Komponen isi laporan makalah: 1. Cover/ Halaman Judul
2. Kata pengantar 3. Daftar isi
4. BAB I Pendahuluan: a. Latar belakang
Banyak penyakit yang di sebabkan oleh virus salah satunya adalah Polio. Polio adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus polio yang dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Penyakit ini dapat menyerang pada semua kelompok umur, namun yang peling rentan adalah kelompok umur kurang dari 3 tahun. Gejala meliputi demam, lemas, sakit kepala, muntah, sulit buang air besar, nyeri pada kaki, tangan, kadang disertai diare. Kemudian virus menyerang dan merusakkan jaringan syaraf , sehingga menimbulkan kelumpuhan yang permanen. Penyakit polio pertama terjadi di Eropa pada abad ke-18, dan menyebar ke Amerika Serikat beberapa tahun kemudian. Penyakit polio juga menyebar ke negara maju belahan bumi utara yang bermusim panas. Penyakit polio menjadi terus meningkat dan rata-rata orang yang menderita penyakit polio meninggal, sehingga jumlah kematian meningkat akibat penyakit ini. Penyakit polio menyebar luas di Amerika Serikat tahun 1952, dengan penderita 20,000 orang yang terkena penyakit ini ( Miller,N.Z, 2004 ).
b. Tujuan (umum/ khusus) 5. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Gejala polio dapat bervariasi mulai dari yang ringan, seperti fu hingga yang berat yaitu kelumpuhan yang mengancam nyawa. Dalam satu sampai dua persen dari kasus, polio mempengaruhi saraf, mengakibatkan kelumpuhan lengan, kaki atau diafragma (otot mengendalikan pernapasan). Setengah dari mereka yang bertahan hidup akan mengalami kelumpuhan permanen.
b. Etiologi
Penyebab polio adalah virus polio.Virus polio merupakan RNA virus dan termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio adalah virus kecil dengan diameter 20-32 nm, berbentuk spheris dengan struktur utamanya RNA yang terdiri dari 7.433 nukleotida, tahan pada pH 3-10, sehingga dapat tahan terhadap asam lambung dan empedu. Virus tidak akan rusak dalam beberapa hari pada temperatur 20 – 80 C, tahan terhadap gliserol, eter, fenol 1% dan bermacam-macam detergen, tetapi mati pada suhu 500 – 550 C selama 30 menit, bahan oksidator, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu, penyakit ini mudah berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui peralatan makan, bahkan melalui ludah.
Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
Tipe I Brunhilde
Tipe II Lansing dan
Tipe III Leoninya
Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas, tipe II kadang-kadang menyebabkan wajah yang sporadic sedang tipe III menyebabkan epidemic ringan. Di Negara tropis dan sub tropis kebanyakkan disebabkan oleh tipe II dan III dan virus ini tidak menimbulkan imunitas silang.
Penularan virus terjadi melalui
1. Secara langsung dari orang ke orang 2. Melalui tinja penderita
Virus masuk melalui mulut dan hidung,berkembang biak didalam tenggorokan dan saluran pencernaan,lalu diserap dan disebarkan melalui system pembuluh darah dan getah bening
Resiko terjadinya Polio:
a) Belum mendapatkan imunisasi
b) Berpergian kedaerah yang masih sering ditemukan polio c) Usia sangat muda dan usia lanjut
d) Stres atay kelehahan fsik yang luar biasa(karena stress emosi dan fsik dapat melemahkan system kekebalan tubuh).
c. Patofisiologi (clinical pathway)
Pada Poliomielitis, lesi neuron terjadi pada :
1. Medulla spinalis ( terutama sel kornu-anterior dan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks dorsalis );
2. Medulla (nukleus vestibuler, nukeus saraf cranial, dan formasi retikularis, yang berisi pusat-pusat vital);
3. Serebellum ( hanya nukleus pada atap dan vermis );
4. Otak tengah ( terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra dan kadang-kadang nukleus merah);
5. Talamus dan hipotalamus
6. Korteks serebri (korteks motoris)
Gambaran patofsiologi ialah kerusakan motor neuron, pada awalnya memperhatikan partikel halus yang menyebar dan butiran kasar yang disebut dengan badan-badan Nissl (sel neuron mengalami kromatolisis dan pembengkakan sitoplasma). Pada keadaan ini neuron masih dapat membaik. Pada stadium lanjut, badan-badan Nissl tidak ada dan sitoplasma jadi homogen dan agak basoflik, inti sel mengerut, kadang-kadang didapati infltrasi eosinoflik
Pada kerusakan lebih lanjut, bila terjadi kematian neuron, maka sejumlah fagosit mengelilingi sel, inti sel hilang dan sitoplasma mengerus sehingga batas sel tidak jelas dan akson terputus. Pada autopsi terlihat adanya serbukan limfosit, tapi keadaan akut, fase pertama terlihat infltrasi sel PMN. Setelah fase akut berakhir , sel neuron yang mati diganti oleh jaringan ikat, sehingga medula spinalis yang terkena menjadi kecil. Terjadinya paralisis asimetris dan atrof otot sesuai dengan persarafan medula spinalis yang terkena. Gambaran mikroskopis ini tidak patognomonis untuk poliomeitis, karena gambaran lesi ini sama dengan gambaran mikroskopis yang disebabkan oleh virus neurotropik yang lain
http://akrisarumaha.blogspot.co.id/2013/05/poliomyelitis.html
d. Klasifikasi
Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen
3. Poliomielitis non paralitik : gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batangotak, ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus.
Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher,abdomen, tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak denganatau tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk bulbar.kadang ensepalitikdapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun, tremor dan kadang kejang.
e. Manifestasi klinis & keperawatan
Poliomyelitis terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a).Poliomyelitis asimtomatis
Gejala klinis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala karena daya tahan tubuh cukup baik,maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.
b).Poliomyelitis abortif
Gejala klinisnya berupa panas dan jarang melibihi 39,5 derajat C,sakit tenggorokkan,sakit kepala,mual,muntah,malaise,dan faring terlihat hiperemi.Dan gejala ini berlangsung beberapa hari.
c)Poliomyelitis non paralitik
kedua dengan demam,nyeri otot.khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri dan kaku otot belakang leher,tulang tubuh dan anggota gerak.Dan gejala ini berlangsung dari 2-10 hari.
d).Poliomyelitis paralitik
Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik.Awalnya berupa gejala abortif diikuti dengan membaiknya keadaan selama 1-7 hari.kemudian disusun dengan timbulnya gejala lebih berat disertai dengan tanda-tanda gangguan saraf yang terjadi pada ekstremitas inferior
yang terdapat pada femoris,tibialis
anterior,peronius.sedangkan pada ekstermitas atas biasanya pada biseps dan triseps.
Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
1. Bentuk spinal,dapat mengenai otot leher,toraks abdomen,diafragma,dan ekstremitasan
2. Bentuk bulbar,dapat mengenai satu atau lebih saraf cranial,gangguan pusat pernafasan, termoregulator,dan sirkulasi
a) Saraf otak yang terkena :
1) Bagian atas (N.III – N.VII) dan biasanya dapat sembuh.
2) Bagian bawah (N.IX – N.XIII ) : pasase ludah di faring terganggu sehingga terjadi pengumpulan air liur,mucus dan dapat menyebabkan penyumbatan saluran nafas sehingga penderita memerlukan ventilator.
b) Gangguan pusat pernafasan dimana irama nafas menjadi tak teratur bahkan dapat terjadi gagal nafas.
c) Gangguan sirkulasi dapat berupa hipertensi,kegagalan sirkulasi perifer atau hipotensi
3. Bebtuk bulbospinal yang merupakan gejala campuran antara bentukspinal dan bentuk bulbur.dan gejalanya berupa : kadang ensepalitik,di sertai dengan delirium,kesadaran
menurun,tremor dan kejang.
http://kurniakhairunisa030493.blogspot.co.id/2012/11/poliomieliti s.html
f. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Poliomyelitis diantaranya :
Hiperkalsuria
Yaitu terjadinya dekalsifkasi (kehilangan zat kapur dari tulang atau gigi) akibat penderita tidak dapat bergerak.
Melena
Yaitu suatu keadaan yang ditandai dengan tinja yang berwarna hitam ataupun muntah yang berwarna kehitaman karena darah dari saluran cerna yang menjadi hitam dibawah pengaruh asam klorida lambung dan akibat terjadinya emosi pada permukaan lambung dapat tunggal atau multiple.
Pelebaran lambung akut
Keadaan ini terjadi pada masa akut atau konvalesen (dalam keadaan pemulihan kesehatan/stadium menuju ke kesembuhan setelah serangan penyakit/masa penyembuhan) disebabkan gangguan pernafasan.
Keadaan ini terjadi selama fase akibat gangguan pusat vasoregulator
Pneumonia
Disebabkan oleh terganggunya refeks batuk dan menurunnya gerakan pernafasan.
Ulkus dekubitus dan emboli paru
Dapat terjadi akibat tirah baring yang lama ditempat tidur, sehingga terjadi pembusukan pada daerah yang tidak ada pergerakan (atrof otot) sehingga terjadi kematian sel dan jaringan.
