• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN GIZI BURUK ICU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN GIZI BURUK ICU"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ANAK DENGAN GIZI BURUK

A. DEFINISI

Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.

Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan. Dalam menetukan klasifkasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :

1. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. 2. Gizi baik untuk well nourished.

3. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan Protein.

4. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-kwasiorkor dan marasmik-kwasiorkor.

a. Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.

b. Kwarshiorkor ialah defsiensi protein yang disertai defsiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita).

(2)

Klasifkasi MEP ditetapkan dengan patokan perban dingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan).

2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat).

3. Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat). 4. Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat).

B. PATOFISIOLOGI/PATHWAY

Pada defsiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet mengandung cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.

C. ETIOLOGI 1. Agen

a. Makanan tidak seimbang

b. Penyakit infeksi yang mungkin di derita anak.

c. Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga d. Pola pengasuhan anak yang tidak memadai

(3)

f. Pelayanan kesehatan dasar yang tidak memad 2. Host

a. Berat Badan Lahir Anak Balita b. Status Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit dan kematian anak balita yang disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang telah memperoleh imunisasi yang lengkap sesuai dengan umurnya otomatis sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman yang masuk ketubuhnya secara langsung tubuh akan membentuk antibodi terhadap kuman tersebut.

c. Status ASI Eksklusif

ASI mengandung gizi yang cukup lengkap untuk kekebalan tubuh bayi. Keunggulan lainnya, ASI disesuaikan dengan sistem pencernaan bayi sehingga zat gizi cepat terserap. Berbeda dengan susu formula atau makanan tambahan yang diberikan secara dini kepada bayi. Susu formula sangat susah diserap usus bayi sehingga dapat menyebabkan susah buang air besar pada bayi. Proses pembuatan susu formula yang tidak steril menyebabkan bayi rentan terkena diare. Hal ini akan menjadi pemicu terjadinya kurnag gizi pada anak.

d. Pemberian Kolostrum e. Tingkat pendidikan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidkan yang lebih tingggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.

e. Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan agar dapat mengatasi masalah yang timbul akibat konsumsi gizi. Wanita khususnya ibu sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap konsumsi makanan bagi keluarga, ibu harus memiliki pengetahuan tentang gizi baik melalui pendidikan formal maupun informal.

(4)

Meningkatnya kesempatan kerja wanita dapat mengurangi waktu untuk tugas-tugas pemeliharaan anak, kurang pemberian ASI.

g. Jumlah Anak dalam Keluarga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi makanannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh oleh kekurangan pangan.

h. Penyakit Infeksi

Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada anak-anak yaitu Kwashiorkor atau Marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat berat. Infeksi sendiri mengakibatkan penderita kehilangan bahan makanan melalui muntah-muntah dan diare.

3. Environment (Lingkungan)

a. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan kebersihan lingkungan.

b. Tidak cukupnya persediaan pangan di keluarga (household food insecurity).

D. MANIFESTASI KLINIS

 Secara umum anak tampak sembab, letargik, cengeng, dan mudah terangsang. Pada tahap lanjut anak menjadi apatik, sopor atau koma.

(5)

 Sebagian besar kasus menunjukkan adanya edema, baik derajat ringan maupun berat. Edema ini muncul dini, pertama kali terjadi pada alat dalam, kemudian muka, lengan, tungkai, rongga tubuh, dan pada stadium lanjut mungkin edema anasarka.

 Jaringan otot mengecil dengan tonusnya yang menurun, jaringan subkutan tipis dan lembek.

 Kelainan gastrointestinal yang mencolok adalah anoreksia dan diare. Diare terdapat pada sebagian besar penderita, yang selain infeksipenyebabnya mungkin karena gangguan fungsi hati, pankreas, atau usus (atrof). Intoleransi laktosa juga bisa terjadi.  Rambut berwarna pirang, berstruktur kasar dan kaku, serta mudah

dicabut. Pada taho lanjut, terlihat lebih kusam, jarang, kering, halus, dan berwarna pucat atau putih, juga dikenal signo de bandero.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan laboratorium: kadar gula darah, darah tepi lengkap, feses lengkap, elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin. Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun

 Pemeriksaan radiologi (dada, AP dan lateral) juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

 Tes mantoux

(6)

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak kurus, atau berat badannya kurang. Selain itu ada keluhan anak kurang/tidak mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak pada kedua kaki, kadang sampai seluruh tubuh

2. Pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan

pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. 3. Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan

umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan Kwashiorkor adalah :

a. Keadaan Umum

Pucat, kurus, atrof pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Penampilan anak kwashiorkor seperti anak gemuk (sugar baby).

b. Tumbuh Kembang

Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.

c. Keadaan Psikologis

(7)

penurunan interaksi dengan lingkungannya dan keadaan ini selanjutnya akan menimbulkan outcome perkembangan yang buruk, hipotesis lain mengatakan bahwa keadaan gizi buruk mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak.

d. Status cairan dan elektrolit

Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.

e. Rambut

Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi panjang. Rambut yang mudah dicabut di daerah temporal (Signo de la bandera) terjadi karena kurangnya protein menyebabkan degenerasi pada rambut dan kutikula rambut yang rusak. Rambut terdiri dari keratin (senyawa protein) sehingga kurangnya protein akan menyebabkan kelainan pada rambut. Warna rambut yang merah (seperti jagung) dapat diakibatkan karena kekurangan vitamin A, C, E.

f. Kulit

(8)

seperti pada bokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha, lipat paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi. Kurangnya nicotinamide dan tryptophan menyebabkan gampang terjadi radang pada kulit.

g. Gigi dan Tulang

Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifkasi, osteoporosis, dan hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.

.

h. Hepar

Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fbrosis, nekrosis, dan infltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defsiensi faktor lipotropik.

i. Sirkulasi

Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defsiensi protein dan infeksi menahun. Defsiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan gangguan sistem komplimen. Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi dan hipomagnesemia.

(9)

Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus terjadi perlemakan. Pada pankreas terjadi atrof sel asinus sehingga menurunkan produksi enzim pankreas terutama lipase.

k. Gastrointestinal

Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defsiensi laktase. Malabsorbsi lemak terjadi akibat defsiensi garam empedu, konjugasi hati, defsiensi lipase pankreas, dan atrof villi mukosa usus halus. Pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi defsiensi enzim disakaridase.

l. Otot

Massa otot berkurang karena kurangnya protein. Protein juga dibakar untuk dijadikan kalori demi penyelamatan hidup.

m. Ginjal

Malnutrisi energi protein dapat mengakibatkan terjadi atrof glomerulus sehingga GFR menurun.

G. CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN KALORI,

KARBOHIDRAT, PROTEIN PADA ANAK BALITA

(10)

mungkin benar di negara-negara industri, tapi sama tidak bisa serta merta dikatakan miskin, negara-negara berkembang. Menunjukkan bahwa di masyarakat miskin, adalah sangat mungkin untuk menggabungkan sumber makanan sedikit dengan cara yang hemat biaya untuk merumuskan multimixes yang akan memenuhi kebutuhan energi, protein dan mikronutrien, tanpa fortifkasi. Mengusulkan bahwa pendekatan tersebut dapat digunakan dalam program pendidikan masyarakat gizi untuk membantu mengurangi kekurangan gizi anak dan program darurat masalah gizi.

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menentukan kebutuhan nutrisi anak balita :

 Menentukan Desirable Body Weight (DBW) atau Berat Badan Ideal Penentuan berat badan ideal untuk anak balita (1-5 tahn) secara sederhana dapat menggunakan rumus BBI = (usia dalam tahun x 2) + 8

 Menentukan Estimasi Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Total Per Hari

1. Kebutuhan energi/kalori pada anak balita dapat dilakukan dengan

rumus :

a. Keb. energi = 1000 + (100 x usia dalam tahun) b. Keb energi usia 1-3 tahun = 100 kalori/kg BBI Keb energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kg BBI

2. Kebutuhan protein adalah sebesar 10% dari total kebutuhan energi sehari, dapat dihitung : (10% x Total Energi Harian) : 4 = x gram 3. Kebutuhan Lemak yaitu sebesar 20% dari total energi harian yaitu :

(20% x Total Energi Harian) : 9 = x gram

4. Kebutuhan Karbohidrat adalah sisa dari total energi harian dikurangi prosentase protein dan lemak

(11)
(12)

1. KWASHIORKOR

TANDA DAN GEJALA : o Edema

o Wajah membulat dan sembab

o Pandangan mata sayu

o Rambut tipis, kemerahan spt warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa sakit,rontok

o Perubahan status mental: apatis & rewel

o Pembesaran hati

o Otot mengecil (hipotrof)

o Kelainan kulit berupa bercak merah muda yg meluas & berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement

dermatosis)

o Sering disertai: peny. infeksi (umumnya akut), anemia, dan diare

o Edema

o Minimal pada kedua punggung kaki, bersifat pitting edema

o Derajat edema:

