin A sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun. Sedangkan bagi ibu

hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak

empat kali dan ketika melahirkan harus di tolong oleh tenaga kesehatan dan beberapa

ketentuan lainnya.

Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan

angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka

pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Anak penerima PKH Pendidikan

yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun

harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir

sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka dalam sebulan. Setiap anak peserta PKH berhak

menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan

PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup

membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH

(29)

2.5.9 Besar Bantuan PKH

Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah

anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen

kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah

sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat

yang ditentukan.

Tabel 2.2 Skenario Bantuan per RTSM per Tahun

Skenario Bantuan

Bantuan tetap

Bantuan bagi RTSM yang memiliki

a. Anak usia dibawah 6 tahun

b. Ibu hamil/menyusui

c. Anak usia SD/MI

d. Anak usia SMP/MTs

Rata-rata bantuan per RTSM

Bantuan minimum per RTSM

Bantuan maksimum per RTSM

Bantuan Bantuan per RTSM per tahun

Rp. 300.000

Keterangan: Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6

tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah

anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas

minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per

(30)

Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan maka

besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:

1) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bula. Maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp.50.000,-

2) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp.100.000,-

3) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka

bantuan akan berkurang sebesar Rp.150.000,-

4) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan

berturut-turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam periode pembayaran.

2.5.10 Keikutsertaan Daerah dalam PKH

Keikutsertaan daerah dalam PKH dilakukan melalui tahapan berikut:

1) Tahap pertama adalah pemilihan provinsi yang dilakukan atas dasar:

a. Kesediaan pemerintah provinsi pada saat Munsrenbang.

b. Keberagaman karakteristik daerah (tingkat kemiskinan

tinggi/sedang/rendah, daerah perkotaan/perdesaan, daerah

kepulauan/pesisir, daerah dengan aksesibilitas relatif/mudah/sulit, dll).

2) Tahap kedua adalah pemilihan kabupaten/kota dan kecamatan.

a. Pemilihan kabupaten/kota dan kecamatan dilakukan dengan

memperhatikan data BPS berdasarkan kriteria: (i) tingginya angka

kemiskinan. (ii) angka gizi buruk dan angka transisi dari SD/MI ke

SMP/MTs, (iii) ketersediaan sarana dan prasarana (supply) baik secara

(31)

c. Adanya kriteria khusus, seperti daerah yang mengalami bencana (pasca

bencana).

2.5.11 Pemilihan Peserta PKH

Target penerima bantuan PKH adalah rumah tangga yang sangat miskin

(RTSM). Penetapan rumah tangga sasaran sebagai RTSM dilakukan dengan

menggunakan metodologi dan indikator yang trasparan. Secara umum, proses

penetapan RTSM sampai menjadi peserta PKH adalah sebagai berikut:

1) Pemilihan RTSM sebagai calon peserta PKH

Sebuah rumah tangga dikategorikan sebagai RTSM jika rumah tangga

tersebut memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan dari

hasil model estimasi yang menggunakan faktor-faktor yang secara statistik memiliki

korelasi dengan kemiskinan multidimensi, seperti kondisi demografi dan

sosio-ekonomi. Indikator-indikator ini lebih lanjut dikembangkan kedalam kuesioner yng

digunakan untuk memverifikasi status kemiskinan rumah tangga.Rumah tangga yang

berpotensi dipilih sebagai calon peserta PKH pada tahun 2007 adalah rumah tangga

dengan kategori sangat miskin dan terdapat anggota keluarga yang terdiri dari: ibu

hamil, ibu nifas, dan anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun atau lebih dari 15

tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar.

Verifikasi status kemiskinan rumah tangga dilakukan melalui survey terhadap

calon peserta thun 2007, verifikasi dilakukan oleh BPS dengan data dasar penerima

diambil dari data BLT kategori sangat miskin dan miskin, dan data pendukung

lainnya untuk memasukan rumah tangga pada kedua kategori tersebut namun bukan

penerima BLT. Dalam melakukan verifikasi , petugas terdiri atas nsur BPS, non BPS

(32)

2) Penetapan peserta PKH

Informasi yang diperoleh dari survei diatsa digunakan untuk mengurutkan

RTSM berdasarkan tingkat kemiskinannya, agar distribusi RTSM antar kecamatan

tersebar secara proporsional, dengan menggunakan model statistik ditetapkan kuota

per kecamatan. Penetapan peserta PKH dilakukan oleh UPPKH pusat. Sebelum

penetapan, UPPKH pusat dapat berkoordinas dengan tim teknis PKH pusat, tim

koordinai PKH provinsi dan tim koordinasi PKH Kabuapaten/Kota.

