• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN PENGELOLAAN PERIKANAN BERDASARKAN INDIKATOR TEKNIK PENANGKAPAN IKAN DAN KELEMBAGAAN ECOSYSTEM APPROACH FOR FISHERIES MANAGEMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN PENGELOLAAN PERIKANAN BERDASARKAN INDIKATOR TEKNIK PENANGKAPAN IKAN DAN KELEMBAGAAN ECOSYSTEM APPROACH FOR FISHERIES MANAGEMENT"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN PENGELOLAAN PERIKANAN BERDASARKAN

INDIKATOR TEKNIK PENANGKAPAN IKAN DAN

KELEMBAGAAN

ECOSYSTEM APPROACH FOR FISHERIES

MANAGEMENT

EMAN SAMUEL MONINTJA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penilaian Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Indikator Teknik Penangkapan Ikan dan Kelembagaan Ecosystem Approach for Fisheries Management adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2016 Eman Samuel Monintja NIM C44110072

(4)

ABSTRAK

EMAN SAMUEL MONINTJA. Penilaian Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Indikator Teknik Penangkapan Ikan dan Kelembagaan Ecosystem Approach for

Fisheries Management. Dibimbing oleh DARMAWAN dan TRI WIJI NURANI.

EAFM atau Ecosystem Approach for Fisheries Management adalah sebuah konsep bagaimana menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan perikanan dengan tetap mempertimbangkan pengetahuan, informasi dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik dan interaksi manusia dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan. Dalam pengelolaan perikanan berbasis ekosistem di Indonesia terbagi menjadi 6 domain, yaitu sumberdaya ikan, habitat dan ekosistem, teknik penangkapan ikan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai skor indikator teknik penangkapan ikan dan kelembagaan EAFM di PPN Pengambengan. Penilaian pengelolaan perikanan pada penelitian ini menggunakan metode yang dikeluarkan oleh National Working

Group EAFM, DIT SDI KKP. Dalam berbagai metode tersebut data yang diambil

berupa data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan menggunakan skoring Likert yang berbasis ordinal dengan penilaian skoring 1, 2 dan 3. Semakin besar nilainya maka semakin bagus pula EAFM yang telah dijalankan. Pada domain teknik penangkapan ikan terdapat mayoritas yang mendapatkan skor 3 dan dapat dikategorikan baik sekali dalam menjalankan EAFM. Pada domain kelembagaan terdapat mayoritas skor 3 dan dapat dikategorikan baik dalam menjalankan EAFM

Kata kunci: EAFM, kelembagaan, PPN Pengambengan, likert, teknik penangkapan ikan

ABSTRACT

EMAN SAMUEL MONINTJA. Fisheries Management Scoring Based On Fishing Techniques and Institution Indicator (Ecosystem Approach for Fisheries

Management) (Case study PPN Pengambengan Bali). Supervised by

DARMAWAN and TRI WIJI NURANI.

EAFM (Ecosystem Approach for Fisheries Management) is a concept of how to make a balance between social economical goal in fisheries management and considering to science, information and the uncertainty about biotic, abiotic component and human interaction in an aquatic ecosystem through a fisheries management that is integrated, comprehensive and sustainable. EAFM in Indonesia is divided into sixth domain, namely fish resources, ecosystem and habitat, fishing techniques, social, economy, and institutional. This research aims to provide a fishing techniques and institutional EAFM indicator scores in PPN Pengambengan. In this research, the assessment of fisheries management using a method based on National Working Group EAFM, DIT SDI KKP. In this methods of the data using primary and secondary data. Data analysis was used a Likert scoring analysis data based on ordinal number scores 1,2,3. The larger te score,

(5)

the better EAFM that have been applied on PPN Pengambengan. The majority score of fishing techniques domain was 3 and can be categorized very well for running EAFM. The majority score of institutional domain was 3 and can be categorized well for running EAFM.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PENILAIAN PENGELOLAAN PERIKANAN BERDASARKAN

INDIKATOR TEKNIK PENANGKAPAN IKAN DAN

KELEMBAGAAN

ECOSYSTEM APPROACH FOR FISHERIES

MANAGEMENT

EMAN SAMUEL MONINTJA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nyalah sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi dari penulis, yakni “Penilaian Pengelolaan Perikanan Berdasarkan Indikator Teknologi Penangkapan Ikan dan Kelembagaan Ecosystem Approach for Fisheries Management.

Penulis mengucapkan terima kasih pada Dr Ir Darmawan, MAMA sebagai pembimbing 1 dan Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi sebagai pembimbing 2 atas pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis serta terima kasih juga penulis ucapkan pada Dr Ir Diniah, MSi sebagai dosen penguji dan Dr Iin Solihin SPi, MSi sebagai Ketua Komisi Pendidikan Departemen PSP yang juga sebagai pembimbing akademik penulis.

Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Husin Samsudin (Ayah), Ibu Indira Goldameir Lucia Monintja (Ibu), Bapak Prof Dr Ir Daniel Rudolf Octavianus Monintja, Bapak Prof Dr Ir John Haluan MSc, Dr Ir Sugeng Heri Wisudo MSc, Amanda Dwikarina, Departemen PSP, PSP 48, M. Patria Laksono, Wahyu Angga Direja, Luthfi Hizrian Lazuardi, Teguh Marwan, Soraya Gigentika, Caesar Riyadi, Daniel Julianto Tarigan, Reza Hanifah, F Febriyanti Ginting, Bapak Suprapto APi, MSi (Kepala Pelabuhan PPN Pengambengan), Bapak Kadek APi, MSi (Kepala Tata Usaha PPN Pengambengan) beserta jajarannya, Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana, seluruh Civitas Akademika Departemen PSP yang tercinta dan semua sanak saudara penulis.

Sebagai penyempurnaan, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi khalayak masyarakat dan perikanan Indonesia, terima kasih.

Bogor, Mei 2016 Eman Samuel Monintja

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Penelitian Terdahulu 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 METODE PENELITIAN 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Metode Pengambilan Data 5

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Hasil dan Pembahasan 13

KESIMPULAN DAN SARAN 26

Kesimpulan 26

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 27

LAMPIRAN 29

(12)

DAFTAR TABEL

1 Definisi, pengumpulan data dan kriteria domain TPI 7

2 Definisi, pengumpulan data dan kriteria domain kelembagaan 9

3 Catatan pelanggaran PSDKP PPN Pengambengan 13

4 FC dan R PPN Pengambengan 15

5 Daftar alat tangkap seletif dan tidak selektif 16

6 Hasil pencocokkan ukuran kapal di PPN Pengambengan 16

7 Daftar nakhoda dan awak kapal di PPN Pengambengan 17

8 Hasil penilaian domain teknik penangkapan ikan 18

9 Rentang nilai EAFM 18

10 Nilai agregat EAFM PPN Pengambengan 18

11 Kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan 19

12 Perundangan yang digunakan PPN Pengambengan 20

13 Kelengkapan aparat, alat dan penindakan 21

14 Wewenang dan andil keputusan lembaga 22

15 Rencana pengelolaan perikanan PPN Pengambengan 22

16 Kesinergisitasan antar lembaga 23

17 Kesinergisitasan antar kebijakan 24

18 Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan 25

19 Hasil penilaian domain kelembagaan 26

20 Nilai agregat EAFM PPN Pengambengan 26

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian PPN Pengambengan 4

2 Length maturity hasil tangkapan nelayan di PPN Pengambengan 14

3 Diagram alir mekanisme pengambilan keputusan 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kegiatan Penelitian 29

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia diharapkan dapat mengelola seluruh sumberdaya perikanan dengan baik sehingga potensi ekonomi, sosial dan kelestariannya tetap terjaga. Pemanfaatan terus-menerus yang dilakukan oleh manusia dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan ukuran ikan terus mengecil dikarenakan kurangnya waktu ikan dalam bereproduksi (Syahrir 2011). Praktek pemanfaatan sumber daya perikanan di Indonesia secara tidak sengaja mengakibatkan kondisi akses pemanfaatan sumber daya yang bersifat terbuka (open access) dimana setiap nelayan dapat dengan bebas memanfaatkan sumber daya ikan (Darmawan 2006).

Aktivitas pemanfaatan yang dilakukan terus-menerus menjadikan hasil tangkapan di Indonesia mengalami tren yang menurun. Data yang dikeluarkan oleh KKP pada tahun 2013, World Wild Life Fund for Nature (WWF 2015) menunjukkan penurunan potensi perikanan pada berbagai wilayah di perairan Indonesia. Penangkapan yang tidak rasional dan tidak terkendali yang berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan penurunan stok bahkan kepunahan (Mulyani 2004). Hal ini membuat perikanan tangkap khususnya membutuhkan pengelolaan yang tepat dan dapat mengakomodir seluruh kepentingan negara dan masyarakat

Agar dapat menjaga kelestarian sumber daya perikanan, Indonesia membutuhkan pendekatan pengelolaan perikanan yang baik dengan memperhatikan dimensi pembangunan ekonomi dan sosial (Sutrisna 2011). Sisi ekologi sumberdaya alam diarahkan untuk mencapai aspek keberlanjutan (sustainable) sementara dari sisi ekonomi diarahkan untuk mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (welfare) dan dari sisi sosial pengelolaan sumberdaya diarahkan pada aspek pemerataan (equity) (Syahrir 2011).

