• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL DENGAN HATI. Kamila Zakaria yang sehari-hari dipanggil Mila adalah putri tunggal Prof. Dr.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ANALISIS STRUKTUR NOVEL DENGAN HATI. Kamila Zakaria yang sehari-hari dipanggil Mila adalah putri tunggal Prof. Dr."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

ANALISIS STRUKTUR NOVEL DENGAN HATI 2. 1 Sinopsis

Kamila Zakaria yang sehari-hari dipanggil Mila adalah putri tunggal Prof. Dr. dr. Zakaria, SPOG, dokter spesialis kebidanan terkenal di Medan. Hati Mila sedang gembira karena diterima bekerja sebagai konsultan di World Care, organisasi nirlaba dari Amerika yang mendapat dana dari pemerintah Amerika untuk menangani program mengenai HIV/AIDS di beberapa negara berkembang, termasuk Indonesia. Daerah jangkauannya adalah beberapa kota besar termasuk Medan, tempat Mila bekerja.

Beberapa hari bekerja di World Care, Mila sudah mempunyai sahabat yang bernama Santi, rekan sekantornya. Hal ini tentu sangat menggembirakan Mila, mengingat ia sering dibelenggu kesepian. Ayahnya sibuk menangani pasien hingga larut malam sedangkan ibunya sudah meninggal sejak Mila masih duduk di SD. Dua faktor bidang pekerjaan yang baru, yakni bekerja di World Care membuat Mila tidak paham terhadap informasi penyakit AIDS, menjadikan semangat Mila terpacu untuk menelaah buku-buku kedokteran milik ayahnya.

Ternyata, pengetahuannya yang masih terbatas tentang HIV/AIDS, membuat Mila gegabah menyimpulkan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit kutukan. Kutukan layak diterima para penderita AIDS karena perbuatan yang telah mereka perbuat. Menurut Mila, penyebaran virus HIV sangat mudah, semudah penularan panu. Para penderita AIDS sebaiknya diisolasi agar tidak menularkan virus kepada orang lain. Bosnya memaki Mila karena telah salah memahami penyakit HIV/AIDS. Mila sangat kecewa

(2)

dan kesal karena dimarahi Ian dan Santi, teman sekantornya, mereka menasehati Mila agar tidak mendeskriminasikan para ODHA lagi.

Mila belajar keras dan lembur hampir setiap malam demi modul pelatihan tersebut. Akhirnya, modul pelatihan yang ia garap,dinilai lumayan berhasil meluruskan pemahaman masyakarat tentang penyakit HIV/AIDS. Modul pelatihan tersebut pun sukses dipresentasikan di hadapan para audiens. Walaupun demikian,ketakutan berlebihan Mila terhadap penyakit HIV/AIDS belum pudar. Terbukti ketika Ian mengajak Mila ke Yayasan Cinta Kasih, yayasan yang khusus mendampingi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), Mila memuntahkan semua penganan yang dibuat oleh penderita AIDS penghuni Yayasan Cinta Kasih. Setelah bersalaman dengan mereka, Mila pun segera membasuh tangannya seperti orang kesurupan. Ternyata, diskriminasi bukan hanya dilakukan oleh masyarakat saja, tetapi juga oleh mereka yang bekerja di lingkungan peduli HIV/AIDS.

Santi, teman sekerja Mila yang ternyata adalah penderita HIV positif, ia merasa perlu merahasiakan hal ini kepada Mila karena Santi tidak ingin Mila menjauhinya. Santi sendiri terbuang dari sanak keluarga di Jogja karena pernikahannya tidak direstui oleh keluarganya. Suami Santi meninggal dunia karena AIDS, sewaktu kuliah pernah mengonsumsi narkoba dan bertukar jarum suntik dengan sesama penggunanya.

Mekarnya bunga cinta Mila pada Ian seolah terhalang oleh tembok pembatas. Charlie, sosok wanita bule jelita, tempat Ian selalu berbagi rasa, kerap mengobar api cemburu Mila Di balik kecemburuan Mila, ternyata ia salah paham terhadap Charlie, Charlie itu adalah teman dekat Ian sekaligus adik kandung Ian. Ian tidak mau mengungkapkan perasaannya terhadap Mila karena dia takut Mila akan menjauhinmya

(3)

kalau tahu Ian terkena HIV. Charlie sebagai teman sekaligus adik Ian menceritakan HIV/AIDS yang diderita Ian dan perasaan Ian terhadap Mila. Ternyata di balik penyakit yang diderita Ian tidak menghalangi perasaan Mila karena Mila sangat mencintai Ian, dan Ian adalah sosok lelaki idaman karena memiliki kepribadian yang hampir sama dengan ayahnya.

Ian datang ke rumah Mila dan menemui ayahnya untuk melamar Mila. Ayahnya merasa berat hati menerima lamaran Ian, tetapi demi kebahagiaan putri tunggalnya, dia menyetujui pernikahan Mila dan Ian. Bagi Mila, ayahnya adalah seorang lelaki yang baik hati, hebat, dan Mila sangat beruntung memiliki ayah yang sangat menyanyanginya. 2.2 Analisis Struktur

Analisis struktur merupakan prioritas dalam penelitian sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra terdapat unsur-unsur yang menghadirkan karya sastra dan secara faktual selalu dijumpai pembaca. Keterpaduan unsur-unsur intrinsik inilah yang membuat terwujudnya sebuah novel. Masing-masing unsur tersebut menduduki fungsi dalam rangka menentukan makna unsur yang lainnya. Teeuw (1984:135) mengatakan bahwa prinsip analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Sejalan dengan itu, kebulatan makna instrinsik itu hanya dapat digali melalui keterpaduan unsur karya sastra itu sendiri (Teeuw, 1983:61). Pembagian unsur instrinsik struktur karya sastra yang tergolong tradisional, pembagiannya berdasarkan unsur bentuk dan isi. Pembagian yang sebenarnya tidak mudah dilakukan untuk memasukkan

(4)

unsur-unsur tertentu ke dalam unsur dalam bentuk apa pun agar dapat berhubungan dan saling terikat antara satu dengan lainya (Nurgiyantoro, 2007: 24).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk sampai pada analisis psikologi diawali analisis struktur novel Dengan Hati karya Syafrina Siregar, meliputi penokohan, alur, dan latar.

