REKAYASA NILAI PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(Value Engineering of the Multipurpose Building Construction at the Semarang State University)
KARYOTO
ABSTRAKSI
Penerapan rekayasa nilai (value engineering) pada proyek pembangunan gedung serba guna di Universitas Negeri Semarang adalah untuk mendapatkan optimasi biaya dan fungsi.Rekayasa nilai digunakan untuk mengevaluasi perencanaan proyek dengan tujuan menghemat anggaran biaya, optimasi kinerja dan efisiensi waktu dan tetap memperhatikan kualitas hasil pekerjaan. Tahap–tahap dalam Job Plan yaitu Tahap Informasi, Kreatif, Analisa dan Tahap Rekomendasi dengan identifikasi item pekerjaan yang mempunyai biaya tertinggi dan biaya tidak diperlukan dengan klasifikasi fungsi dasar dan fungsi sekundernya untuk memperoleh rasio Cost/Worth, selanjutnya dilakukan analisa matrik Zero-One untuk menentukan alternatif terbaik dari pengujian terhadap beberapa kriteria fungsi yang dihadirkan.
Hasil analisa rekayasa nilai menunjukkan penghematan biaya yaitu untuk item pelat lantai terjadi penghematan nilai/biaya sebesar Rp.3.274.245.393,35 atau 51,20 % dari biaya awal sebesar Rp. 6.394.649.122,60 dan 8,57 % dari biaya keseluruhan proyek. Untuk item pondasi terjadi penghematan nilai/biaya sebesar Rp. 318.946.000 atau 41,27% dari biaya awal sebesar Rp. 772.790.000,00 dan 1,19 % dari biaya keseluruhan proyek. Untuk item dinding biaya dari Eco Lite Panel lebih besar Rp. 140.847.906,93 dari pada biaya pasangan batu bata, namun dari segi waktu pelaksanaan Eco Lite Panel lebih cepat dari batu bata dengan biaya hasil dari percepatan waktu sebesar Rp. 192.252.093,07 atau sebesar 18,76 % dari biaya pekerjaan dinding dan sebesar 0,51 % dari biaya keseluruhan proyek. Fisik Eco Lite Panel yang dilapisi kalsiboard di kedua sisinya membuat permukaannya lebih halus dan rata sehingga permukaannya bisa langsung dicat. Maka total penghematan biaya setelah dilakukan rekayasa nilai adalah sebesar Rp.3.786.443.639,55 atau sebesar 9,91 % dari total biaya pekerjaan keseluruhan sebesar Rp. 38.199.420.000,00.
Kata Kunci :Penerapan rekayasa nilai, Zero-One, Gedung Serba Guna Unnes.
ABSTRACT
Application of value engineering at the multipurpose building project at the State University of Semarang is to get the optimization of cost and functionality. Value engineering is used to evaluate the project plan in order to save the budget costs, optimize performance and efficiency of time and still pay attention to the quality of the work. The stages in the Job Plan are Phase Information, Creative, Phase Analysis and Recommendations to the identification of work items that have the highest cost and the cost is not required by the classification of the basic functions and secondary functions to obtain the ratio Cost / Worth, further analysis matrices for Zero-One determine the best alternative of testing against several criteria functions presented.
Value engineering analysis results indicate that cost savings, for items slab occurred saving the value / cost of Rp.3.274.245.393, 35 or 51.20% of the initial cost of Rp. 6,394,649,122.60 and 8.57% of the total project cost. For items foundations occurred saving the value / cost of Rp. 318,946,000 or 41.27% of the initial cost of Rp. 772,790,000.00 and 1.19% of the total project cost. For the cost of the item walls Eco Lite Panel larger Rp. 140,847,906.93 of the cost of masonry, but in terms of execution time Eco Lite Panels faster than bricks with the result of the acceleration time fee of Rp. 192,252,093.07 or 18.76% of the cost of the wall work and 0.51% of the total project cost. Physical Eco Lite Panel calsiboard coated on both sides to make more smooth and flat surface so that the surface can be directly painted. So the total cost savings after the engineering value is equal Rp.3.786.443.639, 55 or by 9.91% of the total cost of the overall work of Rp. 38,199,420,000.00.
PENDAHULUAN
Devinisi mengenai Value Engineering (Rekayasa Nilai) pada intinya adalah suatu cara analisa untuk mengoptimalkan efisiensi biaya yang semula mungkin berpotensi menimbulkan pembesaran biaya akibat biaya yang tidak perlu pada suatu anggaran pekerjaan dan setelah dilakukan proses rekayasa nilai menghasilkan suatu nilai efisiensi biaya dengan syarat tetap berpedoman pada prinsip tidak menghilangkan aspek kinerja, ketahanan, keandalan, mutu, fungsi, manfaat, estetika dan aspek lainnya yang dianggap penting. Saat ini metode rekayasa nilai telah diakui keberadaan dan manfaatnya sebagai salah satu metode yang dapat memberikan kontribusi terhadap efisiensi pembangunan yaitu dengan cara mengoptimalkan fungsi, kinerja dan biaya dalam suatu proyek namun tetap menjaga mutu, penampilan dan kehandalannya. Salah satu usaha untuk melakukan efisiensi biaya konstruksi Proyek Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas Negeri Semarang, dalam tugas akhir ini akan diterapkan metode rekayasa nilai. Dari hasil penerapan rekayasa nilai, diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pemilik proyek untuk pengambilan keputusan dalam rangka penghematan.Dalam penerapan rekayasa nilai ini tidak semua item pekerjaan yang terindikasi potensial untuk di rekayasa nilai dibahas, karena keterbatasan waktu dan penguasaan pengetahuan penulis.Usaha analisa penerapan rekayasa ini tetap berupaya mendapat nilai penghematan yang layak untuk direkomendasikan. Maksud dan Tujuan
Dalam penelitian ini penulis bermaksud melakukan kajian rekayasa nilai pada Proyek Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas Negeri Semarang, dengan tahapan–tahapan dalam Job Plan
yaitu Tahap Informasi, Kreatif, Analisa dan Tahap Rekomendasi dengan mengidentifikasi item pekerjaan yang mempunyai biaya tertinggi dan biaya tidak diperlukan dengan klasifikasi fungsi dasar dan fungsi sekundernya.
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dengan mengidentifikasi item pekerjaan berbiaya tinggi dan biaya yang tidak diperlukan untuk dilakukan rekayasa nilai.
2. Memunculkan gagasan-gagasan desain alternatif untuk menggantikan desain awal pada item pekerjaan terpilih dengan analisa rekayasa nilai. 3. Menghitung penghematan biaya dari penerapan
rekayasa nilai pada Proyek Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas Negeri Semarang.
Identifikasi Masalah
Dari penulisan latar belakang tersebut diatas, rekayasa nilai yang akan ditinjau yaitu pada saat pelaksanaan proyek. Permasalahan didalam pelaksaanan pembangunan gedung serbaguna di Universitas Negeri Semarang adalah kebutuhan akan optimasi biaya proyek, penjadwalan ulang dengan percepatan pelaksanaan namun kualitas dan penampilan tetap menjaga. Upaya yang akan dilakukan yaitu dengan menyederhanakan pelaksanaan pada item pekerjaan terpilih dengan memanfaatkan pengunaan material yang optimum serta mutu bahan yang baik. Pendekatan aplikasi teknologi prapabrikasi, elemen atau komponen beton pracetak akan mempercepat pelaksanaan, mengurangi kebutuhan tenaga kerja. Sehingga dengan penerapan rekayasa nilai akan terjadi pengurangan biaya sejauh mungkin namun tetap mempertahankan tingkat kualitas dan ketahanan sesuai yang diharapkan. Dengan kata lain, rekayasa nilai adalah suatu usaha agar tujuan proyek konstruksi dapat diwujudkan dengan biaya yang paling murah, metode pelaksanaan yang mudah dan dalam waktu yang singkat.
