• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Reformasi Pendidikan Islam Abad

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Reformasi Pendidikan Islam Abad"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-20

Diajukan untuk Menyelesaikan Tugas pada Mata Kuliah Sejarah Sosial Pendidikan Islam

OLEH:

HADI SISWOYO

NIM: 3003163006

Moderator:

Dedek Dian Sari

PRODI: PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pembimbing:

Prof. Dr. Ja’far Siddik, MA Dr. Siti Zubaidah, M.Ag

PASCASARJANA UIN SU

MEDAN

(2)

PENDAHULUAN

Reformasi Pendidikan Islam Abad ke-20 merupakan sebuah program dari gerakan pembaharuan dalam Islam. Pada peradaban ini, pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu untuk menghilang buta huruf namun juga melalui pembaharuan pendidikan diharapkan terjadi perubahan-perubahan nyata di segala bidang dan lebih memberikan keontribusi untuk kemajuan umat, bangsa dan negara.

Kesadaran umat Islam akan ketertinggalannya merupakan awal dari kemunculan kekuatan baru. Hal ini membawa dampak terhadap pemahaman keislaman dengan masuknya term-term seperti demokratisasi, nasionalisme, dan lain-lain. Sehingga para pemikir Islam berusaha mencari jalan keluar serta merumuskan formasi Islam baru yang mampu menjawab segala tantangan dan perkembangan zaman.

Beranjak dari permasalahan-permasalahan tersebut munculah istilah reformasi. Reformasi dapat diartikan sebagai perubahan secara radikal/mendalam baik di bidang sosial, politik, maupun agama untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau negara. Dalam pembahasan reformasi seringkali disandingkan dengan kata pembaharuan atau modernisasi.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang reformasi pendidikan Islam pada awal abad ke-20. Adapun sub pembahasannya meliputi: definisi reformasi pendidikan Islam, pembaharuan dan kebangkitan pendidikan Islam, ciri-ciri pendidikan Islam pada masa pembaharuan, pola-pola pembaharuan pada masa reformasi.

(3)

BAB II PEMBAHASAN

REFORMASI PENDIDIKAN ISLAM PADA AWAL ABAD KE-20

A. Definisi Reformasi Pendidikan Islam

Reformasi merupakan perubahan secara radikal untuk perbaikan dalam suatu sistem masyarakat atau negara.1 Dalam bahasa Indonesia selalu digunakan

istilah modern, modernisasi dan modernisme. Istilah Modernisme dalam pemahaman masyarakat Barat berarti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah pemahaman, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan lain sebagainya untuk disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.2

Berarti bahwa reformasi identik dengan kemajuan intelegensi teknologi.

Penggunaan istilah modern atau modernisasi berorientasi pada sesuatu pola yang baru atau perubahan-perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia. Tujuan utama dari kemunculan modernisasi adalah untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan Protestan dengan ilmu pengetahuan modern. Beranjak dari hal tersebut di Barat munculah sekulerisme.3

Sekulerisme dapat dipahami dengan memisahkan antara agama dengan bidang-bidang kehidupan seperti politik, seni, ilmu pengetahuan dan lain-lain.

Pada awal abad ke-19 M, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern mulai memasuki dunia Islam. Dalam sejarah peradaban Islam dipandang sebagai permulaan periode modern.4 Seiring berjalannya waktu, pada awal abad

ke-20 umat Islam di Indonesia mengalami perubahan, pembaruan dan pencerahan. Pada periode ini sering disebut dengan istilah zaman bergerak atau era kebangkitan Nasional, yang dihiasi dengan suasana hingar-bingar penuh dengan pergolakan-pergolakan.5 Di antara motivasi yang timbul adalah dorongan untuk

1 Alwi Hasan. et. al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Departemen Pendidikan,

2005), h. 762.

2 Syahminan, Modernisasi Sistem Pendidikan Islam Abad 21, Jurnal Ilmiah PEUREDIUN

Vol. II, No. 02, Mei 2014, h. 34.

3 Adeng Muchtar Ghazali, Pemikiran Islam Kontemporer: Suatu Refleksi Keagamaan yang Dialogis (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 183.

4 Ibid.

5 Muhammad Ali, Islam Muda: Liberal, Post-Puritan, Post-Tradisional (Yogyakarta:

Apeiron Philotes, 2006), h. 25.