2.2.1. Penokohan

Jones (dalam Nurgiyantoro,2007:165) mendefinisikan penokohan adalah pelukisan gambaran jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Esten penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak-watak tokoh dalam sebuah cerita. Kriteria yang digunakan untuk menentukan tokoh utama bukan frekuensi kemunculan tokoh itu di dalam cerita, melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa-peristiwa yang membangun cerita (Sudjiman,1988:18).

Menurut Lajos Egri (dalam Sukada,1987:62) perwatakan seorang tokoh memiliki tiga dimensi sebagai struktur pokoknya, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Ketiga dimensi tersebut adalah unsur yang membangun perwatakan dalam sebuah karya sastra. Sesuai dengan fungsinya, tokoh-tokoh dalam karya sastra dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tokoh primer, tokoh sekunder, dan tokoh komplementer. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Selanjutnya Egri mengatakan bahwa selain tokoh sentral, ada pula tokoh bawahannya untuk menunjang kehadiran menunjang atau mendukung tokoh protagonis. Berdasarkan

(5)

uraian di atas maka mekanisme analisis penokohan novel Dengan hati dimulai dari tokoh utama dan dilanjutkan dengan tokoh-tokoh bawahnya. Tokoh utama adalah Kamila, tokoh sekunder adalah Santi, Ian, dan Dini. Tokoh komplementer adalah Bi Isah, Dr Zakaria, Charlie, Fani, Reza, dan Lina. Serta ada lagi tokoh yang lainya merupakan tokoh-tokoh yang peranannya tidak dapat diabaikan walaupun sepintas saja.

Tokoh ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Penokohan merupakan penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Penokohan adalah pemberian watak kepada peran di dalam sebuah novel. Dalam sebuah novel tokoh diperankan secara lengkap, baik lahiriah maupun batiniah. Sehingga tokoh yang diperankan seperti layaknya manusia di dunia nyata yang memiliki sifat-sifat seperti pemarah, rajin, pintar, baik, dll.

2.2.1.1 Tokoh Utama

Kamila sebagai tokoh utama novel Dengan Hati, menjadi inspirasi pengarang. Dilihat dari dimensi fisiologis, gambaran fisik Kamila tidak banyak diungkapkan dalam cerita. Kamila adalah seorang gadis cerdas, cantik, rambut yang sehat, hitam dan panjang serta tubuh tinggi. Segala tindak Kamila begitu tokoh yang dinamai oleh pengarang mewakili bagaimana seorang putri yang berpendidikan tinggi serta anak dokter yang mendiskriminasikan HIV secara sebelah mata. Setelah mempelajari seputar penularannya dan diberi nasihat-nasihat oleh ayahnya, baru Kamila tahu dan mengerti cara penularannya. Sebagaimana tercantum dalam kutipan berikut.

(6)

“Papanya Mila menjelaskan cara penularan HIV agar kecemasan yang ada di benak Mila berkurang meskipun masih sedikit di hantui rasa ketakutan. Apalagi sekarang Mila berpartner dengan yayasan itu. Raut mukanya masih terlihat gundah Dr.Zakaria tersenyum maklum.

“ Penularan HIV hanya melalui pertukaran cairan darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu, Mil! kau juga tahu perilaku apa yang berisiko tinggi dan perilaku apa yang tidak berisiko sama sekali.” (hlm. 79)

Tiba- tiba Lina mendekati Mila karena air ketuban Dini pecah. Muka Dini terlihat pucat dan semuanya menjadi panik. Berikut kutipannya.

“ Astaga, Dini!” teriak Santi yang sudah berdiri di belakang Mila. “ kenapa bisa begini? Ayo, bawa Dini ke mobil saya! Kita kerumah sakit!” sebuah suara hangat terdengar dari atas kepala Mila. Suara Ian. “ Mila papamu kan dokter. Pasti bisa menolong Dini,” usul Santi. “ Mila, tolong dong. Ini masalah hidup dan mati. Dini bisa kenapa-napa kalau terlambat ditolong,” desak Santi. (hlm. 185-186) Dilihat dari dimensi sosiologis, Kamila adalah putri tunggal dari seorang dokter yang bernama Dr. Zakaria. Kamila selalu bercerita tentang apa saja yang dialaminya, Ayahnya selalu memberi nasihat-nasihat kepada Mila, berikut kutipannya..

“ Penularan HIV hanya melalui pertukaran cairan darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu, Mil! kau juga tahu perilaku apa yang berisiko tinggi dan perilaku apa yang tidak berisiko sama sekali.” (hlm. 79)

Mila menjenguk Dini ke rumah sakit, namun Mila masih sedikit canggung. Dini mengucapkan banyak terima kasih dan meminta maaf kepada Mila karena sudah merelakan ayahnya membantu Dini melahirkan padahal ayahnya tahu bahwa Dini mengidap HIV positif, namun ayah Mila masih keras ingin membantu Dini dan menempatkan dia di ruangan khusus. Berikut kutipannya.

“ Aku ingin mengucapkan terima kasih sekaligus minta maaf Mil…” bisik Dini terbata-bata. “ Kau tak perlu minta maaf Din.” “Justru aku harus minta maaf. Aku mengerti keberatanmu ketika Papamu membawaku ke rumah sakit.

(7)

Sejujurnya, aku pasrah. Tapi ternyata Papamu berkeras membantu proses persalinanku. Aku beruntang nyawa pada beliau, Mil. Betapa beruntungnya dirimu memiliki papa seperti itu!” “ Papamu juga menempatkanku di rungan ini. Entah berapa lama yang kubutukan untuk mampu membayar semua ini…” (hlm.191)

Hal ini dapat dilihat dari cara Ian memarahi Mila namun Santi selalu memberikan nasihat-nasihat agar Mila selalu bersabar dan Santi selalu menjadikannya seperti sosok seorang kakak. Berikut kutipannya:

“Masa semudah itu nyerah, Mil? Nanti dia malah merasa di atas angin dong,” rayu santi. “ Iya, aku tahu. Tapi Ian minta bukti. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan bekerja di sini,” rayuan Santi kembali menghanyutkan.(hlm. 51)

Dimensi psikologis Kamila terlihat pada Sikap Santi yang penuh rayuan kepada Mila untuk kembali bekerja di World Care membuat Mila tidak bisa menolak. Sebagaimana yang tercantum dalam kutipan berikutnya.

“ Gimana kabar kantor, San? Tanya Mila pelan. Santi melirik sekilas. “ Sepi! Aku nggak ada teman, Mil.” Mila menatap Santi sambil mencibir. “kan ada lina? “ dia sibuk dengan kerjaannya.”