Obyek Penelitian
Gambar 1.1. Foto Udara Lokasi Gedung Serba Guna Universitas Negeri Semarang
(Sumber:Google earth)
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Rekayasa Nilai
Berikut ini rekayasa nilai dari beberapa pendapat :
Miles (1971) dalam Barrie dan Poulson (1984) mengatakan rekayasa nilai adalah suatu pendekatan yang terorganisasi dan kreatif yang bertujuan untuk mengadakan pengidentifikasian biaya yang tidak perlu.Biaya yang tidak perlu ini adalah biaya yang tidak memberikan kualitas, kegunaan, sesuatu yang menghidupkan penampilan yang baik ataupun sifat yang diinginkan oleh konsumen.
Dell’Isola (1974) mendefinisikan rekayasa nilai adalah suatu pendekatan sistematis untuk memperoleh hasil yang maksimal dari setiap biaya yang dikeluarkan. Dimana diperlukan suatu usaha kreatif untuk menganalisa fungsi dengan menghapus atau memodifikasi penambahan harga yang tidak perlu dalam proses pembiayaan konstruksi, operasi atau pelaksanaan, pemeliharaan, pergantian alat dan lain-lain, untuk mencari keseimbangan fungsi terbaik antara biaya, keandalan dan kinerja sebuah proyek.
Soeharto (1995) rekayasa nilai adalah usaha yang terorganisasi secara sistematis dan mengaplikasikan suatu teknik yang telah diakui, yaitu teknik mengidentifikasi fungsi produk atau jasa yang bertujuan memenuhi fungsi yang diperlukan dengan harga yang terendah (paling ekonomis).
Zimmerman (1982) rekayasa nilai adalah sebuah pendekatan yang bersifat kreatif dan
sistematis dengan tujuan untuk mengurangi atau menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.
Pengertian selengkapnya mengenai rekayasa nilai sebagai dikutip dari Larry W. Zimmerman dan Glen D. Hart (1982) adalah sebagai berikut :
a. An oriented system.
An oriented system yaitu suatu teknik yang menggunakan tahapan dalam rencana tugas ( job plan ) untuk mengidentifikasi dan menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan ( unnecessary cost ).
b. Multidisciplined team approach.
Multidisciplined team approach yaitu suatu teknik penghematan biaya produksi yang melibatkan seluruh tim yang berkepentingan dalam proyek, yaitu : pemilik, perencana, para ahli yang berpengalaman dibidangnya masing-masing dan konsultan rekayasa nilai. Jadi pekerjaan rekayasa nilai adalah sebuah kerja tim yang saling terkait, bukan usaha perorangan.
c. Proven management tecknigue.
Proven management tecknigue yaitu suatu teknik penghematan biaya yang telah terbukti dan terjamin mampu mengarahkan berbagai produk yang bermutu dan relatif rendah pembiayaannya.
d. An oriented function.
An oriented function yaitu suatu teknik yang berorientasi pada fungsi-fungsi yang diperlukan pada setiap item maupun system yang ditinjau untuk mnghasilkan nilai produk yang dikehendaki.
e. Life cycle cost oriented.
Life cycle cost oriented yaitu suatu teknik yang berorientasi pada biaya total yang diperlukan selama proses produksi serta optimasi pengoperasian segala fasilitas pendukungnya.
Disebutkan pula bahwa rekayasa nilai bukanlah :
a. A design review.
perhitungan yang telah dilakukan oleh pihak perencana.
b. A cost cutting process.
A cost cutting proces yaitu proses penghematan biaya dengan mengurangi biaya satuan (unit price), maupun mengorbankan mutu, keandalan dan penampilan hasil produk.
c. A requirement done all design.
A requirement done all design bukan merupakan
keharusan tiap perencana untuk
melakukannya.Hal ini disebabkan perencana mempunyai keterbatasan kemampuan dan waktu dalam pekerjaannya, sehingga tidak dimungkinkan melakukan perbandingan alternatif diluar yang dikuasainya.
Konsep Dasar Rekayasa Nilai
Dalam rekayasa nilai terdapat unsur-unsur penunjang utama yang digunakan untuk mendukung suatu proses untuk menganalisa suatu permasalahan. Menurut Zimmerman (1982), ada unsur utama dikenal sebagai key of value engineering. Unsur utama tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Analisa fungsi (function analysis).
Analisa fungsi digunakan untuk membantu mengidentifikasi suatu item permasalahan yang ditinjau, dengan mendasarkan setiap obyek pada fungsi atau kegunaan obyek tersebut terhadap keseluruhan item yang ditinjau. 2. Model pembiayaan (cost model).
Model pembiayaan ini digunakan sebagai alat untuk mengatur dan membagikan perhitungan biaya kedalam bidang fungsinya sehingga dapat dengan mudah didefinisikan dan diukur. 3. Biaya siklus hidup (the life cycle costing).
Biaya siklus hidup digunakan sebagai cara untuk memberikan perkiraan anggaran dari setiap pemecahan yang diberikan.
4. Teknik sistem analisa fungsi (function analysis system technique).
Teknik sistem analisa fungsi adalah cara yang sistematis untuk mendapatkan sebuah metode yang teratur dari proses pekerjaan yang kompleks. Dengan demikian setiap
permasalahan yang timbul dapat dengan mudah dicarikan penyebabnya untuk selanjutnya dapat segera dicarikan jalan penyelesaianya.
5. Rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan).
Rencana kerja rekayasa nilai yaitu pengaturan dan pendekatan yang sistematis adalah kunci utama rekayasa nilai yang berhasil.Oleh karena itu, studi ini harus dikerjakan dengan rencana kerja yang matang dan efiktif.
6. Berpikir kreatif (creative thinking).
Berpikir kreatif dalam mengadakan analisa dibutuhkan suatu bentuk pemecahan permasalahan yang bersumber dari pola pikir yang kreatif.Karena hanya dengan berpikir
8. Kebiasaan dan sikap (human dynamic).
Kebiasaan dan sikap pada suatu proses pekerjaan, seringkali faktor kebiasaan dan sikap seseorang dalam hal menangani permasalahan mempunyai peranan yang besar dalam proses pengambilan keputusan.
9. Keserasian hubungan antara pemberi tugas, konsultan perencana dan konsultan rekayasa nilai.
Hubungan dan komunikasi yang baik antara tim rekayasa nilai dengan seluruh unsur yang terlibat dalam suatu proyek adalah syarat mutlak tercapainya tujuan. Karena hal tersebut dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan suatu proyek.
Tujuan dan Pentingnya Rekayasa Nilai
1. Penghematan biaya, 2. Penghematan waktu, 3. Penghematan bahan,
Dengan tetap memperhatikan aspek kualitas dari produk jadi.
(Sumber: Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional,Soeharto, 1995)
Menurut Dell’Isola (1997), memetakan dalam tujuh faktor siknifikan yang mempengaruhi perlunya dilakukan rekayasa nilai, seperti pada Gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1. Tujuh Faktor Siknifikan yang Mempengaruhi Rekayasa Nilai. (Sumber : Dell’Isola PE Value Engineering Practical Aplikasi for Design Construction, R.S Means Company,
Inc, 1997)
Secara unik rekayasa nilai meliputi
designability, constructability, dan contractability
sebagai value yang mempengaruhi terhadap budget
dan cost control. Jadi tiga komponen valuepada bisnis jasa kontrruksi adalah :
1. Designability: berhubungan dengan nilai dari optimalisasi desain
2. Constructability : berhubungan dengan nilai material, alat, metoda dalamkemudahan pelaksanaan konstruksi
3. Contractability : berhubungan dengan nilai yang tertuang secara kontraktual yang bisa diterima para pihak
Sumber-sumber perubahan dalam melakukan rekayasa nilai antara lain :
1. Optimalisasi desain = 27.8%
2. Biaya yang tidak perlu = 23.1 %
3. Spesifikasi = 14.4 %
4. Kemajuan Teknologi = 13.9 % _______ Total = 79.2 % Dari ilustrasi penghematan yang bisa dihasil oleh rekayasa nilai, pemanfaatan rekayasa nilai sebagai salah satu alternatif penghematan dirasakan perlu untuk diterapkan dalam proyek konstruksi, hal ini juga disebabkan oleh beberapa alasan yaitu: 1. Peningkatan biaya produksi.
