• Tidak ada hasil yang ditemukan

PASAR BURUNG JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PASAR BURUNG JAKARTA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PASAR BURUNG JAKARTA

Sinta Novagia1 dan Diah Anggraini2

1Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Email: sintanovagia@gmail.com 2Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

ABSTRAK

Seiring dengan perkembangan gaya hidup dan kebutuhan masyarakat perkotaan, saat ini telah berkembang berbagai jenis dan sistem pasar modern yang berbeda dari pasar tradisional. Pasar-pasar modern yang dimaksud ialah Pasar-pasar swalayan, mall, dan pusat perbelanjaan yang memenuhi wajah ibu kota saat ini. Namun hal ini tidak membuat pasar tradisional kehilangan pamornya, karena pasar tradisional umumnya memiliki nilai lokalitas daerah setempat dan memiliki bagian dalam sejarah perkembangan daerah setempat. Hal ini membuat pasar tradisional kerap dijadikan sebagai salah satu objek wisata bagi sebagian orang. Pasar Burung merupakan pasar yang timbul berdasarkan permintaan atas komoditas burung dan unggas kesayangan yang sejak dahulu telah menjadi salah satu hobi di antara masyarakat umum. Pasar Burung Jakarta ini merupakan pasar hasil relokasi dari pasar burung pramuka yang sudah melegenda dan pernah menyandang pasar hewan liar terbesar se-Asia Tenggara. Perancangan Pasar Burung Jakarta ini bertemakan wisata berbelanja dengan pendekatan arsitektur habitable space. Di dalamnya terdapat area berbelanja hewan peliharaan terutama burung, unggas kesayangan, namun juga terdapat jenis mamalia dan reptil peliharaan. Selain itu pasar ini juga berfungsi sebagai area edukasi tentang keragaman fauna khususnya burung-burung endemik Indonesia yang dipelihara di dalam sangkar raksasa.

Kata kunci: pasar, pasar burung, wisata berbelanja, edukasi.

1. PENDAHULUAN

Jakarta sebagai ibu kota dari Indonesia telah menjadi pusat dari perkembangan segala aspek terutama aspek ekonomi. Sebagai pusat perekonomian Jakarta dipenuhi dengan berbagai macam gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan termasuk pasar baik pasar modern maupun pasar tradisional.Sebagaimana di kota-kota besar di dunia yang terkena imbas globalisasi. Namun hal ini tidak membuat berkurangnya minat pembeli kepada pasar tradisional, karena pasar tradisional dapat menampilkan kekhasannya sendiri.

Pasar tradisional umumnya memiliki cerita atau memiliki bagian dalam sejarah perkembangan daerah setempat. Hal ini yang membuat pasar tradisional dijadikan sebagai objek wisata bagi sebagian orang. Salah satunya ialah pasar burung. Pasar ini selain berfungsi menjadi area jual-beli, namun dapat juga menjadi area wisata dikarenakan keunikan barang dagangan yang dijual. Pasar Burung adalah pasar berkebutuhan khusus yang umumnya menjual segala jenis unggas kesayangan atau unggas peliharaan. Pasar Burung pada dasarnya merupakan fungsi pasar yang terbentuk dan berkembang berdasarkan permintaan pasar.

Menurut survei terhadap rumah tangga tentang hobi memelihara burung yang diselenggarakan oleh Pelestari Burung Indonesia (PBI), Nielsen Survey Indonesia, Aksenta, Universitas Oxford, dan Darwin Initiative terhadap 1781 koresponden di Indonesia, Burung merupakan hewan peliharaan paling popular [1]. Terpilihnya burung menjadi hewan peliharaan paling popular karena, Indonesia (Jawa khususnya) memiliki budaya yang masih kental, yang menganggap burung merupakan hewan peliharaan yang wajib dimiliki oleh para pria yang sudah dewasa. Oleh karena itu, terdapat lebih dari 100 pasar burung yang tersebar di Indonesia, 70 di antaranya terletak di Pulau Jawa.

