BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi adalah suatu penilaian
yang ditujukan kepada seseorang, sekelompok atau suatu kegiatan. Sebagai
penilaian, bisa saja penilaian ini menjadi netral, positif, negatif atau bahkan
gabungan dari keduanya. Penilaian berarti pengukuran atau penentuan manfaat dari
pada suatu kegiatan. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi
mengambil keputusan tentang nilai atau manfaat. Data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya
(http://id.wikipedia.org/wiki/Evaluasi diakses pada tanggal 28 mei 2014 pukul 20.35 WIB).
Pengertian lain dikemukakan oleh H. Weis (dalam Jones, 2001) yang
menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu aktivitas yang dirancang untuk menimbang
manfaat atau efektifitas suatu program melalui indicator yang khusus, teknik
pengukuran, metode analisis, dan bentuk perencanaan, dari berbagai pengertian yang
telah disebutkan, evaluasi semestinya mempunyai tolak ukur atau target sasaran yang
telah ditetapkan dari awal perencanaan dan merupakan tujuan yang hendak dicapai.
Dari fungsi-fungsi Evaluasi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli,
dapatlah disimpulkan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan suatu program. Keberhasilan
program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program
Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi
pada pelaksanaan atau penerapan program. Evaluasi (Suhartono, 2008: 119)
bertujuan untuk:
1. Mengindentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
2. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
3. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana (exterbalities).
2.1.2 Fungsi Evaluasi
Evaluasi memainkan sejumlah fungsi utama dalam analisis kebijakan antara
lain:
1. Evalusi memberi informasi yang valid dan dapat dipercaya mengenai
kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dapat
dicapai melalui tindakan publik. Dalam hal ini, evaluasi mengungkapkan
seberapa jauh tujuan-tujuan dan target tertentu yang telah dicapai.
2. Evaluasi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai
yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Nilai diperjelas dengan
mendefenisikan dan mengoperasikan tujuan dan target.
3. Evaluasi memberikan sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis
kebijakan lainnya, termasuk perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi
tentang tidak memadainya kinerja kebijakan dapat memberi sumbangan pada
perumusan ulang masalah kebijakan. Evaluasi dapat pula menyumbang pada
defenisi alternative kebijakan yang baru atau revisi kebijakan.
seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan
program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai program
tersebut.
2.1.3 Proses Evaluasi
Jika ditinjau dari tingkat pelaksanaannya, secara umum evaluasi terhadap
suatu program dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis (Siagian dan Suriadi, 2012:
173) yaitu:
1. Penilaian atas perencanaan, yaitu mencoba memilih dan menerapkan prioritas
terhadap berbagai alternative dan kemungkinan atas cara pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Penilaian atas pelaksanaan, yaitu melakukan analisis tingkat kemajuan
pelaksanaan dibandingkan dengan perencanaan, didalamnya meliputi apakah
pelaksanaan program sesuai dengan apa yang direncanakan, apakah ada
perubahan-perubahan sasaran maupun tujuan dari program yang sebelumnya
direncanakan.
3. Penilaian atas aktivitas yang telah selesai dilaksanakan, yaitu menganalisis
hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang sebelumnya ditetapkan.
2.1.4 Tolak Ukur Evaluasi
Suatu program dapat dievaluasi apabila ada tolak ukur yang nantinya
dijadikan penilaian suatu program. Berhasil atau tidaknya program berdasarkan
tujuan yang dibuat sebelumnya harus memiliki tolak ukur, dimana tolak ukur ini
Adapun yang menjadi tolak ukur dalam evaluasi sebuah program adalah:
1. Tolak ukur dalam Evaluasi pada tahap perencanaan adalah:
a. Mempunyai sebuah program yang akan disosialisasikan.
b. Mempunyai sebuah tujuan yang akan disosialisasikan.
c. Mempunyai metode-metode yang akan digunakan untuk
disosialisasikan.
2. Tolak ukur dalam evaluasi pada tahap pelaksanaan adalah:
a. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
b. Apakah tujuan dapat dicapai sesuai dengan yang telah direncanakan.
c. Apakah metode-metode sesuai dengan yang telah direncanakan.
d. Apakah sarana yang ada dapat mencapai tujuan yang telah
direncanakan.
3. Tolak ukur evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan adalah :
Apakah hasil yang diperoleh (evektivitas dan efisiensi) sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai (Suwito, 2002:16).
2.2 Pengertian Program
Program merupakan tahap-tahap dalam penyelesaian rangkaian kegiatan yang
berisi langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk mencapai tujuan dan merupakan
unsur pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan implementasi. Manila
(dalam Jones, 2001: 43) mengemukakan bahwa program akan menunjang
implementasi, karena dalam program telah dimuat beberapa aspek antara lain:
c. Adanya aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui.
d. Adanya perkiraan anggaran yang dibutuhkan.
e. Adanya strategi dalam pelaksanaan.
2.3 Pengertian Evaluasi Pelaksanaan Program
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif
pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya dimana hasil evaluasi tersebut
dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di masa
depan (Siagian, Matias. 2011: 193). Dapat diketahui bahwa evaluasi pelaksanaan
program adalah sejauhmana pelaksanaan suatu program, yaitu sosialisasi yang
dilakukan, ketepatan sasaran dan waktu program, pelayanan program yang diberikan,
manfaat dan tujuan serta penanganan dari sejumlah pengaduan masyarakat terhadap
program.
2.4 Kebijakan Publik dan Kebijakan Sosial 2.4.1. Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintah, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur Negara, melainkan pula
gevermance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara
langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, financial, dan
manusia demi kepentingan public, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau
warga negara.
Banyak defenisi mengenai kebijakan public. Sebagian ahli memberikan
pemerintah untuk melakukan sesuatu tindakan yang dianggap akan membawa
dampak bagi kehidupan warganya. Kebijakan public pada umumnya mengandung
pengertian mengenai “what ever government choose to do or not to do”. Artinya kebijakan publik adalah “apasaja yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan” (Brigdman dan Davis, dalam Suhartono, 2009: 3).
Tidak berarti bahwa kebijakan hanyalah milik atau domain pemerintah saja.
Organisasi non pemerintah, organisasi sosial dan lembaga-lembaga sukarela lainnya
meimiliki kebijakan-kebijakan pula. Namun, kebijakan mereka tidak dapat diartikan
sebagai kebijakan publik karena kebijakan mereka tidak memakai sumber daya
publik atau tidak memiliki legalitas hukum sebagaimana kebijakan lembaga
pemerintah.
