• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI - Perancangan Perangkat Lunak Steganografi Audio Mp3 Pada Pengamanan Pesan Dengan Algoritma Least Significant Bit (LSB) Dengan Modifikasi Jarak Sisip

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI - Perancangan Perangkat Lunak Steganografi Audio Mp3 Pada Pengamanan Pesan Dengan Algoritma Least Significant Bit (LSB) Dengan Modifikasi Jarak Sisip"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1Steganografi

Steganografi, berasal dari bahasa Yunani yaitu stegos yang berarti atap atau tertutup dan graphia yang berarti tulisan, adalah ilmu dan seni menyembunyikan keberadaan komunikasi [7]. Steganografi merupakan teknik menyembunyikan atau menyamarkan keberadaan pesan rahasia ke dalam sebuah media yang tidak terlihat mencurigakan, sehingga orang lain tidak mengetahui keberadaan pesan tersebut. Dua bagian yang paling penting dibutuhkan dalam steganografi adalah media penampung dan pesan rahasia yang akan disisipkan.

Teknik steganografi konvensional berusaha merahasiakan komunikasi dengan cara menyembunyikan pesan ataupun mengkamuflase pesan. Maka sesungguhnya prinsip dasar dalam steganografi lebih dikonsentrasikan pada kerahasiaan dalam hal

komunikasinya bukan pada datanya [11]. Steganografi berbeda dengan kriptografi. Kriptografi menyimpan makna sebenarnya dari suatu pesan rahasia, tetapi keberadaan pesan tersebut diketahui. Sedangkan, steganografi menutupi keberadaan pesan rahasia tanpa diketahui oleh orang lain.

Steganografi sudah dikenal sejak dahulu untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kebutuhan ini senantiasa berevolusi dan disempurnakan terus menerus. Pada awalnya orang hanya berkeinginan untuk menyembunyikan suatu teks dengan dituliskan dalam kertas dan menyimpannya dengan hati-hati. Penyembunyian pesan ini kemudian berkembang menjadi pengiriman pesan rahasia. Hal ini terjadi karena adanya kebutuhan bahwa harus ada pihak lain yang dapat menerima pesan rahasia tersebut dengan tetap menjaga kerahasiaan pesan dan pesan tersebut dapat disampaikan dengan selamat sampai ke pihak yang bersangkutan. Hal-hal tersebut kemudian mengarah pada teknik-teknik steganografi [2].

(2)

Yunani dipenjarakan oleh Raja Darius di Susa pada abad 5 sebelum masehi. Histaeus harus mengirim pesan rahasia kepada anak laki-lakinya, Aristagoras, di Militus. Histaeus menulis pesan dengan cara menggunakan tato pada kulit kepala seorang budak dan menunggu sampai rambut budak tersebut tumbuh untuk menutupi pesan rahasia. Histaeus kemudian mengirimkan budak tersebut kepada Aristagoras.

Penggunaan steganografi menjadi daya tarik banyak orang pada peristiwa penyerangan gedung WTC, 11 September 2001. Pada peristiwa tersebut disebutkan oleh “pejabat pemerintah dan para ahli dari pemerintahan AS” yang tidak disebutkan namanya bahwa “para teroris menyembunyikan peta-peta dan foto-foto target demikian juga dengan perintah untuk aktivitas teroris di ruang chat sport, bulletin boards, dan web site lainnya” [6].

2.1.1 Proses Steganografi

Seiring dengan perkembangan teknologi terutama dalam teknologi komputasi,

steganografi juga merambah pada media digital. Terdapat dua proses utama dalam steganografi digital yaitu penyisipan (embedding/encoding) pesan dan penguraian (extraction/decoding) pesan. Gambaran proses steganografi menurut Mohanty (1999) dapat dilihat pada gambar 2.1.