(13)

+++ Seluruh tubuh (wajah & perut)

Derajat edema utk menentukan jumlah cairan yang diberikan 2. MARASMUS

TANDA DAN GEJALA :

o Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit

o Wajah seperti orang tua

o Cengeng, rewel

o Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (~pakai celana longgar-baggy pants)

o Perut umumnya cekung

o Iga gambang

o Sering disertai: penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) dan diare

3. MARASMIK - KWASHIORKOR

TANDA DAN GEJALA :

Gambaran klinik merupakan campuran dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan Marasmus dengan BB/TB <-3 SD disertai edema yang tidak mencolok

(14)

(Menyertai Gizi Buruk) 1. Kekurangan Vitamin A

2. Anemia (Kekurangan Fe, Cu, Vit. B12, Asam Folat) 3. Stomatitis (kekurangan vit. B, vit. C)

4. Kelainan pada kulit, gangguan pertumbuhan (kekurangan Zn) 5. Beri-beri (kekurangan vitamin B1)

1. Kekurangan Vitamin A (KVA)

KLASIFIKASI XEROFTALMIA a. Xn Rabun Senja

b. X1 (Dryness of conjunctiva/ kekeringan konjungtiva), terdiri dari:

- X1a à Kekeringan pada konjungtiva (Dryness of conjunctiva)

- X1b à Bercak putih seperti busa sabun/keju pada sisi mata luar

(bitot spot)

X1a (Dryness of conjunctiva/ kekeringan konjungtiva) Tanda-tanda:

• Penumpukan keratin & sel epitel yang khas

• Konjungtiva kering, tampak menebal dan berlipat-lipat • Keluhan orang tua mata anaknya bersisik

(15)

Tanda-tanda :

• Kekeringan meluas sampai kornea

• Kornea tampak suram & kering dan permukaan kasar

• K.U. anak biasanya buruk (gizi buruk & penyakit penyerta lain)

c. X3 (Corneal ulcer/ ulkus pada kornea) Terdiri dari X3a dan X3b

Tanda-tanda:

 kornea melunak seperti bubur & dapat menjadi ulkus X3a à< 1/3 kornea ,

 X3b à ≥ 1/3 kornea

 Keadaan umum anak sangat buruk, dapat terjadi perforasi kornea/ pecah

d. XS (Corneal scar/ jaringan parut pada kornea) Tanda-tanda:

 Kornea mata tampak putih/ bola mata mengecil

 Meninggalkan bekas luka parut/ sikatrik

 Menjadi buta & tidak dpt sembuh, walau dioperasi cangkok kornea

2. Anemia (kekurangan Fe, Cu, Vit. B12, Asam folat) = Kadar Hb dibawah normal

Kadar Hb normal:

6 bulan – 5 tahun : 11 g/ dl 6 tahun – 11 tahun : 11, 5 g/ dl 12 tahun – 13 tahun : 12 g/ dl Tanda-tanda klinis:

- daya tahan terhadap penyakit menurun - mudah lelah - pucat (mata, telapak tangan)

(16)

- Kofaktor enzim pada metabolisme Karbohidrat, lemak dan protein. - Pertumbuhan, transpor oksigen dan kekebalan.

• Anemia kekurangan Cu (Copper)

Cu: pertumbuhan, kekebalan, homeopoesis, metabolisme glukosa dan lemak, cofaktor enzim

Defsiensi Cu:

- Absorpsi zat besi turun

- Zat besi tidak dapat dimanfaatkan dengan baik oleh sel darah merah.

