• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DENGAN UANG DI JORONG V SUNGAI JARIANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DENGAN UANG DI JORONG V SUNGAI JARIANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

73

1. Pelaksanaan Zakat Fitrah di Jorong V Sungai Jariang

Ulama adalah pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Dimana ulama di Jorong V Sungai Jaring membimbing umatnya tidak sesuai dalam membimbingnya dari segi keagamaannya, seperti dalam ibadahnya yaitu zakat fitrah, dalam pemberian zakat fitrah yang dilakukan oleh masyarakat dan yang dibina oleh ulama yaitu boleh dalam membayarkan zakat fitrah dengan uang.

Zakat fitrah dengan uang ini merupakan zakat yang dilakukan setiap bulan ramadhan akan habis dan waktunya sebelum ramadhan akan habis yang dilakukan masyarakat. Sebelum zakat fitrah ini dilaksanakan akan dibentuk panitia zakat fitrah dalam suatu musyawarah yang dilakukan oleh pengurus mesjid dan ulama setempat. Setelah panitia terbentuk maka akan diumumkan kepada masyarakat mengenai ukuran zakat fitrah yang akan dibayarkan dalam melaksanakan pembayaran zakat fitrah tersebut. Pengumuman tersebut juga bertujuan untuk agar masyarakat mengetahui berapa ukuran zakat fitrah yang akan dibayarkan dan juga waktu akan pembayaran zakat fitrah. Dalam hal ini panitia zakat fitrah memberikan ukuran zakat fitrah 3,1 liter/orang bahan makanan pokok dan adapun berasnya harga nya 18.000 maka pembayaran zakat fitrahnya seharga 30.000 per orang, dan kalau beras nya harga 21.000 maka zakat fitrah yang dibayarkan senilai 35.000 per orang, dan berasnya harga 24.000 maka zakat fitrah yang dibayarkan senilai 40.000 per orang,

(2)

sedangkan beras solok lain juga harga nya yang mana harga nya senilai 25.000 per orang.

2. Bentuk-bentuk Pemberian Zakat Fitrah di Jorong V Sungai Jaring Masyarakat di Jorong V Sungai Jariang menyerahkan zakat fitrah dengan beras, disamping itu ada juga yang menyerahkan dalam bentuk uang.

Penyaluran zakat fitrah yang dilaksanakan oleh masyarakat Jorong V Sungai Jariang berupa beras sebanyak 3,1 liter/orang atau dengan uang yang jumlahnya sama dengan harga beras 3,1 liter/orang beras. Waktu pembayaran zakat fitrah Di Jorong V Sungai Jariang adalah seminggu sebelum datangnya Hari Raya Idul Fitri dan berakhirnya pembayaran zakat fitrah sebelum dimulainya Shalat Hari Raya Idul Fitri.

Di Jorong V Sungai Jariang, pada umumnya masyarakat membayarkan zakat fitrah dengan uang. Pembayaran zakat fitrah dengan uang yang dilakukan oleh masyarakat Jorong V Sungai Jariang, dengan cara menyerahkan zakat fitrah kepada panitia zakat fitrah atau pengurus mesjid yang ditunjuk sebagai pengumpulan zakat fitrah dan ada juga menyerahkan kepada masyarakat yang dianggap tidak mampu. Dengan kata lain, zakat tersebut langsung diterima oleh masyarakat yang dianggap tidak mampu tersebut, tanpa perantara amil zakat atau panitia zakat yang ada di Jorong tersebut. Mereka membayar zakat fitrah kepada masyarakat yang dianggap tidak mampu tanpa sepengetahuan dari amil zakat.

Masyarakat Jorong V Sungai Jariang pada umumnya menyerahkan zakat fitrah dengan uang dan hanya sedikit yang menyerahkan zakat fitrah dengan beras. Seperti yang diungkapkan oleh ibu asni, saya membayar zakat fitrah selalu dengan uang, tapi kadang-kadang ada juga saya dengan beras, apabila saya mempunyai beras (Asni 2016). Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu bone: “kalau saya membayarkan zakat fitrah yang diserahkan baik kepada panitia zakat maupun kepada

(3)

masyarakat yang tidak mampu saya membayarkannya dengan uang, dan jarang sekali saya membayarkan dengan beras. Karena dengan uang lebih bermanfaat bagi mustahik dan juga lebih mudah (Boneh 2016)”.