(4)

mengusir penjajah. Meskipun ada dorongan kuat untuk melawan penjajahan, akan tetapi umat Islam sadar bahwa tidak mungkin dapat melawan para penjajah hanya dengan cara tradisional sedangkan penjajah memiliki persenjataan yang modern.

Pada waktu itu, umat Islam menyadari bahwa sangat dibutuhkan suatu perubahan-perubahan yang nyata untuk dapat mengusir penjajah. Umat Islam di Indonesia menyadari bahwa sangat perlu mengkaji kembali ajaran-ajaran Islam yang pada akhirnya membawa umat Islam untuk melawan imperialisme Barat. Diperlukan usaha ekstra keras dari umat Islam untuk mengejar ketertinggalannya di antaranya dengan berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dilakukan dengan penguasaan terhadap ilmu agama dan ilmu-ilmu umum dalam menjawab segala tantangan perubahan dan persoalan-persoalan dalam berbagai aspek kehidupan.6 Kepada manusia modern Islam tidak

memberikan sekumpulan pemecahan terhadap masalah-masalah yang mereka hadapi, tetapi sebuah pemilihan arah yang sangat berbeda.7

Kehadiran kolonialisme menjadi motivasi bagi umat Islam mengadakan pembaharuan. Ide tentang gerakan pembaharuan tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya perubahan di bidang pendidikan. Maka langkah yang perlu diambil adalah dengan melakukan pembaharuan bidang pendidikan Islam, yang pada akhirnya secara tidak langsung akan membawa perubahan dalam Islam. Langkah perubahan melalui pendidikan pada akhirnya menjadi pilihan bagi umat Islam untuk melakukan berbagai pembaharuan diberbagai bidang kehidupan dalam Islam. Pembaharuan yang sesungguhnya dalam Islam adalah bukan semata kelahiran kembali sesuatu yang sedang trendi di dalam periode tertentu dari sejarah manusia, tetapi yang lebih penting mengaplikasikan kembali prinsip-prinsip khazanah Islam yang sesungguhnya.8

Dalam kajian keislaman, ‘pembaharuan pemikiran’ mengandung arti aliran, pikiran, gerakan, untuk mengubah pemahaman lama mengenai agama,

6 A. Qodri Azizy, et. Al, Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia (Yogyakarta: STAIN

Pustaka Pelajar, 2005), h. 223.

7 Altaf Gauhar, Tantangan Islam (Bandung: Pustaka, 1982), h. 333.

8 Ahmad Barizi, Memahami Semangat Intelektualisme Islam di Era Modern dalam

(5)

institusi-institusi lama, dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.9

Sehingga dapat dipahami bahwa reformasi pendidikan Islam merupaka perubahan sistem pendidikan Islam dari sistem yang klasikal menuju sistem pendidikan yang modern yang disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

B. Pembaharuan dan Kebangkitan Pendidikan Islam

Sejak abad ke-20, gerakan pembaharuan pemikiran di dunia Islam terjadi secara besar-besaran dengan munculnya tokoh-tokoh Muslim ataupun organisasi terkemuka di berbagai negara, seperti Mesir, Pakistan (India), dan Indonesia.10

a. Pembaharuan di Mesir

Dalam kajian sejarah, pembaharuan di Mesir di tandai dengan kedatangan Napoleon pada tahun 1798 M. Ia berhasil menaklukan mesir kurang lebih dalam kurun waktu hanya tiga minggu. Dia datang tidak hanya membawa pasukan, akan tetapi juga para ilmuwan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan yang berjumlah 167 orang ahli. Selain itu, juga membawa alat cetak huruf latin, Arab, Yunani sejumlah dua set yang digunakan untuk mencetak ulang manuskrip yang ada di sana. Sehingga dapat diketahui misi Napoleon adalah untuk kepentingan militer dan kepentingan ilmiah.

Pada tahun 1833 M, modernisasi sistem dan kelembagaan pendidikan di Mesir dimulai pada masa Muhammad Ali Pasha. Ia mengeluarkan dekrit pembentukan sekolah dasar umum, yang perkembangan awalnya berdampingan dengan kuttab. Sekolah dasar umum dimaksudkan untuk menyiapkan Pada awal abad 19, Amir Ali melihat bahwa ia tidak akan mempunyai tentara modern apabila mereka tidak dididik dengan gaya Barat, karena alasan itu kemudian ia membawa staf pengajar dari Eropa. Perlahan-lahan pendidikan gaya Eropa itu menyebar, sampai abad 20 Mesir mempunyai sistem pendidikan yang lengkap mulai dari sekolah dasar sampai tingkat universitas. Selain itu mereka masih menyisakan bentuk pendidikan

9 Syahrin Harahap, Islam Dinamis: Menegakkan Nilai-nilai ajaran Al-Qur’an dalam

Kehidupan Modern di Indonesia (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), h. 171.