“ Please donk, Mil. Masa hanya karena masalah sepele kamu resign….” Mila menghela nafas “ abis, punya bos kok menjengkelkan begitu!” gerutu Mila. “ Tapi kau kan juga perlu introspeksi diri, Mil. Mungkin kritikan Ian nggak semua salah, “ lirih Santi berkata. (hlm. 59)

Dr. Zakaria menggelengkan kepala membayangkan kemungkinan buruk terjadi kepada putrinya itu, semoga saja Mila memikirkan keputusannya lagi, harapnya. Ia ingin melarang namun hati kecilnya menolak, karena itu berarti dia sendiri pun melakukan diskriminasi. Tiba-tiba Ian datang ke rumah Mila dan ingin melamar putri Dr. Zakaria, dengan berat hati sebenarnya Dr. Zakaria menerima lamaran Ian namun

(8)

demi kebahahagiaan putri tercintanya Dr. Zakaria menerima lamaran Ian. Sebagaimana tercantum dalam kutipan berikut.

“ Selamat sore. Saya Ian Weber. Mungkin anda sudah lupa, tapi saya pernah kemari dua kali. Saat acara World Care dan setelah pemakaman Santi, “ ujarnya hangat. Dr. Zakaria tersenyum. Pikirannya sudah bisa mengingat lelaki yang sedang berdiri di depannya ini. “ Silakan duduk. Tentu saja saya ingat.” “ Anda ingin ketemu saya atau Mila? Kebetulan dia belum pulang.” “ Ian menggeleng. “ Saya ingin bertemu dengan Anda” kening Dr. Zakaria semakin mengernyit heran. “ Oh ya? Ada yang bisa saya bantu?” “ Saya ingin melamar putri Anda,” sahut Ian mantap.(hlm. 269)

Pada kutipan di atas terlukiskan bahwa Kamila memiliki sikap yang keras, berjiwa penolong, mudah bersahabat namun dia masih dilanda rasa ketakutan karena takut tertular HIV/AIDS.

2.2.1.2 Tokoh Sekunder 1. Santi

Tokoh Santi dilukiskan sebagai seorang wanita yang menjadi sahabat Mila,namun setelah dia menikah dengan seorang lelaki yang bernama Rian. Dia dibuang dari keluarganya dan sudah dianggap mati oleh keluarganya. Apalagi sekarang dengan status HIV/AIDS dia merasa itu adalah karma yang di berikan oleh Tuhan karena tidak mau menuruti kata orang tuanya. Tokoh Santi sangat mudah bergaul dan suka menasehati sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dari cara Ian memarahi Mila namun dia selalu memberikan nasihat-nasihat agar Mila selalu bersabar dan Santi selalu menjadikannya seperti sosok seorang kakak. Berikut kutipannya:

“Masa semudah itu nyerah, Mil? Nanti dia malah merasa di atas angin dong,” rayu santi. “ Iya, aku tahu. Tapi Ian minta bukti. Dan itu hanya bisa dilakukan dengan bekerja di sini,” rayuan Santi kembali menghanyutkan.(hlm. 51)

(9)

Sikap Santi yang penuh rayuan kepada Mila untuk kembali bekerja di World Care membuat Mila tidak bisa menolak. Berikut kutipan:

“ Gimana kabar kantor, San? Tanya Mila pelan. Santi melirik sekilas. “ Sepi! Aku nggak ada teman, Mil.” Mila menatap Santi sambil mencibir. “kan ada lina? “ dia sibuk dengan kerjaannya.”

“ Please donk, Mil. Masa hanya karena masalah sepele kamu resign….” Mila menghela nafas “ abis, punya bos kok menjengkelkan begitu!” gerutu Mila. “ Tapi kau kan juga perlu introspeksi diri, Mil. Mungkin kritikan Ian nggak semua salah, “ lirih Santi berkata. (hlm. 59)

Setelah kepergian Santi, Reza adiknya Santi menemui Mila, Mila mengajak Reza ke pemakaman tempat Santi dikubur. Reza memerhatikan tulisan yang terdapat di batu nisan. Bibirnya bergerak-gerak tanpa suara. Perlahan tetes air matanya jatuh ke pipi putihnya yang pucat. Akhirnya kau bisa bertemu adikmu juga, bisik hati Mila. Reza meminta maaf kepada Santi karena belum sempat mengenalkan suaminya. Berikut kutipannya.

“ Maafkan aku, Mbak. Aku sudah janji mau datang untuk mengenalkan suami aku ke Mbak, tapi Mbak nggak sabar menunggu…,” bisik Reza lirih di antara desiran angin.

“ Mbak Mila, terima kasih karena telah mengurus Mbak Santi hingga dia dimakamkan,” ujar Reza memecah keheningan di antara mereka. Mila melirik sambil tersenyum. “ Santi sahabatku. Aku menyanyanginya sebagaimana kau menyanyanginya.” “ Maaf karena tidak bisa datang saat itu juga. Waktu Mbak Mila telepon, saya agak ketus menjawabnya karena ada Ayah dan Ibu di rumah. Mereka masih belum memaafkan Mbak Santi. Mungkin Mbak Santi sudah bercerita mengenai hal itu.”(hlm. 252)

Pada waktu minggu lalu sebenarnya Reza ingin menemui kakaknya Santi, Namun karena Reza keguguran jadi tidak bisa menemui Santi. Berikut kutipannya.

“ Sebenarnya minggu itu aku sudah ingin kemari, tapi aku keguguran….,” ujar Reza lirih. “ Maaf, aku tidak menyangka. Padahal waktu itu Santi pernah cerita. Dia sangat menantikan memiliki ponakan darimu.”(hlm. 253)

(10)

Pada kutipan di atas terlukiskan bahwa Santi memiliki sikap yang sabar, tidak mudah menyerah, perduli terhadap sesuatu di sekelilingnya..