Dalam membayar zakat, ibu rani selalu memberikan zakat fitrah dalam bentuk uang. Ia mengatakan bahwa membayar zakat fitrah dengan uang lebih mudah, praktis, dan bermanfaat bagi mustahik zakat. Saya menyerahkan zakat fitrah kadang-kadang melalui panitia zakat dan ada juga langsung kepada orang-orang yang termasuk golongan miskin (Rani 2016).

Masyarakat lain yang juga menyerahkan zakat fitrah secara langsung dalam bentuk uang adalah ibu wati. Ibu wati mengatakan kalau ia selalu membayar zakat fitrah dengan uang karena mustahik zakat bisa mencukupi kebutuhannya dan mereka tidak hanya makan saja. Mereka membutuhkan kebutuhan lainnya seperti pakaian dan lain-lain. Menurut ibu wati zakat fitrah tidak harus dengan makanan pokok saja dan juga bisa dalam bentuk uang (Wati 2016).

Hal yang sama juga dilakukan oleh ibu tinik, ia juga memberikan zakat fitrah berupa uang setiap bulan Ramadhan. Ia mengatakan kalau dengan uang lebih bermanfaat dan dapat dibutuhkan oleh mustahik (Tinik 2016).

Di kalangan masyarakat Jorong V Sungai Jariang terdapat perbedaan pendapat tentang hukum memberikan zakat fitrah dengan uang. Menurut bapak parpatiah selaku imam di Jorong V Sungai jariang, tidak masalah memberikan zakat fitrah dengan uang karena dengan uang lebih bermanfaat bagi mustahik. Kalau dilihat juga perkembangan zaman sekarang ini sudah modern, mereka lebih membutuhkan uang daripada makanan pokok (Parpatiah 2016). Tetapi alangkah lebih baik membayar zakat fitrah dengan beras (makanan pokok) daripada uang. Karena pada zaman Rasulullah SAW mereka membayar zakat fitrah dengan makanan pokok atau beras di tempat kita. Padahal pada masa itu sudah ada juga

(4)

uang atau dirham, akan tetapi mereka membayarnya dengan makanan pokok karena mereka mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan mereka tidak mau melanggar yang telah ditetapkan tersebut.

Mengenai pelaksanaan zakat fitrah ini masyarakat akan membayar zakat fitrah dalam dua bentuk:

2.1 Dalam bentuk beras (bahan makanan pokok)

Zakat fitrah dengan beras atau bahan makanan pokok yang membayarnya tidak mencapai 50% yaitu 30 kepala keluarga yang mana dapat dilihat oleh salah satu masyarakat yang memberikan zakat fitrah dengan beras yang di ungkapkan oleh ibu er mengatakan bahwa saya membayar zakat fitrah dengan beras, karena saya tahu tentang keagamaan. Maka saya membayarnya dengan beras, dimana pada masa Rasulullah SAW pun membayarnya dengan makanan pokok (Er 2016)

Bapak bujang juga mengatakan bahwa zakat fitrah yang diberikan tanda telah melaksanakan puasa ramadhan dan merupakan makanan yang dimakan kembali di akhirat nanti (Bujang 2016).

Dan begitu juga yang dikatakan oleh bapak syaifullah bahwa zakat itu adalah zakat sebagai bukti telah melaksanakan puasa satu bulan penuh dan juga zakat fitrah itu merupakan sebagai penyempurna Ibadah puasa dan merupakan sesuatu yang akan dimakan kembali di akhirat nanti (Syaifullah 2016).