Psikosis
g. Prognosis
Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Jika tidak menyerang otak dan korda spinalis, kemungkinan akan terjadi pemulihan total. Jika menyerang otak atau korda spinalis, merupakan suatu keadaan gawat darurat yang mungkin akan menyebabkan kelumpuhan atau kematian (biasanya akbiat gangguan pernafasan).
h. Pencegahan & Pengendalian
Pencegahan penyakit polio
Melakukan cakupan imunisasi yang tinggi dan menyeluruh
Pekan Imunisasi Nasional yang telah dilakukan Depkes tahun 1995, 1996, dan 1997. Pemberian imunisasi polio yang sesuai dengan rekomendasi WHO adalah diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang usia 1½ tahun, 5 tahun, dan usia 15 tahun
Survailance Acute Flaccid Paralysis atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada usia di bawah 15 tahun harus diperiksa tinjanya untuk memastikan karena polio atau bukan.
Melakukan Mopping Up, artinya pemberian vaksinasi massal di daerah yang ditemukan penderita polio terhadap anak di bawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.
i. Masalah keperawatan yang muncul j. Penatalaksanaan keperawatan k. Penatalaksanaan medis
1) Pemeriksaan darah biasanya dalam batas normal. Laju endap darah meningkatkan sedikit, lekopenia/lekositosis ringan terjadi pada stadium dini.Cairan serebrospinalis
2) Biasanya tekanan serebrospinalis nermal, cairan liquor jernih; pleositosis antara 15-500 sel/mm3, dengan sel limposit yang predominan tetapi pada stadium awal sel PMN lebih dominan. Kadar protein normal pada minggu ke-1, meningkat pada minggu ke-2 dan ke-3. Kadar glukosa dan klorida dalam batas normal.
3) Isolasi virus polio
• Dapat diperoleh dari asupan tenggorak satu minggu sebelum
dan sesudah paralisis
setelah gejala klinis 4) pemeriksaan imunoglobulin mempunyai nilai diagnostik, bila terjadi kenaikan titer antibodi 4x dari imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM) yang positip
http://kurniakhairunisa030493.blogspot.co.id/2012/11/ poliomielitis.html
Tidak ada pengobatan yang spesifk. Diberikan obat simtomatis dan suportif. Istirahat total jangan dilakukan terlalu lama, apabila keadaan berat sudah reda. Istirahat sangat penting di fase akut, karena terdapat hubungan antara banyaknya keaktifan tubuh dengan berat nya penyakit.
Poliomielitis Abortif
a. Cukup diberikan analgetika dan sedatifa, untuk mengurangi mialgia atau nyeri kepala,
b. Diet yang adekuat dan
c. Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari, sebaiknya aktivitas yang berlebihan dicegah selama 2 bulan, dan 2 bulan kemudian diperiksa sistem neuroskeletal secara teliti untuk mengetahui adanya kelainan.
Poliomielitis nonparalitik
a) Sama seperti tipe abortif, Pemberian analgetik sangat efektif
b) Selain diberi analgetika dan sedatifsangat efektif. Bila diberikan bersamaan dengan kompres hangat selama 15 – 30 menit, setiap 2 – 4 jam, dan kadang – kadang mandi air panas juga membantu
Poliomielitis Paralitik
a. Membutuhkan perawatan di rumah sakit.
c. Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
d. Perubahan posisi penderita dilakukan dengan penyangga persendian tanpa menyentuh otot dan hindari gerakan menekuk punggung.
e. Fisioterapi, dilakukan sedini mungkin sesudah fase akut, mulai dengan latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya deformitas.
f. Akupunktur dilakukan sedini mungkin
g. Interferon diberikan sedinini mungkin, untuk mencegah terjadinya paralitik progresif.
Poliomielitis bentuk bulbar
a. Perawatan khusus terhadap paralisis palatum, seperti pemberian makanan dalam bentuk padat atau semisolid
b. Selama fase akut dan berat, dilakukan drainase postural dengan posisi kaki lebih tinggi (20°- 25°),Muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya aspirasi, pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan hati – hati, kalau perlu trakeostomi.
6. BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan b. Saran 7. Daftar Pustaka
No Materi Dosen Pembimbing Kelompok Nama Mahasiswa 3 Poliomyelitis Jennifa, S. Kep., Ns Kelompok
3 1. Agustina Wati2. Kevin Ryan Erlando
Neonatorum Jennifa, S. Kep., Ns Kelompok4 1. BasiliusWoda linus 2. Dewi Nofita
3. Jerry Apriliansya 4. Restian Nurmukti
Anggraeni
1. Febriana Kusuma Dewi
Jennifa, S. Kep., Ns Kelompok 5
2. Marianus Lodovikus Weka
4. Yeni Puspitasari Helut
Jennifa, S. Kep., Ns Kelompok 6 3. Wilhelmus Hanso