Kebijakan publik sedikitnya mencakup hal-hal sebagai berikut (Hogwood dan
Gunn, dalam Suhartono, 2009: 5).
1. Bidang kegiatan sebagai ekspresi dari tujuan umum atas
pernyataan-pernyataan yang ingin dicapai.
2. Proposal tertentu yang mencerminkan keputusan-keputusan pemerintah yang
telah dipilih.
3. Kewenangan formal seperti undang-undang atau peraturan pemerintah.
4. Program, yakni seperangkat kegiatan yang mencakup rencana penggunaan
sumber daya lembaga dan strategi pencapaian tujuan.
5. Keluaran, yaitu apa yang nyata telah disediakan oleh pemerintah, sebagai
produk dari kegiatan tertentu.
6. Teori yang menjelaskan bahwa jika melakukan X maka diikuti oleh Y
Brigman dan Davis (dalam suhartono, 2008 : 4-7) menerangkan bahwa
kebijakan publik sedikitnya memiliki tiga dimensi yang saling bertautan yakni:
1. Kebijakan publik sebagai tujuan
Kebijakan adalah a means to an end yaitu alat untuk mencapai sebuah tujuan. Kebijakan publik pada akhirnya menyangkut pencapaian tujuan publik.
Artinya, kebijakan publik adalah seperangkat tindakan pemerintah yang
didesain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang diharapkan oleh publik
sebagai konstituen pemerintah.
2. Kebijakan publik sebagai pilihan tindakan yang legal
Melalui kebijakan-kebijakan, pemerintah membuat ciri khas kewenangannya.
Artinya, kompleksitas dunia politik disederhanakan menjadi pilihan
tindakan-tindakan yang legal atau sah untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan
kemudian dapat dilihat sebagai respon atau tanggapan resmi terhadap isu atau
masalah publik.
3. Kebijakan publik sebagai hipotesis
Kebijakan dibuat berdasarkan teori, model atau hipotesis mengenai sebab dan
akibat. Kebijakan-kebijakan senantiasa bersandar pada asumsi-asumsi
mengenai perilaku. Kebijakan selalu mengandung insentif yang mendorong
orang untuk melakukan sesuatu. Kebijakan juga selalu memuat dinsentif yang
mendorong orang tidak melakukan sesuatu.
2.4.2. Kebijakan Sosial
Kebijakan publik adalah salah satu bentuk dari kebijakan publik. Kebijakan
bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak (Bessant, Watts, dan Smith, dalam Suhartono, 2009:10).
Dalam garis besar, kebijakan sosial diwujudkan dalam tiga kategori, yaitu
perundang-undangan, program pelayanan sosial, dan sistem perpajakan. Berdasarkan
kategori ini, maka dapat dinyatakan bahwa setiap perundang-undangan, hukum atau
peraturan daerah yang menyangkut masalah dan kehidupan sosial adalah wujud dari
kebijakan sosial. Namun, tidak semua kebijakan berbentuk perundang-undangan.
Kebijakan sosial sering kali melibatkan program-program bantuan yang sulit
dilihat secara kasat mata. Karenanya, masyarakat luas kadang-kadang sulit
mengenali kebijakan sosial dan membedakannya dengan kebijakan publik lainnya.
Secara umum, kebijakan publik lebih luas daripada kebijakan sosial. Kebijakan
transportasi, jalan rayam air bersih, pertahanan dan keamanan merupakan beberapa
kebijakan publik. Sedangkan kebijkaan mengenai jaminan sosial, seperti bantuan
sosial dan asuransi sosial yang umumnya diberikan bagi kelompok miskin atau
rentan adalah contoh kebijakan sosial (Suhartono, 2009: 11-12).
Kebijakan sosial sejatinya merupakan kebijakan kesejahteraan (welfare policy), yakni kebijakan pemerintah yang secara khusus melibatkan program-program pelayanan sosial bagi kelompok-kelompok kurang beruntung yakni para
pemerlu pelayanan kesejahteraan sosial seperti keluarga miskin, anak terlantar,
pekerja anak, korban HIV/AIDS, penyalahguna narkoba dan kelompok-kelompok
rentan lainnya, baik secara ekonomi maupun psikososial. Setiap Negara memiliki
2.5 Program Keluarga Harapan
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan
bantuan tunai bersyarat kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang telah
ditetapkan sebagai peserta PKH. Agar memperoleh bantuan, peserta PKH diwajibkan
memenuhi persyaratan dan komitmen yang terkait dengan upaya peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan. Sementara
itu, UPPKH adalah unit pelaksana PKH yang dibentuk baik di pusat dan daerah. Di
pusat disebut UPPKH Pusat dan didaerah disebut UPPKH Kabupaten/Kota.
Peserta PKH adalah RTSM yang memenuhi satu atau beberapa kriteria yaitu
memiliki ibu hamil/nifas, anak balita atau usia 5-7 tahun yang belum masuk
pendidikan SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan
pendidikan dasar.Pendamping PKH adalah pekerja sosial yang direkrut oleh UPPKH
Pusat melalui proses seleksi dan pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan
RTSM penerima program dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH. Adapun
penyelenggaraan PKH bersifat multisektoral baik dipusat maupun didaerah yang
melibatkan instansi pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten/kota,
kecamatan hingga desa serta masyarakat.
2.5.1 Tujuan Program Keluarga Harapan
Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka kemiskinan dan memutus
rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama pada
kelompok masyarakat miskin, serta merubah perilaku RTSM yang relatif kurang
mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya
mempercepat pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs). Sedangkan
1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;
2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;
3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di
bawah 6 tahun dari RTSM;
4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi RTSM.
2.5.2 Ketentuan Peserta PKH
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, yang menjadi peserta PKH adalah
rumah tangga sangat miskin yang sesuai dengan kriteria BPS dan memenuhi satu
atau beberapa kriteria program(Kementrian Sosial R.I, 2013: 32-33), yaitu: 1. Memiliki ibu hamil/nifas, dan atau
2. Memiliki anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan
SD, dan atau
3. Memiliki anak usia SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan dasar.
Setiap peserta PKH diberikan kartu peserta PKH sebagai bukti kepesertaan
atas nama perempuan dewasa (ibu, nenek, bibi) yang mengurus RTSM. Kartu
tersebut digunakan untuk menerima bantuan PKH. Sesuai pedoman pelaksanaan
Jamkesmas tahun 2009, kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu jamkesmas untuk
seluruh keluarga penerima PKH.Kepesertaan PKH tidak menutup keikutsertaannya
pada program-program pemerintah lainnya yang termasuk pada klaster I, seperti:
2.5.3Proses Pelaksanaan PKH
Proses Pelaksanaan Program Keluarga Harapan dapat dilihat dalam gambar
berikut, yaitu:
Gambar 2.1 Proses PKH
Keterangan:
1) Target Program Keluarga Harapan adalah Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM).