2. Keterbatasan dana pelaksanaan pekerjaan. 3. Suku bunga perbankan yang fluktuatif. 4. Laju inflasi yang tinggi.
5. Usaha untuk mengoptimalkan dana guna mencapai fungsi utama.
6. Akibat perkembangan dan kemajuan ilmu dan teknologi.
Sebab-Sebab Timbulnya Biaya-Biaya yang Tidak Diperlukan
Menurut Dr. Ir. S. Chandra (1986) dalam bukunya “Aplikasi Value Engineering &Analysis
Pada Perencanaan Dan Pelaksanaan Untuk Mencapai Program Effisiensi”, timbulnya biaya yang tidak diperlukan atau nilai kurang, pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal-hal yang tersebut dibawah ini :
1. Kekurangan waktu.
Setiap perencana mempunyai batas waktu untuk menyerahkan hasil perencanaannya. Apabila ia tidak menyerahkan tepat pada waktunya, maka reputasinya akan terpengaruh. Dalam kata lain, perencana hanya memiliki waktu yang terbatas untuk membuat perbandingan biaya untuk mencapai nilai yang diinginkan.
2. Kekurangan informasi.
produk yang baru itu sebelum terbukti integritasnya.
3. Kekurangan ide.
Setiap expert mempunyai spesialisasinya masing-masing, tidak ada orang yang dapat menguasai keahlian dalam semua bidang. 4. Keadaan sementara yang menjadi permanen.
Perencana didesak oleh waktu untuk mengambil keputusan.Keputusan sementara ditetapkan dengan maksud untuk mengadakan perubahan kemudian. Perencana bermaksud untuk merubah spesifikasi itu apabila ia mendapat informasi lebih lanjut, ini berarti ia menetapkan kriteria yang tinggi dengan tujuan untuk kembali pada problem itu apabila waktu mengizinkan. Tetapi ia tidak pernah kembali pada problem itu, dengan demikian keadaan tersebut menjadi permanen.Ini adalah keadaan sementara yang tidak disengaja menjadi permanendan menimbulkan biaya yang tidak diperlukan. 5. Misconceptions.
Kita semua mempunyai kesalahan konsep secara jujur.Pengalaman terkadang memberi kita kesalahan konsep secara jujur, sebab kita tidak megikuti perkembangan berikutnya yang merubah kenyataan yang kita percaya dari pengalaman kita terdahulu.
6. Kekurangan biaya perencanaan.
Tidak menyediakan biaya yang semestinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan perencanaan dapat mempengaruhi hasil produk dari perencanaan tersebut. Jalan pintas untuk bekerja menurut dana dan waktu yang tersedia sering kali menambah biaya yang tidak diperlukan didalam perencanaan. Kekurangan biaya perencanaan adalah bagian yang kecil dari biaya proyek, sebaliknya sangat mempengaruhi biaya total dari seluruh proyek.
7. Sikap (attitudes).
Kita semua menyadari bahwa sikap kita kadang-kadang terbawa oleh pandangan-pandangan atau
pemikiran-pemikiran kita.Meskipun yang terbaik diantara kita berusaha mempertahankan pandangan atau pemikirannya apabila pekerjaan kita dianalisa oleh bagian lain dari organisasi kita atau dari pihak luar.
8. Politik.
Politik adalah kompleks sekali dimana banyak orang dan pandangan yang berbeda yang harus diikuti. Pada saat tertentu politik adalah menguntungkan bagi proyek dan pada saat lain kita harus memilih alternatif yang diberikan yang bukan merupakan alternatif yang terbaik. Seringkali alternatif dengan biaya yang paling ringan untuk suatu proyek belum tentu dapat diterima oleh lingkungan dimana proyek akan didirikan. Oleh karenanya, perencana dan value engineering consultant diperlukan tidak hanya memiliki pengetahuan teknik, berpengalaman dan kerja keras, namun juga perlu flexible dan terbuka untuk berunding.
9. Kebiasaan (habitual thinking)
Kebiasaan ini ada baik dan buruknya, kebaikannya adalah memungkinkan kita membangun ketrampilan dan mengerjakannya dengan cepat dan juga memberikan respon yang cepat.Seringkali ada kejelekkannya pada perencanaan apabila elemen-elemen tertentu diulang-ulangi yang seharusnya diubah. Kebiasaan-kebiasaan ini seringkali menimbulkan biaya-biaya yang tidak diperlukan pada suatu proyek.
10. Enggan mendapat saran (reluctance to seek advice)
11. Hubungan masyarakat yang kurang serasi (poor human relation)
Waktu Penerapan Rekayasa Nilai
akan dicapai menjadi semakin kecil, sedangkan biaya untuk melakukan perubahan akibat adanya Rekayasa nilai semakin besar. Pada suatu saat potensi penghematan dan biaya perubahan akan mencapai titik impas, yang berarti tidak ada penghematan yang dapat dicapai. Seperti dijelaskan pada Gambar 2.2
Gambar 2.2. Potensi Pengematan Terhadap Waktu dari Penerapan Rekayasa Nilai.
(Sumber : Dell’Isola PE Rekayasa nilai Practical Aplikasi for Design Construction, R.S Means Company, Inc, 1997)
Waktu penerapan rekayasa nilai secara umum dapat diterapkan pada semua jenis proyek yaitu mulai dari gagasan awal hingga menjadi kenyataan atau disebut “daur hidup proyek konstruksi” (the life cycle of construction project) dimana pada setiap tahapannya adalah saling berhubungan, yaitu:
1. Konsep dan studi kelayakan (concept and feasilibility studies).
2. Pengembangan (development). 3. Perencanaan (design).
4. Konstruksi (construction).
5. Operasi dan pemeliharaan (operation and maintenance).
6. Perbaikan.
Sesuai dengan salah satu tujuan yang ingin dicapai, yaitu penghematan biaya yang optimal maka penerapan rekayasa nilai harus tepat waktunya.Untuk itu perlu diketahui hubungan antara penghematan potensial (saving potential) yang dapat dilakukan rekayasa nilai dan waktu dalam kaitannya dengan keenam tahapan.
Rencana Kerja Rekasaya Nilai
Rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan) ada berbagai macam versi tahapan–tahapan yang dilakukan.
Menurut Dell’Isolla (1982) tahapan-tahapan rencana kerja rekayasa nilai dari : tahap informasi, tahap kreatif, tahap pertimbangan, tahap pengembangan, tahap rekomendasi.
Menurut Soeharto (2001) proses pelaksanaan rekayasa nilai mengikuti suatu metodologi berupa langkah sistematis berupa rencana kerja rekayasa nilai (RK-RN). Dengan urutan; mendefinisikan masalah, merumuskan pendapat, kreativitas, analisis, dan penyajian.
Sebenarnya dari bermacam interpretasi terhadap urutan langkah rencana kerja rekaysa nilai mempunyai sistematika dan pendekatan yang sama.
METODE PENELITIAN
Metode dalam hal ini adalah tatacara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis untuk menyelesaikan masalah yang dibahas dengan mendayagunakan sumber data dan fasilitas yang ada. Metode juga merupakan cara kerja untuk dapat memahami hal yang menjadi sasaran penelitian, meliputi prosedur penelitian dan teknik penelitian (Hasan,2002).