2. Ian

Tokoh Ian dalam novel ini secara fisik adalah pria berbadan tegap, tegas, baik. Ian adalah seorang bos atau pemimpin yang bekerja di World care ,namun di luar fakta bahwa Ian menderita ODHA. Ian menyesal karena baru mengenal Mila, Ian terkena HIV karena mantan kekasihnya yang bernama Darci, Darci terkena virus HIV/AIDS karena dia sering bertukar jarum suntik terhadap sahabat-sahabatnya. Ian baru menyadari bahwa ia tertular setelah hari pertunangannya itu. Semenjak itu Ian berubah menjadi sosok pendiam dan lebih ke individual dia juga tidak berani menyatakan cintanya terhadap Mila. Ian membentak Charlie karena Charlie memberitahukan perasaan Ian kepada Mila. Berikut kutipan

“ Demi tuhan, aku HIV positif, apa kau lupa?” teriakan Ian seketika membuat Charlie terdiam. Termsuk Mila. Gadis itu menatap Ian dengan pandangan nanar. Pikirannya masih mencoba mencerna apa yang di dengar oleh telinganya, tapi ia masih sulit untuk menerima. Namun respon Ian yang menggeram keras dan langsung meninggalkan kamar hotel membuat Mila yakin ia tidak salah dengar.(hlm. 243)

Mila dan Santi diajak Ian datang ke Yayasan Cinta Kasih, yayasan yang khusus mendampingi para ODHA. Setibanya di Yasasan Cinta Kasih Mila melangkah lambat di belakang Santi dan Ian. Sesekali metanya menyapu suasana sekelilingnya. Senyum para pegawai Yayasan Cinta kasih menyambut kedatangan mereka. Sesekali Mila balas tersenyum meskipun setengah terpaksa. Hatinya masih berdebar karena kekhwatiran yang tiba-tiba muncul. Bagaimana kalau ia tiba-tiba tertular virus HIV? Hampir semua

(11)

pegawai yayasan ini adalah orang-orang yang terinfeksi virus tersebut ucapnya dalam hati. Santi melirik mila dengan kening berkerut dan bertanya kepada Mila kenapa dia tegang dan memasukkan kedua tangannya ke saku. Mila memuntahkan makanan yang di hidangkan Yasasan Cinta kasih dan membasuh tangan berkali-kali. Berikut kutipannya.

“ Kau kenapa sih, Mil? kok tegang begitu?” “ Kenapa kedua tanganmu dimasukkan ke saku?” Tanya Santi heran.Mila diam, tak menjawab. “ Ayo di coba. Ini buatan teman-teman di yayasan ini lho!” Glek! Mila spontan menelan ludah kaget. Tangannya yang sudah sempat terulur mengambil sepotong risoles mendadak berhenti. Santi menjawil lengannya. (hlm. 74)

“Ssstt, kau kenapa sih?” Ian juga menatap Mila dengan alis nyaris bertaut. ““Huueeeeekkkk!!!” Risoles yang dimasukkan kemulut sudah berpindah kedalam kloset berikut sebagian isi perutnya. Perutnya yang mual sejak tadi mulai bereaksi. Muka Mila tampak pucat dan merah. Bayangan orang-orang penderita HIV yang sedang menggulung adonan risoles semakin membuat kepalanya pusing. Beberapa kali ia terpaksa membuka mulut karena seluruh isi perutnya mendesak keluar. Setelah selesai, Mila segera keluar dari toilet dan mencuci tangannya di wastafel berulang-ulang dengan sabun. (hlm.75)

Mila kembali membuka lembar demi lembar buku tentang HIV/AIDS yang tebalnya setebal bantal. Dia mencari-cari tapi tidak ada satupun penjelasan yang memuaskan mengenai resiko memakan makanan yang dimasak ODHA atau bersalaman dengan ODHA. Hari demi hari berlalu, Mila semakin dicekam perasaan takut yang tak menentu. Hingga pada pagi hari ia memilih untuk berbicara dengan papanya. Berikut kutipannya.

“ Pa, pernah nggak Papa ketemu dengan ODHA?” Tanya Mila sambil menyodorkan secangkir teh untuk Papanya. Dr. Zakaria memandang putrinya dengan heran. Senyumnya terukir tipis dibibir. (hlm. 77)

“ Pernah”, jawabnya kalem. “trus, Papa ngapain dengan dia?” Senyum Dr. Zakaria berubah menjadi senyum geli. “Kemarin itu, kami disuguhi teh dan makanan. Makanannya dibuat sendiri oleh mereka.” “ Wah, bagus itu.

(12)

Memberdayakan ODHA yang pintar masak,” jawab Dr.Zakaria santai. Mila menggertakan giginya kesal. (hlm.78)

“Papa! Yang membuat kue itu ODHA! Bagaimana kalau aku tertular HIV dari mereka? Aku juga bersalaman dengan mereka, meskipun aku sudah cuci tangan dengan sabun!. Jerit Mila setengah frustasi. (hlm. 78)

Ayah Mila menjelaskan cara penularan HIV agar kecemasan yang ada di benak Mila berkurang meskipun masih sedikit di hantui rasa ketakutan. Apalagi sekarang Mila berpartner dengan yayasan itu. Raut mukanya masih terlihat gundah Dr.Zakaria tersenyum maklum. Berikut kutipannya.

“ Tertular virus HIV hanya kau memakan masakan yang di masak ODHA? Memangnya kau tidak tahu cara-cara penularan virus HIV? Selama ini kau kan yang membuat silabus pelatihan dan memberikan pelatihan informasi HIV/AIDS?

“ Penularan HIV hanya melalui pertukaran cairan darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu, Mil! kau juga tahu perilaku apa yang berisiko tinggi dan perilaku apa yang tidak berisiko sama sekali.” (hlm. 79)

Dr. Zakaria menggelengkan kepala membayangkan kemungkinan buruk itu, semoga saja Mila memikirkan keputusannya lagi, harapnya. Ia ingin melarang namun hati kecilnya menolak, karena itu berarti dia sendiri pun melakukan diskriminasi. Tiba-tiba Ian datang ke rumah Mila dan ingin melamar putri Dr. Zakaria, dengan berat hati sebenarnya Dr. Zakaria menerima lamaran Ian namun demi kebahahagiaan putri tercintanya Dr. Zakaria menerima lamaran Ian. Berikut kutipannya.