Adapun ulama juga mengatakan bahwa zakat fitrah itu merupakan zakat yang wajib dibayarkan oleh setiap muslim. Yang mana zakat ini mempunyai dua bentuk yaitu zakat fitrah dengan beras atau bahan makanan pokok dan juga dengan uang.Alasan kami boleh membayar zakat fitrah dengan beras dan uang, apabila muzakki tidak mempunyai uang maka boleh membayar zakat fitrah dengan beras atau bahan makanan pokok dan juga sebaliknya.Akan tetapi dilihat dalam perkembangan zaman sekarang ini banyak yang membutuhkan

(5)

uang ketimbang bahan makanan pokok.Karena masyarakat sudah banyak juga yang mempunyai sawah atau bertani (Zuharman 2016). 2.2 Dalam bentuk uang

Zakat fitrah dengan uang ini hampir mencapai 100% yang membayarnya, karena ulama menganggap bahwa membayar zakat fitrah dengan uang lebih mudah, praktis dan bermanfaat.

Alasan mereka bahwa di antara tujuan diwajibkannya zakat fitrah ialah guna memenuhi kebutuhan fakir miskin, padahal mereka bukan hanya butuh makanan.Tetapi juga butuh yang lainnya apalagi di daerah-daerah yang tingkat kemiskinannya tidak terlalu parah, sehingga untuk kebutuhan makanan, mereka dapat memenuhinya sendiri.Dengan demikian kurang bermakna bila kita memberi mereka bahan makanan.

Mengingat hakikat zakat fitrah adalah untuk membahagiakan fakir miskin agar dapat bersama-sama dengan si kaya berlebaran, sementara kebutuhan lebaran bukan hanya beras.Jika dibayarkan dengan uang lebih leluasa (multifungsi) digunakan, misalnya untuk membeli pakaian dan perlengkapan ibadah.Bahkan, ada yang menggunakan untuk transportasi dalam bersilaturrahmi.

Menjual beras untuk mendapatkan uang bukanlah persoalan mudah, apalagi kalau kualitas beras yang diterima tergolong rendah, ditambah lagi waktu yang mendesak, susah menjualnya. Kalaupun ada yang membeli, tentu harganya lebih murah dibandingkan dengan harga normal.Mengharapkan uang dari sedekah belum tentu dapat karena orang yang bersadaqah sangatlah terbatas jumlahnya.

Proses pelaksanaan zakat fitrah dengan uang lebih praktis, baik dari segi pembayaran, penerimaan, maupun pendistribusiannya. Lebih ringan dibawa dan tidak memakan banyak tempat untuk penyimpanannya.Uang juga lebih mudah didistribusikan bahkan untuk jarak jauh (kasus bila ada daerah kaya yang ingin

(6)

mendistribusikan ke daerah miskin).Bandingkan dengan beras, pendistribusiannya membutuhkan lebih banyak tenaga.

Oleh karena itu, alangkah bijaksananya bila panitia zakat fitrah (Amil) memberi kebebasan kepada masyarakat sesuai keyakinan masing-masing.Dengan demikian, ada masyarakat yang membayar zakat fitrah dengan beras dan ada pula yang membayar dengan uang.

Masyarakat yang membayarkan zakat fitrah dengan uang, masyarakat hanya mengikuti saja apa yang telah disampaikan atau diumumkan oleh panitia zakat fitrah tersebut. Sehingga mereka hanya membayar zakat fitrah dengan uang teersebut.Masyarakat tidak tahu bagaimana hukum membayar zakat fitrah dengan uang tersebut dan masyarakat hanya tahu membayarnya saja, karena zakat itu wajib.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat setempat yaitu:

Ibu erni mengatakan bahwa “saya membayar zakat fitrah hanya mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh panitia zakat fitrah, karena saya tidak tahu dengan ilmu agama sehingga saya hanya mengikuti saja.Saya membayar zakat fitrah kadang-kadang ada dengan beras dan ada juga dengan uang.Saya membayar zakat fitrah dengan beras ketika saya ada punya beras, kalau saya tidak mempunyai beras maka saya membayar zakat fitrahnya dengan uang, dengan uang ini juga sudah ditetapkan oleh panitia zakat fitrah dan juga dibolehkan (Erni 2016).

Ibu witri juga mengatakan bahwa zakat fitrah dengan uang lebih mudah, praktis dan bermanfaat.Mereka yang menerima zakat fitrah dengan uang tersebut lebih banyak berfungsi dan bisa digunakan untuk membeli pakaian, dan perlengkapan lainnya (Witri 2016).