Pesan yang dimaksud dapat berupa plaintext, chipertext, citra, atau apapun yang dapat ditempelkan ke dalam bit-stream. Embedding merupakan proses menyisipkan pesan rahasia ke dalam suatu media penampung yang disebut dengan media cover (cover object). Kemudian media cover dan pesan rahasia yang

ditempelkan pada media cover tersebut memberikan hasil berupa media stego (stego object). Extraction adalah proses menguraikan pesan yang tersembunyi yang terdapat

dalam media stego.

(3)

penyimpanan pada cover object tersebut selanjutnya dinamakan sebagai stego object dan untuk mendapatkan kembali embedded message dilakukan ekstraksi pada stego object yang bersangkutan.

Gambar 2.1 Proses Steganografi [5].

Pihak-pihak yang terkait dalam steganografi adalah embeddor, extractor, dan stegoanalyst. Embeddor adalah orang yang melakukan embedding dengan menggunakan aplikasi steganografi, extractor adalah orang yang melakukan extract stego image dengan menggunakan aplikasi steganografi. Sedangkan stegoanalyst

adalah orang yang melakukan steganalisis. Steganalisis merupakan ilmu dan seni untuk mendeteksi pesan yang tersembunyi dalam steganografi.

Steganografi merupakan suatu seni / pengetahuan / pembelajaran / cara kerja berkomunikasi dengan menyembunyikan sebuah pesan rahasia dalam suatu informasi utama [8]. Berikut beberapa hal yang berhubungan dengan steganografi menurut Mohanty (1999) sesuai dengan gambar 2.1 adalah sebagai berikut:

Embedded-<datatype>

(4)

Stego-<datatype>

Merupakan hasil keluaran dari proses penyisipan (embedding). Hasil keluaran ini mengandung pesan rahasia yang tersembunyi didalamnya.

Cover-<datatype>

Merupakan sebuah inputan dari proses penyisipan yang mana dijadikan sebagai media tempat penampungan pesan rahasia yang akan disisipkan didalamnya.

Stegokey

Kata kunci tambahan yang dapat digunakan dalam proses penyisipan dan ekstraksi. Penggunaan kata kunci dimaksudkan untuk dapat melakukan proses verifikasi dalam menguji keaslian dari suatu stego-<datatype>.

Embedding

Merupakan proses penyisipan embedded-<datatype> ke dalam cover-<datatype> dan menghasilkan stego-<datatype>. Dalam proses embedding, dimasukkan stegokey agar pada saat proses extracting dapat dilakukan verifikasi dalam

menentukan keaslian sebuah stego-<datatype>.

Extracting

Merupakan proses ekstraksi embedded-<datatype> dari stego-<datatype> dengan memasukkan stegokey untuk melakukan proses verifikasi dari stego-<datatype> tersebut.

Stegoanalyst

Merupakan pihak yang ahli dalam melakukan proses steganografi. Seorang stegoanalyst mampu mendeteksi adanya pesan tersembunyi dengan mempelajari teknik-teknik / memahami seni dari proses steganografi.

Embeddor/Extractor

(5)

Berikut ini terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam steganografi yaitu [9] :

1. Imperceptibility

Penambahan pesan rahasia ke dalam media penampung tidak dapat dideteksi. Jika media penampung yang digunakan adalah media audio, maka telinga manusia tidak dapat mendeteksi perubahan yang terjadi pada media penampung tersebut setelah disisipi pesan rahasia.

2. Fidelity

Penambahan pesan rahasia ke dalam media penampung tidak mengalami perubahan yang signifikan. Artinya, mutu media penampung setelah ditambahkan pesan rahasia tidak jauh berbeda dengan mutu media penampung sebelum ditambahkan pesan.

3. Recovery

Pesan rahasia yang telah disisipkan dalam media penampung harus dapat diekstrak

kembali. Hal ini merupakan syarat mutlak dalam sebuah algoritma steganografi, karena ada banyak cara penyisipan pesan yang tidak terdeteksi namun sulit dalam pembacaan kembali pesan yant telah disisip tersebut.