Ciri khusus yang dimiliki rekayasa nilai dalam melakukan evaluasi terhadap aktifitas pekerjaan yang ditinjau adalah dengan diterapkannya sistematika yang cukup rapi awal analisa hingga akhir analisa.Sistematika yang dilakukan tersebut disusun dalam tahapan-tahapan yang saling berhubungan dan masing-masing dapat menjelaskan secara jelas dan terpadu.Tahapan analisa tersebut dikenal sebagai rencana kerja rekayasa nilai (value engineering job plan).
Persiapan Penelitian
Latar
Analisa biaya daur hidup proyek
Analisa pemilihan alternatif
Tahap Rekomendasi :
Menentukan alternatif yang akan direkomendasikan
KESIMPULAN DAN SARAN
mendapatkan gambaran umum kondisi lapangan.Selain itu peneliti juga melakukan studi pustaka baik melalui buku-buku pustaka, internet, peraturan-peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan peraturan-peraturan lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan tambahan pengetahuan.
Secara garis besar metode yang diterapkan dalam penyusunan tugas akhir, pada analisa rekayasa nilai proyek pembangunan gedung serbaguna di Universitas Negeri Semarang, dapat disajukan dalam bentuk bagan alir seperti pada Gambar 3.1 sebagai beriku :
Gambar 3.1. Bagan Alir Pengerjaan Tugas Akhir.
Data Penelitian
Data penelitian diklasifikasikan berdasarkan:
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu: 1. Data primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).Data primer dapat berupa subjek secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer yaitu: metode
survey dan metode observasi. 2. Data sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data yang di dapat di luar data primer sebagai data pelengkap ( RAB, gambar desain, daftar harga material).
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting dalam penyusunan tugas akhir ini, semakin banyak informasi dan data yang dihimpun maka semakin memudahkan dalam membuat analisa dan mengambil keputusan.
1. Metode pengambilan data primer.
Metode pengambilan data primer yaitu metode dengan cara melakukan survey langsung pada konsultan maupun pelaksana yang menangani proyek tersebut. Selain itu peneliti juga melakukan observasi langsung ke lokasi proyek tersebut.
a. Penyelidikan lapangan (survey).
b. Wawancara (Interview).
Dengan teknik wawancara, data dikumpulkan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada responden yang terkait dengan proyek yang dibahas.
c. Pengamatan (Observasi).
Pengamatan adalah upaya merekam kejadian yang terjadi dilapangan tanpa mengubah perilaku atau suasana obyek yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melihat langsung fakta-fakta yang ada di lokasi proyek.
2. Metode pengambilan data sekunder
Metode pengambilan data sekunder yaitu metode dengan cara melakukan survey langsung pada instansi-instansi atau perusahaan-perusahaan yang diangap berkepentingan. Perusahaan itu dapat meliputi perusahaan bahan/ material bangunan, persewaan alat-alat berat, konsultan, kontraktor, pemborong tenaga kerja, instansi yang menangani masalah jasa dan konstruksi bangunan serta perusahaan-perusahaan lainnya yang bisa dijadikan bahan
referensi.
Analisa Data
Analisa data dalam penelitian adalah penerapan rekayasa nilai terhadap obyek yang diteliti melalui tahapan-tahan berikut :
Tahap Informasi (information phase)
Tujuan dari tahap informasi adalah mendapatkan sebanyak mungkin informasi mengenai data-data proyek.Setelah data terpenuhi, hal yang perlu dilakukan selanjudnya adalah mengidentifikasi secara lengkap dari item-item pekerjaan berbiaya nilai.Dalam tahap ini, semua informasi yang penting dikumpulkan untuk memahami dengan seksama obyek yang diselidiki.Informasi tersebut kemudian
dianalisa untuk menemukan fungsi-fungsi obyek, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai fungsi utama atau sekunder. Tahap ini meliputi langkah-langkah : 1. Merumuskan masalah.
Sebelum mengumpulkan informasi, harus ada kejelasan dan pengertian mengenai masalah yang dihadapi.Dalam suatu proyek, harus diketahui tujuan dan potensi-potensi masalah yang dapat muncul selama pelaksanaan.
2. Mengumpulkan informasi dan fakta.
Informasi dikumpulkan untuk merumuskan jawaban dari pertanyaan tentang kegunaan, biaya, harga dan fungsi dari obyek yang diteliti berdasarkan atas fakta.
3. Mengenali obyek, mengkaji fungsi dan mencatat biaya.
Setelah mendapatkan informasi, dilanjutkan dengan pengenalan fakta obyek dari berbagai aspek teknis, pengadaan, pabrikasi, fungsi, dan biaya.
Identifikasi Biaya Tinggi.
Dalam mengidentifikasi pekerjaan yang berindikasi biaya tinggi terdapat beberapa teknik yang digunakan diantaranya menurut Dell ‘Isola (1982) adalah sebagai berikut :
a. Project information.
Pada tahap ini melakukan pengumpulan data-data atau informasi mengenai proyek yang didapat dari perencana atau kontraktor pelaksana diantaranya yaitu: RAB, gambar bestek, rencana kerja dan syarat, dan lain-lain.
b. Cost model.
Cost model merupakan metode yang digunakan untuk mengorganisasi dan mendistribusikan biaya kedalam fungsional sehingga dapat dengan mudah didefinisikan dan diukur.
c. Hukum Pareto.
sampai yang terendah, membaginya kedalam area fungsional dan menganalisanya melalui Hukum Pareto. Rekayasa nilai pada dasarnya dapat diaplikasikan pada semua hal, sebab semua hal memiliki fungsi, dan semua biaya adalah untuk fungsi. Namun dalam melakukan proses rekayasa nilai, berlaku hukum pareto bertujuan mengklasifikasi fungsi utama maupun fungsi penunjang.
Fungsi menurut James J.O’Brien (1976) dibedakan atas :
a. Fungsi dasar yaitu fungsi, tujuan atau prosedur yang merupakan tujuan utama dan harus dipenuhi.
b. Fungsi sekunder yaitu fungsi pendukung yang mungkin dibutuhkan tetapi tidak melaksanakan kerja sebenarnya.
Menurut Crum (1971) fungsi adalah apa saja yang dapat diberikan atau dilakukan oleh suatu produk yang dapat digunakan untuk bekerja. Fungsi tak perlu adalah apa saja yang diberikan dan tidak mempunyai nilai kegunaan, nilai tambah, nilai tukar atau nilai estetika. L. Miles menerangkan kategori fungsi sebagai berikut : a. Fungsi dasar, yaitu alasan pokok sistem itu
terwujud. Contohnya konstruksi pondasi, fungsi pokoknya menyalurkan beban bangunan kepada tanah dasar, hal tersebut yang mendorong pembuatan konstruksi pondasi. Sifat-sifat fungsi dasar adalah sekali ditentukan tidak dapat diubah lagi. Bila fungsi dasarnya telah hilang, maka hilang pula nilai jual yang melekat pada fungsi tersebut.
b. Fungsi sekunder adalah kegunaan tidak langsung untuk memenuhi dan melengkapi fungsi dasar, tetapi diperlukan untuk menunjangnya. Fungsi sekunder seringkali dapat menimbulkan hal-hal yang kurang menguntungkan. Misalnya struktur pondasi
Basement dapat digunakan sebagai ruang parkir atau penggunaan lainnya, tetapi dapat mengakibatkan terjadinya perubahan muka air tanah. Jika fungsi sekunder dihilangkan, tidak akan mengganggu kemampuan dari fungsi utama.
c. Fungsi tak perlu adalah apa saja yang diberikan dan tidak mempunyai nilai kegunaan, nilai tambah, nilai tukar atau nilai estetika. Fungsi suatu benda dapat juga diidentifikasikan dengan menggunakan kata kerja dan kata benda, seperti pada tabel berikut.
