39
BAB III
ANALISIS DAN DESAIN SISTEM
III.1. Analisa Masalah
PT. PLN (Persero) merupakan perusahaan penyedia jasa kelistrikan terbesar di Indonesia. Perusahaan ini telah banyak memberikan konstribusi yang besar dalam memasok kebutuhan listrik untuk masyarakat. Selaku perusahaan BUMN yang menangani masalah kepentingan listrik dan memberikan jumlah pasokan listrik kepada masyarakat dalam jumlah yang sangat besar, tentunya PT. PLN (Persero) memberikan pelayanan sebagai upaya pasti dalam memberikan
public service yang maksimal untuk kepentingan dan kemajuan bersama. Proses
penentuan pemakaian tenaga listrik merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh PLN dalam medistribusikan listrik ke masyarakat khususnya tarif rumah tangga.
Kebanyakan masyarakat sekarang belum mengerti dalam menentukan pemakaian tenaga listrik yang tepat sesuai dengan kebutuhan rumahnya. Dalam berbagai faktor penting pihak PLN memberikan beberapa kebijakan bagi pelanggan dalam menentukan pemakaian tenaga listriknya. Untuk itu maka akan dibangun sebuah sistem yang akan berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk menentukan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga pada PT. PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota dengan menggunakan metode AHP dan data hasil penghitungan AHP (Analytical Hierarchy Proccess).
III.2. Penerapan Metode Analytical Hierarchy Proccess
Analytical Hierarchy Process (AHP) dikembangkan Dr. Thomas L. Saaty
dari Wharton School Of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memiliki alternatif yang paling disukai. Pada dasarnya AHP adalah metode untuk memecahkan suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur kedalam kelompoknya, mengatur kelompok-kelompok tersebut dalam suatu susunan hierarki, memasukan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif dan akhirnya dalam suatu sintesis ditentukan AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang komplek/ rumit dalam situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan mensistematis penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan memppengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan dan penilaian pribadi dengan cara logis yang di pengaruhi imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika, intuisi dan juga pengalaman. AHP merupakan suatu proses mengidentifikasi, dan memberikan perkiraaan interaksi sistem secara keseluruhan.
Dalam metode Analytical Hierarchy Proccess dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
Dalam tahap ini penulis berusaha menentukan masalah yang akan dipecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada penulis coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah dari satu. Solusi tersebut nantinya penulis kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama.
Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hierarki yang berada dibawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang penulis berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseuluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yang mendominasi dan
didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengabil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih subuah kriteria dari level yang paling atas, hiraki misalnya K, dan kemudian dari level bibawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1, E2, E3, E4, E5.
4. Melakukan medefenisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen akan berupa angka dan 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri, maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan-perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat dibawah Intensitas Kepentingan: a. 1 berarti kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai
pengaruh yang sama besar.
b. 3 berarti elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemenyang lainnya. Pengalaman dan penilain sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya.
c. 5 berarti elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya. Pengalaman dan penilain sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya.
d. 7 berarti satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
e. 9 berarti satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.
f. 2, 4, 6, 8 berarti nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannnya sebanding dengan i.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot dari setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Perhitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan
nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Adapun yang diukur dalam Analytical
Hierarchy Proccess adalah rasio konsistensi dengan melihat index
konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar sihasillkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10%.(Yusuf Anshori;2012:127)
III.3. Kriteria dan Metode Analytical Hierarchy Proccess
Pada proses penentuan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga dengan metode AHP terdapat hirarki sistem yang telah disesuaikan dengan tujuan awal penelitian yaitu penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga. Hirarki proses ini sebelumnya telah dijelaskan pada bab Landasan teori hanya secara umum sesuai dengan konsep AHP. Hirarki sistem ini sebenarnya adalah dekomposisi dari masalah penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga.
Menentukan tujuan (penentuan pemakaian listrik), mencari kriteria tepat yang digunakan untuk menyelesaikan tujuan serta dekomposisi dari kriteria yang telah ditentukan. Dekomposisi ini merupakan penjabaran dari kriteria yang telah ditentukan yang menghasilkan identifikasi-identifikasi item dekomposisi masalah dalam menentukan pemakaian tenaga listrik khusus rumaha tangga.