Kebijakan pengelolaan perikanan saat ini, menurut Fauzi (2005) lebih terarah pada pembatasan izin penangkapan ikan dan pelarangan menggunakan alat tangkap tertentu. Kebijakan pengelolaan konvensional yang masih diberlakukan seperti pembatasan ijin (limited entry), pungutan biaya penangkapan (fishing user fee) dirasa belum cukup karena masih terdapat celah-celah dalam merusak lingkungan. Dalam hal ini pembatasan yang dilakukan dapat merugikan lingkungan dan sistem ekonomi dan sosial. Menurut Kartika (2010) pengelolaan perikanan saat ini didasarkan atas positivistic science atau terukur dan rasionalitas yang berasumsi bahwa ekosistem dapat diprediksi atau dikontrol, akan tetapi dalam kenyataanya ekosistem sangat sulit untuk diprediksi sehingga gagal dalam mengadopsi perilaku sistem dan modelnya, hal ini membuat pengelolaan perikanan saat ini kurang berhasil dikarenakan manusia memiliki keterbatasan dalam memprediksi perilaku ekosistem.

Menurut Charles (2001) yang diacu oleh DIT SDI KKP (2011) dalam pengelolaan perikanan berbasis ekosistem terbagi dalam beberapa dimensi, antara lain (1) dimensi sumber daya perikanan dan ekosistemnya, (2) dimensi pemanfaatan sumber daya perikanan untuk kepentingan sosial ekonomi masyarakat dan (3) dimensi kebijakan perikanan itu sendiri. Berdasarkan dengan tiga dimensi tersebut, pengelolaan perikanan saat ini masih belum

(14)

2

mempertimbangkan keseimbangan ketiganya, di mana kepentingan pemanfaatan untuk kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dirasakan lebih besar dibanding dengan kesehatan ekosistemnya (DIT SDI KKP 2011).

Menurut Indrawasih (2008) pengelolaan sumberdaya perikanan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini bersifat sentralistik dimana pengelolaan sumber daya yang sentralistik ini dinilai tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Hal ini dikarenakan membutuhkan biaya yang cukup besar untuk melakukan kontrol atau pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan dilapangan yang selama ini belum bisa terpenuhi. Menurut Nadeak (2009) keberhasilan pembangunan perikanan tidak terlepas dari perencanaan yang mantap berdasarkan informasi tentang semua aspek yang mempengaruhi sumber daya alam tersebut, terutama aspek sumber kehidupan dan penggunaanya.

Salah satu pendekatan yang dirasa dapat menjadikan pengelolaan perikanan menjadi lebih baik adalah pengelolaan berbasis ekosistem. Menurut Zainudin (2011) pendekatan pengelolaan perikanan berbasis ekosistem (Ecosystem

Approach Fisheries Management – EAFM) telah teridentifikasi sebagai

pengelolaan perikanan yang cukup sukses disaat pengelolaan perikanan lain mengalami kegagalan sehingga diharapkan dengan adanya pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dapat memberikan perhatian lebih terhadap kelestarian lingkungan dan sumberdaya ikan tanpa mengancam sektor ekonomi dan sosial. Dalam hal ini pengelolaan perikanan berbasis ekosistem diharapkan dapat mengelola perikanan dengan dampak yang dapat ditoleransi oleh lingkungan, adanya prinsip kehati-hatian (pre-cautionary) dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan, tata kelola perikanan dapat mencakup sistem manusia (sosioekonomi) serta sistem lingkungan (Garcia et al. 2003).

Menurut Garcia et al. (2003) pengelolaan perikanan berbasis ekosistem dianggap sebagai sebuah konsep bagaimana menyeimbangkan antara tujuan sosial ekonomi dalam pengelolaan perikanan (kesejahteraan nelayan, keadilan pemanfaatan sumberdaya ikan) dengan tetap mempertimbangkan pengetahuan, informasi dan ketidakpastian tentang komponen biotik, abiotik dan interaksi manusia dalam ekosistem perairan melalui sebuah pengelolaan perikanan yang terpadu, komprehensif dan berkelanjutan. Menurut Garcia dan Cochrane (2005), sama dengan pendekatan pengelolaan konvensional, implementasi EAFM memerlukan perencanaan kebijakan (policy planning), perencanaan strategi (strategic planning) dan perencanaan operasional manajemen (operational management planning). Oleh karena itu perlu diperjelas apakah terdapat faktor-faktor perbedaan dan persamaan antara pengelolaan perikanan yang sekarang dijalankan dengan pengelolaan perikanan berpendekatan ekosistem (EAFM). Pemahaman terhadap faktor persamaan maupun pembeda tersebut dapat dipergunakan untuk menilai kondisi perikanan yang ada saat ini dan menentukan arah perbaikan pengelolaan yang dibutuhkan.

Menurut Hermawan (2006) kegiatan perikanan tangkap memerlukan teknologi yang tepat karena penggunaan teknologi dapat menentukan keberlanjutan perikanan yang secara khusus, teknologi akan menentukan keberlanjutan ekologi. Menurut Fauzi dan Buchary (2002) yang diacu Hermawan (2006) bahwa praktek perikanan yang unsustainable melalui destructive fishing

practice di Indonesia, menimbulkan kerugian negara mencapai US$

(15)

3

yang terjadi terhadap 40.000 nelayan Atlantik Canada yang kehilangan pekerjaan karena penurunan drastis stok ikan cod di perairan Barat Daya Atlantik pada tahun 1990. Kasus-kasus tersebut sangat jelas bahwa teknik penangkapan ikan akan menentukan keberlanjutan perikanan tangkap baik dari sisi ekologi maupun ekonomi sehingga dalam penelitian ini, domain yang utama untuk digunakan dalam menentukan penilaian pengelolaan perikanan melalui indikator EAFM adalah domain teknologi penangkapan ikan dan domain kelembagaan sebagai suatu domain yang berperan penting dalam menentukan kebijakan itu sendiri.

Wilayah pengelolaan perikanan yang akan dikaji adalah wilayah perikanan yang berpusat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan, Bali. PPN Pengambengan yang merupakan salah satu pelabuhan penghasil lemuru terbesar di Indonesia dan satu-satunya pelabuhan berskala nusantara di Bali. Penelitian ini diperlukan agar dapat menjawab secara ilmiah manakah pengelolaan perikanan yang dibutuhkan dan yang sedang digunakan oleh Indonesia khususnya di PPN Pengambengan, Bali.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan terletak di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali terdapat di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 573, Samudera Hindia, dan Selat Bali (Suherman dan Dault 2009). Pemanfaatan sumberdaya perikanan dilakukan di perairan PPN Pengambengan merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan rakyat terbesar di Bali, dimana alat tangkap yang dioperasikan antara lain purse seine dan pancing (Suherman dan Dault 2009).

Penelitian Terdahulu

Penelitian terkait penentuan indikator untuk pengelolaan perikanan dengan pendekatan EAFM telah dilakukan oleh Direktorat Sumberdaya Ikan KKP, WWF-Indonesia dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL IPB). Penelitian tersebut menghasilkan informasi mengenai indikator-indikator yang dapat digunakan untuk setiap domain pada pendekatan EAFM tersebut. Adapun indikator yang digunakan pada domain teknologi penangkapan ikan (TPI) dan kelembagaan yaitu (Direktorat Sumberdaya Ikan 2014):

1. Domain TPI: fishing capacity, selektivitas alat tangkap, metode penangkapan ikan

yang bersifat destruktif dan atau ilegal, kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal, modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan, sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan.

2. Domain kelembagaan: kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan secara formal maupun non-formal, kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan, mekanisme pengambilan keputusan, rencana pengelolaan perikanan, tingkat sinergisitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan, kapasitas pemangku kepentingan.

Selanjutnya, indikator pada kedua domain tersebut akan digunakan pada penelitian ini untuk menilai performa pengelolaan perikanan berbasis ekosistem (EAFM) di PPN Pengambengan.

(16)

4

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menilai pengelolaan perikanan di PPN Pengambengan dengan menggunakan indikator teknik penangkapan ikan dan indikator kelembagaan EAFM.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengelolaan PPN Pengambengan, Bali khususnya pada teknik penangkapan ikan dan kelembagaan dalam pengelolaan perikanan berpendekatan ekosistem.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 sampai September 2015 yang bertempat di PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. Pemilihan PPN Pengambengan sebagai tempat penelitian karena merupakan salah satu pelabuhan yang menghasilkan lemuru terbesar sehingga dengan keseragaman hasil tangkapan dapat mendapatkan hasil penelitian yang akurat. PPN Pengambengan merupakan pelabuhan yang mayoritas berarmada armada purse seine di Indonesia dan satu-satunya pelabuhan berskala nusantara di Bali.