Dari rumus tersebut di atas, maka nilai dapat ditingkatkan dengan cara berikut :
1. Meningkatkan fungsi atau manfaat tanpa menambah biaya.
2. Mengurangi biaya dengan mempertahankan fungsi atau manfaat.
3. Kombinasi dari keduanya.
Pengurangan biaya asli tidak boleh mengakibatkan terjadinya penurunan tingkat mutu dan kehandalan produk. Mutu dan kehandalan yang terlalu tinggi di luar kebutuhan konsumen samadengan pemborosan biaya produksi dan penggunaan material yang berlebihan. Tetapi biaya terendah bukan berarti nilai terbaik, karena pada suatu keadaan, biaya terendah akan menunjukkan nilai yang terburuk.
Langkah final pada tahap informasi adalah menentukan rasiocost/woth.Rasiocost/worth
mengindikasikan efisiensi dari suatu desain atau item dari sini juga dapat diketahui biaya–biaya tinggi atau pun biaya–biaya yang tidak diperlukan.
Tahap Kreatif (creative phase)
lebih murah dari harga awal tanpa mengurangi fungsi pokoknya.
Dalam tahap kreatif dikembangkan sejumlah metode alternatif demi tercapainya fungsi dasar. Pertanyaan yang harus dijawab pada tahap ini adalah hal-hal alternatif apa sajakah yang dapat dilakukan untuk menampilkan fungsi aktifitas pekerjaan. Oleh karena itu, pemahaman permasalahan sangatlah diperlukan untuk memecahkan masalah.Pemikiran ataupun ide - ide kreatif digunakan untuk memunculkan alternatif pemecahan dengan biaya yang lebih murah.
Tahap Analisa(analysis phase)
Pada tahap analisa ini dilakukan studi lebih lanjut terhadap gagasan-gagasan alternatif antara lain; menyeleksi keutungan dan kerugian analisa sirklus hidup proyek, dan analisa pembobotan kreteria dalam pemilihan alternatif guna mendapat alternatif yang paling potensial dan menguntungkan. Ide-ide dan pemikiran yang telah muncul sebelumnya akan mengalami analisa dan kritik pada tahap ini. Penyaringan dan kombinasi antara kepentingan proses produksi, pemasaran dan fungsi akan mengalami kristalisasi, artinya yang pada tahap sebelumnya masih berupa ide dan pemikiran, kini meningkat pada pemecahan secara konkrit. Proses ini berkaitan dengan pemilihan dan pemberian keputusan yang akan memberi jalan pengembangan pemecahan yang bisa diimplementasikan.
Pada analisa keuntungan dan kerugian, ide-ide didapatkan pada tahap kreatif dicatat keuntungan dan kerugiannya, kemudian diberi bobot nilai.Evaluasi ide harus seobjektif mungkin.Langkah selanjutnya adalah keuntungan dan kerugian masing-masing ide kreatif dicatat, kemudian masing-masing-masing-masing alternatif diberi peringkat (rangking).Pemberian rangking ini bertujuan untuk mengklasifikasikan alternatif-alternatif sesuai urutan keuntungan dan kerugiannya.Alternatif dengan rangking tertinggi ditunjukkan dengan pemberian angka terkecil, yaitu menunjukkan bahwa alternatif tersebut merupakan alternatif terbaik.Demikian sebaliknya, alternatif dengan rangking terendah ditunjukkan dengan pemberian nilai tertinggi, yang menunjukkan alternatif terjelek.
Pemberian rangking kepada setiap alternatif dalam analisa ini mengikutkan aturan-aturan sebagai berukut :
a. Rangking tertinggi diberikan kepada alternatif yang mempunyai keuntungan lebih banyak dan kerugian paling sedikit
b. Rangking-rangking berikutnya diberikan kepada alternatif-alternatif dengan keuntungan lebih sedikit dari rangking sebelumnya dan mempunyai kerugian lebih banyak dari rangking sebelumnya
c. Rangking terendah diberikan kepada alternatif-alternatif yang mempunyai biaya (cost) termahal, mempunyai keuntungan lebih sedikit dan kerugian terbanyak
Untuk menangani tahap analisa, diperlukan personil yang berpengalaman mengenai pengetahuan luas berkaitan dengan obyek yang dikaji.
selanjutnya di lakukan identifikasi permasalahan dan tahapan-tahapan penerapan rekayasa nilai. Yaitu pada pekerjaan struktur yang mempunyai bobot 60 % dan pekerjaan arsitektur 15 % dari total bobot keseluruhan pekerjaan proyek. Bila kedua pekerjaan ini yang dilakukan analisa rekaysa nilaimaka potensi penghematan dari penerapan rekayasa nilai sudah cukup besar dan memenuhi harapan dari upaya penghematan.
Penerapan rekaysa nilai dilakukan melalui tahapan-tahapan seperti disajikan dalam Gambar 4.1.berikut :
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design Mutu Beton :
1
Pekerjaan Struktur
Hasil identifikasi pekerjaan struktur berbiaya tinggi disajikan pada Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.1. Breakdown Cost Model Pekerjaan Struktur
N
o Uraian Pekerjaan
Jumlah Harga Bobot Kumulatif KumulatifItem Satuan Biaya Biaya Pekerjaan
( Rp ) (%) (%) (%) Pekerjaan Struktur
1 Beton plat lantai 2 K. 350 tebal 15 cm 1,415,581,394.38 6.605 6.605 15.646
2 Beton plat lantai 3 K. 350 tebal 15 cm
1,415,581,394.3
8 6.605 13.211 24.838
3 Beton plat lantai 4 K. 350 tebal 15 cm
867,897,551.7
7 4.050 17.261 29.867
4 Beton plat lantai atap K. 350 tebal 15 cm 867,897,551.77 4.050 21.310 33.721
5 Beton plat lantai atap K. 350 tebal 15 cm
867,897,551.7
7 4.050 25.360 37.133
6 Beton tangga gedung parkir K.350 type 2 dari lt.04 ke lt.atap
697,232,915.9
3 3.253 28.614 40.545
7 Beton plat lantai dasar K. 350 tebal 15 cm 511,589,433.87 2.387 31.001 43.674
8 Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm
492,987,722.1
9 2.300 33.301 45.941
9 Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm
492,987,722.1
9 2.300 35.602 48.208
10 Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm
492,987,722.1
9 2.300 37.902 50.300
11 Beton plat oprit K.350 tebal 15 cm
492,987,722.1
9 2.300 40.203 52.391
12 Beton plat atap gedung parkir K.350 tebal 15 cm
372,571,714.0
1 1.739 41.941 54.483
13 Beton kolom lantai 1 K. 350 type K1a
289,240,762.0
9 1.350 43.291 56.575
14 Beton kolom lantai 2 K. 350 type K1a
289,240,762.0
9 1.350 44.640 57.912
15 Beton balok lantai 1 K. 350 type G1
279,512,194.4
2 1.304 45.945 59.100
16 Beton balok lantai 2 K. 350 type G1
279,512,194.4
2 1.304 47.249 60.288
17 Beton balok lantai 3 K. 350 type G1
279,512,194.4
2 1.304 48.553 61.477
18 Beton balok lantai 4 K. 350 type G1 279,512,194.42 1.304 49.857 62.665 19
Beton balok lantai atap K. 350 type G1
279,512,194.4
2 1.304 51.162 63.660
20 Beton balok lantai atap K. 350 type G1
279,512,194.4
2 1.304 52.466 64.616
Berikut ini dengan mengunakan dasar hukum distribusi pareto disajikan pada Gambar 4.3. :
0
% KUMULATIF ITEM PEKERJAAN
%
Gambar 4.2. Diagram Pareto untuk Pekerjaan Struktur
