• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN NOVEMBER 2013 NAIK 0,29 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN NOVEMBER 2013 NAIK 0,29 PERSEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 59/12/14/Th.XIV, 02 Desember 2013

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU

BULAN NOVEMBER 2013 NAIK 0,29 PERSEN

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan

indeks harga yang dibayar petani (Ib) dan dinyatakan dalam persentase. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kesejahteraan petani, dengan mengukur kemampuan tukar produk yang dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi maupun untuk konsumsi rumah tangga petani. Semakin tinggi NTP dapat diartikan kemampuan daya beli atau daya tukar (term of trade) petani relatif lebih baik dan tingkat kehidupan petani juga lebih baik.

 Pada bulan November 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 100,70 atau naik 0,29 persen dibanding NTP Oktober 2013 yang mencapai 100,41. Kenaikan ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen, lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yaitu sebesar 0,28 persen. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 108,93, Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 111,29, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95,77, Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPPT) 102,20, dan Nilai Tukar Petani Nelayan (NTPN) 88,73.

 Komoditas yang memberikan andil terbesar kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat yaitu sebesar 1,66 persen, yang terutama diakibatkan oleh kenaikan harga kelapa sawit dengan andil sebesar 2,85 persen. Kenaikan indeks harga yang dibayar petani tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 0,35 persen yang disebabkan oleh naiknya harga barang-barang konsumsi rumah tangga seperti cabe merah dengan andil sebesar 0,39 persen, jeruk sebesar 0,04 persen, rokok kretek sebesar 0,03 persen, serta tarif angkutan bermotor mini bus/oplet, minyak goreng, hati sapi, dan pepaya masing-masing sebesar 0,02 persen.

 Pada bulan November 2013, terjadi inflasi di daerah perdesaan Provinsi Riau sebesar 0,33 persen. Inflasi perdesaan terjadi karena kenaikan indeks harga pada hampir semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan 0,52 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,41 persen, kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,21 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,04 persen, dan kelompok perumahan sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok sandang mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.

 Laju inflasi di daerah pedesaan Provinsi Riau pada bulan November 2013 sebesar 0,33 persen, sementara itu inflasi ”year-on-year” (November 2013 terhadap November 2012) adalah sebesar 7,80 persen, dan inflasi kumulatif (November 2013 terhadap Desember 2012) adalah sebesar 7,61 persen.

(2)

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di Provinsi Riau, NTP di bulan November 2013 tercatat sebesar 100,70 atau naik sebesar 0,29 persen dibanding dengan NTP Oktober 2013 yang mencapai 100,41. Hal ini disebabkan harga barang/produk pertanian yang dihasilkan oleh rumah tangga tani mengalami kenaikan yang relatif lebih besar dibandingkan kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani (NTP) Gabungan Provinsi Riau November 2013 (2007 = 100)

NTP November 2013 terhadap NTP November 2012 (year-on-year) turun sebesar 2,13 persen. Penurunan nilai NTP November 2013 secara year on year tersebut tersebut disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian (hasil yang diterima petani) naik relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga dan biaya pemeliharaan dan penambahan barang modal.

Perkembangan indeks nilai tukar petani sejak November 2012 hingga November 2013 seperti terlihat pada grafik sebagai berikut.

Rincian

Indeks Gabungan Riau Perubahan (%)

Nov'12 Des'12 Okt'13 Nov'13 Nov'13 thd

Nov'12 Nov'13 thd Des'12 Nov'13 thd Okt'13 [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

Indeks Harga Yang Diterima Petani 134.52 134.24 139.52 140.31 4.31 4.52 0.57

Indeks Harga Yang Dibayar Petani 130.74 130.92 138.95 139.34 6.58 6.43 0.28

Konsumsi Rumah Tangga 130.59 130.82 140.31 140.78 7.80 7.61 0.33

Bahan Makanan 135.41 135.58 149.35 150.14 10.88 10.74 0.52

Makanan Jadi 133.21 133.16 139.77 140.16 5.22 5.25 0.27

Perumahan 119.84 120.75 122.72 122.74 2.42 1.65 0.02

Sandang 138.68 139.06 141.97 141.95 2.36 2.08 -0.01

Kesehatan 123.84 123.87 128.92 129.44 4.52 4.50 0.41

Pendidikan, Rekreasi & Olah raga 119.29 119.31 125.53 125.57 5.27 5.25 0.04

Transportasi dan Komunikasi 112.25 112.55 124.67 124.93 11.30 11.00 0.21

BPPBM 131.04 131.09 134.23 134.30 2.48 2.44 0.05

Bibit 146.44 146.05 146.28 146.28 -0.11 0.16 0.00

Obat-obatan & Pupuk 124.88 124.90 126.57 126.82 1.55 1.54 0.19

Sewa Lahan, Pajak & Lainnya 114.36 114.38 114.83 114.81 0.39 0.38 -0.02

Transportasi 128.48 128.52 140.39 140.52 9.37 9.34 0.09

Penambahan Barang Modal 124.99 125.47 127.53 127.54 2.04 1.65 0.01

Upah Buruh Tani 135.45 135.45 137.30 137.30 1.37 1.37 0.00

Nilai Tukar Petani 102.89 102.54 100.41 100.70 -2.13 -1.79 0.29

(3)

