• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DM"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DM TIPE 1

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

DINA FITRI PARLINA MOHAMAD PALIH

NELLY AKMALIA DADANG SAEFULOH

RINI SAPARINI ADE SUTRIANA

SUCI AFRIANI YUNIDAR

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RAJAWALI

(2)

2016

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DM TIPE 1 KONSEP DASAR DM TIPE 1

1. PENGERTIAN

Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1 dahulu disebut insulin-dependent diabetes (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin), dicirikan dengan rusaknya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

2. EPIDEMIOLOGI

Pada Diabetes Mellitus tipe 1 biasanya terdapat pada anak-anak dan remaja , salah satu penyebabnya adalah seringnya mengkonsumsi fast food. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg juga berisiko mengalami Diabetes Mellitus.

Variasi siklik musiman dalam jangka lama terjadi pada insiden diabetes insipidus tergantung insulin. Kasus yang baru diketahui tampak lebih sering pada bulan-bulan musim semi dan musim dingin di belahan bumi uatara dan selatan.

3. PENYEBAB / FAKTOR PREDISPOSISI a. Faktor genetic

(3)

antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.

4. KLASIFIKASI

Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut :

Pada DM tipe I, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi yang berbeda.

1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini.

2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease, Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.

5. PATOFIOLOGI TERJADINYA PENYAKIT

(4)

terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis (pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis. Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino , laktat , dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin , sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Aseharusnya terjadi lipogenesis namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Kadar glukosa lebih dari 180mg/dl ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan hilangnya elektrolit lewat urine, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh kekurangan bahan bakar (cell starvation ) pasien merasa lapar dan peningkatan asupan makanan (polifagia).

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.(Tandra,2007)

(5)

7. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.

Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering ditemukan :

a) Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.

b) Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum.

(6)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

d) Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e) Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.

f) Ketoasidosis.

Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.

8. PEMERIKSAAN FISIK Diabetes Melitus Tipe 1

Inspeksi : pada DM tipe 1 didapatkan klien mengeluh kehausan, klien tampak banyak makan, klien tampak kurus dengan berat badan menurun, terdapat penutunan lapang pandang, klien tampak lemah dan mengalam penurunan tonus otot

Palpasi : denyut nadi meningkat, tekanan darah meningkat yang menandakan terjadi hipertensi.

Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh berbeda. a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL

b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok

c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat

(7)

· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun. · Fosfor : lebih sering menurun

f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)

g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal) j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut

sebagai penyebab dari DKA.

k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)

l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

10 DIAGNOSTIK / KRITERIA DIAGNOSTIK Diabetes Melitus Tipe 1

(8)

Kadar darah sewaktu dan puasa

sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl) (WHO)

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan : • Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

• Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

• Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75

gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

11 DIAGNOSIS BANDING Diabetes Melitus Tipe 1

Produksi berlebihan glukokortikoid atau katekolamin pada : · Tumor hipotalamus atau hipofisis

· Tumor atau hiperplasia adrenal

(9)

· Feokromositoma (Pada keadaan ini didapatkan uji toleransi glukosa yang abnormal dan glukosuria tanpa ketosis, yang disebabkan oleh peningkatan glikogenolisis dan glukoneogenesis).

12 PENATALAKSAAN

Ada enam cara dalam penatalaksanaan DM tipe 1 meliputi: 1. Pemberian insulin

Yang harus diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis, dosis, kapan pemberian, dan cara penyuntikan serta penyimpanan. Terdapat berbagai jenis insulin berdasarkan asal maupun lama kerjanya, menjadi kerja cepat/rapid acting, kerja pendek(regular/soluble), menengah, panjang, dan campuran.

Penatalaksanaan Terapi Insulin.

· Cara pemberian /penyuntikan hormone insulin

· Indikasi dan kontra indikasi pemberian /penyuntikan hormone insulin. · Efek samping pemberian / penyuntikan hormone insulin.dll

Suntikan insulin untuk pengobatan diabetes dinamakan terapi insulin. Tujuan terapi ini terutama untuk :

1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal. 2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.

Keberhasilan terapi insulin juga tergantung terhadap gaya hidup seperti program diet dan olahraga secara teratur

Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini : - Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari

(10)

- Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan

- Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel

Enam tipe insulin berdasarkan mulai kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut, yakni : 1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)

2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin) 3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin) 4. Mixed Insulin

5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)

6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin) Cara Pemberian Insulin

Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin medijector).

Dosis anak bervariasi berkisar antara 0,7-1,0 U/kg per hari. Dosis insulin ini berkurang sedikit pada adanya fase remisi yang dikenal sebagai honeymoon periode dan kemudian meningkat pada saat pubertas.