Gambar 1. Lokasi penelitian PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali. Sumber: Google Maps

(17)

5

Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan dalam mencapai tujuan penelitian ini dengan menggunakan metode yang digunakan oleh National Working Group EAFM, DIT SDI KKP. Penilaian domain EAFM yang dipilih menjadi dua domain, yaitu domain kelembagaan dan teknik penangkapan ikan. Secara umum, metode pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling namun terdapat beberapa indikator pada domain TPI menggunakan metode pengukuran langsung. Data yang dikumpulkan pada penilitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Pada domain teknik penangkapan ikan (TPI) digunakan beberapa indikator sebagai berikut: indikator kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal dan indikator sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan menggunakan metode survei. Metode pengambilan data pada indikator modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan adalah metode pengukuran langsung. Adapun data sekunder digunakan untuk mengukur atau menghitung indikator fishing capacity, indikator selektivitas alat tangkap dan indikator metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan/atau ilegal dapat diperoleh dari laporan instansi pengawas perikanan setempat, laporan dinas kelautan dan perikanan setempat.

Pada domain kelembagaan pengukuran indikator kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan secara formal maupun non-formal menggunakan metode survei dengan wawancara terhadap tokoh kunci (keyperson), indikator kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan menggunakan metode

benchmarking dan survei/wawancara mendalam terhadap tokoh kunci

(keyperson), indikator mekanisme pengambilan keputusan, indikator kapasitas pemangku kepentingan, indikator rencana pengelolaan perikanan (RPP) serta indikator tingkat sinergisitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan menggunakan metode survei melalui wawancara terhadap tokoh kunci (keyperson), wawancara dilakukan secara mendalam dengan mewawancarai pihak yang mengetahui banyak informasi dan pembuat kebijakan.

Berdasarkan indikator yang akan dibahas, terdapat beberapa responden, antara lain :

1. Kepala Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana. 2. Kepala Bidang Perikanan Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan

Kabupaten Jembrana, Bali. 3. Kepala PPN Pengambengan Bali.

4. Kepala Tata Usaha PPN Pengambengan.

5. PSDKP PPN Pengambengan dan PSDKP Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana, Bali.

6. Tokoh Adat Desa Pengambengan. 7. Nelayan PPN Pengambengan, Bali.

(18)

6

Analisis Data

Berdasarkan modul indikator EAFM NWG DIT SDI KKP, EAFM terdiri dari 6 domain. Dari keenam domain tersebut penelitian ini terfokus pada domain kelembagaan dan domain teknik penangkapan ikan. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan sistem skoring sederhana dengan memakai sistem skor likert yang berbasis ordinal 1,2,3 dimana semakin besar skornya maka skornya akan semakin baik (DIT SDI KKP 2014). Setelah dilakukan skoring selanjutnya dilakukan analisis deskriptif. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas. Analisis data lainnya menggunakan Ms. Excel dalam perhitungan pada indikator Fishing Capacity.

(19)

7 Ta be l 1. De finisi , pe ng umpul an da ta da n krite ria domain TP I Ind ik a to r Def ini si P eng u m pu la n da ta K rit er ia 1 . Fis h ing C ap aci ty B es ar ny a un it pena ng kapa n i kan. D at a s ek under b er up a jum lah ha si l tang kapa n, jum lah t rip k apa l dan jum lah k apa l d i PP N Peng am ben gan se lam a 6 t ahun te rak hi r. (Sum ber : PP N Peng am beng an) 1 = Ras io k apa si tas pe nang kapa n ( R K P) ak tua l > R as io k apa si ta s pe nang kapa n opt im al ( O ve rc ap aci ty ) 2 = RK P ak tual = RK P opt im al 3 = RK P ak tual < RK P opt im al ( U nder cap aci ty ) 2. Sel ek tiv ita s a lat tang kap U kur an a la t t ang kap ( m at a jar ing , panc ing ). Sta tis tik Per ik ana n Tang kap (Sum ber : PP N Peng am beng an) PS ’ = ( S’ /T)100 % PS’= Pe rse nt ase a la t pen an gk apa n ik an ( A PI ) y an g k ur ang se lek tif . S’= A PI y ang k ur ang se lek tif T= A PI k es el ur uh an da lam sua tu per ai ran 1 = Ti ng gi (>75 % ) ( pe ng gu naa n a la t t ang kap y an g tidak se lek tif ) 2 = Seda ng (50% -75% ) 3 = R enda h >50 % 3. Me tode pena ng kapa n i kan yang ber si fa t des truk tif dan at au ileg al Peng gunaa n al at m er usa k ( B om , pot as si um , l ist rik , r acun) dan m et ode pena ng kapa n y ang ti dak se sua i p er at ur an. Lapor an has il peng awasa n i nst an si per ik ana n se tem pat . (Sum ber : PS D K P P PN Peng am ben gan da n D in as K el au tan, Per ik ana n dan K ehut ana n K abu pat en Je m br ana ) 1 = Pena ng kapa n i kan de ng an a lat p ena ng kapa n i kan des truk tif d an a tau ileg al apa bi la leb ih da ri 10 k as us p er tahu n. 2 = A pab ila 5 -10 k as us pe r t ahun. 3 = A pab ila k ur ang dar i 5 k as us p er tahu n. 7

(20)

8 Lan ju tan Tabe l 1. Indi ka tor D ef in is i P eng umpu lan d a ta K ri te ri a 4. K es es uai an f ung si dan uk ur an k ap al pena ng kapa n i kan de ng an dok um en l eg al Sesua i a tau tid ak ny a f ung si dan uk ur an k apa l d eng an dok um en l eg al . Surv ei deng an m em ili h 5 un it k apa l a tau 1 0% da ri popul asi . K = (p/ n) 10 0% K = P er sent as e dok um en yang ti dak se sua i d i l apa ng an. n = M enen tuk an ju m lah s am pel dok um en l eg al y ang ak an di per ik sa . p = M enen tuk an jum lah do ku m en yang ti dak se sua i deng an fa kt a da n fung si d i l apa ng an. 1 = K es esua ianny a r enda h (leb ih da ri 5 0% sa m pel tidak se su ai d eng an dok um en l eg al ). 2 = K es esua ianny a seda ng (30 -50% sa m pel ti dak se suai deng an dok um en l eg al ). 3 = K es esua ianny a t ing gi (k ur ang dar i 30 % sam pel tidak se su ai d eng an dok um en l eg al ). 5. Mod ifi kas i a la t pena ng kapa n i kan da n al at bant u pena ng kapa n. Peng gunaa n al at tang kap da n al at ban tu yan g m eni m bul kan dam pak neg at if t er had ap sum ber day a i kan ( SD I). Sam pl ing Leng th m a tur it y (Lm ) i kan tar get Sard ine ll a l emu ru de ng an ha si l tang kapa n i kan. 1 = >50 % ha si l t ang kapa n di bawah Lm . 2 = 25 % -50% has il tang kapa n di bawah L m . 3 = <25 % ha si l t ang kapa n di bawah Lm . 8

(21)

9 La njut an Ta be l 1. Indi ka tor D ef in is i P eng umpu lan d a ta K ri te ri a 6. Ser tif ik as i awak k apa l per ik ana n se sua i deng an per at ur an. Peng em ban gan kual ifi kas i kec ak apa n awak kapa l pe rik ana n. Sam pl ing kepe m ili kan Se rti fik at A nk api n, A tk api n pada awa k kapa l. A= ( q/ v) 100 % A= Per sent as e k apa l y ang di ope ras ik an ol eh a w ak be rse rti fik at se sua i d eng an pe rat ur an. q= K apa l y ang di oper as ik an ol eh awak ber se rti fik at se sua i de ng an per at ur an. v= T ot al sam pel k apa l y ang ak an di pe rik sa . 1= K epe m ili kan ser tif ik at renda h dar i k ur ang 50% . 2= K epe m ili kan s er tif ik at seda ng 50% -75% . 3 = K epe m ili kan se rti fik at ti ng gi lebi h dar i 75 % . Tabe l 2. De finisi , pe ng umpul an da ta da n krite ria domain ke lemba ga an Indi ka tor D ef in is i P eng umpu lan d a ta K ri te ri a 1. K epat uhan te rh ad ap pr in si p-pr in si p per ik ana n y ang ber tang gung jawab d al am peng el ol aa n p er ik ana n y an g tel ah d ite tapk an se ca ra for m al m aupun non -for m al Ting kat k epa tuhan se lur uh pem angk u kepe nt ing an w ilay ah pe ng el ol aa n per ik ana n ( WPP ) t er hada p at ur an m ai n ba ik for m al m aup un non -for m al . Moni to ring k et aa tan : 1. Lapor an pe lang gar an d ar i peng awas ter hada p pe lang gar an f or m al . 2. Wa w an ca ra t er hada pa pe lang gar an non -for m al . 3. Tam baha n i nf or m as i b er upa k ual ita s kas us da n c ont ohny a. Form al 1 = Leb ih da ri 5 k al i t er ja di pel ang gar an hu kum . 2 = 2 -4 k al i t er jad i p el ang gar an huk um . 3 = K ur an g dar i 2 k al i p el angg ar an huk um . N on -for m al 1 = >5 inf or m as i pe lang gar an 2 = > 3 inf or m as i pe lang gar an 3 = Ti dak ada in fo rm as i pel ang gar an 9