“ Selamat sore. Saya Ian weber. Mungkin anda sudah lupa, tapi saya pernah kemari dua kali. Saat acara World Care dan setelah pemakaman Santi, “ ujarnya hangat. Dr. Zakaria tersenyum. Pikirannya sudah bisa mengingat lelaki yang sedang berdiri di depannya ini. “ Silakan duduk. Tentu saja saya ingat.” “ Anda ingin ketemu saya atau Mila? Kebetulan dia belum pulang.” “ Ian menggeleng. “ Saya ingin bertemu dengan Anda” kening Dr. Zakaria semakin mengernyit

(13)

heran. “ Oh ya? Ada yang bisa saya bantu?” “ Saya ingin melamar putri Anda,” sahut Ian mantap.(hlm. 269)

3. Tokoh Dini

Tokoh Dini dalam novel ini adalah seorang wanita yang tegar, baik namun sedikit pembohong karena dia tega menjerumuskan pacarnya dengan status HIV-nya, dia selalu meyakinkan pacarnya kalau dia meyakinkan HIV negatif. Setelah dia hamil, baru pacarnya tahu dia HIV positif, maka dari itu dini di tinggalkan pacanya dan saat ini Dini di terror oleh pacarnya dan keluarga pacarnya, sekarang Dini pun tidak berani muncul di Yayasan Cinta Kasih lagi di tempat ia bekerja, karena pacarnya tahu dimana dia bekerja. Berikut kutipanya:

“ Dia Hamil Tanpa Suami Mil. Keadaan itu sungguh berat buat dia. Apalagi dengan status HIV-nya. “ Maksudmu dia belum menikah? Tapi pasti ada lelaki yang menghamilinya kan? Sekarang pacarnya dimana? Apa dia tahu kondisi Dini sekarang? Pacarnya baru tahu tentang status HIV Dini setelah gadis itu hamil. Sebelumnya Dini nggak mau cerita, takut diputusin pacarnya. (hlm. 127)

“Sekarang hubungan mereka putus. pacar Dini, termasuk keluarganya membenci Dini dan mengganggap Dini sengaja menghancurkan lelaki itu. Mereka malah sengaja meneror Dini dan menyebarkan status HIV Dini kemana-mana. Itu juga sebabnya Dini nggak Berani muncul di kantor atau di Yayasan Cinta Kasih karena pacarnya tahu dimana Dini bekerja”. “ Bukankah sebagian besar pegawai Yayasan Cinta Kasih adalah ODHA?” Tanya Mila. Santi mengangguk. “ tapi Dini selalu meyakinkan pacarnya bahwa dia HIV negatif dan lelaki itu percaya.”(hlm. 127-128)

Setahun Mila bergabung di World Care, perusahaan tersebut membuat acara di rumah Mila. Tiba-tiba Lina mendekati Mila karena air ketuban Dini pecah. Muka Dini terlihat pucat dan semuanya menjadi panik. Berikut kutipannya.

“ Astaga, Dini!” teriak Santi yang sudah berdiri di belakang Mila. “ kenapa bisa begini? Ayo, bawa Dini ke mobil saya! Kita kerumah sakit!” sebuah suara hangat

(14)

terdengar dari atas kepala Mila. Suara Ian. “ Mila papamu kan dokter. Pasti bisa menolong Dini,” usul Santi. “ Mila, tolong dong. Ini masalah hidup dan mati. Dini bisa kenapa-napa kalau terlambat ditolong,” desak Santi. (hlm. 185-186) Pada kutipan di atas, Dini menjerumuskan pacarnya sendiri demi takut diputusin pacarnya. Sekarang setelah dia hamil dan pacarnya tahu dia HIV positif pacarnya meninggalkannya dan keluarga pacarnyapun beranggapan bahwa Dini tega menjerumuskan anaknya dan keluarga pacarnya membenci Dini.

2.2.1.3. Tokoh Komplementer 1. Dr. Zakaria

Tokoh Dr. Zakaria dalam novel ini secara fisik dilukiskan sebagai lelaki yang bekerja sebagai dokter spesialisasi kandungan, pintar, berwibawa, berjiwa penolong, baik, rela menolong pasiennya dan tidak membedakan dia ODHA atau bukan. Berikut kutipannya:

“ Aku ingin mengucapkan terima kasih sekaligus minta maaf Mil…” bisik Dini terbata-bata. “ Kau tak perlu minta maaf Din.” “Justru aku harus minta maaf. Aku mengerti keberatanmu ketika Papamu membawaku ke rumah sakit. Sejujurnya, aku pasrah. Tapi ternyata Papamu berkeras membantu proses persalinanku. Aku beruntang nyawa pada beliau, Mil. Betapa beruntungnya dirimu memiliki papa seperti itu!” “ Papamu juga menempatkanku di rungan ini. Entah berapa lama yang kubutuhkan untuk mampu membayar semua ini…” (hlm. 191)

“Papa tidak boleh memilih-milih pasien. ODHA atau tidak, tidak ada bedanya. Toh ada pencegahannya, kan? Kau juga tahu itu!” (hlm. 189)

Dr. Zakaria di temui oleh Ian dan meminta izin untuk melamar anaknya , sebenarnya dengan berat hati dia ingin menolak. Namun demi kebahagiaan putrinya dia mengijinkannya. Berikut kutipannya.

“ Selamat sore. Saya Ian Weber. Mungkin anda sudah lupa, tapi saya pernah kemari dua kali. Saat acara World Care dan setelah pemakaman Santi, “ ujarnya

(15)

hangat. Dr. Zakaria tersenyum. Pikirannya sudah bisa mengingat lelaki yang sedang berdiri di depannya ini. “ Silakan duduk. Tentu saja saya ingat.” “ Anda ingin ketemu saya atau Mila? Kebetulan dia belum pulang.” “ Ian menggeleng. “ Saya ingin bertemu dengan Anda” kening Dr. Zakaria semakin mengernyit heran. “ Oh ya? Ada yang bisa saya bantu?” “ Saya ingin melamar putri Anda,” sahut Ian mantap.(hlm. 269)

2. Tokoh Bi Izah

Tokoh Bi Izah dalam novel ini diceritakan sebagai pembantu rumah tangga. Bi Izah sudah di anggap seperti keluarga oleh Dr. Zakaria karena dia sudah bekerja sebagai pembantu sejak Mila masih kecil, dia juga pintar memasak. Berikut kutipanya:

“ Bi Izah itu benar-benar jago masak ya!” celetuk Santi sambil meletakkan piring ke atas meja. “ Iya, kalau mau belajar masak, di sini saja. Siapa tahu calon suami keduamu suka makan!” ledek Mila. Santi tertawa “ Kayak aku masih punya kesempatan aja, Mil!” “ Lho, kenapa nggak?” sanggah Mila. (hlm. 132)

Bi Izah adalah seorang wanita yang baik hati, pembantu yang setia dari Mila balita hingga Mila sudah beranjak dewasa Bi Izah tetap bekerja di keluarga Dr Zakaria.