Breakdown cost model dan grafikpareto pekerjaan Strukturproyek didapatkan 16 item pekerjaan yaitu sebanyak 60 % dari item pekerjaan total proyek yang memiliki biaya tinggi mencapai 47 % dari nilai total pekerjaan struktur, biaya tertinggi yaitu sebagai berikut :
c. Beton pelat lantai-4 K.350 tebal 15 cm d. Beton pelat lantai atap K.350 tebal 15 cm e. Beton pelat lantai atap K.350 tebal 15 cm f. Beton tangga gedung parkir K.350 type 2 dari
lt.4 ke atap
g. Beton pelat lantai daras K.350 tebal 15 cm h. Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm i. Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm j. Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm
k. Beton kolom oprit K.350 tebal 15 cm l. Pondasi bored pile K.250 type 2
m. Beton pelat atap gedung parkir K.350 tebal 15 cm
n. Beton kolom lantai 1 K 350 type K1a o. Beton kolom lantai 2 K 350 type K1a p. Beton balok lantai 1 K 350 type G1
Pekerjaan Arsitektur
Hasil identifikasi pekerjaan arsitektur berbiaya tinggi disajikan pada Tabel 4.6.berikut ini :
Tabel 4.2. BreakdownCost Model Pekerjaan Artsitektur
No Uraian Pekerjaan
Jumlah Harga Bobot Kumulatif Kumulatif Item Satuan Biaya Biaya Pekerjaan
( Rp ) (%) (%) (%)
Pekerjaan Arsitektur
1 Mini vault room ( spesifikasi terpasang ) : 250,000,000.00 4.809 4.809 6.210
2 Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA 197,820,000.00 3.805 8.614 12.209
3 Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA 197,820,000.00 3.805 12.419 18.122
4 Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA 197,820,000.00 3.805 16.224 23.961
5 Pas.batu bata 1:6 lantai 1 148,866,319.88 2.863 19.087 29.604
6 Pasangan batu bata 1:6 142,064,440.68 2.733 21.820 35.087
7 Pasangan batu bata 1:6 138,033,619.17 2.655 24.475 38.585
8 Plesteran 1:6 lantai 1 115,362,225.37 2.219 26.694 42.084
9 Plesteran 1:6 110,091,188.09 2.118 28.811 45.041
10 Plesteran 1:6 106,967,549.78 2.058 30.869 47.862
11 Lantai floor hardener 100,321,800.00 1.930 32.799 50.604
12 Lantai floor hardener 100,321,800.00 1.930 34.728 52.943
13 Lantai floor hardener 100,321,800.00 1.930 36.658 55.283
14 Lantai floor hardener 100,321,800.00 1.930 38.588 57.623
Dengan mengunakan dasar hukum distribusi pareto pekerjaan arsitekturdisajikan pada Gambar 4.4. berikut ini :
0
% KUMULATIF ITEM PEKERJAAN
%
Gambar 4.3. Diagram Pareto untuk Pekerjaan Arsitektur
Dari hasil Breakdown cost model dan pembacaan grafik pareto untuk pekerjaan arsitektur didapatkan 13 item pekerjaan berbiaya tinggi.
1. Minivault room ( spesifikasi terpasang) 2. Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA 3. Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA 4. Finishing dinding lapis ACP setara ALCOPLA 5. Pasang dinding batu bata 1:6 lantai 1
6. Pasang dinding batu bata 1:6 lantai 2 7. Pasang dinding batu bata 1:6 lantai 3 8. Plesteran dinding 1:6 lantai 1 9. Plesteran 1:6 lantai 2 10. Plesteran 1:6 lantai 3 11. Lantai floor hardener
12. Lantai floor hardener 13. Lantai floor hardener
Pekerjaan berbiaya tinggi tersebut diatas dikelompokan menjadi pekerjaan sejenis yang masih ada keterkaitan sebagai komponen pekerjaan utama. Dalam pekerjaan arsitektur, yang terdeteksi pekerjaan berbiaya tinggi hanya akan dibahas pada pekerjaan pasangan dinding dan plesteran yang bukan merupakan produk jadi.
Identifikasi Item Pekerjaan Berbiaya Tidak Diperlukan
Langkah final pada tahap informasi adalah menentukan rasio cost/woth.Rasio cost/worth mengindikasikan efisiensi dari suatu desain atau item dari sini juga dapat diketahui biaya–biaya tinggi atau pun biaya–biaya yang tidak diperlukan. Untuk identifikasi item pekerjaan berbiaya tidak diperlukan, selanjutnya akan disajikan pada tahap analisa fungsi dalam pembahasan penerapan rekayasa nilai.
Analisa Perangkingan dengan Metode Zero – One dan Indeks
Analisa perangkingan adalah suatu cara yang digunakan dalam perekayasaan untuk mengkaji lebih dalam semua alternatif yang dihadirkan baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Dalam analisa perangkingan dilakukan dengan 2 (dua) cara yang disajikan saling berkaitan yaitu :
1. Perangkingan metode zero – one
Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu ditentukan kreteria yang menjadi dasar penelitian untuk semua alternatif rekayasa nilai.Dengan dihitung bobot sementara untuk masing-masing alternatif rekayasa nilai tersebut. Penghitungan bobot alternatif ini didasarkan atas rumus :
Bobot prioritas (%)
¿
angka rangking yang dimiliki
jumlahangka rangking
x
100
akan diprioritaskan. Dalam penelitian ini fungsi yang akan diuji disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.3. Kriteria Fungsi Alternatif
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
Kemudian setelah didapatkan angka bobot diatas maka dilakukan analisa selanjutnya yaitu dengan metode zero-one. Menurut Julianus (1995) metode zero-one adalah salah satu cara pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan urutan prioritas fungsi-fungsi (kriteria).
Prinsip metode ini adalah menentukan retalivitas suatu fungsi “lebih penting” atau “kurang penting” terhadap fungsi lainnya.Fungsi yang “lebih penting” diberi nilai (one), sedangkan fungsi yang “jurang penting” diberi nilai (zero).Kemudian dengan menghadirkan referensi perbandingan maka akhirnya didapatkan indek untuk masing-masing alternatif rekayasa nilai berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.Keuntungan metode ini adalah mudah dimengerti dan pelaksanaannya cepat dan mudah.
Tabel 4.4. Penilaian dengan Zero-One terhadap Fungsi
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
Cara pelaksanaan metode zero-one ini adalah dengan mengumpulkan fungsi-fungsi yang tingkatannya sama, kemudian disusun dalam suatu matriks zero–one yang berbentuk bujur sangkar. Kemudian dilakukan penilaian fungsi-fungsi secara berpasangan, sehingga ada matriksakan terisi x. Nilai-nilai pada matriks ini kemudian dijumlah menurut baris dan dikumpulkan pada kolom jumlah.
Sebagai contoh untuk matriks diatas pada baris 1 kolom 3 bernilai 1, sebaliknya baris 2 kolom 2 bernilai 0, artinya fungsi A lebih penting dari fungsi B. Dari matriks diatas diperoleh urutan prioritas adalah A, B, dan C (berdasarkan jumlah nilai). Akhirnya pemakaian metode zero-one ini digunakan secara terus menerus untuk semua alternatif terhadap fungsi yang dimilikinya hingga diketahui nilai indeknya.