4. Robustness

Pesan yang disembunyikan harus tahan terhadap berbagai operasi manipulasi yang dilakukan pada media penampung. Bila pada media penampung dilakukan operasi-operasi manipulasi, maka pesan yang disembunyikan seharusnya tidak mengalami kerusakan (tetap valid jika diekstraks kembali).

(6)

2.1.2 Taksonomi Steganografi

Taksonomi dari steganografi dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:

Gambar 2.2 Taksonomi Steganografi [8].

Penjelasan dari taksonomi steganografi yang ada pada gambar 2.2 adalah sebagai berikut:

1. Technical Steganography

Teknik ini menggunakan metode sains untuk menyembunyikan pesan. Contohnya adalah penyembunyian pesan dalam chip mikro.

2. Linguistic Steganography

Teknik ini menyembunyikan pesan dengan cara yang tidak lazim. Teknik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Semagrams dan Open Codes.

3. Semagrams

(7)

Teknik semagrams terbagi menjadi dua bagian yaitu Visual Semagrams dan Text Semagrams. Visual semagrams menggunakan suatu benda dalam kehidupan

sehari-hari yang tidak mencolok untuk menyampaikan pesan. Sebagai contoh penempatan posisi dari dari suatu benda. Sedangkan pada text semagrams menyembunyikan pesan dengan memodifikasi tampilan dari suatu teks (carrier), sebagai contoh melalui perubahan kecil pada ukuran teks, font atau penambahan spasi.

4. Open Codes

Teknik ini menyembunyikan pesan dengan cara yang tidak umum namun tetap tidak terlihat mencurigakan. Teknik ini terbagi menjadi dua bagian yaitu Jargon Code dan Covered Ciphers.

5. Covered Ciphers

Teknik ini menyembunyikan pesan dalam media penampung sehingga pesan kemudian dapat diekstrak dari media penampung tersebut oleh pihak yang mengetahui bagaimana pesan tersembunyi tersebut disembunyikan.

2.2 Media Penampung Pesan

Media penampung pesan pada steganografi merupakan suatu wadah untuk menyembunyikan pesan rahasia. Beberapa contoh media penampung pesan rahasia yang digunakan dalam teknik steganografi adalah sebagai berikut:

1. Teks

Dalam algoritma steganografi yang menggunakan teks sebagai media penampung, teks yang telah disisipi pesan rahasia tidak boleh terlihat mencurigakan oleh orang lain yang melihat teks tersebut.

2. Audio

(8)

3. Citra

Format ini juga sering digunakan dikarenakan format tersebut merupakan salah satu format berkas yang banyak dipertukarkan dalam dunia internet. Alasan lainnya adalah banyak tersedia algoritma-algoritma steganografi untuk media penampung yang berupa citra.

4. Video

Format ini merupakan format dengan ukuran berkas yang relatif sangat besar namun jarang digunakan dikarenakan ukurannya yang terlalu besar sehingga

terkesan kurang praktis dan juga tidak banyak tersedia algoritma yang mendukung format ini sebagai media penampung.

2.3 File MP3

MPEG (Moving Picture Expert Group)-1 audio layer III atau yang lebih dikenal dengan MP3, adalah salah satu dari pengkodean dalam digital audio dan juga merupakan format kompresi audio yang memiliki sifat “menghilangkan”. Istilah menghilangkan yang dimaksud adalah kompresi audio ke dalam format MP3 menghilangkan aspek-aspek yang tidak signifikan pada pendengaran manusia untuk mengurangi besarnya file audio.

Sebagai hasil dari kompresi audio, MP3 dibentuk dengan mengikuti model psycho-acoustic yang mana menyadari bahwa telinga manusia tidak dapat mendengar

semua frekuensi-frekuensi audio. Jarak pendengaran manusia adalah antara 20 Hz sampai 20 kHz. Ketika suara dikompresi ke dalam format MP3, sebuah usaha dilakukan dengan membuang frekuensi-frekuensi yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia. Oleh karena itu, kompresi audio ke dalam format MP3 bersifat destruktif (menghancurkan/menghilangkan).