- Pengeluaran cadangan zat besi meningkat - Anemia hipokromik dan netropenia

1. Anemia kekurangan vitamin B12 (Kobalamin)

Defsiensi B12:

- glositis atrofk (lidah yang halus & mengkilap) - stomatitis (sudut mulut retak-retak)

- mual, muntah, diare bergantian dgn konstipasi

- getah lambung tidak ada (achlorhydria & achylia gastrica) - anemia makrositik hiperkromis

(17)

- perubahan pada eritrosit

- anemia makrositik megaloblastik - perubahan mukosa gastro-intestinum - diare

3. Stomatitis (kekurangan vit. B, vit. C)

• Kekurangan vitamin B2 (ribofavin), B6 (adermin), B12 (kobalamin)

• Kekurangan vitamin C (asam askorbik)

4. Kelainan pada kulit, gangguan pertumbuhan (kekurangan Zn)

Seng (Zn) berfungsi sebagai koenzim pada berbagai sistem enzim. Tanda-tanda kelainan pada kulit:

- Hipo/ hiperpigmentasi - Deskuamasi (mengelupas)

- Lesi ulserasi eksudatif (menyerupai luka bakar) sering disertai infeksi sekunder (candida)

5. Beri-beri (kekurangan vitamin B1/ Thiamin)

Vit.B1 sebagai ko-enzim metabolisme karbohidrat

(18)

Tanda-tanda klinis:

- Beri-beri infantil (keadaan akut)

Tidak ada kenaikan berat badan, pilek, diare, kel jantung, kongesti paru, edema

- Beri-beri late infancy & childhood (keadaan menahun).

Postur lebih kecil dari anak yang sehat, gizi kurang, edema, perut membuncit

oleh meteorismus)

TANDA-TANDA PENYAKIT PENYERTA 1. Diare Persisten

2. Parasit cacing 3. Tuberkulosis Paru 4. Malaria

5. Pneumonia

1. Diare Persisten

Diare > 14 hari dengan atau tanpa dehidrasi Tanda dehidrasi:

- letargis, gelisah dan rewel - sunken eyes (+/-)

(19)

2. Parasit cacing

Ditemukan cacing/ telur cacing dalam tinja penderita

3. Tuberkulosis Paru

- kontak dgn penderita TB/ BTA positif - uji tuberkulin positif (>10 mm)

- gambaran foto rontgen mendukung TB

- reaksi kemerahan yang cepat (3-7 hari) setelah imunisasi BCG - batuk-batuk > 3 minggu

- hambatan pertumbuhan

(20)

Bila ditemukan > 3 positif dari tanda-tanda diatas, dianggap TB Paru

4. Malaria

(Daerah malaria/ riwayat kunjungan ke daerah risiko tinggi) - Demam (teraba panas, suhu >37,5 ºC)

- Renjatan (shock)

- Kaku kuduk atau kejang - Kesulitan bernafas - Kuning (ikterik) - Perdarahan

- Sediaan darah tebal (+) malaria

Tanda-tanda bahaya:

- tidak dapat makan/ minum - tidak sadar

- kejang

- muntah berulang

- sangat lemah (tidak dapat duduk/ berdiri)

(21)

a. Pernafasan cepat dan tarikan dinding dada: - < 2 bulan : > 60 x/menit - 2 bulan – 12 bulan : ³ 50 x/menit - > 12 bulan – 5 tahun : ³ 40 x/menit b. Batuk atau kesulitan bernafas

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Dx I: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).

Tujuan : Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi. Kriteria:

- Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.

- Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.

INTERVENSI RASIONAL

 Jelaskan kepada keluarga

tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan

 Meningkatkan pemahaman

(22)

pengolahan makanan sehat

 Timbang berat badan, ukur

lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi. peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare (Carpenito, 2000, hal. 411-419).

Tujuan : Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat Kriteria:

- Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defsit yang terjadi.

(23)

pemberian infus/selang dan protein yang tidak adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).

Tujuan : Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan

 Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan

 Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi Potensi Terjadinya Konflik Sosial Pada Masyarakat Miskin Kota dilakukan untuk mengetahui bentuk-bentuk konflik serta potensi konflik, pelanggaran HAM dan

Implementasi pembelajaran matematika dengan model CGI bermuatan pendidikan karakter untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siwa kelas VII materi himpunan,

Data hasil observasi siklus I dan siklus II tentang aktivitas guru yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data hasil belajar siswa, aktivitas guru dan

Pada daya pemompaan yang sama, dengan penambahan classic twisted tape insert, menjadikan faktor gesekan rata-rata pipa dalam dari penukar kalor pipa konsentrik 3,090

Terutama untuk pendeteksian pipa tertanam yang tidak mampu dilakuk an oleh Side Scan Sonar dan Multibeam Echosounder, dapat mengandalkan Sub-Bottom Profiler yang memiliki

The percentage explants live of 16 accessions of eggplant have significantly different results on 2 and 3 WAT while the percentage explants callus, shoots as height and

Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada kelompok Remaja Desa Dumoga I Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, dan dari