• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Migrasi sebagai bagian dari mobilitas penduduk horizontal merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Ketiga komponen ini merupakan peristiwa kependudukan yang selalu akan terjadi dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002 dalam Sarmita, 2013).

Fenomena migrasi hampir dialami oleh setiap negara, termasuk yang dialami oleh Indonesia. Secara umum migran dari Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Kepulauan lain kebanyakan bergerak menuju Pulau Jawa. Misalnya pada periode tahun 1971 migran dari Pulau Sumatera yang ke Pulau Jawa sebanyak 94, 31 persen, tahun 1980 91,35 persen, tahun 1990, 90,94 persen, dan tahun 1995 91,94 persen (Emalisa, 2003). Hal ini dapat dimaklumi mengapa Pulau Jawa menjadi daerah tujuan utama migran dari pulau-pulau yang lain karena pulau ini merupakan tempat pusat perekonomian, pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat kegiatan-kegiatan sosial ekonomi lainnya, sehingga penduduk dari pulau-pulau di luar Jawa ingin menetap (tinggal) di Pulau Jawa.

Secara umum migrasi masuk seumur hidup di Indonesia mengalami peningkatan yang terus menerus. Berikut adalah gambaran kondisi migrasi masuk lifetime di Indonesia sejak tahun 1971-2010:

(2)

2 Sumber: BPS (dalam www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 30 Juli 2015)

Gambar 1.1

Arus Migrasi Masuk Seumur Hidup Indonesia Tahun 1971-2010 Peningkatan arus migrasi masuk lifetime yang terjadi di Indonesia merupakan dampak dari adanya disparitas antar wilayah di Indonesia, karena pada dasarnya seseorang akan melakukan migrasi karena ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik. Fenomena migrasi pada umumnya dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang terdapat di daerah asal dan daerah tujuan. Mitchel (1961 dalam Mantra 2003) mengatakan bahwa ada beberapa kekuatan yang menyebabkan orang-orang terikat pada daerah asal, dan ada juga kekuatan yang mendorong orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut kekuatan sentripetal dan sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal disebut dengan kekuatan sentrifugal.

Mantra (1978 dalam Musa, 1990) mengemukakan bahwa adanya faktor dorong-tarik (push-pull-factors) merupakan salah satu model yang sering

5843173 10230798 11536170 14743056 17876743 20456483 21276929 27975612 0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000 30000000 1971 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010

(3)

3 digunakan dalam menganalisis terjadinya migrasi atau mobilitas penduduk. Kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan (needs) seseorang menyebabkan orang tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhannya. Dalam master plan percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia tahun 2011-2025 (MP3EI), NTT termasuk dalam Zona Bali-Nusa Tenggara dimana pada zona ini mengedepankan aspek pariwisata dan pendukung pangan nasional. Sedangkan Pulau Jawa menekankan pada aspek pendorong industri dan jasa nasional. Selain itu, strategi khusus koridor ekonomi Jawa adalah mengembangkan industri yang mendukung pelestarian daya dukung air dan lingkungan (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2011). Dari pembagian zona pembangunan daerah, Provinsi NTT masih menekankan pada aspek pangan atau masih bertumpu pada pengembangan sektor pertanian. Di sisi lain Pulau Jawa menekankan pada aspek industri dan jasa nasional. Berdasarkan pembagian zona pembangunan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi pembagunan di Pulau Jawa lebih baik daripada di NTT. Jadi, wilayah Pulau Jawa mempunyai nilai kefaedahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah NTT.

Pada umumnya kondisi ekonomi yang terjadi di daerah asal dan daerah tujuan merupakan alasan atau faktor yang paling sering digunakan seseorang untuk melakukan migrasi atau perpindahan. Namun untuk menjelaskan fenomena migrasi pada saat sekarang tidak hanya cukup dilihat atau dijelaskan pada faktor

(4)

4 ekonomi saja. Perbedaan fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi. Todaro (1998 dalam Rustariyuni, 2013) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan bermigrasi adalah karena faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem pendidikan, dan dampak modernisasi yang ditimbulkan dari perkotaan.