2) Rekuitmen Pendampingan dan Operator. Pendamping kemudian melakukan
sosialisasi kepada calon peserta PKH.
3) Pendamping melakukan validasi data yang diperoleh dari UPPKH pusat dan
kemudian mengembalikan data itu lagi kepada UPPKH.
Targeting Validasi Penerimaan
4) Penerimaan PKH yang sesuai dengan kriteria PKH. Kemudian peserta PKH
mendapatkan kartu peserta.
5) Penerimaan dana PKH. Peserta yang dapat mengambil adalah ibu yang
menjadi anggota dalam PKH dengan menunjukan kartu PKH dan tidak dapat
diwakilkan untuk pengambilan langsung ke kantor pos terdekat.
6) Verifikasi data dilakukan pendamping setiap 3bulan sekali untuk mengecek
perubahan data peserta PKH.
7) Pemuktahiran data dilakukan oleh operator dengan mengirimkan data peserta
PKH yang telah diverifikasi kepada UPPKH pusat. Data tersebut dijadikan
sebagai acuan untuk menentukan besarnya dana PKH tahap selanjutnya.
8) Bagi peserta dan non peserta yang memiliki pertayaan atau pengaduan terkait
pelaksanaan PKH baik disampaikan langsung kepada koordinator peserta,
pendamping kantor UPPKH Kabupaten maupun secara tulisan.
9) Pelaksanaan PKH dilapangan dimonitoring dan permasalahan yang terjadi
dilapangan selanjutnya dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dimasa
yang akan datang.
2.5.4 Hak dan Kewajiban Penerima PKH
2.5.4.1 Hak Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan
Calon peserta PKH adalah Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang ditetapkan
sebagai calon peserta PKH dan akan menerima bantuan bidang kesehatan, jika pada
saat pendataan ditemukan anggota keluarganya terdiri dari: (i) Ibu hamil; (ii) Ibu
Calon peserta PKH selanjutnya ditetapkan sebagai peserta PKH apabila calon
peserta tersebut telah menghadiri pertemuan awal dan/atau menandatangani surat
perjanjian untuk mematuhi komitmen yang ditetapkan dalam program.
Hak Peserta PKH Bidang Kesehatan :
KSM yang terpilih sebagai peserta PKH berhak memperoleh bantuan uang
tunai. Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta PKH setiap tiga bulan satu kali
melalui kantor pos terdekat.
1) Bantuan tunai tahap pertama akan diberikan jika peserta PKH telah
menghadiri acara pertemuan awal yang dikoordinir oleh UPPKH Kecamatan
dan telah mengunjungi puskesmas atau posyandu,
2) Bantuan tunai tahap berikutnya akan diberikan jika anggota keluarga peserta
PKH memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program. Bukti
bahwa anggota keluarga peserta PKH telah memenuhi komitmen harus
diverifikasi dalam form verifikasi kesehatan oleh petugas kesehatan serta
menunjukkan buku Kesehatan Ibu dan Anak.
2.5.4.2 Kewajiban Penerima PKH dalam Bidang Kesehatan
Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH harus
memenuhi kewajiban atau komitmen yang ditetapkan. Kewajibanyang dimaksud
adalah:
1. Menghadiri pertemuan awal
Pertemuan awal yang dikoordinasi oleh UPPKH Kecamatan diselenggarakan
ditingkat kecamatan. Tempat pertemuan diupayakan dilokasi terdekat dengan tempat
a. Sosialisasi PKH, dengan tujuan sebagai berikut:
1) Menginformasikan tujuan, besaran bantuan, mekanisme dan hal terkait
lain dengan PKH;
2) Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukajn oleh calon
peserta PKH untuk dapat menerima bantuan;
3) Menjelaskan hak dan kewajiban ibu dan atau wanita dewasa yang
mengurus anak pada rumahtangga yang bersangkutan;
4) Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang ditetapkan dalam program;
b. Melakukan kunjungan awal ke Pusat Pelayanan Kesehatan
c. Mematuhi komitmen untuk mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK), sesuai dengan jadwal yang telah disepakati
d. Memeriksa dan memperbaiki data pribadi peserta PKH yang ada dalam
Formulir Validasi serta ditandatangani oleh peserta PKH
e. Mengumpulkan semua Formulir Validasi yang suah ditandatangani oleh
peserta PKH sebagai bukti kesiapan mereka mengikuti semua persyaratan dan
ketentuan yang ditetapkan PKH
f. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat
pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH
g. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH
h. Memfasilitasi pembentukan kelompok peserta PKH dan pemilihan ketua
kelompok
Calon penerima bantuan PKH (dalam hal ini ibu atau wanita dewasa yang
memiliki/mengurus anak pada KSM) diwajibkan menghadiri acara pertemuan awal
tersebut. Jika berhalangan maka pendamping PKH akan mengatur sedemikian rupa
agar tujuan kegiatan pertemuan tetap dapat terlaksana (misalnya, pendamping
mengunjungi calon peserta PKH atau menyelenggarakan pertemuan susulan jika
jumlah calon peserta PKH banyak yang berhalangan). Petugas UPPKH kecamatan
(pendampingh) juga mengundang petugas puskesmas kecamatan untuk menghadiri
pertemuan tersebut.
2. Melakukan Kunjungan Awal ke Posyandu
Segera setelah pertemuan awal, seluruh peserta PKH Kesehatan wajib
melakukan kunjungan awal ke posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya, tujuannya
untuk:
a. Dicatat data kesehatan anggota keluarganya pada awal program
b. Mendapat informasi awal kunjungan berikutnya bagi setiap anggota keluarga
peserta PKH yang ditentukan oleh kader posyandu atau petugas kesehatan
lainnya sesuai persyaratan yang ditentukan.
3. Mematuhi Komitmen untuk Mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan Sesuai
dengan Jadwal yang Telah Disepakati
Sebagai penerima bantuan kesehatan PKH, tiap peserta harus melakukan
Tabel 2.1 Protokol Pelayanan Kesehatan bagi Peserta PKH
Sasaran Persyaratan (kewajiban peserta)
Ibu Hamil Melakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care)
sebanyak minimal 4 kali (K1 di trimester 1, K2 di
trimester 2, K3 dan K4 di trimester 3) selama masa
kehamilan.
