• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENETAPAN MESOFAUNA TANAH YANG SESUAI PADA AREA LAHAN GAMBUT DI TELUK MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU ANGGA IMAN SYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE PENETAPAN MESOFAUNA TANAH YANG SESUAI PADA AREA LAHAN GAMBUT DI TELUK MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU ANGGA IMAN SYAH"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENETAPAN MESOFAUNA TANAH

YANG SESUAI PADA AREA LAHAN GAMBUT DI TELUK

MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

ANGGA IMAN SYAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016

penulis

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus

(4)

ABSTRAK

ANGGA IMAN SYAH. Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Dibimbing oleh GUNAWAN DJAJAKIRANA dan BASUKI SUMAWINATA.

Pengukuran mesofauna tanah penting dilakukan untuk melihat keragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Salah satu cara pengukuran mesofauna tanah ialah metode ekstraksi. Beberapa metode ekstraksi mesofauna tanah ialah Berlese dan Kempson, serta terdapat metode lainnya ialah hand sorting. Metode Berlese banyak digunakan di tanah mineral dalam ekstraksi mesofauna tanah, sedangkan pada tanah gambut tidak banyak dilakukan. Hal tersebut dikarenakan tanah gambut yang lokasinya sulit dijangkau oleh para peneliti, di sisi lain terdapat beberapa penelitian menunjukkan hasil yang kurang representatif. Namun, ketika mengamati mesofauna tanah secara langsung di lapangan, mesofauna tanah tersebut mempunyai populasi yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan metode yang sesuai untuk pengukuran mesofauna di tanah gambut. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membandingkan metode ekstraksi yakni metode Berlese dan Kempson serta metode lainnya adalah modifikasi hand sorting untuk mencari metode yang paling sesuai pada lahan gambut di tiga tipe penggunaan lahan. Penelitian ini menggunaan tiga tipe penggunaan lahan yakni Hutan Tanaman Industri (HTI) akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Contoh tanah diambil dari lahan PT RAPP di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Masing-masing penggunaan lahan diambil contoh tanah dari tiga titik secara acak. Pengukuran mesofauna tanah ditetapkan dengan menggunakan metode hand sorting, Berlese dan Kempson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Acari yang paling dominan di tiga tipe penggunaan lahan dengan metode hand sorting dan Kempson, sedangkan Collembola yang paling dominan menggunakan metode Berlese. Berdasarkan nilai kepadatan total individu di tiga penggunaan lahan, metode Kempson mempunyai nilai yang paling tinggi, sedangkan metode hand sorting mempunyai nilai yang paling rendah. Berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon mesofauna tanah di tiga tipe penggunaan lahan pada metode Kempson mempunyai keragaman yang paling tinggi, sedangkan metode Berlese mempunyai keragaman yang paling rendah.

Kata kunci: Berlese, hand sorting, Kempson, hutan konservasi, hutan tanaman industri

(5)

ABSTRACT

ANGGA IMAN SYAH. Methods of Soil Mesofauna Determination that Suitable in the Peat Land Area of Teluk Meranti, Pelalawan District, Riau Province. Supervised by GUNAWAN DJAJAKIRANA and BASUKI SUMAWINATA.

The measurement of soil mesofauna is important to look at biodiversity and ecosystem stability. One of soil mesofauna measurement methods is an extraction method. Several methods of soil mesofauna extraction are Berlese and Kempson, and other method is hand sorting. Berlese method is mostly used in mineral soil for soil mesofauna extraction, while it is not widely used in peat land. It is caused by peat land location that is difficult to be reached by any researchers, on the other hand several researches have shown less representative result. However, when we observed soil mesofauna directly in the fields, high population were found. Based on the reasons, a suitable method of soil mesofauna measurement in peat land is needed. Therefore, this research was done to compare extraction methods (Berlese and Kempson) and other method (modification of hand sorting) that were most suitable in three types of land use. This research used three land use type that were a 6-months old Acacia crassicarpa plantation, 36-months old Acacia crassicarpa plantation and conservation forest. Soil samples were taken from the land of PT RAPP, Teluk Meranti, Pelalawan district, Riau province. Each soil samples of the land use types were taken at three points randomly. Soil mesofauna was measured by hand sorting, Berlese and Kempson methods. The research result showed that Acari was the most dominant soil mesofauna found in three land use by hand sorting and Kempson method, while Collembola was found dominantly with Berlese method. Based on total population density in three land use types, Kempson method had the highest value, meanwhile hand sorting method was the lowest value. Based on Shannon’s diversity index in three land use types, Kempson method was the highest, Berlese method was the lowest.

Key words: Berlese, hand sorting, Kempson method, conservation forest, Acacia crassicarpa plantation

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

METODE PENETAPAN MESOFAUNA TANAH

YANG SESUAI PADA AREA LAHAN GAMBUT DI TELUK

MERANTI, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

Angga Iman Syah

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi :

Nama NIM

Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Lahan Gambut di Teluk Meranti. Kabupaten Riau

Angga Iman Syah Al4l10023

Disetuiui oleh

Sesuai pada Area Pelalawan. Provinsi Dr Ir Gunawan Djajakirana. MSc Pembimbins I Diketahui oleh ,'l ,/t /

t'z''\ )

17

l.( I n*.

'--'

tl\-f-I' ,,/ d v Basuki Sumar,vinata. MA Pembimbing II

Tanggatlulus: 0 5

DEC 2010

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi. Judul dalam penelitian ini adalah Metode Penetapan Mesofauna Tanah yang Sesuai pada Area Lahan Gambut di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Gunawan Djajakirana, MSc selaku dosen pembimbing pertama dan Dr Ir Basuki Sumawinata, MAgr selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan, arahan dan dorongan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi;

2. Dr Ir Rahayu Widyastuti, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penulisan skripsi;

3. Dr Ir Darmawan, MSc sebagai ketua proyek penelitian kerja sama dengan PT RAPP yang telah membiayai selama proses penelitian;

4. PT RAPP dan seluruh stafnya yang telah membantu dalam penelitian di lapang;

5. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan arahan;

6. Seluruh staf laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan yang telah membantu selama penelitian;

7. Teman-teman ITSL angkatan 48 dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dan memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Desember 2016

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2

BAHAN DAN METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat 3

Bahan 3

Pengambilan Contoh Tanah 4

Metode Penetapan Mesofauna Tanah 4

Penghitungan Populasi dan Keragaman Mesofauna Tanah 5

Identifikasi Mesofauna Tanah 6

Analisis Sifat Tanah 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu Mesofauna Tanah 7

Keragaman Mesofauna Tanah 11

Hubungan Populasi Mesofauna terhadap Sifat Tanah 13

KESIMPULAN DAN SARAN 15

Kesimpulan 15

Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

LAMPIRAN 18

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu

di HTI Akasia Umur 6 Bulan 7

2 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu

di HTI Akasia Umur 36 Bulan 8

3 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu

di Hutan Konservasi 9

4 Hasil Analisis Sifat Tanah 13

5 Korelasi antara Mesofauna terhadap Sifat Tanah 14

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Lokasi Penelitian 3

2 Skema Pengambilan Contoh Tanah: (1) Contoh tanah untuk

sifat tanah, (2) Contoh tanah untuk identifikasi mesofauna tanah 4 3 Tiga Metode Penetapan Mesofauna Tanah: (a) Hand sorting

yang dimodifikasi, (b) Berlese extractor, (c) Kempson extractor 4 4 Penghitungan dan Identifikasi Mesofauna Tanah Menggunakan Stereo