2. Penilaian akhir alternatif dan existing
(pembobotan)
Kemudian setelah diperoleh nilai indeks dan bobot sementara dari semua kriteria untuk alternatif yang dipakai maka dilakukan pembobotan akhir dengan matrik evaluasi.Bagian dari metode ini yaitu untuk mengetahui nilai prioritas dari suatu item yang dihadirkan adalah dengan metode penilaian alternatif dan existing.Seperti halnya contoh dalam Tabel 4.9.sebagai berikut :
Tabel 4.5. Penilaian Exiting dan Alternatif yang Muncul
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
Dari Tabel 4.9 nilai dari x didapat dengan hasil perkalian indeks dengan bobot sementara. Dan hasil total dari total (∑x) menjadi bobot kesemuanya alternatif yang berfungsi menjadi suatu alat untuk mengambil keputusan yang dapat menggabungkan kriteria kualitatif (tak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif (dapat diukur). Dengan adanya pembobotan dengan cara perbandingan nilai existing
dan alternatif nanti bertujuan agar dalam penganalisaan rekayasa nilai untuk suatu pembangunan konstruksi dengan menghadirkan alternatif-alternatif tertentu ternyata mempunyai tingkat kelemahan ataupun kelebihan yang berbeda dilihat dalam segi yang lain.
Penerapan rekayasa nilai yang telah dilakukan identifikasi terhadap item pekerjaan berbiaya tinggi yang telah dibahas sebelumnya dalam tinjauan studi rekayasa nilai yaitu :
Penerapa Rekayasa Nilai untuk Pekerjaan Pelat Lantai
Penerapan rekayasa nilai untuk pekerjaan pelat lantai dengan tahapan-tahapan berikut :
A. Tahap informasi pekerjaan pelat lantai Berikut analisa fungsi terhadap pekerjaan pelat exsisting yaitu mengunakan metode pelat lantai beton konvensional, dapat dijelaskan pada tabel 4.10:
Tabel 4.6. Analisa Fungsi Pekerjaan Pelat Lantai
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design Mutu Beton :
1
Hasil rasio cost/worth dari desain atau item pekerjaan pelat lantai beton menunjukan angka 1,89 yang berarti potensial untuk dilakukan rekayasa nilai karena adanya komponen berbiaya tidak diperlukan yang sebenarnya bisa dihilangkan dengan metode pengerjaan yang lebih sederhana.
B. Tahap kreatif pekerjaan pelat lantai
Tahap kreatif pekerjaan pelat lantai yaitu mengumpulkan gagasan alternatif untuk mengantikan desain awal yang diharapkan mempunya kehandalan yang lebih baik.Alternatif yang dihadirkan perlu diketahui spesifikasi teknis dan biaya yang dibutuhkan, sehingga diperoleh
perbandingan harga terhadap desain awal. Berikut adalah tahapan-tahapan kreatif yang dilakukan untuk pekerjaan pelat lantai yaitu :
1. Pengumpulan gagasan alternatif pekerjaan pelat lantai
Pengumpulan gagasan alternatef yang didapatkan dari hasil survey, untuk pekerjaan pelat lantai yang diharapkan bisa menggantikan desain awal yaitu seperti disajikan dalam Tabel 4.11.berikut ini :
Tabel 4.7. Pengumpulan Alternatif Pekerjaan Pelat Lantai
TAHAP KREATIF Pengumpulan Alternatif
Proyek
: Pembangunan Gedung Serbaguna Universitas Negeri Semarang
Lokasi : Universitas Negeri Semarang Item : Pekerjaan Beton Pelat Lantai Fungsi : Menerima Beban
Notasi Alternatif
A0 Desain Original :
Pelat Lantai Beton Konvensional : mutu beton K350, besi polos, begesting
A1 Pelat lantai dengan floor deck: beton mutuK350, pembesian, pelat baja gelombang
A2 Pelat lantai precast : Hollo cor slab, angkur,crene
2. Perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai Setelah dilakukan analisa pada masing-masing alternatif yang dihadirkan mendapatkan perbandingan biaya seperti Tabel 4.15.sebagai berikut :
Notasi Alternatif
A0
Perbandingan biaya pekerjaan pelat lantai dapat dilihat pula dalam grafik Gambar 4.9.berikut ini :
-
1,000,000,000.00
2,000,000,000.00
3,000,000,000.00
4,000,000,000.00
5,000,000,000.00
6,000,000,000.00
7,000,000,000.00
Grafk Perbandingan Biaya
Existing Vs Alternatif
Konvensinal
Floor deck
HCS
Metode Pekerjaan Pelat Lantai
H
a
rg
a
(R
p
.)
Gambar 4.4. Perbandinga Harga Pekerjaan Pelat Lantai
C. Tahap analisa pekerjaan pelat lantai
Tahap analisa pekerjaan pelat lantai terhadap masing-masing kriteria fungsi yang ditinjau dengan mengunakan penilian metode zero-one
berikut ini analisa pembahasanya :
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi I (Penghematan biaya) pekerjaan pelat lantai disajikan dalam bentuk Tabel 4.16.sebagai berikut ini :
Tabel 4.9. Penilaian dengan Zero-one Terhadap Fungsi I Pekerjaan Pelat Lantai
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi II (Kualitas) pekerjaan pelat lantai disajikan dalam bentuk Tabel 4.17.sebagai berikut ini :
Tabel 4.10. Penilaian dengan Zero-one Terhadap Fungsi II Pekerjaan Pelat Lantai
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi III (waktu penyelesaian) pekerjaan pelat lantai disajikan dalam bentuk Tabel 4.18.sebagai berikut ini :
Tabel 4.11. Penilaian dengan Zero-one Terhadap Fungsi III Pekerjaan Pelat Lantai
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi IV (Penampilan) pekerjaan pelat lantai disajikan dalam bentuk Tabel 4.19.sebagai berikut ini :
Tabel 4.12. Penilaian dengan Zero-one Terhadap Fungsi IV Pekerjaan Pelat Lantai
Notasi Alternatif
mengetahui rangking teratas sehinga didapatkan alternatif yang paling dominan unggul dalam beberapa fungsi yang diujikan.
Untuk menentukan urutan prioritas dari kriteria-kriteria yang diuji, direkapitulasi dalam matrik evaluasi Tabel 4.20.berikut ini :
Tabel 4.13. Matrik Evaluasi dengan Metode Zero-one Pekerjaan Pelat Lantai
Notasi Alternatif
Keterangan :
A0 = Desain awal : Pelat lantai beton konvensional
A1 = Alternatif-1 : Pelat lantai beton dengan floor decking
A2 = Alternatif-2 : Pelat lantai beton berongga pracetak prestres (HCS)
I = kriteria fungsi biaya. II = kriteria fungsi kualitas. III = kriteria fungsi waktu. IV = kriteria fungsi penampilan.
Dari hasil penilian akhir dalam matrik evaluasi, pekerjaan pelat lantai, maka didapatkan
urutan rangking dan rangking 1 adalah alternatif yang paling menguntungkan.
D. Tahap rekomendasi pekerjaan pelat lantai Dengan hasil yang didapat dari penerapan rekayasa nilai, maka dapat direkomendasikan untuk pekerjaan pelat lantai sebagai berikut :
1) Rencana awal
Rencana awal untuk pekerjaan pelat lantai yaitu mengunakan pelat lantai konvensional dengan anggaran biaya Rp. 6.394.649.122,60,-(Terbilang : Enam milyar tiga ratus sembilan puluh empat juta enam ratus empat puluh sembilan ribu seratus dua puluh dua koma enam puluh rupiah).
2) Usulan alternatif
Usulan alternatif untuk peerjaan pelat lantai yaitu :
a) Alternatif -1 (A1) yaitu pengunaan pelat lantai beton dengan floor decking.
b) Alternatif-2 (A2) yaitu mengunakan pelat lantai berongga pracetak prategang (HCS). Setelah dilakukan analisa penerapan rekayasa nilai, bahwa alternatif-2 (A2) adalah alternatif yang paling direkomendasikan untuk menganti desain awal dari pekerjaan pelat lantai.
3) Dasar pertimbangan
Dasar pertimbangan dari analisa fungsi terhadap kriteria-kriteria yang diuji pada desain awal dan desain alternatif mengunakan metode zero-one,
bahwa alternatif 2 (A2) pelat beton berongga pracetak prestres mendapat peringkat terbaik berdasarkan pertimbangan :
a) Penghematan biaya.