Ibu Melahirkan Proses kelahiran bayi harus ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih
Ibu Nifas Ibu yang telah melahirkan harus melakukan pemeriksaan
atau diperiksa kesehatannya setidaknya 2 kali sebelum
bayi mencapai usia 28 hari
Bayi Usia 0-11
Bulan
Anak berusia di bawah 1 tahun harus diimunisasi lengkap
dan ditimbang secara rutin setiap bulan.
Bayi Usia 6-11
Bulan
Mendapat suplemen tablet vitamin A
Anak Usia 1-5
Tahun
Dimonitor tumbuh kembang dengan melakukan
penimbangan secara rutin setiap 1 bulan;
Mendapatkan vitamin A sebanyak 2 kali setahun pada
bulan Februari dan Agustus
Anak Usia 5-6
Tahun
Melakukan penimbangan secara rutin setiap 3 bulan sekali
dan/atau mengikuti program pendidikan anak usia dini.
2.5.4.3 Hak Penerima PKH dalam Bidang Pendidikan
Rumah Tangga Sangat Miskin yang terpilih sebagai peserta PKH berhak
memperoleh bantuan tunai jika telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Besaran uang tunai untuk komponen pendidikan tergantung dari jumlah anak dan
jenjang pendidikan yang diduduki oleh anak.
Bantuan tunai akan dibayarkan kepada peserta setiap tiga bulan melalui
kantor pos terdekat. Bantuan tunai langsung diterima oleh ibu RTSM atau
perempuan yang mengasuh anak usia 0-15 tahun, atau anak yang usia 15-18 tahun
yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
1. Untuk tahap pertama, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan diberikan
jika peserta PKH (ibu/perempuan dewasa) telah menghadiri acara pertemuan
awal yang dikoordinir UPPKH Kecamatan dan anak-anak dari keluarga peserta
PKH sudah terdaftar disatuan pendidikan yang telah ditetapkan.
2. Untuk tahap berikutnya, bantuan tunai PKH komponen pendidikan akan
diberikan jika anak-anak dari keluarga peserta PKH sudah memenuhi komponen
pendidikan yang telah ditetapkan (yakni kehadiran minimal 85% di kelas atau
kelompok belajar). Sebagai bukti anak-anak telah memenuhi komitmen
pendidikan, diperoleh dari hasil verifikasi yang dilakukan oleh tenaga pendidik
(guru/tutor) dan diketahui oleh kepala sekolah atau ketua penyelenggara satuan
pendidikan.
2.5.4.4 Kewajiban Peserta PKH dalam Bidang Pendidikan
Untuk bisa menerima hak (menerima bantuan tunai), peserta PKH diharuskan
a. Menghadiri Pertemuan awal
Sebelum bantuan tahap pertama dibayarkan, pertemuan awal yang
dikoordinasikan oleh UPPKH Kecamatan akan diselenggarakan ditingkat
Kecamatan. Seluruh calon peserta PKH yang terpilih (dalam hal ini Ibu) diwajibkan
menghadiri acara pertemuan tersebut. Kantor UPPKH Kecamatan juga akan
mengundang perwakilan para tenaga pendidik untuk menghadiri acara pertemuan
tersebut. Tujuan pertemuan ini adalah untuk:
1. Menginformasikan tujuan, tingkat bantuan, mekanisme dan lainnya mengenai
PKH serta membagikan bahan-bahan program (buku saku peserta PKH)
2. Menjelaskan komitmen (kewajiban) yang harus dilakukan calon peserta PKH
untuk dapat menerima bantuan
3. Menjelaskan hak dan kewajiban Ibu peserta PKH
4. Menjelaskan sanksi dan konsekuensinya apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen yang telah ditetapkan dalam program
5. Menjelaskan perlunya melakukan pendaftaran ke sekolah/satuan pendidikan
bagi anak-anak yang belum terdaftar di sekolah/satuan pendidikan (khusus
peserta PKH pendidikan)
6. Menjelaskan perlunya melakukan kunjunagn awal ke Puskesmas untuk
menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta PKH
Kesehatan
7. Membantu peserta PKH mengisi Formulir Klarifikasi data (perbaikan data
pribadi peserta)
8. Mengumpulkan semua Formulir Klarifikasi yang sudah diisi dan Formulir
9. Menjelaskan mekanisme dan prosedur keluhan dan pengaduan atas
pelaksanaan PKH
10.Memfasilitsi pembentukan kelompok peserta PKH dan memfasilitasi
pemilihan Ketua Kelompok
11.Menjelaskan kewajiban Ketua Kelompok dalam PKH
b. Mendaftarkan Anak ke Satuan Pendidikan
Apabila hasil klarifikasi/perbaikan data anggota rumahtangga, yang
dilakukan ketika pertemuan awal, ditemukan adanya:
1. Anak usia sekolah (6-15 tahun) belum terdaftar disekolah, maka Ibu dari
RTSM peserta PKH harus segera mendaftarkan anak tersebut ke sekolah
SD/MI atau SMP/MTs atau satuan pendidikan setara SD atauSMP
2. Anak usia 15-18 tahuun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar dan
atau buta aksara, maka ibu dari RTSM peserta PKH harus mendaftarkan anak
tersebut ke sekolah terdekat atau satuan pendidikan non formal (seperti:
keaksaraan fungsional, Paket A setara SD atau Paket B setara SMP atau
pendidikan pesantren setara SD/SMP
3. Anak usia 6-15 tahun dan usia 15-18 tahun namun belum
menyelesaikanpendidikan dasar dan diketahui bahwa mereka bekerja, baik di
sektor formal maupun informal, maka Ibu dari RTSM peserta PKH harus
mengikutkan anak tersebut ke dalam program persiapan pendidikan (seperti:
rumah singgah, rumah perlindungan sosial anak, panti sosial asuhan anak, dll)
dan selanjutnya mendaftarkan anak tersebut ke satuan pendidikan formal dan
non-formal (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat [PKBM], Sanggar Kegiatan
Ketika melakukan pendaftaran anak ke satuan pendidikan tersebut, Ibu
RTSM akan didampingi oleh pendamping PKH dari kantor UPPKH Kecamatan.