Grafik 1

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Riau November 2012 – November 2013 (2007 = 100) 102.89 102.54 102.42 102.36 102.19 102.45 102.55 102.31 100.43 99.77 100.03 100.41 100.70 134.52 134.24 134.93 135.85 136.20 136.48 136.84 136.95 138.16 137.86 138.13 139.52 140.31 130.74 130.92 131.74 132.71 133.28 133.22 133.44 133.86 137.57 138.17 139.28 138.95 139.34 90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140 145 NTP It Ib Tabel 2

NILAI TUKAR PETANI (NTP) RIAU November 2013 (2007 = 100)

Subsektor Bulan % Perubahan Nov’13

thd Okt’13 Oktober November

[1] [2] [3] [4]

1 Tanaman Pangan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 151.40 151.43 0.02

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 138.52 139.01 0.35

c Nilai Tukar Petani (NTPP) 109.30 108.93 -0.34

2 Hortikultura

a Indeks Harga yang Diterima (It) 153.40 154.01 0.39

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 137.92 138.38 0.34

c Nilai Tukar Petani (NTPH) 111.23 111.29 0.06

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 133.04 135.24 1.66

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 140.80 141.21 0.29

c Nilai Tukar Petani (NTPPR) 94.49 95.77 1.36

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 146.57 145.58 -0.67

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 142.31 142.45 0.10

c Nilai Tukar Petani (NTPPT) 102.99 102.20 -0.77

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.54 120.01 0.39

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 134.94 135.25 0.23

c Nilai Tukar Petani (NTPN) 88.59 88.73 0.16

R i a u

a Indeks Harga yang Diterima (It) 139.52 140.31 0.57

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 138.95 139.34 0.28

c Nilai Tukar Petani (NTP) 100.41 100.70 0.29

(4)

Jika NTP November 2013 dibandingkan dengan NTP Oktober 2013, 3 (tiga) dari 5 (lima) subsektor mengalami kenaikan yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,36 persen, subsektor perikanan sebesar 0,16 persen, subsektor hortikultura sebesar 0,06 persen. Sedangkan subsektor lainnya mengalami penurunan yaitu subsektor peternakan sebesar 0,77persen dan subsektor tanaman pangan sebesar sebesar 0,34 persen.

1. Indeks harga yang diterima petani (I

t

)

Indeks harga yang diterima petani (It) mencakup 5 (lima) indeks subsektor. Pada November 2013, indeks harga yang diterima petani (It) di Provinsi Riau mengalami kenaikan sebesar 0,57 persen dibandingkan dengan It Oktober 2013, yaitu dari 139,52 pada bulan Oktober 2013 menjadi 140,31 pada bulan November 2013. Kenaikan It terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,66 persen, subsektor tanaman hortikultura dan subsektor perikanan masing-masing sebesar 0,39 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 0,02 persen. Sedangkan subsektor peternakan mengalami penurunan yaitu sebesar 0,67 persen.

Kenaikan It terutama diakibatkan naiknya harga kelapa sawit dengan andil sebesar 2,85 persen, ikan kuro/senangin sebesar 1,72 persen, cabe merah sebesar 0,98 persen, sawo dan ikan patin masing-masing sebesar 0,03 persen, serta kacang kedelai dan semangka masing-masing sebesar 0,02 persen.

2. Indeks harga yang dibayar petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat ditunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada November 2013 indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi Riau naik sebesar 0,28 persen dibanding indeks Oktober 2013, yaitu dari 138,95 menjadi 139,34 pada bulan November 2013. Kenaikan Ib terjadi semua subsektor yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,35 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar 0,34 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,29 persen, subsektor perikanan sebesar 0,23 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0,10 persen.

Kenaikan indeks harga yang dibayar petani tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 0,35 persen yang disebabkan oleh naiknya harga barang-barang konsumsi rumah tangga seperti cabe merah dengan andil sebesar 0,39 persen, jeruk sebesar 0,04 persen, rokok kretek sebesar 0,03 persen, serta tarif angkutan bermotor mini bus/oplet, minyak goreng, hati sapi, dan pepaya masing-masing sebesar 0,02 persen.

(5)

3. NTP Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP)

Pada November 2013, NTPP mengalami penurunan sebesar 0,34 persen dibandingkan dengan NTPP bulan Oktober 2013. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,02 persen relatif lebih kecil dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang mencapai 0,35 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh kenaikan indeks kelompok palawija sebesar 0,10 persen. Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,39 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,18 persen.

