• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI POWER OTOT TUNGKAI, AGILITY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KORELASI POWER OTOT TUNGKAI, AGILITY"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

STUDY KORELASI POWER OTOT TUNGKAI, AGILITY, DAN

KOORDINASI MATA KAKI DENGAN KETEPATAN SHOOTING SEPAKBOLA PADA PEMAIN USIA 12-14 TAHUN SSB MATRA

KEBAKKRAMAT KARANGANYAR TAHUN 2015

Oleh:

Bagus Kuncoro,S.Pd,M.Or 0623088702

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN

SURAKARTA JULI 2015

(2)
(3)

i ABSTRAK

Bagus Kuncoro. STUDY KORELASI ANTARA POWER OTOT TUNGKAI,

AGILITY, DAN KOORDINASI MATA KAKI DENGAN KETEPATAN

SHOOTING SEPAKBOLA PADA PEMAIN USIA 12-14 TAHUN SSB MATRA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR TAHUN 2015, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan, Juli 2015.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar, (2) Hubungan antara kelincahan dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar, (3) Hubungan antara koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar, dan (4) Hubungan antara kekuatan otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan tempat latihan sepak bola, yaitu di lapangan Kebakkramat, Kebakkramat. Pada pemain usia 12-14 tahun dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret minggu ketiga sampai dengan minggu keempat bulan April 2015. Dalam penelitian ini variabel bebas disebut juga sebagai prediktor dan variabel terikat yang disebut juga sebagai kriterium. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik tes dan pengukuran. Adapun jenis tes yang digunakan adalah: (1) Tes Standing broad jump atau untuk mengukur kekuatan otot tungkai, (2) Tes Shuttle run untuk mengukur kelincahan, (3) Tes Soccer Wall Volley untuk mengukur koordinasi mala kaki, dan (4) Tes keterampilan shooting sepakbola.

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut: (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara power otot tungkai dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2010, dengan rxy = 0,458 > rt5% = 0,361; (2) Ada hubungan yang positif dan

(4)

usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2010, dengan rxy =

0,413 > r t5% = 0,361; (3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2010, dengan rxy = 0,411 > r

t5% = 0,361, dan (4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara power otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2010, dengan Ry(1,2,3) = 0,399 > r t5% = 0,361 dan F hitung = 1,645 > F t5% = 2,89.

(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena ata rahmat dan karuia-Nya, penelitian ini dapat diselesaikan untuk memenuhi sebagai persyaratan untuk mendapatkan karya ilmiah penelitian Pendidikan di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

Hambatan dan tantangan yang dihadapi serta menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penelitian ini dapat diatasi dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu atas segal bentuk bantuan selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini disampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmun Pendidikan Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UTP.

3. Seluruh pengurus dan pemain SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar yang telah membantu dalam penelitian dan pengumpulan data untuk penelitian ini.

4. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan telah memberikan bantuan dan dorongan selama penyusunan penelitian ini. Semoga amal dan kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah Yang Maha Kuasa. Disadari dalam penelitian ini masih banyak kekurangannya, namun demikian diharapkan penelitian ini bisa dimanfaatkan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(6)
(7)

v DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 3

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah... 4

E. Tujuan Penelitian... 5

F. Kegunaan Penelitian... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Teknik Shooting Sepakbola... 6

1. Pengertian... 6

2. Cara Mengajarkan Teknik Shooting Bola... 6

3. Bentuk-bentuk Latihan Shooting... 7

4. Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Shooting... 8

B. Kekuatan Otot Tungkai... 8

1. Pengertian... 8 2. Otot Tungkai... 9 3. Ciri Melatih... 10 4. Cara Melatih... 11 5. Bentuk Tes... 12 C. Kelincahan... 13 1. Pengertian... 13

2. Faktor yang Mempengaruhi... 13

(8)

4. Cara Melatih... 14

5. Bentuk Tes... 15

D. Koordinasi Mata Kaki... 16

1. Pengertian... 16

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi... 17

3. Ciri Melatih... 17

4. Cara Melatih... 17

5. Bentuk Tes... 18

E. Kerangka Pemikiran... 18

1. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Shooting Sepakbola. 19 2. Hubungan antara Kelincahan dengan Shooting Sepakbola... 19

3. Hubungan antara Koordinasi Mata Kaki dengan Shooting Sepakbola... 20

4. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai, Keincahan, dan Koordinasi Mata Kaki dengan Shooting Sepakbola... 20

F. Perumusan Hipotesis... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 22

A. Tempat dan Waktu Penelitian... 22

1. Tempat Penelitian... 22

2. Waktu Penelitian... 22

B. Metode Penelitian... 22

C. Populasi dan Sampel... 23

1. Populasi... 23

2. Sampel... 23

D. Teknik Pengumpulan Data... 23

E. Teknik Analisis Data... 24

1. Uji Reliabilitas... 24

2. Uji Prasyarat Analisis... 24

3. Analisis Data... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN... 29

A. Deskripsi Data... 29

(9)

vii

1. Uji Normalitas... 31

2. Uji Linieritas... 31

C. Hasil Analisis Data... 32

D. Pembahasan Hasil Analisis Data... 33

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 35

A. Simpulan... 35 B. Implikasi... 35 C. Saran-saran... 36 DAFTAR PUSTAKA Lampiran Dokumentasi

(10)

Permainan sepak bola adalah olahraga yang "digandrungi" masyarakat dunia. Di benua Eropa, sepak bola merupakan olahraga yang dikemas sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan uang yang luar biasa banyaknya, di benua Amerika (Latin) masyarakatnya terutama Brazil dan Argentina sepakbola merupakan olahraga favorit, di benua Afrika sepakbola merupakan olahraga yang diharapkan oleh masyarakatnya sebagai mata pencaharian yang dapat menaikkan harkat martabat mereka, di benua Australia olahraga ini semakin populer terlebih ketika tim negara tersebut berhasil masuk putaran dunia, dan benua Asia sepak bola juga merupakan olahraga favorit yang banyak dimainkan masyarakatnya.

Hampir di seluruh pelosok negeri sepak bola dimainkan dan menjadi tontonan yang sepertinya tiada habisnya karena hampir setiap hari sepakbola dimainkan oleh masyarakat dan ditonton di televisi. Masyarakat rela "begadangan" untuk melihat permainan sepak bola, apalagi yang bertanding tim-tim favorit mereka seperti Manchester United, Inter Milan, Real Madrid, Liverpool, dan sebagainya. Itulah fenomena yang terjadi di Indonesia, sepak bola menduduki peringkat pertama untuk cabang olahraga yang disukai masyarakat walaupun kalau dicermati masyarakat kita di dalam memainkan sepak bola banyak yang bertujuan untuk sekadar menjaga kebugaran, mengisi waktu luang, cari keringat dan sebagainya yang belum kelihatan untuk tujuan prestasi. Sehingga dalam permainan tersebut tidak terlihat teknik-teknik bermain sepak bola yang terorganisir dengan baik, jadi bisa dikatakan hanya kegiatan "bermain-main" dengan bola yang dilakukan bersama-sama.

Di Karanganyar khususnya Kecamatan Kebakkramat, masyarakatnya juga menyukai sepak bola seperti masyarakat lain di negeri ini, terbukti hampir di lahan-lahan yang kosong dan sedikit luas dimanfaatkan untuk bermain sepak bola.

(11)

2

Tidak jarang di halaman rumah bahkan di dalam rumah pun, anak-anak suka bermain sepak bola.

Di SSB Matra Kebakkramat Karanganyar khususnya siswa putra usia 12-14 tahun mendapatkan pelajaran sepak bola dan mereka telah diberi materi perlakuan untuk penelitian eksperimen selama kurang lebih dua bulan dengan 3 kali perlakuan/latihan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan shooting atau menendang bola.

Sehingga dapat dikatakan, siswa putra usia 12-14 tahun tersebut yang terpilih menjadi sample penelitian, sudah dapat melakukan keterampilan teknik sepak bola salah satunya adalah teknik shooting atau dengan kata lain teknik shooting sudah dapat dikuasai dengan baik. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yakni jenis penelitian korelasional. Maksudnya adalah peneliti tertarik mengadakan penelitian mengenai teknik shooting yang telah dikuasai oleh para siswa putra usia 12-14 tahuan tersebut dengan menghubungkan unsur-unsur kondisi flsik yang mendukung didalam proses pelaksanaan teknik keterampilan gerakan shooting.