3. Tokoh Charlie

Tokoh Charlie pada novel ini adalah seorang wanita yang cantik, baik, pintar, berkulit putih, Charlie adalah adik kandung Ian sekaligus teman yang dimana Ian sering mencurahkan isi hatinya kepada Charlie. Charlie gadis yang baik sangat peduli dengan kesehatan kakaknya. Kedatangan Charlie, membuat Mila salah paham dan mengira Charlie adalah pacar Ian. Kesalahpahaman ini yang membuat Mila menjadi cemburu dan kesal. Berikut kutipanya :

“Ssstt, itu ceweknya Ian!” bisik Mila dengan hati sakit. Santi terbelalak. Di pandangnya Mila tak percaya, kemudian dilihatnya lagi perempuan yang baru datang tadi. Berulang kali. “ Ck..ck..ck..ck….. Gila, cakep banget, Mil!” Santi

(16)

berdecak kagum. “ Oh, katanya namanya Charlie,” jawab Lina. “ Pacar si bos, ya?” Tanya Santi lagi.(hlm. 170-171)

Mila merasa kesal dan marah karena semua teman-teman yang berada di World Care memuji Charlie, hati Mila menjadi panas dan cemburu. Berikut kutipannya yang tecantum sebagai berikut:

“ Pantesan aja dia memilih cewek itu. Cantik, lembut, halus, sopan. Iya, kan?” “ Semua memuji cewek itu. Mana mungkin Ian naksir aku?” keluh Mila nyaris menangis. “ Mila, jangan begitu. Kenapa sih kau jadi menyalahkan dirimu sendiri hanya karena Ian memilih cewek lain?” “ Karena cewek lain itu lebih cantik dan lebih segala-galanya disbanding aku!” (hlm 171-172)

“ Demi Tuhan, aku HIV positif, apa kau lupa?” teriakan Ian seketika membuat Charlie terdiam. Termsuk Mila. Gadis itu menatap Ian dengan pandangan nanar. Pikirannya masih mencoba mencerna apa yang di dengar oleh telinganya, tapi ia masih sulit untuk menerima. Namun respon Ian yang menggeram keras dan langsung meninggalkan kamar hotel membuat Mila yakin ia tidak salah dengar.(hlm. 243)

Charlie tidak menyangka Ian akhirnya mengatakan status kesehatannya itu.Charlie menatap Mila dengan sungguh-sungguh. Akhirnya Charlie mengatakan alasan yang menghalangi Ian untuk mencintai Mila. Berikut kutipannya.

“Saat kukatakan ada sesuatu yang menghalangi Ian untuk mencintaimu, itulah alasannya. Dia sangat mencintaimu Mila….,” ujar Charlie lembut. “ Charlie, apa status Ian dalam kehidupanmu?” Charlie tersenyum. “ Segalanya. Kami dua bersaudara…” Mila balas tersenyum, lega. “ Thanks!” (hlm. 244)

Dari pelukisan di atas dapat diketahui bahwa Charlie gadis yang baik, dia menceritakan bahwa Ian sebenarnya suka dengan Mila namun karena status kesehatan dia tidak berani mengungkapkan isi hatinya. Charlie mewakili mengungkapkan perasaan Ian namun Ian memarahi Caharlie karena status kesehatannya itu.

(17)

Tokoh Fani pada novel ini adalah pembantu di rumahnya Mila dan Dr. Zakaria. Fani adalah anak Bi Izah, Fani sudah di anggap bagian keluarga oleh Dr. Zakaria. Fani dan ibunya biasanya memanggil majikan mereka selalu makan sesuatu dulu setelah pulang dari praktik, sambil menonton TV atau membaca buku. Berikut kutipanya :

“ Ada makanan apa, Fan?” Tanya Dr. Zakaria sambil melepaskan sepatudan kaos kaki. “ Sandwich dan the hangat, Pak?” tawar Fani. “Boleh tapi tehnya nggak usah. Buatkan bandrek saja, ya. Mila belum tidur yaq, Fan?” “ belum, pak. Tadi kak Mila pulang lebih awal, sekitar jam tiga. Terus masuk kamar dan nggak keluar sampai sekarang.” Lapor fani. “ Kata Fani kau pulang cepat hari ini,” pancing Dr. Zakaria sambil melahap sandwich-nya. (hlm. 54-55)

“Santi sudah makan fan?” Tanya Mila sambil mencomot sepotong tahu isi. “ sudah, Kak. Mungkin sudah tidur di kamar,” sahut Fani sebelum kembali ke dapur. “ kupanggil dulu ya, Pa!” ujar Mila sambil melangkah ke kamarnya. “ kalo sudah tidur, nggak usah dibangunkan,” terdengar suara papanya dari belakang (hlm. 218)

Pada pelukisan di atas tokoh Fani disebutkan sebagai wanita yang baik, rajin bekerja, dan dia merawat Santi sahabat Mila waktu sakit.

4. Tokoh Reza

Tokoh Reza pada novel ini adalah adik kandung Santi, Reza masih peduli dengan kakaknya meskipun keluarganya sudah tidak menganggapnya lagi. Mila menelfun Reza memberitahukan kalau kakaknya lagi sakit namun Reza membuat Mila kesal karena responnya yang tidak seperti Mila duga. Padahal Santi sangat menyanyangi adiknya Reza kenapa dia brsikap seperti itu piker Mila. Berikut kutipannya.

“ Halo? Reza?” “ Iya, masih di sini!” perempuan itu akhirnya bersuara. “ Saya, hmm, saya hanya berharap kamu bisa datang. Saya tidak yakin mengenai kondisi Santi, karena…” “ Apa dia sudah ,mau meninggal? “ Saya tidak tahu. Semoga saja Santi mampu bertahan.” Klik! Sambungan telefon terputus. (hlm. 221)

(18)

Setelah kepergian Santi, Reza menemui Mila mengajak pergi ke pemakaman tempat Santi dikubur. Reza memerhatikan tulisan yang terdapat di batu nisan, bibirnya bergerak-gerak tanpa suara, perlahan tetes air matanya jatuh ke pipi putihnya yang pucat. Akhirnya kau bisa bertemu adikmu juga, bisik hati Mila. Reza meminta maaf kepada Santi karena belum sempat mengenalkan suaminya. Berikut kutipannya.

“ Maafkan aku, Mbak. Aku sudah janji mau datang untuk mengenalkan suami aku ke Mbak, tapi Mbak nggak sabar menunggu…,” bisik Reza lirih di antara desiran angin.

