• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembangunan Skywalk Cihampelas (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengaruh Pembangunan Skywalk Cihampelas (1)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBANGUNAN SKYWALK CIHAMPELAS

TERHADAP KUALITAS UDARA DI JALAN CIHAMPELAS

Makalah

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tata Tulis Karya Ilmiah

oleh

Audrey Difi - 16316006

Muhammad Diaz Faisal - 16316047

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

BAB 1 3

PENDAHULUAN 3

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah 3

1.1.1 Latar Belakang 3

1.1.2 Rumusan Masalah 4

1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat 4

1.2.1 Tujuan Penulisan 4

1.2.2 Manfaat 4

1.3 Ruang Lingkup Kajian 5

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 5

1.4.1 Metode 5

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data 6

BAB II 7

TEORI DASAR 7

2.1 Jalan Cihampelas Sebagai Pusat Kegiatan di Kota Bandung 7 2.2 Skywalk Cihampelas Sebagai Pembuat Masalah 8

2.3 Kualitas Udara 9

2.4 Indeks Kualitas Udara 12

BAB III 21

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 21

3.1 Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung 21 3.2 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kualitatif 21 3.3 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kuantitatif 23

BAB IV 25

SIMPULAN DAN SARAN 25

4.1 Simpulan 25

4.2 Saran 25

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Sejak berakhirnya Revolusi Industri, setiap teknologi terbaru selalu dibayangi oleh isu-isu seputar dampak yang dapat ditimbulkan oleh pemakaiannya. Belakangan ini, isu-isu tersebut hampir selalu berfokus pada lingkungan. Hal yang sama terjadi pada bangunan-bangunan modern. Berbagai perusahaan pembangunan mempekerjakan sarjana-sarjana arsitektur dan teknik sipil berwawasan lingkungan untuk meminimalkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh bangunan-bangunan yang mereka buat. Hal ini tentu saja bertujuan baik, yaitu untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, baik dalam bentuk pencemaran udara, air, suara, cahaya, atau tanah.

Skywalk Cihampelas merupakan sebuah jalan layang bagi pejalan kaki yang, saat penulisan karya tulis ilmiah ini dibuat, masih dalam proses pembangunan. Berbagai pertanyaan kerap muncul mengiringi pembangunannya. Salah satu dampak yang dapat ditimbulkan oleh pembangunan jembatan ini adalah kemacetan yang dapat berdampak pada penurunan kualitas udara di daerah pembangunannya. Penurunan kualitas udara merupakan hal yang sangat penting karena kualitas udara di suatu daerah dapat menentukan kualitas vegetasi hingga tingkat mortalitas di daerah tersebut. Semakin tinggi kualitas udara, semakin baik pula kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

(4)

bahaya-bahaya yang dapat muncul dan usaha-usaha untuk meminimalkan bahaya-bahaya-bahaya-bahaya tersebut.

1.1.2 Rumusan Masalah

Ketika membahas suatu tema, terdapat berbagai pertanyaan yang muncul berkaitan dengan tema tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Apa saja parameter penentu kualitas udara?

2. Bagaimana kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas? 3. Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk memperkecil dampak

penurunan kualitas udara yang dapat ditimbulkan oleh Skywalk Cihampelas?

1.2 Tujuan Penulisan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Penulisan

Dalam penyusunan suatu laporan karya tulis ilmiah, tentu saja terdapat tujuan-tujuan yang ingin dicapai agar masalah-masalah yang muncul dapat terjawab. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui parameter-parameter penentu kualitas udara

2. Menentukan nilai indeks kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas.

3. Menentukan langkah-langkah yang dapat diambil untuk memperkecil dampak penurunan kualitas udara yang dapat ditimbulkan oleh Skywalk Cihampelas

(5)

Selain memiliki tujuan, terdapat pula manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan suatu karya tulis ilmiah. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Menambah wawasan seputar pentingnya kualitas udara dan parameter-parameter penentunya

2. Hasil penelitian dapat dijadikan referensi bila terjadi masalah seputar bidang kualitas udara

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Untuk mempermudah penelitian dan penulisan laporan karya tulis ilmiah ini agar lebih terarah, maka dibuat batasan-batasan yang akan dibahas dalam penulisan laporan karya tulis ilmiah ini. Ruang lingkup kajian tersebut adalah sebagai berikut.

1. Jalan Cihampelas 2. Skywalk Cihampelas 3. Kualitas udara

4. Indeks kualitas udara di Indonesia

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.4.1 Metode

(6)

kesimpulan yang berlaku untuk umum.” Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

1.4.2 Teknik Pengumpulan Data

(7)

BAB II TEORI DASAR

2.1 Jalan Cihampelas Sebagai Pusat Kegiatan di Kota Bandung

Pertumbuhan dan perkembangan daerah perkotaan pada dasarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu faktor manusia, faktor aktivitas manusia, dan faktor pergerakan manusia (Tamin, 2000). Jalan Cihampelas merupakan sebuah jalan di Kota Bandung dengan aktivitas perdagangan yang mendominasi. Namun, berkembangnya perdangangan di Jalan Cihampelas tidak dapat terkontrol dan memicu para pedagang kaki lima membuka kios-kios dagang di mana pun sepanjang jalan.