Dalam matriks keputusan tujuan ini disebut goal. Sedangkan Jumlah Tanggungan Keluarga, Barang Elektronik, Penghasilan Per Bulan, Luas Bangunan dan Pemakaian Listrik merupakan atribut yang merupakan karakteristik
atau kriteria dari keputusan. Tiap kriteria ini memiliki item penilaian dimana setiap elemen item berhubungan erat dengan kriteria tersebut. Semua item penilaian itu dihubungkan secara langsung dengan kriterianya dan membentuk pohon hirarki yang dapat terlihat pada gambar III.3.
Gambar III.1. Bagan Hierarki Tujuan Proses Penentuan Pemakaian Listrik Khusus Rumah Tangga
Menurut Jurnal (Hilyah Magdalena;2010:193) menjelaskan bahwa
Analytical Hierarchy Proccess (AHP) merupakan suatu model pendukung
keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi krieria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty, hirarki didefenisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
Tujuan
Sub Kriteria
Alternatif
Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik
Luas Bangunan Pengahasilan Per Bulan Barang Elektronik Pemakaian Listrik Rendah Sedang Tinggi Kriteria Pelanggan 2
Pelanggan 1 Pelanggan 3 Pelanggan 4 Pelanggan 5
Jlh Tanggungan Keluarga
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya kebawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan kedalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu beentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. Sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut;
1. Struktur yang hirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Tabel III.1. Perbandingan Matriks Berpasangan
Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Tanggungan Keluarga 1/1 1/1 1/5 1/3 1/5 Barang Elektronik 1/1 1/1 1/5 3/1 1/3 Penghasilan Per Bulan 5/1 5/1 1/1 5/1 1/3 Luas Bangunan 3/1 1/3 1/5 1/1 1/3
Pemakaian Listrik
5/1 3/1 3/1 3/1 1/1
Cara pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel III.1.
1. Elemen a[i,i] = 1 dimana i = 1, 2, . . . , n ( Untuk penelitian ini n = 5).
1/1 = 1 | 1/1 = 1 | 1/5 = 0,2 | 1/3 = 0,3333 | 1/5 = 0,2 1/1 = 1 | 1/1 = 1 | 1/5 = 0,2 | 3/1 = 3 | 1/3 = 0,3333 5/1 = 5 | 5/1 = 5 | 1/1 = 1 | 5/1 = 5 | 1/3 = 0,3333 3/1 = 3 | 1/3 = 0,3333 | 1/5 = 0,2 | 1/1 = 1 | 1/3 =0,3333 5/1 = 5 | 3/1 = 3 | 3/1 = 3 | 3/1 = 1 | 1/1 = 1
Tabel III.2. Hasil Perhitungan Kriteria
Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Tanggungan Keluarga 1 1 0,2 0,3333 0,2 Barang Elektronik 1 1 0,2 3 0,3333 Penghasilan Per Bulan 5 5 1 5 0,3333 Luas Bangunan 3 0,3333 0,2 1 0,3333 Pemakaian Listrik 5 3 3 3 1
Setelah memasukkan hasil perhitungan kriteria, langkah selanjutnya menentukan nilai elemen kolom kriteria dengan rumus : tiap-tiap sel pada Tabel III.2. dibagi dengan masing-masing jumlah kolom.
Tabel III.3. Hasil Perhitungan Kriteria
Kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Tanggungan Keluarga 1 1 0,2 0,3333 0,2 Barang Elektronik 1 1 0,2 3 0,3333 Penghasilan Per Bulan 5 5 1 5 0,3333 Luas Bangunan 3 0,3333 0,2 1 0,3333 Pemakaian Listrik 5 3 3 3 1 Jumlah ( ∑ ) 15 10,33 4,60 12,33 2,20 Diketahui : 1 + 1 + 5 + 3 + 5 = 15 1 + 1 + 5 + 0,3333 + 3 = 10,33 0,2 + 0,2 + 1 + 0,2 + 3 = 4,60 0,3333 + 3 + 5 + 1 + 1 = 12,33 0,2 + 0,3333 + 0,3333 + 0,3333 + 1 = 2,20
Setelah memasukkan hasill perbandingan matriks, dihasilkan nilai pembagian jumlah kolom yang rumusnya adalah masing-masing sel pada Tabel III.3. dibagi dengan jumlah kolom masing-masing. Hasilnya ditampilkan seperti pada Tabel III.4.