(22)

10 Lanjut an Ta be l 2. Indi ka tor D ef in is i P eng umpu lan d a ta K ri te ri a 2.K el eng kapa n a tur an m ai n dal am peng el ol aa n p er ik ana n Se jauh m ana k el eng kapa n reg ul as i da lam peng el ol aa n per ik ana n t er sedi a un tuk m en gat ur p rak tek pem anf aa tan s um ber day a ik an se sua i d eng an dom ai n EA FM. Benchm ar k se sua i deng an p er at ur an nas io nal . Mem bandi ng kan s itu as i y ang se kar ang deng an y ang se bel um ny a. Repl ik as i k ea rif an l ok al . 1 = Ti dak ada reg ul as i hi ng ga te rs edi any a r eg ul asi p eng el ol aa n pe rik ana n y ang m enc ak up dua dom ai n. 2 = Ter se di any a r eg ul as i y ang m enc ak up peng at ur an 3-5 do m ai n. 3= Ter se di a reg ul as i l eng kap unt uk m enduk ung peng el ol aa n per ik ana n dar i 6 d om ai n. Ela bo ras i un tuk poi n 2 1= A da t api jum lahny a be rk ur ang . 2= A da t api jum lahy a t et ap . 3= A da t api jum lahny a be rtam bah. A da a tau t idak pene gak kan at ur an m ai n dan ef ek tiv itas ny a. Surv ey di lak uk an de ng an c ar a: 1. K et er se di aan a la t dan pe ng awasan . 2. B ent uk dan in tens itas p eni ndak an . 1= T id ak ada pen eg akk an a tur an m ai n. 2= A da pe neg ak kan t ur an m ai n nam un tid ak e fek tif . 3= A da pe neg ak kan a tur an m ai n dan ef ek tif . 1= T id ak ada a lat dan o ran g. 2= A da a la t dan or ang tapi ti dak ada tind ak an . 3= A da a la t ada or ang se rta ada tind ak an . 1= T id ak ada teg ur an m aupun huk um an . 2= A da t eg ur an a tau huk um an . 3= A da t eg ur an d an huk um an. 10

(23)

11 La njut an Ta be l 2 . Indi ka tor D ef in is i P eng umpu lan d a ta K ri te ri a 3.Me kani sm e pe ng am bi lan keput usa n A da a tau t idak ny a m ek ani sm e peng am bi lan k eput us an (SO P) da lam peng el ol aa n per ik ana n. Surv ei di lak uk kan de ng an : A nal isi s dok um en a nt ar lem bag a da n ana lis is st ak ehol der m el al ui w awan ca ra / kues ione r. 1= Ti dak ada m ek ani sm e p eng am bi lan keput usa n. 2= A da m ek ani sm e t api ti dak ber ja lan Efe kt if. 3= A da m ek ani sm e da n ber jal an ef ek tif . 1= A da k eput usa n tap i t ida k di jal ank an . 2= A da k eput usa n tid ak se penuhny a di jal ank an . 3= A da k eput usa n di jal ank an se penuhny a. 4.R enc an a Peng el ol aan Per ik ana n A da a tau t idak ny a RP P unt uk WPP y ang di m ak sud . Surv ei di lak uk kan de ng an c ar a kues ione r/w awa nca ra: 1. A dak ah a ta u t idak R PP d i sua tu dae rah 2. D ilak sa nak an a tau t idak R PP y ang tel ah d ibua t. 1= B el um ada R PP . 2= A da RP P nam un beum se penuhny a di jal ank an . 3= A da RP P dan te lah di ja lank an se penu hny a. 5.Ting kat si ner gi si ta s k ebi jak an dan k el em bag aa n peng el ol aan per ik ana n Sem ak in t ing gi ti ng kat si ne rg i ant ar lem bag a ( span of cont rol y ang rend ah) m ak a ting kat ef ek tiv ita s peng el ol aa n p er ik ana n ak an se m ak in bai k. Surv ei di lak uk kan de ng an : A nal isi s dok um en a nt ar lem bag a da n ana lis is st ak ehol der m el al ui w awancar a/ kues ione r. 1= K onf lik ant ar lem bag a ( kebi jak an ant ar lem bag a be rbeda k ep ent ing an) . 2= K om uni kas i ant ar lem bag a t idak ef ek tif . 3= S in er gi an ta r l em bag a b er jal an ba ik . Sem ak in t ing gi ti ng kat si ne rg i ant ar k ebi jak an m ak a t ing kat ef ek tiv itas p eng el ol aa n per ik ana n ak an s em ak in bai k. 11

(24)

12 Lanjut an Ta be l 2. Indi ka tor D ef in is i P eng umpu lan d a ta K ri te ri a 6. K apas itas pem ang ku kepe nt ing an Seber apa b es ar fr ek uens i peni ng kat an k apa si tas pem angk u kepe nt ing an da lam peng el ol aa n p er ik ana n ber ba si s e kosi st em . Surv ei di lak uk an de ng an waw anc ar a/ kues ione r t er ha da p: 1. A da a tau tid ak , ber ap a k al i. 2. Ma ter i 1= Ti dak ada p en ing kat an . 2= A da t api ti dak di fung si kan ( kea hl ia n yang di dapa t t idak se su ai deng an fung si p ek er jaa nny a). 3= A da da n di fung si kan ( kea hl ian y ang di dapa t se sua i deng an fu ng si pek er jaa nny a) . 12

(25)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

Domain Teknik Penangkapan Ikan

Dalam domain teknik penangkapan ikan terdapat beberapa indikator, antara lain: (1) metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau illegal, (2) modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan, (3) kapasitas penangkapan dan upaya penangkapan, (4) selektivitas alat tangkap, (5) kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal, dan (6) sertifikasi awak kapal perikanan dengan peraturan.

Indikator metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau ilegal Data indikator metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau illegal ditunjukkan pada tabel 1. Dalam catatan pelanggaran hukum setahun terakhir di PPN Pengambengan terdapat 8 pelanggaran yang terjadi. Setiap kasus yang terjadi segera dilakukan penindakan oleh pihak yang berwajib sesuai dengan kategori pelanggarannya. Terdapat berbagai macam kasus yang kategorinya beragam dari kasus yang berkategori berat seperti perdagangan satwa yang dilindungi, kategori sedang seperti tidak ada surat yang lengkap dalam operasi penangkapan ikan, dan kategori ringan seperti perbaikan kapal yang tidak pada tempatnya.

Kasus kategori berat yang terjadi di PPN Pengambengan adalah kasus jual beli pari manta yang merupakan satwa yang dilindungi. Kasus tersebut langsung dilimpahkan ke pihak yang berwajib dengan mendapatkan hukuman 8 bulan penjara dan denda sebesar Rp. 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah). Kategori selanjutnya adalah kategori pelanggaran sedang seperti berbedanya tanda selar kapal pada surat izin yang berlaku dan surat izin yang tidak lengkap saat melaut. Pada kategori sedang mendapat tindakan berupa teguran baik lisan maupun tulisan dan surat peringatan. Pada PPN Pengambengan terdapat 8 kasus, berdasarkan modul indikator EAFM NWG, indikator ini mendapatkan nilai skor 2.

Tabel 3. Catatan pelanggaran di PPN Pengambengan

No Kasus Waktu Tempat Kategori Penindakan 1 Jual beli satwa yang

dilindungi (Pari Manta)

11/7/20

14 PPN Pengambengan Berat Hukuman 8 Bulan Penjara dan denda 50 Juta 2 KM Ababil Istambul

tidak membawa SLO (Surat Layak Operasi) dan SPB (Surat Persetujuan Berlayar)

4/24/20

15 PPN Pengambengan Sedang Surat peringatan tertulis

3 KM Bintang Narmada 1 dan II adanya kesalahan jumlah GT pada SIPI 8/12/20

15 PPN Pengambengan Sedang Peringatan

4 KM Bunga Isbul I dan II tanda selar pada SIPI berbeda

8/5/201

(26)

14

Lanjutan Tabel 3.

5 KM Haikal Istambul I dan II tanda selar pada SIPI berbeda

8/5/201

5 PPN Pengambengan Sedang Peringatan 6 KM Intan Istambul I

dan II tanda selar pada SIPI berbeda

8/5/201

5 PPN Pengambengan Sedang Peringatan 7 KM Dinar Istambul

I dan II tanda selar pada SIPI berbeda

8/5/201

5 PPN Pengambengan Sedang Peringatan 8 KM Bintang Baru I

dan II tanda selar pada SIPI berbeda

8/5/201

5 PPN Pengambengan Sedang Peringatan

Indikator modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan

Mengacu pada metode yang dikeluarkan oleh NWG EAFM, Indikator modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan dilakukan pengambilan data primer pada 5 kapal, yaitu Kapal Ceria Istambul 1 dan 2, Ababil Istambul 1 dan 2, Intan Istambul 1 dan 2, Bintang Baru 1 dan 2, Bintang Rembiga 1 dan 2. Pada kapal kapal Ceria Istambul 1 dan 2, Ababil Istambul 1 dan 2, Intan Istambul 1 dan 2, Bintang Baru 1 dan 2 terdapat data sebagaimana tertera pada gambar 2.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa, hasil tangkapan dominan adalah ikan lemuru dengan spesies Sardinella lemuru. Hasil tangkapan yang diukur mencapai 600 sampel, dengan 23 ikan yang belum matang gonad atau telah mencapai masa matang gonad 3,9%. Selebiihnya adalah ikan yang telah matang gonad sebanyak 557 ekor ikan atau sebesar 96%. Berdasarkan modul indikator EAFM NWG indikator ini mendapatkan skor 3.