“ Mbak Mila, terima kasih karena telah mengurus Mbak Santi hingga dia dimakamkan,” ujar Reza memecah keheningan di antara mereka. Mila melirik sambil tersenyum. “ Santi sahabatku. Aku menyanyanginya sebagaimana kau menyanyanginya.” “ Maaf karena tidak bisa datang saat itu juga. Waktu Mbak Mila telepon, saya agak ketus menjawabnya karena ada Ayah dan Ibu di rumah. Mereka masih belum memaafkan Mbak Santi. Mungkin Mbak Santi sudah bercerita mengenai hal itu.”(hlm. 252)

Pada waktu minggu lalu sebenarnya Reza ingin menemui kakaknya Santi, Namun karena dia keguguran jadi tidak bisa menemui Santi. Berikut kutipannya.

“ Sebenarnya minggu itu aku sudah ingin kemari, tapi aku keguguran….,” ujar Reza lirih. “ Maaf, aku tidak menyangka. Padahal waktu itu Santi pernah cerita. Dia sangat menantikan memiliki ponakan darimu.”(hlm. 253)

Pada pelukisan di atas tokoh Reza disebutkan sebagai wanita yang baik, dia juga masih peduli dengan kondisi kakaknya dan dia salah satu keluarga Santi yang tidak membenci Santi dan Reza masih peduli dengan keadaan Santi meskipun dia sembunyi-sembunyi menelfon Santi agar orang tuanya tidak mengetahuinya dia masih berkomunikasi dengan Santi.

(19)

Tokoh Lina pada novel ini adalah seorang perempuan yang bekerja di World Care, dia sebagai sekretaris di perusahaan tersebut. Dia juga mengidap penyakit HIV/AIDS. namun dia tidak patah semangat. Mila menanyakan Dini kepada Lina karena tidak hadir saat rapat dan Bu Lita Ketua Yayasan Cinta Kasih mencari-cari Dini karena Dini menghilang secara tiba-tiba. Berikut Kutipannya.

“ Lin, Dini Mana? Tanya Mila tak sabar. Untuk kesekian kalinya,Dini tidak Hadir meeting. “ Belum datang,” sahut Lina sambil memencet tombol di telefon. “ Sudah di Tanya ke Yayasan Cinta Kasih?” Tanya Mila lagi. “ kata Bu Lita, tidak ada kabar dari Dini. Mereka juga sedang mencari Dini.” “ kayaknya Dini menghilang,” tebak Lina. “ telefon Bu Lita lagi dech. Tolong tanyakan siapa yang akan menggantikan Dini,” putus Mila akhirnya. (hlm. 141)

Mila bergegas mendekati Lina, Lina terburu-buru meletakkan telunjuk ke bibir menyuruh Mila diam. Sssttt …, ada Dini di ruangan konsultan dia sedang ngobrol dengan Mbak Santi. Bisik Lina, Berikut kutipannya.

“ lho, memangnya ada apa? Lagian kenapa Dini tiba-tiba muncul? Apa Bu Lita mengetahui kehadirannya disini?” Tanya Mila heran. “ kayaknya sih nggak. Sepertinya lagi ada masalah. Mukanya sembab gitu!” lapor Lina. “ Ian tahu soal ini?” tanyanya. “ kayaknya belum. Si bos belum datang. (hlm. 125)

Setahun bergabungnya di World Care perusahaan tersebut membuat acara di rumahnya Mila. Tiba- tiba Lina mendekati Mila karena air ketubannya pecah. Muka Dini terlihat pucat dan semuanya menjadi panik. Berikut kutipannya.

“ Astaga, Dini!” teriak Santi yang sudah berdiri di belakang Mila. “ kenapa bisa begini? Ayo, bawa Dini ke mobil saya! Kita kerumah sakit!” sebuah suara hangat terdengar dari atas kepala Mila. Suara Ian. “ Mila papamu kan dokter. Pasti bisa menolong Dini,” usul Santi. “ Mila, tolong dong. Ini masalah hidup dan mati. Dini bisa kenapa-napa kalau terlambat ditolong,” desak Santi. (hlm. 185-186) 2.2.2 Alur

(20)

Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa, sehingga terjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam sebuah novel. Wellek dan Warren (1989:285) menyebutkan bahwa plot sendiri dibangun dari unsur-unsur cerita yang lebih kecil yaitu insiden. Jadi dalam menganalisis novel Dengan Hati digunakan lima tahapan. Menurut Nurgiyantoro (2007:149-150), plot dibagi menjadi tiga tahapan yakni :

1) Tahapan generating circumstances (pemunculan konflik): masalah dan peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Tahapan ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

2) Tahapan rising action (peningkatan konflik): konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan.

3) Tahapan denouement (penyelesaian): konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan dan cerita diakhiri.

Alur atau Plot adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai klimaks serta penyelesaian yang dijalin berdasarkan hubungan urutan waktu atau hubungan sebab akibat sehingga membentuk keutuhan cerita.

Alur berkembang menuju konflik. Pada tahapan generating circumstances (pemunculan konflik), muncul beberapa peristiwa yang mengarah ke konflik. Dini

(21)

masih curiga terhadap Mila karena dulu waktu kunjungan seminar ke Yayasan Cinta Kasih, Mila memuntahkan makanan yang di buat para ODHA dan membasuh tangan berkali- kali setelah bersalaman dengan ODHA. Dini merasa kecewa dengan kelakuan Mila waktu itu, kemudian setelah Dini pergi Mila bertanya kepada Santi ada masalah apa sampai Dini harus menghilang? Tanya Mila tak mengerti. Santi menceritakannya bahwa Dini sedang hamil tanpa Suami dan pacarnya meninggalkannya karena merasa dibohongi oleh Dini. Berikut kutipannya.

“ Dia Hamil Tanpa Suami Mil. Keadaan itu sungguh berat buat dia. Apalagi dengan status HIV-nya. “ Maksudmu dia belum menikah? Tapi pasti ada lelaki yang menghamilinya kan? Sekarang pacarnya dimana? Apa dia tahu kondisi Dini sekarang? Pacarnya baru tahu tentang status HIV Dini setelah gadis itu hamil. Sebelumnya Dini nggak mau cerita, takut diputusin pacarnya.