Saat awal pengobatan insulin diberikan 3-4 kali injeksi. Bila dosis optimal dapat diperoleh, diusahakan untuk mengurangi jumlah suntikan menjadi 2 kali dengan menggunakan insulin kerja mengengah atau kombinasi kerja pendekb dan menengah (split-mix regimen). Penyuntikan setiap hari secara subkutan dipaha, lengan atas, sekitar umbilicus secara bergantian. Insulin sebaiknya disimpan dalam lemari es pada suhu 4-80C.

(11)

o Jumlah kebutuhan kalori untuk anak usia 1 tahun sampai dengan usia pubertas dapat juga ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

1000 + (usia dalam tahun x 100) = ... Kalori/hari

o Komposisi sumber kalori per hari sebaiknya terdiri atas : 50-55% karbohidrat, 10-15% protein (semakin menurun dengan bertambahnya umur), dan 30-35% lemak.

o Pembagian kalori per 24 jam diberikan 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan kecil sebagai berikut :

a. 20% berupa makan pagi. b. 10% berupa makanan kecil. c. 25% berupa makan siang. d. 10% berupa makanan kecil. e. 25% berupa makan malam. f. 10% berupa makanan kecil.

Dari sisi makanan penderita diabetes atau kencing manis lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel, tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.

Menurut peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68% karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein. Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol. Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.

- Serat makanan

(12)

Mekanisme kerja serat terlarut diperkirakan berhubungan dengan pembentukan gel dalam traktus gastrointestinal. Gel ini akan memperlambat pengosongan lambung dan gerakan makanan yang melalui saluran cerna bagian atas. Efek penurunan glukosa yang potensial oleh serat makanan tersebut mungkin disebabkan oleh kecepatan absorpsi glukosa yang lebih lambat.

Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang, jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol, jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah. Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah) serta buncis baik sekali jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar lemak darah dan glukosa darah.

- Alkohol

Alkohol dapat menurunkan reaksi fisiologi normal dalam tubuh yang memproduksi glukosa (glukoneogenesis). Jadi, jika seorang penderita diabetes minum minuman beralkohol pada saat lambung kosong, maka kemungkinan terjadinya hipoglikemia akan meningkat. Konsumsi alcohol yang berlebihan dapat menggganggu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi serta mengatasi keadaan hipoglikemia dengan tepat dan mengikuti rencana makan yang sudah diresepkan untuk mencegah hipoglikemian.

3. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selam kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous Rytmical Interval Progressive Endurance Training). Latihan yang dapa dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, dan bersepeda. 4. Obat hipoglikemik oral (OHO)

Jika pasien telah melakukan pengturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur, tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berhasiat hipoglikemik.

(13)

Berfungsi untuk menstimulasin pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

b. Biguanid

Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Dianjurkan untuk pasien gemuk.

c. Inhibitor α glukosidase

Bersifat kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

d. Insulin sentizing agent

Berfungsi meningkatkan sensitifitas insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. 5. Edukasi

Kegiatan edukasi meliputi pemahaman dan pengertian penyakit dan komplikasinya, memotivasi penderita dan keluarga agar patuh berobat.

6. Pemantauan mandiri/home monitoring

Pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan penyakitnya di rumah. Halini sangat diperlukan karenasangat menunjang upaya pencapaian normoglikemia. Pamantauan dapat dilakukan secara langsung (darah) dan secara tidak langsung (urin).

13 KOMPLIKASI

Komplikasi DM baik pada DM tipe 1 maupun 2, dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu komplikasi akut dan komplikasi menahun.

a. Komplikasi Metabolik Akut

1) Ketoasidosis Diabetik (khusus pada DM tipe 1)

(14)

mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidasi dan kehilangan elektrolit sehingga hipertensi dan mengalami syok yang akhirnya klien dapat koma dan meninggal 2) Hipoglikemi

Seseorang yang memiliki Diabetes Mellitus dikatakan mengalami hipoglikemia jika kadar glukosa darah kurang dari 50 mg/dl. Hipoglikemia dapat terjadi akibat lupa atau terlambat makan sedangkan penderita mendapatkan therapi insulin, akibat latihan fisik yang lebih berat dari biasanya tanpa suplemen kalori tambahan, ataupun akibat penurunan dosis insulin. Hipoglikemia umumnya ditandai oleh pucat, takikardi, gelisah, lemah, lapar, palpitasi, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang, tremor, pusing/sakit kepala yang disebabkan oleh pelepasan epinefrin, juga akibat kekurangan glukosa dalam otak akan menunjukkan gejala-gejala seperti tingkah laku aneh, sensorium yang tumpul, dan pada akhirnya terjadi penurunan kesadaran dan koma.