Berkembangnya Jalan Cihampelas menyebabkan semakin padatnya jalan sehingga memicu kemacetan lalu lintas. Bus pariwisata, angkutan umum, dan kendaraan pribadi, baik singgah atau hanya lewat, menambah kompleksnya kegiatan manusia di Jalan Cihampelas. Lebar jalan yang relatif sempit dan jumlah kendaraan yang melintas menjadi faktor yang memicu terjadinya kemacetan lalu lintas. Kurangnya lahan parkir khusus pengunjung toko-toko di Jalan Cihampelas merupakan akibat tidak direncanakannya kawasan tersebut secara matang dari kawasan permukiman menjadi kawasan perdagangan.

Kemacetan lalu lintas merupakan sebuah masalah yang cukup populer di Kota Bandung. Pertambahan volume kendaraan yang tidak diimbangi dengan pertambahan ruas jalan tentu berperan penting dalam menambah kemacetan. Salah satu dampak terbesar yang dapat dirasakan sebagai akibat kemacetan lalu lintas adalah pencemaran udara.

(8)

rutin, akibatnya bukan saja akan mempengaruhi ketidakefisienan penggunaan sumber daya, tetapi juga dapat mengganggu kegiatan di lingkungan yang ada. Selain itu, berdampak luas pula terhadap kelancaran kegiatan sosial ekonomi kota. Tingkat pencemaran di Kota Bandung terus meningkat dengan tajam tiap tahunnya. Peringkat Kota Bandung sebagai kota dengan polutan terendah turun dari peringkat satu pada tahun 2013 menjadi peringkat enam pada 2014 (BPLHD Kota Bandung, 2015). Hal ini disebabkan oleh lonjakan jumlah kendaraan pada akhir pekan. Selain itu, polusi semakin diperparah oleh topografi dan geografi Kota Bandung yang berupa cekungan. Kondisi tersebut membuat udara buruk sulit dihempaskan angin. Bahkan, penambahan beban karbon monoksida (CO) pada akhir pekan dapat mencapai 2.500 kg per hari dan kadar timbal dalam darah dari anak-anak telah mencapai 46%. Angka ini sudah melebihi standar World Health Organization (WHO) yakni 10%.

Jalan Cihampelas sebagai pusat kegiatan manusia di Kota Bandung tentu tidak terlepas dari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara. Terlihat dari kemacetan yang terus terjadi sepanjang hari dan malam, diperlukan suatu solusi yang dapat mengurangi, atau bahkan menghilangkan, pencemaran udara di Jalan Cihampelas.

2.2 Skywalk Cihampelas Sebagai Pembuat Masalah

(9)

Advent hingga Cihampelas Walk. Pengerjaannya dimulai sejak bulan September 2016 dan diproyeksikan rampung pada akhir tahun tersebut.

Skywalk Cihampelas sendiri didesain agar kendaraan bermotor berada di bawah jalan layang tersebut, sementara para pejalan kaki dapat menikmati jalan tanpa kendaraan bermotor di atas Jalan Cihampelas. Para pedagang yang tadinya berada di pinggir jalan pun nantinya akan dipindahkan ke jalan layang ini. Selain itu, terdapat pula tanaman-tanaman perdu dan penerangan yang menghias jalan layang tersebut. Apabila berhasil terwujud sesuai rencana, Skywalk Cihampelas dapat dijadikan contoh bagi kota-kota lain dalam membuat jalan layang bagi pejalan kaki.

Meskipun bertujuan untuk memecah masalah kemacetan dan polusi udara, dalam pengerjaannya sendiri, pembangunan Skywalk Cihampelas akan menyebabkan pencemaran udara yang lebih parah dibanding pencemaran yang disebabkan kegiatan sehari-hari di Jalan Cihampelas. Hal ini disebabkan oleh penggunaan mesin-mesin berat untuk membuat lubang-lubang tempat fondasi jalan layang tersebut. Penggunaan mesin-mesin berat akhirnya mengakibarkan penyempitan jalan yang menambah parah kemacetan lalu lintas yang berdampak pada pencemaran udara yang semakin parah. PT. Likatama Graha Mandiri, selaku konstruktor, bertugas membangun Skywalk Cihampelas dengan dampak seminimal mungkin terhadap kualitas udara.

2.3 Kualitas Udara

(10)

menyebabkan efek yang merugikan dalam kesehatan. Nilainya dianggap bagus ketika langit tampak bersih dan tidak ada dampak merugikan yang tampak.

Penilaian kualitatif kualitas udara, meskipun dapat mengindikasikan keadaan atmosfer terhadap polutan, tidak dapat digunakan untuk mendukung program-program regulasi yang dirancang untuk melindungi lingkungan. Dengan kata lain, kualitas udara harus ditentukan secara kuantitatif. Seluruh program pengendali polusi udara bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak merugikan polutan.