Mikroskop: (a) Tempat penyimpanan mesofauna tanah (microtube),

(b) Pengamatan mesofauna tanah 6

5 Perbandingan Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon

(Shannon’s Diversity Index) pada Tiga Tipe Penggunaan Lahan 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Analisis Kadar Air Tanah 18

2 Data Curah Hujan Bulan Februari 2015 19

3 Hasil Analisis pH Tanah 20

4 Pengukuran Suhu Tanah 20

5 Tiga Tipe Penggunaan Lahan di Area Lahan Gambut 21

6 Proses Pengambilan Contoh Tanah 22

(13)

1 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fauna tanah merupakan salah satu kelompok organisme yang berperan dalam proses dekomposisi bahan organik. Wood (1989) mengelompokkan fauna tanah menjadi 3 berdasarkan ukuran tubuhnya yakni mikrofauna (<100 µ), mesofauna (100 µ – 2 mm) dan makrofauna tanah (2 – 20 mm). Buckman dan Brady (1982) mengemukakan bahwa fauna tanah berperan dalam mempercepat penyediaan hara, sehingga pengukuran fauna tanah sangat penting untuk dilakukan.

Pengukuran mesofauna tanah juga penting dilakukan karena untuk mengetahui keseimbangan ekosistem maupun keragaman hayati. Umumnya pengukuran mesofauna menggunakan metode Berlese telah banyak dilakukan pada tanah mineral, namun pengukuran mesofauna menggunakan metode Berlese sedikit (jarang) dilakukan pada tanah gambut. Beberapa faktornya disebabkan lokasi yang jauh dari jangkauan beberapa peneliti. Adapun beberapa hasil penelitian yang diperoleh juga menunjukkan hasil yang kurang representatif (sedikit populasi mesofauna tanah yang ditemukan). Hal lain berbeda ketika mesofauna tanah yang diamati secara langsung di lapangan, ternyata memiliki populasi yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya metode penetapan mesofauna tanah yang sesuai pada tanah gambut. Adapun percobaan dilakukan adalah dengan metode ekstraksi (Berlese dan Kempson) dan sortir menggunakan tangan (hand sorting).

Berlese merupakan salah satu metode ekstraksi yang menggunakan lampu sebagai sumber panas dalam memisahkan antara tanah dengan mesofauna. Menurut Andre et al. (2002) dan Barnard (1995) lampu berperan sebagai sumber panas dalam memengaruhi dan mengarahkan mesofauna tanah agar terkumpul pada wadah (penampung). Panas yang dihasilkan dari lampu tergantung dari daya yang digunakan. Penggunaan daya lampu disesuaikan terhadap karakteristik tanah gambut. Penyesuaian daya lampu pada tanah gambut bertujuan untuk mendapatkan populasi mesofauna tanah yang lebih banyak dan beragam.

Kempson (Kempson et al. 1963) merupakan salah satu metode ekstraksi mesofauna tanah yang memanfaatkan lampu sebagai sumber panas dan dilengkapi sistem pendingin (cooling system). Penggunaan sistem pendingin yang terletak pada bagian bawah wadah penampung mempunyai fungsi agar mesofauna tanah bergerak menjauhi sumber panas (lampu) dan berpindah ke temperatur yang lebih rendah sehingga mesofauna tanah tertampung ke dalam wadah. Alat Kempson juga dilengkapi kain penutup pada wadah (penampung contoh tanah) yang berfungsi untuk mencegah mesofauna tanah agar tidak keluar dari wadah (Barton 1995).

Metode hand sorting memiliki sistem kerja dengan mengandalkan penglihatan dalam mendapatkan mesofauna tanah. Alat yang digunakan dalam pengambilan mesofauna tanah dapat berupa kuas ataupun pinset. Metode hand sorting yang digunakan berbeda pada umumnya. Adapun perbedaan terletak pada proses pengambilan mesofauna tanah. Proses pengambilannya dilakukan dengan mengenangi contoh tanah pada wadah (penampung contoh tanah) secara

(14)

perlahan-2

lahan dan bertahap, agar mesofauna tanah naik ke permukaan dan diambil menggunakan pinset dan kuas.

Aktivitas mesofauna tanah dipengaruhi oleh bahan organik. Salah satu bahan organik yang berasal dari sisa tumbuhan berupa serasah. Serasah merupakan makanan sekaligus sumber energi bagi mesofauna tanah. Produksi serasah dipengaruhi oleh jenis vegetasi maupun tipe penggunaan lahan. Hutan bukan alam (hutan konservasi) merupakan salah satu tipe penggunaan lahan yang mempunyai berbagai macam jenis pepohonan dan serasah yang beragam. Tipe penggunaan lahan lainnya yang menghasilkan produksi serasah melimpah berupa hutan tanaman industri (HTI) dengan vegetasi akasia. Suwardi et al. (2011) menjelaskan penggunaan lahan HTI Acacia crassicarpa menghasilkan produksi serasah sebesar 9.2 ton/ha/tahun pada lahan gambut. Terdapat pendugaan bahwa ada hubungan antara serasah yang beragam dan melimpah terhadap keberadaan mesofauna tanah. Sehingga diperlukan adanya suatu penelitian antara penggunaan lahan HTI akasia dan hutan konservasi, terhadap populasi maupun keragaman mesofauna tanah dengan metode Berlese dan Kempson serta hand sorting.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Membandingkan tiga metode penetapan mesofauna tanah pada area lahan gambut di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi.

2. Mengetahui nilai kepadatan total individu dan keragaman mesofauna tanah di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – November 2015. Lokasi pengambilan contoh tanah terletak di Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Contoh tanah diambil pada tanah gambut dengan tiga tipe penggunaan lahan yakni HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Identifikasi populasi dan keragaman mesofauna tanah dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian. Sifat tanah dianalisis pada Laboratorium Sumberdaya Fisik Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(15)

3 Pelalawan,Riau Sumatra

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Keterangan: = Sungai Kampar

= Hutan tanaman industri (HTI) akasia umur 6 bulan = Hutan konservasi

= Hutan tanaman industri (HTI) akasia umur 36 bulan

Alat

Peralatan yang digunakan saat pengambilan contoh tanah antara lain sekop, boks contoh tanah ukuran 10  10  10 cm, karung blacu dan pisau. Alat yang digunakan pada metode hand sorting berupa wadah penampung contoh tanah dengan ukuran 15  15  15 cm dan botol koleksi. Alat yang terdapat pada metode Berlese yakni Berlese extractor yang terdiri dari lampu infra merah, corong, wadah penampung contoh tanah dan botol koleksi. Alat yang terdapat pada metode Kempson yaitu Kempson extractor (terdiri dari lampu infra merah, wadah penampung contoh tanah, wadah penampung mesofauna tanah, sistem pendingin), botol koleksi dan saringan berukuran 40 µ.