10 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h. 39.

(6)

tradisional sejak dari madrasah di tingkat lokal sampai universitas, al-Azhar.11

Di samping itu, Napoleon juga membawa ide-ide baru yang dihasilkan oleh Revolusi Perancis, seperti:

1) Sistem pemerintahan republik, yaitu kepala negara dipilih untuk waktu tertentu, tunduk kepada undang-undang Dasar dan bisa dijatuhkan oleh parlemen. Hal ini berlainan sekali dengan sistem pemerintahan absolut raja-raja Islam, yang sistem pemerintahannya pemegang kekuasaan diturunkan kepada anaknya.

2) Ide persamaan (egalite), yang bisa diartikan kedudukan dan turut serta rakyat dalam soal pemerintahan.

3) Ide kebangsawanan yang terkandung di dalam maklumat Napoleon bahwa orang Perancis merupakan suatu bangsa (nation) dan bahwa kaum Mamluk adalah orang asing dan datang ke Mesir dari Kaukasus. Jadi walaupun sama-sama orang Islam, akan tetapi berlainan bangsa dengan orang Mesir asli.12

Dari ide-ide di atas belum mempunyai pengaruh yang besar terhadap masyarakat Mesir waktu itu, akan tetapi dalam perkembangannya dan adanya kontak dengan Barat pada abad 19, ide-ide tersebut semakin jelas dan kemudian diterima serta dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat Mesir. Jadi, ekspedisi Napoleon tersebut telah membuka mata umat Islam Mesir tentang kelemahan dan kemunduran mereka selama ini, dan mereka tidak mengetahuinya.

b. Pembaharuan di Turki

Bangsa Turki merasakan keunggulan bangsa Eropa yang ditandai selalu kalah berperang dengan bangsa Eropa. Kekalahan ini menyebabkan bangsa Turki ingin mengetahui penyebabnya. Pada akhirnya diketahui bahwa bangsa Eropa lebih unggul dari bangsa Turki dalam bidang ilmu pengetahuan, dan hal ini menyebabkan dampak pada persenjataan perang bangsa Eropa.

Pada abad ke-19, pembaharuan dan modernisasi pendidikan Islam mulai menyebar hampir ke seluruh wilayah kekuasaan Turki Usmani di Timur

11 William Montgomery Watt, Islam, terj. Imron Rosjadi (Yogyakarta: Jendela, 2002), h.

168.

12 Ibid., h. 167.

(7)

Tengah. Program pembaharuan pendidikan di Turki semula tidak menjadikan medresse (madrasah), lembaga pendidikan tradisional Islam, sebagai sebuah sasaran pembaharuan yang terjadi adalah pembentukan sekolah-sekolah yang baru yang sesuai dengan sistem pendidikan di Eropa, hal ini ditujukan untuk kepentingan-kepentingan reformis militer dan birokrasi Turki Usmani. Dalam konteks ini kita bisa melihatnya dengan kemunculan “Mekteb-I Ilm-I Harbiye” (sekolah militer) yang didirikan pada tahun 1834 sesuai dengan model Prancis.

Akan tetapi dalam waktu yang tidak lama yaitu pada tahun 1938, Sultan Mahmud II (1808-1839 M) segera meluncurkan pembaharuan pendidikan Islam dengan memperkenalkan sekolah Rusydiyyah, yang mengadopsi sepenuhnya sistem pendidikan Eropa. Sistem sekolah ini bahkan berlawanan dengan sistem sekolah madrasah. Ia juga banyak mendirikan lembaga pendidikan umum, seperti sekolah militer, sekolah teknik, dan kedokteran pembedahan di tahun 1838 digabunglah sekolah kedokteran dengan sekolah pembedahan dengan nama Dar-ul Ulumu Hikemiye ve Mekteb-I Tibbiye Sahane.13

Selanjutnya, Sultan al-Majid pada tahun 1846 mengeluarkan sebuah peraturan yang memisahkan pendidikan Islam dengan pendidikan umum, medresse berada di bawah jurisdiksi Syaikh al-Islam, sedangkan sekolah umum ditempatkan berada di bawah tanggung jawab langsung pemerintah.