3) Data dasar peserta PKH

Seluruh data peserta PKh yang teah ditetapkan akan menjadi data dasar utama

UPPKH dan merupakan daftar resmi peserta PKH. Seluruh informasi tersebut dapat

diakses pada website program dan media publik lainnya. Berdasarkan master data

base tersebut, program akan mencetak kartu peserta dan format-format lainnya yang

diperlukan untuk verifikasi, pembayaran, pemuktahiran dan sebagainya.

2.5.12 Pembayaran

Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai

peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Bukti

kepesertaannya adalah kepemilikan kartu PKH dikirim ke setiap peserta oleh

pendamping sebelum pembayaran pertama dilakukan.

Pembayaran bantuan dilakukan oleh PT POS setiap tiga bulan pada tanggal

yang ditentukan oleh masing-masing kantor pos untuk masing-masing

desa/kelurahan. Sampai dengan tahun 2009 PKH masih melakukan pembayaran 3

kali dalam setahun, karena disebabkan beberapa kendala teknis di lapangan. Tetapi

(33)

forumulir verifikasi dan pemuktahiran, verifikasi supply side) telah berjalan dengan

baik.

2.5.13 Pengorganisasian

PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan

Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam

menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah:

a. UPPKH Pusat (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat) merupakan

badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program.

UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di

tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.

b. UPPKH Kab/Kota (Unit Pelaksana Program Keluaraga Harapan Kab/Kota)

Pelaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima

dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH

Kab/Kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja

pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.

c. Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat

dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan

program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping termasuk didalamnya

melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat

dalam memenuhi komitmennya. Jumlah pendamping disesuaikan dengan

jumlah peserta PKH yang terdaftar di setiap kecamatan. Sebagai acuan, setiap

pendamping mendampingi kurang lebih 375 RTSM peserta PKH. Selanjutnya

tiap-tiap 3-4 pendamping akan dikelola oleh satu koordinator pendamping.

(34)

kegiatan di lapangan, yaitu mengadakan pertemuan dengan Ketua Kelompok,

berkunjung dan berdiskusi dengan petugas pemberi pelayanan kesehatan,

pendidikan, pemuka daerah maupun dengan peserta itu sendiri.

Didalam pelaksanaan PKH terdapat Tim Koordinasi yang membantu

kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan

informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya

serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung. Selain tim ini,

juga terdapat lembaga lain di luar struktur yang berperan penting dalam pelaksanaan

kegiatan PKH, yaitu lembaga pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap

kecamatan dimana PKH dilaksanakan(Kementrian Sosial R.I, 2013: 18-24).

2.6 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan alur berfikir peneliti didalam penelitian.

Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan

penelitian dari permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang pelaksanaan Program

Keluarga Harapan (PKH) di desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias,

maka peneliti membuat kerangka berfikir.

Salah satu permasalahan yang selalu dialami oleh negara Indonesia bahkan

negara-negara di belahan dunia adalah masalah kemiskinan.Kemiskinan mempunyai

berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang

memadai untuk menjamin kelangsungan hidup, kelaparan, kekurangan gizi,

kesehatan yang buruk, keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya,

(35)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menambahkan kemiskinan dicirikan oleh

kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil,

sosial, dan budaya seperti pengangguran, tindakan kriminalitas, kelaparan, kematian,

dan lain-lain

Untuk itu harus ada upaya yang nyata dalam pengurangan kemiskinan dan

salah satunya melalui Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan

merupakan suatu program yang dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem

perlindungan sosial kepada masyarakat miskin dalam rangka mempertahankan dan

meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin sekaligus upaya memotong

mata rantai yang terjadi selama ini. Program ini merupakan bantuan tunai bersyarat

yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan.

Tujuan utama dari Program Keluarga Harapan adalah mengurangi

kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama kepada

kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat

pencapaian target MDGs. Secara khusus tujuan dari program keluarga harapan

terdiiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM.

2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM.

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak-anak

dibawah 6 tahun dari RTSM.

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan

khususnya bagi RTSM.

Masyarakat penerima bantuan dari program keluarga harapan ini adalah

rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan ketentuan yang telah diatur dalam

(36)

dipilih sebagai peserta adalah rumah tangga dengan kategori sangat miskin, dan

terdapat anggota keluarga yang terdiri dari: ibu hamil, ibu nifas atau anak-anak yang

berusia dibawah atau lebih dari 15 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan

dasar. Untuk mempermudah alur pemikiran, penulis membuat bagan yang

menggambarkan isi dari pemikiran sebelumnya.