(2)

Pasar burung terbesar di Indonesia terletak di Jakarta Timur yaitu Pasar Burung Pramuka yang dibangun sejak tahun 1975. Pasar ini marak dikunjungi oleh para pencinta burung peliharaan maupun para pelancong baik dalam ataupun luar negri yang berkeinginan untuk berekreasi. Namun, besarnya minat pengunjung tidak didukung dengan fasilitas yang memadai. Kapasitas pasar sudah tidak cukup menampung jumlah penjual membuat pasar ini menjadi sesak oleh obyek dagangan yang menghambat jalur sirkulasi dalam pasar.

Melihat potensi dan kendala yang telah diuraikan di atas, Pasar Burung Pramuka yang telah menjadi icon pasar burung di Indonesia memerlukan sebuah wadah yang lebih layak dan mampu menampung lebih banyak aktifitas program di dalamnya. Pasar Burung Jakarta ini merupakan proyek yang bertujuan menjawab masalah Pasar Burung Pramuka. Proyek ini merupakan proyek relokasi dan penambahan program-program baru yang dapat memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Adapun tujuan dan manfaat dari proyek Pasar Burung Jakarta ini adalah sebagai berikut : 1. Mendorong dan meningkatkan aktivitas sosial, ekonomi kawasan setempat dengan adanya

Proyek Pasar Burung ini.

2. Menarik minat para wisatawan dengan membuat inovasi baru berupa penambahan program rekreasi/wisata di dalam Pasar Burung.

3. Objek wisata pendidikan tentang keberagaman burung Indonesia.

4. Membantu Pemerintah dalam program pelestarian dan mencegah eksploitasi burung-burung yang sudah dilindungi.

Kajian Teori

Pasar secara sederhana adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual-beli barang dan jasa. Adapun pasar menurut kajian Ilmu Ekonomi diartikan sebagai suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan [2] (Nurmawan, S.Pd, “Struktur Pasar”, 2006). Namun dalam konteks perencanaan dan perancangan pasar ini pengertian pasar lebih ditekankan pada suatu tempat atau fasilitas dimana para pembeli dan penjual bertemu untuk melakukan transaksi. Pasar Burung pada dasarnya merupakan wadah yang terbentuk dan berkembang berdasarkan permintaan pasar. Permintaan atas komoditas burung peliharaan menjadi latar belakang munculnya fungsi pasar ini, sebagai dampak kebutuhan yang muncul akibat fenomena maraknya hobi memelihara burung di Indonesia. Pasar burung merupakan pasar terpadu yang menggabungkan fungsi dagang khusus (satwa burung dan unggas) yang pada ciri kegiatannya tergolong pada jenis pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat, atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. [3] (M. Anwar, 2001)

Fungsi utama pasar burung adalah untuk menjual hasil penangkaran burung dari daerah penangkaran setempat maupun dari luar daerah. Pasar burung ini menampung kegiatan pemasaran, dan informasi mengenai kegiatan perlombaan, dan penangkaran burung. Pasar

(3)

2. METODE PERANCANGAN

Perancangan bangunan pasar burung ini menggunakan dua metode yaitu metode evaluatif dan metode pragmatis. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi bangunan pasar burung pramuka untuk kemudian dijadikan salah satu acuan dalam perancangan proyek pasar burung di Jakarta. Metode evaluatif ini dilakukan dengan meninjau bangunan eksisting dan melakukan wawancara dengan berbagai pihak terkait. Metode pragmatis digunakan untuk merancang desain yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Metode pragmatis ini didahului dengan mengidentikasi proyek dan kebutuhan proyek melalui studi kasus terkait proyek pasar burung. Pada proses selanjutnya, penyusunan program kegiatan dan penambahan program-program aktivitas baru yang terkait dengan proyek.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pasar Burung Pramuka

Pasar Burung Pramuka merupakan pasar burung terbesar di Indonesia. Pasar ini dibangun pada tahun 1976 oleh Ali Sadikin yang saat itu menjabat menjadi gubernur Jakarta. Pasar ini telah menjadi icon/identitas pasar Burung di Indonesia. Pasar ini berlokasi di daerah Matraman, Jakarta Timur dengan luas area sebesar 3.250 meter persegi. Pasar Burung Pramuka memiliki massa utama dengan 3 lantai bangunan yang terdiri dari 289 kios permanen.