Begitu juga dengan yang dikatakan oleh bapak nedi bahwa dalam pembayaran zakat fitrah denga uang, apabila dikaji-kaji sah

(7)

tidak sahnya dalam pembayaran zakat fitrah dengan uang.Akan tetapi sekarang sudah zaman modern bukan masa dahulu kala juga, lebih baik di zaman sekarang ini membayar zakat fitrah dengan uang ini dari pada dengan beras ditempat saya berada.Karena sekarang ini lebih banyak orang yang membutuhkan uang dari pada beras. Kalau banyak orang yang membayarnya dengan beras, bagaimana mereka akan membeli kebutuhan yang lainnya. Sehingga saya lebih dominan membayar zakat fitrah dengan uang yang dijelaskan oleh imam abu hanifah dibandingkan dengan beras atau makanan pokok yang dijelaskan oleh Imam Syafi’i.karena kita mengikuti perkembangan zaman (Nedi 2016).

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa ulama menganggap mudah dan praktis, dan bermanfaat saja, tidak melihat akan membawa dampak negatif dan sangat merugikan muzakki ataupun mustahik. Sehingga masyarakat hanya mengikuti apa yang telah ditetapkan ulama dan pengurus mesjid dalam pembayaran zakat fitrah tersebut.

Mengeluarkan zakat fitrah dengan uang memang terdapat maslahah yaitu adanya manfaat dan kemudahan.Akan tetapi ada mudharat yang ditimbulkan yaitu naik turunnya harga nilai dari uang tunai tersebut dan sangat merugikan bagi mustahik dan muzakki.Berdasarkan hal ini menghindari madzarat mafsadah tentu lebih diuamakan dari pada mengambil manfaat.

Semuanya yang dibuat manusia dapat menjawab segala keinginan yang dibutuhkan namun di lain sisi memberikan suatu pekerjaan yang harus dibenahi atau dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan.

Oleh karena itu, membayar zakat fitrah dengan uang berarti menyelisihi ajaran Allah dan Rasul-Nya sebagaimana telah diketahui

(8)

bersama, menunaikan ibadah yang tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya adalah ibadah yang tertolak.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Membayar Zakat Fitrah dengan Uang

3.1 Tingkat Kepercayan

Masyarakat di Jorong V Sungai Jaring memang mengerti dan paham dalam pelaksanaan dan tata cara pelaksanaan zakat. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masyarakat di Jorong tersebut hanya mengikuti apa yang diperintahkan oleh ulama di kampung tersebut. Sehingga mereka dalam menentukan bentuk pembayaran zakat fitrah membagi menjadi dua bentuk yaitu berupa beras dan uang. Kepercayaan yang mereka ikuti yaitu ulama Syafi’i, padahal Syafi’i tidak membolehkan zakat fitrah dengan uang. Karena setiap harga beras akan berbeda-beda nilainya.

Berikut hasil wawancara dengan bapak Dasri”kami hanyo menuruti ketentuan mambayia zakat fitrah apo yang lah ditantuan oleh ulama di kampung tersebut dan mentaati peraturan yang alah diperintahkan oleh ulama tersebut, lagian pulo kami banyak pulo nan menghasilkan pitih, jadi kami labiah ancak mambayia jo pitih lai daripado bareh ndak payah-payah lo kami mancari bareh dulu do dan pitih tu pulo dapek lo bamanfaat untuak si penerima zakat tu(Dasri 2016).

Maksud yang disampaikan bapak dasri diatas adalah bahwa masyarakat dikampung mereka hanyalah mengikuti yang diperintahkan oleh ulama dikampung tersebut, dan masyarakat juga banyak yang mnghasilkan uang dari pada beras, jadi tidak susah juga mencari beras dulu dan uang pun juga dapat bermanfaat bagi si penerima zakat.