Teknik keterampilan dalam permainan sepak bola meliputi: dribbling, shooting, passing, heading, tackling, interception, dan marking (Asepta Y.P., 2008: 16-17). Karena sampel atau subyek penelitiannya siswa putra usia 12-14 tahun maka yang akan diteliti adalah teknik dasar yang memegang peranan yang penting dalam permainan sepak bola yaitu teknik shooting/menendang bola. Shooting adalah teknik yang harus benar-benar dikuasai oleh siswa dalam permainan sepak bola tingkat pemula, karena untuk dapat menyerang regu lawan dan akhimya diharapkan dapat memenangkan suatu pertandingan sepak bola, para siswa atau atlet harus mempergunakan teknik menendang bola ke gawang lawan dan teknik ini juga berperan penting jika mendapat hadiah pinalti atau terjadi adu pinalti karena terjadi sekor imbang pada batas waktu yang telah ditetapkan.

Menurut Suharno HP (1995:20) unsur-unsur kondisi fisik yang mendukung kemampuan teknik keterampilan olahraga adalah: kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, daya ledak, koordinasi, ketepatan, dan stamina, Sedang menurut Sugiyanto (1994:4) mengutip pendapat Anita J. Harrow yang membagi 6

(12)

klasifikasi gerakan tubuh yaitu: gerak refleks, gerak dasar manusia, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerak keterampilan, dan komunikasi non diskursif.

Dalam hal ini peneliti akan memfokuskan penelitian pada unsur kondisi fisik yaitu unsur kekuatan, dan kelincahan serta klasifikasi gerakan tubuh kemampuan persepsual yang masih dibagi menjadi lima macam yaitu: pembedaan rasa gerak (kinestetik), pembedaan penglihat (visual), pembedaan pendengar (auditori), pembedaan peraba (taktil), dan kemampuan koordinasi. Peneliti mengambil kemampuan koordinasi untuk melengkapi kemampuan kondisi fisik di atas.

Berdasarkan pengamatan peneliti, teknik keterampilan shooting dapat dilakukan dengan baik, apabila para pemain mempunyai bekal kekuatan otot tungkai yang baik. Oleh karena di dalam melakukan teknik shotting dalam permainan sepak bola, pemain harus menendang bola ke sasaran dengan kuat, agar dalam beraksi tersebut dapat berhasil dengan baik maka para pemain yang mau melakukan teknik tersebut harus menggunakan anggota tubuhnya dengan kelentukan yang baik terutama untuk melakukan gerak tipu. Dalam pelaksanaan tersebut, para pemain juga harus memperhatikan keras lunaknya bola, tebal tipisnya rumput, sehingga membantu pemain dalam menentukan putusan arah shooting, dalam hal ini pembedaan rasa gerak atau persepsi kinestetik dituntut lebih dominan. Dengan mendasarkan pada paparan di atas, maka penelitian ini akan dan lebih difokuskan pada keterkaitan atau hubungan antara kekuatan otot tungkai, kelentukan dan persepsi kinestetik dengan teknik keterampilan menembak bola ke gawang atau shooting.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, masalah-masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Permainan sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di dunia dan menduduki peringkat satu di Indonesia.

2. Permainan sepak bola digemari oleh masyarakat di Kecamatan Kebakkramat, masih sebatas sebagai olahraga permainan atau hiburan semata dan sekadar

(13)

4

pengisi waktu luang.

3. Para siswa putra usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat sudah terampil dalam bermain sepak bola khususnya keterampilan teknik shooting atau menendang bola.

4. Teknik keterampilan bermain sepak bola adalah dribbling, shooting, passing, heading, tackling, interception, dan marking.

5. Teknik keterampilan shooting merupakan teknik dasar yang berperan penting dalam suatu permainan sepak bola tingkat pemula, sebab untuk bisa menjebol gawang lawan salah satunya harus menggunakan teknik shooting yang baik. 6. Kekuatan otot tungkai dan kelincahan merupakan unsur kondisi fisik

pendukung suksesnya melakukan teknik shooting dengan baik dan didukung oleh adanya koordinasi mata kaki.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka permasalahan dapat dibatasi sebagai berikut:

1. Kekuatan otot tungkai, kelincahan dan koordinasi mata kaki 2. Ketepatan shooting sepak bola

3. Siswa putra usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar?

2. Adakah hubungan antara kelincahan dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar?

3. Adakah hubungan antara koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar?

(14)

4. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

2. Hubungan antara kelincahan dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

3. Hubungan antara koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

4. Hubungan antara kekuatan otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Menambah wawasan pengetahuan kepada guru, pelatih olahraga dan pembina olahraga mengenai pentingnya penggunaan metode pendekatan gerak keterampilan, agar penguasaan keterampilan gerak siswa dapat dioptimalkan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan para siswa, sehingga di kemudian hari akan muncul atlet sepak bola tangguh.

2. Memberi motivasi kepada rekan-rekan guru dan atau pelatih olahraga untuk giat melaksanakan penelitian.

3. Memberikan motivasi kepada para siswa lain, agar tertarik dengan permainan sepak bola yang dilakukan secara kontinyu hampir selama dua bulan penuh di sekolah.

(15)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teknik Shooting Sepakbola

1. Pengertian

Teknik adalah cara melakukan atau melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien dan efektif (M. Yunus, 1991/1992:108). Teknik menggiring/dribbling adalah berlari dengan membawa bola, dalam menggiring bola kaki yang digunakan adalah bagian luar dan ujung (Asepta, Y.P., 2008:16).

Dengan demikian yang dimaksud dengan teknik shooting adalah suatu metode atau cara menendang bola dengan tepat ke arah gawang lawan secara efisien dan efektif sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku dengan tujuan akhir untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Menurut Timo, S. (2008: 45), karena gol adalah tujuan akhir sebuah permainan sepak bola, seorang pemain diharuskan bisa menendang ke arah gawang lawan dengan baik. Sehingga seluruh pemain dituntut harus bisa mengeksekusi bola dengan baik sehingga tim akan memenangkan pertandingan.

2. Cara Mengajarkan Teknik Shooting Bola

Menurut Timo, S. (2008:46), untuk dapat melakukan teknik shooting bola dengan baik diperlukan proses pelaksanaan gerakan yang meliputi:

a. Persiapan bola dengan sisi kiri kaki luar bagian depan sebesar 45 derajad ke arah samping depan.

b. Langkahkan kaki ke arah bola yang sudah dipersiapkan, lalu tanamkan kaki yang tidak digunakan untuk menendang beberapa inchi di samping bola. c. Arahkan pinggul ke arah sasaran sambil mengayunkan kaki.

d. Kaki hendaknya ditekuk ke depan sehingga bagian tengah kaki menyentuh bagian tengah bola saat bola ditendang. Selanjutnya pastikan pergelangan kaki

(16)

“terkunci” sehingga kaki tidak lemas saat menyentuh bola.

e. Demi mengoptimalkan kerasnya tendangan, pastikan ayunan kaki tidak terhenti di tengah jalan melainkan terus diayunkan ke depan. Pastikan kaki tetap menekuk ke depan selama proses ini berlangsung.

3. Bentuk-bentuk Latihan Shooting

Menurut Timo, S (2008:39-40), bentuk latihan passing atau mengoper bola kepada teman sebagai contoh adalah sebagai berikut:

a. Jarak antara A dab B mula-mula 3 meter kemudian ditingkatkan sampai 10 meter.

b. Dengan kaki bagian luar pemain A mempersiapkan bola dnegan sudut kurang lebih 45 derajad ke depan. Lalu mengumpan bola dengan kaki kiri dalam ke arah kaki kanan pemain B (lurus). Pemain B menghentkan bola dengan bagian dalam kaki kanan lalu mempersiapkan bola dengan kaki kanan bagian luar untuk kemudian mengumpankan bola dengan kaki kanan bagian dalam. Begitu seterusnya lalu ganti kaki.

c. Bola yang diumpankan harus tegas, artinya tidak pelan dan tidak keras.

d. Bola harus menyusur tanah. Hindari umpan yang melambung dan memantul-mantul.

e. Kurangi sentuhan dari yang semula 3 sentuhan ke 2 lalu ke 1 sentuhan.