Informasi nama sekolah dan/atau nama penyelenggara pendidikan non formal
selanjutnya harus dilaporkan ke pendamping PKH untuk keperluan pelaksanaan
program lebih lanjut.
c. Mematuhi Komitmen
Kewajiban peserta PKH selanjutnya adalah mematuhi komitmen atau
persyaratan yang ditetapkan dalam program, yaitu:
1. Bagi peserta PKH dengan anak usia 6-15 tahun
a. Peserta PKH yang memiliki anak usia 6-15 tahun harus mendaftarkan
anak tersebut di sekolah SD/MI atau SMP/MTs atau pendidikan
kesetaraan. Jika sudah terdaftar disatuan pendidikan, anak tersebut
harus mengikuti kehadiran minimal 85% dari hari efektif tatap muka
dalam sebulan selama tahun pelajaran berlangsung.
b. Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi), apabila
jumlah hari sekolah dalam satu bulan adalh 22-20 hari, jumlah
maksimal ketidakhadiran anak di sekolah yang diperbolehkan adalah
3 hari.
c. Pengecualian dilakukan bagi peserta didik yang absen karena sakit
atau terjadinya bencana alam di daerah tersebut. Jika absen karena
sakit lebih dari 3 hari secara berturut-turut, peserta didik tersebut
diwajibkan memberikan surat keterangan sakit yang dikeluarkan oleh
dokter atau petugas kesehatan yang diakui. Selain itu pengecualian
Untuk keperluan pembuktian tingkat kehadiran (verifikasi) bagi pendidikan
kesetaraan, jumlah hari tatap muka dalam satu bulan harus memenuhi 85% tatap
muka. Sebagai contoh, apabila tatap muka berjumlah 3 kali per minggu atau 12 kali
per bulan, maka kehadiran harus memenuhi 10,2 hari atau dibulatkan menjadi 10 kali
pertemuan. Hal ini juga berlaku pada kegiatan yang ada dipanti sosial dan isntitusi
serupamyang menangani pekerja anak atau mereka yang membutuhkan program
penyesuaian kembali ke bangku sekolah.
2. Bagi peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas
Peserta PKH yang memiliki anak dengan kemampuan terbatas (tuna daksa,
keterbelakangan mental, keterbatasan penyerapan dan sejenisnya) memiliki
pengecualian dalam hal usia. Semua anak dari kelompok ini yang masih mengikuti
pendidikan dasar tidak dibatasi rentang usianya (6-15 tahun) jika peserta didik
tersebut dapat didaftarkan di sekolah khusus (seperti, SDLB/SMPLB) maupun
sekolah umum yang menyediakan program khusus. Komimen yang harus dipenuhi
tetap berbasi tingkat kehadiran 85%.
2.5.5 Hak dan Kewajiban Pemberi PKH Dalam Bidang Kesehatan 2.5.5.1 Hak Pemberi Pelayanan Kesehatan
Program ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program JPKMM.
Maka kegiatan PKH kesehatan sepenuhnya dibiayai Jamkesmas dari sumber
JPKMM/Jamkesmas di puskesmas. Oleh karena itu, hak-hak yang diterima PPK
sesuai dengan apa yang diatur dalam petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis
2.5.5.2 Kewajiban Pemberi Pelayanan Kesehatan
a. Menetapkan jadwal kunjungan
Pada tahap awal pelaksanaan, puskesmas dan posyandu memiliki peran
penting dalam menetapkan jadwal kunjungan bagi setiap anggota keluarga peserta
PKH ke berbagai fasilitas kesehatan. Prosedur penetapan jadwal kunjungan peserta
PKH adalah sebagai berikut:
1. Puskesmas akan menerima formulir jadwal kunjungan peserta PKH
kesehatan dari UPPKH Kecamatan (Pendamping). Dalam formulir jadwal kunjungan
tersebut sudah tertulis nama anggota keluarga, jenis pelayanan/pemeriksaan
kesehatan yang diwajibkan, status pelayanan/pemeriksaan kesehatan, tanggal dan
nama/tempat pelayanan kesehatan.
2. Untuk mengisi status pemberian pelayanan kesehatan:
a. Jika calon peserta PKH sudah pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas dan atau jaringan kerja Puskesmas tersebut, maka petugas
puskesmas harus mencocokkan dengan register yang tersedia di Puskesmas
(yaitu kohor ibu hamil, KMS, buku imunisasi, penimbangan, dll).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku register, petugas
puskesmas mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan yang
sudah diberikan kepada setiap anggota keluarga peserta PKH.
b. Jika calon peserta PKH belum pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan
di Puskesmas dan atau jaringan kerja Puskesmas (ini berarti register calon
peserta tersebut tidak tersedia di puskesmas), maka petugas puskesmas
harus menanyakan langsung kepada calon peserta PKH pada waktu acara
c. Setelah klarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dilakukan, petugas
puskesmas menetapkan tanggal dan nama sarana kesehatan/PPK yang harus
dikunjungi oleh seluruh anggota keluarga peserta PKH yang disyaratkan.
d. Formulir kunjungan yang sudah terisi akan diambil langsung oleh
pendamping PKH di puskesmas (paling telat 1 minggu sebelum acara
pertemuan awal).
b. Menghadiri pertemuan awal
Perwakilan puskesmas akan diundang untuk menghadiri acara pertemuan
awal dengan seluruh calon peserta PKH. Dalam pertemuan ini, petugas puskesmas
berkewajiban untuk:
1. Mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan dengan calon peserta
PKH, khususnya bagi mereka yang datanya tidak tercatat dalam register.
2. Menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan serta tempat PPK
terdekat yang bisa dimanfaatkan oleh peserta PKH.
c. Memberi Pelayanan Kesehatan
Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan baik
secara aktif maupun pasif kepada semua peserta PKH. Secara aktif, misalnya
mengunjungi peserta PKH yang tidak hadir sesuai jadwal yang sudah ditetapkan
untuk diberikan pelayanan dan pembinaan. Secara pasif dengan cara memberikan
pelayanan kesehatan bagi peserta yang mendatangi fasilitas kesehatan. Dalam
memberikan pelayanan, petugas kesehatan harus mengacu kepada ketentuan dan
pedoman pelayanan kesehatan yang berlaku.
Penetapan persyaratan PKH kesehatan akan berimplikasi pada peningkatan
kesehatan harus menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan (seperti,
Vitamin A, Vaksin, tenaga kesehatan, dll).
d. Memverifikasi Komitmen Peserta PKH
Pembayaran bantuan komponen kesehatan pada tahap berikutnya diberikan
atas dasar verifikasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas. Jika peserta PKH
memenuhi komitmennya (yaitu mengunjungi fasilitas kesehatan yang sudah
ditetapkan sesuai jadwal kunjungan di atas), maka peserta PKH akan menerima
bantuan tunai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.5.6 Jaringan Pemberi Layanan Kesehatan
1. Puskesmas
Puskesmas diharapkan mampu memberi seluruh paket layanan kesehatan
yang menjadi persyaratan bagi peserta PKH Kesehatan termasuk memberikan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (puskesmas PONED) dan rujukan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit.
2. . Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Puskesmas Keliling (Pusling)
Puskesmas pembantu dan Puskesmas Keliling yang merupakan satelit
Puskesmas (jika dilengkapi dengan tenaga bidan), sangat diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir.
3. Polindes/Poskesdes
Pondok bersalin desa (dikenal dengan sebutan Polindes) biasanya dilengkapi
dengan tenaga bidan desa. Polindes diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan dasar bagi ibu selama kehamilan, pertolongan persalinan, dan bayi baru
4. Posyandu
Posyandu yang dikelola oleh para kader kesehatan dengan bantuan dan
supervisi dari Puskesmas, Pustu, serta Bidan desa diharapkan dapat memberikan
pelayanan antenatal, penimbangan bayi dan balita, pemantauan tumbuh kembang,
serta penyuluhan kesehatan.
5. Bidan Desa
Disamping memberikan pelayanan kesehatan di Polindes, bidan desa yang
melakukan praktek di rumah dapat dimanfaatkan oleh peserta PKH, khususnya
dalam pemeriksaan ibu hamil, memberikan pertolongan persalinan, maupun
memberikan pertolongan pertama pada kasus-kasus kegawatdaruratan.
6. Rumah Sakit dan Balai Kesehatan
Rumah Sakit dan Balai Kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan
rawat jalan dan rawat inap, termasuk memberikan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Komprehensif (PONEK). Pelayanan di Rumah Sakit dan Balai Kesehatan
harus melalui proses rujukan dari puskesmas, kecuali pada kasus emergensi.
Rumah Sakit dalam program Jamkesmas meliputi: RS Pemerintah dan
beberapa RS Swasta yang melayani peserta Jamkesmas. Sedangkan Balai Kesehatan
meliputi Balai Kesehatan milik pemerintah dan pemerintah daerah: Balai Pelayanan
Pengobatan Penyakit Paru (BP4), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Balai
Kesehatan Indra Masyarakat (BKIM), Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM),
2.5.7 Jaringan Pemberi Pelayanan Pendidikan
a. Lembaga Pendidikan
Jenis lembaga pendidikan dasar yang dapat dimanfaatkan oleh anak-anak
penerima PKH adalah:
1. Lembaga pendidikan formal
a. Sekolah dasar (SD)
b. Sekolah dasar luar biasa (SDLB)
c. Madrasyah Ibtidaiyah (MI)
d. Sekolah menegah pertama (SMP)
e. Sekolah menegah pertama luar biasa (SMPLB)
f. SMP terbuka
g. Madrasyah Tsanawiah (MTs)
h. Pesantren Salafiyah
i. Pesantren diniyah formal
2. Lembaga pendidikan non formal
a. BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar)
b. SKB (Sanggar Kegiatan Belajar)
c. PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)
d. Pondok pesantren penyelenggara pendidikan kesetaraan
e. Lembaga pendidikan alternatif khusus, sekolah komunitas dan layanan
b. Peran Pemberi Pelayanan Pendidikan
Lembaga pendidikan tersebut diatas memiliki peranan penting untuk
mensukseskan pencapaian tujuan PKH Pendidikan. Peran yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Menerima pendaftaran anak peserta PKH di satuan pendidikan
2. Memberi pelayanan pendidikan
3. Melakukan verifikasi komitmen peserta PKH Pendidikan
2.5.8 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan
Sasaran atau Penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun
dan/atau ibu hamil/nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan adalah
lbu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan
(jika tidak ada lbu maka: nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan dapat menjadi
penerima bantuan). Jadi, pada kartu kepesertaan PKH pun akan tercantum nama
ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Untuk itu, orang yang
harus dan berhak mengambil pembayaran adalah orang yang namanya tercantum di
Kartu PKH.
Calon Penerima terpilih harus menandatangani persetujuan bahwa selama
mereka menerima bantuan, mereka akan:
1) Menyekolahkan anak 7-15 tahun serta anak usia 16-18 tahun namun belum
selesai pendidikan dasar 9 tahun wajib belajar;
2) Membawa anak usia 0-6 tahun ke fasilitas kesehatan sesuai dengan prosedur
3) Untuk ibu hamil, harus memeriksakan kesehatan diri dan janinnya ke fasilitas
kesehatan sesuai dengan prosedur kesehatan PKH bagi lbu Hamil.
Dalam pengertian PKH jelas disebutkan bahwa komponen yang menjadi
fokus utama adalah bidang kesehatan dan pendidikan. Tujuan utama PKH Kesehatan
adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia, khususnya bagi
kelompok masyarakat sangat miskin, melalui pemberian insentif untuk melakukan
kunjungan kesehatan yang bersifat preventif (pencegahan, dan bukan pengobatan).
Meliputi misalnya anak usia 0-11 bulan harus mendapat imunisasi lengkap dan di
timbang berat badannya secara rutin setiap bulan, anak usia 6-11 bulan harus
mendapatkan Vitamin A sebanyak 2 (dua) kali dalam setahun. Sedangkan bagi ibu
hamil harus melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan sebanyak
empat kali dan ketika melahirkan harus di tolong oleh tenaga kesehatan dan beberapa
ketentuan lainnya.
Komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkatkan
angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun serta upaya mengurangi angka
pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. Anak penerima PKH Pendidikan
yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan program pendidikan dasar 9 tahun
harus mendaftarkan diri di sekolah formal atau non formal serta hadir
sekurang-kurangnya 85% waktu tatap muka dalam sebulan. Setiap anak peserta PKH berhak
menerima bantuan selain PKH, baik itu program nasional maupun lokal. Bantuan
PKH bukanlah pengganti program-program lainnya karenanya tidak cukup
membantu pengeluaran lainnya seperti seragam, buku dan sebagainya. PKH
2.5.9 Besar Bantuan PKH
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah
anggota keluarga yang diperhitungkan dalam penerimaan bantuan, baik komponen
kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini di kemudian hari bisa berubah
sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat memenuhi syarat
yang ditentukan.