Konsentrasi zat berfase gas di udara umumnya digambarkan sebagai perbandingan campuran dan dituliskan dalam parts per million by volume (ppmv). Satu part per million by volume setara dengan satu volume gas yang dicampur dalam satu juta partikel udara. Satu mikroliter gas tercampur dalam satu liter udara setara dengan 1 ppmv:

1 ppmv = 1 µL gas/L udara

Konsentrasi dapat dikonversi dari satu satuan ke satuan lain menggunakan hukum-hukum gas. Sebagai contoh, asumsikan sebuah alat mendapatkan sampel SO2 sejumlah 40 µg dengan debit rata-rata 0,2 L/menit selama 24 jam.

Konsentrasi dapat ditentukan menggunakan persamaan

ppmv = [(m)(24,45)]/[MV]

dengan m adalah massa gas yang terkumpul (µg), V volume sampel (L), M massa realtif molekul gas (SO2 = 64), dan 24,45 adalah jumlah mikroliter gas yang

dihasilkan dari satu mikromol zat pada suhu dan tekanan ruang (25°C dan 760 mmHg). Sehingga,

(11)

. = 0,053

Konsentrasi ppmv dari suatu gas di udara dapat dikonversi ke Satuan Internasional (SI) menggunakan persamaan

μg/m3 = (M/24,45)(10-3) ppmv

Konsentrasi polutan yang terukur harus dapat menggambarkan konsentrasi polutan sebenarnya secara tepercaya. Tiga konsep berikut penting dalam menentukan seberapa tepercaya pengukuran: akurasi, presisi, dan bias. Akurasi adalah kesepakatan relatif antara nilai terukur dengan nilai sebenarnya. Akurasi 100% hampir tidak mungkin dicapai karena setiap analisis dan pengambilan data selalu diiringi dengan kesalahan, baik kesalahan pada instrumen pengambilan data, kesalahan metode analisis, atau pun kesalahan yang dibuat oleh para peneliti. Maka, reliabilitas suatu teknik analisis dan pengambilan data ditentukan melalui suatu sasaran performa akurasi, biasanya ±10% dari nilai referensi atau nilai sebenarnya.

Akurasi ditentukan dan dituliskan dalam konteks kesalahan mutlak atau relatif. Kesalahan mutlak didefinisikan sebagai

E = O - A

dengan O adalah nilai yang terukur dan A nilai sebenarnya.

Presisi suatu teknik analisis ditentukan berdasarkan perhitungan pengukuran berulang dan simpangan bakunya. Dalam suatu populasi yang terdistribusi secara normal, sekitar 67% nilai sampel berada dalam ±1 σ(deviasi standar) dari nilai

rata-rata; 95% berada dalam 2 σ.

(12)

dengan X sebagai nilai rata-rata, Xi nilai terukur tiap data, dan N jumlah

pengukuran. Nilai presisi sampel dalam ±10% dapat dikatakan baik dan dapat dipercaya karena nilai variasinya yang rendah.

2.4 Indeks Kualitas Udara

Kualitas udara di Indonesia umumnya diukur menggunakan suatu indeks bernama Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya adalah bahwa untuk memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar Pencemar Udara.

Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka tanpa satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara

Kategori Rentang Penjelasan

Baik 0-50

Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan, atau nilai estetika.

Sedang 51-100

Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika.

Tidak sehat 101-199

Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sangat tidak

sehat 200-299

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

(13)

Data Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis Ambien Otomatis, dengan parameternya meliputi:

a. partikulat (PM10),

b. karbon monoksida (CO), c. sulfur dioksida (SO2),

d. nitrogen dioksida (NO2), dan

e. ozon (O3).

Perhitungan dan pelaporan serta informasi ISPU ditetapkan oleh Kepala Badan Pengedalian Dampak Lingkungan, yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 yang memuat di antaranya sebagai berikut.

1. Parameter-Parameter Dasar Untuk ISPU dan Periode Waktu Pengukuran, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter-parameter dasar untuk ISPU dan periode waktu pengukuran

Catatan:

• Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinu diambil harga rata-rata tertinggi waktu pengukuran.

• ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari rata-rata sebelumnya (24 jam sebelumnya.

Berbahaya >299 Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius.

Rentan

g Penjelasan

Kategori

No. Parameter Waktu pengukuran

1 Partikulat (PM10) 24 jam (periode pengukuran rata-rata)

2 Sulfur dioksida (SO2) 24 jam (periode pengukuran rata-rata)

3 Karbon monoksida (CO) 8 jam (periode pengukuran rata-rata)

4 Nitrogen dioksida (NO2) 1 jam (periode pengukuran rata-rata)

(14)

• Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu Indonesia Bagian Barat (WIBB).

• Indeks Standar Pencemar Udara yang dikaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pukul 15.00 tanggal n sampai pukul 15.00 tanggal n+1).

2. Angka dan Kategori Indeks Standar Pencemar Udara, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Angka dan kategori ISPU

3. Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara untuk Setiap Parameter Pencemar, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar

Indeks Kategori

Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit berbau

(15)

4. Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam SI. a. Dalam bentuk Tabel

Tabel 5. Batas ISPU dalam SI

Catatan:

• Indeks dikur pada suhu 25 C dan tekanan 760 mmHg.

• Tidak ada indeks yang dapat dilaporkan pada konsentrasi rendah dengan jangka pemaparan yang pendek.