Identifikasi dan penghitungan mesofauna tanah menggunakan beberapa alat yang terdiri dari stereo mikroskop, jarum ose, cawan petri, kuas ukuran 0.0, buku panduan untuk identifikasi, kamera, kertas label, pipet, microtube dan peralatan tulis. Peralatan lainnya yang digunakan untuk mengukur parameter suhu tanah, kadar air dan pH tanah ialah menggunakan termometer, oven dan pH meter.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengambilan mesofauna tanah adalah contoh tanah. Bahan yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi mesofauna tanah antara lain ethylene glycol dan alkohol 70% (berfungsi sebagai pengawet mesofauna tanah). Bahan yang diperlukan dalam analisis pH dan kadar air tanah ialah contoh tanah dan aquades.

(16)

4

Pengambilan Contoh

Contoh tanah diambil

m. Contoh tersebut diambil pada kondisi tanah yang tidak terganggu. Contoh tanah diambil menggunakan boks berukuran 10

penggunaan lahan diambil 3 titik dan masing beserta ulangannya. Secara keseluruhan j

pada tiga tipe penggunaan lahan (HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi). Kemudian setiap contoh tanah

karung blacu.

Gambar 2 Skema Pengambilan Contoh

(2) Contoh tanah untuk identifikasi mesofauna tanah

Metode Penetapan

Penetapan mesofauna tanah dilakukan menggunakan metode Berlese dan Kempson (Gambar 1).

(a)

Gambar 3 Tiga Metode Penetapan dimodifikasi, (b)

Pengambilan Contoh Tanah

ambil secara acak pada tiga titik di lahan seluas 100

tersebut diambil pada kondisi tanah yang tidak terganggu. Contoh menggunakan boks berukuran 10  10  10 cm. Setiap tipe penggunaan lahan diambil 3 titik dan masing-masing titik diambil 3 contoh tanah beserta ulangannya. Secara keseluruhan jumlah contoh tanah diambil sebanyak 27 pada tiga tipe penggunaan lahan (HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi). Kemudian setiap contoh tanah dimasukkan ke dalam

Skema Pengambilan Contoh Tanah: (1) Contoh tanah untuk sifat tanah (2) Contoh tanah untuk identifikasi mesofauna tanah

Metode Penetapan Mesofauna Tanah

Penetapan mesofauna tanah dilakukan menggunakan metode hand Berlese dan Kempson (Gambar 1).

(b) (c)

Metode Penetapan Mesofauna Tanah: (a) Hand sorting dimodifikasi, (b) Berlese extractor, (c) Kempson extractor

seluas 100  100 tersebut diambil pada kondisi tanah yang tidak terganggu. Contoh . Setiap tipe masing titik diambil 3 contoh tanah umlah contoh tanah diambil sebanyak 27 pada tiga tipe penggunaan lahan (HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 dimasukkan ke dalam

Contoh tanah untuk sifat tanah,

hand sorting,

(17)

5 Proses pengambilan mesofauna tanah pada metode hand sorting dilakukan dengan meletakkan contoh tanah ke dalam wadah yang berukuran 15  15  15 cm. Wadah yang berisi contoh tanah kemudian digenangi air secara perlahan-lahan, agar mesofauna yang di bawah bergerak ke permukaan. Mesofauna tanah yang berada di permukaan selanjutnya diambil dengan alat pinset ataupun kuas. Mesofauna tanah yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam botol koleksi.

Pengambilan mesofauna tanah pada metode Berlese dilakukan dengan meletakkan contoh tanah ke dalam alat Berlese extractor, kemudian diinkubasi selama 2 jam. Selanjutnya mesofauna tanah yang tertampung diidentifikasi menggunakan buku Borror sebagai pedoman.

Cara pengambilan mesofauna tanah pada metode Kempson dengan memasukkan contoh tanah ke dalam alat Kempson extractor. Kemudian contoh tanah tersebut diinkubasi selama 7 hari dengan mengatur sumber panas secara bertahap pada suhu 35 – 45°C. Ketika proses inkubasi, wadah penampung mesofauna tanah berisi ethylene glycol. Wadah penampung yang berisi mesofauna tanah dilakukan penyaringan dengan ukuran 40 µ. Selanjutnya wadah penampung dipindahkan ke dalam botol koleksi yang berisi alkohol dan diidentifikasi menggunakan pedoman buku Borror.

Penghitungan Populasi dan Keragaman Mesofauna Tanah

Populasi mesofauna tanah dihitung dengan rumus (Meyer 1996).

I = IS

A

Keterangan: IS : Rata-rata jumlah individu per contoh tanah A : Luas area contoh tanah (m2)*)

I : Kepadatan total individu/m2

*)

Luas area contoh tanah = s3/s

= 0.1  0.1  0.1 m /0.1 m = 0.01 m2

Keanekaragaman mesofauna tanah yang teramati ditentukan berdasarkan Shannon diversity index (Ludwig dan Reynolds 1988) yang dapat dihitung melalui persamaan:

= − ln

= /

Keterangan: H : Shannon’s diversity index ni : Jumlah individu sub ordo ke-i N : Jumlah kepadatan total individu S : Total jumlah sub ordo dalam contoh

(18)

6

Menurut Magurran (1987) nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1.5 – 3.5. Nilai < 1.5 menunjukkan indeks keanekaragaman rendah, nilai 1.5 – 3.5 menunjukkan indeks keanekaragaman sedang dan nilai > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tinggi.

Identifikasi Mesofauna Tanah

Mesofauna tanah yang tertampung pada botol koleksi kemudian dihitung dan diidentifikasi menggunakan stereo mikroskop (Gambar 2). Identifikasi mesofauna tanah menggunakan pedoman buku Borror et al. (1992) sampai tingkat sub ordo. (a) (b)

Gambar 4 Penghitungan dan Identifikasi Mesofauna Tanah Menggunakan Stereo Mikroskop: (a) Tempat penyimpanan mesofauna tanah (microtube), (b) Pengamatan mesofauna tanah

Analisis Sifat Tanah

Contoh tanah diambil secara komposit pada area lahan gambut di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Selanjutnya dilakukan analisis sifat tanah. Analisis yang dilakukan meliputi pH, kadar air dan suhu tanah. Kemudian dilihat hubungan sifat tanah terhadap populasi dan keragaman mesofauna tanah yang didapat.

(19)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu Mesofauna Tanah

Hasil identifikasi mesofauna tanah ditunjukkan dengan nilai kepadatan total individu terhadap ordo dan sub ordo dengan metode Berlese, Kempson dan hand sorting di penggunaan lahan HTI akasia umur 6 bulan (Tabel 1).