f. Sebagai variasi ganti umpan kaki dalam dengan kura-kura (kaki bagian tangah). Sedangkan menurut Tom Fleck dan Ron Quinn (2007:77-78), bentuk latihan mengumpan bola atau passing bola juga bisa dilakukan dengan cara lain yaitu: a. Gawang bergerak. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan

mencetak gol dengan cara berusaha mencetak gol ke gawang yang bergerak. Adapun petunjuk latihannya adalah pertama pilih dua pemain untuk memegang ujung pipa (ini dapat dilakukan dan sangat aman). Kemudian pemain yang memegang pipa bertugas menjadi gawang dan berlarian di lapangan, sedangkan pemain yang lain berusaha menggiring bola dan mencetak gol ke dalam gawang yang bergerak tersebut. Lakukan selama 2 atau 3 menit dan

(17)

8

hitung beberapa gol yang bisa mereka ciptakan, baik secara individu maupun kerjasama.

b. Gawang tim bergerak. Tujuannya adalah bekerjasama mencetak gol di gawang yang bergerak. Adapun petunjuk latihannya adalah pertama pilih satu pemain dari setiap tim untk memegang kedua ujung selang air. Pemain yang memegang selang air bertindak sebagai gawang dan netral. Mereka berlarian di area permainan dan berusaha membuat selang air tetap lurus. Permainan ini dimainkan sama seperti permainan antar tim lainnya, kecuali mereka mencetak gol di satu gawang yang sama. Gol dapat diciptakan dari sisi manapun dari gawang. Pemain yang menjadi gawang bisa digantikan setiap terjadi gol.

4. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam shooting

Menurut Soegijanto (1991:19), hal-hal yang perlu mendapat perhatian adalah:

a. Sering penempatan kaki tumpu jauh di belakang bola, hal ini menyebabkan tendangan naik dan tidak keras.

b. Titik sentuhan bola dengan kaki tendangan dijaga perkenaannya sebab dapat berakibat bola lambung atau deras datar.

c. Awalan tidak terlalu jauh sebab tidak efisien dalam permainan sendiri jarang, kuat tidaknya tendangan juga disebabkan latihan atau terlatih.

B. Kekuatan Otot Tungkai

1. Pengertian

Menurut Soedjarwo (1991:25) kekuatan adalah merupakan kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban/tahan dalam menjalankan aktivitas.

Kekuatan ialah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas (Suharno, HP., 1992:24).

(18)

Kekuatan adalah kemampuan menggunakan tegangan otot untuk menahan atau melawan beban (Sugiyanto, 1993:8).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kekuatan adalah tenaga dari otot atau sekelompok otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan suatu aktivitas,

Menurut Harsono (1988:177), pentingnya kekuatan otot bagi setiap olahragawan disebabkan oleh tiga alasan yang mendasar yaitu:

a. Pertama oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik. b. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam

melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera.

c. Ketiga, oleh karena dengan kekuatan, atlet akan dapat lari lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat fleksibilitas sendi-sendi.

2. Otot Tungkai

Tungkai merupakan anggota gerak bawah yang terdiri dari seluruh bagian kaki, mulai dari pangkal paha sampai jari kaki. Tungkai dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu tungkai atas dan tungkai bawah.

Anatomi tungkai terdiri dari tulang-tulang sebagi berikut: a. Femur b. Patella c. Tibia d. Fibula e. Ossa tarsal f. Ossa metatarsal g. Draiti

Tulang-tulang pada tungkai tersebut dilapisi bermacam-macam otot-otot antara lain:

a. Otot-otot yang terletak di daerah tungkai atas 1) O. abductor

(19)

10 2) O. bicep femuris 3) O. quadriceps femuris 4) O. pirifomis 5) O. semi tendinosus 6) O. semi membranosus 7) O. gluteus minimus 8) O. gluteus maksimus 9) O, abturatorius internus

b. Otot-otot yang terletak di daerah tungkai bawah 1) O. tibialis anterior 2) O. ilbularis 3) O. ckstensor digitorum 4) O. gastocnemius 5) O. soleus 6) O. tendo calcaneus 7) O. retina uncula bawah 8) O. tendo achiles

3. CiriMelatih

Suharno HP (1993:40) mengemukakan bahwa didalam melatih kekuatan ada beberapa ciri yang harus diperhatikan antara lain:

a. Harus melawan/menahan beban berat badan sendiri atau tambahan beban di luar berat badan (barbell)

b. Isotonik dengan gerakan dinamis c. Isometrik dengan gerak stalls

(20)

4. Cara Melatih

Menurut M. Yusuf H. dan Aip S. (1996:108), cara yang paling popular dan paling berhasil dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistance exercise). Latihan tahanan adalah latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet sendiri maupun bobot lain dari luar. Latihan tahanan, menurut kontraksi ototnya dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu kontraksi isotonis dan kontraksi isometris. Dalam kontraksi isotonis akan tampak terjadi suatu gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan oleh karena otot memanjang dan memendek, sehingga terdapat perubahan dalam panjangnya otot. Kontraksi ini disebut kontraksi dinamis. Contoh yang sederhana adalah pada saat melakukan gerakan Sit-up akan terjadi pemanjangan dan pemendekan otot perut.

Sedangkan dalam kontraksi isometrik tidak tampak suatu gerakan yang nyata, karena otot tidak memanjang atau memendek, dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh. Kontraksi demikian disebut kontraksi statis. Contoh gerakannya adalah mengangkat paha, mendorong tembok, dalam posisi ditengah pintu, kedua tangan mendorong pintu, dan sebagainya.

Menurut Suharno HP (1993:40), cara melatih kekuatan dengan metode weight training dengan dosis sebagai berikut:

a. Volume beban latihan 3 - 4 set

b. Intensitas beban latihan 80 - 100% dari kemampuan maksimal c. Ulangan angkatan 8-12 kali per set

d. Recovery antara 2-4 menit.

Menurut O'Shea yang dikutip oleh A. Hamidsyah Noer (1993:149) untuk meningkatkan kekuatan dengan menggunakan metode weight training yang mempunyai dua dasar fisiologis. Pertama, latihan hendaknya bersifat khusus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Kedua, latihan haruslah diberikan dengan prinsip beban lebih.

(21)

12

Sedangkan Edward L. Fox dalam A. Hamidsyah Noer (1993:149) menyatakan bahwa "untuk meningkatkan kekuatan dengan menggunakan latihan beban bisa berpedoman pada 4 prinsip yang cukup mendasar", yaitu:

a. Prinsip penambahan beban lebih (overload) b. Prinsip penihgkatan beban terus-menerus c. Prinsip pengturan suatu latihan

d. Prinsip kekhususan program latihan

5. Bentuk Tes

Ada beberapa macam tes yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan. Menurut B.L. Johnson dan J.K. Nelson (1986:105-125) pengukuran kekuatan dikelompokkan menjadi:

a. Tes kekuatan relatif yang terdiri dari 1) Tes kekuatan isotonik

- Tes Pull-up - Tes Dip

- Tes Bench Squat - Tes Sit-up - Tes Bench Press

- Tes Standing Vertical Arm 2) Tes Kekuatan skala Spring

- Tes Overhead Pull - Tes Press

3) Tes Kekuatan Isometrik - Tensiometer

- Grip Dynamometer - Back &Leg Dynamometer b. Tes Kekuatan Absolut

1) Olympic Lifts

(22)

- Tes Two-Hand Clean-and-Jerk Lift 2) Power Lifts

- Tes Squat Lift - Tes Bench Press Lift c. Tes Kekuatan Isokinetik

1) Tes Isokinetic Mini Gym

Mulyono, B.A. (2008, 69), mengatakan bahwa untuk mengukur daya ledak otot tungkai dapat menggunakan tes lompat jauh tanpa awalan. Untuk memenuhi validitas alat ukur, peneliti harus memilih beberapa tes yang disebutkan di atas. Tentu saja yang harus diperhatikan adalah bahwa tes yang dipilih dan akan digunakan dalam penelitian harus mirip atau menyerupai bentuk gerakan dari variabel terikat penelitiannya, sehingga kriteria suatu tes paling tidak harus mengukur apa yang hendak diukur dapat terpenuhi.

C. Kelincahan

1. Pengertian

Menurut Sugiyanto (1994:8), kelincahan adalah kemampuan bergerak cepat ke segala arah.

Kelincahan adalah merupakan kemampuan untuk merubah arah dan posisi sesuai dengan situasi yang dihadapi (Sudjarwo, 1991:31).

Kelincahan ialah kemampuan dari seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi dan dikehendaki (Suharno,HP., 1992:32).

