BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Return Saham
Saham adalah penyertaan dalam modal dasar suatu perseroan terbatas,
sebagai tanda bukti pernyataan tersebut dikeluarkan surat kolektif kepada
pemegang saham. Return adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pemodal atas investasi yang dilakukannya. Dalam hal ini tujuan dari corporate finance adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Memaksimumkan nilai perusahaan berarti
memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Kekayaan pemegang saham sangat
dinilai dari return yang diterima pemegang saham atas investasi yang telah dilakukan di dalam perusahaan.
Return dapat berupa return realisasi (realized return) yaitu return yang telah terjadi dan return ekspektasi (expected return) yaitu return yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Jogiyanto (2000: 107) menyatakan bahwa
return abnormal (abnormal return) merupakan selisih antara return ekspektasi dan return realisasi. Saham suatu perusahaan dapat dinilai dari pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Return abnormal menjadi indikator untuk mengukur efisiensi suatu pasar modal. Apabila harga suatu instrumen investasi telah mencerminkan seluruh
diperlukan analisis untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal.
Tujuan analisis fundamental adalah menentukan apakah nilai saham
berada pada posisi undervalue atau overvalue. Saham dikatakan undervalue bilamana return saham di pasar saham lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya, demikian juga sebaliknya. Dapat dikatakan bahwa untuk
memperkirakan return saham dapat menggunakan analisis fundamental yang menganalisis kondisi keuangan dan ekonomi perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut.
2.2 Economic Value Added (EVA)
2.2.1 Pengertian Economic Value Added (EVA)
Menurut Brigham & Houston (2006:68), “Economic Value Added (EVA) merupakan nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada
pemegang saham selama suatu tahun tertentu.”
Menurut Steward III (1990:118), pencetus EVA pertama kali,
mendefinisikan EVA sebagai berikut:
EVA is a residual income measure that substract the cost of capital from the operating profits generated in the business. It’s measure to account properly for all of the ways in which corporate value may be added or lost. EVA will increase if operating profit can be made to grow without trying up any more capital, if new capital is diverted or liquidated from business activities that do not cover their cost of capital.
perusahaan yang menyatakan bahwa kesejahteraan hanya dapat tercapai
jika perusahaan mampu memenuhi semua biaya operasi (operating cost) dan biaya modal (cost of capital)”. Hansen (2005:829) menyatakan bahwa “nilai tambah ekonomi (EVA) merupakan laba operasi setelah pajak
dikurang total biaya modal”.
Economic Value Added (EVA) saat ini merupakan salah satu konsep manajemen yang cukup dikenal luas dikalangan dunia usaha,
dimana dalam pengambilan keputusan berinvestasi melihat nilai
perusahaan dari laporan keuangannya. Penggunaan analisis rasio keuangan
sebagai alat pengukur akuntansi memiliki kelemahan utama, yaitu
mengabaikan adanya biaya modal sehingga sulit untuk mengetahui apakah
suatu perusahaan telah berhasil menciptakan nilai atau tidak. Untuk
mengatasi kelemahan tersebut dikembangkan suatu konsep baru yaitu
Economic Value Added (EVA) yang dipopulerkan oleh Stern & Steward.
2.2.2 Manfaat Economic Value Added
EVA sangat bermanfaat bagi penilai kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan
perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga bertindak seperti
tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga
nilai perusahaan maksimum.
2.2.3 Tolak Ukur Economic Value Added Tabel 2.1
Tolak Ukur Penilaian EVA
Nilai EVA
Pengertian Laba
Perusahaan
EVA > 0
Ada nilai ekonomis lebih, setelah perusahaan membayarkan semua kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA = 0
Tidak ada nilai ekonomis lebih, tetapi perusahaan mampu membayarkan semua kewajibannya pada para penyandang dana atau kreditur sesuai ekspektasinya.
Positif
EVA < 0
Perusahaan tidak mampu membayarkan kewajiban pada para penyandang dana atau kreditur sebagaimana nilai yang diharapkan ekspektasi return saham tidak tercapai
Tidak dapat ditentukan,
namun jika laba ada, tidak sesuai dengan yang diharapkan
2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan EVA
EVA memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1) EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dengan
memperhitungkan beban biaya modal sebagai konsekuensi
2) Perhitungan EVA relatif mudah dilakukan hanya yang menjadi
persoalan adalah perhitungan biaya modal yang memerlukan
data yang lebih banyak dan analisis yang lebih mendalam.
3) EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data
pembanding seperti standar industri atau perusahaan lain
sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan analisis
rasio.
Meskipun EVA memiliki beberapa keunggulan, namun teknik ini
juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan EVA antara lain:
1) Sulit menentukan biaya modal secara obyektif. Hal ini
disebabkan dana untuk investasi dapat berasal dari berbagai
sumber dengan tingkat biaya modal yang berbeda - beda dan
bahkan biaya modal mungkin merupakan biaya peluang.
2) EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat
mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham
tertentu, padahal faktor – faktor lain terkadang justru lebih
dominan.
3) Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam
perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya
seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan
kondisi internalnya.
5) EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis.
2.2.5 Langkah- Langkah dalam Menentukan EVA
Menurut Brigham & Houston (2006:69), EVAditentukan dengan
cara antara lain :
1) Menghitung laba bersih setelah pajak (Net Operating Profit After Tax / NOPAT)
Menurut Bringham dan Houston (2006 : 64), laba bersih
tidaklah selalu mencerminkan kinerja yang sebenarnya dari operasi
sebuah perusahaan atau keefektifan dari para manajer operasi dan
karyawannya. Ukuran yang lebih baik untuk membandingkan
kinerja diantara para manajer adalah laba operasi bersih setelah
pajak, yang merupakan jumlah laba yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan jika tidak memiliki utang dan aktiva non operasi.
NOPAT atau laba bersih setelah pajak ini dapat dihitung dengan
rumus:
NOPAT = EBIT (1- Tax)
Keterangan :
EBIT : Earning Before Interest and Tax atau laba sebelum bunga dan pajak
Tax : Tarif pajak
Invested capital adalah penjabaran dari modal, sebagai modal yang diinvestasikan yakni seluruh keuangan perusahaan
yang sudah terlepas dari kewajiban jangka pendek yang tidak
menanggung bunga. Total kewajiban dan ekuitas menunjukkan
beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan utang. Pinjaman jangka pendek tanpa bunga
merupakan pinjaman yang digunakan perusahaan yang
pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam
jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, dan atas
pinjaman itu tidak dikenai bunga, seperti hutang
usaha/kewajiban segera, hutang pajak, biaya yang masih harus
dibayar, dan lain-lain.
Invested Capital = Total Kewajiban & Ekuitas – Kewajiban Jangka. Pendek
3) Menghitung WACC (Weighted Average Cost of Capital)
Menurut Young (2001:149) Weighted Average Cost of Capital (WACC) adalah biaya ekuitas dan biaya hutang masing – masing dikalikan dengan persentase ekuitas dan
biaya hutang pada struktur modal perusahaan. Secara
sistematis WACC dihitung dengan:
Dimana :
Tingkat Modal (D) = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝑟𝑟𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝑟𝑟𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾 𝑟𝑟𝑇𝑇𝐾𝐾 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐾𝐾𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸 × 100%
Cost of Debt (rd) = 𝐵𝐵𝑟𝑟𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾 𝐵𝐵𝐸𝐸𝐾𝐾𝐵𝐵𝑇𝑇
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝑟𝑟𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾 × 100%
Tingkat Modal dan Ekuitas (E) = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐾𝐾𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐾𝐾𝑟𝑟𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾 𝑟𝑟𝑇𝑇𝐾𝐾 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐾𝐾𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸 × 100%
Cost of Equity (re) = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐾𝐾𝑇𝑇𝐾𝐾𝑟𝑟𝑟𝑟𝐸𝐸𝐾𝐾 ℎ𝐸𝐸𝑟𝑟𝑇𝑇𝑟𝑟𝑇𝑇𝑇𝑇 ℎ𝑝𝑝𝑇𝑇𝐾𝐾𝑇𝑇𝐸𝐸
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐾𝐾𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸 × 100%
Keterangan :
WACC = Weighted Average Cost of Capital atau biaya modal rata-rata tertimbang
D = Tingkat modal
Rd = Biaya hutang
E = Tingkat modal dan ekuitas
Re = Biaya ekuitas
Tax = Beban pajak
4) Menghitung Capital Charges
para kreditor, serta biaya ekuitas yang seharusnya
dibayarkan kepada para pemegang saham.
Capital Charges = WACC x Invested Capital 5) Menghitung EVA
EVA dapat diukur dengan :
EVA = NOPAT –Capital Charges
2.3 Market Value Added (MVA)
Sasaran utama dari kebanyakan perusahaan adalah untuk memaksimalkan
kekayaan pemegang saham. Sasaran ini sudah pasti akan menguntungkan
pemegang saham, tetapi juga akan membantu untuk memastikan bahwa sumber
daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, yang akan memberikan
keuntungan pada ekonomi. Kekayaan pemegang saham akan dimaksimalkan
dengan meminimalkan perbedaan antara nilai pasar dari saham perusahaan dan
jumlah modal ekuitas yang telah diberikan oleh pemegang saham.