Berbahaya >299 Tingkat yang berbahaya bagu semua populasi yang terpapar

Rentang

200 350 800 17 400 1130

300 420 1600 34 800 2260

400 500 2100 46 1000 3000

(16)

Grafik 1. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk karbon partikulat

Grafik 2. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk sulfur dioksida

(17)

Grafik 3. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk karbon monoksida

Grafik 4. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk ozon

(18)

5. Penentuan Indeks Standar Pencemar Udara, dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

I = (Ia - Ib)(Xx - Xb)/(Xa - Xb) + Ib

I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas

Ib = ISPU batas bawah

Xa= Ambien batas atas

Xb= Ambien batas bawah

Xx= Kadar ambien nyata hasil perhitungan

Contoh perhitungan:

Diketahui konsentrasi udara ambien untuk jenis parameter SO2 adalah 332 μg/

m3. Konsentrasi tersebut jika dirubah ke dalam angka Indeks Standar Pencemar Grafik 5. Batas ISPU dalam satuan matriks untuk nitrogen dioksida

K

ada

r ni

troge

n di

oks

ida

g/

m

3)

0 1000 2000 3000 4000

ISPU

0 100 200 300 400 500

0

550

1130

2260

3000

(19)

Udara adalah sebagai berikut. Dari Tabel 5 “Batas Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan SI” kita dapatkan

Xx = 322 μg/m3

Ia = 100

Ib = 50

Xa = 365

Xb = 80

sehingga bila angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus, kita peroleh Indeks Standar Pencemar Udaranya:

I = (Ia - Ib)(Xx - Xb)/(Xa - Xb) + Ib

= (100-50)(322-80)/(365-80) + 50 = 92,45

≈ 92 (pembulatan)

Jadi, konsentrasi udara ambien SO2 322 μg/m3 bila diubah menjadi Indeks Standar

Pencemar Udara adalah 92.

6. Contoh Perhitungan Pengambilan Indeks Standar Pencemar Udara dari Beberapa Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis.

Misal: Kota Denpasar

Jumlah Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis: 3 buah Angka-angka ISPU setiap stasiun:

Stasiun I

Angka ISPU untuk kelima polutan: • PM10 = 96

• SO2 = 80

• O3 = 40

• NO2 = 55

(20)

Angka ISPU untuk kelima polutan: • PM10 = 88

• SO2 = 44

• O3 = 40

• NO2 = 42

• CO = 83 Stasiun III

Angka ISPU untuk kelima polutan: • PM10 = 91

• SO2 = 71

• O3 = 35

• NO2 = 55

• CO = 92

Indeks Standar Pencemar Udara yang dilaporkan ke media massa (display, koran harian setempat, dan stasiun televisi setempat) adalah Indeks Standar Pencemar Udara yang paling tinggi. Untuk kasus di atas Indeks Standar Pencemar Udara tertinggi adalah dari Stasiun I yaitu polutan PM10 dengan Indeks Standar

Pencemar Udara 96 sehingga inti laporan kemasyarakatan Indeks Standar Pencemar Udara Kota Denpasar adalah:

• Indeks Standar Pencemar Udara : 96 • Kualitas Udara : Sedang • Parameter dominan : PM10

berlaku 24 jam dari hari ini pukul 15.00 tanggal n sampai pukul 15.00 tanggal n+1.

Terdapat berbagai indeks kualitas udara lain yang dapat menunjukkan tingkat pencemaran udara yang terjadi di daerah tertentu, seperti Pollutant Standard Index

(PSI), National Air Quality Index (NAQI), dan Oak Ridge Air Quality Index

(21)

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung

Indeks Standar Pencemar Udara di Kota Bandung diukur menggunakan enam Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis dengan nama dan lokasinya sebagai berikut.

1. BAF-1 Kantor Arya Graha 2. BAF-2 Batu Nunggal 3. BAF-3 Ujung Berung 4. BAF-4 Tirta Lega 5. BAF-5 Dago Pakar 6. BAF-6 Gedung Sate

Meskipun begitu, hanya terdapat satu Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis yang aktif melakukan pengukuran saat ini, yaitu BAF-6 Gedung Sate. Berdasarkan data yang diperoleh, Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung per tanggal 15 November 2016 adalah 0 (MENLHK, 2016) berdasarkan parameter partikulat (PM10). Dalam perhitungan Indeks Standar

Pencemar Udara, angka nol merupakan angka sempurna: angka tersebut

menandakan ketiadaan polutan di daerah yang dilakukan pengamatan. Nilai ini tentu bertolak belakang dari paparan yang telah diberikan pada Bab I dan Bab II yang mengimplikasikan buruknya kualitas udara Kota Bandung belakangan ini.

Satu kendala yang sangat mungkin terjadi adalah kesalahan pada alat ukur BAF-6 Gedung Sate. Pasalnya, Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan jumlah kendaraan bermotor dan aktivitas industri yang tinggi sehingga janggal apabila nilai Indeks Standar Pencemar Udara di Kota Bandung bernilai nol. Meskipun begitu, nilai nol akan tetap digunakan sebagai Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bandung.