Tabel III.4. Perhitungan Pembagian Jumlah Kolom Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan
Luas Bangunan Pemakaian Listrik 1/15 1/10,33 0,2/4,60 0,3333/12,33 0,2/2,20 1/15 1/10,33 0,2/4,60 3/12,33 0,3333/2,20 5/15 5/10,33 1/4,60 5/12,33 0,3333/2,20 3/15 0,3333/10,33 0,2/4,60 1/12,33 0,3333/2,20 5/15 3/10,33 3/4,60 1/12,33 1/2,20
Tabel III.5. Hasil Nilai Pembagian Jumlah Kolom Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik 0.0667 0.0968 0.0435 0.0270 0.0909 0.0667 0.0968 0.0435 0.2432 0.1515 0.3333 0.4839 0.2174 0.4054 0.1515 0.2000 0.0323 0.0435 0.0811 0.1515 0.3333 0.2903 0.6522 0.2432 0.4545
Diketahui : 0.0667 + 0,0968 + 0,0435 + 0,0270 + 0,0909 = 0,3249 0.0667 + 0,0969 + 0,0435 + 0,2432 + 0,1515 = 0,6017 0.3333 + 0,4839 + 0,2174 + 0,4054 + 0,1515 = 1,5919 0.2000 + 0,0323 + 0,0435 + 0,0811 + 0,1515 = 0,5083 0.3333 + 0,2903 + 0,6522 + 0,2432 + 0,4545 = 1,9736
Tabel III.6. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris
Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Baris 0.0667 0.0968 0.0435 0.0270 0.0909
0,3249
0.0667 0.0968 0.0435 0.2432 0.15150,6017
0.3333 0.4839 0.2174 0.4054 0.15151,1519
0.2000 0.0323 0.0435 0.0811 0.15150,5083
0.3333 0.2903 0.6522 0.2432 0.45451,9736
Sedangkan untuk menghitung prioritas kriteria digunakan rumus jumlah baris pada Tabel III.6. dibagi dengan banyaknya kriteria (5), Hasilnya ditampilkan pada Tabel III.7.
Tabel III.7. Hasil Perhitungan Pembagian Jumlah Baris
Kriteria ∑ Jumlah Baris
Jumlah Tanggungan Keluarga 0,3249/5
Barang Elektronik 0,6017/5
Penghasilan Per Bulan 1,5919/5
Luas Bangunan 0,5083/5
Pemakaian Listrik 1,9736/5
Setelah melakukan perhitungan prioritas kriteria, maka hasil penilaian prioritas kriteria sebagai berikut.
Tabel III.8. Nilai Prioritas Kriteria
Kriteria Prioritas Kriteria
Jumlah Tanggungan Keluarga 0,0650
Barang Elektronik 0,1203
Penghasilan Per Bulan 0,3183
Luas Bangunan 0,1017
Pemakaian Listrik 0,3947
Tabel III.9. Tabel Matriks Penjumlahan Setiap Baris Jumlah Tanggungan Keluarga Barang Elektronik Penghasilan Per Bulan Luas Bangunan Pemakaian Listrik Jumlah Baris 0.0650 0.0650 0.0130 0.0217 0.0130
0,1776
Nilai 0.0650 pada baris Jumlah Tanggungan Keluarga kolom Jumlah Tanggungan Keluarga diperoleh dari prioritas nilai tertinggi dikalikan dengan nilai baris Jumlah Tanggungan Keluarga kolom Jumlah Tanggungan Keluarga.
Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 1 = 0.0650 x 1 = 0.0650 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 2 = 0.1203 x 1 = 0.1203 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 3 = 0,3183 x 5 = 1.5915 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 4 = 0,1017 x 3 = 0.3050 Nilai Prioritas Tertinggi >< Kriteria 5 = 0,3947 x 5 = 1.9736 Selanjutnya dihitung dengan cara yang sama.
Kolom jumlah diperoleh dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing baris pada tabel tersebut.