Dari pendapat para pakar tersebut, dapat dirangkum bahwa yang dimaksud kelincahan adalah kemampuan dari seseorang untuk bergerak cepat ke segala arah sesuai dengan situasi yang dihadapi dan dikehendaki.

(23)

14

2. Faktor yang Mempengaruhi

Menurut Sudjarwo (1991:32), faktor-faktor yang mempengaruhi kelincahan adalah:

a. Kecepatan berreaksi terhadap rangsangan b. Kemampuan koreksi diri sendiri

c. Kemampuan mengatur keseimbangan

d. Kemampuan mengatasi rintangan (lawan, keadaan sekitar)

Sedangkan menurut Suharno (1992:33), faktor-faktor penentu baik tidaknya kelincahan antara lain:

a. Kecepatan reaksi

b. Kemampuan berorientasi terhadap problem yang dihadapi c. Kemampuan mengatur keseimbangan

d. Tergantung kelentukan sendi-sendi

e. Kemampuan mengerem gerakan-gerakan motorik

3. Ciri Melatih

Menurut Suharno HP (1992:33), ciri-ciri melatih kelincahan adalah: a. Bentuk-bentuk latihan harus ada gerakan merobah posisi dan arah badan b. Rangsangan terhadap pusat saraf sangat menentukan berhasil tidaknya suatu

latihan kelincahan karena koordinasi sangat urgen bagi unsur kelincahan c. Adanya rintangan-rintangan untuk bergerak dan mempersulit kondisi alat,

lapangan, dan sebagainya

d. Ada pedoman waktu yang pasti dalam latihan

4. Cara Melatih

Sesuai dengan adanya faktor-faktor tersebut, maka dapat ditentukan cara-cara melatih kelincahan yaitu:

(24)

b. Merangkai gerakan kombinasi dengan gerakan yang telah dikuasai

c. Memberikan beban maksimum terhadap gerakan-gerakan yang sudah otomatis. Ditambahkan oleh Sudjarwo (1991), yang perlu diingat dalam memberikan latihan kelincahan ialah bahwa latihan harus dilakukan pada waktu kondisi badan masih segar demikian pula sistem persyarafan, janganlah memberikan latihan kelincahan pada waktu allet sudah mengalami kelelahan total.

Dari pendapat tersebut, dapat ditambahkan bahwa agar supaya mendapatkan hasil latihan yang lebih baik maka didalam melatih kelincahan diletakkan pada awal inti latihan. Setelah para atlet melakukan pemanasan yang cukup, maka segera diberikan materi latihan kelincahan dengan argumentasi kondisi fisiknya masih dalam keadaan segar (fit).

Menurut Matveev dalam Suharno HP (1992:33) melatih kelincahan dapat berupa:

a. Standing broad jump atau guling ke belakang b. Melempar, tinju dengan tangan kiri

c. Lari dilanjutkan broad jump

d. Memperkecil lapangan dan merobah kondisi alat

e. Variasi gerakan jengket-jengket maju - mundur - kanan - kiri dan sebagainya f. Menambah gerakan-gerakan sebelum akhir gerakan, misalnya memutar

budan sebelum mendarat

g. Mempersulit kondisi tempat, alat dan lawan

5. Bentuk Tes

Menurut B.L Johnson dan J.K. Nelson (1986:227-232), pengukuran kelincahan dapat menggunakan:

a. Purpe Test (or Squat Thrust) b. AAHPERD Shuttle Run c. Quadrat Jump

d. SEMO Agility Test e. Right-Boomerang Run

(25)

16

f. LSU Agility Obstacle Course g. Cozens ' Dodging Run

Sedangkan Ismaryati (2007:46-48), untuk mengukur kelincahan juga dapat dilakukan dengan menggunakan hexagonal obstacle.

Dalam penelitian ini, kelincahan diukur dengan menggunakan tes Shuttle Run, dengan argumentasi bentuk tes tersebut sesuai untuk pergerakan teknik keterampilan yang sesuai atau mendekati teknik keterampilan yang harus dilakukan oleh siswa/atlet, sehingga dapat memenuhi kriteria validitas alat akur yaitu mengukur apa yang hendak diukur.

D. Koordinasi Mata Kaki

1. Pengertian

Menurut Sugiyanto (1994:6), kemampuan koordinasi adalah kemampuan memadukan persepsi atau pengertian yang diperoleh dalam penginterpretasian stimulus oleh beberapa kemampuan perseptual ke dalam suatu pola gerak tertentu. Koordinasi ialah kemampuan atlet untuk merangkaikan beberapa gerak menjadi satu gerakan utuh dan selaras (Suharno, HP., 1993:61).

Barrow dan McGee yang dikutip oleh Harsono (1988:220) menyebutkan bahwa koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus.

Koordinasi didefinisikan sebagai hubungan yang harmonis dan hubungan saling pengaruh di antara kelompok-kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditunjukkan dengan berbagai tingkat keterampilan (Ismaryati, 2006:53-54).

Dari pendapat para pakar tersebut, dapat dirangkum bahwa yang dimaksud koordinasi adalah kemampuan seeorang/atlet untuk dapat memadukan berbagai macam gerakan dengan utuh dan selaras/harmonis ke dalam satu atau lebih pola gerak tertentu sehingga dapat mencapai tujuan/sasaran yang dikehendakinya. Dalam hal memadukan gerakan yang dilihat oleh mata dan dilaksanakan oleh kaki,

(26)

sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dengan berbagai tingkat keterampilan sesuai dengan cabang olahraganya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kemampuan melaksanakan koordinasi yang baik, dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang oleh Suharno HP (1992:39), disebutkan faktor-faktor penentunya antara lain:

a. Pengaturan saraf pusat dan tepi, hal ini berdasarkan pembawaan atlet dan hasil dari latihan

b. Tergantung tonus dan elastisitet dan otot

c. Baik dan tidaknya keseimbangan dan kelincahan d. Koordinasi kerja saraf otot dan panca indera

3. Ciri melatih

Koordinasi dapat dikembangkan atau dilatih berdasarkan ciri-ciri yang disebutkan oleh Suhamo HP (1992:39) sebagai berikut:

a. Merangkaikan beberapa gerakan menjadi satu gerakan

b. Adanya gerakan yang kontra antara gerak yang satu dengan yang lain (synergis dan antagonis)

c. Kerja secara simultan dan harmonis antara saraf otot dan indera

4. Cara Melatih

Menurut Harsono (1988:221-222), latihan yang baik untuk memperbaiki koordinasi adalah dengan melakukan berbagai vaniasi gerak dan keterampilan. Dalam melatih keterampilan-keterampilan faktor kesulitan dan kompleksitas gerakan harus senantiasa ditingkatkan. Koordinasi paling mudah dikembangkan pada anak-anak usia muda, yaitu pada waktu kemampuan adaptasi nervous systemnya lebih baik daripada kepunyaan orang dewasa.

(27)

18

Harre (1982) seperti yang dikutip oleh Harsono (1988:223) menganjurkan latihan-latihan koordinasi antara lain:

a. Latihan-latihan dengan perubahan kecepatan dan irama

b. Latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan yang berubah-ubah. Memperkecil dan memperluas lapangan.

c. Kombinasi berbagai latihan senam d. Kombinasi berbagai permainan

e. Latihan-latihan untuk mengembangkan reaksi f. Lari halang rintang dalam waktu tertentu

g. Latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata tertutup h. Melakukan gerakan-gerakan yang kompleks pada akhir latihan

i. Latihan keseimbangan segera setelah melakukan koprol beberapa kali atau setelah berputar-putar di tempat

5. Bentuk Tes

Menurut Ismaryati (2007:54-56), koordinasi yang telah dikuasai siswa/atlet dapat diukur dengan menggunakan tes-tes sebagai berikut:

a. Koordinasi mata tangan diukur dengan tes lempar tangkap bola tennis

b. Koordinasi mata kaki diukur dengan tes soccer wall volley dan tes soccer dribble.

Sedangkan menurut Ted A. Baumgarter dan Andrew A. Jackson (1989:85),koordinasi mata tangan dapat diukur dengan tes memantulkan bola voli ke tembok dalam waktu 30 detik dan diulangi sampai tiga kali. Skor yang dihitung adalah jumlah pantulan terbaik yang syah selama 30 detik.