Bagan Alur Pemikiran

Program Keluarga Harapan (PKH)

Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten

Nias

Aspek Evaluasi Pelaksanaan Program Dapat Dilihat Berdasarkan:

1. Masukan (input)

2. Proses (process)

3. Keluaran (output)

(37)

2.8 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya

menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari

salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan penelitian, maka seorang

peneliti harus menegaskan dan membatasi makna dari konsep-konsep yang diteliti.

Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian

disebut definisi konsep. Secara sederhana definisi diartikan sebagai batasan arti.

(Siagian,2011: 138).

Untuk lebih memahami konsep-konsep yang digunakan, maka penelitian

membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Evaluasi adalah suatu penilaian yang ditujukan kepada seseorang,

sekelompok atau suatu kegiatan. Sebagai penilaian, bisa saja penilaian ini

menjadi netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari keduanya

2. Pelaksanaan program dalam penelitian ini adalah penerapan seperangkat

program atau kebijakan yang memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh

individu, kelompok, maupun pemerintah.

3. Program Keluarga Harapan dalam penelitian ini adalah sebuah program

jaminan sosial berupa bantuan tunai bersyarat dari pemerintah, yaitu sebuah

program jaminan sosial memiliki ketentuan serta hak dan kewajiban bagi

penerima bantuan program tersebut. Program Keluarga Harapan sebagai

upaya pemerintah untuk membantu rumah tangga sangat miskin dalam

memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan

demikian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan.

4. Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias dalam penelitian ini

(38)

karena di Kecamatan ini merupakan instansi yang menjalankan program

keluarga harapan.

2.9 Definisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau

operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya

dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian

dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari

konsep-konsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120).

Defenisi operasional sering disebut sebagai proses opersasionalisasi konsep,

yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika

konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan.

Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar

terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut

terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).

Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) dapat dilihat dari beberapa

indikator sebagai berikut:

1. Sosialisasi program, meliputi:

a. Sumber informasi responden tentang Program Keluarga Harapan

(PKH)

b. Proses pendaftaran menjadi peserta Program Keluarga Harapan

(PKH)

2.Pemahaman program, meliputi:

(39)

b. Pemahaman responden setelah mendapatkan informasi Program

Keluarga Harapan (PKH)

3.Pelaksanaan program, meliputi:

a. Tanggapan responden terhadap pelaksanaan Program Keluarga

Harapan (PKH)

b. Pelaksanaan mengenai aturan tentang pengelolaan dana Program

Keluarga Harapan (PKH)

c. Pelayanan

d. Tingkat kesulitan/kemudahan dalam proses administrasi menjadi

peserta Program Keluarga Harapan (PKH)

e. Pelaksanaan ketentuan tentang Program Keluarga Harapan (PKH),

menerima dana tanpa adanya potongan/justru ada potongan.

4. Ketepatan waktu:

a. Tahun responden menjadi anggota/peserta Program Keluarga Harapan

(PKH)

Gambar

Gambar 2.1 Proses PKH
Tabel 2.1 Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH
Tabel 2.2 Skenario Bantuan per RTSM per Tahun

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini selain menganalisa sampel komersial (Sigma Aldrich) yang dijadikan sebagai referensi dalam pembentukan senyawa LIBOB, kami menganalisa pengaruh

Adapun rumus uji yang digunakan dalam analisis segregasi kesesuaian distribusi normal karakter agronomi tanaman kedelai dari populasi F 2 adalah uji Khi-kuadrat.. Uji

Lebar efektif (We) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau lalulintas, seperti pada Gambar 3.1 dan untuk pendekat tanpa pulau lalulintas bagian kanan dari Gambar 3.1.... dalam

Yaitu, perlunya sistem dan struktur yang baik dalam mengelola perusahaan, agar tercapai peningkatan nilai pemegang saham dengan tetap mengakomodasi kepentingan berbagai pihak yang

Jawaban : Alat Pencuci Ikan berjalan dengan lancar, dimulai dari daging ikan yang di letakkan pada Conveyor sampai masuk pada Spin Whaser untuk melakukan proses pemisahan sisik

Program layanan ini merupakan bentuk perhatian Baznas Kota Bogor kepada masyarakat yang memerlukan sentuhan dan uluran tangan kita semua untuk pemenuhan tempat

Ependi Daulay, 201410115072, Tinjauan Yuridis Pemidanaan Terhadap Tindak Pidana Kekerasan oleh Guru Kepada Murid dalam Dunia Pendidikan (Studi Kasus Putusan No.

Fatty acid (particularly VDWXUDWHG IDWW\ DFLG VXFK DV SDOPLWLF DFLG ODXULF DFLGVWHDULFDFLGPD\SUHFLSLWDWHDQGGHFUHDVHWKH capacity of cholesterol solution which supports the formation