(9)

3.2 Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi di Jorong V Sungai Jariang sebagian hidup dalam lapangan pertanian selain itu mayoritas masyarakat jorong V sungai jariang juga bekerja sebagai wiraswata, pegawai negeri sipil, buruh dan Pedagang.Masyarakat di jorong tersebut banyak menghasilkan uang daripada makanan pokok atau beras.Oleh sebab itu masyarakat lebih dominan membayar zakat fitrah dengan uang. Berikut hasil wawancara dengan bapak Kusnandar:” kami membolehkan membayar zakat fitrah jo pitih ko, supayo mudah, praktis, dan bermanfaat pulo untuk urang yang manarimo zakat tu. Apolagi ekonomi urang disiko labiah banyak menghasilkan pitih (Kusnandar 2016). Maksudnya mereka membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang, agar mudah, praktis, dan bermanfaat bagi si penerima zakat fitrah. Apalagi ekonomi di Jorong tersebut lebih banyak yang menghasilkan uang.

3.3 Kurangnya pengetahuan

Rata-rata masyarakat itu pemikirannya masih mengikuti tradisi turun menurun sehingga sangat sulit merubah pola pikir masyarakat, hal ini terlihat dari kebiasaan yang masih tetap dipraktekkan tanpa memperhatikan bagaimana seharusnya menurut hukum Islam.

Agama yang merupakan salah satu jalan petunjuk yang akan mengarahkan manusia ke jalan yang lebih baik, sehingga dapat hidup dengan syari’at Islam. Dan beberapa keterangan yang diperoleh dari masyarakat yang bernama nazir mengatakan bahwa masih banyak dari masyarakat itu yang tidak tamat SD, dan bahkan masih ada yang belum bisa membaca. Dan dia juga mengatakan bahwa mereka jarang sekali mengikuti pengajian atau wirid yang menjelaskan tentang muamalah sehingga kurang mengetahui bagaimana praktek zakat fitrah yang dibolehkan dalam ajaran Islam dan mana praktek zakat

(10)

fitrah yang dilarang oleh agamaislam. Masyarakat melakukan praktek muamalah dengan jalan sendiri tanpa adanya aturan yang menuntun yang penting bagi mereka adalah bisa bertahan hidup. Sedangkan nilai-nilai agama dalam setiap sendi kehidupan masyarakat kurang teraplikasikan.

Berikut hasil wawancara dengan bapak Nazir” kami hanya sekedar tahu dengan ulama apa yang kami ikuti, akan tetapi kami tidak tahu dalam bentuk pembayaran zakat fitrah yang di lakukan oleh mazhab tersebut (Nazir 2016).

Selain itu ada juga bapak Alif mengatakan bahwa ia tidak pernah membayar zakat fitrah dengan beras dan ia pun juga tidak mengetahui bahwa membayar zakat fitrah dengan uang ini tidak boleh atau belum dijelaskan dengan sahih dalam Al-Quran dan hadist Nabi SAW (Alif 2016).

Begitu juga hal yang sama dikatakan oleh bapak dedi bahwa ia hanya mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh ulama di Jorong tersebut, yang ia tahu selama ini membayar zakat fitrah dengan uang ini boleh dilakukan dan juga dapat memudahkan mustahiq zakat, uang pun dapat juga digunakan bagi mereka (Dedi 2016).

3.4 Faktor pengalaman

Pengalaman merupakan suatu hal yang sangat penting di tengah masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, tanpa pengalaman maka suatu masyarakat akan lambat perkembangannya. Bahkan bisa mengalami kemunduran. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaan. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek.

(11)

Berikut hasil wawancara dengan bapak abu zakir “ saya rasa di tengah-tengah masyarakat sekarang ini dalam membayar zakat fitrah boleh dengan uang, karena uang dapat di simpan tahan lama dan merupakan kebutuhan yang dapat dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri (abu zakir 2016).

4. Respon Ulama terhadap Praktek Pembayaran Zakat Fitrah dengan Uang

Dikalangan masyarakat sekarang ini pada saat pembayaran zakat fitrah di akhir ramadhan, banyak yang membayar dengan uang dengan harga beras yang mereka makan sehari-hari. Hal ini di dukung oleh beberapa pihak yang mengeluarkan fatwa yang demikian. Namun sebagian kalangan tetap mempertahankan zakat fitrah dengan beras.