E. Kerangka Pemikiran

Penguas keterampilan melaksanakan teknik menembakkan bola ke gawang atau teknik shooting, akan sangat banyak membantu setiap pesepakbola yunior di dalam meraih sukses seperti yang diidam-idamkan bersama. Tidak dapat dipungkiri

(28)

bahwa didalam upaya memenangkan pertandingan sepakbola, teknik shooting harus dikuasai dengan baik oleh para pemain karena apabila pertandingan waktu sudah habis dan skore dalam keadaan imbang, dalam perpanjangan waktupun tidak terjadi perubahan, maka jalan satu-satunya yang harus dirempuh untuk menentukan regu yang kalah dan menang harus menggunakan adu pinalti atau bisa dikatakan disini adu keunggulan teknik shooting.

Seperti yang telah dikaji pada tinjauan pustaka, bahwa teknik shooting sepakbola dapat dilaksanakan dengan baik, apabila siswa/atlet mempunyai unsur kondisi fisik yang baik seperti kekuatan otot kaki, kelentukan, dan persepsi kinestetik baik secara terpisah maupun secara bersama-sama. Sehingga satu persatu keterkaitan antara unsur kondisi fisik tersebut dengan shooting sepakbola akan diuraikan seperti berikut:

1. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Shooting Sepakbola

Teknik shooting sepakbola adalah teknik menembakkan bola ke gawang lawan dengan sasaran di sebelah kin, tengah, dan kanan dalam gawang dan dengan bola lambung atau menyusur tanah.

Melihat uraian di atas, bahwa tujuan shooting sepakbola adalah menembakkan bola ke gawang lawan dengan bola lambung atau menyusur tanah dan sasaran yang bermacam-macam akan tetapi pelaksanaan dari teknik shooting tersebut menggunakan kaki atau tungkai Sehingga agar para pemain dapat melaksanakan teknik shooting dengan balk tentunya harus bermodalkan otot tungkai yang kuat atau kekuatan otot tungkai yang baik yang tentunya akan sangat membantu para pemaian dalam upaya menjebol gawang lawan.

2. Hubungan antara Kelincahan dengan Shooting Sepakbola

Pada saat melaksanakan teknik shooting, agar hasilnya akurat dan tepat pada sasaran yang dituju walaupun harus menempatkan dan memindahkan kakinya dalan gerakan yang dinamis, para pemain harus membekali dirinya dengan

(29)

20

kelincahan yang baik.

Disamping itu perlu disadari bahwa dalam melaksanakan teknik shooting walaupun dilakukan pada saat bola mati, peranan dan kelincahan juga tidak bisa diabaikan. Dengan jarak sekitar 11 meter para pemain harus mampu mengeksekusi dengan baik, bukan dengan cara menendang bola sekeras mungkin tetapi lebih pada kecepatan dan ketepatan bola pada sasaran sesuai kehendak para pemainya, dengan demikian posisi kaki yang untuk menendang bola harus diletakkan di belakang sebagai ancang-ancang untuk melakukan teknik shooting, kemudian dengan gerakan yang sedikit cepat pemain tersebut menembakkan bola ke gawang dan diakhiri dengan gerak lanjut yaitu mengikuti atau meneruskan dorongan ke depan agar arah bola sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam gerakan ini para pemain memerlukan kelincahan.

3. Hubungan antara Koordinasi Mata Kaki dengan Shooting Sepakbola

Koordinasi mata kaki sangat diperlukan dalam suksesnya para pemain melaksanakan teknik shooting. Adapun letak saham dan koordinasi mata kaki ini adalah, dalam upaya menjebol gawang lawan, para pemain pertama-tama menentukan sasaran tembak dengan teknik pengamatan menggunakan indera penglihatan, berikutnya berkoordinasi dengan kaki, dimana kaki kemudian akan menjalankan tugas melaksanakan teknik shooting dengan baik.

4. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai, Kelincahan, dan Koordinasi Mata Kaki dengan Shooting Sepakbola

Permainan sepakbola apabila dilihat dart tingkat kesulitannya dapat dikatakan sebagai suatu permainan yang sangat kompleks. Sehingga para pemain harus mampu memadukan segala unsur kondisi fisik yang dipunyainya menjadi satu kesatuan gerak yang serasi.

Kekuatan otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki, menjadi satu kesatuan yang sinergis untuk mendukung pelaksanaan teknik shooting sepakbola

(30)

yang sempurna. Didalam permainan sepakbola, bola yang harus ditembakkan ke gawang lawan dengan teknik shooting yang sempurna, dengan bermodalkan ketiga unsur tersebut diharapkan dapat membuahkan hasil yang optimal yang akhimya mampu memenangkan pertandingan.

F. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan hipotesis sebagaiberikut :

a. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan keterampilan shooting sepakbola sepakbola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

b. Ada hubungan yang signifikan antara kelincahan dengan keterampilan shooting sepakbola sepakbola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

c. Ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata kaki dengan keterampilan shooting sepakbola sepakbola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

d. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan keterampilan shooting sepakbola sepakbola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

(31)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan istilah variabel bebas dan variabel terikal untuk korelasi, dan istilah predictor dan kriterium untuk regresi. Variabel bebasnya terdiri dari kekuatan otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki sekaligus sebagai predictor, sedangkan sebagai variabel terikatnya atau kriteriumnya adalah ketepatan shooting sepakbola.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar yang dilakukan secara kelompok.

2. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan dilaksanakan pada Maret 2015 dan berakhir pada tanggal April 2015 setelah pemberian treatment untuk metode eksperimen berakhir. Pengambilan data dilakukan dengan metode tes dan retes yang berfungsi sekaligus menguji reliabilitas tes.

B. Metode Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Menurut Suharsimi Arikunto (2000:326), penelitian korelasional adalah pilihan yang sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam penelitian ini variabel bebas disebut juga sebagai prediktor dan variabel terikatyang disebut juga sebagai kriterium. Hal ini sesuai dengan pendapat

(32)

R.G. Sudarmanto (2005:2) yang menyatakan bahwa untuk penggunaan analisis regresi variabel bebas sebagai prediktor dan variabel terikat sebagai kriterium.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Pcngertian populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yangpaling sedikit mempunyai satu sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1992:220). Dalam penelitian ini, sebagai populasi adalah seluruh pada pemain usia 12-14 tahun SSB Mantra Kebakkramat Karanganyar.

2. Sampel

Sebagian dari populasi disebut sampel (Sutrisno Hadi, 1992:221). Adapun cara pengambilan sampel atau teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan total sampling berdasarkan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian eksperimen, mengingat seluruh anggota populasi rata-rata sudah mampu melaksanakan teknik shooting sepakbola dengan baik sehingga peneliti berasumsi bahwa kemampuan para testi dalam ketrampilan shooting sepakbola sudah merata atau homogen. Argumentasi yang lain adalah pendapat dari Suharsimi Arikunto (1998:107) yang menyatakan bahwa apabila anggota populasi kurang dari 100, maka bisa digunakan untuk sampel semua. Tentu saja hal ini juga diarlikan apabila kondisi sampel dalam keadaan homogen.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik les dan pengukuran. Adapun jenis tes yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Tes Standing broad jump atau untuk mengukur kekuatan otot tungkai

(33)

24

2. Tes Shuttle run untuk mengukur kelincahan (M.Yunus, 1991/1992; 287). 3. Tes Soccer Wall Volley untuk mengukur koordinasi mala kaki (Ismaryati,

2007: 55-56).