Akan tetapi sekolah umum yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung modernisasi, ternyata berkembang lebih lambat dari yang diperkirakan. Sehingga hal ini mendorong pemerintah Turki Usmani untuk mengeluarkan suatu ketetapan “Ma’rifat Umumiye Nizamnamesi” pada tahun 1896 yang digunakan untuk memperluas dan mempercepat perkembangan sistem pendidikan umum model Eropa, dengan mengorbankan medresse. Pukulan yang lebih berat lagi pada medresse terjadi pada tahun 1924 yaitu ketika Mustafa Kemal Ataturk menghapuskan sistem medrasah dengan mengubahnya menjadi sekolah-sekolah umum.

c. Pembaharuan di India

13 Ibid.,h. 30.

(8)

muncul. Hal ini ditandai dengan munculnya gerakan pembaharuan pemikiran di India. Dimana gerakan pembaharuan ini dilatarbelakangi oleh kemunduran dunia Islam pada abad ke 10, kemudian tenggelam berabad-abad lamanya. Faktor yang menjadi penyebab utama kemunduran dunia Islam adalah mundurnya spirit yang menimpa kaum muslimin yang ditampilkan dalam bentuk khurafat, umat Islam tidak lagi menggunakan pikirannya sebagaimana para pemikir-pemikir sebelumnya melakukan ijtihad, untuk menggali sumber yang asli kepada Al-Qur’an dan Hadist Nabi, praktek bermazhab dan bid’ah telah subur. Setelah berabad-abad lamanya masa kemunduran Islam, muncullah gerakan pemikiran yang di pelopor-pelopor pembaharuan.14

Istilah gerakan yang disebut pembaharuan ini memberi arah dan perspektif keagamaan yang relatif berbeda dari pusat-pusat peradaban Islam di Timur Tengah. Di antara beberapa negara yang melakukan gerakan pembaharuan adalah India dan Pakistan. Dimana keduanya memiliki keterkaitan sejarah, bahkan merupakan satu kesatuan dalam sejarahnya. Negara ini termasuk negara yang besar, luas daerahnya maupun kebudayaan dan peradabannya, akhirnya menjadi suram dan bahkan hancur dengan kedatangan orang-orang kulit putih. Adapun latar belakang pembaharuan Islam di India antara lain: a. Ajaran Islam sudah bercampur baur dengan paham dan praktek keagamaan

dari Persia, Hindu atau Animisme. b. Pintu ijtihad tertutup.

c. Kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin, namun orang Hindu-lah yang banyak menyerap peradaban Barat, sehingga orang Hindu lebih maju dari orang Islam dan lebih banyak dapat bekerja di Kantor Inggris.

d. Kesemenah-menahan Pemerintahan Inggris.

e. Kekacauan Kepemimpinan Munghal dan para Amirnya. f. Terjadinya keributan antara Islam dan Hindu.

d. Pembaharuan di Indonesia

14 Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung: Mizan, 1998), h.

56.

(9)

Ada beberapa faktor pendorong bagi pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia pada permulaan abad ke-20, yaitu:15

1. Sejak tahun 1900, telah banyak pemikiran untuk kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada. Dengan kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah mengakibatkan perubahan dalam bermacam-macam kebiasaan agama. Kedua sumber pokok Islam ini memainkan peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu.16

2. Dorongan kedua, adalah sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda. Kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintaha kolonial diciptakan untuk mendukung sistem birokrasi penjajah demi memperkuat eksistensi kolonialisme.17

3. Dorongan ketiga, adalah adanya usaha-usaha dari Umat Islam untuk memperkuat organisasinya di bidang sosial ekonomi.

4. Dorongan keempat, berasal dari pembaharuan pendidikan Islam. Dalam bidang ini cukup banyak orang dan organisasi Islam tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Qur’an dan studi agama.