b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang (pada DM tipe 1 biasanya terjadi memasuki tahun ke 5) 1. Mikroangiopaty merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopaty diabetik), glomerulus ginjal (nefropatik diabetic/dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1), syaraf-syaraf perifer (neuropaty diabetik), otot-otot dan kulit. Manifestasi klinis retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteriola retina. Akibat terjadi perdarahan, neovasklarisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropaty berupa protein urin dan hipetensi jika hilangnya fungsi nefron terus berkelanjutan, pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Neuropaty dan katarak timbul sebagai akibat gangguan jalur poliol (glukosa— sorbitol—fruktosa) akibat kekurangan insulin. Penimbunan sorbitol dalam lensa mengakibatkan katarak dan kebutaan. Pada jaringan syaraf terjadi penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar mioinositol yang menimbulkan neuropaty. Neuropaty dapat menyerang syaraf-syaraf perifer, syaraf-syaraf kranial atau sistem syaraf otonom.

2. Makroangiopaty

Gangguan-gangguan yang disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab berbagai jenis penyakit vaskuler. Gangguan ini berupa :

(15)

c) Kelainan pembekun darah

Pada akhirnya makroangiopaty diabetik akan mengakibatkan penyumbatan vaskular jika mengenai arteria-arteria perifer maka dapat menyebabkan insufisiensi vaskular perifer yang disertai Klaudikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika yang terkena adalah arteria koronaria, dan aorta maka dapat mengakibatkan angina pektoris dan infark miokardium.

Komplikasi diabetik diatas dapat dicegah jika pengobatan diabetes cukup efektif untuk menormalkan metabolisme glukosa secara keseluruhan.

14 PROGNOSIS

DM tipe 1 merupakan penyakit kronik yang memerlukan pengobatan seumur hidup. DM tipe 1 tidak bisa disembuhkan tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal mungkin dengan mengusahakan control metabolic yang baik. Yang dimaksud control metabolic yang baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau mendekati nilai normal, tanpa menyebabkan hipoglikemia.

(16)

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DM TIPE 1

1. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat (Doengoes, 1993)

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur / istirahat.

Tanda : a.Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan aktivitas b.Letargi / disorientasi, koma

c.Penurunan kekuatan otot 2. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut.

Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali, penyembuhan yang lama

Tanda : a.Takikardi

b.Perubahan tekanan darah postural, hipertensi c.Nadi yang menurun

d.Disritmia 3. Integritas ego

Gejala : a.Stress, tergantung pada orang lain.

(17)

Tanda : Ansietas peka rangsang 4. Eliminasi

Gejala : a.Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.

b.Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang c.Nyeri tekan

d.Diare lancar

Tanda : a.Urine encer, pucat, kuning, poliuri b.Urine berkabut

c.Abdomen keras, adanya asites 5. Makanan / cairan

Gejala : a.Hilang nafsu makan. b.Mual/muntah

c.Tidak mengikuti diet d.Penurunan BB

Tanda : a.Kulit bersisik, turgor jelek

b.Keluarkan / distensi abdomen, muntah c.Pembesaran tiroid

6. Neurosensori

Gejala : a.Pusing / pening b.Sakit kepala

c.Kesemutan, kebas kelemahan pada otot d.Gangguan pengelihatan

(18)

7. Nyeri / kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri

Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati 8. Pernafasan

Gejala : Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen Tanda : Lapar udara, frekuensi pernafasan

9. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda : a.Demam, diaforesis

b.Kulit rusak, lesi / ulserasi 10. Seksualitas :

Gejala : a.Rabas vagina

(19)

b. Diagnosa Keperawatan

Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun

Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah

Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin

Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi

c. Intervensi Keperawatan

1. Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM

Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam infeksi berkurang. KH : nyeri berkurang, keadaan luka kering, pus (+)

Intervensi :

1. Observasi tanda-tanda infeksi dan inflamasi seperti panas, kemerahan, keluar nanah Rasional : membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total, adanya proses infeksi

(20)

Rasional : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia, perkiraan berat atau ringannya hipovolemia dapat diukur ketika TD sistolik turun > 10 mmHg/ posisi duduki / berbaring.

3. Monitor nadi perifer, turgor kulit dan membran mukosa

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi / volume sirkulasi yang adekuat. 4. Berikan cairan yang paling sedikit 2500 ml/hari bila tidak ada kontra indikasi Rasional : Mempertahankan hidrasi / volume sirkulasi

5. Monitor intake dan output cairan, catat berat jenis urine

Rasional : Memperkirakan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

6. Catat adanya muntah, mual, nyeri perut

Rasional : Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motabilitas lambung yang seringkali menimbulkan muntah dan secara potensial menimbulkan cairan menurun.

7. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai indikasi pemasangan kateter, monitor pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Kreatinin, Natrium dan Kalium)

Rasional : Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekuangan cairan, memberikan pengukuran yang tepat / akurat terhdap pengukuran haluaran urine, mengkaji tingkat dehidrasi dan seringkali meningkat akibat hemikonsentrasi yang terjadi setelah osmotic.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun (Doengoes Mariyln E, 1999 ; 374).