4. Tes keterampilan shooting sepakbola (Sugiyanto, 1991;44)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik korelasi product moment dan analisis regresi. Adapun langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelilian ini adalah:

1. Uji Reliabilitas

Tes yang dipergunakan dalam penelitian, terlebih dahulu harus diketahui tingkat keajegannya. yaitu dengan cara menghitung dan mengolah data yang terkumpul dari testersebut, dcngan menggunakan rumus Product Moment dari Karl Pearson sebagai berikut:

∑ (∑ )(∑ ) [√∑ (∑ ) ] ,∑ (∑ ) -(Saifuddin Azwar, 1997: 19) Keterangan: r = Keliabilitas tes X = Data Tes Y = Data Retes n = Jumlah sampel

2. Uji Prasyarat Analisis

Setelah tes dinyatakan reliabel, maka data yang terkumpul dari tes tersebut sebelum dianalisis, terlebih dahulu diuji prasyarat analisis sebagai berikut:

(34)

Dimaksudkan bahwa data yang terkumpul harus memenuhi ciri distribusi normal, yang berarti bahwa penyebaran data berkisar di sekitar Mean dan hanya sebagian kecil saja data yang penyebarannya jauh dari Mean. Adapun uji normal itasnya menggunakan metodc Chi Kuadrat (Sulrisno Hadi, 1992: 317), dengan rumus sebagai berikut:

∑( ) Keterangan:

X2 = Nilai Chi Kuadrat

Fo = frekuensi data yang diperoleh Fh = frekuensi data yang diharapkan

Ada cara lain yang dikemukakan oleh R. Gunawan S. (2005: 105), yaitu melakukan uji normalitas dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov, dengan cara mclihat Asymp. Sig.(2-tailed) yang dibandingkan dengan alpha 0.05 dan hasilnya harus lebih besar (>) dari alpha yang ditetapkan tersebut. Cara yang kedua ini yang akan digunakan oleh peneliti.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa data yang terkumpul dalam penelitian membentuk garis linier, yaitu bahwa dua data yang dikorelasikan akan membentuk menyerupai garis lurus. Adapun teknik analisisnya menurut Sudjana (1992: 232), bisa menggunakan teknik analisis varians dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan: F = Nilai Linieritas S = Standar Deviasi TC = Tuna Cocok e = Kesalahan

(35)

26

Menurut R. Gunawan S. (2005:125), pengujian kelinieran garis regresi bisa menggunakan perbandingan rerata (Compare Means), yaitu pada label Anova akan didapatkan Deviation from Linearity yang akan dibandingkan dengan alpha 0,05. Data dinyatakan linier apabila harga tersebut lebih besar dari alpha yang ditetapkan. Cara yang kedua ini yang digunakan dalam penelitian.

3. Analisis Data

Sctclah dalanya memenuhi persyaratan normal dan linier, kemudiun data tersebut dapat dianalisis untuk membuktikan hipotesis. Adapun analisis data penelitian dilakukan dengan mcnghitung koetlsicn korelasi variabcl bebas dengan variabel terikat untuk korelasi sederhana, dan menggunakan korelasi ganda untuk analisis regresi untuk menghitung hubungan antara prediktor dengan kriterium.

Adapun langkah-langkah penghitungannya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung Koefisien Korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat Penghitungan koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat menggunakan rumus korelasi produk moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√* ∑ (∑ ) +* ∑ (∑ ) + (Sudjana, 1992:369)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

b. Menghitung Regresi

Untuk mengetahui hubungan antara prediktor dengan kriterium digunakan analisis regresi. Adapun urut-urutannya adalah:

(36)

1) Mencari persamaan garis regresi dengan menggunakan rumus: Ý = + + + K Keterangan: Ý = kriterium = prediktor 1 = prediktor 2 = prediktor 3

= bilangan koetlsien prediktor 1 = bilangan koefisien prediktor 2

= bilangan koefisien prediktor 3 K = angka konstanta

2) Mencari koefisien korelasi tiga prediktor dengan kriterium. Dalam hal ini rumus yang digunakan adalah:

( ) √

∑ ∑ ∑ ∑

Sutrisno Hadi (1982:2) Keterangan:

( ) = koeflsien korelasi antara prediktor dengan kriterium

∑ = jumlah produk skor deviasi pada kriterium

∑ = jumlah produk skor deviasi antara prediktor 1 dengan kriterium ∑ = jumlah produk skor deviasi antara prediktor 2 dengan kriterium

∑ = jumlah produk skor deviasi antara precjiktor 3 dcngan kriterium = bilangan koefisien prediktor 1

= bilangan koefisien prediktor 2 = bilangan koeflsien prediktor 3

(37)

28

3) Melakukan uji signifikansi regresi, dengan rnenggunakan rumus:

(Sutrisno Hadi, 1982:32) Keterangan:

= harga F garis rcgresi

= rata-rata kuadrat regresi = rata-rata kuadrat residu

(38)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan hasil dari tes dan pengukuran power otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting sepakbola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2010, yang dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 1. Deskripsi data hasil tes dan Pengukuran Power Otot Tungkai (X1), Kelincahan (X2), Koordinasi Mata Kaki (X3), dan Ketepatan Shooting (Y)

No. Variabel N Mean SD

Tes Retes Tes Retes

1. Power Otot Tungkai (X1) 30 1,683 1,728 0,201 0,211

2. Kelincahan (X2) 30 10,986 10,902 0,728 0,659

3. Koordinasi mata kaki (X3) 30 14,033 14,900 1,790 1,689 4. Ketepatan Shooting (Y) 30 12,833 15,00 4,857 4,549

Dari tabel di atas dapat diketahui rata-rata tes power otot tungkai sebesar 1,683, simpangan baku sebesar 0,201, rata-rata tes kelincahan sebesar 10,986, simpangan baku 0,728, rata-rata tes koordinasi mata kaki sebesar 14,033, simpangan baku sebesar 1,790, dan rata-rata tes ketepatan shooting sepakbola sebear 12,833, simpangan baku sebesar 4,857. Sedangkan untuk rata-rata retes power otot tungkai sebesar 1,728, simpangan baku sebesar 0,210, rata-rata retes kelincahan sebesar 10,902, simpangan baku sebesar 0,659, rata-rata retes koordinasi mata kaki sebesar 14,900, simpangan baku sebesar 1,689 dan rata-rata retes ketepatan shooting sepakbola sebesar 15,00, simpangan baku sebesar 4,549.

Untuk mengetahui keajegan alat ukur atau tes yang dipergunakan dalam penelitian ini, akan dan bahkan sangat perlu dilakukan uji reliabilitas tes dengan menggunakan metode tertentu yang disebut metode tes retes.

Adapun hasil dari uji reliabilitas tes tersebut, kemudian akan dikemukakan dalam Tabel 2, dan mengenai hasil dari koefisien reliabilitas yang telah diketahui

(39)

30

akan dikonsultasikan dengan Range Kategori dari Book Walter seperti tertera dalam Tabel 3 dibawahnya.

Tabel 2. Koefisien reliabilitas tes Power Otot Tungkai (X1), Kelincahan (X2), Koordinasi mata kaki(X3), dan Ketepatan Shooting (Y)

No Variabel N Mean SD R

Tes Retes tes retes

1. Power otot tungkai (X1) 30 1,683 1,728 0,201 0,211 0,987 2. Kelincahan (X2) 30 10,986 10,902 0,728 0,659 0,658 3. Koordinasi mata kaki (X3) 30 14,033 14,900 1,790 1,689 0,856 4. Ketepatan Shooting (Y) 30 12,833 15,00 4,857 4,549 0,819

Tabel 3. Range Kategori Book Walter

Kategori Reliabilitas Tinggi Sekali 0,90-1,00 Tinggi 0,80-0,89 Cukup 0,60-0,79 Kurang 0,40-0,59 Tidak Signifikan 0,00-0,39

Berdasarkan Range Kategori dari Book Walter yang tertera di atas, maka koefisien reliabilitas tes power otot tungkai sebesar 0,987 masuk kategori tinggi sekali, koefisien reliabilitas tes kelincahan sebesar 0,658 masuk kategori cukup, koefisien reliabilitas tes koordinasi mata kaki sebesar 0,856 masuk kategori tinggi, dan koefisien reliabilitas tes ketepatan shooting sepakbola sebesar 0,819 masuk kategori tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tes-tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, terpercaya keajegannya sehingga data yang terkumpul atau diperolek dari tes-tes yang telah dipergunakan tersebut dapat diolah atau dianalisis untuk keperluan pembuktian hipotesis penelitian yang telah dirumuskan oleh peneliti pada bab sebelumnya.

(40)

B. Uji Pra Syarat Analisis

a. Uji Normalitas

Hasil dari uji normalitas diperlihatkan pada Tabel 4 dibawah:

Tabel 4. Hasil uji normalitas data tes Power Otot Tungkai (X1), Kelincahan (X2), Koordinasi mata kaki(X3), dan Ketepatan Shooting (Y)

No Variabel N Mean SD Asymp

.Sig.