Mengejar kesempatan pendidikan yang lebih baik merupakan salah satu alasan yang menyebabkan seseorang untuk pindah. Fenomena ini terjadi di NTT, dimana perbedaan kualitas sistem pendidikan antara daerah merupakan penyebab mahasiswa asal NTT memilih untuk menempuh pendidikan di luar wilayah NTT. Hal ini kemudian berdampak pada cukup tingginya angka migrasi keluar di NTT. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 angka migrasi keluar seumur hidup NTT sebesar 268.998 (www.bps.go.id. Diakses pada tanggal 30 Juli 2015). Wilayah Pulau Jawa merupakan daerah tujuan utama mahasiswa asal NTT untuk memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih baik, salah satunya adalah Yogyakarta.

Gambaran ketertinggalan Provinsi NTT dengan daerah-daerah lain di Pulau Jawa dari aspek pendidikan dapat dilihat pada tingkat angka partisipasi murni Provinsi (APM) NTT. Pada tahun 2013 angka partisipasi murni (APM) NTT pada jenjang pendidikan SMA sebesar 47,30 (www.bps.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Angka partisipasi murni (APM) SMA NTT bahkan berada cukup jauh di bawah rata-rata angka partisipasi murni (APM) SMA secara nasional

(5)

5 pada tahun yang sama yaitu tahun 2013 sebesar 54,25 (www.bps.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Bandingkan dengan angka partisipasi murni (APM) salah satu Provinsi di Pulau Jawa yaitu Provinsi D.I. Yogyakarta dimana pada tahun 2013 angka partisipasi murni (APM) SMA Provinsi D.I. Yogyakarta mencapai 64, 86 (www.bps.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015) jauh di atas angka partisipasi murni (APM) SMA NTT yang hanya sebesar 47,30.

Yogyakarta merupakan salah satu tujuan dari penduduk NTT yang ingin memperoleh kesempatan pendidikan yang lebih baik. Selama ini Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar. Julukan sebagai kota pelajar tersebut menandakan bahwa Yogyakarta memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik. Perkembangan industri pendidikan di Daerah Yogyakarta juga berpengaruh terhadap banyaknya migran yang masuk ke Yogyakarta. Perbandingan jumlah warga asli Yogyakarta dan pendatang dari kota/negara lain adalah 35:65. Setiap bulan, sedikitnya ada sekitar 1.320 pendatang menyerbu Yogyakarta. Angka ini baru yang secara resmi melapor ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) untuk mengurus surat keterangan pindah datang dari daerah asal mereka. Pasti masih banyak yang datang ke Yogyakarta tapi tidak melapor ke dinas terkait. Kebanyakan pendatang adalah pelajar dan mahasiswa. Hanya sekitar 10 persen pendatang yang datang ke Yogyakarta untuk bekerja. Untuk asrama saja, ada sekitar 500 asrama pelajar dan mahasiswa dari seluruh provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia hadir di Yogyakarta. Sebanyak 78,7 persen dari total jumlah mahasiswa di Yogyakarta adalah perantau dari luar daerah. Untuk

(6)

6 jumlahnya, mahasiswa perantau ini berjumlah sekitar 200.000 mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia (http://swaragamafm.com/new/jogja -fact-seputar-pendatang-jogja/. Diakses pada tanggal 23 September 2015).

Dalam kaitanya dengan mobilitas yang dilakukan oleh mahasiswa asal NTT ke Yogyakarta, pada awalnya disparitas pembangunan terutama dalam bidang pendidikan merupakan faktor utama yang melatarbelakangi adanya fenomena mobilitas. Keberadaan perguruan tinggi atau universitas di suatu wilayah merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan pendidikan di wilayah tersebut.

Sumber: Kemendiknas, 2012

Gambar 1.2

Perbandingan Jumlah Perguruan Tinggi Di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi NTT

Gambar di atas memperlihatkan jumlah perguruan tinggi yang terdapat di Provinsi NTT hanya berjumlah 39. Hal ini tentu sangat berbeda jauh dengan jumlah perguruan tinggi yang terdapat di Provinsi D.I. Yogyakarta yang jumlahnya mencapai 126. Keberadaan perguruan tinggi yang banyak mengindikasikan kondisi atau iklim pendidikan yang cukup baik, kondusif dan

126 39 0 50 100 150 DIY NTT

(7)