Tanggungan Keluarga= 0.0650+0.0650+0.0130+0.0217+0.0130= 0.1776 Barang Elektronik = 0.1203+0.1203+0.1203+0.3610+0.0401= 0,6659 Penghsilan Per Bulan = 1.5915+1.5915+0.3183+1.5915+0.1061= 5,1990 Luas Bangunan = 0.3050+0.0339+0.0203+0.1017+0.0339= 0,4948 Pemakaian Listrik =1.9736+1.1842+1.1842+1.1842+0.3947=5,9209 0.1203 0.1203 0.1203 0.3610 0.0401
0,6659
1.5915 1.5915 0.3183 1.5915 0.10615,1990
0.3050 0.0339 0.0203 0.1017 0.03390,4948
1.9736 1.1842 1.1842 1.1842 0.39475,9209
Menghitung Rasio Konsistensi
Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) < = 0,1. Jika nilai CR > 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan harus dihitung ulang. Diketahui : 0.1776 + 0,0650= 0,2426 0,6659 + 0,1203= 0,6659 5,1990 + 0,3183= 5,1990 0,4948 + 0,1017= 0,4948 5,9209 + 0,3947= 5,9249
Tabel III.10. Tabel Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Tabel III.11. Tabel Index Random (IR)
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
R1 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49
Kriteria Jumlah/Baris Prioritas Hasil
Jumlah Tanggungan Keluarga
0.1776 0.0650 0.2426
Barang Elektronik
0.6659 0.1203 0.7862
Penghasilan Per Bulan
5.1990 0.3183 5.5173 Luas Bangunan 0.4948 0.1017 0.5964 Pemakaian Listrik 5.9209 0.3947 6.3156 Jumlah 13,4580
Kolom jumlah perbaris diperoleh dari kolom jumlah kolom, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas. Dari Tabel III.10. diperoleh nilai-nilai Jumlah (jumlah dari nilai-nilai-nilai-nilai hasil): 13,4580
n (jumlah kriteria) = 5
∆Maks(jumlah/n) = 13,4580 / 5 = 2,692 Ci(Max-n)/n = (2,692 – 5)/5 = -0,46 CR(Ci/IR) = -0,46/1,12 = -0,41
Dari perhitungan diatas dihasilkan nilai CR < 0,1 , sehingga perhitungan rasio konsistensi tersebut bisa diterima atau konsisten.
Untuk menentukan Prioritas SubKriteria dilakukan dengan cara yang sama seperti menentukan Prioritas Kriteria perbedaannya untuk menentukan Prioritas SubKriteria dimana nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas.
Adapun langkah – langkah untuk mengetahui nilai Prioritas SubKriteria di jelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel III.12. Perbandingan SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
Jlh Tanggug Klg Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 3 5
Sedang 0.333333333 1 5
Rendah 0.2 0.2 1
Jumlah 1.533333333 4.2 11
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga, maka hasil penilaian SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga adalah sebagai berikut :
Tabel III.13. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Jumlah Tanggungan Keluarga, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Barang Elektronik seperti pada Tabel III.14
Tabel III.14. Perbandingan SubKriteria Barang Elektronik
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Barang Elektronik, maka hasil penilaian SubKriteria Barang Elektronik adalah sebagai berikut :
Tabel III.15. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Barang Elektronik
Jlh Tanggug
Klg
Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas Prioritas Sub Kriteria Tinggi 0.652173913 0.7142857 0.454545 1.821005082 0.364201016 1 Sedang 0.217391304 0.2380952 0.454545 0.910031997 0.182006399 0.499741602 Rendah 0.130434783 0.047619 0.090909 0.268962921 0.053792584 0.147700258
Barang
Elektronik Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 2 5
Sedang 0.5 1 3
Rendah 0.2 0.3333333 1
Jumlah 1.7 3.3333333 9
Barang
Elektronik Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Kriteria Tinggi 0.588235294 0.60000 0.555556 1.74379085 0.34875817 1 Sedang 0.294117647 0.30000 0.333333 0.92745098 0.185490196 0.53185907 Rendah 0.117647059 0.10000 0.111111 0.32875817 0.065751634 0.188530735
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Barang Elektronik, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Penghasilan Perbulan seperti pada Tabel III.15.
Tabel III.16. Perbandingan SubKriteria Penghasilan Perbulan
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Suhu Penghasilan Perbulan , maka hasil penilaian SubKriteria Penghasilan Perbulan adalah sebagai berikut:
Tabel III.17. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Penghasilan Perbulan
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Penghasilan Perbulan, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Luas Bangunan seperti pada Tabel III.18.