Alpha 5% 1. Power otot tungkai (X1) 30 1,683 0,201 0.665

0.05

2. Kelincahan (X2) 30 14,033 1,790 0.115

3. Koorninasi Mata Kaki (X3) 30 12,833 4,857 0.840 4. Ketepatan Shooting (Y) 30 10,986 0,728 0.74

Berdasarkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yang diperoleh setelah dibandingkan dengan alpha 0.05, ternyata nilai Asymp. Sig.(2-tailed) lebih besar (>) dari alpha 0.05. Sehingga dapat disimpulkan data power otot tungkai, kelincahan, koordinasi mata kaki dan ketepatan shooting sepakbola masuk dalam kategori distribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas antara masing-masing prediktor yaitu power otot tungkai (X1), kelincahan (X2), koordinasi mata kaki (X3), dengan kriterium yaitu ketepatan shooting sepakbola dilakukan dengan analisis tabel Anova. Adapun rangkuman hasil uji linieritas tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Rangkuman hasil uji linieritas

Variabel Signifikansi Alpha Kondisi Simpulan

X1Y 0,394 0,05 S>A Linier

X2Y 0,555 0,05 S>A Linier

(41)

32

Dari rangkuman hasil uji linieritas, dapat disimpulkan bahwa semua data yang terkumpul berbentuk linier, oleh karena hasil perhitungan Deviation from Linearity dari tabel Anova > dari harga Alpha 5% yang ditetapkan.

C. Hasil Analisis Data

1. Korelasi masing-masing variabel bebasdengan variabel terikat

Hasil analisis data penelitian dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut:

X – Y N rxy rtabel 5% Keterangan

X1 – Y 30 0,458 0,361 Signifikan

X2 – Y 30 0,413 0,361 Signifikan

X3 – Y 30 0,411 0,361 Signifikan

Berdasarkan hasil analisis data dalam Tabel 6 tersebut di atas, diketahui hasil koefisien korelasi antara power otot tungkai dengan ketepatan shooting sepakbola sebesar 0,458, koefisien korelasi antara kelincahan dengan ketepatan shooting sepakbola sebesar 0,413, dan koefisien korelasi antara koordinasi mata kakidengan ketepatan shooting sepakbola sebesar 0,411. Sedangkan angka batas penolakannya pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,361,sehingga semua variabel bebas ada hubungannya dengan variabel terikat.

2. Analisis regresi tiga prediktor

Untuk mengetahui korelasi antara 3 prediktor dengan 1 kriterium dengan menggunakan analisis regresi. Adapun persamaan garis regresinya berdasarkan analisis data adalah sebagai berikut :

Y = -6,98X1 – 2,885X2 –0,423X3 + 61,974

Hasil dari analisis regresi data penelitian dapat dilihat dari rangkuman Tabel 7 berikut:

(42)

Tabel 7. Hasil analisis regresi

Sumber Variasi SS Db MS F R(1,2,3)

Regresi 109.166 3 36,389 1,645 0,399

Residu 575.001 26 22,115

Total 684.167 29

D. Pembahasan Hasil Analisis Data 1. Korelasi variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y)

a. Korelasi variabel bebas (X1) dengan variabel terikat (Y)

Dalam hasil analisis data pada Tabel 6 diketahui bahwa koefisien korelasi (rxly) sebesar 0,458 ternyata lebih besar dengan harga r tabel 5% =

0,361, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima berarti ada hubungan antara power otot tungkai dengan ketepatan shooting sepakbola. b. Korelasi variabel bebas (X2) dengan variabel terikat (Y)

Dalam hasil analisis data pada Tabel 6 diketahui bahwa koefisien korelasi (rxly) sebesar 0,413 ternyata lebih besar dengan harga r tabel 5% =

0,361, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima berarti ada hubungan antara kelincahan dengan ketepatan shooting sepakbola.

c. Korelasi variabel bebas (X3) dengan variabel terikat (Y)

Dalam hasil analisis data pada Tabel 6 diketahui bahwa koefisien korelasi (rxly) sebesar 0,411 ternyata lebih besar dengan harga r tabel 5% =

0,361, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima berarti ada hubungan antara koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting sepakbola.

2. Analisis Regresi Tiga Prediktor

Berdasarkan hasil analisis data dalam Tabel 7, diketahui hasil analisis regresi tiga prediktor (Ry(123)) sebesar 0,399 dan F hitung sebesar 1,645. Sedangkan harga rtabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,372 dan harga F tabel 5% (3:26) sebesar 2,89. Dengan demikian harga R hitung > harga r tabel

(43)

34

dan harga F hitung > harga F tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga prediktor yaitu power otot tungkai, koordinasi mata kaki, dan kelincahan mempunyai hubungan yang meyakinkan dengan kriteriumnya, yaitu ketrampilan shooting sepakbola.

(44)

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka simpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara power otot tungkai dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2010, dengan rxy = 0,458> r t5% = 0,361.

2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kelincahan dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2015, dengan rxy = 0,413> rt5% = 0,361.

3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2015, dengan rxy = 0,411> rt5% = 0,361.

4. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara power otot tungkai, kelincahan, dan koordinasi mata kaki dengan ketepatan shooting sepak bola pada pemain usia 12-14 tahun SSB Matra Kebakkramat, Karanganyar Tahun 2015, dengan Ry(1,2,3) = 0,399> r t5% = 0,361 dan F hitung = 3,645 > F t5% =

2,89.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka sebagai konsekuensi logis atau implikasinya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa penguasaan teknik yang baik harus dilandasi oleh bekal kemampuan fisik yang baik pula.

2. Secara teoritis sebagai bahan pertimbangan kepada para guru pendidikan jasmani atau pembina dan pelatih sepak bola khususnya di dalam melatih ketepatan shooting dengan baik dan benar.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat langsung dipraktikkan di lapangan sebagai materi bahan pelajaran atau latihan.

(45)

30

C. Saran-saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi, maka peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi para peneliti yang tertarik pada cabang sepak bola, seyogyanya dapat lebih meningkatkan kualitas penelitiannya, misalnya dengan menambah variabel bebasnya.

2. Variabel terikatnya dicari yang bukan untuk pemula, sehingga hasil dari penelitian dapat dipergunakan untuk rujukan para pembina dan pelatih sepak bola.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

A. Hamidsyah Noer. 1995. Limit Kepelatihan Lanjut. Surakarta: UNS Press. Asepta Y.P. 2008. Sepak Bola: Sejarah, Teknik, Perawan. Surabaya: Intan

Cendekia.

Fleck, T. dan Quinn, R. 2008. Panduan Latihan Sepak Bola Andal. Jakarta: I'T SimdaKelapa Pustaka.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusumu.

Ismaryati. 2007. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Johnson, B.L. and Nelson, J.K. 1986. Practical Measurements for Evolution in Physical Education. New York : Macmillan Publishing Company.

M. Yunus. 1991/1992. Olahraga Pilihan Bola Voli. Jakarta: Dirjen Dikti. M. Yusuf, H., dan Aip, S. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar, Jakarta: Dirjen Dikti. Saifuddin Azwar. 1997. Reliabilitas dan Validitus. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjarwo. 1991. Ilmu Kepelatihan Dasar. Surakarla: UNS Press.

Sugiyanto. 1994. Belajar Gerak. Jakarta: KONI Pusat.

--- 1990. Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret Univcrssity Suharno HP 1995. Metodologi Pelatihan. Jakarta; PP. PBVSI.

--- 1992. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. --- 1993. Pedoman Penelitian Bola Voli, Yogyakarta: IKIP Yogyakarta --- 1985. Dasar Permainan Bola Voli Yogyakarta: IKIP Yogyakarta Suharsimi Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. ---1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Sutrisno Hadi. 1992. Statisiik 2. Yogyakarta: Andi Offset.

---.1985. Melodologi Research untuk Penelitian Paper, Skripsi, Thesis dan Disertasi Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM Yogyakarta.

(47)

32

Tes Power Otot Tungkai

(Ismaryati : 2007, 60-62)

a. Nama tes : Standing Broad or Long Jump

b. Tujuan : Mengukur power tungkai kearah depan c. Perlengkapan :

- Lantai yang datar dan rata - Meteran

- Isolasi atau bahan lain yang dapat digunakan untuk membuat garis batas. - Bendera kecil bertangkai atau bahan lain yang dapat digunakan untuk

membuat garis batas.

- Bendera kecil atau bahan lain yang dapat digunakan untuk memberi tanda hasil loncatan.

d. Pelaksanaan :

- Testi berdiri di belakang garis batas, kaki sejajar, lutut ditekuk, tangan di belakang badan.

- Ayun tangan dan melompat sejauh mungkin ke depan dan kemudian mendarat dengan dua kaki bersama-sama.

- Beri tanda bekas pendaratan dari bagian tubuh yang terdekat dengan garis start.