7 tentu saja juga menggambarkan kamajuan pendidikan di Yogyakarta. Di sisi lain banyaknya perguruan tinggi juga semakin memperbanyak pilihan dalam memilih pergruan tinggi. Walaupun dari aspek rasio antara jumlah mahasiswa dengan jumlah perguruan tinggi lebih baik di Provinsi NTT daripada di Provinsi D.I. Yogyakarta, namun jika dilihat dari kualitas dari perguruan tinggi yang ada, kualitas perguruan tinggi di Yogyakarta lebih baik daripada perguruan tinggi yang terdapat di NTT. Sebagai contoh salah satunya UGM yang merupakan perguruan tinggi dengan kualitas nomor satu di Indonesia. Rasio jumlah perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa yang lebih tinggi di Yogyakarta daripada di NTT juga dipengaruhi banyaknya mahasisiwa yang ada di Yogyakarta dan berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Sumber Kemendiknas, 2012

Gambar 1.3

Perbandingan Rasio Jumlah Perguruan Tinggi Dengan Jumlah Mahasiswa Di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Provinsi NTT

Jumlah perguruan tinggi yang cukup banyak dengan kualitas yang bagus menggambarkan kualitas pendidikan di Yogyakarta yang bagus. Hal ini jga didukung dengan kondisi Yogyakarta yang sangat kondusif bagi pendatang. Keadaan ini berdampak pada banyak mahasiswa dan pelajar tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta. Banyaknya mahasiwa dan pelajar

1938 1762 1600 1700 1800 1900 2000 DIY NTT

(8)

8 yang bermigrasi ke Yogyakarta memperlihatkan adanya perbedaan nilai kefaedahan antar wilayah dalam aspek pendidikan.

Perbedaan nilai kefaedahan antar wilayah tersebut menurut Mantra (1992) merupakan salah satu penyebab terjadinya migrasi atau perpindahan penduduk. Di sisi lain Kasto (2002) melihat bahwa kemajuan antar daerah merupakan salah satu determinan pokok yang menjelaskan proses mobilitas penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan. Kemajuan pembangunan pendidikan dan ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai di Yogyakarta merupakan salah satu faktor penarik yang menyebabkan masyarakat NTT melakukan mobilitas atau perpindahan ke Yogyakarta.

Pada awalnya mobilitas yang dilakukan oleh mahasiswa asal NTT ke Yogyakarta bersifat mobilitas non permanen. Mobilitas non permanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah yang lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu yang lama (Steele, 1983 dalam Mantra, 1999). Adanya niatan mahasiswa asal NTT untuk menetap di Yogyakarta tentu saja berdampak negatif bagi NTT dan Yogyakarta itu sendiri. Mahasiswa seperti yang kita ketahui adalah manusia yang memiliki sumber daya manusia yang memadai, apabila mahasiswa asal NTT di Yogyakarta lebih berminat untuk tinggal di Yogyakarta daripada di NTT maka tentu saja NTT akan kehilangan sumberdaya manusia yang memadai. Di sisi lain hal tersebut juga berdampak buruk bagi Yogyakarta itu sendiri karena

(9)

9 akan semakin menambah jumlah penduduk di Yogyakarta dan akan mengurangi daya dukung Yogyakarta itu sendiri.

Niat mahasiswa asal NTT menjadi migran permanen juga akan bertolak belakang dengan program yang sedang direncanakan oleh pemerintah. Dalam RPJMN 2015-2019 (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dikatakan bahwa arah pembangunan Indonesia akan bergerak ke arah kawasan timur dimana ditekankan pada pembangunan di desa baru ke kawasan timur, daerah pinggir, serta kawasan timur itu sendiri (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2014).

Sejalan dengan terus bertambahnya mahasiswa asal NTT di Yogyakarta (meskipun tidak diketahui jumlahnya secara pasti) jumlah mahasiswa asal NTT di Yogyakarta juga mengalami peningkatan. Sesepuh ikatan keluarga pelajar mahasiswa NTT, Daniel Dama Ledo mengatakan bahwa ada 10.000 mahasiswa asal NTT di Yogyakarta (nasional.tempo.co/read/news/2013/03/27/063469634/rib uan mahasiswa asal ntt eksodus-dari-yogya. Diakses pada tanggal 28 September 2015). Hal tersebut kemudian mendorong mahasiswa untuk membentuk berbagai ikatan mahasiswa yang beretnisitas NTT, salah satunya adalah KESA. KESA (Kelompok Studi tentang Desa) adalah sebuah ikatan mahasiswa asal NTT yang memiliki minat untuk berdiskusi tentang desa atau berminat membangun desa. Anggota KESA merupakan mahasiswa asal NTT yang berasal dari berbagai daerah di NTT dan sedang melanjutkan pendidikan di Yogyakarta yang tersebar di berbagai kampus di Yogyakarta.