Pada mulanya di Jorong V Sungai Jariang ini beras (kebutuhan pokok) waktu itu sangat susah. Jadi, terpikirlah oleh kami (ulama) untuk menentukan pembayaran zakat fitrah dengan uang dan kami diskusikan dengan cara berkelompok. Kemudian ulama lainnya menyetujui untuk melakukan pembayaran zakat fitrah dengan uang,dengan alasan bahwa dapat bermanfaat bagi si penerima zakat (mustahiq) dan juga dapat memudahkan si pemberi zakat (muzakki) dalam pembayaran zakat fitrah (ismail, 2016)

Sampai saat sekarang ini masyarakat masih melakukan pembayaran zakat fitrah dengan uang tersebut. Karena masyarakat itu lebih banyak menghasilkan uang dari pada beras (kebutuhan pokok) dan itu pun sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat di Jorong tersebut. Demikian dijelaskan oleh bapak syaf mengatakan bahwa menurut bapak karena kondisi masyarakat di Jorong V Sungai Jariang tersebut banyak yang bekerja sebagai wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil, buruh, dan pedagang yang penghasilan mereka berupa uang, sehingga mereka membayar zakat fitrah dengan uang yang mereka dapatkan tanpa harus

(12)

menukarnya terlebih dahulu dan itu pun sudah menjadi kebiasaan (syaf 2016).

Kebiasaan bukanlah menjadi sumber hukum agama, akan tetapi kebiasaan itu bersumber dari tingkah laku manusia sehari-hari yaitu secara garis tingkah laku yang tetap dilakukan secara berulang-ulang dalam masyarakat dan tidak dapat dijadikan pedoman agama, karena kebiasaan itu bersumber dari akal (logika) manusia.

Selain itu ada juga bapak mudo mengatakan bahwa dalam pmbayaran zakat fitrah dengan uang, ia membolehkan karena si penerima zakat zakat fitrah lebih membutuhkan uang untuk mencukupi kebutuhan mereka sewaktu hari raya dari pada beras (mudo 2016). Masyarakat lebih membutuhkan uang diwaktu hari raya itu, mereka untuk membeli pakaian dan untuk membuat kue hari raya. Ajaran-ajaran agama atau kepercayaan yang pengikut-pengikutnya ditaati dan dianggap sebagai perintah tuhan. Orang yang taat pada agamanya tidak mudah berbuat sesuatu dan melanggar larangan agama dan kepercayaannya.

Mengenai ulama atau tokoh masyarakat yang ada di jorong v sungai jariang mereka tidak menegur atau melarang tradisi (kebiasaan) masyarakat tersebut karena mereka beranggapan selama mereka lakukan itu tidak bertentangan atau menghalalkan yang haram, dan mengerjakan yang dilarang allah maka perbuatan itu boleh-boleh saja, termasuk zakat fitrah dengan uang, mereka merasa bahwa membayar zakat fitrah itu sah saja.

.

5. Profesi Mempengaruhi Cara Bayar Zakat Fitrah dengan Uang di Jorong V Sungai Jariang Kenagarian Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam

Seiring perkembangan zaman banyak faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam masyarakat diantaranya, faktor genetik (endogen) merupakan keturunan konsepsi atau modal untuk kelanjutan

(13)

perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Didalamnya terdapat ras yang mana setiap ras didunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan yang lainnya. Adanya sifat kepribadian didalam faktor genetik (endogen), yang berarti perilaku individu adalah manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya sebagai perpaduan antar faktor genetik dan lingkungan.

Selanjutnya faktor di luar individu (eksogen) diantaranya faktor lingkungan, pendidikan, agama, kebudayaan dan sosial ekonomi. Seperti itulah yang terjadi fenomena di Jorong V Sungai Jariang, yang melatarbelakanginya adalah tentang social ekonomi. Social ekonomi dilingkungan social dapat menyangkut social budaya dan social ekonomi. Khusus menyangkut lingkungan ekonomi contohnya saja keluarga yang status ekonominya berkecukupan akan mampu menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya keluarga yang sosial ekonominya rendah akan mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Zakat fitrah di Jorong V Sungai Jariang masyarakat melakukan pembayaran zakat fitrah dengan cara, memberikan uang kepada yang berhak menerimanya. Cara yang dilakukan seperti itu lebih efektif ketimbang dengan cara beras ditukar dengan beras, disebabkan masyarakat lebih mementingkan uang.