Gambar 2. Length maturity hasil tangkapan nelayan di PPN Pengambengan. 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Ju m lah Ikan Panjang Ikan

Lm

(27)

15

Indikator kapasitas penangkapan dan upaya penangkapan

Pada indikator kapasitas penangkapan dan upaya penangkapan mengacu pada metode NWG EAFM dengan meggunakan data sekunder jumlah hasil tangkapan, jumlah kapal dan jumlah pendaratan dalam kurun waktu tertentu (data 6 tahun dari 2010-2015). Indikator ini merupakan salah satu indikator yang penting karena dapat menjadi input control yang cukup berpengaruh dalam manajemen perikanan tangkap. Input perikanan diharapkan agar tidak berlebih (overcapacity) atau berlebihnya kapasitas input perikanan (jumlah usaha trip, kapal) dibandingkan kapasitas output dari perikanan (hasil tangkapan).

Hasil fishing capacity (FC) dari 2010-2015 yang telah didapat akan menjadi data untuk mendapatkan ratio (R) masing-masing tahun dan menjadi rasio akhir. Rasio akhir didapatkan dari rataan rasio setiap tahun. Hasil rataan rasio yang didapat sebesar 1.586750829. Berdasarkan modul indikator NWG EAFM indikator ini menunjukkan hasil rasio yang lebih dari 1 (<1) sehingga mendapatkan skor 3. FC dan R dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4. FC dan R tahun 2010-2015

Indikator selektivitas alat tangkap

Pada indikator selektivitas alat tangkap berdasarkan data sekunder yang didapat, terdapat 136 unit kapal purse seine dan hanya menyisakan 95 unit kapal yang masih aktif. Dalam hal ini, menurut Balai Besar Penelitian Penangkapan Ikan (BBPPI) di Semarang mengklasifikasikan jenis alat tangkap berdasarkan tingkat selektivitasnya.

Kapal yang beroperasi merupakan kapal pukat cincin sehingga kapal ikan yang beroperasi menggunakan alat tangkap di PPN Pengambengan adalah alat tangkap yang mempunyai tingkat selektivitas tinggi, tidak termasuk kapal kecil atau jukung. Hasil yang didapat adalah 100% jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPN Pengambengan adalah alat tangkap yang tingkat selektivitasnya tinggi. Berdasarkan modul indikator EAFM NWG indikator ini mendapatkan skor 3. Rujukan yang digunakan adalah sebagaimana tertera pada tabel berikut:

Tahun Fishing Capacity Rasio

2010 43.545.765.047,40 - 2011 6.252.053.284,62 0,14 2012 17.196.168.872,84 2,75 2013 8.903.905.512,60 0,51 2014 38.942.702.786,74 4,37 2015 5.773.132.400,75 0,14

(28)

16

Tabel 5. Daftar alat tangkap seletif dan tidak selektif

Selektivitas Penangkapan Tinggi Seletivitas

Penangkapan Rendah

 Pancing (rawai tuna, rawai hanyut, rawait tetap, huhate,

pancing tonda, pancing ulur)  Pukat Hela (pukat udang dan pukat ikan)

 Jaring Insang (jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap, trammel net)

 Pukat Kantong (Payang, dogol, dan pukat pantai)

 Alat Pengumpul (kerang dan rumput laut)  Muroami

 Jaring Angkat (bagan perahu, bagan tancap)

 Pukat Cincin

 Perangkap (sero, jermal, bubu, dan lainnya)

Sumber: BBPPI (Balai Besar Penelitian Penangkapan Ikan) Semarang

Indikator kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal

Pada indikator kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal, ukuran kapal diharuskan sesuai dengan dokumen dan izin yang berlaku. Kapal yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapal Ceria Istambul 1 dan 2, Ababil Istambul 1 dan 2, Intan Istambul 1 dan 2, Bintang Baru 1 dan 2, Bintang Rembiga 1 dan 2.

Dalam melaksanakan pengecekkan secara langsung, nama kapal, fungsi, ukuran kapal (dalam, panjang, dan lebar), GT kapal dan PK kapal adalah sesuai dengan dokumen legal. Pengecekkan langsung yang dibantu oleh pengawas di PPN Pengambengan, tidak ditemukkan (0%) adanya kesalahan atau penyalahgunaan dokumen legal beserta fungsinya. Berdasarkan modul indikator EAFM NWG indikator ini mendapatkan skor 3. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil pencocokkan ukuran kapal di PPN Pengambengan

No NAMA KAPAL UKURAN KAPAL NOMOR GT/NT PK

P L D 1 Ceria Istambul I 18,38 5,05 1,85 523.32/23698/BPMP 30 26 2 Ceria Istambul II 20,05 5,20 1,68 523.32/23699/BPMP 30 26 3 Ababil Istambul I 19,85 5,10 1,70 523.32/23660/BPMP 30/9 30 4 Ababil Istambul II 19,60 5,10 1,70 523.32/23661/BPMP 29/9 30 5 Bintang Baru I 19,10 5,20 1,75 523.32/26893/BPMP 29/9 26 6 Bintang Baru II 19,10 5,20 1,75 523.32/26894/BPMP 29/9 26 7 Intan Istambul I 20,84 5,50 1,70 523.32/23687/BPMP 30/9 30 8 Intan Istambul II 18,88 4,75 1,45 523.32/23688/BPMP 22/7 30 9 Bintang Rembiga I 16,34 4,40 1,59 523.32/17527/BPMP 20/6 26 10 Bintang Rembiga II 17,35 4,74 1,55 523.32/17528/BPMP 22/7 26

Indikator sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan

Pada indikator sertifikasi awak kapal perikanan seluruh awak kapal perikanan diharuskan memiliki sertifikat keahlian pelaut seperti sertifikat ahli

(29)

17

nautika kapal penangkap ikan I/II/III (Ankapin) atau sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan I/II/III (Atkapin) tergantung pada bidangnya masing-masing. Mengacu pada metode yang dilakukan NWG EAFM pengambilan data dilakukan pada 5 kapal ikan, yaitu kapal Ceria Istambul 1 dan 2, Ababil Istambul 1 dan 2, Intan Istambul 1 dan 2, Bintang Baru 1 dan 2, Bintang Rembiga 1 dan 2.

Awak kapal yang mengoperasikan kapal penangkapan ikan di PPN Pengambengan belum dioperasikan oleh awak bersertifikat Ankapin maupun Atkapin sepenuhnya. Nelayan yang bekerja di kapal ikan masih belum mempunyai bahkan mengetahui sertifikat tersebut sehingga tidak ditemukan (0%) awak kapal yang bersertifikat kecuali nakhoda kapal tersebut. Indikator ini merupakan salah satu indikator yang harus diperbaiki karena meskipun nelayan telah mempunyai keterampilan dalam beroperasi dengan keahliannya tetapi sertifikat tetap dibutuhkan dalam menambah pengetahuan dan keterampilan yang merujuk pada peraturan. Berdasarkan modul indikator EAFM NWG indikator ini mendapatkan skor 1. Pengumpulan data dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Daftar nakhoda dan awak kapal di PPN Pengambengan No Nama Kapal Nama

Nakhoda Jenis Sertifikat Jumlah ABK Bersertifikat Tidak bersertifikat

1 Ceria Istambul 1 Nurhalim SKK 12 0 12 2 Ceria Istambul 2 Nurhalim SKK 12 0 12 3 Bintang Kerti 1 Agus Hariawan SKK 12 0 12 4 Bintang Kerti 1 Agus Hariawan SKK 12 0 12 5 Bintang Masbagig 1 Mustofa SKK 14 0 14 6 Bintang Masbagig 2 Mustofa SKK 14 0 14 7 Mahkota Istambul 1 H. Nor Ilahi SKK 25 0 25 8 Mahkota Istambul 2 H. Nor Ilahi SKK 25 0 25 9 Bintang Rembiga 1 Samsul Hadi SKK 24 0 24 10 Bintang Rembiga 2 Samsul Hadi SKK 25 0 25

Domain teknik penangkapan ikan pada umumnya mendapatkan skor maksimal. Skor maksimal terdapat pada indikator modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan, kapasitas penangkapan dan upaya penangkapan (fishing capacity), selektivitas alat tangkap, kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal. Indikator metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau ilegal mendapatkan skor 2 karena banyaknya terjadi pelanggaran di PPN Pengambengan dalam satu tahun terakhir. Indikator sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan mendapatkan skor paling

(30)

18

kecil karena awak yang mengoperasikan kapal ikan di PPN Pengambengan belum mempunyai sertifikat awak sepenuhnya baik sertifikat Atkapin maupun Ankapin.