(10)

10 Keberadaaan keluarga atau kenalan juga berperan penting adanya niatan seseorang untuk menetap di wilayah tujuan. Dalam kaitanya dengan niatan mahasiswa asal NTT untuk menetap di Yogyakarta, keberadaan keluarga dan kenalan juga sangat berperan penting. Revenstein (1985 dalam Mantra, 1999) mengatakan bahwa salah satu perilaku mobilitas penduduk adalah berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain merupakan informasi yang sangat penting bagi orang yang ingin melakukan mobilitas. Hal ini diperkuat oleh Mobogunje (1970 dalam Mantra, 1999) bahwa kontribusi dari migran terdahulu di kota sangat besar dalam membantu migran baru yang berasal dari desa atau daerah yang sama dengan mereka, terutama pada tahap-tahap awal dari mekanisme penyesuaian diri di daerah tujuan.

1.2 Perumusan Masalah

Provinsi NTT merupakan salah satu Provinsi yang bisa dikatakan sedikit tertinggal dengan Provinsi yang lain di Indonesia dilihat dari aspek pendidikan. Pada tahun 2013 angka partisipasi murni (APM) NTT 2013 pada jenjang pendidikan SMA sebesar 4,30 (www.bps.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Angka partisipasi murni (APM) SMA NTT bahkan berada di bawah rata-rata angka partisipasi murni (APM) SMA secara nasional yang pada tahun yang sama yaitu tahun 2013 sebesar 54,25 (www.bps.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015), dan juga berada cukup jauh di bawah angka partisipasi murni (APM) SMA Provinsi D.I. Yogyakarta 64,86 (www.bps.com. Diakses pada tanggal 23 Juni 2015). Dengan kondisi fasilitas penunjang pendidikan yang tidak memadai

(11)

11 berdampak pada banyak penduduk NTT yang berusaha menempuh pendidikan di daerah lain di Indoneisa salah satunya di Yogyakarta.

Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain faktor ekonomi, kemudahan memperoleh fasilitas pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perpindahan penduduk. NTT merupakan salah satu Provinsi yang sedikit tertinggal dalam hal pembangunan berbagai fasilitas pendidikan. Keterbatasan fasilitas pendidikan tersebut nampak dari sedikitnya universitas yang berkualitas di NTT. Hal ini merupakan salah satu faktor pendorong yang menyebabkan banyak penduduk NTT melakukan mobilitas ke wilayah lain.

Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan penduduk NTT yang ingin memperoleh fasilitas pendidikan yang lebih baik. Dimana terdapat berbagai universitas yang berkualitas dengan pilihan jurusan yang lebih banyak. Daya tarik yang dimiliki oleh Yogyakarta tersebut membuat banyak mahasiswa asal NTT yang melakukan mobiltas/perpindahan ke Yogyakarta.

Pada awalnya mobilitas atau perpindahan yang dilakukan oleh mahasiswa asal NTT di Yogyakarta bersifat non permanen. Artinya bahwa mahsiswa asal NTT di Yogyakarta tidak berniat untuk menetap di Yogyakarta. Namun adanya berbagai faktor yang ada baik yang terdapat di daerah asal (NTT) maupun di daerah tujuan (Yogyakarta) kemudian timbul niat dari mahasiswa asal NTT yang ada di Yogyakarta untuk melakukan mobilitas secara permanen.

(12)

12 Penilaian terhadap potensi di daerah asal dan potensi yang terdapat di daerah tujuan merupakan salah satu alasan seseorang berminat untuk melakukan migrasi. Potensi di Yogyakarta yang lebih baik daripada potensi yang terdapat di daerah NTT menyebabkan mahasiswa asal NTT berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta.