Tabel III.18. Perbandingan SubKriteria Luas Bangunan
Luas Bangunan Lebar Sedang Sempit
Lebar 1 3 5
Sedang 0.333333333 1 3
Sempit 0.2 0.3333333 1
Jumlah 1.533333333 4.3333333 9
Penghasilan
Perbulan Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 5 3
Sedang 0.2 1 5
Rendah 0.333333333 0.2 1
Jumlah 1.533333333 6.2 9
Penghasilan
Perbulan Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Kriteria Tinggi 0.652173913 0.8064516 0.333333 1.791958859 0.358391772 1 Sedang 0.130434783 0.1612903 0.555556 0.847280661 0.169456132 0.472823724 Rendah 0.217391304 0.0322581 0.111111 0.36076048 0.072152096 0.201321854
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Luas Bangunan, maka hasil penilaian SubKriteria Luas Bangunan adalah sebagai berikut :
Tabel III.19. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Luas Bangunan
Setelah mengetahui Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Luas Bangunan, maka langkah selanjutnya adalah melakulan perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik seperti pada Tabel III.20.
Tabel III.20. Perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik
Pemakaian Listrik Tinggi Sedang Rendah
Tinggi 1 5 3
Sedang 0.2 1 3
Rendah 0.333333333 0.3333333 1
Jumlah 1.533333333 6.3333333 7
Setelah melakukan perbandingan SubKriteria Pemakaian Listrik, maka hasil penilaian SubKriteria Pemakaian Listrik adalah sebagai berikut :
Tabel III.21. Bobot Nilai Dan Prioritas SubKriteria Pemakaian Listrik
Luas
Bangunan Lebar Sedang Sempit Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Kriteria Lebar 0.652173913 0.6923077 0.555556 1.900037161 0.380007432 1 Sedang 0.217391304 0.2307692 0.333333 0.781493868 0.156298774 0.411304518 Sempit 0.130434783 0.0769231 0.111111 0.318468971 0.063693794 0.167611969 Pemakaian
Listrik Tinggi Sedang Rendah Jumlah Prioritas
Prioritas Sub Kriteria Tinggi 0.652173913 0.7894737 0.428571 1.870219026 0.374043805 1 Sedang 0.130434783 0.1578947 0.428571 0.716900948 0.14338019 0.383324594 Rendah 0.217391304 0.0526316 0.142857 0.412880026 0.082576005 0.2207656
Setelah mendapatkan kriteria penilaian dari masing-masing kriteria, langkah selanjutnya adalah menentukan nilai kualitas. Hasilnya dapat dilihat pada table III.22.
Tabel III.22. Penentuan Pemakaian Listrik
Nilai Keterangan
1 - 0.92 Tertinggi
0.91 - 0.77 Tertinggi
0.76 - 0.30 Tertinggi
0.29 - 0.01 Terendah
Setelah menentukan nilai kualitas, langkah selanjutnya adalah menentukan hasil akhir penilaian. Hasilnya dapat dilihat pada table III.23.
Tabel III.23. Hasil Akhir Penilaian
Angka pada kolom Nilai baris P10001 (0.26715664) di peroleh dari Nilai Prioritas Kriteria dikali dengan Prioritas SubKriteria per baris setelah hasil Id Pel Nama Pelangga n Tari f Daya Alamat Jlh
Tanggungan Brg Elektro Penghasiln Luas Bgn Pmkian Total Keteranga n P1000 1 Giatno R1 900 Jl.Kesawan Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Sedang 0.26715 664 Terendah P1000 2 Tan Book Hoo R1 900 Jl.Asia Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Rendah 0.28715 664 Terendah P1000 3 Sugeng R1 450 Jl.Palmerah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi 0.35600 0 Tertinggi P1000 4 Dadang R1 1300 Jl.Aksara Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi 0.31924 656 Tertinggi
Prioritas kriteria dan Prioritas SubKriteria didapat kemudian dijumlahkan hasil Prioritas Kriteria dan Prioritas SubKriteria tersebut. Untuk mendapatkan Total dan Keterangan, Nilai yang didapat dari penjumlahan tersebut disesuaikan dengan nilai standart pada Tabel III.22.