Masyarakat di Jorong V Sungai Jariang dapat dikatakan dalam ilmu pengetahuan agamanya bersifat umum lebih mengetahui tentang agama. Hal ini dibuktikan dari perbuatannya dalam menggunakan pembayaran zakat fitrah dengan uang tersebut. Sebagian masyarakat yang tidak mengetahui bahwa membayar zakat fitrah dengan uang ini belum ada ketentuan yang sah dalam agama tetapi tetap saja dilakukannya. Demi untuk kepentingan dunia mereka melakukan hal tersebut, tanpa memikirkan akhirat dari perbuatan tersebut.

(14)

Uang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, tanpa uang kehidupan masyarakat dalam kegiatan sehari-hari tidaklah berjalan lancar. Oleh sebab itu, uang sangat berguna bagi orang yang berhak menerima zakat (mustahiq). Apalagi waktu hari raya mereka pasti membutuhkan keperluan hari raya, seperti pangan dan sandang.

Dalam pembayaran zakat fitrah, masyarakat di Jorong V Sungai Jariang sudah mengetahui ketentuan zakat fitrah. Akan tetapi masyarakat di Jorong V Sungai Jariang “lai yakin, tapi picayo indak”. Maksud dari lai yakin adalah mengetahui bahwa zakat fitrah itu wajib bagi setiap muslim yang dibayarkan bulan ramadhan. Tapi picayo indak itu maksudnya masyarakat tidak mengerjakan terhadap ktidaktahuannya dalam kewajiban membayar zakat fitrah yang sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku. Pelaksanaan zakat fitrah seperti ini juga dipengaruhi oleh budaya dan adat masyarakat setempat, sehingga pelaksanaan zakat fitrahnya tidak efektif.

Suatu hukum akan berjalan apabila masyarakat hukum itu sendiri meningkatkan kesadaran hukumnya sendiri. Apabila rendah kesadaran hukum maka akan sering terjadi pelanggaran dalam hukum itu sendri. Sedangkan apabila tinggi kesadaran hukum seseorang, maka akan semakin tinggi kekuatan hukumnya.

Dalam permasalahan diatas masyarakat harus mempunyai sikap kesadaran hukum karena, kesadaran hukum itu tidak lain dari pada suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia untuk selalu patuh dan taat pada hukum yang telah di atur oleh Negara itu sendiri dan apabila seseorang itu melanggar suatu hukum maka akan diberi sanksi yang tegas. Yang terjadi dalam masyarakat Jorong V Sungai Jariang bagaimana masyarakat sadar dengan hukum, padahal ketetapan untuk membayar zakat fitrah tidak efektif.

Profesi menjadi sarana untuk pembayaran dalam zakat fitrah dengan uang, profesi juga terjadi seiring dengan meningkatnya

(15)

ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap pengulangan yang sangat cepat dari hal-hal-hal yang lama atau pencairan terhadap yang baru dan pengalaman yang baru. Profesi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ulama dalam menentukan pembayaran zakat fitrah, sehingga ulama menetapkan dengan uang.

Pada umumnya masyarakat berprofesi sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) yang banyak menghasilkan uang, sehingga mereka lebih efektif membayar zakat fitrah dengan uang ketimbang beras. Karena tidak memungkinkan mereka akan menukar uang dengan beras. Akan tetapi mereka tetap membayar zakat fitrah dengan uang. Karena yang menerima (mustahiq) bermanfaat lebih cenderung dengan uang dan dapat dibutuhkan bagi kehidupan mereka sehari-hari dan juga bisa mereka membeli apa yang mereka inginkan.

Pada dasarnya masyarakat sudah patuh terhadap hukum, apalagi dengan hukum adat yang telah berlaku di Jorong V Sungai Jariang. Disebabkan masyarakat lebih dominan patuh pada hukum adat, maka masyarakat membayar zakatnya dengan cara adat istiadat setempat.