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

KH : Nafsu makan meningkat, pasien menghabiskan porsi makan. Intervensi :

(21)

Rasional : Mengkaji masukan makanan yang adekuat.

b. Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika pasien dapat mentoleransinya melalui pemberian makanan melalui oral

Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.

c. Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin, nadi cepat, sakit kepala dan pandangan berkurang-kunang.

Rasional : Karena metabolisme KH mulai terjadi gula darah akan berkurang dan sementara tetap diberikan insulin maka hipoglikemia dapat terjadi, jika pasien dalam keadaan koma

hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran. d. Kolaborasi pemeriksaan glukosa test, glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3, kelola

pemberian insulin, konsul dengan ahli gizi.

Rasional : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah lebih akurat, gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol, dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa kekemudian masuk ke dalam sel untuk sumber kalori

e. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode I.V secara intermiten atau secara kontinue

Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah (Doengoes, 1999; 734)

Tujuan :klien terhindar dari infeksi silang KH :tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, luka kering. Intervensi :

(22)

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan cuci tangan dan anjurkan kepada klien untuk cuci tangan.

Rasional : mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial) c. Lakukan perawatan luka secara antiseptik

Rasional : kadar glukosa darah yang tinggi akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman

d. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh, masase daerah tulang yang tertekan

Rasional : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit atau iritasi kulit dan infeksi.

e. Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional : Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsi.

4. Resiko tinggi perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan zat kimia, endogen, ketidaseimbangan elektrolit, glukosa dan insulin

Tujuan : tidak terjadi gangguan perubahan persepsi sensori. KH : pasien mampu mengenali perubahan persepsi sensori Intervensi :

a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental

Rasional : sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.

(23)

c. Lindungi pasien dari cidera (gunakan pengikat) ketika tingkat kesadaran terganggu Rasioal : pasien mengalami disorientasi merupakan awal timbulnya cidera, terutama malam

hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.

d. Evaluasi lapang pandang pengelihatan sesuai indikasi

Rasional : edema / lepasnya retina, hemoragi, katarak atau paralysis otot extraokuler sementara mengganggu pengelihatan yang memerlukan terapi korektif atau perawatan penyokong.

5. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi metabolisme energi, defisiensi insulin dan peningkatan kebutuhan energi

Tujuan : aktifitas klien tidak terganggu dan tidak mudah lelah. KH : pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan

Intervensi :

a. Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktifitas, buat jadwal perencanaan dengan klien dan identifikasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

Rasional : pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lelah.

b. Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup atau tanpa diganggu Rasional : mencegah kelelahan yang berlebihan.

c. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Rasional : mengidentifikasi tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara fisiologis. e. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi atau berpindah tempat

Rasional : pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.

(24)

Rasional : meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi dengan pasien.

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diabetes mellitus yaitu penyakit kronik sistemik yang dikarakteristikan oleh gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat tidak adekuat suplai insulin relatif atau absolut (Ulrich, 1997).

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. (Wikipedia, Ensiklopedia Bebas).

Diagnosa Keperawatan, Yaitu :

1. Resiko penyebaran penyebaran infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun tubuh sekunder terhadap DM

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/ penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan fungsi leukosit dan perubahan sirkulasi darah

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Ganggang hijau (Spirogyra sp.) mempunyai kandungan zat aktif berupa melatonin dimana melatonin merupakan senyawa yang sudah diteliti para peneliti dunia sebagai

Pada akhir penulisan penulis memberi kesimpulan bahwa pembuatan iklan harus mempunyai konsep dan tujuan yang jelas agar masyarakat mudah memahami makna yang terkandung dalam

Secara umum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan saintifik pada siklus I telah terlaksana cukup baik. Meskipun

sehingga berubah menjadi senyawa yang tidak aktif, atau mengalami pelarutan seperti pada kasus vitamin larut air yang hilang pada proses blansing atau pemasakan.. • Vitamin

Dalam perencanaan dimensi hidrolis dari Intake sampai dengan pipa pesat harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan tinggi energi pada peralihan masuk,

Surat Keterangan Kesediaan Barang/Jaminan Suplay dari Produsen Pupuk Organik dan Pestisida, dan surat dukungan suplayer untuk gunting pangkas, serta kesanggupan

Berdasarkan data pada gambar 1.1 yang di berikan Dinas PU Kota Bandung kepada penulis terkait hasil capaian sasatan kerja pegawai (SKP) di Dinas PU Kota Bandung periode

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan, maka rendemen yang dihasilkan cenderung menurun, air yang terkandung dalam bahan semakin