III.3.1. Pembahasan
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode pencarian keputusan
yang akan menghasilkan hasil keputusan yang rasional. Keputusan yang rasional didefenisikan sebagai keputusan terbaik. Kunci utama keputusan yang rasional tersebut meliputi alternatif dan kriteria yang menuju ke tujuan yang diinginkan dan berdasarkan pada sumber-sumber yang ada. Rumus untuk menentukan Rasio Konsistensi (CR) Indeks Konsistensi dari matriks berordo n dapat diperoleh dengan rumus :
maksimum - n CI =
n - 1
Keterangan :
CI = Indeks Konsistensi (Consistency Index)
maksimum = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
maksimum didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vektor utama.
Apabila CI = 0, berarti matriks konsisten. Batas ketidak konsistenan yang ditetapkan Saaty diukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni
perbandingan indeks konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI). Nilai RI bergantung pada ordo matriks n.
III.4. Desain Sistem
Perancangan desain sistem akan di bangun menggunakan pemodelan
Unified Modelling System (UML). Diagram-diagram yang digunakan use case diagram, class diagram, activity diagram dan sequence diagram.
III.4.1. Usecase Diagram
Secara garis besar, bisnis proses sistem yang akan dirancang digambarkan dengan usecase diagram dari “Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemakaian tenaga listrik khusus rumah tangga pada PT.PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota” yang terdapat pada Gambar III.1.
Gambar III.1. Use Case Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Metode AHP
III.4.2. Class Diagram
Class diagram pada aplikasi yang akan dibangun untuk Admin. Untuk
masuk ke aplikasi seorang admin harus melakukan proses yaitu mulai dari login admin untuk proses selanjutnya yaitu mengelola data pelanggan, mengelola nilai kriteria dan sinkronisasi hasil keputusan.
Class diagram akan menampilkan manipulasi pada sistem yang akan dibangun ditunjukkan pada gambar III.2.
Gambar III.2. Class Diagram Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Metode AHP
III.4.3. Activity Diagram
Setiap aktifitas suatu aktor dieksentasikan ke aktifitas aktor lain dapat disatukan dengan swimline. Aktifitas yang terjadi pada sistem yang akan dibangun memiliki gabungan aktifitas antar Admin.
1. Activity Diagram Login
Gambar III.3. Activity Diagram Login
Ya Tidak
User Sistem
Login
Beranda
Input Username dan Password Otentikasi
2. Activity Diagram Data Pelanggan
3. Activity Diagram Prioritas Kriteria
4. Activity Diagram Penilaian
III.4.4. Sequence Diagram
Penggambaran kolaborasi antar objek dari kelas-kelas yang ada serta peran dari jawaban yang diterima atau dikirim oleh objek. Sequence diagram pada aplikasi yang akan dibuat yaitu adalah sebagai berikut.
1. Sequence Diagram Login
Adapun bentuk rancangan tentang login yang dirancang penulis adalah sebagai berikut :
2. Sequence Diagram Data Pelanggan
Adapun bentuk rancangan tentang data pelanggan yang dirancang penulis adalah sebagai berikut :
III.8. Sequence Diagram Data Pelanggan
3. Sequence Diagram Prioritas Kriteria
Adapun bentuk rancangan tentang halaman beranda yang dirancang penulis adalah sebagai berikut :
4. Sequence Diagram pada halaman Penilaian
Adapun bentuk rancangan tentang halaman beranda yang dirancang penulis adalah sebagai berikut :
III.5. Desain User Interface III.5.1. Desain Input
Desain input merupakan masukan yang penulis rancang guna lebih memudahkan dalam entry data. Entry data yang dirancang akan lebih mudah dan cepat dan meminimalisir kesalahan penulisan dan memudahkan perubahan.