Tabel 1 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di HTI Akasia Umur 6 Bulan

Ordo Sub Ordo

Kepadatan Total Individu (Individu/m2)

Hand sorting Berlese Kempson

Acari Mesostigmata 67 133 433 Oribatida 267 - 433 Prostigmata - 33 167 Aranea Labidognatha 67 - - Coleoptera Adephaga 33 - - Mixophaga 33 - - Polyphaga - 267 33 Collembola Arthropleona 233 1733 600 Diplopoda Polydesmida - 100 33 Diplura - 33 - - Hemiptera Pentatomorpha 33 200 100 Hymenoptera Aprocita - 100 733 Isopoda - 403 - - Pseudoscorpiones - - 67 67 Thysanoptera - - - 33 Jumlah 1169 2633 2632 Penggunaan lahan HTI akasia umur 6 bulan memiliki jumlah mesofauna tanah dengan 11 ordo yang terdiri dari Acari, Araneae, Coleoptera, Collembola, Diplopoda, Diplura, Hemiptera, Hymenoptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Thysanoptera. Terdapat sub ordo yang ditemukan sebanyak 11 yakni Mesostigmata, Oribatida, Prostigmata, Labidognatha, Adephaga, Mixophaga, Polyphaga, Arthropleona, Polydesmida, Pentatomorpha dan Aprocita. Nilai kepadatan total individu dengan metode hand sorting sebanyak 1169 individu m-2, metode Berlese sebanyak 2633 individu m-2 dan metode Kempson sebanyak 2632 individu m-2. Acari dan Hymenoptera merupakan mesofauna tanah yang banyak didapat dengan penggunaan metode Kempson, sedangkan mesofauna tanah yang sedikit ditemukan yakni Coleoptera, Diplopoda dan Thysanoptera. Collembola dan Coleoptera merupakan mesofauna tanah yang dominan pada metode Berlese, sedangkan Diplopoda, Hymenoptera dan Pseudoscorpiones adalah mesofauna

(20)

8

tanah yang sedikit ditemukan. Mesofauna tanah yang dominan pada metode hand sorting ialah Acari dan Isopoda, sedangkan mesofauna tanah yang sedikit ditemukan ialah Diplura dan Hemiptera.

Tabel 2 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di HTI Akasia Umur 36 Bulan

Ordo Sub ordo

Kepadatan Total Individu (Individu/m2)

Hand sorting Berlese Kempson

Acari Mesostigmata 200 67 600 Oribatida 533 33 1567 Prostigmata 333 267 467 Araneae Labidognatha - 133 167 Ortognatha 67 33 233 Coleoptera Adephaga - - 167 Polyphaga - 100 500 Collembola Arthropleona 267 1767 967 Symphyleona - - 33 Diplopoda Polydesmida - 33 33 Diplura - 200 100 - Diptera Nematocera - 33 33 Hemiptera Cimicomorpha - - 33 Pentatomorpha - 100 - Hymenoptera Aprocita 167 900 900 Isopoda - 467 - 33 Pseudoscorpiones - - 33 33 Symphyla - - - 33 Jumlah 2234 3599 5799 Perolehan mesofauna tanah ditunjukkan dengan nilai kepadatan total individu terhadap ordo dan sub ordo dengan metode hand sorting, Berlese dan Kempson di penggunaan lahan HTI akasia umur 36 bulan (Tabel 2). Mesofauna tanah yang ditemukan sebanyak 12 ordo terdiri dari Acari, Araneae, Coleoptera, Collembola, Diplopoda, Diplura, Diptera, Hemiptera, Hymenoptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Terdapat 14 sub ordo yang ditemukan yang terdiri dari Mesostigmata, Oribatida, Prostigmata, Labidognatha, Ortognatha, Adephaga, Polyphaga, Arthropleona, Symphyleona, Polydesmida, Nematocera, Cimicomorpha, Pentatomorpha dan Aprocita. Nilai kepadatan total individu yang diperoleh dengan metode hand sorting sebanyak 2234 individu m-2, metode Berlese sebanyak 3599 individu m-2 dan metode Kempson sebanyak 5799 individu m-2. Ordo yang dominan dengan penggunaan metode Kempson ialah Acari dan Collembola, sedangkan ordo yang sedikit ditemukan ialah Diplopoda, Diplura, Diptera, Hemiptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Ordo

(21)

9 yang dominan pada penggunaan metode Berlese ialah Collembola dan Hymenoptera, sedangkan ordo yang sedikit ditemukan ialah Diplopoda, Diptera dan Pseudoscorpiones. Ordo yang banyak ditemukan pada metode hand sorting yakni Acari dan Isopoda, sedangkan ordo yang sedikit ditemukan yakni Araneae, Hymenoptera dan Diplura.

Tabel 3 Jumlah Sub Ordo dan Nilai Kepadatan Total Individu di Hutan Konservasi

Ordo Sub Ordo

Kepadatan Total Individu (Individu/m2)

Hand sorting Berlese Kempson

Acari Mesostigmata 233 67 400 Oribatida 233 - 1300 Prostigmata 300 33 167 Araneae Labidognatha 33 67 167 Ortognatha 33 167 100 Coleoptera Adephaga 33 - 67 Polyphaga - 33 267 Collembola Arthropleona 133 1500 1067 Symphyleona 100 133 100 Diplopoda Polydesmida - 33 - Diplura - - 300 - Diptera Nematocera - - 300 Hemiptera Cimicomorpha - 33 - Pentatomorpha - 133 - Hymenoptera Aprocita 133 200 233 Isopoda - 500 300 - Pseudoscorpiones - 33 300 300 Symphyla - 33 33 233 Jumlah 1797 3332 4701 Mesofauna tanah yang ditemukan ditunjukkan dengan nilai kepadatan total individu terhadap ordo dan sub ordo dengan metode hand sorting, Berlese dan Kempson di penggunaan lahan hutan konservasi (Tabel 3). Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa mesofauna tanah yang ditemukan di hutan konservasi sebanyak 12 ordo antara lain Acari, Araneae, Coleoptera, Collembola, Diplopoda, Diplura, Diptera, Hemiptera, Hymenoptera, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla. Jumlah sub ordo yang ditemukan sebanyak 14 sub ordo antara lain Mesostigmata, Oribatida, Prostigmata, Labidognatha, Ortognatha, Adephaga, Polyphaga, Arthropleona, Symphyleona, Polydesmida, Nematocera, Cimicomorpha, Pentatomorpha dan Aprocita. Nilai kepadatan total individu yang didapat dengan metode hand sorting sebanyak 1797 individu m-2, metode Berlese sebanyak 3332 individu m-2 dan metode Kempson sebanyak 4701 individu m-2. Mesofauna tanah

(22)

10

yang banyak didapat dengan metode Kempson ialah Acari dan Collembola, sedangkan ordo yang sedikit didapat ialah Hymenoptera dan Symphyla. Mesofauna tanah yang memiliki banyak populasi pada penggunaan Berlese ialah Collembola, Diplura, Isopoda dan Pseudoscorpiones, sedangkan ordo yang memiliki sedikit populasi ialah Coleoptera, Diplopoda dan Symphyla. Mesofauna tanah dengan ordo Acari dan Isopoda memiliki populasi yang tinggi pada penggunaan metode hand sorting, namun Coleoptera, Pseudoscorpiones dan Symphyla merupakan ordo yang memiliki sedikit populasi. Berdasarkan perolehan nilai kepadatan total individu pada penggunaan HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi menunjukkan bahwa ordo yang dominan dengan metode hand sorting dan Kempson ialah Acari, sedangkan ordo yang dominan pada penggunaan Berlese ialah Collembola.

Nilai kepadatan total individu mesofauna tanah yang paling tinggi berturut-turut ialah penggunaan HTI akasia umur 36 bulan, hutan konservasi dan HTI akasia umur 6 bulan. HTI akasia umur 36 bulan memiliki nilai kepadatan total individu yang paling tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya produksi serasah yang dihasilkan dari HTI akasia. Banyaknya produksi serasah dikarenakan adanya pengelolaan tanah yang diduga dapat meningkatkan keberadaan mesofauna tanah. Pengelolaan tanah juga dapat memengaruhi ketersediaan bahan organik. Penambahan bahan organik juga dapat meningkatkan rasio C/N yang berperan penting dalam pemeliharaan struktur tanah (Tian et al. 1997).