Komoditas yang menyebabkan kenaikan It adalah naiknya harga kacang kedelai dengan andil sebesar 0,02 persen.

Komoditas yang menyebabkan kenaikan Ib adalah naiknya harga cabe merah dengan andil sebesar 0,39 persen, jeruk sebesar 0,04 persen, rokok kretek sebesar 0,03 persen, serta tarif angkutan bermotor mini bus/oplet, minyak goreng, hati sapi, dan pepaya masing-masing sebesar 0,02 persen.

b. Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada November 2013, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) mengalami kenaikan sebesar 0,06 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan lebih besar yaitu sebesar 0,39 persen jika dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan lebih kecil yaitu sebesar 0,34 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan naiknya indeks harga kelompok sayur-sayuran sebesar 0,79 persen. Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,39 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,08 persen.

Komoditas yang menyebabkan terjadinya kenaikan It yaitu naiknya harga cabe merah dengan andil sebesar 0,98 persen, sawo sebesar 0,03 persen, dan semangka sebesar 0,02 persen.

Komoditas yang menyebabkan kenaikan Ib yaitu naiknya harga cabe merah dengan andil sebesar 0,39 persen, jeruk sebesar 0,04 persen, rokok kretek sebesar 0,03 persen, serta tarif angkutan bermotor mini bus/oplet, minyak goreng, hati sapi, dan pepaya masing-masing sebesar 0,02 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPPR)

Pada November 2013, NTPPR mengalami kenaikan sebesar 1,36 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 1,66 persen relatif lebih besar jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mencapai 0,29 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh kenaikan indeks harga kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,66 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It adalah kenaikan harga kelapa sawit dengan andil sebesar 2,85 persen.

Sementara itu, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,39 persen.

Komoditas yang menyebabkan kenaikan Ib yaitu naiknya harga cabe merah dengan andil sebesar 0,35 persen, udang sebesar 0,06 persen, rokok kretek sebesar 0,04 persen, serta minyak goreng, hati sapi, jeruk, susu cair kemasan, dan ikan asap masing-masing sebesar 0,02 persen.

(6)

d. Subsektor Peternakan (NTPPT)

Pada November 2013, NTPPT mengalami penurunan sebesar 0,77 persen. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,67 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen.

Penurunan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh penurunan indeks harga pada kelompok ternak besar sebesar 1,20 persen. Komoditas yang menyebabkan penurunan It adalah turunnya harga kerbau sebesar 0,40 persen dan sapi potong dengan andil sebesar 0,26 persen.

Kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks BPPBM sebesar 0,20 persen dan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,03 persen.

Sedangkan komoditas yang menyebabkan kenaikan Ib adalah naiknya harga cabe merah dengan andil sebesar 0,15 persen, udang sebesar 0,05 persen, rokok kretek, hati sapi, minyak goreng, dan susu cair kemasan masing-masing sebesar 0,02 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTPN)

Pada November 2013, NTPN mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen, hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen relatif lebih besar dibandingkan kenaikan indeks harga yang dibayar petani yang hanya mencapai 0,23 persen.

Kenaikan indeks harga yang diterima petani disebabkan oleh terjadinya kenaikan indeks harga kelompok penangkapan sebesar 0,40 persen dan kelompok budidaya sebesar 0,33 persen. Komoditas yang menyebabkan kenaikan It yaitu naiknya harga ikan kuro/senangin dengan andil sebesar 1,72 persen dan ikan patin sebesar 0,03 persen.

Sementara kenaikan indeks harga yang dibayar petani disebabkan oleh kenaikan indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,33 persen.

Komoditas yang menyebabkan kenaikan Ib yaitu naiknya harga cabe merah dengan andil sebesar 0,29 persen, udang sebesar 0,05 persen, rokok kretek dan jeruk masing-masing sebesar 0,04 persen, tarif angkutan bermotor mini bus/oplet sebesar 0,03 persen, serta hati sapi dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,02 persen.

(7)

Tabel 3.