Setelah didapatkan hasil skor, nilai bobot dan nilai indeks maka akan didapatkan nilai komposit, warna bendera serta deskripsinya sesuai dengan hasil rentang nilainya. Domain TPI pada pengelolaan perikanan berpendakatan ekosistem di PPN Pengambengan menunjukkan hasil yang sangat baik, hal ini ditunjukkan dengan didapatkaannya nilai komposit 87 dengan deskripsi baik sekali dan bendera berwarna hijau tua pada domain ini. Berikut hasil perhitungan skor domain teknik penangkapan ikan:

Tabel 8. Hasil penilaian domain teknik penangkapan ikan

No Indikator Skor Nilai

bobot (%)

Nilai Indeks

1 Metode penangkapan ikan yang bersifat destruktif dan atau illegal 2 30 60 2 Modifikasi alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan 3 25 75 3 Kapasitas penangkapan penangkapan dan upaya 3 15 45 4 Selektivitas alat tangkap 3 15 45 5 Kesesuaian fungsi dan ukuran kapal penangkapan ikan dengan dokumen legal 3 10 30 6 Sertifikasi awak kapal perikanan sesuai dengan peraturan 1 5 5

Tabel 9. Rentang nilai EAFM

Rentang nilai Model

Bendera Deskripsi Rendah Tinggi 1 21 Buruk 22 41 Kurang 42 60 Sedang 61 80 Baik 81 100 Baik Sekali

Tabel 10. Nilai Agregat EAFM PPN Pengambengan

Domain Nilai Komposit Model Bendera

Deskripsi

Teknik Penangkapan Ikan 87 Baik Sekali

Domain Kelembagaan

Domain kelembagaan dibagi menjadi enam indikator, yaitu: (1) indikator kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan secara formal maupun non-formal, (2) indikator kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan, (3) indikator mekanisme pengambilan keputusan, (4) indikator rencana pengelolaan perikanan,

(31)

19

(5) indikator tingkat sinergisitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan dan (6) indikator kapasitas pemangku kepentingan.

Indikator kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan secara formal maupun non-formal

Pada indikator ini dibagi menjadi dua kategori jenis pelanggaran, yaitu formal dan informal. Pada jenis pelanggaran formal didapat 8 pelanggaran yang terjadi di wilayah PPN Pengambengan. Hal ini menunjukkan adanya pelanggaran yang dicatat oleh satuan kerja PSDKP di wilayah kerjanya tersebut. Dalam jenis pelanggaran formal terbagi lagi menjadi berbagai kategori pelanggaran, antara lain: Kategori berat, sedang, dan ringan. Hukuman yang didapat pun beragam dari kategori berat berupa hukuman kurungan penjara dan denda, kategori sedang dengan konsekuensi berupa peringatan baik dalam bentuk surat, dan kategori ringan dengan konsekuensi berupa teguran lisan. Pelanggaran yang terdapat di wilayah PPN Pengambengan sejauh ini masih dalam wilayah formal, sehingga tidak terdapat jenis pelanggaran lainnya yaitu informal. Adanya 8 pelanggaran yang terjadi dalam satu tahun, berdasarkan modul indikator EAFM NWG mendapatkan skor 1. Informasi pelanggaran, tempat, kategori, dan penindakan dapat dilihat di tabel 3.

Indikator kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan

Indikator ini terbagi menjadi 2 bagian, yakni kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan serta penegakkan aturan main dan keefektivitasannya. Adanya pembagian menjadi sub-indikator ini karena penegakkan hukum dan adanya aparat merupakan syarat berjalannya aturan main yang ada. Kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan didapat data sebegai berikut:

Tabel 11. Kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan

No Lingkup Peraturan Jenis Peraturan Nasional Kelengkapan

A B C

1 Perizinan usaha penangkapan Permen 26/2013 Perubahan dari Permen KP no 30

tahun 2012 X

2 Operasionalisasi penangkapan Permen 13/2015 X

3 Upaya konservasi dan pemulihan Permen 18/2013 X

Ket: a: Ada, b: Ada tapi tidak lengkap, c: Tidak ada

Kelengkapan aturan main yang ada pada peraturan diterapkan berdasarkan hasil wawancara, antara lain Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) 26/2013 perubahan dari Permen KP No 30 tahun 2012 tentang perizinan usaha penangkapan, Permen KP 13/2015 tentang operasionalisasi penangkapan dan upaya konservasi dan pemulihan dengan adanya kelengkapan. Peraturan daerah dan peraturan nasional berbanding lurus dan didasarkan sebagai pedoman.

PPN Pengambengan menerapkan setiap peraturan baik dari Permen KP, Perauran Daerah dan Peraturan Pemerintah untuk mengakomodir keenam domain EAFM. Pengelolaan yang dilakukan di PPN Pengambengan juga menggunakan peraturan yang diterapkan oleh pemerintah tersebut. Adapun peraturan baru yang

(32)

20

dibuat akan segera diterapkan. Kearifan lokal pada daerah ini tidak ada khususnya di PPN Pengambengan, Desa Pengambengan. Penerapan peraturan pada PPN Pengambengan sangat baik dengan adanya keenam domain yang tercakup pada peraturan tersebut. Berdasarkan modul indikator EAFM NWG dengan keenam domain EAFM yang tercakup pada peraturan yang digunakan, maka sub-indikator kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan mendapatkan skor 3.

Perundang-undangan dan peraturan yang ada harus dilengkapi dengan alat dan penegak hukumnya. Pada sub-indikator penegakkan aturan main dan keefektivitasannya terdapat sub-sub-indikator. Sub-sub-indikator penegakkan aturan main dapat dilihat hasilnya pada domain kelembagaan indikator 1, dimana terdapat penindakan dari teguran, peringatan, denda sampai ke hukuman kurungan penjara, dalam hal ini penegakkan peraturan berjalan dengan baik. Peraturan yang ditegakkan dan hukum telah berjalan secara efektif, sehingga pelanggar bisa merasakan efek jera selain itu pelanggaran kebanyakan disebabkan karena ketidaktahuan pelaku sehingga penyuluhan tetap harus digiatkan. Berdasarkan modul indikator NWG EAFM dengan adanya penegakkan hukum secara efektif maka sub-sub-indikator penegakkan aturan main mendapatkan skor 3.

Tabel 12. Perundangan yang digunakan PPN Pengambengan

No Domain UU terkait Penjelasan

1 Sumberdaya Ikan Permen KP No. 26

Tahun 2013 Terkait tentang hama, penyakit ikan dan karantina

2 Habitat dan Ekosistem Permen 26 2013

Perubahan Permen KP no 30 tahun 2012

Tentang konservasi terhadap ikan maupun non-ikan

3 Teknologi Penangkapan

Ikan Permen KP No. 57 Tahun 2014

Permen KP No. 18 Tahun 2013

Penjelasan tentang pukat cincin Definisi pukat cincin

4 Ekonomi Permen KP No. 38

Tahun 2014 Penjelasan Minapolitan

5 Sosial Permen KP No. 36

Tahun 2014 Permen KP No. 13 Tahun 2015

Nelayan Andon

Kuota bahan bakar minyak

6 Kelembagaan Permen KP No. 3a

Tahun 2014 Standar manajerial di lingkungan perikanan kelautan

Bagian selanjutnya merupakan sub-sub-indikator tersedianya alat, sumberdaya manusia (SDM), dan tindakan. Kelengkapan SDM, alat dan penindakan. Dalam hal tersebut PPN Pengambengan telah melakukan dengan baik karena tersedia SDM, alat dan penindakan. Berdasarkan modul indikator NWG EAFM dengan adanya SDM, alat dan tindakan yang ada maka mendapatkan skor 3. Pada sub-sub-indikator terakhir teguran dan hukuman dapat dilihat pada indikator 1 domain kelembagaan, dimana terdapat teguran, peringatan dan hukuman. Berdasarkan modul indikator NWG EAFM adanya teguran, hukuman yang berlaku mendapatkan skor 3. Pada setiap sub-sub-indikator di sub-indikator penegakkan aturan main dan efektivitasnya mendapatkan skor 3 maka sub-indikator ini mendapatkan skor 3 juga. Karena ketiga sub-sub-indikator mendapatkan skor 3, maka indikator ini berdasarkan modul indikator NWG EAFM mendapatkan skor 3.

(33)

21

Tabel 13. Kelengkapan aparat, alat dan penindakan

No SDM Alat Tindakan

1 PSDKP Kapal pengawas, alat ukur kapal, alat ukur alat tangkap Inspeksi, teguran, peringatan 2 TNI dan Polairud Kapal pengawas, senjata, alat bantu lainnya Inspeksi, keamanan

Indikator mekanisme pengambilan keputusan

PPN Pengambengan diharapakan dapat menggambarkan mekanisme pengambilan keputusan yang sistematis serta berjalan efektif dan efisien. Model pengambilan keputusan yang dilakukan oleh PPN Pengambengan dapat dilihat pada gambar 3. Pengambilan keputusan yang diambil mencakup pada operasionalisasi penangkapan dan konservasi pemulihan, untuk perizinan usaha diambil keputusan melalui perizinan birokrasi di Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana.