Penggunaan lahan HTI akasia umur 6 bulan memiliki nilai kepadatan total individu yang paling rendah. Umur tanaman muda menghasilkan produksi serasah yang relatif sedikit, sehingga menyebabkan rendahnya ketersediaan sumber makanan bagi mesofauna tanah. Faktor lainnya juga dipengaruhi oleh temperatur tanah (suhu). Umur tanaman yang relatif lebih muda membuat tajuk tidak dapat menutupi tanah gambut secara menyeluruh, sehingga tanah gambut terpapar oleh sinar matahari yang mengakibatkan suhu tanah meningkat. Tian et al. (1997) menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu penentu populasi dan keragaman mesofauna tanah dalam suatu habitat.

Berdasarkan Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 metode yang mempunyai nilai kepadatan total individu paling tinggi pada masing-masing penggunaan lahan berturut-turut adalah Kempson, Berlese dan hand sorting. Nilai kepadatan total individu pada penggunaan metode Kempson mempunyai nilai yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan prinsip kerjanya yang menggunakan lampu sebagai sumber panas dan dilengkapi sistem pendingin sehingga temperatur dapat disesuaikan dengan keinginan. Acari merupakan ordo yang paling banyak ditemukan pada penggunaan metode Kempson. Hal tersebut dikarenakan Acari lebih tahan terhadap suhu bila dibandingkan dengan mesofauna tanah lainnya. Menurut Lavelle dan Spain (2001) beberapa jenis Acari dapat bertahan terhadap air dan stres suhu tinggi. Acari dapat bertahan hingga -6.0 Mpa (pF 5) sebelum pindah pada kondisi suhu yang lebih rendah. Adapun beberapa kekurangan dari metode Kempson yakni terletak pada daya listrik yang dihasilkan cukup tinggi dan beberapa mesofauna tanah tidak dapat bertahan pada suhu kisaran 35  45ºC.

Metode Berlese memiliki nilai kepadatan total individu lebih tinggi dari pada hand sorting. Hal ini disebabkan prinsip kerjanya yang tidak dilakukan secara manual (kuas atau pinset) melainkan menggunakan lampu sebagai sumber panas. Mesofauna tanah yang ditemukan pada metode Berlese lebih sedikit dari

(23)

11 pada metode Kempson, dikarenakan metode Berlese tidak dilengkapi sistem pendingin sehingga terdapat beberapa mesofauna tanah yang tidak tahan dan mati. Mesofauna tanah yang banyak ditemukan pada metode Berlese yakni Collembola, dikarenakan adanya aktivitas Collembola yang lebih aktif bila dibandingkan dengan mesofauna tanah lainnya.

Metode hand sorting memiliki jumlah mesofauna tanah yang sedikit ditemukan. Penyebabnya adalah terdapat beberapa jenis mesofauna tanah yang mempunyai pergerakan lebih aktif dan ukuran tubuh mesofauna tanah yang kecil, sehingga sulit dalam proses pengambilannya. Acari merupakan mesofauna tanah yang paling banyak ditemukan pada penggunaan metode hand sorting. Pergerakan Acari yang lambat memudahkan dalam proses pengambilannya. Bila dibandingan dengan Acari, Collembola memiliki pergerakan lebih aktif dan lompatan mencapai 20 kali dari ukuran tubuhnya.

Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 dapat diketahui bahwa mesofauna tanah yang dominan pada metode hand sorting dan Kempson ialah Acari sedangkan pada metode Berlese mesofauna tanah yang dominan ialah Collembola. Hal tersebut sesuai dengan Odum (1998) yang menyatakan bahwa Acari dan Collembola merupakan mesofauna yang paling banyak ditemukan di dalam tanah. Populasi Collembola dan Acari sebagai kontributor penting dalam beberapa proses tanah seperti faktor pembentukan tanah (Manh Vu dan Nguyen 2000). Seastedt (1984) menjelaskan bahwa Acari dan Collembola memengaruhi proses siklus hara yang cukup besar di dalam tanah.

Keragaman Mesofauna Tanah

Mesofauna tanah mempunyai nilai indeks keanekaragaman Shannon yang berbeda pada metode hand sorting, Berlese dan Kempson di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi. Metode hand sorting menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi masing-masing sebesar 1.76; 1.94; 2.10. Metode Berlese mempunyai nilai indeks keanekaragaman Shannon di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi berturut-turut ialah 1.25; 1.60; 1.97. Penggunaan metode Kempson menunjukkan nilai indeks keanekaragaman Shannon di HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi masing-masing sebesar 1.84; 2.13; 2.17.

Tiga metode penetapan mesofauna tanah mempunyai keragaman yang berbeda-beda, dikarenakan penggunaan lahan juga berbeda-beda (Mercianto et al. 1998). Penggunaan lahan HTI akasia dan hutan konservasi memiliki nilai keragaman yang berbeda, tetapi selisih perbedaannya tidak berbeda jauh. Hal tersebut menandakan bahwa penggunaan lahan HTI akasia tidak siginifikan dalam menurunkan nilai indeks keanekaragaman Shannon.

(24)

12

Gambar 5 Perbandingan Nilai Indeks Keanekaragaman Shannon (Shannon’s Diversity Index) pada Tiga Tipe Penggunaan Lahan

Penggunaan metode Kempson mempunyai nilai indeks keanekeragaman Shannon tertinggi, sedangkan pada metode Berlese mempunyai indeks keanekeragaman Shannon terendah. Metode Kempson memiliki nilai indeks keanekeragaman Shannon yang paling tinggi, dikarenakan mekanisme kerjanya menggunakan lampu sebagai sumber panas dan adanya sistem pendingin sehingga mesofauna tanah yang didapat menjadi beragam. Berdasarkan Magurran (1987) keragaman pada metode hand sorting di tiga tipe penggunaan lahan tergolong sedang (1.5  3.5). Metode Berlese di HTI akasia umur 6 bulan memiliki nilai keragaman rendah (<1.5), sedangkan di HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi memiliki nilai keragaman sedang (1.5  3.5). Metode Kempson di tiga penggunaan lahan memiliki keanekaragaman sedang (1.5  3.5).