Penghematan biaya dari pengunaan alterntif-2 (A2) yaitu sebesar:
Biaya desain awal
: Rp. 6.394.649.122,60 Biaya alternatif A2
Penghematan biaya sebesar : Rp. 3.274.245.393,07
Terbilang : Tiga milyar dua ratus tujuh puluh empat juta dua ratus empat puluh lima ribu tiga ratus sembilan puluh tiga koma nol tujuh rupiah.
Jadi penghematan pekerjaan pelat lantai setelah dilakukan rekayasa nilai yaitu sebesar Rp. 3.274.245.393,07 atau 51,20 % dari biaya awal sebesar Rp. 6.394.649.122,60 dan 8,57 % dari biaya
keseluruhan proyek sebesar
Rp.38.199.420.000.
b) Kualitas.
Kualias yang lebih tinggi alternatif (A1) dari desain awal (A0) yaitu :
(1) Mutu beton K-450 dari desain awal (A0) dengan mutu beton K-350
(2) Mengunakan sistem prategang yang menghasilkan lendutan sangat kecil disebabkan lawan lendut dan gaya prategang itu sendiri.
(3) Rongga ditengah-tengah HCS membuat berat sendiri lebih ringan 28-49 % dibandingkan beton konvensional. c) Waktu pelaksanaan.
Waktu pelaksanaan yang lebih cepat dipertimbangkan dari persiapan pekerjaan begisting dan perancah yang dapat dihilangkan.
d) Penampilan.
Penampilan fisik permukaan bawah expose
sehingga dapat langsung dijadikan plafond.
Penerapan Rekayasa Nilai untuk Pekerjaan Pondasi
Penerapan rekayasa nilai untuk pekerjaan pondasi dengan tahapan-tahapan berikut :
A. Tahap informasi
Perhitungan pondasi yang digunakan pada
exsisting adalah pondasi tiang Bore (Bored Pile)
diameter (Ø) 80 dan 100 cm. Berdasarkan data hasil penyelidikan tanah (soil investigation), tanah dengan daya dukung (qc> 200 kg/ cm²), terletak di kedalaman mulai 400 sampai denga 600 cm dari muka tanah asli.
Berikut ini analisa fungsi pekerjaan pondasi
exsisting disajikan dalam Tabel 4.21.berikut ini :
Tabel 4.14. Analisa Fungsi Pekerjaan Pondasi
Notasi Alternatif
Keterangan :
B = besic adalah unsur item pekerjaan yang diangap utama
S = sekunder adalah unsur item pekerjaan pendukung dari unsur pekerjaan primernya
B. Tahap Kreatif
Berikut adalah tahapan-tahapan kreatif yang dilakukan untuk pekerjaan pondasi yaitu :
1. Pengumpulan gagasan alternatif
Pengumpulan gagasan alternatif untuk pekerjaan dinding disajikan dalam Tabel 4.22. :
Uraian
Data Teknis Proyek
Kreteria Design
Mutu Beton :
1
2. Perbandingan biaya untuk pekerjaan pondasi Perbandingan biaya untuk pekerjaan pondasi setelah dilakukan analisa pada masing-masing desai, maka didapatkan perbandingan biaya seperti yang disajikan pada Tabel 4.38. :
Tabel 4.16. Perhitungan Biaya pekerjaan Pondasi.
Notasi Alternatif
Perbandingan biaya pekerjaan pondasi dapat dilihat pula dalam Gambar 4.19.berikut ini :
-
100,000,000.00
200,000,000.00
300,000,000.00
400,000,000.00
500,000,000.00
600,000,000.00
700,000,000.00
800,000,000.00
Grafk Perbandingan Biaya
Existing Vs Alternatif
Bored Pile
Mini Pile
Metode Pekerjaan Pondasi
H
a
rg
a
(R
p
.)
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Harga Pekerjaan Pondasi
C. Tahap analisa
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi I (Penghematan biaya) pekerjaan pondasi disajikan dalam bentuk Tabel 4.39.sebagai berikut ini :
Tabel 4.17. Penilaian dengan zero-one terhadap fungsi I (Penghematan biaya)
Notasi Alternatif
Preferensi alternatif untuk kriteria kualitas (II) untuk pekerjaan pondasi adalah sebagai berikut ;
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi II (Kualitas) pekerjaan pondasi disajikan dalam bentuk Tabel 4.40. :
Tabel 4.18. Penilaian dengan zero-one terhadap fungsi II (Kualitas)
Notasi Alternatif
Analisa dengan metode zero-one terhadap fungsi III (Waktu penyelesaian) pekerjaan pondasi disajikan dalam bentuk Tabel 4.41. :
Tabel 4.19. Penilaian dengan zero-one terhadap fungsi III (Waktu penyelesaian)
Notasi Alternatif
Tabel 4.20. Penilaian dengan zero-one terhadap fungsi IV (Penampilan)
Notasi Alternatif
Untuk menentukan urutan prioritas dari kriteria-kriteria yang diuji, direkapitulasi dalam matrik evaluasi dengan kriteria fungsi sebagai berikut :
Tabel 4.21. Matrik Evaluasi dengan Metode zero-one Pekerjaan Pelat Lantai
Notasi Alternatif
Keterangan Tabel 4.54. :
C0 = Desain awal : Pondasi bored pile C1 = Alternatif-1 : Pondasi mini pile I = Kriteria fungsi biaya.
II = kriteria fungsi kualitas III = kriteria fungsi waktu. IV = kriteria fungsi penampilan
Dari hasil penilian akhir dalam matrik evaluasi, maka didapatkan urutan rangking-1 sebagai alternatif yang paling direkomendasikan.
D. Tahap rekomendasi
Dengan hasil yang didapat dari penerapan rekayasa nilai, maka dapat direkomendasikan untuk pekerjaan pondasi sebagai berikut :
1) Rencana awal
Rencana awal untuk pekerjaan pondasi yaitu mengunakan pondasi bored pile dengan anggaran biaya Rp. 772.790.000 (Terbilang : tujuh ratus tujuh puluh dua juta tujuh ratus sembilan puluh ribu rupiah)
2) Usulan alternatif
Usulan alternatif untuk pekerjaan pondasi yaitu : alternatif pondasi mini pile. (C1) Setelah dilakukan analisa penerapan rekayasa nilai, bahwa alternatif C1 mempunyai keuntungan yang lebih baik dari pada desain awal yaitu pondasi bored pile.
3) Dasar pertimbangan
Dasar pertimbangan dari analisa fungsi terhadap kriteria-kriteria yang diuji bahwa alternatif C1 (pondasi mini pile) mendapat peringkat terbaik berdasarkan pertimbangan :
a) Penghematan masalah biaya.
Penghemata biaya dari pengunaan alterntif pondasi mini pile (C1) yaitu sebesar: Biaya desain awal
: Rp. 772.790.000 Biaya alternatif C1 : Rp. 453.843.000 -
Penghematan biaya sebesar : Rp. 318.946.000
Terbilang : Tiga ratus delapan belas juta sebilan ratus empat puluh enam ribu rupiah. Jadi penghematan pekerjaan pondasi setelah dilakukan rekayasa nilai yaitu sebesar Rp. 318.946.000 atau 41,27 % dari biaya awal sebesar Rp. 772.790.000 dan 1,19 % dari biaya keseluruhan proyek sebesar Rp.38.199.420.000.
b) Kualitas
Kualitas yang lebih tinggi alternatif (C1) dari desain awal (C0) yaitu Mini pile
standar-standar baku melalui pengawasan sistem komputerisasi yang teliti dari desain awal bored pile mutu beton K-250.
c) Waktu pelaksanaan.
Waktu pelaksanaan yang lebih cepat dipertimbangkan dari penggunaan
hydraulic jacking system. d) Penampilan.