(22)

Pengamatan lapangan terhadap kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas dilakukan pada tanggal 15 November 2016 hingga tanggal 20 November 2016 tepatnya di depan Bank Mandiri dengan persetujuan satpam agar botol tidak dipindahkan dari tempat yang telah ditentukan. Selain itu, pengamatan dilakukan dengan menggunakan sebuah botol yang telah dipotong bagian atasnya yang berisi air mineral, kemudian dibiarkan terbuka sehingga zat-zat yang terkandung dalam udara dapat masuk secara bebas ke dalam botol. Pengambilan data dilakukan setiap pukul 18.00 dengan mengamati kejernihan air secara umum dan apakah terdapat endapan atau gumpalan dalam botol. Setelah dilakukan pengamatan selama interval yang telah ditentukan, diperoleh data sebagai berikut.

Pada tanggal 16 November 2016, air mineral yang awalnya jernih pada saat pertama kali diletakkan di depan Bank Mandiri mengalami perkeruhan, walaupun hanya terlihat bila diperhatikan secara seksama. Meskipun begitu, tidak terbentuk endapan di dasar botol. Keesokan harinya, perkeruhan air semakin terlihat, dan partikel-partikel berukuran sekitar 1 mm dapat terlihat melayang-layang di dalam air. Pada hari ketiga, endapan berwarna hijau mulai tampak di bagian dasar botol. Perkeruhan yang terjadi mengalami intensifikasi gradual. Pada hari terakhir, yaitu tanggal 20 November 2016, bagian bawah air sepenuhnya telah tertutup oleh endapan hijau kecoklatan, dan partikel-partikel yang melayang-layang di dalam air semakin pekat.

(23)

Cara lain yang dapat menentukan kualitas udara di Jalan Cihampelas secara kualitatif adalah dengan memberikan kuesioner kepada masyarakat secara umum. Metode yang digunakan adalah dengan memberikan selembaran kepada sejumlah masyarakat dan dengan mengajak masyarakat, khususnya mahasiswa ITB, untuk mengisi kuesioner yang tersedia di Internet. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan tidak terlalu menjurus dan dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat.

Adapun jumlah populasi yang telah menjawab kuesioner berjumlah 124, terbagi atas 20 yang menjawab melalui selembar kertas dan 84 yang menjawab secara online. Meskipun begitu, terdapat beberapa pertimbangan yang mengurangi jumlah sampel penjawab online menjadi 78. Hal ini dikarenakan ketidaktepatan jawaban penjawab atau ketidakseriusan jawaban penjawab dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berjumlah sepuluh butir dan kebanyakan dapat dijawab cukup dengan “ya” atau “tidak”. Berikut pertanyaan-pertanyaannya.

1. Apa Anda pernah melalui Jalan Cihampelas dalam satu bulan terakhir? 2. Apa Anda merasa sesak saat melalui Jalan Cihampelas?

3. Apa Anda merasa pembangunan Skywalk Cihampelas merupakan faktor penyebab penurunan kualitas udara di Jalan Cihampelas?

4.

3.3 Penentuan Kualitas Udara Jalan Cihampelas Secara Kuantitatif

(24)

sejumlah satu liter yang kemudian dianalisis. Setelah dilakukan pengamatan, diperoleh data sebagai berikut.

Kadar ambien kelima polutan dalam µg/m3:

• PM10 = 284

• SO2 = 628

• O3 = 325

• NO2 = 480

• CO = 28

Konsentrasi zat-zat di atas apabila dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemar Udara akan menghasilkan data sebagai berikut.

Indeks Standar Pencemar Udara untuk kelima polutan: • PM10 = 167

• SO2 = 160

• O3 = 158

• NO2 = 87

• CO = 265

Parameter dominan untuk polutan di Jalan Cihampelas adalah karbon monoksida (CO) dengan nilai 265. Dengan demikian, nilai Indeks Standar Pencemar Udara yang dapat ditampilkan kepada khalayak umum adalah sebagai berikut.

• Indeks Standar Pencemar Udara : 265

(25)

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di Jalan Cihampelas, tepatnya di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas, dapat dikategorikan sebagai Sangat Tidak Sehat berdasarkan Indeks Standar Pencemar Udara. Parameter utama Indeks Standar Pencemar Udara dalam penelitian ini adalah karbon monoksida (CO) yang diakibatkan oleh semakin meningkatnya kemacetan sebagai dampak dari pembangunan Skywalk Cihampelas. Tingkat kualitas udara ini dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Hal ini menandakan kurang baiknya perencanaan pembangunan Skywalk Cihampelas dari berbagai sudut.

Adapun cara-cara peminimalan dampak penurunan kualitas udara di Jalan Cihampelas yang ditimbulkan oleh pembangunan Skywalk Cihampelas adalah penambahan jam tutup Jalan Cihampelas (yang sudah dilakukan pada malam hari), pengurangan ketergantungan konstruktor terhadap kendaraan berat bermesin diesel, pengimbauan kepada masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan pribadi, dan peningkatan mutu pekerja konstruksi pembangunan Skywalk Cihampelas agar dapat meminimalkan kemacetan yang berujung pada peningkatan polusi di sekitar Jalan Cihampelas.

4.2 Saran

(26)
(27)

DAFTAR PUSTAKA

Seinfeld, John H.; Spyros N. Pandis. 2006. Atmospheric Chemistry and Physics: From Air Pollution to Climate Change. Chicago: John Wiley & Sons.