Adanya faktor pendorong dan penarik di daerah asal dan daerah tujuan menyebabkan masyarakat dihadapkan pada suatu pilihan sulit. Dimana memilih tinggal di daerah asal dengan berbagai keterbatasan yang ada atau meninggalkan daerah asal untuk menetap di daerah tujuan dengan berbagai peluang yang ada di daerah tujuan. Tetapi konsekuensinya adalah meninggalkan segala yang ada di daerah asal.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti akan membahas mengenai minat mahasiswa asal NTT anggota KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta serta faktor-faktor apa yang menyebabkan mahasiswa asal NTT anggota KESA berminat untuk menjadi migran permanen di Yogyakarta. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi minat mahasiswa asal NTT anggota KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta, yaitu faktor karakteristik migran itu sendiri (jenis kelamin, lama tinggal dan keberadaan keluarga terdahulu) dan valuasi potensi wilayah Yogyakarta dan NTT. Todaro (1976 dalam Jalil, 1990) mengatakan bahwa karakteristik demografis merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan bermigrasi. Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti mengacu pada pertanyaan penelitian, yaitu:

(13)

13 a. Bagaimana minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut adanya keluarga terdahulu, lama tinggal, dan jenis kelamin?

b. Bagaimana minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut valuasi potensi wilayah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut adanya keluarga terdahulu, lama tinggal, dan jenis kelamin.

2. Mengidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut valuasi potensi wilayah. 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kususnya untuk studi kependudukan yang berhubungan dengan migrasi permanen. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi tentang minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta, menurut valuasi potensi wilayah, adanya keluarga terdahulu, lama tinggal dan jenis kelamin.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang mobilitas permanen yang melihat minat dan faktor dalam mobilitas permanen memang sudah pernah dilakukan oleh peneliti

(14)

14 sebelumnya. Persamaan yang ada hanya sebatas pada fokus besarnya yaitu minat untuk melakukan mobilitas permanen, subjek, dan metode penelitian. Perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya adalah dari segi rancangan, lokasi, objek dan fokus penelitian. Adapun beberapa penelitian sejenis sebelumnya adalah:

Tabel 1.1

Distribusi Penelitian Migran No Judul, Lokasi Penelitian,

Nama Peneliti Tahun

Objek Kajian Penelitian Metode penelitian

Hasil penelitian 1 Judul: Migrasi Penduduk Ke

Pulau Batam (Suatu Studi Migrasi Penduduk Permanen Antar Pulau) Di Daerah Tingkat II Kotamadya Batam Provinsi Daerah Tingkat I Riau.

Lokasi Penelitian: Kotamadya Batam-Provinsi Riau.

Nama Peneliti: Jalil, Ashalauddin. Tahun: 1990 1. Mengkaji dan mempelajari motif utama migrasi. 2. Mengkaji arah kesempatan kerja yang menjadi sasaran para migran.

3. Mengkaji apakah dengan migrasi terjadi mobilitas dalam jenis kesempatan kerja.

Kuantitatif 1. Faktor utama bermigrasi adalah karena faktor ekonomi.

2. Bermigrasi ke Batam tidak hanya mencari kesempatan kerja tetapi juga terselip suatu keinginan untuk berpergian ke Singapura. 3. Terjadi mobilitas dalam jenis kesempatan kerja.

2 Judul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Migrasi Masuk Pulau Jawa Tahun 2000.

Lokasi Penelitian: Pulau Jawa.

Nama Peneliti: Hanifah. Tahun: 2004

Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi masuk ke Pulau Jawa pada tahun 200.

Kuantitatif Upah rata-rata sektor industri besar dan

sedang yang

mencerminkan besar upah di sektor modern dan persentase penduduk perkotaan yang menggambarkan pendapatan psikis atau

kenyamanan-kenyamanan yang dinikmati dan angka pengangguran terbuka yang mecerminkan peluang memperoleh

(15)

15

pekerjaan, berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan jumlah migran masuk ke Pulau Jawa pada tahun 2000.

3 Judul: Migrasi Etnis Cina di Kota Bandar Lampung: Bentuk Solidaritas dan Status Ekonomi Migran.

Lokasi Penelitian: Kota Bandar Lampung.

Nama Peneliti: Sudarmi Tahun: 2001

Mengkaji bagaimana usaha migran etnis Cina Bangka sebagai golongan minoritas untuk dapat bertahan hidup dan meningkatkan status ekonomi rumah tangga di Bandar Lampung.

Kuantitatif Proses migrasi berbeda berdasarkan lokasi daerah asal migran. Peranan kelompok etnik (migran terdahulu) mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses adaptasi migran di kota tujuan.

Rasa semangat

kekeluargaan yang tinggi yang dimiliki migran etnis Cina Bangka yang didasari dengan rasa memiliki nenek moyang dan budaya yang sama untuk mempertahankan

kelangsungan hidup menyebabkan rasa solidaritas sesama migran sangat kuat. 4 Judul: Niat Migrasi dan

Penyesuaian Diri Migran Sirkuler Asal Jawa Di Kecamatan Kuta Selatan-Bali.