Keragaman mesofauna tanah dipengaruhi oleh jumlah mesofauna tanah (nilai kepadatan total individu), jumlah jenis (sub ordo) dan dominasi mesofauna tanah tertentu. Pengaruh nilai kepadatan total individu dan jumlah sub ordo yang tinggi juga menyebabkan metode Kempson mempunyai keragaman yang tinggi. Nilai indeks keanekaragaman Shannon pada metode hand sorting lebih tinggi dari pada metode Berlese. Hal ini dikarenakan adanya faktor dominasi mesofauna tanah tertentu pada suatu ekosistem. Cover dan Thomas (1991) menerangkan bahwa nilai indeks keanekaragaman akan optimum, ketika semua individu yang ada pada suatu habitat dapat terwakili secara merata. Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi maupun rendah pada mesofauna tanah juga dipengaruhi oleh variasi dan banyaknya bahan organik pada masing-masing penggunaan lahan. Seperti halnya pada hutan konservasi yang memiliki keragaman paling tinggi. Adanya pengaruh vegetasi yang bermacam-macam dan bahan organik yang dihasilkan beragam, sehingga mesofauna tanah yang ditemukan memiliki keragaman tinggi.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50

HTI Akasia umur 6 bulan

HTI Akasia umur 36 bulan

Hutan Konservasi

Shannon's Diversity

Index

Tipe Penggunaan Lahan

hand sorting Berlese Kempson Metode 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00

(25)

13

Hubungan Populasi Mesofauna terhadap Sifat Tanah

Nilai parameter pH, kadar air dan suhu tanah yang di ambil pada area lahan gambut di PT RAPP secara komposit disajikan pada Tabel 4. Analisis uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan populasi mesofauna terhadap sifat tanah. Tabel 4 Hasil Analisis Sifat Tanah

Parameter

Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur

6 Bulan

Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur

36 Bulan Hutan Konservasi pH 4.30 3.90 3.80 Kadar Air (%) 211.02 271.76 370.82 Suhu Tanah (ºC) 27.4 26.3 26.2

Kandungan pH pada HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi memiliki nilai masing-masing sebesar 4.30; 3.90; 3.80. Menurut Suin (1997) terdapat beberapa fauna tanah yang hidup pada kondisi asam dan ada pula beberapa fauna tanah yang hidup pada kondisi basa. Suhardjono et al. (2012) menjelaskan mesofauna tanah dengan ordo Collembola yang hidup pada kondisi tanah asam disebut golongan asidofil, Collembola yang hidup pada kondisi tanah basa masuk ke dalam golongan kalsinofil, sedangkan Collembola yang hidup pada kondisi tanah asam maupun basa disebut sebagai golongan indifferen.

Paramater kadar air tanah pada HTI akasia umur 6 bulan, HTI akasia umur 36 bulan dan hutan konservasi ditunjukkan dengan nilai berturut-turut sebesar 211.02; 271.76; 370.82. Kadar air dapat memengaruhi keragaman fauna tanah, semakin tinggi nilai persentase kadar air maka akan menurunkan keragaman fauna tanah. Rendahnya keragaman fauna tanah akan menyebabkan tingkat dekomposisi bahan organik akan terhambat (Sumawinata et al. 2014).

Suhu tanah pada HTI akasia umur 6 bulan memiliki nilai tertinggi sebesar 27.4, sedangkan suhu tanah pada hutan konservasi menunjukkan nilai terendah sebesar 26.2. Tingginya suhu pada HTI akasia umur 6 bulan dikarenakan vegetasi yang relatif muda, sehingga serasah yang dihasilkan sedikit. Menurut Wallwork (1970) besarnya perubahan gelombang suhu pada lapisan yang jauh dari tanah, berhubungan dengan jumlah radiasi sinar matahari yang jatuh pada permukaan tanah. Besarnya radiasi yang terintersepsi sebelum sampai pada permukaan tanah, tergantung pada jenis dan populasi vegetasi yang hidup di atasnya.

Uji korelasi menjelaskan keeratan hubungan antara parameter pH, kadar air dan suhu tanah terhadap populasi mesofauna tanah (Tabel 5). Hubungan Acari dan Araneae terhadap kadar air memiliki nilai korelasi nyata masing-masing sebesar 0.748; 0.519. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya kadar air dapat meningkatkan populasi Acari dan Araneae sampai tingkat optimum. Nilai korelasi pada Collembola dengan pH dan kadar air memiliki korelasi nyata sebesar 0.620; 0.597. Artinya tingginya pH dan kadar air dapat meningkatkan populasi Collembola. Hubungan Diplopoda dengan pH mempunyai nilai korelasi nyata yakni 0.581. Hal tersebut menandakan bahwa tingginya pH dapat meningkatkan populasi Diplopoda. Korelasi sangat nyata ditunjukkan antara Hemiptera terhadap pH dengan nilai sebesar 0.753. Korelasi sangat nyata juga ditunjukkan dengan

(26)

14

hubungan antara Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla terhadap kadar air dengan nilai sebesar masing-masing 0.874; 0.881; 0.829. Tingginya nilai pH akan sangat meningkatkan populasi Hemiptera dan tingginya kadar air akan sangat meningkatkan populasi dari Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla.

Tabel 5 Korelasi antara Mesofauna terhadap Sifat Tanah

Ordo pH Kadar Air Suhu Tanah

Acari -0.536 tn 0.748* -0.379 tn (0.184) (0.016) (0.318) Araneae -0.456 tn 0.519* -0.437 tn (0.219) (0.045) (0.243) Coleoptera -0.396 tn -0.063 tn -0.475 tn (0.449) (0.930) (0.297) Collembola 0.620* 0.597* -0.895 tn (0.025) (0.030) (0.065) Diplopoda 0.581* -0.649 tn 0.272 tn (0.038) (0.156) (0.173) Diplura -0.842 tn 0.489 tn -0.895 tn (0.072) (0.421) (0.065) Diptera -0.054 tn 0.285 tn -0.645 tn (0.960) (0.471) (0.139) Hemiptera 0.753** -0.082 tn 0.266 tn (0.009) (0.841) (0.169) Hymenoptera -0.153 tn -0.312 tn -0.238 tn (0.702) (0.780) (0.446) Isopoda -0.817 tn 0.874** -0.763 tn (0.091) (0.005) (0.189) Pseudoscorpiones -0.176 tn 0.881** -0.496 tn (0.614) (0.005) (0.740) Symphyla -0.727 tn 0.829** -0.664 tn (0.192) (0.007) (0.218) Thysanoptera 0.480 tn -0.789 tn 0.502 tn (0.121) (0.171) (0.077) Keterangan: (*) Berkorelasi nyata pada taraf 0.05 (5%); (**) Berkorelasi nyata pada taraf 0.01

(27)

15

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Metode penetapan mesofauna tanah pada penelitian ini di tiga tipe penggunaan lahan, untuk Acari lebih baik menggunakan metode Kempson dan hand sorting, sedangkan Collembola lebih baik menggunakan metode Berlese. Nilai kepadatan total individu yang terbanyak yaitu metode Kempson, Berlese dan paling sedikit adalah hand sorting. Nilai indeks keanekaragaman Shannon yang paling tinggi berturut-turut yaitu metode Kempson, hand sorting dan Berlese. Pemilihan metode disesuaikan dengan jenis organisme dan alat ekstraksi (alat Kempson terbatas, terdapat di laboratorium ilmu tanah IPB, metode Berlese memadai hanya pada organisme tertentu, sedangkan hand sorting mempunyai nilai kepadatan total individu yang paling rendah). Parameter pH tanah secara nyata memengaruhi populasi Collembola, Diplopoda dan Hemiptera. Kadar air secara nyata memengaruhi populasi Acari, Araneae, Collembola, Isopoda, Pseudoscorpiones dan Symphyla.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh populasi mesofauna tanah terhadap sifat kimia meliputi C/N ratio dan unsur makro maupun mikro. Perlu dilakukan pengambilan mesofauna tanah pada musim hujan dan kemarau.

(28)

16

DAFTAR PUSTAKA

Andre HM, Ducarna X, Lebrum P. 2002. Soil biodiversity: myth, reality or conning. Oikos. 96:3-24.

Barnard DR. 1995. Extraction of housefly (Diptera: Muscidae) larvae from poultry manure using berlese/tullgren funnels. Flo. Entomol. 78:541-543. Barton TR. 1995. A modified technique for extracting live ticks from small soil

and litter samples. Experimental & Applied Acarology. NERC, Institute of Terrestrial Ecology. 19:357-360.

Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi kenenam. Terjemahan Soetiyono Partosoedjono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 1083 p.

Buckman HO, Brady NC. (1982). The Nature and Properties of Soils 8th ed. Mac Millan Company: New York.

Cover TM, Thomas JA. 1991. Elements of Information Theory. John Wiley and Sons Inc. New York.

Kempson D, Lloyd M, Ghelardi R. 1963. A new extractor for woodland litter. Pedobiologia. 3: 1-21.

Lavelle P, Spain AV. 2001. Soil Ecology. Kluwer Academic Publishers. Dordrecht.

Ludwig AJ, Reynolds FJ. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. John Wiley Inc. New York.

Manh Vu Q, Nguyen TT. 2000. Microarthropod community structures (Oribateida and Collembola) in Tam Dao National Park, Vietnam. Journal of Biosciences. 25:379-386.

Magurran AE. 1987. Ecological Diversity and its Measuremen. Chapman and Hall. London.

Mercianto Y, Yayuk R, Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: Primer Methods and Computing. John Wiley and Sons Inc. new York. 337 p. Meyer E. 1996. Endogeic Macrofauna in: Schinner, F, R Ohlinger, E Kandeler,

and R Margesin [eds]. Methods in Soil Biology. Berlin: Springer-Verla. 343 hal.

Odum EP. 1998. Dasar-dasar Ekologi Edisi ketiga. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 p.

Seastedt TR. 1984. The role of microarthropods in decomposition and mineralization processes. Annual Review of Entomology. 29: 25-46.

Suhardjono YR, Deharveng L, Bedos A. 2012. Biologi – Ekologi – Klasifikasi Collembola (Ekor Pegas). Vegamedia. Bogor.

Suin NM. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. 189 Hal.

Sumawinata B, Gunawan D, Suwardi, Darmawan. 2014. Carbon Dynamics In Tropical Peatland Forest: One-Year Research in Sumtra, Indonesia. IPB Press. Bogor. 7: 63-172.

Suwardi, Djajakirana G, Sumawinata B, Baskoro DPT, Munoz C, Hatano R. 2011. Nutrien Cycle in Acacia crassicarpha Plantation on Deep Tropical Peatland at Bukitbatu, Bengkalis, Indonesia. Proceeding of The 10th International Conference of The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies. 227-228. Colombo-Sri Lanka 10-13 Oktober 2011.

(29)

17 Tian G, Brussard BT, Kang, Swift. 1997. Soil fauna-mediated decomposition of

plant residues under contreined environmental and residue quality condition. In Driven by Nature Plant Litter Quality and Decomposition, Department of 30 Biological Sciences. (Eds Cadisch, G and Giller, KE). pp. 125-134. Wey College, University of London.

Wallwork JA. 1970. Ecology of soil Animals Mc Graw Hill. London. 283p. Wood M. 1989. Soil Biology. Chapman and Hall. New York.

(30)

18

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Analisis Kadar Air Tanah

Penggunaan Lahan BKU (g) BKM (g) KA (%) KA rata-rata (%) HK 1(A) 6.177 1.285 380.88 370.82 HK 1(B) 7.034 1.504 367.59 HK 2(A) 6.251 1.452 330.48 HK 2(B) 6.384 1.263 405.62 HK 3(A) 5.556 1.075 416.76 HK 3(B) 5.049 1.192 323.56 6HA1(A) 3.967 1.511 162.52 211.02 6HA1(B) 4.983 1.719 189.80 6HA2(A) 3.682 1.215 203.00 6HA2(B) 2.553 0.767 232.96 6HA3(A) 3.957 1.335 196.49 6HA3(B) 4.781 1.254 281.32 36HA1(A) 8.520 2.408 253.84 271.76 36HA1(B) 7.857 2.120 270.69 36HA2(A) 10.045 2.307 335.52 36HA2(B) 8.590 3.020 184.48 36HA3(A) 7.347 1.487 394.18 36HA3(B) 10.835 3.712 191.86 Keterangan: HK 1 = Kadar air tanah ulangan 1 pada hutan konservasi HK 2 = Kadar air tanah ulangan 2 pada hutan konservasi

HK 3 = Kadar air tanah ulangan 3 pada hutan konservasi 6HA 1 = Kadar air tanah ulangan 1 pada HTI akasia umur 6 bulan 6HA 2 = Kadar air tanah ulangan 2 pada HTI akasia umur 6 bulan 6HA 3 = Kadar air tanah ulangan 3 pada HTI akasia umur 6 bulan 36HA 1 = Kadar air tanah ulangan 1 pada HTI akasia umur 36 bulan 36HA 2 = Kadar air tanah ulangan 2 pada HTI akasia umur 36 bulan 36HA 3 = Kadar air tanah ulangan 3 pada HTI akasia umur 36 bulan BKU = Bobot kering udara

BKM = Bobot kering mutlak KA = Kadar air tanah

(31)

19 Lampiran 2 Data Curah Hujan Bulan Februari 2015

Tanggal Hutan Konservasi

Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 6 Bulan

Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 36 Bulan mm mm mm 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 0 6 19.4 0 0 7 0 0 0 8 0 0 0 9 0 0 0 10 0 0 0 11 0 0 0 12 0 0 4.8 13 0 0 0 14 0 0 0 15 0 0 0 16 0 0 3.6 17 0 0 0 18 0 0 0 19 0 0 0 20 0 0 0 21 0 0 0 22 0 0 0 23 0 0 0 24 0 0 0 25 0 0 0 26 0 0 0 27 0 0 0 28 0 0 0 Total (mm) 19.4 0 8.4 Hari Hujan 1 0 2 Hari Kemarau 27 28 26

(32)

20

Lampiran 3 Hasil Analisis pH Tanah

Penggunaan Lahan Analisis pH (H2O)

HK 1 3.80 HK 2 3.88 HK 3 3.78 6HA 1 4.28 6HA 2 4.44 6HA 3 4.31 36HA 1 3.82 36HA 2 3.92 36HA 3 3.89

Keterangan: HK 1 = Analisis pH ulangan 1 pada hutan konservasi HK 2 = Analisis pH ulangan 2 pada hutan konservasi

HK 3 = Analisis pH ulangan 3 pada hutan konservasi 6HA 1 = Analisis pH ulangan 1 pada HTI akasia umur 6 bulan 6HA 2 = Analisis pH ulangan 2 pada HTI akasia umur 6 bulan 6HA 3 = Analisis pH ulangan 3 pada HTI akasia umur 6 bulan 36HA 1 = Analisis pH ulangan 1 pada HTI akasia umur 36 bulan 36HA 2 = Analisis pH ulangan 2 pada HTI akasia umur 36 bulan 36HA 3 = Analisis pH ulangan 3 pada HTI akasia umur 36 bulan Lampiran 4 Pengukuran Suhu Tanah

Penggunaan Lahan Suhu Tanah (°C) Rata-rata (°C) 1 2 HK 1 26.0 26.0 26.0 HK 2 26.0 26.5 26.3 HK 3 26.5 26.0 26.3 6 HA 1 27.5 27.0 27.3 6 HA 2 27.5 27.5 27.5 6 HA 3 27.0 27.5 27.3 36 HA 1 26.5 26.3 26.4 36 HA 2 26.0 26.0 26.0 36 HA 3 26.5 26.5 26.5

Keterangan: HK 1 = Suhu ulangan 1 pada hutan konservasi HK 2 = Suhu ulangan 2 pada hutan konservasi HK 3 = Suhu ulangan 3 pada hutan konservasi 6HA 1 = Suhu ulangan 1 pada HTI akasia umur 6 bulan 6HA 2 = Suhu ulangan 2 pada HTI akasia umur 6 bulan 6HA 3 = Suhu ulangan 3 pada HTI akasia umur 6 bulan 36HA 1 = Suhu ulangan 1 pada HTI akasia umur 36 bulan 36HA 2 = Suhu ulangan 2 pada HTI akasia umur 36 bulan 36HA 3 = Suhu ulangan 3 pada HTI akasia umur 36 bulan

(33)

21 Lampiran 5 Tiga Tipe Penggunaan Lahan di Area Lahan Gambut

Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 6 Bulan

Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia Umur 36 Bulan

(34)

22

Lampiran 6 Proses Pengambilan Contoh Tanah

a b c

Keterangan: (1) Pembuatan petak 10  10  10 cm, (2) Pemotongan petak dengan pisau, (3) Pengambilan contoh tanah dengan pisau, (4) Contoh tanah dimasukkan ke dalam karung blacu, (5) a. contoh tanah dimasukkan ke dalam wadah dan mesofauna tanah diambil dengan menggunakan kuas; b. contoh tanah dipindahkan ke dalam alat

Berlese extractor; c. contoh tanah dimasukkan ke dalam Kempson extractor, (6)

Mesofauna tanah dimasukkan ke dalam botol koleksi, (7) Mesofauna tanah diamati dan diidentifikasi menggunakan buku Borror Edisi Keenam.

(1) (2) (3)

(4) (5)

(35)

23 Lampiran 7 Ordo dan Sub Ordo Mesofauna Tanah yang Didapat

Ordo Acari

Ordo Collembola Sub Ordo : Oribatida Ukuran : 1.1 mm

Sub Ordo : Oribatida Ukuran : 1.0 mm

Sub Ordo : Oribatida Ukuran : 1.1 mm

Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.9 mm

Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.4 mm

Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.8 mm Sub Ordo : Prostigmata

Ukuran : 1.1 mm Sub Ordo : Mesostigmata

(36)

24

Ordo Hymenoptera

Ordo Pseudoscorpiones

Ordo Coleoptera Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.5 mm

Sub Ordo : Arthropleona Ukuran : 1.7 mm

Sub Ordo : Symphyleona Ukuran : 0.6 mm

Sub Ordo : Aprocita Ukuran : 1.4 mm

Sub Ordo : Aprocita Ukuran : 2.0 mm

Sub Ordo : Aprocita Ukuran : 1.6 mm Sub Ordo : - Ukuran : 1.8 mm Sub Ordo : - Ukuran : 1.6 mm Sub Ordo : - Ukuran : 1.8 mm

Sub Ordo : Polyphaga Ukuran : 1.7 mm

Sub Ordo : Adephaga Ukuran : 1.6 mm

Sub Ordo : Myxophaga Ukuran : 1.9 mm

(37)

25 Ordo Hemiptera

Ordo Symphyla

Ordo Diplura

Sub Ordo : Cimicomorpha Ukuran : 2.0 mm

Sub Ordo : Cimicomorpha Ukuran : 1.7 mm

Sub Ordo : Pentatomorpha Ukuran : 1.9 mm Sub Ordo : - Ukuran : 1.9 mm Sub Ordo : - Ukuran : 1.5 mm Sub Ordo : - Ukuran : 2.0 mm Sub Ordo : - Ukuran : 2.0 mm Sub Ordo : - Ukuran : 2.0 mm Sub Ordo : - Ukuran : 2.0 mm

(38)

26

Ordo Araneae

Ordo Isopoda

Ordo Diplopoda Sub Ordo : Ortognatha Ukuran : 0.9 mm

Sub Ordo : Ortognatha Ukuran : 1.4 mm

Sub Ordo : Ortognatha Ukuran : 1.5 mm

Sub Ordo : Labidognatha Ukuran : 2.0 mm

Sub Ordo : Labidognatha Ukuran : 1.8 mm

Sub Ordo : - Ukuran : 1.8 mm

Sub Ordo : - Ukuran : 1.5 mm

Sub Ordo : Polydesmida Ukuran : 2.0 mm

Sub Ordo : Polydesmida Ukuran : 1.7 mm

Sub Ordo : Polydesmida Ukuran : 1.6 mm

(39)

27 Ordo Diptera

Ordo Thysanoptera Sub Ordo : Nematocera Ukuran : 1.3 mm

Sub Ordo : Nematocera Ukuran : 1.7 mm

Sub Ordo : - Ukuran : 0.5 mm

(40)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Juli 1993 yang bertempat di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Bapak Miftahul Ulum dan Ibu Sumarlik merupakan orang tua dari penulis. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mulai menempuh pendidikan formal di SD Muhammadiyah Ambulu. Setelah lulus dari sekolah dasar, penulis melanjutkan ke SMP Negeri 1 Ambulu. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat sekolah menengah atas di SMA Negeri Ambulu. Penulis lulus dari SMA melanjutkan ke tingkat universitas dan diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Biologi Tanah pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis pernah melakukan presentasi pada HITI yang ke XI di Universitas Brawijaya, Malang. Penulis juga pernah menjadi peserta Kongres Gambut Internasional ke-15 yang bertempat di Serawak, Malaysia.

Gambar

Gambar 1  Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2  Skema Pengambilan Contoh
Tabel  2    Jumlah  Sub  Ordo  dan  Nilai  Kepadatan  Total  Individu  di  HTI  Akasia  Umur 36 Bulan
Gambar  5    Perbandingan  Nilai  Indeks  Keanekaragaman  Shannon  (Shannon’s  Diversity Index) pada Tiga Tipe Penggunaan Lahan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari yield yang didapat maka dapat dihitung potensi selulosa TKKS dari total produksi kelapa sawit di Indonesia sebagai bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan

Kebiasaan warga Bratang Tangkis ini menimbulkan perubahan yang perlahan-lahan pada wajah kampungnya.Wajah unik warga kampung Bratang Tangkis tentu saja tidak

Pelaksanaan siklus I diawali dengan tahapan perencanaan tindakan I, dibawah persetujuan guru pamong menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang dirancang,

Tetapi dalam hal – hal yang lain dapat timbul kewajiban pada pihak lain, misalnya Perjanjian memberi kuasa ( latsgeving ) tanpa upah.. Perjanjian cuma – cuma adalah

19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia ( Indonesian Sustainable Palm Oil – ISPO) yang mewajibkan sertifikasi ISPO

Tingkat depresi KE yang diberikan intervensi lebih rendah daripada tingkat depresi KK yang tidak diberikan intervensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa Psikoterapi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat metilasi yang menentukan abnormalitas buah menggunakan Ultra Performance Liquid Chromatography (UPLC) dan melihat

Komunikasi dengan pengelola fasilitas media pembelajaran modern ini akan menuntut aktivitas pengelola untuk memeriksa berbagai fasilitas media pembelajaran modern yang