Terdapat beberapa variasi dalam melakukan kompresi audio ke dalam format MP3. Berikut spesifikasi dari layer 1 sampai layer 3 berdasarkan tingkat kerumitan

(9)

1. Layer 1

Layer ini mempunyai tingkat kerumitan terendah dari ke-3 layer. MP3 pada jenis layer 1 paling baik dibentuk pada kompresi 384 kbit/s.

2. Layer 2

Layer ini mempunyai tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan dengan

layer 1. MP3 pada jenis layer 2 paling baik dibentuk pada kompresi 256-384

kbit/s, sangat baik pada 224-256 kbit/s, dan baik pada 192-224 kbit /s.

3. Layer 3

Layer ini mempunyai tingkat kerumitan lebih kompleks dibandingkan dengan

layer 2. MP3 pada jenis layer 3 paling baik dibentuk pada 224-320 kbit/s, sangat baik pada 192-224 kbit/s, dan baik pada 128-192 kbit/s.

Kompresi MP3 yang dilakukan seperti yang telah disebutkan diatas, tidak mempertahankan bentuk asli dari sinyal input. Yang dilakukan dalam proses kompresi tersebut adalah menghilangkan suara-suara yang keberadaannya kurang/tidak signifikan bagi sistem pendengaran manusia. Proses yang dilakukan adalah

menggunakan model dari sistem pendengaran manusia dan menentukan bagian yang terdengar bagi sistem pendengaran manusia. Setelah itu sinyal input yang memiliki domain waktu dibagi menjadi blok-blok dan ditransformasi menjadi domain frekuensi. Kemudian model dari sistem pendengaran manusia dibandingkan dengan sinyal input dan dilakukan proses penyaringan yang menghasilkan sinyal dengan range frekuensi yang signifikan bagi sistem pendengaran manusia. Proses diatas adalah proses konvolusi dua sinyal yaitu sinyal input dan sinyal model sistem pendengaran manusia. Langkah terakhir adalah kuantisasi data, dimana data yang terkumpul setelah penyaringan akan dikumpulkan menjadi satu keluaran dan dilakukan pengkodean dengan hasil akhir file dengan format MP3.

Proses pengkompresian audio ke dalam format MP3 dapat menghasilkan keluaran yang hampir setara dengan audio aslinya disebabkan oleh kelemahan dari sistem pendengaran manusia yang dapat dieksploitasi. Berikut adalah beberapa kelemahan dari sistem pendengaran manusia yang digunakan dalam pemodelan:

(10)

2. Terdapat beberapa suara yang dapat terdengar lebih baik bagi pendengaran manusia dibandingkan suara lainnya.

3. Bila terdapat dua suara yang dikeluarkan secara simultan, maka pendengaran manusia akan mendengar yang lebih keras sedangkan yang lebih pelan akan tidak terdengar.

Pada perbandingan kualitas suara dari beberapa format kompresi audio hasil yang dihasilkan bervariasi berdasarkan bitrate yang berbeda-beda dan perbandingan berdasarkan codec yang digunakan. Pada 128 kbit/s, LAME MP3 unggul sedikit dibandingkan dengan Ogg Vorbis, AAC, MPC and WMA Pro. Kemudian pada 64 kbit/s, AAC-HE dan mp3pro menjadi yang teratas diantara codec lainnya. Sedangkan, untuk yang diatas 128 kbit/s tidak terdengar perbedaan yang signifikan. Pada umumnya format MP3 sekarang menggunakan 128 kbit/s dan 192 kbit/s sehingga hasil yang dihasilkan cukup baik [1].