C. Ciri-ciri Pendidikan Islam pada Masa Pembaharuan

Pada awal abad 20, di dunia muslim muncul kesadaran baru untuk melakukan reformasi pendidikan Islam secara komprehensip dan tidak terpisahkan dari usaha islamisasi ilmu dalam rangka membangun peradapan Islam di masa depan. Pada dekade itu, di Indonesia masuknya gelombang sekularisasi secara besar-besaran sebagai imbas dari gelombang yang lebih besar dari skala global.18 Ini berarti reformasi pendidikan Islam itu digagas oleh para pakar sebagai

jawaban langsung terhadap arus sekularisasi yang sangat membahayakan bagi umat Islam. Secara subtantif, para pakar berusaha mengadakan reformasi pendidikan Islam untuk mengembalikan pendidikan Islam kedalam pengaruh

15 Ibid.

16 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 13.

17 M. Adlan Nawawi dan Syamsul Rijal, Kontribusi Komunikasi Lintas Agama dan Budaya

Terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia (Jakarta: Churia Press, 2006), h.188.

(10)

Islam, seperti pada masa kejayaan peradaban islam. Akan tetapi, secara teknis pendidikan Islam dapat beradaptasi dengan perkembangan ilmu-ilmu konteporer.

Ada beberapa indikasi pendidikan Islam sebelum dimasuki ide-ide pembaharuan:

1. Pendidikan bersifat nonklasikal. Pedidikan ini tidak dibatasi atau ditentukan lamanya belajar seseorang berdasarkan tahun.

2. Mata pelajaran adalah semata-mata pelajran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Tidak ada diajarakan mata pelajaran umum.19

Dipandang dari masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam kedunia pendidikan, setidaknya ada tiga hal yang perlu direformasi:

1. Metode yang tidak puas hanya dengan metode tradisional, tetapi diperlukan metode-metode baru yang meransang untuk berfikir.

2. Isi atau mata pelajran sudah perlu diperbaharui, tidak hanya mengandalkan mata pelajaran agama semata-mata yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Sebab masyarakat Islam abad 20 sudah merasakan manfaat dan peranan ilmu pengetahuan.

3. Manajemen, manajemen pendidikan adalah keterkaitan antara sistem lembaga pendidikan Islam dengan bidang-bidang lainya.20

Bebera hal tersebut diatas, merupakan tuntutan terhadap kebutuhan dunia pendidikan Islam. Kemudian dari uraian terdahulu, dapat diuraikan indikasi terpenting dari pendidikan Islam pada masa reformasi, yakni:

1. Dimasukkannya mata pelajaran umum.

2. Penerapan sistem klasikal dengan segala penerapanya.

3. Dikelola sistem administrasi dengan tetap berpegang kepada prinsip-prinsip manajemen pendidikan.21

Berdasarkan uraian diatas, dapat dijelasakan bahwa reformasi pendidikan Islam muncul di awal abad 20 dengan upaya untuk memperbaharui Sitem (Manajemen) paradigma pendidikan Islam (Tujuan pendidikan Islam), serta materi. Jika awal abad 20 kelembagaan bercirikhas madrasah dan pesantren,

19 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h. 57-59.

(11)

dengan manejemen dan organisasi yang dikelola berdasarkan prinsip-prinsip manajemen yang masih sederhana.

D. Pola-Pola Pembaharuan Pendidikan Islam

Dengan memperhatikan berbagai sebab kelemahan dan kemunduran umat Islam sebagaimana nampak dan dengan memperhatikan sebab-sebab kemajuan dan kekuatan yang dialami oleh bangsa-bangsa Eropa, Secara garis besar terjadi tiga pola pemikiran reformasi pendidikan Islam abad 20. Ketiga pola tersebut adalah:

1. Berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa

Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan modern di Barat, pada dasarnya mereka berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh Barat adalah sebagai hasil dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang mereka capai. Mereka juga berpendapat bahwa apa yang dicapai oleh bangsa-bangsa Barat sekarang, tidak lain merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan dan kebudayaan yang pernah berkembang di dunia Islam.

Pembaharuan pendidikan dengan pola barat ini, mulanya timbul di Turki usmani pada akhir abad ke 11 H/17 M setelah mengalami kalah perang dengan berbagai Negara Eropa Timur pada masa itu, yang merupakan benih bagi timbulnya usaha sekularisasi Turki yang berkembang kemudian dan membentuk Turki modern. Sultan Mahmud II adalah pelopor pembaharuan pendidikan di Turki.22

Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di kerajaan Usmani ialah pada perubahan pendidikan. Sebagaimana di dunia Islam pada zaman itu, madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di kerajaan Usmani.23 Di Madrasah hanya diajarkan pengetahuan agama,

pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah tradisional ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman.