Tabel 2.2 Skenario Bantuan per RTSM per Tahun
Skenario Bantuan
Bantuan tetap
Bantuan bagi RTSM yang memiliki
a. Anak usia dibawah 6 tahun
b. Ibu hamil/menyusui
c. Anak usia SD/MI
d. Anak usia SMP/MTs
Rata-rata bantuan per RTSM
Bantuan minimum per RTSM
Bantuan maksimum per RTSM
Bantuan Bantuan per RTSM per tahun
Rp. 300.000
Keterangan: Bantuan terkait kesehatan berlaku bagi RTSM dengan anak di bawah 6
tahun dan/atau ibu hamil/nifas. Besar bantuan ini tidak dihitung berdasarkan jumlah
anak. Besar bantuan adalah 16% rata-rata pendapatan RTSM per tahun. Batas
minimum dan maksimum adalah antara 15-25% pendapatan rata-rata RTSM per
Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan maka
besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:
1) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bula. Maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.50.000,-
2) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.100.000,-
3) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.150.000,-
4) Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan
berturut-turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam periode pembayaran.
2.5.10 Keikutsertaan Daerah dalam PKH
Keikutsertaan daerah dalam PKH dilakukan melalui tahapan berikut:
1) Tahap pertama adalah pemilihan provinsi yang dilakukan atas dasar:
a. Kesediaan pemerintah provinsi pada saat Munsrenbang.
b. Keberagaman karakteristik daerah (tingkat kemiskinan
tinggi/sedang/rendah, daerah perkotaan/perdesaan, daerah
kepulauan/pesisir, daerah dengan aksesibilitas relatif/mudah/sulit, dll).
2) Tahap kedua adalah pemilihan kabupaten/kota dan kecamatan.
a. Pemilihan kabupaten/kota dan kecamatan dilakukan dengan
memperhatikan data BPS berdasarkan kriteria: (i) tingginya angka
kemiskinan. (ii) angka gizi buruk dan angka transisi dari SD/MI ke
SMP/MTs, (iii) ketersediaan sarana dan prasarana (supply) baik secara
c. Adanya kriteria khusus, seperti daerah yang mengalami bencana (pasca
bencana).
2.5.11 Pemilihan Peserta PKH
Target penerima bantuan PKH adalah rumah tangga yang sangat miskin
(RTSM). Penetapan rumah tangga sasaran sebagai RTSM dilakukan dengan
menggunakan metodologi dan indikator yang trasparan. Secara umum, proses
penetapan RTSM sampai menjadi peserta PKH adalah sebagai berikut:
1) Pemilihan RTSM sebagai calon peserta PKH
Sebuah rumah tangga dikategorikan sebagai RTSM jika rumah tangga
tersebut memenuhi indikator kemiskinan. Indikator kemiskinan dikembangkan dari
hasil model estimasi yang menggunakan faktor-faktor yang secara statistik memiliki
korelasi dengan kemiskinan multidimensi, seperti kondisi demografi dan
sosio-ekonomi. Indikator-indikator ini lebih lanjut dikembangkan kedalam kuesioner yng
digunakan untuk memverifikasi status kemiskinan rumah tangga.Rumah tangga yang
berpotensi dipilih sebagai calon peserta PKH pada tahun 2007 adalah rumah tangga
dengan kategori sangat miskin dan terdapat anggota keluarga yang terdiri dari: ibu
hamil, ibu nifas, dan anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun atau lebih dari 15
tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar.
Verifikasi status kemiskinan rumah tangga dilakukan melalui survey terhadap
calon peserta thun 2007, verifikasi dilakukan oleh BPS dengan data dasar penerima
diambil dari data BLT kategori sangat miskin dan miskin, dan data pendukung
lainnya untuk memasukan rumah tangga pada kedua kategori tersebut namun bukan
penerima BLT. Dalam melakukan verifikasi , petugas terdiri atas nsur BPS, non BPS
2) Penetapan peserta PKH
Informasi yang diperoleh dari survei diatsa digunakan untuk mengurutkan
RTSM berdasarkan tingkat kemiskinannya, agar distribusi RTSM antar kecamatan
tersebar secara proporsional, dengan menggunakan model statistik ditetapkan kuota
per kecamatan. Penetapan peserta PKH dilakukan oleh UPPKH pusat. Sebelum
penetapan, UPPKH pusat dapat berkoordinas dengan tim teknis PKH pusat, tim
koordinai PKH provinsi dan tim koordinasi PKH Kabuapaten/Kota.
3) Data dasar peserta PKH
Seluruh data peserta PKh yang teah ditetapkan akan menjadi data dasar utama
UPPKH dan merupakan daftar resmi peserta PKH. Seluruh informasi tersebut dapat
diakses pada website program dan media publik lainnya. Berdasarkan master data
base tersebut, program akan mencetak kartu peserta dan format-format lainnya yang
diperlukan untuk verifikasi, pembayaran, pemuktahiran dan sebagainya.
2.5.12 Pembayaran
Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada RTSM yang telah terpilih sebagai
peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Bukti
kepesertaannya adalah kepemilikan kartu PKH dikirim ke setiap peserta oleh
pendamping sebelum pembayaran pertama dilakukan.
Pembayaran bantuan dilakukan oleh PT POS setiap tiga bulan pada tanggal
yang ditentukan oleh masing-masing kantor pos untuk masing-masing
desa/kelurahan. Sampai dengan tahun 2009 PKH masih melakukan pembayaran 3
kali dalam setahun, karena disebabkan beberapa kendala teknis di lapangan. Tetapi
forumulir verifikasi dan pemuktahiran, verifikasi supply side) telah berjalan dengan
baik.
2.5.13 Pengorganisasian
PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan
Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam
menjamin keberhasilan PKH. Mereka adalah:
a. UPPKH Pusat (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat) merupakan
badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program.
UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di
tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.
b. UPPKH Kab/Kota (Unit Pelaksana Program Keluaraga Harapan Kab/Kota)
Pelaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima
dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH
Kab/Kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja
pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.
c. Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima manfaat
dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan
program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping termasuk didalamnya
melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para penerima manfaat
dalam memenuhi komitmennya. Jumlah pendamping disesuaikan dengan
jumlah peserta PKH yang terdaftar di setiap kecamatan. Sebagai acuan, setiap
pendamping mendampingi kurang lebih 375 RTSM peserta PKH. Selanjutnya
tiap-tiap 3-4 pendamping akan dikelola oleh satu koordinator pendamping.
kegiatan di lapangan, yaitu mengadakan pertemuan dengan Ketua Kelompok,
berkunjung dan berdiskusi dengan petugas pemberi pelayanan kesehatan,
pendidikan, pemuka daerah maupun dengan peserta itu sendiri.