Gambar 3. Diagram alir mekanisme pengambilan keputusan

Setiap pengambilan keputusan di PPN Pengambengan melibatkan beberapa lembaga yang terkait. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pihak PPN Pengambengan dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan tingkat kepatuhan yang dilaksanakan setiap stakeholder berjalan dengan lancer. Contoh turunan kegiatan pada pengambilan keputusan konservasi dan pemulihan yakni dengan diadakannya pengawasan penangkapan terhadap ikan hiu tentang pemanfaatannya yang hanya boleh dikelola di dalam negeri saja, pelarangan penangkapan Hiu Paus Rhincodon typus, Pari Manta Manta alfredi dan Manta birostris serta lumba-lumba.

Contoh turunan kegiatan pada operasional penangkapan yakni adanya penyuluhan oleh pihak pelabuhan rutin setiap bulan kepada nelayan dan pemilik kapal untuk mengikuti peraturan dan membahas kendala teknis di lapangan, selain itu hal konkrit yang dilakukan oleh pihak pelabuhan dengan menerbitkan SLO (Surat Laik Operasi) dan SPB (Surat Persetujuan Berlayar) dengan adanya hal ini pihak PPN Pengambengan melakukan kontrol dan manajemen lebih baik dengan mengetahui berapa kapal yang beroperasi pada hari itu.

Khusus pada contoh turunan pada kegiatan perizinan usaha, terdapat beberapa syarat yang diperlukan seperti SKK yang dimiliki oleh nakhoda yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, SIPI dan SIUP yang dikeluarkan oleh Dinas KP Kab. Jembrana, dalam pelengkapan syarat pihak PPN Pengambengan juga membantu syarat kelengkapan yang dibutuhkan oleh nelayan. Kelompok nelayan juga turut andil membantu dalam melengkapi persyaratan yang diperlukan tersebut. Adanya keputusan sistematis, efektif dan efisien yang diberikan serta dijalankan sepenuhnya maka berdasarkan modul indikator EAFM NWG Group indikator ini mendapatkan skor 3.

Diskusi solusi Rapat

stakeholder Identifikasi

(34)

22

Tabel 14. Wewenang dan andil keputusan lembaga

No Pengambilan

keputusan Lembaga yang berperan Fungsi lembaga Kendala

1 Perizinan usaha Dinas Perikanan dan Kelautan

Jembrana Perizinan -

Kementerian Perhubungan Perizinan -

Kelompok Nelayan Melengkap persyaratan -

2 Operasional

penangkapan Dinas Perikanan dan Kelautan Jembrana Perizinan -

Kementerian Perhubungan Perizinan -

Kelompok Nelayan Usaha bersama -

PSDKP dan Kesyahbandaran Pengecekan dan penerbitan

SLO dan SIB -

3 Konservasi dan

pemulihan Dinas Perikanan dan Kelautan Jembrana Kerja sama antar lembaga -

BPSPL Kerja sama antar lembaga -

Petugas Pelabuhan Kerja sama antar lembaga -

Indikator rencana pengelolaan perikanan

Terdapat RPP (Rencana Pengelolaan Perikanan) dan harus dijalankan di PPN Pengambengan dengan kerja sama dari setiap stakeholder. PPN Pengambengan belum menjalankan sepenuhnya RPP tersebut secara efektif karena adanya beberapa hambatan. Hambatan yang terjadi pada penerapan RPP disebabkan oleh kurangnya pengawasan pihak terkait, terjadi perdagangan satwa yang dilindungi, adanya penangkapan ikan yuwana dan masih ada ketidaktahuan informasi penting dalam mendukung RPP tersebut dari pihak nelayan. Meskipun RPP belum efektif, penerapan RPP telah dilakukan oleh PPN Pengambengan. Setiap pelanggaran yang terjadi telah ditindak tegas oleh pihak yang berwajib serta adanya kontrol dari pihak pelabuhan bagi nelayan. Pada modul indikator EAFM NWG Group, dengan adanya RPP yang dijalankan tetapi belum sepenuhnya dijalankan secara efektif maka mendapat skor 2.

Tabel 15. Rencana pengelolaan perikanan PPN Pengambengan

No Jenis RPP Pengimplementasian Hambatan Tujuan 1 Perlindungan satwa dilindungi (Pari Manta, Hiu, Lumba-lumba) Pembatasan penangkapan hiu, pelarangan

penangkapan pari manta dan hewan lain

Kurangnya pengawasan pihak

terkait Melindungi satwa dilindungi Jual beli plat

insang dan sirip hiu secara ilegal 2 Status perikanan lemuru Pengawasan penangkapan ikan Tertangkapnya ikan yuwana lemuru Memulihkan stok ikan

Indikator tingkat sinergisitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan

Indikator ini diharapkan kebijakan antar lembaga yang berwenang mengambil dan memutuskan kebijakan agar dapat berjalan secara efektif dan bersinergi dalam pengelolaan perikanan. Pembagian kewenangan yang diamanatkan pada UU No. 32 Tahun 2004 diharapkan setiap lembaga dapat berbagi peran dengan efektif. Terdapat 3 unsur penting dalam sinergisitas kebijakan dan kelembagaan pengelolaan perikanan, yakni: Unsur perizinan, unsur

(35)

23

operasional pengelolaan perikanan, unsur konservasi dan pemulihan. Tingkat sinergisitas dapat diukur pula dengan sejauh mana koordinasi dan partisipasi dari setiap lembaga. Tingkat sinergisitas pada indikator ini terbagi menjadi dua arah yaitu sinergisitas lembaga dan sinergisitas kebijakan.

Kesinergisitasan pada setiap lembaga dapat dilihat pada ketiga unsur di tabel 13. Unsur perizinan terdapat beberapa lembaga yang berpartisipasi, yakni Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Jembrana dengan mempunyai andil dalam pelengkapan persyaratan SIPI, SIUP dan SIKPI, Dinas Perhubungan yang berpartisipasi dalam perizinan kapal dan SKK nakhoda kapal serta PPN Pengambengan sebagai fasilitator pada setiap nelayan yang akan memulai usaha.

Unsur operasional melibatkan PSDKP yang bertugas untuk mengawasi operasional kapal perikanan yang beroperasi dan melakukan inspeksi secara rutin baik program inspeksi terjadwal maupun inspeksi bersama dengan Din KP Kab. Jembrana dan adanya proses penerbitan SLO untuk mengontrol kelayakan operasi kapal dalam melakukan operasional serta Dinas KP Kab. Jembrana melakukan inspeksi dan pengawasan yang dilakukan secara rutin dengan lembaganya sendiri maupun bekerja sama dengan PSDKP di PPN Pengambengan. Unsur konservasi dan pemulihan Din KP Kab. Jembrana bersama PSDKP bersama melakukan kegiatan konservasi dengan melakukan penyuluhan, pemberian informasi sama halnya dengan PPN Pengambengan dan LSM lainnya serta melakukan pengawasan.

Sinergisitas lembaga yang terdapat pada PPN Pengambengan dapat dikatakan baik dan efektif, karena tidak terdapat konflik dan bersinergi dengan baik sehingga tidak mengalami kendala yang signifikan. Berdasarkan modul indikator EAFM NWG skor 3 didapat apabila terdapat sinergi antar lembaga tersebut berjalan dengan baik dengan hasil tersebut maka mendapatkan skor 3. Tabel 16. Kesinergisitasan antar lembaga

No Unsur Sinergisitas Lembaga Lembaga yang Berperan Komunikasi dan Koordinasi Konflik

1 Perizinan Dinas KP SIPI, SIUP, SIKPI Tidak

ada Dinas Perhubungan SKK Nakhoda

PPN Pengambengan Memfasilitasi persyaratan 2 Operasional PSDKP Pengawasan dan Inspeksi

bersama, Penerbitan SLO Tidak ada Dinas KP Pengawasan dan Inspeksi

bersama 3 Konservasi dan

Pemulihan Dinas KP Penyuluhan, informasi dan pengawasan

Tidak ada PPN Pengambengan Penyuluhan dan Indormasi WWF Penyuluhan dan informasi PSDKP Penyuluhan, informasi dan

pengawasan

Kesinergisitasan antar kebijakan mempunyai beberapa unsur, yaitu: unsur perizinan, unsur operasional dan unsur konservasi dan pemulihan. Pada setiap lembaga yang berkecimpung terdapat berbagai kebijakan yang dikeluarkan. Unsur perizinan melibatkan PPN Pengambengan, Dinas KP Kab. Jembrana dan Dinas

(36)

24

Perhubungan yang mempunyai peran berbeda. Peran dari setiap lembaga akan saling melengkapi.