22 Ibid., h. 61.

23 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Logos, 1999), h. 131.

(12)

Pada masa pemerintahannya orang juga telah kurang giat memasukkan anak-anak mereka ke madrasah dan mengutamakan mereka belajar keterampilan secara praktis di perusahaan-perusahaan industri tangan. Kebiasaan ini membuat bertambah meningkatnya jumlah buta huruf di Kerajaan Usman.24 Untuk mengatasi problema ini sultan Mahmud II

mengeluarkan perintah supaya anak sampai umur dewasa jangan dihalangi masuk madarsah.

Mengadakan perubahan dalam kurikulum madarsah dengan menambahkan pengetahuan umum kedalamnya sebagai halnya didunia Islam pada saat itu memang sulit. Madrasah tradisional tetap berjalan, tetapi disampingnya Sultan Mahmud II juga mendirikan sekolah pengetahuan umum, Makteb’i Ma’arif.

Mekteb’i Ulum (Sekolah Pengetahuan Umum) dan maktebi Ulum Adabiya

(Sekolah Sastra). Pada kedua sekolah ini dipilih siswa dari lulusan yang bermutu tinggi.

Dikedua sekolah itu diajarkan bahasa Perancis, Ilmu Bumi, Ilmu Ukur, Sejarah dan Ilmu Politik disamping bahasa Arab. Sekolah pengetahuan umum mendidik siswa untuk menjadi pegawai administrasi, sedang sekolah yang kedua menyediakan penerjemah-penerjemah untuk keperluan pemerintah.

Tidak lama setelah itu Sultan Mahmud II mendirikan pula sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran dan sekolah Teknik dan pada tahun 1834 dibuka sekolah Akademi Militer. Disamping beliau juga mengirimkan kurang lebih 150 pelajar keluar negeri, seperti ke Inggris, Perancis, Rusia dan Australia.

Pola pembaharuan yang berorientasi ke Barat ini juga Nampak dalam usaha Muhammad Ali Pasya di Mesir, yang berkuasa tahun 1805-1848. Resminya ia menjadi pasya sebagai wakil resmi dari Sultan Turki di Mesir, tetapi ia menyatakan diri sebagai sebagai penguasa yang otonom.

Muhammad Ali Pasya, dalam rangka memperkuat kedudukannya dan sekaligus melaksanakn Reformasi Pendidikan Islam Abad 20 di Mesir, mendirikan bermacam macam sekolah yang meniru pendidikan dan pengajaran

(13)

Barat. Dalam rangka mengalihkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah berkembang di Barat tersebut.25

2. Berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam

Pola ini berpandangan bahwa sesungguhnya Islam sendiri merupakan sumber bagi kemajuan dan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan modern. Islam sendiri sudah penuh dengan ajaran-ajaran dan pada hakikatnya mengandung potensi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan serta kekuatan bagi umat manusia.

Pola pembaharuan ini dirintis oleh Muhammad bin Al-Wahhab kemudian dicanangkan kembali oleh Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh. Menurut Jamaluddin Al-Afgani, pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada Al-Quar’an Hadist dalam artinya yang sebenarnya tidaklah mungkin. Dengan adanya reformasi pendidikan Islam abad 20, ia yakin bahwa Islam adalah sesuai untuk bangsa, semua zaman dan keadaan.26

Kalau nampak ada pertentangan antara ajaran-ajaran Islam dengan kondisi yang dibawa oleh perubahan zaman dan peubahan kondisi, penyesuaian dapat diperoleh dengan mengadakan interpretasi baru tentang ajaran-ajaran Islam seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadis untuk interpretasi diperlukan ijtihad.

3. Berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan

yang bersifat nasionalisme

Salah satu sebab reformasi pendidikan Islam abad 20 rasa rasionalisme timbul bersamaan dengan berkembangnya pola kehidupan modern, dimulai dari Barat. Bangsa barat mengalami kemajuan rasa nasionalisme yang kemudian menimbulkan kekuatan politik yang berdiri sendiri. Keadaan tersebut mendorong pada umumnya bangsa timur dan bangsa terjajah lainnya untuk mengembangkan nasionalisme masing-masing.27

Inilah yang pada tahap perkembangan berikutnya mendorong timbulnya usaha-usaha merebut kemerdekaan dan mendirikan pemerintahan sendiri di kalangan bangsa-bangsa pemeluk Islam.