2.3.1 Struktur Data pada File MP3

Struktur di dalam sebuah file MP3 memiliki struktur seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur di dalam file MP3

(11)

Dalam MP3 header terdapat sebuah sync word yang mana digunakan untuk mengidentifikasi permulaan dari sebuah frame yang sah. MP3 Header berukuran 4 bytes di mana 2 byte awal selalu diawali dengan: FF FB dan 2 bytes lainnya berisi

nilai sesuai dengan informasi bit rate, frequency, dan lain-lain. Dua bytes pertama (FF dan FB) menunjukkan bahwa file tersebut merupakan file MPEG dengan Audio Layer 3 yang sering disebut dengan MP3. MP3 Header selalu diikuti dengan 32 bytes yang biasanya disebut sebagai side info.

Gambar 2.4 Frame MP3

Detil dari MP3 Header dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2.5 MP3 Header

(12)

FF FB A0 40 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 00 11 c0 1a 0d 00 7f 11 00 22 07 3d 3d 0 3d 0 2 9a 2a 4f 3e 3d 00 10 10 10 03 3d 10 10 2 f 10 10 12 00 12 10 25 23 13 00 04 11 23 00 00 12 11 32 2a 2a 9f 25 10 -10 02 12 10 53 13 00 a6 11 12 23 00 0f 10 10 10 12 10 5d 23 13 70 11 26 23 00 01 13 9a 2a 2f 10 10 10 12 10 53 90 56 11 23 00 01 13 0e 22 52 9a 2a 10 3d 10 02 2f 10 10 10 12 -10 11 33 13 00 07 3d 10 02 3f 10 10 12 12 53 13

Gambar 2.6 Data File MP3 Dalam Hexa.

Side information mempunyai total panjang tidak lebih dari 32 bytes dalam

setiap frame. Adapun informasi yang terdapat pada side information antara lain adalah mengenai main data end, private bits, scale factor selection, panjang main data, big values, global gain, scale factor compress, blocksplit flag, block type, switch point,

table select, subblock gain, region address, preflag, dan scalefactor scale.

2.4 Algoritma Steganografi pada Media Audio

2.4.1 Metode Steganografi pada Media Audio

Terdapat beberapa metode dalam menerapkan proses steganografi pada media audio. Metode-metode tersebut memanfaatkan kelemahan pada sistem pendengaran manusia. Berikut metode-metode yang sering digunakan dalam steganografi pada media audio, yaitu:

1. Low bit encoding

Metode ini menggantikan bit-bit data yang mempunyai pengaruh paling kecil terhadap sinyal audio dengan bit-bit data yang akan disembunyikan. Ketika bit tersebut diubah, nilai perubahannya hanya berkisar 1 bit dan tidak memberikan perubahan yang berarti terhadap keseluruhan data.

2. Echo data hiding

(13)

echo pada sinyal audio yang didengarkan. Terdapat 3 parameter yang digunakan dalam metode ini yaitu amplitudo, decay rate, dan offset.

Pada sinyal audio, gema biasanya muncul beberapa saat setelah bunyi asli keluar. Jika delay waktu antara bunyi asli dengan gema diperkecil, maka suara gema tersebut akan lebih sulit dipersepsikan oleh telinga manusia. Selain itu, gema juga dapat dibuat menjadi inaudible (tak terdengar) dengan memanfaatkan variasi dari parameter-parameter dalam metode tersebut. Pengaturan dari parameter-parameter dalam metode ini sehingga gema menjadi tidak terdengar dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Mengatur offset atau delay dengan nilai yang relatif pendek sehingga gema yang terdengar tidak dapat dipersepsi oleh telinga manusia.

2. Mengatur delay paling tinggi sebesar 1 ms.

3. Mengatur nilai inisialisasi amplitudo dan decay rate dengan nilai di bawah threshold dari pendengaran manusia, sehingga manusia tidak dapat mendengar

gema yang dihasilkan tersebut.