Lokasi Penelitian: Kuta Selatan-Bali.

Nama Peneliti: Sarmita, I Made

Tahun: 2013

1. Mengkaji pengaruh faktor upah, umur, lama bertempat tinggal di daerah tujuan, dan tingkat pendidikan terhadap niat migrasi sirkuler asal Jawa di Kuta Selatan.

2. Mengkaji penyesuaian diri migran sirkuler asal Jawa dengan cara melihat perbedaan-perbedaan yang ada dalam dimensi ekonomi serta fisik dan lingkungan tempat

Kuantitatif dengan survei

1. Niat migran sirkuler asal jawa dipengaruhi oleh faktor upah, umur, dan tingkat pendidikan 2. Dalam dimensi fisik dan

lingkungan tempat tinggal, penyesuaian diri migran sirkuler asal Jawa dengan semakin lamanya sudah bertepat tinggal di Kuta Selatan adalah semakin berhasil. Lanjutan Tabel 1.1

(16)

16 tinggal antara migran

sirkuler asal Jawa degan masyarakat lokal Kuta Selatan.

5 Judul: Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Rumahtangga Transmigran Melakukan Mobilitas Non Permanen (Studi Kasus di

Unit Pemukiman

Transmigrasi Muko-Muko IE SP-3 Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu). Lokasi Penelitian: Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

Nama Peneliti: Kurniati, Novitri.

Tahun: 1998

Mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan rumahtangga transmigran melakukan mobilitas non permanen.

Kuantitatif pendekatan studi Kasus

Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap mobilitas non permanen rumahtanggga transmigran adalah jumlah anggota rumahtangga, usia kerja, probabilitas

mendapatkan pekerjaan, dan pendapatan. Sedangkan pendapatan usaha tani tidak berpengaruh terhadap mobilitas non permanen transmigran.

6 Judul: Mobilitas Penduduk Dan Remitan: Studi Kasus Di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.

Lokasi penelitian: Desa nguter. Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo.

Nama Peneliti: Sakur. Tahun1988

Mengkaji dan menganalisis alasan melakukan migrasi dan mengkaji tentang besar dan manfaat remitan.

Kuantitatif 1. Alasan utama yang mendorong penduduk melakukan mobilitas adalah sulitnya mencari pekerjaan non pertanian di desa.

2. Sebagaian besar migran menggunakan remitan untuk keperluan pendidikan/untuk sekolah. 3. Pengaruh tingkat pendidikan/tahun

sukses, lamanya tinggal di daerah tujuan, jumlah tanggungan/keluarga di daerah asal, dan besarnya pendapatan positif dan signifikan dengan besar kecilnya remitian.

4. Mobilitas penduduk Desa Nguter ternyata Lanjutan Tabel 1.1

(17)

17

mempunyai dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi di desa asal, 7 Judul: Mobiltas Non

Permanen: Studi Kasus Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Lokasi Penelitian: Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai-Kalimantan Timur.

Nama Peneliti: Nama: Musa, Adnan H.

Tahun: 1990.

1. Mengkaji jumlah migran yang melakukan mobilitas baik migran ulang alik maupun migran sirkuler

2. mengkaji faktor-faktor yang menarik dan mendorong penduduk melakukan mobilitas 3. mengkaji karakteristik

migran yang meliputi demografis, sosial, dan ekonomi

4. mengkaji perbedaan yang berarti antara jenis pekerjaan, jenis mobilitas dan tingkat pendidikan dengan pendapatan migran di daerah tujuan, baik migran ulang alik maupun migran sirkuler

Kuantitatif dengan survei

1. Migran ulang-alik cendrung lebih besar 70, 1 persen dibandingkan dengan migran sirkuler sebesar 29, 9 persen 2. Faktor yang menarik

penduduk melakukan mobilitas adalah ingin mendapatkan hasil yang lebih besar di daerah tujuan, baik migran ulang-alik maupun migran sirkuler, yaitu sebesar 68, 8 persen 3. Persentase migran yang

berumur 24 tahun ke bawah lebih besar dibandingkan dengan migran yang berumur 24 tahun ke atas yaitu sebesar 52, 1 persen. Pendapatan migran di

daerah tujuan pada skala antara Rp 101.000,00-Rp 200.000,00 sebesar 54, 2 persen dan pendapatan migran di daerah asal pada skala yang sama sebesar 11, 8 persen.