1. Desain Tampilan Halaman Login Admin
Berikut ini desain tampilan halaman login admin :
SIGN IN
Username Password
Gambar III.12. Desain Tampilan Login
2. Desain Tampilan Halaman Home
Desain sistem ini berisikan tampilan hasil yang akan diperoleh dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Area Medan Rayon Medan Kota oleh Pengguna yaitu berupa halaman beranda, seperti pada gambar III.11. berikut ini:
Keluar Login
Gambar
Gambar III.13. Desain Form Perancangan Halaman Home
3. Desain Form Halaman Profil
Halaman Profil merupakan halaman yang menampilkan profil Instansi PT. PLN (Persero) yang berisi Visi dan Misi PT.PLN (Persero) seperti pada gambar III.12. berikut :
Gambar
File Database
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
Footer
Tentang Saya
Form Perhitungan
Log Out Exit
Form Perhitungan & Perbandgan Laporan
Gambar III.14. Desain Form Perancangan Halaman Profil PT.PLN (Persero)
4. Desain Form Tampilan Halaman Akhir Penilaian
Halaman hasil penilaian merupakan halaman yang menampilkan hasil dari data perhitungan nilai kriteria pelanggan pada PT. PLN (Persero) seperti pada gambar III.13. berikut:
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
Home Profil
C
Gambar III.15. Desain Form Perancangan Halaman Hasil Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan
Metode AHP
III.6.1. Desain Database
Desain database terdiri dari tahap merancang kamus data, melakukan normalisasi tabel, merancangan struktur tabel dan membangun Entity Relationship
Diagram (ERD).
III.6.1.1. Kamus Data
Kamus data merupakan sebuah daftar yang terorganisasi dari elemen data yang berhubungan dengan sistem, dengan definisi yang tepat dan teliti sehingga
Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Dengan Menggunakan Metode AHP
Hasil Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Id_Pel Nama Tarif Daya Almt Jumlah
Tanggun gan Kluarga Brg Elektroni k Pengha silan Perbula n Luas Bang unan Pemak aian Listrik Nilai Hasil Total Ket cetak
pemakai dan analis sistem akan memiliki pemahaman yang umum mengenai
input, ouput, dan komponen penyimpanan. Berikut kamus data dari Sistem
Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP :
Admin = ({username} + password)
Nama Pelanggan = ({id_pel} + nama_pel + tarif + daya + alamat) Hasil = ({id_pel} + nilai)
Penilaian =({id_pel } + jlh_tanggungan_keluarga + barang_elektronik +penghasilan_perbulan+luas_bangunan+pemakaian_listr ik).
III.6.1.2. Normalisasi Tabel
Normalisasi yang digunakan dari Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP adalah normalisasi tabel dari sistem hanya INF, berikut ini tabel III.12. data penentuan pemakaian listrik khusus rumah tangga yang belum dinormalisasi :
1. Bentuk tidak Normal dan Normal 1 (1NF)
Tabel III.14. Normalisasi Bentuk Tidak Normal dan Normal 1 (1NF)
id_pel nama_pel kriteria total keterangan
101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga 0.309992 Tertinggi
102 Giatno Barang Elektronik 0.229756 Terendah
101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga 0.276634 Terendah
id_pel nama_pel kriteria total keterangan 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga 0.309992 Tertinggi 101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga 0.276634 Terendah
102 Giatno Barang Elektronik 0.229756 Terendah
103 Susi Penghasilan Perbulan 0.310728 Tertinggi
2. Bentuk Normal Tahap 2 (2NF)
Tabel III.15. Normalisasi Bentuk Normal 2 (2NF)
id_pel nama_pel kriteria total keterangan id_kriteria
101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga 0.309992 Tertinggi 001
102 Giatno Barang Elektronik 0.229756 Terendah 001
101 Tan Book Hoo Jumlah Tanggungan Keluarga 0.276634 Terendah 002
103 Susi Penghasilan Perbulan 0.310728 Tertinggi 002
id_pel kriteria total keterangan id_kriteria
101
Jumlah Tanggungan
Keluarga 0.309992 Tertinggi 001
102 Barang Elektronik 0.229756 Terendah 001 101
Jumlah Tanggungan
Keluarga 0.276634 Terendah 002
103 Penghasilan Perbulan 0.310728 Tertinggi 002
kriteria id_pel id_kriteria
Jumlah Tanggungan Keluarga 101 001
Barang Elektronik 101 001
Jumlah Tanggungan Keluarga 102 002
3. Bentuk Normal Tahap 3 (3NF)
Tabel III.16.Normalisasi Bentuk Normal 3 (3NF)
id_pel kriteria id_kriteria
101 Jumlah Tanggungan Keluarga 001 102 Barang Elektronik 002 101 Jumlah Tanggungan Keluarga 002 103 Penghasilan Perbulan 001 id_pel id_kriteria Jumlah Tanggungan Keluarga 101 001 Barang Elektronik 101 001 Jumlah Tanggungan Keluarga 102 002 Penghasilan Perbulan 103 002 Jumlah Tanggungan Keluarga
III.6.1.3. Struktur Tabel
Setelah melakukan tahap normalisasi, maka selanjutnya yang dikerjakan yaitu merancang struktur table pada basis data yang dibuat dengan SQLServer . Berikut merupakan rancangan struktur table Sistem Pendukung Keputusan Pemakaian Tenaga Listrik Khusus Rumah Tangga Pada PT. PLN (Persero) Menggunakan Metode AHP.