3. Phase coding

Metode ini mensubtitusikan fase dari tiap segmen audio awal dengan fase referensi yang mempresentasikan pesan yang disembunyikan. Metode ini juga memanfaatkan kelemahan sistem pendengaran manusia untuk merasakan fase absolut. Fase dari tiap awal segmen dibuat sedemikian rupa sehingga tiap segmen masih terdapat hubungan yang berujung pada kualitas suara yang tetap terjaga. Teknik tersebut tergolong rumit dalam hal realisasi dan implementasi, tetapi dapat menghasilkan keluaran yang baik.

4. Direct sequence and frequency hopped spread spectrum

(14)

kerjanya adalah membuat noise dari suatu sinyal dengan menggunakan bantuan noise generator. Setelah itu, file pesan tersebut disembunyikan pada noise yang telah dibuat dan disebarkan ke berbagai spectrum dengan frekuensi sinyal yang berbeda-beda.

5. Frequency masking

Metode ini menggunakan kelemahan telinga manusia yang tidak dapat mendengarkan frekuensi-frekuensi tertentu pada kondisi tertentu.

2.4.2 Algoritma Least Significant Bit (LSB)

Dasar dari algoritma least significant bit (LSB) ini yaitu dengan cara mengganti bit terakhir dari sample audio dengan pesan yang akan disisipkan. Algoritma LSB menggunakan metode low bit encoding. Pada saat melakukan penyisipan pesan ke dalam sample audio, maka sample audio dan pesan penyisip harus diubah menjadi biner terlebih dahulu. Pengubahan sample audio menjadi biner dimaksud untuk

mendapatkan satu bit pada satu sample audio, dimana bit terakhir dari sample biner tersebut akan digantikan dengan satu bit dari bit penyisip.

Sebagai contoh diberikan nilai sample audio 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 10, 40, 60, 40, 30, 70, 32, 26, 50, 12, 7D, 1E, 52, 1D, 2A, 0D, 12, 00, 11, 2B, 9A, 11, 4C, 2F, 45, 07, 02, 9A, 2A. Pada sample audio diatas dilakukan konversi ke biner menjadi larik sample audio biner seperti berikut: 00110010, 00001010, 00101000, 00111100, 00101000, 00011110, 01000111, 00100000, 00011010, 00110010, 00001010, 00101000, 00111100, 00101000, 00011110, 01000110, 00100000, 00011010, 00110010, 00001010, 00101000, 00111100, 00101000, 00011110, 01000110, 00100000, 00011010, 00110010, 00010010, 01111101, 00011110, 01010010, 00011101, 00101010, 00001101, 00010010, 00000000, 00010001, 00101011, 10011010, 00010001, 01001100, 00101111, 01000101, 00000111, 00000010, 10011010, 00101010.

(15)

dari bit teks “BU”. Dalam bentuk matriks sample audio dapat dilihat seperti pada Gambar 2.7

B = 01000010

U = 01010101 0 1 0 0 0 0 1 0

00110010

00001011 00101000 00111100

00101000 00011110 01000111 00100000

00011010 00110011 00001010 00101001

00111100 00101001 00011110 01000111

Gambar 2.7 Data dari penyisip bit-bit teks “BU”

Pada gambar diatas nilai sample audio yang berubah dapat dilihat dimana yang berubah adalah nilai bit yang terakhir.

2.4.3 Algoritma Least Significant Bit dengan Modifikasi Jarak Sisip

Algoritma steganografi pada audio sama saja dengan algoritma steganografi pada image (citra). Algoritma LSB dengan modifikasi jarak sisip berfungsi untuk

memodifikasikan teknik penyembunyian data dimana bit-bit data rahasia akan mengganti byte-byte tertentu pada media digital dalam jarak yang sudah ditentukan.