Didalam pelaksanaan PKH terdapat Tim Koordinasi yang membantu
kelancaran program di tingkat provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan
informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan dan seterusnya
serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat langsung. Selain tim ini,
juga terdapat lembaga lain di luar struktur yang berperan penting dalam pelaksanaan
kegiatan PKH, yaitu lembaga pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap
kecamatan dimana PKH dilaksanakan(Kementrian Sosial R.I, 2013: 18-24).
2.6 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan alur berfikir peneliti didalam penelitian.
Untuk mengetahui bagaimana alur berfikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan
penelitian dari permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang pelaksanaan Program
Keluarga Harapan (PKH) di desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias,
maka peneliti membuat kerangka berfikir.
Salah satu permasalahan yang selalu dialami oleh negara Indonesia bahkan
negara-negara di belahan dunia adalah masalah kemiskinan.Kemiskinan mempunyai
berbagai wujud, termasuk kurangnya pendapatan dan sumber daya produktif yang
memadai untuk menjamin kelangsungan hidup, kelaparan, kekurangan gizi,
kesehatan yang buruk, keterbatasan akses pendidikan dan pelayanan dasar lainnya,
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menambahkan kemiskinan dicirikan oleh
kurangnya partisipasi dalam pengambilan keputusan dan dalam kehidupan sipil,
sosial, dan budaya seperti pengangguran, tindakan kriminalitas, kelaparan, kematian,
dan lain-lain
Untuk itu harus ada upaya yang nyata dalam pengurangan kemiskinan dan
salah satunya melalui Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan
merupakan suatu program yang dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem
perlindungan sosial kepada masyarakat miskin dalam rangka mempertahankan dan
meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin sekaligus upaya memotong
mata rantai yang terjadi selama ini. Program ini merupakan bantuan tunai bersyarat
yang berkaitan dengan persyaratan pendidikan dan kesehatan.
Tujuan utama dari Program Keluarga Harapan adalah mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama kepada
kelompok masyarakat miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat
pencapaian target MDGs. Secara khusus tujuan dari program keluarga harapan
terdiiri atas:
1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM.
2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM.
3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak-anak
dibawah 6 tahun dari RTSM.
4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan
khususnya bagi RTSM.
Masyarakat penerima bantuan dari program keluarga harapan ini adalah
rumah tangga sangat miskin (RTSM) dengan ketentuan yang telah diatur dalam
dipilih sebagai peserta adalah rumah tangga dengan kategori sangat miskin, dan
terdapat anggota keluarga yang terdiri dari: ibu hamil, ibu nifas atau anak-anak yang
berusia dibawah atau lebih dari 15 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan
dasar. Untuk mempermudah alur pemikiran, penulis membuat bagan yang
menggambarkan isi dari pemikiran sebelumnya.
Bagan Alur Pemikiran
Program Keluarga Harapan (PKH)
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) Di Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten
Nias
Aspek Evaluasi Pelaksanaan Program Dapat Dilihat Berdasarkan:
1. Masukan (input)
2. Proses (process)
3. Keluaran (output)
2.8 Definisi Konsep
Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya
menggambarkan secara cermat fenomena sosial yang dikaji. Untuk menghindari
salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan penelitian, maka seorang
peneliti harus menegaskan dan membatasi makna dari konsep-konsep yang diteliti.
Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian
disebut definisi konsep. Secara sederhana definisi diartikan sebagai batasan arti.
(Siagian,2011: 138).
Untuk lebih memahami konsep-konsep yang digunakan, maka penelitian
membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Evaluasi adalah suatu penilaian yang ditujukan kepada seseorang,
sekelompok atau suatu kegiatan. Sebagai penilaian, bisa saja penilaian ini
menjadi netral, positif, negatif atau bahkan gabungan dari keduanya
2. Pelaksanaan program dalam penelitian ini adalah penerapan seperangkat
program atau kebijakan yang memiliki tujuan yang ingin dicapai oleh
individu, kelompok, maupun pemerintah.
3. Program Keluarga Harapan dalam penelitian ini adalah sebuah program
jaminan sosial berupa bantuan tunai bersyarat dari pemerintah, yaitu sebuah
program jaminan sosial memiliki ketentuan serta hak dan kewajiban bagi
penerima bantuan program tersebut. Program Keluarga Harapan sebagai
upaya pemerintah untuk membantu rumah tangga sangat miskin dalam
memperoleh akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan. Dengan
demikian diharapkan dapat mengurangi kemiskinan.
4. Desa Tetehosi Kecamatan Idanogawo Kabupaten Nias dalam penelitian ini
karena di Kecamatan ini merupakan instansi yang menjalankan program
keluarga harapan.
2.9 Definisi Operasional
Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau
operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya
dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan penelitian
dalam melaksanakan penelitian dilapangan. Maka perlu operasionalisasi dari
konsep-konsep yang mengambarkan tentang apa yang harus diamati (Silalahi,2009:120).
Defenisi operasional sering disebut sebagai proses opersasionalisasi konsep,
yang berarti menjadi konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis. Jika
konsep sudah bersifat dinamis, maka akan memungkinkan untuk dioperasikan.
Wujud operasionalisasi konsep adalah dalam bentuk sajian yang benar-benar
terperinci, sehingga makna dan aspek-aspek yang terangkum dalam konsep tersebut
terangkat dan terbuka (Siagian,2011:141).
Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) dapat dilihat dari beberapa
indikator sebagai berikut:
1. Sosialisasi program, meliputi:
a. Sumber informasi responden tentang Program Keluarga Harapan
(PKH)
b. Proses pendaftaran menjadi peserta Program Keluarga Harapan
(PKH)
2.Pemahaman program, meliputi:
b. Pemahaman responden setelah mendapatkan informasi Program
Keluarga Harapan (PKH)
3.Pelaksanaan program, meliputi:
a. Tanggapan responden terhadap pelaksanaan Program Keluarga
Harapan (PKH)
b. Pelaksanaan mengenai aturan tentang pengelolaan dana Program
Keluarga Harapan (PKH)
c. Pelayanan
d. Tingkat kesulitan/kemudahan dalam proses administrasi menjadi
peserta Program Keluarga Harapan (PKH)
e. Pelaksanaan ketentuan tentang Program Keluarga Harapan (PKH),
menerima dana tanpa adanya potongan/justru ada potongan.
4. Ketepatan waktu:
a. Tahun responden menjadi anggota/peserta Program Keluarga Harapan
(PKH)