Setiap manusia pasti mengalami perubahan tingkah laku selama masa perkembangannya. Perubahan tingkah laku yang menurut setiap individu mampu memberikan kenyamanan pada setiap tempat dimana individu berada. Perubahan tingkah laku selama usia individu bertambah maka perubahan itu akan semakin terorganisir, hirarkis, realities, dan efektif.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah pembayaran zakat fitrah dengan uang yang terjadi di Jorong V Sungai Jariang Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Adapun yang menjadi landasan dalam menganalisis permasalahan tentang pembayaran zakat fitrah dengan uang, apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak diperbolehkan dalam membayar zakat fitrah. Tetapi faktanya dari hasil penelitian, ulama dan masyarakat di Jorong V Sungai Jariang dalam membayar zakat fitrah

(16)

mereka di setiap bulan Ramadhan tidak efektif dengan apa yang mereka ketahui tentang membayar zakat fitrah yang lebih baik. Seperti dalam membayar zakat fitrah dengan uang, mereka lebih mempertimbangkan manfaatnya daripada mudharatnya.

Dilihat dari pandangan ulama yang membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang, beralasan bahwa dengan memberikan zakat fitrah dengan uang mereka menganggap bahwa lebih mudah, praktis dan bermanfaat. karena terkadang si fakir membutuhkan bukan hanya sekedar makanan saja. Kadang dia lebih membutuhkan untuk membeli yang lainnya, seperti pakaian, buah-buahan dan yang lainnya. Jadi menurut beliau uang lebih baik dari pada makanan.

Diihat dari pandangan ulama yang tidak membolehkan beliau mengatakan bahwa Mengeluarkan zakat fitrah dengan uang memang terdapat maslahah yaitu adanya manfaat dan kemudahan. Akan tetapi ada mudharat yang ditimbulkan yaitu naik turunnya harga nilai dari uang tunai tersebut yang akan membawa dampak negatif dan sangat merugikan baik bagi muzakki maupun mustahik. Berdasarkan hal ini menghindari madzarat mafsadah tentu lebih diutamakan dari pada mengambil manfaat. maslahat sesuai dengan kaidah fiqhiyyah yang berbunyi:

ةحلصملا بلج ىلع مدقم ةدسفمل ءرد

Artinya: Menolak kerusakan lebih diutamakan ketimbang mengambil

kemaslahatan (Djazuli 2011, 55).

Harta yang ada ditangan manusia semuanya adalah harta Allah. Posisi manusia hanyalah sebagaimana wakil. Sementara wakil tidak berhak untuk bertindak diluar yang diperintahkan. Jika Allah memerintahkan manusia untuk memberikan makanan kepada fakir miskin, namun kita selaku wakil justru memberikan selainmakanan, maka sikap ini termasuk di antara bentuk pelanggaranyang layak untuk mendapatkan hukuman. Mengenal masalah ibadah, termasuk zakat,

(17)

selayaknya kita kembalikan sepenuhnya kepada aturan Allah. Jangan sekali-sekali melibatkan campur tangan akal dalam masalah ibadah. Karena kewajiban kita adalah taat sepenuhnya.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas yaitu Mata Kuliah Kewirausahaan (X) terhadap variabel terikat (Y) yaitu

digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long passing). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki dalah sebagai berikut: posisi badan berada dibelakang bola

SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN KLINIK Dibutuhkan perubahan beberapa regulasi terkait lainnya agar implementasi Perubahan PMK

menetapkan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak Pada Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak,

Dalam domain teknik penangkapan ikan terdapat beberapa indikator, antara lain: (1) metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau illegal, (2) modifikasi alat

Dari tabel 6, didapatkan bahwa nilai motilitas yang merupakan akumulasi dari persentase motilitas cepat lurus dan motilitas lambat lurus/tidak lurus, pada hasil pemeriksaan

Untuk mengetahui penerapan tipu muslihat yang dilakukan oleh para Pihak yang bersengketa dalam forum Arbitrase sebagai alasan permohonan Pembatalan Putusan Arbitrase dan