Secara fisik bangunan-bangunan yang ada saat ini sudah tidak layak lagi untuk ditempati. Dekatnya jarak antar kios dan ditambah lagi banyaknya penjual burung yang menaruh dagangannya di area sirkulasi membuat sirkulasi didalam pasar menjadi lebih sempit. Sehingga berakibat kurangnya penghawaan di dalam pasar yang menyebabkan bau tidak sedap yang berasal dari kotoran burung dan sampah yang berada di sekitar pasar. Selain itu banyak juga pedagang yang membuka kios diluar pasar karena tidak mendapatkan kios di dalam pasar ataupun untuk memudahkan pengunjung yang datang agar tidak perlu parkir dan masuk ke dalam pasar.

Gambar 1. Situasi Eksisting di Pasar Burung Pramuka

Sumber : Dokumen Pribadi (13/1/2016)

Luasan bangunan sangat terbatas untuk menampung para pedagang yang semakin bertambah sehingga jalan raya sebagai jalan utama pasar menjadi semakin sempit karena digunakan sebagai areal berjualan bagi para pedagang yang tidak tertampung dalam kios pasar. Lahan parkir yang tersedia sangat kurang untuk menampung jumlah kendaraan yang keluar masuk. Hal tersebut ditambah dengan termakannya area pedestrian di sepanjang jalan raya oleh keberadaan PKL.

(4)

Perkembangan Pasar Burung Pramuka memiliki potensi dan prospek yang tinggi sehingga patut untuk dikembangkan. Tingginya minat masyarakat untuk membeli burung ataupun sekedar rekreasi sangat tinggi, tidak didukung dengan kondisi Pasar Burung Pramuka yang kini sudah tidak layak. Melihat potensi ini, maka sangat disarankan untuk merelokasi pasar burung pramuka ke tempat yang lebih layak dan mudah diakses sehingga potensi yang ada dapat dikembangkan.

Deskripsi dan Analisa Tapak

Tapak area relokasi yang ditetapkan berlokasi di Jatinegara Kaum, Kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur. Kawasan yang paling dekat dengan Matraman dan sesuai dengan prosedur peredaran unggas dari Pemerintah ialah kawasan Pulo Gadung.

Gambar 2 Peta Satelit Jakarta Timur

Sumber : Dokumen Pribadi

Kawasan Pulogadung merupakan kawasan yang berada di sebelah Timur dari kawasan Matraman berjarak 5.08 km. Kawasan ini sebelumnya dikenal sebagai kawasan industry, padahal sebagian besar fungsinya sudah bergeser kearah pemukiman dan komersial. Akses transportasi berbasis rel maupun berbasis jalanpun melintasi sebagian besar kawasan ini. Sehingga perkembangan ke arah komersil sangat dimungkinkan. Menurut Perda tentang Rancangan Tata Ruang Wilayah tahun 2030, kawasan Pulogadung merupakan Pusat Kegiatan Tersier dan kawasan ini diperuntukan sebagai pusat perdagangan skala kota.

Analisa tapak dibuat mengacu pada pengamatan akan tingkat kebisingan di sekitar tapak. Mengingat bahwa komoditas yang dipasarkan ialah burung maka tingkat kenyamanan dan kebisingan sangat mempengaruhi kondisi fisik komoditas yang dipasarkan.