Pada unsur perizinan dimana PPN Pengambengan akan menjadi fasilitator dari setiap nelayan yang akan melakukan usaha menuju Din KP dalam melengkapi persyaratan SIPI, SIUP dan SIKPI lalu Dinas Perhubungan akan mengeluarkan perizinan tentang izin kapal dan SKK dari nakhoda kapal tersebut sehingga akan saling mendukung. Unsur operasional akan disaring dengan kebijakan pengawasan oleh PSDKP karena melakukan inspeksi dan pengecekan. Hal ini diperlukan agar kapal yang beroperasi telah memenuhi aturan yang berlaku sebelum memulai proses penangkapan ikan dengan penerbitan SLO selanjutnya Kesyahbandaran akan menindaklanjuti permohonan berlayar dengan menyetujui apabila persyaratan berlayar telah dipenuhi dengan penerbitan SPB.

Penerbitan surat yang dilakukan ini bertujuan untuk mengontrol aturan agar tetap dipatuhi dan mengetahui jumlah hasil tangkapan yang didapat sehingga kebijakan yang dikeluarkan dapat saling mendukung. Unsur konservasi dan pemulihan melibatkan berbagai lembaga yang berkebijakan dan saling berkaitan erat. Sesuai dengan UU yang dikeluarkan pemerintah tentang berbagai jenis satwa yang dilindungi setiap lembaga melakukan penyuluhan dan pemberian informasi pada nelayan dan masyarakat sekitar.

Tabel 17. Kesinergisitasan antar kebijakan

No Kebijakan Lembaga yang

mengeluarkan

Sifat kebijakan A B C I Perizinan

Pengurusan izin PPN Pengambengan X Pengurusan izin Din KP Kab. Jembrana X Pengurusan Izin Din Hub X

II Operasional

SLO PSDKP X

SPB Kesyahbandaran X

III Konservasi dan Pemulihan

Perlindungan satwa PSDKP dan Din KP X Perlindungan satwa WWF X

Perlindungan satwa TNI dan Polri X

Ket: A = Kebijakan perizinan saling mendukung B = Kebijakan perizinan tidak saling mendukung C = Kebijakan dan perizinan saling bertentangan

Lembaga yang bertugas untuk melakukan pengawasan yaitu PSDKP dan Dinas KP, hal ini melibatkan lembaga tersebut untuk melakukan pengawasan dan penindakan bagi pelanggar yang menangkap satwa yang dilindungi (Pari Manta dan Hiu Paus), lembaga yang lain seperti LSM memberikan penyuluhan kepada masyarakat nelayan sekitar dengan kegiatan atraktif dan melakukan pemulihan stok, TNI dan Polri juga melakukan pengamanan dan menangkap pelanggar sehingga alur kegiatan dapat dikatakan berjalan dengan efektif. Sinergisitas kebijakan yang dilakukan oleh lembaga di PPN Pengambengan dapat dikatakan baik dan efektif karena kegiatan dan kebijkan dilakukan secara mendukung, jelas, komplementer dan efektif sehingga berjalan dengan baik. Berdasarkan modul

(37)

25

indikator EAFM NWG Adanya kebijakan antar lembaga mendapat skor 3, maka tingkat sinergisitas kebijakan antar lembaga mendapat skor 3. Skor 3 yang didapat pada sinergisitas antar lembaga dan sinergesitas kebijakan antar lembaga maka dijumlah menjadi skor 3 pada indikator ini.

Indikator kapasitas pemangku kepentingan

Pada indikator ini diharapkan para pemangku kepentingan dapat mengemban tugas sesuai dengan keahliannya dan terdapat peningkatan kemampuan dalam menjalani tugasnya. Pada indikator ini peningkatan kapasitas pemangku kepentingan yang ada sudah berjalan dengan baik dan terdapat kecocokan dengan profesi yang diemban. Pengimplemantasian apa yang didapat oleh pemangku kepentingan telah berjalan dengan baik seperti penerapan RPP (Rencana Pengelolaan Perikanan), adanya pembatasan armada penangkapan, pelatihan koordinasi antar lembaga. Selain itu banyak informasi dan pengetahuan yang muncul seperti data sosial dan ekonomi nelayan, daya dukung ekosistem, stok lemuru dan lainnya. Difungsikannya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan pada lapang, menunjukkan adanya pengimplementasian yang nyata dan dilakukan dengan baik. Berdasarkan Modul Indikator EAFM NWG dengan adanya upaya peningkatan kapasitas pemangku kepentingan dan difungsikan dengan baik, maka indikator ini diberikan skor 3.

Tabel 18. Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan

No Jenis Peningkatan Kapasitas Pengimplemantasian Pada Lapang Pemberi Materi (Jumlah Peserta) Kecocokan Dengan Profesi 1 Pelatihan Penuyusunan RPP RPP yang telah dirancang segera diimplemantasikan KKP (100 Orang) Cocok 2 Workshop Pengelolaan Lemuru Pengendalian stok

lemuru KKP (200 Orang) Cocok 3 Rakor FKPTS Koordinasi bersama

lembaga lain Antar Lembaga Cocok

Domain kelembagaan pada umumnya mendapatkan skor maksimal pada indikator kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan, mekanisme pengambilan keputusan, kelembagaan pengelolaan perikanan, kapasitas pemangku kepentingan. Indikator kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan secara formal maupun non-formal mendapatkan skor terkecil karena banyak terjadi pelanggaran formal di PPN Pengambengan dari kategori beragam. Indikator Rencana Pengelolaan Perikanan mendapatkan skor tidak maksimal karena terdapat hambatan yang cukup signifikan dalam menjalankan RPP di PPN Pengambengan.

Setelah didapatkan hasil skor, nilai bobot dan nilai indeks maka akan didapatkan nilai komposit, warna bendera serta deskripsinya sesuai dengan hasil rentang nilainya. Domain kelembagaan pada pengelolaan perikanan berpendakatan ekosistem di PPN Pengambengan menunjukkan hasil yang baik,

(38)

26

hal ini ditunjukkan dengan didapatkaannya nilai komposit 78 dengan deskripsi baik dan bendera berwarna hijau muda pada domain ini. Berikut hasil perhitungan skor domain kelembagaan:

Tabel 19. Hasil penilaian domain kelembagaan

No Indikator Skor Nilai bobot

(%)

Nilai Indeks

1

Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip perikanan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan perikanan yang telah ditetapkan

secara formal maupun non-formal 1 25 25 2 Kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan 3 26 78 3 Mekanisme pengambilan keputusan 3 18 54 4 Rencana Pengelolaan Perikanan 2 15 30 5 Tingkat sinergisitas kebijakan dan Kelembagaan pengelolaan perikanan 3 11 33 6 Kapasitas pemangku kepentingan 3 5 15

Tabel 20. Nilai agregat EAFM PPN Pengambengan

Domain Nilai Komposit Deskripsi

Kelembagaan 78 Baik

Skor akhir yang didapat dari kedua domain EAFM pada domain teknik penangkapan ikan (TPI) dan domain kelembagaan berturut-turut mendapatkan nilai komposit 87 dan 78. Meskipun mayoritas skor yang didapatkan adalah 3, tetapi masih terdapat skor 1 dan 2 pada beberapa indikator. Domain TPI dikategorikan baik sekali dalam pelaksanaan EAFM sedangkan domain kelembagaan dikategorikan baik dalam pelaksanaan EAFM.

Pengelolaan perikanan di PPN Pengambengan telah menunjukkan performa pengelolaan perikanan yang berpendekatan ekosistem dengan baik dan harus didukung penuh oleh setiap stakeholder agar pengelolaan perikanan ini terus berjalan lancar. PPN Pengambengan diharapkan memperbaiki beberapa indikator yang belum meraih hasil maksimal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penilaian EAFM dari domain teknik penangkapan ikan dan kelembagaan mendapatkan skor memuaskan. PPN Pengambengan mendapatkan mayoritas skor 3 tetapi masih terdapat beberapa indikator yang skornya belum sempurna bahkan 1, karena masih terdapat pelanggaran dari peraturan yang telah dibuat sehingga terjadinya hambatan dalam pengelolaan tersebut. Perlu ditambahnya pengawasan, bimbingan pada setiap stakeholder agar bisa

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali.  Sumber: Google Maps
Tabel 3. Catatan pelanggaran di PPN Pengambengan
Gambar 2. Length maturity hasil tangkapan nelayan di PPN  Pengambengan. 050100150200250300350400450Jumlah Ikan Panjang IkanLm
Tabel 5. Daftar alat tangkap seletif dan tidak selektif
+4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor intrinsik adalah faktor-faktor dari dalam yang berhubungan dengan kepuasan, antara lain keberhasilan mencapai sesuatu dalam karir, pengakuan yang diperoleh dari

Kegiatan Inventarisasi dan Verifikasi Data P3D bidang Pendidikan Menengah dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi dan pemetaan data- data terkait

Karena dengan membahas kasus negara yang menganut paham marxisme yang kemudian beralih menjadi negara kapitalis tidak lain dan tidak bukan adalah karena gagalnya sistem

[r]

Jika Peraturan Walikota telah diubah lebih dari satu kali, Pasal I memuat, selain mengikuti ketentuan pada Nomor 4 huruf a, juga tahun dan nomor dari Peraturan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan peran orang tua dalam pendidikan menstruasi dengan perilaku saat menstruasi pada siswi kelas VIII di SMP Negeri 1 Banguntapan