Godish, Thad. 2004. Air Quality 4th Edition. Boca Raton: Lewis Publishers.

Vallero, Daniel A. 2008. Fundamentals of Air Pollution. San Diego: Elsevier.

Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

LPSE Kota Bandung, 2016

Surat Kabar Pikiran Rakyat, 10 Oktober 2016

KEP-45/MENLH/1997

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MENLHK), 2016

(28)

PENGARUH PEMBANGUNAN SKYWALK CIHAMPELAS TERHADAP KUALITAS UDARA DI JALAN CIHAMPELAS

oleh

Audrey Difi - 16316006 adifi4521@gmail.com

ABSTRAK

Secara umum, pembangunan fasilitas umum bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarajat. Namun, sering kali pembangunan tersebut tidak mengikuti standar yang baik sehingga berdampak buruk pada lingkungan. Skywalk Cihampelas merupakan sakah satu contoh prima yang dapat diamati. Salah satu dampak yang dapat terpengaruh oleh pembangunannya adalah kualitas udara. Kualitas udara yang buruk dapat membahayakan kehidupan manusia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan menggunakan berbagai metode, baik sederhana maupun kompleks, kita dapat menentukan kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas. Hasilnya tidak mengejutkan: pembangunan Skywalk Cihampelas berdampak buruk pada kualitas udara di daerah sekitar pembangunannya. Hal ini menandakan perlunya evaluasi ulang standar yang diterapkan pemerintah dalam membangun fasilitas umum dan memilih konstruktor.

Kata kunci: pembangunan, Skywalk Cihampelas, kualitas udara

Generally, public facilities are built to increase people’s welfare. However, ofttimes the constructions of these facilities do not follow a good procedure and, thus, create environmental problems. Skywalk Cihampelas is a prime example of this. Its construction can affect many things, one of which is air quality. Poor air quality can affect the human health in a bad way in both short and long term. Using many simple and complex methods, we can determine the air quality in the area around Skywalk Cihampelas construction. The result is not a surprise: the construction of Skywalk Cihampelas is causing a decrease in air quality around its area. This is a sign that the government must reevaluate its standard in constructions and in choosing constructors.

PENDAHULUAN

Skywalk Cihampelas merupakan sebuah jalan layang bagi pejalan kaki yang, saat penulisan artikel ilmiah ini dibuat, masih dalam proses pembangunan. Berbagai pertanyaan kerap muncul mengiringi pembangunannya. Salah satu dampak yang dapat ditimbulkan oleh pembangunan jembatan ini adalah kemacetan yang dapat berdampak pada penurunan kualitas udara di daerah pembangunannya. Penurunan kualitas udara merupakan hal yang sangat penting karena kualitas udara di suatu daerah dapat menentukan kualitas vegetasi hingga tingkat mortalitas di daerah tersebut. Semakin tinggi kualitas udara, semakin baik pula kualitas hidup masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

(29)

bahaya-bahaya yang dapat muncul dan usaha-usaha untuk meminimalkan bahaya-bahaya-bahaya-bahaya tersebut. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah (1) Apa saja parameter penentu kualitas udara? (2) Bagaimana kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas? (3) Langkah apa saja yang dapat dilakukan untuk memperkecil dampak penurunan kualitas udara yang dapat ditimbulkan oleh Skywalk Cihampelas?

Untuk mempermudah penelitian dan penulisan laporan artikel ilmiah ini agar lebih terarah, maka dibuat batasan-batasan yang akan dibahas dalam penulisan laporan artikel ilmiah ini. Ruang lingkup kajian tersebut adalah (1) Jalan Cihampelas, (2) Skywalk Cihampelas, (3) kualitas udara, dan (4) Indeks kualitas udara di Indonesia. Selain itu, metode penelitian yang digunakan dalam menyusun laporan karya tulis ilmiah ini adalah metode deskriptif analitis. Menurut Sugiyono (2009: 29), “Metode deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.” Dengan kata lain penelitian deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan. Hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.

TEORI DASAR

Jalan Cihampelas

(30)

sulit dihempaskan angin. Jalan Cihampelas sebagai pusat kegiatan manusia di Kota Bandung tentu tidak terlepas dari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara. Terlihat dari kemacetan yang terus terjadi sepanjang hari dan malam, diperlukan suatu solusi yang dapat mengurangi, atau bahkan menghilangkan, pencemaran udara di Jalan Cihampelas.

Kualitas Udara

Kualitas udara di suatu daerah selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Konsentrasi polutan bergantung pada besarnya tingkat emisi dari sumber individual, densitas emisi sumber, topografi, dan keadaan atmosfer. Kualitas udara dapat ditentukan secara kualitatif. Nilainya jelek ketika polutan (1) menyebabkan penurunan jarak pandang, (2) mengotori lapisan permukaan bangunan dan merusak material-material lain, (3) merusak panen dan tanaman lain, atau (4) menyebabkan efek yang merugikan dalam kesehatan.