(5)

Gambar 3 Analisis Tingkat Kebisingan

Sumber : Dokumen Pribadi

Pada sisi Utara tapak, terdapat dua aktivitas, pertama (sisi kanan) merupakan gudang Mako Akabri, yang bersifat statis dan diam, sedangkan aktivitas kedua (sisi kiri) merupakan pabrik kayu yang bersifat statis namun cukup bising, sehingga pada sisi ini perlu diberikan banyak buffer berupa pepohonan untuk mengurangi tingkat bising ke dalam tapak. Pada sisi Barat tapak terdapat pemukiman illegal dengan KDB tinggi yang bersifat dinamis dan cukup bising, sehingga pada sisi ini diletakan zona kegiatan service. Sisi Selatan tapak merupakan pool bus mayasari bakti, yang bersifat dinamis dan cukup diam.

Konsep Perancangan

Tatanan bangunan pasar burung Jakarta dibuat berdasarkan hasil dari analisis tapak. Berdasarkan zona aktifitas pada analisis kebisingan (gambar 3), maka terbentuklah pola sirkulasi bangunan (nomor 2 gambar 4). Sirkulasi dan blok massa terbentuk berdasarkan sikap terhadap potensi titik kebisingan yang ada. Sedangkan proses shapping bangunan terbentuk berdasarkan konsep metafor dari sangkar burung pada pohon.

Gambar 4. Skema Desain Sumber : Dokumen Pribadi

(6)

Perancangan pasar burung ini menggunakan pendekatan teori habitable space, habitable sendiri diambil dari kata habitat yang berarti tempat kediaman asal atau alami. Sehingga perancangan ini bertujuan menciptakan ruang layaknya habitat untuk burung di luar dari habitat alami mereka. Sedangkan konsep bentukan massa bangunan (shapping) menggunakan pendekatan metafor dari sangkar burung yang terletak dipohon. Sangkar burung merupakan rumah pertama bagi semua jenis burung yang merupakan habitat alami mereka. Peletakan sangkar burung yang bersifat organik membuat bangunan pasar burung ini menjadi dinamis. Peletakan kios pun dibuat dinamis mengikuti bentukan dari bangunan pasar burung ini sendiri. Pasar burung ini memasukan pencampuran komoditas yang ada, jadi selain burung dan unggas kesayangan, juga terdapat kios-kios yang menjual hewan mamalia dan reptil peliharaan. Hal ini bertujuan agar pasar ini dapat lebih menarik pengunjung selain peminat dan penghobi burung saja.

Gambar 5. Konsep Massa Sumber : Dokumen Pribadi

Konsep habitable space, yaitu habitat burung yang bebas diwujudkan dalam desain yang memiliki banyak ruang terbuka. Massa bangunan dihubungkan oleh plaza-plaza terbuka yang dapat dilihat pada site plan (gambar 6). Disetiap plaza juga ditempatkan banyak pohon sebagai penghijauan untuk atraksi menarik burung-burung liar untuk hinggap ke dalam bangunan.

(7)

Gambar 6. Site Plan

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar 7. Block Plan

(8)

Selain itu, pasar burung ini pun memiliki area dimana burung-burung yang dilindungi oleh pemerintah di lepas di dalam sebuah sangkar raksasa (gambar 7 dan gambar 8). Area ini dapat dimasuki oleh pengunjung melalui pintu masuk sangkar di plaza-plaza penghubung. Di dalam sangkar raksasa ini juga terdapat arena untuk lomba burung. Selain sangkar raksasa juga terdapat sangkar-sangkar yang terletak di void bangunan pada lantai 3 dan 4 (gambar 8). Dengan demikian pasar burung ini selain sebagai area berbelanja hewan, juga sebagai area edukasi rekreasi tentang fauna khususnya burung-burung endemik di Indonesia.

Gambar 7. Potongan Bangunan Pasar Burung Jakarta

Sumber : Dokumen Pribadi, 2016

Gambar 8. Detail Sangkar Void

Sumber : Dokumen Pribadi

Fasad bangunan diselaraskan dengan konsep massa bangunan yaitu metafor dari sarang burung. Fasad menggunakan skin dari bahan alucobond. Terdapat 2 desain skin, skin dibentuk dari siluet sarang burung (cormorant nest) di atas pohon. Skin pertama untuk bidang diagonal,

(9)

kedua dipakai untuk bidang-bidang yang menjurus keluar, berbentuk menyerupai ranting pohon. Skin berfungsi sebagai nilai estetik bangunan juga sebagai sun screen menahan radiasi matahari yang masuk kedalam bangunan.

Gambar 9. Perspektif Eksterior Pasar Burung Jakarta

Sumber : Dokumen Pribadi, 2016

Gambar 9. Tampak Bangunan Pasar Burung Jakarta

(10)

Gambar 10. Interior Pasar Burung Jakarta

Sumber : Dokumen Pribadi, 2016

4. KESIMPULAN

Pasar Burung Jakarta bertujuan agar nilai lokalitas dan keunikan dari Pasar Burung Pramuka tetap ada dan semakin berkembang dengan penambahan beberapa program baru yang lebih menarik.

Pasar Burung Jakarta bertemakan wisata berbelanja, selain sebagai area berbelanja hewan, pasar ini berguna sebagai objek wisata edukasi tentang keragaman fauna khususnya burung endemik di Indonesia. Perwujudan tema ini di implementasikan dalam konsep dan pendekatan yang dipakai sebagai acuan merancang proyek ini. Pendekatan habitable space digambarkan melalui banyaknya ruang, plaza, void terbuka serta adanya sangkar burung raksasa untuk melepas burung secara bebas. Sedangkan untuk konsep bangunan digunakan pendekatan metafor dari sarang burung yang masih berhubungan dengan teori habitable space, sehingga bentuk bangunan lebih dinamis dan menarik.

Perancangan pasar burung tidak hanya perlu memperhatikan kenyamanan dari manusia, karena pasar burung juga dihuni oleh komoditas hewan terutama burung, sehingga perancangan juga harus memperhatikan kebutuhan komoditas ini agar sifat alami burung lebih terpancar layaknya hidupnya di habitat alaminya.

DAFTAR PUSTAKA

http://omkicau.com/2013/01/03/enam-alasan-orang-memelihara-burung/ (diakses tanggal 12 Januari 2016)

Nurmawan (2006). Struktur Pasar. http://www.dikmenum.go.id. (diakses tanggal 12 Januari 2016)

Anwar, M. (2001). Pedoman Pembinaan Pasar Tradisional, Jakarta : Dirjen. DepartemenPerindustrian dan Perdagangan, Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Situasi Eksisting di Pasar Burung Pramuka
Gambar 2 Peta Satelit Jakarta Timur
Gambar 4. Skema Desain  Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 6. Site Plan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Program revitalisasi pasar tradisional juga menyentuh tata kelola (kelembagaan) pasar. Mewujudkan pasar yang profesional haruslah dikelola dengan manajemen yang terpadu dimana

penjual atau produsen yang menawarkan barang yang sama, namun masing-masing memiliki ciri-ciri khusus. Kebaikan Pasar

Sumber unggas yang dijual di pasar unggas Beringkit, Kumbasari dan Kediri berasal dari daerah asal pedagang itu sendiri dan juga didatangkan dari berbagai daerah di luar daerah

Gambar 2 Grafik Pertumbuhan Pedagang Burung di Pasar Karimata

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, yang berjudul:.. PASAR BURUNG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. PASAR BURUNG

Keanekaragaman jenis burung keseluruhan di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR tergolong tinggi dengan indeks keanekaragaman sebesar (3,4386), ini menunjukkan

Dengan menggunakan gerbong kereta tertutup yang didesain khusus, dapat dihindari penyebaran virus flu burung melalui udara, selain juga menyediakan perlindungan bagi unggas dari