25 Ibid., h. 119. 26 Ibid., h. 120. 27 Ibid., h. 121.

(14)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Reformasi merupakan perubahan secara radikal (bidang sosial, politik, atau agama) untuk perbaikan dalam suatu masyarakat atau negara.

2. Sejak abad ke-20, gerakan pembaharuan pemikiran di dunia Islam terjadi secara besar-besaran dengan munculnya tokoh-tokoh Muslim ataupun organisasi terkemuka di berbagai negara, seperti Mesir, Pakistan (India), dan Indonesia.

3. Ciri-ciri pendidikan Islam pada masa reformasi: a. Dimasukkannya mata pelajaran umum.

b. Penerapan sistem klasikal dengan segala penerapanya.

c. Dikelola sistem administrasi dengan tetap berpegang kepada prinsip-prinsip manajemen pendidikan

4. Pola-pola pembaharuan pendidikan Islam pada awal abad 20, meliputi:

a. Berorientasi kepada pola pendidikan modern di Eropa.

b.Berorientasi dan bertujuan untuk pemurnian kembali ajaran Islam.

c. Berorientasi pada kekayaan dan sumber budaya bangsa masing-masing dan yang bersifat nasionalisme.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, Teologi Kebudayaan dan Modernitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995.

Ali, Muhammad. Islam Muda: Liberal, Post-Puritan, Post-Tradisional.

Yogyakarta: Apeiron Philotes, 2006.

Ali, Mukti, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan. Bandung: Mizan, 1998.

Asrohah, Hanun. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Logos, 1999.

Azizy, Qodri Azizy, et. Al, Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia. Yogyakarta: STAIN Pustaka Pelajar, 2005.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Barizi, Ahmad. Memahami Semangat Intelektualisme Islam di Era Modern dalam Intelektualisme Islam. Malang: LKQS, 2007.

Daulay, Putra Haidar. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2007.

Gauhar, Altaf. Tantangan Islam. Bandung: Pustaka, 1982.

Ghazali, Adeng Muchtar. Pemikiran Islam Kontemporer: Suatu Refleksi Keagamaan yang Dialogis. Bandung: Pustaka Setia, 2005.

Hasan, Alwi, et. Al. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan, 2005.

Harahap, Syahrin. Islam Dinamis: Menegakkan Nilai-nilai Ajaran Al-Qur’an dalam Kehidupan Modern di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.

Nawawi, M. Adlan dan Syamsul Rijal, Kontribusi Komunikasi Lintas Agama dan Budaya Terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia. Jakarta: Churia Press, 2006.

Qomar, Mujamil. Epistemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik. Jakarta: Erlangga 2005.

Syahminan, Modernisasi Sistem Pendidikan Islam Abad 21, Jurnal Ilmiah PEUREDIUN Vol. II, No. 02, Mei 2014, h. 34.

Watt, William Montgomery. Islam, terj. Imron Rosjadi. Yogyakarta: Jendela, 2002.

Zuhairini, et.al. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1992.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi layanan pendidikan yang kinerjanya belum dapat memuaskan siswa dan merekomendasikan perbaikan layanan dengan menggunakan dimensi

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Metode

Adapun tari topeng yang diambil geraknya yaitu dari topeng panji dan topeng pamindo dengan karakter yang berbeda seperti gerak salu-salu yang menjadi salah satu

Hal ini dibuktikan dari tingkat depresi pada subjek 1 dan 2 pada saat baseline kedua lebih rendah daripada tingkat depresi pada saat baseline awal, sehingga membuktikan bahwa

Asia merupakan wilayah yang memiliki banyak wilayah gurun yaitu Gurun Arab dan Gurun Sianai di Asia Barat, Gurun Thar di perbatasan Asia Barat dan Asia Selatan, Gurun Karakum di

Disebut sebagai fasade kaca pintar , karena kemampuan otomatik sistim ini untuk selalu ber adaptasi dengan pergantian cahaya dan kondisi cuaca sepanjang tahun dengan cara

Pembelajaran , (Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, FIP, UPI, 2008).. dan dapat dibuat sendiri oleh guru. Buku berukuran besar ini biasanya digunakan untuk

Dari tangki air jernih di loji rawatan air, air terawat dipam melalui sistem saluran yang panjang bagi mengimbangi takungan dengan ketinggian yang mencukupi untuk pengagihan