Penilaian kualitatif kualitas udara, meskipun dapat mengindikasikan keadaan atmosfer terhadap polutan, tidak dapat digunakan untuk mendukung program-program regulasi yang dirancang untuk melindungi lingkungan. Dengan kata lain, kualitas udara harus ditentukan secara kuantitatif. Seluruh program pengendali polusi udara bertujuan untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak merugikan polutan.

Konsentrasi zat berfase gas di udara umumnya digambarkan sebagai perbandingan campuran dan dituliskan dalam parts per million by volume (ppmv). Satu part per million by volume setara dengan satu volume gas yang dicampur dalam satu juta partikel udara. Satu mikroliter gas tercampur dalam satu liter udara setara dengan 1 ppmv:

1 ppmv = 1 µL gas/L udara

Konsentrasi dapat dikonversi dari satu satuan ke satuan lain menggunakan hukum-hukum gas. Sebagai contoh, asumsikan sebuah alat mendapatkan sampel SO2 sejumlah 40 µg dengan debit rata-rata 0,2 L/menit selama 24 jam.

Konsentrasi dapat ditentukan menggunakan persamaan ppmv = [(m)(24,45)]/[MV]

dengan m adalah massa gas yang terkumpul (µg), V volume sampel (L), M massa realtif molekul gas (SO2 = 64), dan 24,45 adalah jumlah mikroliter gas yang

dihasilkan dari satu mikromol zat pada suhu dan tekanan ruang (25°C dan 760 mmHg). Sehingga,

(31)

Konsentrasi ppmv dari suatu gas di udara dapat dikonversi ke Satuan Internasional (SI) menggunakan persamaan

μg/m3 = (M/24,45)(10-3) ppmv

Indeks Kualitas Udara di Indonesia

Kualitas udara di Indonesia umumnya diukur menggunakan suatu indeks bernama Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU), sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP-45/MENLH/1997 tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka tanpa satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan pada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rentang Indeks Standar Pencemar Udara

Dalam setiap rentangnya, Indeks Standar Pencemar Udara dapat memengaruhi berbagai elemen lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Selain itu, batas-batas nilai Indeks Standar Pencemar Udara dalam Satuan Internasional dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2 Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar

Kategori Rentang Penjelasan

Baik 0-50

Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan, atau nilai estetika.

Sedang 51-100

Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika.

Tidak sehat 101-199

Tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.

Sangat tidak

sehat 200-299

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.

(32)

Tabel 3 Batas ISPU dalam SI

Indeks Standar Pencemar Udara sendiri diukur berdasarkan kadar ambien polutan di udara. Perhitungannya dapat dilakukan menggunakan rumus berikut.

Kategori Rentang

Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit berbau

Luka pada

Berbahaya >299 Tingkat yang berbahaya bagu semua populasi yang terpapar

ISPU 24 jam PM10

200 350 800 17 400 1130

300 420 1600 34 800 2260

400 500 2100 46 1000 3000

(33)

I = (Ia - Ib)(Xx - Xb)/(Xa - Xb) + Ib

I = ISPU terhitung Ia = ISPU batas atas

Ib = ISPU batas bawah

Xa= Ambien batas atas

Xb= Ambien batas bawah

Xx= Kadar ambien nyata hasil perhitungan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kualitas Udara Secara Kualitatif

Pengamatan lapangan terhadap kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas dilakukan pada tanggal 15 November 2016 hingga tanggal 20 November 2016 tepatnya di depan Bank Mandiri dengan persetujuan satpam agar botol tidak dipindahkan dari tempat yang telah ditentukan. Selain itu, pengamatan dilakukan dengan menggunakan sebuah botol yang telah dipotong bagian atasnya yang berisi air mineral, kemudian dibiarkan terbuka sehingga zat-zat yang terkandung dalam udara dapat masuk secara bebas ke dalam botol. Pengambilan data dilakukan setiap pukul 18.00 dengan mengamati kejernihan air secara umum dan apakah terdapat endapan atau gumpalan dalam botol. Setelah dilakukan pengamatan selama interval yang telah ditentukan, diperoleh data sebagai berikut.

Pada tanggal 16 November 2016, air mineral yang awalnya jernih pada saat pertama kali diletakkan di depan Bank Mandiri mengalami perkeruhan, walaupun hanya terlihat bila diperhatikan secara seksama. Meskipun begitu, tidak terbentuk endapan di dasar botol. Keesokan harinya, perkeruhan air semakin terlihat, dan partikel-partikel berukuran sekitar 1 mm dapat terlihat melayang-layang di dalam air. Pada hari ketiga, endapan berwarna hijau mulai tampak di bagian dasar botol. Perkeruhan yang terjadi mengalami intensifikasi gradual. Pada hari terakhir, yaitu tanggal 20 November 2016, bagian bawah air sepenuhnya telah tertutup oleh endapan hijau kecoklatan, dan partikel-partikel yang melayang-layang di dalam air semakin pekat.

Perkeruhan air dalam botol ini dapat menjadi indikator kualitas udara di Jalan Cihampelas secara kualitatif. Sesuai hasil pengamatan, tingkat perkeruhan yang sangat cepat tersebut menandakan buruknya kualitas udara di Jalan Cihampelas. Secara umum, kualitas udara yang buruk dapat memengaruhi kesehatan manusia dalam jangka panjang. Namun, apabila manusia terpapar oleh udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas secara terus-menerus, dampaknya akan terasa dalam jangka yang pendek.