(16)

Contohnya penyisipan pesan “BU” dalam biner ke dalam sample audio adalah sebagai berikut dengan nilai lompatan 2 :

B = 01000010

U = 01010101 0 0 1 1 0 0 0 0

00110010 00001010 00101000 00111101 00101000 00011110 01000110 00100000

00011010 00110010 00001010 00101000

00111100 00101000 00011110 01000110

00100000 00011010 00110011 00001010

00101000 00111100 00101000 00011110

01000110 00100000 00011010 00110011

00010010 01111101 00011110 01010010

00011101 00101011 00001101 00010010

00000000 00010001 00101011 10011011

00010001 01001100 00101110 01000101

00000111 00000011 10011010 00101010

Gambar 2.8. Data penyisip berupa bit-bit teks “BU”

Setelah penyisipan, bit-bit dari teks “BU” ada terletak di byte ke 1, 4, 7, 10, 13, 16, 19,

22, 25, 28, 31, 34, 37, 40, 43, 46 dari sample audio.

Penggunaan algoritma LSB pada file audio adalah perubahan nilai bit terakhir dari byte data dengan bit penyisip dimana byte sample yang disisipi adalah berselang seling dengan lompatan byte tertentu tergantung user yang melakukan penyisipan. Agar proses ekstraksi dapat berhasil, maka nilai lompatan dimasukkan ke dalam kunci yang digunakan.

(17)

ditampung oleh satu channel adalah 44 kbps per kilohertz. Implementasi low-bit encoding dilakukan dengan cara yang relatif sama dengan yang dilakukan pada

pengerjaan kriptografi. Pertama-tama, file pesan, kunci, dan file audio yang akan disisipkan pesan diubah ke dalam representasi bit array. Setelah itu, setiap bit di file pesan dioperasikan dengan bit di file audio dengan memanfaatkan kunci.

Penggunaan kunci dimaksudkan untuk memudahkan penyisipan serta ekstraksi pesan serta untuk memudahkan komunikasi antar pemberi dan penerima pesan. Bagian header dari file audio tidak ikut dimodifikasi, sehingga file audio masih tetap dapat dikenali dan dapat dibuka kembali. Hasil penyisipan pesan menyebabkan perubahan pada atribut file audio. File audio yang telah disisipi pesan ternyata memiliki ukuran yang lebih besar daripada ukuran file audio sebelum disisipi pesan. Hal ini sebenarnya tidak sesuai harapan, karena secara teori, seharusnya ukuran file sebelum dan sesudah disisipi pesan tetap sama karena isi pesan dapat dikatakan hanya menggantikan posisi bit-bit yang ada pada file audio.

Namun demikian, berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, berubahnya ukuran file audio mungkin disebabkan karena banyak bit bernilai 0 yang tergantikan oleh bit bernilai 1, sehingga perubahan yang terjadi cukup mempengaruhi ukuran file, yaitu menambah ukuran file sehingga menjadi lebih besar dari sebelumnya. File pesan yang disisipi ke dalam file audio merupakan file teks yang berukuran 128 byte.

Gambar

Gambar 2.2 Taksonomi Steganografi [8].
Gambar 2.3 Struktur di dalam file MP3
Gambar 2.4 Frame MP3
Gambar 2.7
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebagaimana diketahui dari pemaparan sebelumnya bahwa banyak kegiatan eksplorasi yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Begitupula halnya

[r]

Sehubungan dengan itu, saya menyambut baik penyelenggaraan Kontes Robot ABU Indonesia (KRAI), karena dalam KRAI setiap peserta harus mengeksplorasi kemampuannya

Hasil penelitian yang berjudul “Kajian Tingkat Kemiskinan dan Ketahanan Pangan Rumahtangga Nelayan di Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur” disajikan dalam

Sehingga apabila sepanjang mengenai kepastian hukum anak sah maka diatur dalam Pasal 250 Burgelijk Wetboek voor Indonesie (BW) atau yang dikenal juga dengan Kitab

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil usaha Teh Gaharu di Desa Lubuk Pabrik Kecamatan Lubuk Besar Kabupaten Bangka Tengah, menganalisis kelayakan Teh

dengan sistem kebudayaan lain adalah simbol-simboldalam agama yang menyatakan. kepada kita bahwa terdapat sesuatu “yang benar - benar riil”, yang