- Sebelum melakukan testi boleh mencoba sampai dapat melakukan gerak yang benar.

e. Penilaian:

- Hasil loncatan testi diukur dari bekas pendaratan badan atau anggota badan yang terdekat garis start sampai dengan garis start.

- Nilai yang diperoleh testi adalah jarak loncatan terjauh yang diperoleh dari tiga loncatan.

(48)

The Shuttle Run

(M. Yunus. 1991/1992 : 287)

Tujuan : Untuk mengukur kelincahan (Kecepatan dan perubahan arah) Perlengkapan : Setiap stasiun memerlukan dua buah balok (5 x 5 x 10 cm),

sebuah stop watch dan area lari 9 m2 (separo lapangan bola voli). Petugas : Seorang pencatat nilai dan seorang timer sekaligus sebagai

pengatur urutan

Pet Pelaks : Testi start dari posisi berdiri di belakang salah satu garis, dibelakang garis lainnya di letakkan dua buah balok kayu. Pada aba-aba “ya” testi lari ke arah balok dan mengambil satu balok, kemudian kembali ke tempat start dan balok itu di letakkan di luar garis (tidak boleh dilemparkan), kemdian lari kembali mengambil balok yang satu lagi dan balik lari secepat cepatnya melintasi garis start yang juga berfungsi sebagai garis finis. Keseluruhan jarak yang ditempuh adalah 36 m (4x9 m). setiap testi melakukan dua kali pelaksanaan dengan diberi istirahat antara dua pelaksanaan.

Skor : waktu yang terbaik dari dua kali pelaksanaan merupakan skor akhir dan waktu dicatat sampai sepersepuluh detik.

Reliabilitas : Tidak dilaporkan Obyektivitas : Tidak dilaporkan Validitas : Tidak dilaporkan.

(49)

34

Tes Koordinasi Mata Kaki

(Ismaryati, 2007 : 55 – 56)

a. Nama tes : Soccer Wall Volley Test

b. Tujuan : Mengukur koordinasi mata kaki c. Perlengkapan : Lapangan tes yang terdiri atas :

- Faerah sasaran dibuat dengan gari di dinding yang rata dengan ukuran panjang 2.44 m dan tinggi dari lantai 1.22 m.

- Daerah tendangan dibuat di depan daerah sasaran berbentuk segi empat dengan ukuran 3.65 m dan 4.23 m. daerah tendangan berjarak 1.83 m dari dinding daerah sasaran.

- Testi berdiri di daerah tendangan, siap menendang bola

- Dengan diberi aba-aba “ya”, testi mulai menendang bola sebanyak-banyaknya, boleh menggunakan kaki yang manapun. Sebelumnya menendang kembali, bola haris di blok atau dikontrol dengan kaki yang lain.

- Setiap menendang bola harus diawali dengan sikap menendang yang benar. - Testi melakukan 3 kali ulangan, masing-masing 20 detik

- Tidak boleh menghentikan atau mengontrol bola dengan tangan.

- Sebelum melakukan tes, testi boleh mencoba terlebih dahulu sampai merasa terbiasa.

d. Penilaian : Tiap tendangan yang mengenai sasaran memperoleh nilai 1. Untuk memperoleh 1 nilai

- Bola harus mengenai sasaran

- Bola harus dikontrol atau diblok dahulu sebelum ditendang kembali. - Pada waktu menendang atau mengontrol bola testi tidak boleh keluar dari

daerah tendangan.

- Bila tresti menghentikan atau mengontrol bola dengan tangan nilainya dikurangi 1.

- Nilai total yang diperoleh adalah jumlah nilai tendangan yang terbanyak dari ketiga ulangan yang dilakukan.

(50)

Tes Menembak/menendang Bola ke Sasaran (Shooting)

(Nurhasan, 2001 : 162 – 163)

a. Tujuan : Mengukur ketrampilan menembak bola yang cepat dan tepat ke arah sasaran gantung

b. Perlengkapan : 1). Bola 2). Stop watch 3). Gawang 4). Nomor-nomor 5). Tali

c. Pelaksanaan : 1) Testi berdiri di belakang bola yang diletakkan pada sebuah titik berjarak 16,5 m di depan gawang/sasaran.

2) Tidak ada aba-aba dari tester

3) Pada saat kaki testi mulai menendang bola, maka stop watch dijalankan dan berhenti saat bola mengenai sasaran

4) Testi diberi tiga kali kesempatan

GERAKAN TERSEBUT DINYATAKAN GAGAL BILA: 1) Bola keluar dari daerah sasaran

2) Menempatkan bola tidak pada jarak 16,5 m dari sasaran d. Penilaian : 1) Jumlah skor dan waktu yang ditempuh bola pada sasaran

dalam tiga kali kesempatan

2) Bila bola hasil tendangan mengenai tali atau garis pemisah skor pada sasaran maka diambil skor terbesar dari kedua sasaran tersebut

(51)

36

Uji Realibilitas tes Power Otot Tungkai, Kelincahan, Koordinasi Mata Kaki, dan Ketepatan Shooting

Correlations Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N POT 1.6830 .20050 30 POTR 1.7280 .21052 30 Correlations POT POTR

POT Pearson Correlation 1 .987**

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

POTR Pearson Correlation .987** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

POT : Tes Power Otot Tungkai POTR : Retes Power Otot Tungkai

Correlations Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N KLC 10.9857 .72838 30 KLCR 10.9017 .65854 30 Correlations KLC KLCR KLC Pearson Correlation 1 .658** Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 KLCR Pearson Correlation .658** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

KLC : Tes Kelincahan KLCR : Retes Kelicahan

(52)

Mean Std. Deviation N KMK 14.0333 1.79046 30 KMKR 14.9000 1.68870 30 Correlations KMK KMKR KMK Pearson Correlation 1 .856** Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 KMKR Pearson Correlation .856** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

PKN : Tes Persepsi Kinetik PKNR : Retes Persepsi Kinetik Correlations Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N KST 12.8333 4.85715 30 KSTR 15.0000 4.54859 30 Correlations KST KSTR KST Pearson Correlation 1 .819** Sig. (2-tailed) .000 N 30 30 KSTR Pearson Correlation .819** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Keterangan:

KST : Tes Ketepatan Shooting KSTR : Retes Ketepatan Shooting KESIMPULAN:

Koefisien Realibilitas tes POT= 0,987; tes KLC= 0,658; tes KMK= 0,856; dan tes KST= 0,819, Menurut Book Walter tes POT masuk kategori Tinggi Sekali, tes KMK & KST masuk kategori Tinggi, serta KLC masuk cukup.

Gambar

Tabel 1. Deskripsi data hasil tes dan Pengukuran Power Otot Tungkai (X1),  Kelincahan (X2), Koordinasi Mata Kaki (X3), dan Ketepatan Shooting (Y)
Tabel 2. Koefisien reliabilitas tes Power Otot Tungkai (X1), Kelincahan (X2),  Koordinasi mata kaki(X3), dan Ketepatan Shooting (Y)
Tabel 4. Hasil uji normalitas data tes Power Otot Tungkai (X1), Kelincahan  (X2), Koordinasi mata kaki(X3), dan Ketepatan Shooting (Y)
Tabel 7. Hasil analisis regresi

Referensi

Dokumen terkait

Penerimaan terhadap diri sendiri adalah dasar yang utama terhadap kemampuan membentuk intimacy dalam hubungan dengan orang lain, karena seseorang yang menerima diri sendiri

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kondisi kecemasan lansia secara keseluruhan berada pada katagori sedang, kondisi kecemasan lansia ditinjau dari respon fisiologis

Ketidaksesuaian yang terjadi pada hasil diagnosa dokter dan sistem disebabkan oleh perhitungan nilai CF suatu gejala dapat mempengaruhi lebih dari satu penyakit, yang

Penelitian Rahman subjeknya adalah kata-kata dari kaus souvenir khas Jember sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil dari percakapan anak Pendalungan di

Lepas dari khilaf dan segala kekurangan, penulis merasa sangat bersyukur telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perhitungan Harga Pokok Produksi Perusahaan Roti

Studio rekaman musik adalah tempat dimana para musisi dapat merekam karya musik dari bermacam-macam alat musik yang dipadukan menjadi satu kemudian diolah sehingga menjadi sebuah

hipotesis peneliti, dilakukan analisis statistik dengan analisis regresi. Cara pengambilannya menggunakan teknik random sampling, yaitu cara pengambilan/pemilihan