(34)

Adapun data kuantitatif mengenai kualitas udara di daerah pembangunan Skywalk Cihampelas adalah sebagai berikut. Ketiadaan instrumen pengambil data tidak memungkinkan pengamatan lapangan sehingga diperlukan sumber lain yang tepercaya. Setelah menghubungi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui email, kami mendapat sejumlah data yang dapat mendukung penelitian ini. Hasil di bawah diambil dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan per tanggal 18 November 2016.

Kadar ambien kelima polutan dalam µg/m3:

• PM10 = 284

• SO2 = 628

• O3 = 325

• NO2 = 480

• CO = 28

Konsentrasi zat-zat di atas apabila dikonversi menjadi Indeks Standar Pencemar Udara akan menghasilkan data sebagai berikut.

Indeks Standar Pencemar Udara untuk kelima polutan: • PM10 = 167

• SO2 = 160

• O3 = 158

• NO2 = 87

• CO = 265

Parameter dominan untuk polutan di Jalan Cihampelas adalah karbon monoksida (CO) dengan nilai 265. Dengan demikian, nilai Indeks Standar Pencemar Udara yang dapat ditampilkan kepada khalayak umum adalah sebagai berikut.

• Indeks Standar Pencemar Udara : 265

• Kualitas Udara : Sangat Tidak Sehat • Parameter dominan : CO

Hasil di atas menandakan kualitas udara di Jalan Cihampelas yang sangat buruk bagi kesehatan manusia dan bagi lingkungan.

SIMPULAN DAN SARAN

(35)

Adapun cara-cara peminimalan dampak penurunan kualitas udara di Jalan Cihampelas yang ditimbulkan oleh pembangunan Skywalk Cihampelas adalah penambahan jam tutup Jalan Cihampelas (yang sudah dilakukan pada malam hari), pengurangan ketergantungan konstruktor terhadap kendaraan berat bermesin diesel, pengimbauan kepada masyarakat agar tidak menggunakan kendaraan pribadi, dan peningkatan mutu pekerja konstruksi pembangunan Skywalk Cihampelas agar dapat meminimalkan kemacetan yang berujung pada peningkatan polusi di sekitar Jalan Cihampelas.

Ada baiknya bagi Pemerintah untuk melakukan penghitungan Indeks Standar Pencemar Udara setiap hari agar masyarakat sadar dengan penurunan kualitas udara yang terjadi di lingkungan sekitar. Aktivasi seluruh Stasiun Pemantau Kualitas Udara Ambien Otomatis merupakan hal yang penting apabila Pemerintah menginginkan data yang lebih reliabel dan akurat. Masyarakat juga dapat menentukan kualitas udara tempat tinggal mereka dengan melakukan percobaan sederhana seperti dalam penelitian ini. Selain itu, sangat dianjurkan bagi para konstruktor untuk kembali mengevaluasi standar kerja yang diterapkan dalam membangun berbagai fasilitas umum seperti Skywalk Cihampelas. Pasalnya, standar yang tinggi akan berdampak pada peningkatan kualitas produk yang tinggi, keselamatan pekerja yang lebih terjamin, dan rendahnya pencemaran yang diakibatkan pembangunan fasilitas umum tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Seinfeld, John H.; Spyros N. Pandis. 2006. Atmospheric Chemistry and Physics: From Air Pollution to Climate Change. Chicago: John Wiley & Sons.

Godish, Thad. 2004. Air Quality 4th Edition. Boca Raton: Lewis Publishers. Vallero, Daniel A. 2008. Fundamentals of Air Pollution. San Diego: Elsevier. Tamin, Ofyar Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung: Penerbit ITB.

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. KEP-45/MENLH/1997

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MENLHK), 2016

Gambar

Tabel 1. Rentang Indeks Standar Pencemar Udara
Tabel 2. Parameter-parameter dasar untuk ISPU dan periode waktu pengukuran
Tabel 4. Pengaruh ISPU untuk setiap parameter pencemar
Tabel 5. Batas ISPU dalam SI
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmatNya yang begitu besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik dan musik tradisional Bali terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif pada

NBA Indonesia yang dipersembahkan oleh Frisian Flag, dan Gerakan Nusantara, sebuah program kampanye edukasi tentang gizi yang secara konsisten memberikan pengaruh

BPJS Kesehatan adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada

Konsep diri positif yang dimiliki oleh anggota Satlantas dapat membuat anggota Satlantas mampu memahami dirinya dan tidak merasa minder atau malu untuk melakukan komunikasi dengan

Dari delapan variabel faktor intermediet yang mempengaruhi kematian maternal, terdapat enam variabel yang mempengaruhi yaitu cakupan kunjungan kehamilan pertama (K1), cakupan ku-

Adanya pengaruh interaksi genotipe x lingkungan terhadap hasil dapat menimbulkan masalah, terutama pada saat memutuskan galur yang akan diusulkan untuk dilepas sebagai varietas

Latihan melakukan sesuatu dengan disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil sehingga lamalama akan terbiasa melaksanakannya, jadi dalam hal ini sikap disiplin yang ada