Nilai Tukar Petani Per Subsektor dan Perubahannya November 2013 (2007 = 100)

Subsektor dan Kelompok % Perub Nov’13 thd

Okt’13 Oktober 2013 November 2013 [1] [2] [3] [4] 1 Tanaman Pangan

A Indeks Harga yang Diterima (It) 151.40 151.43 0.02

- Padi 147.39 147.39 0.00

- Palawija 175.84 176.02 0.10

B Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 138.52 139.01 0.35

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 141.72 142.26 0.39

- Indeks BPPBM 123.51 123.73 0.18

2 Hortikultura

A Indeks Harga yang Diterima (It) 153.40 154.01 0.39

- Sayur-sayuran 160.82 162.10 0.79

- Buah-buahan 146.64 146.63 -0.01

B Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 137.92 138.38 0.34

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 140.12 140.67 0.39

- Indeks BPPBM 128.70 128.80 0.08

3 Tanaman Perkebunan Rakyat

a Indeks Harga yang Diterima (It) 133.04 135.24 1.66

- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 133.04 135.24 1.66

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 140.80 141.21 0.29

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 139.58 140.11 0.39

- Indeks BPPBM 145.84 145.74 -0.07

4 Peternakan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 146.57 145.58 -0.67

- Ternak Besar 145.32 143.57 -1.20

- Ternak Kecil 193.32 193.32 0.00

- Unggas 132.29 132.29 0.00

- Hasil Ternak 153.13 153.13 0.00

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 142.31 142.45 0.10

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 142.16 142.19 0.03

- Indeks BPPBM 142.53 142.81 0.20

5 Perikanan

a Indeks Harga yang Diterima (It) 119.54 120.01 0.39

- Penangkapan 120.71 121.19 0.40

- Budi daya 109.33 109.69 0.33

b Indeks Harga yang Dibayar (Ib) 134.94 135.25 0.23

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138.88 139.34 0.33

(8)

4. Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Sumatera

Dari 10 provinsi di Pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei harga produsen dan konsumen perdesaan hingga November 2013, NTP mengalami kenaikan di 5 (lima) provinsi. Kenaikan NTP tertinggi pada November 2013 terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,01 persen, dan penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 1,01 persen seperti terlihat pada tabel 4 berikut:

Tabel 4.

Nilai Tukar Petani 10 Provinsi Di Pulau Sumatera Oktober 2013 (2007 = 100) No, Provinsi NTP Oktober 2013 November 2013 Perubahan (%) [1] [2] [3] [4] [5] 1 NAD 103.32 102.83 -0.47 2 Sumatera Utara 98.38 99.35 0.99 3 Sumatera Barat 103.57 104.28 0.68 4 Riau 100.41 100.70 0.29 5 Jambi 88.11 87.50 -0.70 6 Sumatera Selatan 109.68 109.80 0.11 7 Bengkulu 99.14 98.37 -0.77 8 Lampung 124.64 124.27 -0.30 9 Bangka Belitung 100.31 101.32 1.01 10 Kepulauan Riau 106.53 105.45 -1.01

5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Pada November 2013, terjadi inflasi pedesaan di Provinsi Riau sebesar 0,33 persen. Jika dilihat dari kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga,

i

nflasi perdesaan terjadi karena kenaikan indeks harga pada hampir semua kelompok pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu kelompok bahan makanan 0,52 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,41 persen, kelompok makanan jadi, rokok dan tembakau sebesar 0,27 persen, kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,21 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,04 persen, dan kelompok perumahan sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok sandang mengalami penurunan sebesar 0,01 persen.

Inflasi ”year-on-year” (November 2013 terhadap November 2012) adalah sebesar 7,80 persen, dan inflasi kumulatif (November 2013 terhadap Desember 2012) adalah sebesar 7,61 persen seperti terlihat pada tabel 5 berikut:

(9)

Tabel 5.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi Riau Menurut Kelompok Pengeluaran

November 2013 (2007 = 100)

Kelompok Pengeluaran

Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan (%)

Nov'12 Des'12 Okt'13 Nov'13 Nov'13 thd Nov'12 Nov'13 thd Des'12 Nov'13 thd Okt'13

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

Konsumsi Rumah Tangga 130.59 130.82 140.31 140.78 7.80 7.61 0.33

Bahan Makanan 135.41 135.58 149.35 150.14 10.88 10.74 0.52

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau 133.21 133.16 139.77 140.16 5.22 5.25 0.27

Perumahan 119.84 120.75 122.72 122.74 2.42 1.65 0.02

Sandang 138.68 139.06 141.97 141.95 2.36 2.08 -0.01

Kesehatan 123.84 123.87 128.92 129.44 4.52 4.50 0.41

Pendidikan, Rekreasi, & OR 119.29 119.31 125.53 125.57 5.27 5.25 0.04

Transportasi & Komunikasi 112.25 112.55 124.67 124.93 11.30 11.00 0.21

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga skripsi yang berjudul : PENGARUH KOMPENSASI, IKLIM KERJA, SEMANGAT KERJA DAN KARAKTERISTIK

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah

PAL Indonesia dengan Tipe kapal SSV, saat ini diperoleh nilai MCE proses produksi dalam pembuatan block kapal sebesar 85 persen, artinya menyerap 15 persen aktivitas JO yang

Apakah anda mengamalkan ajaran dari Tuanku Keramat syekh

Atas permintaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Republik Indonesia, Asian Development Bank (ADB) pada bulan Desember 2013 telah menyetujui

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui