• Tidak ada hasil yang ditemukan

p-issn : e-issn : Accreditation Number: 766/AU3/P2MI-LIPI/10/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "p-issn : e-issn : Accreditation Number: 766/AU3/P2MI-LIPI/10/2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR TELUK SALEH, KABUPATEN

SUMBAWA TAHUN 2004-2014

Yulius1) & Ardiansyah2)

ABSTRAK

Teluk Saleh terletak di sebelah timur laut wilayah Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat yang sedang berkembang. Kecenderungan pengembangan wilayah berdampak pada peningkatan aktifitas perekonomian yang pesat dan diikuti dengan degradasi kualitas lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu upaya untuk mengidentifikasi perubahan dan sebaran penggunaan lahan di pesisir Teluk Saleh Kabupaten Sumbawa. Penelitian ini menggunakan metode analisis data sekunder dengan Sistem Informasi Geografis. Analisis data dilakukan secara deskriptif berdasarkan data yang diperoleh dari citra satelit (Landsat 7 tahun 2004 dan Landsat 8 tahun 2014). Hasil analisis menunjukkan bahwa 1) tutupan lahan yang terkecil mengalami laju perubahan yaitu belukar rawa, hutan lahan kering primer, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, permukiman, dan tubuh air dengan nilai laju perubahan 0 ha/tahun, sedangkan laju perubahan terbesar terjadi pada tutupan lahan pertanian lahan kering dan semak, dengan nilai 75,846 ha/tahun. Sedangkan penambahan luasan terbesar yaitu untuk sawah sebesar 706,30 ha dan pengurangan luasan terbesar terjadi pada semak pertanian lahan kering dan semak yaitu sebesar -758,46 ha and 2) perubahan penggunaan lahan terjadi di Kecamatan Lape Lopok dan Kecamatan Plampang, sedangkan perubahan penggunaan lahan tidak terjadi di Kecamatan Maronge dan Kecamatan Tarano.

Kata kunci: perubahan tutupan lahan, Citra Landsat, SIG, Teluk Saleh

ABSTRACT

Saleh Bay is a growing region located in the northeast of Sumbawa,West Nusa Tenggara. As a growing region, the Saleh bay brings some impacts on economic activity increase and degradation of environment quality. Therefore, it is needed an effort to identify land use changes and the distribution of land use in this region from the year of 2004 until 2014. This research used landsat 7 imagery in 2004 and landsat 8 imagery in 2014. The data were analysed descriptively using geographical informastion system. Results show that 1) shrub swamps, primary dry forest, mangrove forests primary, secondary mangrove forests, settlements and water bodies land cover experienced the smallest land use change between 2004 until 2014 (0 ha/yr), meanwhile dry land agriculture and shrubs land use had the biggest change of about 75,846 ha/yr. The biggest addition of land cover belong to field area about 706.30 hectares, and the other hand occur on dry land agriculture and shrubs about -758.46 hectares and 2) changes in land use occurred in the Lape Lopok and Plampang sub-district, while the land-use change does not occur in the Maronge and Tarano sub-district.

Keywords: Saleh Bay, landcover changes, Landsat imagery, GIS

1)Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Komplek Bina Samudera Jl. Pasir Putih II Lantai 4, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430

2)Asisten Dosen Jurusan Geografi FMIPA, Universitas Indonesia

Diterima tanggal: 7 Juni 2016; Diterima setelah perbaikan: 7 November 2016; Disetujui terbit tanggal 30 November 2016

Corresponding author:

Jl. Pasir Putih I Ancol Timur, Jakarta Utara 14430. Email: yulius.lpsdkp@gmail.com

PENDAHULUAN

Kemajuan pembangunan suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kebutuhan hidup (Akhirudin, 2006). Dampak dari pembangunan tersebut terlihat pada perubahan tataguna lahan yang seringkali menjadi sulit dikendalikan, kondisi sumber daya alam terganggu, aliran air permukaan menjadi cepat dan lebih banyak,

dan sumur-sumur menjadi kering (Akhirudin, 2006). Wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang masih dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut (Anonim, 2014). Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), dan jika dilihat dari luas wilayahnya merupakan kabupaten terluas di Provinsi NTB. Secara administrasi dari 24 wilayah kecamatan terdapat 18 kecamatan

JURNAL SEGARA

http://p3sdlp.litbang.kkp.go.id/segara

p-ISSN : 1907-0659

e-ISSN : 2461-1166

(2)

pesisir (memiliki wilayah pesisir) dengan panjang garis pantai 982 km, terdapat 63 pulau-pulau kecil dan 63 desa pesisir (Anonim, 2013).

Teluk adalah estuaria tertutup yang memiliki peran strategis sebagai salah satu sumber daya ekologi dan layanan lingkungan (Ramdhan, 2012). Teluk Saleh terletak di sebelah timur laut wilayah

Kabupaten Sumbawa berhubungan langsung dengan Laut Flores. Perairan Teluk Saleh merupakan kawasan perairan penting bagi masyarakat Sumbawa, khususnya Kabupaten Sumbawa karena: (i) memiliki sumber daya alam pesisir dan laut yang beraneka ragam, sehingga untuk masa yang akan datang merupakan sumber ekonomi baru bagi pertumbuhan pembangunan di propinsi NTB (Radjawane, 2006); (ii) merupakan pusat kegiatan perekonomian laut yang dimanfaatkan sebagai lokasi penangkapan ikan (fishing ground) masyarakat nelayan tradisional dan sebagai lahan budidaya seperti budidaya rumput laut, budidaya ikan kerapu keramba jaring apung, dan budidaya kerang mutiara (Anonim, 2004); dan (iii) terkandung keanekaragaman hayati laut yang tinggi yaitu potensi ekosistem mangrove, terumbu karang dan ikan karang (Satria & Mujiyanto, 2011). Hal ini didukung pula dengan kondisi perairan Teluk Saleh yang dikelilingi oleh banyak pulau-pulau kecil, seperti Pulau Dangar Rea, Pulau Liang, Pulau Ngali dan Pulau Rak (Ismunarti & Rochaddi, 2013).

Kecenderungan pengembangan wilayah berdampak pada peningkatan penduduk yang pesat dan akan diikuti oleh degradasi kualitas lingkungan (Yulius et al., 2014). Kualitas lingkungan pada perairan semi tertutup seperti pada perairan Teluk Saleh sangat dipengaruhi oleh adanya aktivitas di daratan. Aktivitas daratan yang sangat produktif, berpotensi untuk menurunkan kualitas perairan. Aktivitas tersebut, dapat menjadi ancaman terhadap potensi sumber daya hayati laut, sehingga dikhawatirkan mengganggu proses pengembangan wilayah (Mujiyanto & Hartati, 2009). Imbas dari pembangunan salah satunya adalah kegiatan alih fungsi lahan dari area terbuka menjadi area terbangun. Hal ini terlihat dari adanya perubahan penggunaan lahan akhir-akhir ini yang mengarah pada penutupan lahan (area terbangun) seperti pembangunan pabrik pengolahan jagung menjadi tepung maizena. Perubahan terjadi akibat meningkatnya kebutuhan akan jasa, yaitu permukiman, industri, serta pembangunan lain untuk menunjang kehidupan manusia (Akhirudin, 2006). Perubahan tutupan lahan di lokasi penelitian memerlukan usaha pengkajian berbasis kewilayahan yang diharapkan dapat memperoleh data dan informasi yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam pengelolaan kawasan tersebut.

Identifikasi perubahan tutupan lahan penting

dilakukan untuk memantau terjadinya perubahan tutupan lahan sehingga degradasi lahan dapat dihindari yang mana hal ini belum pernah dilakukan di daerah ini. Hal ini terbukti dari adanya perubahan kondisi lingkungan di pesisir Teluk Saleh yang memiliki kandungan pH tinggi dengan nilai berkisar antara 7,85 – 8,51 (Mujiyanto & Wasilun, 2006) di atas baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 yaitu 7 – 8. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu parameter yang penting dalam memantau kestabilan lingkungan perairan. Perubahan nilai pH di suatu perairan akan mempengaruhi kehidupan biota, karena tiap biota memiliki batasan tertentu terhadap nilai pH yang bervariasi (Simanjuntak, 2012). Kandungan pH yang tinggi dikarenakan masuknya zat-zat pembusuk dari daratan yang masuk ke perairan karena terbawa oleh air hujan (Mujiyanto & Wasilun, 2006). Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai peranan yang sangat penting dalam usaha pemantauan perubahan tutupan lahan. SIG dapat digunakan untuk pemasukan, analisis, pengolahan, dan penayangan dari data informasi geografis secara optimal. Penelitian ini dibatasi pada besarnya nilai perubahan suatu tutupan lahan di lokasi penelitian, tidak sampai kepada faktor penyebab terjadinya perubahan tutupan lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi besarnya perubahan tutupan lahan, dan sebaran perubahan penggunaan lahan di pesisir Teluk Saleh, Kabupaten Sumbawa tahun 2004-2014, dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG) dan analisis citra satelit.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kawasan Teluk Saleh yang meliputi: Desa Labuan Sangoro Kecamatan Maronge, Desa Labuan Aji Kecamatan Tarano, dan Desa Teluk Santong Kecamatan Plampang serta Kecamatan Lape Lopok, Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB (Gambar 1). Wilayah kajian adalah di kawasan pesisir dengan jarak 2 km dari garis pantai dengan batas koordinat (8032’35,46” LS - 8045’45,27”

LS) dan 117042’21’,394” BT - 11803’21,46” BT).

Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan yaitu citra satelit landsat 7 (tahun 2004) dan landsat 8 (tahun 2014) diunduh dari website http://landsat.usgs.gov/Landsat_ Search_and_Download.php pada April dan September 2014 resolusi 30 meter untuk menghasilkan informasi spasial tutupan lahan. Data luas tutupan diperoleh dari dari jumlah pixel dari masing-masing luasan, sehingga analisis dilakukan secara digital.

(3)

Analisis Data

Analisis data penelitian ini menggunakan SIG dan analisis dilakukan secara deskriptif. Analisis data tutupan lahan dihasilkan dengan interpretasi visual citra tersebut. Selain itu, penafsiran tutupan lahan ini juga mengacu dari data tutupan lahan yang dihasilkan oleh Badan Planologi Nasional, Kementerian Kehutanan. Data landsat dengan resolusi 30 meter digunakan untuk mengekstraksi tutupan lahan di lokasi penelitian dikarenakan mudah untuk diinterpretasi dan cakupan areanya memenuhi seluruh wilayah penelitian. Penelitian ini menggunakan citra landsat dengan perbedaan waktu 10 tahun, yaitu tahun 2004 dan 2014 untuk melihat perubahan yang nyata di lokasi penelitian. Alur kerja penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Data landcover dihasilkan dengan interpretasi visual dari data landsat 7 (tahun 2004) dan landsat 8 (tahun 2014). Selain itu, penafsiran landcover ini juga mengacu dari data landcover yang dihasilkan oleh Badan Planologi Nasional, Kementerian Kehutanan (Anonimous, 2007). Wilayah kajian adalah di kawasan pesisir dengan jarak 2 km dari garis pantai.

Koreksi Geometrik Citra

Prinsip koreksi geometrik citra adalah menyamakan koordinat bumi posisi suatu piksel citra yang akan dikoreksi dengan posisi piksel pada peta refernsi (Adi, 2006). Koreksi ini dilakukan dengan

rektifikasi citra berdasar acuan peta Dishidros skala 1:200.000. Untuk melakukan rektifikasi minimal diperlukan 4 buah titik yang digunakan sebagai ground

control point (GCP). Penentuan titik-titik GCP diletakkan

pada pojok kanan atas, pojok kiri atas, pojok kanan bawah dan pojok kiri bawah. Hal tersebut dilakukan agar citra terektifikasi secara merata. Sistem koordinat yang digunakan dalam proses rektifikasi adalah koordinat geografis dengan ellipsoid referensi World

Geodetic System 1984.

Digitasi Tutupan Lahan

Setelah citra terkoreksi multi temporal, tahap selanjutnya adalah proses on screen digitation (digitasi pada layar monitor). Digitasi dimaksudkan untuk mengubah format data raster ke format data vektor. Objek yang didigitasi adalah tutupan lahan. Seluruh proses digitasi menggunakan fasilitas image analysis pada perangkat lunak ArcGIS yang dapat menampilkan data raster dan vektor sekaligus.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyediaan data spasial merupakan hal yang penting dalam pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan yang tidak benar dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan. Degradasi lahan akibat aktivitas manusia sangat mungkin terjadi karena kurangnya pemantauan terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan.

Lokasi penelitian. Gambar 1.

(4)

Perubahan Tutupan Lahan

Perubahan tutupan lahan mengarah pada tutupan lahan pemukiman. Pembangunan lahan pemukiman membutuhkan areal lahan yang sangat luas. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi saat ini dimana kawasan pesisir tersebut telah mengalami perubahan tutupan lahan yang mengarah dari area hutan menjadi area pertanian. Hasil analisis spasial citra satelit menunjukkan adanya perubahan tutupan lahan yang terjadi di lokasi penelitian dari tahun 2004 hingga 2014. Perubahan tutupan lahan tersebut tertera dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 menunjukkan bahwa tutupan lahan yang tidak mengalami laju perubahan tutupan lahan yaitu belukar rawa, hutan lahan kering primer, hutan mangrove primer, hutan mangrove sekunder, permukiman, dan tubuh air dengan nilai laju perubahan 0 ha/tahun, sedangkan laju perubahan terbesar terjadi pada tutupan lahan pertanian lahan kering dan semak dengan nilai 75,846 ha/tahun.

Penambahan luasan tutupan lahan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2014 terjadi pada lahan pertanian lahan kering, sawah dan tanah terbuka, dengan nilai 1,21 ha, 706,30 ha dan 287,44 ha (Tabel 1). Pengurangan luasan tutupan lahan terjadi pada pertanian lahan kering dan semak, semak/belukar, dan tambak dengan nilai -758,46 ha, -7,54 ha, dan -228,95 ha. Penambahan luasan terbesar yaitu untuk sawah sebesar 706,30 ha (Gambar 3) dan pengurangan luasan terbesar terjadi pada pertanian lahan kering

dan semak yaitu sebesar -758,46 ha (Gambar 4). Tabel 2 menunjukkan bahwa tutupan lahan yang mengalami alih fungsi lahan terbesar yaitu pertanian lahan kering dan semak menjadi areal pesawahan dengan nilai perubahan 758,46 ha, sedangkan tutupan lahan yang mengalami alih fungsi lahan terkecil yaitu semak/belukar menjadi areal pertanian lahan kering dengan nilai 1,21 ha.

Sebaran Perubahan Tutupan Lahan

Hasil pengolahan data dengan SIG menunjukkan bahwa terjadi perubahan tutupan lahan yang umumnya menjadi lahan persawahan. Perubahan menjadi lahan persawahan yang terjadi berasal dari lahan pertanian lahan kering dan semak. Perubahan lahan persawahan yang meningkat luasannya terdapat di Kecamatan Plampang seperti terlihat pada kotak hijau di Gambar 5 dan 6. Perubahan penggunaan lahan terjadi di Kecamatan Lape Lopok (Tabel 3 dan 4) dan Kecamatan Plampang, sedangkan perubahan penggunaan lahan tidak terjadi di Kecamatan Maronge dan Kecamatan Tarano seperti terlihat dalam Tabel 5 dan 6.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian perubahan tutupan lahan dari tahun 2004-2014 yang telah dilakukan di pesisir Teluk Saleh dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: (1) Tutupan lahan yang terkecil mengalami laju perubahan yaitu belukar rawa, hutan lahan kering primer, hutan mangrove primer, hutan mangrove Diagram alir penelitian.

(5)

Luasan perubahan tutupan lahan pesisir Teluk Saleh, Kab. Sumbawa tahun 2004 - 2014 Tabel 1.

No Tutupan Lahan luas (ha) (%) luas (ha) (%) selisih 2004 Laju Perubahan

2004 2014 dan 2014 (ha) [ha/th]

1 Belukar rawa 2,27 0,01 2,27 0,01 0 0 2 Hutan lahan 6,56 0,04 6,56 0,04 0 0 kering primer 3 Hutan mangrove 1206,46 6,78 1206,46 6,78 0 0 primer 4 Hutan mangrove 123,22 0,69 123,22 0,69 0 0 sekunder 5 Permukiman 13,28 0,07 13,28 0,07 0 0 6 Pertanian lahan 973,55 5,47 974,76 5,48 1,21 0,121 kering 7 Pertanian Lahan 2198,04 12,36 1439,58 8,09 -758,46 75,846 Kering + Semak 8 Sawah 521,71 2,93 1.228,01 6,90 706,30 70,630 9 Semak/Belukar 9.673,52 54,38 9.665,98 54,34 -7,54 0,754 10 Tambak 2.975,67 16,73 2.746,72 15,44 -228,95 22,895 11 Tanah terbuka 76,78 0,43 364,22 2,05 287,44 28,744 12 Tubuh air 18,02 0,10 18,02 0,10 0 0 LUAS 17.789,08 100 17.789,08 100

Grafik penambahan luas lahan sawah 2004-2014. Gambar 3.

Grafik pengurangan luas lahan pertanian lahan kering dan semak 2004-2014. Gambar 4.

(6)

Luasan alih fungsi lahan pesisir Teluk Saleh, Kab. Sumbawa tahun 2004 – 2014 Tabel 2.

Peta tutupan lahan pesisir Teluk Saleh, Kab. Sumbawa Tahun 2004. Gambar 5.

(7)

Peta tutupan lahan pesisir Teluk Saleh, Kab. Sumbawa Tahun 2014. Gambar 6.

Luasan perubahan tutupan lahan Kecamatan Lape Lopok pada 2004 - 2014. Tabel 3.

(8)

Luasan perubahan tutupan lahan Kecamatan Plampang tahun 2004 - 2014.

Tabel 4.

Luasan perubahan tutupan lahan Kecamatan Maronge tahun 2004 - 2014. Tabel 5.

Luasan perubahan tutupan lahan Kecamatan Tarano pada 2004 - 2014. Tabel 6.

(9)

sekunder, permukiman, dan tubuh air dengan nilai laju perubahan 0 ha/tahun, sedangkan laju perubahan terbesar terjadi pada tutupan lahan pertanian lahan kering dan semak, dengan nilai 75,846 ha/tahun. Sedangkan penambahan luasan terbesar yaitu untuk sawah sebesar 706,30 ha dan pengurangan luasan terbesar terjadi pada semak pertanian lahan kering dan semak yaitu sebesar -758,46 ha. (2) perubahan penggunaan lahan terjadi di Kecamatan Lape Lopok dan Kecamatan Plampang, sedangkan perubahan penggunaan lahan tidak terjadi di Kecamatan Maronge dan Kecamatan Tarano.

PERSANTUNAN

Ucapan terimakasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir, Balitbang Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan atas bantuan dana untuk menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, N.S. (2006). Studi Perubahan Kondisi Terumbu Karang Menggunakan Data Citra Satelit Landsat. Jurnal Segara, Vol 2 (1): 28-36.

Anonimous. (2014). Undang-Undang No. 27 tahun 2007 junto Undang-Undang No. 1 tahun 2014 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 1-43.

Anonimous. (2013). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Sumbawa. Ditjen Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta.

Anonimous. (2007). Klasifikasi Tutupan Lahan. Badan Planologi Nasional, Kementerian Kehutanan. Jakarta. 1-67.

Anonimous. (2004). Daya Dukung Kelautan dan Perikanan Selat Sunda, Teluk Tomini, Teluk Saleh dan Teluk Ekas. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 1-122.

Akhirudin, N.H. & Suharjo. (2006). Identifikasi perubahan penggunaan lahan kota Surakarta tahun 1993 – 2004 dengan aplikasi sistem infor-masi geografis (SIG). J. Penelitian Sains dan Teknologi, 7(2):170-178.

Ismunarti, D.H. & Rochaddi, B. (2013). Kajian Pola Arus Di Perairan Nusa Tenggara Barat Dan Simulasinya Menggunakan Pendekatan Model Matematik. Buletin Oseanografi Marina. Juli

2013. Volume 2. 1-11.

Mujiyanto & Hartati, S.T. (2009). Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Di Pulau Rakit dan Pulau Ganteng Perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat Serta Strategi Pengelolaannya. Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Ikan II. Kerjasama LRPSI-PRPT, IPB, LIPI dan MII. Hal. KR-10. Mujiyanto & Wasilun. (2006). Kondisi Oseanografi

di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Kerjasama LRPSI, LIPI, dan MII. 217-223.

Ramdhan, M. (2012). Kriteria penentuan teluk menurut United Nation Conventions on the LAW of the SEA-studi kasus wilayah Bungus Teluk Kabung kota Padang. J. Ilmiah Geomatika, 18(2):37-46. Radjawane, I.M, (2006). Sirkulasi Arus Vertikal Di

Perairan Teluk Saleh Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Segara, Vol 2 (1): 10-15.

Satria, H., & Mujiyanto. (2011). Struktur Komunitas Ikan Karang Di Lokasi Terumbu Karang Buatan di Perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Stok Ikan III: Kestabilan Produksi Ikan. Kerjasama BP2KSI, FPIK, UNPAD, LIPI dan MII. 18 Oktober 2011. Hal. KSI-10.1-16.

Simanjuntak, M. (2012). Kualitas Air Laut Ditinjau Dari Aspek Zat Hara, Oksigen Terlarut Dan Ph Di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Vol. 4, No. 2, Hlm. 290-303. Jakarta.

USGS, 2014. Using the USGS Landsat Product. [Online] Available at (http://landsat.usgs.gov/ Landsat7_Using_Product.php). Dilihat pada 28/04/2014 13:33 PM.

USGS, 2014. Landsat 8. [Online] Available at (http:// landsat.usgs.gov/landsat8.php). Dilihat pada 13/09/2014, 05:35 PM.

Yulius, T.A. Tanto, M. Ramdhan, Putra, A. & Salim, H.L. (2014). Perubahan Tutupan Lahan Di Pesisir Bungus Teluk Kabung, Sumatra Barat Tahun 2003-2013 Menggunakan Sistem Informasi Geografis. J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 6(2):311-318.

Gambar

Tabel  1  menunjukkan  bahwa  tutupan  lahan  yang tidak mengalami laju perubahan tutupan  lahan yaitu belukar rawa, hutan lahan kering primer,  hutan  mangrove  primer,  hutan  mangrove  sekunder,  permukiman, dan tubuh air dengan nilai laju perubahan  0
Grafik penambahan luas lahan sawah 2004-2014.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilaksanakan berkaitan dengan kepedulian setiap lembaga atau institusi yang bergerak di bidang Pendidikan khususnya Pendidikan Tinggi dengan mengikuti perkembangan

faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan sawah di tingkat wilayah yaitu faktor yang tidak langsung mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan konversi dan

• Kontak antara batuan metamorf, ataupun batuan sediment dengan batuan pyroklastik, batas antar satuan lithostratigrafi tersebut harus dicermati dari lokasi singkapan yang satu

kita bisa melihat di langit pada malam hari dari satu hari ke hari berikutnya, bintang yang sama kemudian pada waktu yang sama di tempat yang sama, tapi hanya sedikit

Meningkatnya kerukunan umat beragama melalui pembentukan dan efektifitas

Pengendalian penyakit karat puru melalui pengobatan pada pohon yang terinfeksi dapat dilakukan dengan cara mekanik, yaitu menghilangkan puru pada pohon yang

Distributor, Agen Tempat Jual Parfum Laundry.. Jadi Supplier Parfum Buat Laundry Sangat?. MENJANJIKAN TAPI JUGA