9 Judul: Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Minat Migran Melakukan

Mobilitas Non Permanen Ke kota Denpasar.

Lokasi Penelitian: Denpasar-Bali.

Nama Peneliti: Rustariyuni,

1. Untuk mengetahui ada/tidaknya pengaruh upah, lama melakukan mobilitas sirkuler, umur dan tingkat pendidikan secara simultan terhadap mobilitas sirkuler ke Kota Denpasar.

Kuantitatif 1. Hasil penelitian variabel

umur, tingkat

pendidikan, lama melakukan mobilitas dan upah berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap keputusan minat Lanjutan Tabel 1.1

(18)

18 Surya Dewi.

Tahun. 2013.

2. Untuk mengetahui pengaruh upah, lama melakukan mobilitas sirkuler, umur dan tingkat pendidikan secara parsial terhadap mobilitas sirkuler ke Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh dominan terhadap mobilitas sirkuler ke Kota Denpasar melakukan mobilitas ke Kota Denpasar. 2. Variabel tingkat pendidikan dan upah secara parsial berpengaruh positif terhadap keputusan minat melakukan mobilitas ke Kota Denpasar. 3. Variabel tingkat pendidikan dan tingkat upah berpengaruh dominan terhadap mobilitas sirkuler ke kota Denpasar.

10 Judul: Valuasi Potensi Wilayah Terhadap Minat Menjadi Migran Permanen di Yogyakarta (Kasus Mahasiswa Asal NTT Anggota KESA)

Lokasi Penelitian: Yogyakarta.

Nama Peneliti: Goma, Edwardus I.

Tahun: 2015.

1. Megidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut umur dan Jenis Kelamin

2. Megidentifikasi minat mahasiswa asal NTT anggota kelompok KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta menurut valuasi potensi wilayah.

Mixed Method

1. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta berjenis kelamin laki-laki 2. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta telah tinggal di Yogyakarta ≥ 3 tahun. 3. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi migran permanen di Yogyakarta memiliki keluarga terdahulu di Yogyakarta. 4. Sebagian besar mahasiswa asal NTT anggota KESA yang berminat menjadi Lanjutan Tabel 1.1

(19)

19

migran permanen di Yogyakarta menilai potensi wilayah tujuan (Yogyakarta) lebih baik daripada wilayah asal (NTT).

Secara substansial, penelitian ini tidak jauh berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya. Namun perbedaan yang mendasar adalah pada penelitian sebelumnya lebih melihat faktor migrasi dari aspek ekonomi. Sedangkan dalam penelitian ini tidak hanya melihat dari sisi faktor ekonomi saja. Dari segi keaslian penelitian, penelitian tentang minat mahasiswa asal NTT anggota KESA menjadi migran permanen di Yogyakarta dilihat dari aspek valuasi potensi wilayah dapat dikatakan belum ada sebelumya.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil observasi dan wawancara dengan Bapak Jumari salah satu guru di SMP Negeri 2 Wungu diperoleh data bahwa rata-rata prestasi belajar siswa untuk ujian

Melihat uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adaptasi petani bandeng dalam mengantisipasi perubahan iklim untuk meningkatkan produktivitas pada Tambak Desa

menunjukkan gambaran abnormal (58,1%) dibandingkan gambaran normal (41,9%), pada gambaran abnormal terdapat 64 penderita dengan hasil CT Scan gambaran stroke hemoragik

Jika Perseroan menetapkan bahwa nilai wajar pada pengakuan awal berbeda dengan harga transaksi dan nilai wajar tidak dapat dibuktikan dengan harga kuotasian di pasar aktif

Realisasi capaian Kinerja tahun 2020 sebesar 1 belum mencapai standar nasional yaitu 5 Indikator kinerja ini merupakan cascading dari , sehingga belum selaras

Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan serta prosedur terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase

Penelitian Viasus D dkk melaporkan bahwa kadar serum albumin dalam 24 jam saat masuk rumah sakit merupakan penanda prognostik yang baik pada PK, selain itu juga penambahan

Perhitungan PDRB Hijau dilakukan dengan menghitung deplesi sumberdaya alam dan degradasi lingkungan hidup, dimana pada penelitian ini didasarkan laporan yang telah disampaikan