Menurut Brigham & Houston (2006:68), “perbedaan antara nilai pasar
saham perusahaan dengan jumlah ekuitas modal investor yang telah diberikan
disebut sebagai Market Value Added (MVA).” MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang.
MVA = (Saham yang beredar x Harga saham) – Total ekuitas saham
Semakin besar MVA, menunjukkan indikasi MVA semakin baik. Dari
paparan tersebut dapat disimpulkan bila MVA positif maka perusahaan telah
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila nilai
MVAnegatif maka perusahaan tidak berhasil mengubah investasi menjadi lebih
besar, bahkan menurunkan nilai modal yang ditanamkan kepada investor.
2.4 Rasio Profitabilitas
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis
fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga
merupakan elemen dalam penciptaannilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Efektifitas manajemen dalam
menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam
neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih – yang
didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu analisis yang
memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai yang ditetapkan
pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya.
Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan (Sutrisno, 2000:266).
ROA sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi memberikan informasi
seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Rasio ini
menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (Riyanto, 1995).
Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan
perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi
ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor
tertarik akan nilai saham (Arifin, 2002:65).
Return on Assets = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐾𝐾𝑇𝑇 𝐵𝐵𝑟𝑟𝑟𝑟𝐸𝐸𝐾𝐾 ℎ
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐴𝐴𝐸𝐸𝑇𝑇𝐾𝐾𝐴𝐴𝑇𝑇 ×100 %
2.5 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan return saham perusahaan antara lain penelitian yang dilakukan oleh Marshal (2009) , dalam penelitiannya
Mochtasom (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
Economic Value Added, Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi, Market Value Added, dan ROA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa EVA,
Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi, MVA dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap return saham, sedangkan secara parsial variabel Earnings, Arus Kas Operasi dan ROA berpengaruh terhadap return saham sedangkan variabel EVA, Residual Income, MVA tidak berpengaruh terhadap return saham.
Wibowo (2005), yang meneliti tentang pengaruh Economic Value Added dan Profitabilitas Perusahaan terhadap Return pemegang Saham. Hasil dari penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa Economic Value Added, ROA, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Rahayu (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh
EVA dan MVA Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya memberikan bukti empiris bahwa EVA dan
MVA tidak mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham perusahaan yang termasuk dalam LQ 45.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama dan Tahun
Judul Variabel yang digunakan
Hasil penelitian
Yogi Marshall
“Pengaruh Economic
Variabel independen:
Nama dan Tahun
Judul Variabel yang digunakan
yang negatif, sedangkan MVA dan arus koperasi tidak berpengaruh signifikan dan memiliki arah positif terhadap return saham. Secara simultan EVA, MVA, Arus Kas Operasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Mochammd yang Listing di BEI” Arus Kas Operasi, Market Value Added, dan ROA
Variabel dependen: Return Saham
EVA, Residual Income, Earnings, Arus Kas Operasi, MVA dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap return saham, sedangkan secara parsial variabel Earnings, Arus Kas Operasi dan ROA berpengaruh terhadap return saham sedangkan variabel EVA, Residual Income,
MVA tidak positif yang signifikan terhadap return saham
Nama dan Tahun
Judul Variabel yang digunakan Return of Equity (ROE). terhadap Return Saham.
2.6 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan
teoritis yang telah diuraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini
dapat dilihat seperti berikut:
Gambar 2.1
Return Saham (Y)
Economic Value Added (X1)
Market Value Added (X2)
EVA positif berarti perusahaan telah mampu menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Nilai tersebut diperoleh dalam bentuk return saham berupa deviden atau capital gain. MVA digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang. Semakin besar MVA,
menunjukkan indikasi MVA semakin baik. MVA positif maka perusahaan telah
berhasil meningkatkan nilai modal yang telah diinvestasikan, sedangkan bila nilai
MVAnegatif maka perusahaan tidak berhasil mengubah investasi menjadi lebih besar,
bahkan menurunkan nilai modal yang ditanamkan kepada investor. ROA yang tinggi
(besar) berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan
investor tertarik akan nilai saham (Arifin 2002;65).
2.7Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan uraian kerangka konseptual dan teori tersebut , hipotesis penelitian