1. Struktur Tabel Admin
Tabel Admin digunakan untuk menyimpan data Username, Password, selengkapnya mengenai struktur table ini dapat dilihat pada table III.15. berikut:
Tabel III.17. Rancangan Tabel Admin
Nama Database Spk_ahp
Nama Tabel Admin
No Field Name Type Width Keyword
1 Id_admin Int 5 Primary Key
2 Nama Varchar 30 -
3 Username Varchar 20 -
4 Password Varchar 20 -
2. Struktur Tabel Pemakaian Tertinggi
Tabel Hasil digunakan untuk melihat hasil, selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.16. berikut:
Tabel III.18. Rancangan Tabel Pemakaian Tertinggi
Nama Database Spk_ahp
Nama Tabel Pemakaian Tertinggi
No Field Name Type Width Keyword
1 Id_Pel Int 11 Primary Key
2 Nama_Pel Varchar 20 -
3 Tarif Varchar 20 -
4 Daya Varchar 20 -
6 Jumlah Tnggan Klg Varchar 20 -
7 Barang Elektronik Varchar 20 -
8 Penghasilan Perbulan Varchar 20 -
9 Luas Bangunan Varchar 20 -
10 Pemakaian Listrik Varchar 20 -
11 Total Varchar 20 -
12 Keterangan Varchar 20 -
3. Struktur Tabel Data Pelanggan
Tabel Data Pelanggan digunakan untuk menyimpan data Pelanggan, Nama_Pelanggan, Tarif, Daya, Alamat . Selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat pada tabel III.17 berikut:
Tabel III.19. Rancangan Tabel Data Pelanggan
Nama Database Spk_Listrik
Nama Tabel Pelanggan
No Field Name Type Width Keyword
1 Id_Pel Int 11 Primary Key
2 Nama_Pel Int 20 -
3 Tarif Int 20 -
4 Daya Int 20 -
4. Struktur Tabel Penilaian
Tabel penilaian mahasiswa digunakan untuk menyimpan data Id_Pelanggan,Nama_Pelanggan,Jlh_Tanggungan_Orangtua,Barang_Elektronik,Pe nghasilan_Perbulan,Luas_Bangunan,Pemakaian_Listrik. Selengkapnya mengenai struktur tabel ini dapat dilihat Pada tabel III.18 berikut:
Tabel III.20. Rancangan Tabel Prioritas
Nama Database Spk_ahp
Nama Tabel Prioritas
No Field Name Type Width Keyword
1 Id_Prioritas Int 15 Primary Key
2 Jumlah Tnggan Klg Varchar 20 -
3 Barang Elektronik Varchar 20 -
4 Penghasilan Perbulan Varchar 20 -
5 Luas Bangunan Varchar 20 -
6 Pemakaian Listrik Varchar 20 -
7 Jumlah Perbaris Varchar 20 -
III.6.1.4. ERD (Entity Relationship Diagram)
Tahap selanjutnya pada penelitian ini yaitu merancang ERD untuk mengetahui hubungan antar tabel yang telah didesain sebelumnya, ERD tersebut dapat dilihat pada gambar III.19. Berikut :
Gambar III.16. Diagram ERD Pelanggan
Id_Pel
Nama_Pel Olah Data
Tarif Daya Admin Username Password Menghasilkan Hasil Penilaian Kriteria Nilai Hitung Penilaian Pemakaian Id_Pel Nama_Pel Jlh_Tanggungan Brg_Elektronik Penghasilan_Perbulan Luas_Bangunan Pemakaian_Listrik
Hasil Penilaian Pemakaian Tertinggi xxxxx xxxxxxxx xxxxxxx xxxxx Alamat Nama_Pel Total Keterangan