“Sekarang hubungan mereka putus. Pacar Dini, termasuk keluarganya membenci Dini dan mengganggap Dini sengaja menghancurkan lelaki itu. Mereka malah sengaja meneror Dini dan menyebarkan status HIV Dini kemana-mana. Itu juga sebabnya Dini nggak Berani muncul di kantor atau di Yayasan Cinta Kasih karena pacarnya tahu dimana Dini bekerja”. (hlm. 127-128)

Pada tahapan rising action (peningkatan konflik), diceritakan bahwa Ian bos Mila memarahi Mila karena membuat modul pelatihan secara salah, Mila merasa kesal karena dibentak Ian dan Mila ingin berhenti bekerja di World Care karena perlakuan Ian yang sudah berani membentaknya. Santi sebagai sahabat membujuk Mila agar tidak berhenti bekerja di World Care dan dia memberitahu cara penularan virus HIV secara benar dan Mila pun dengan tekun belajar hingga larut malam sampai modul yang dibuatnya berhasil dipresentasikan di hadapan para audiens. Berikut kutipanya.

“ Brengsek! Capek-capek dikerjakan, masih saja salah!” Mila membanting tubuhnya ke kursi. Pikirannya mendadak buntu. “ Kenapa, Mil? suara Santi terdengar jelas. “ Ian. Katanya modulku menyesatkan!” (hlm. 45)

(22)

“ Apanya yang menyesatkan?” Tanya Santi heran. “ Mana kutahu? Modul itu tidak sembarangan dibuat. Aku mengikuti panduan dan membaca beberapa buku sebagai referensi. Kok bisa-bisanya dia berpikir seperti itu”. “Mila, untuk apa kau bergabung di sini kalau mindset-mu masih seperti itu? Bagaimana kau bisa mencapai target akhir jika modul ini malah membawa hasil yang bertolak belakang?”(hlm. 47).

“ Wah, sukses training kita kali ini!”seru Santi puas. “ Bukan Cuma kali ini. Selama sebulan ini sudah ada tujuh training dan semuanya sukses!” Koreksi Mila. “ Kayaknya kau semakin menguasai pekerjaan ini,ya?” Tanya Santi setengah meledek. Mila tersipu.” Lama kelamaan, pekerjaan ini menyenangkan juga!” (hlm. 65)

Pada tahapan terakhir denouement atau penyelesaian cerita. Konflik yang telah mencapai klimaks mulai menurun ketegangannya dan menuju penyelesaian. Pada bagian terakhir cerita, Mila mengerti cara penularan virus HIV sebelumnya sempat Mila membenci Santi waktu Mila tahu Santi terkena HIV setelah dijelaskan beberapa kali dengan orang-orang terdekatnya Mila menjadi paham dan tidak memandang HIV dengan sebelah mata lagi. Mila sadar bahwa diskriminasi itu salah. Dr. Zakaria Mila pernah membantu Dini melahirkan Mila sempat mengalami rasa ketakutan itu namun papanya meredakan kegelisahannya itu karena Mila takut kehilangan Papanya. Setelah pelaksanaan bersalin itu lancar dan Papanya membangunkan Mila dan akhirnya Mila mulai merasa tenang bahwa Papanya tidak apa-apa. Dini pun mengucapkan terima kasih Kepada Mila., Dini yakin sekarang Mila adalah orang yang baik dan tidak memandang HIV dengan sebelah mata lagi.

Dari ketiga tahapan plot cerita, dapat dikatakan pengarang menggunakan plot Flasback. Nurgiyantoro (2007:155) mengatakan tidak ada novel yang secara mutlak berplot lurus kronologis atau sebaliknya sorot balik. Secara mutlak garis besar plot sebuah novel mungkin progresif, betapa pun kadar kejadianya sering terdapat

(23)

adegan-adegan sorot-balik. Bahkan sebenarnya, boleh dikatakan tidak mungkin ada sebuah cerita apa pun yang mutlak mengalami flash-back. Jika hal itu terjadi maka pembaca akan sulit untuk mengikuti cerita yang dikisahkan secara terus-menerus dilakukan secara mundur.

2.2.3 Latar

Unsur latar dalam analisis fiksi sangat berperan penting, di samping unsur plot dan penokohan. Dengan demikian, pelukisan latar dapat menjadikan cerita terasa lebih hidup atau memberikan lukisan yang lebih jelas mengenai peristiwa-peristiwa, perwatakan tokoh, serta aspek sosial yang melatarbelakangi lahirnya sebuah cerita. Analisis latar Dengan Hati meliputi: latar tempat, latar waktu, latar sosial. Nurgiyantoro (2007:217) mengatakan bahwa latar memberikan pijakan secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis pada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah benar terjadi.

Berdasarkan pandangan di atas maka pembicaraan latar dapat dibedakan menjadi unsur pokok, yaitu: tempat, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan Nurgiyantoro (2007:227) bahwa masing-masing dari ketiga unsur menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara tersendiri, namun pada kenyataannya saling berkaitan dan saling memengaruh satu dengan yang lainnya.

2.2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang mungkin berupa tempat-tempat dengan nama

(24)

tertentu (Nurgiyantoro, 2007: 227). Tempat terjadinya peristiwa dalam novel Dengan Hati berada di Medan dan Jogya. Suasana tempat terjadinya peristiwa tampak jelas pada kutipan berikut.

” Kau sudah berapa lama di Medan?” Mila balik bertanya. ” Baru aja. Dulu aku kerja di Jogya. Terus pas ada lowongan untuk posisi ini, aku coba kirim lamarann . Eh, ternyata lolos. Yah, sekalian merasakan suasana Medan . Aku belum pernah kemari. Makanya masih asing dengan kota ini.’ (hlm. 20-21) Suasana yang di lukiskan oleh pengarang dalam kutipan di atas adalah Santi yang baru pindah ke Medan untuk melamar pekerjaan, sebelumnya Santi tinggal di Jogya dan sekarang merantau ke Medan sekalian merasakan suasana Medan.

” Sir, eh, Ian, kenalkan ini konsultan kita,” Lina menunjukkan dua orang gadis yang berdiri tak jauh dari situ. Konsultan? Kamila dan Santi? tebak Ian dalam hati. ”Kamila. Selamat datang di Medan” salah seorang dari kedua gadis itu maju dan menggenggam tangan Ian mantap. Ian tersenyum. (hlm. 38)

Suasana yang di lukiskan pada kutipan di atas adalah, Kamila, Santi, dan Lina menjemput Ian di Bandara Polonia, Medan dan Kamila mengucapkan salam selamat datang kepada Ian dan Ian membalasnya dengan senyuman.

2.2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 2007: 230). Latar waktu yang terjadi pada novel ini ialah pada tahun 2007. Di dalam novel Dengan Hati tidak tertulis latar waktunya kapan, namun penulis memberitahu latar waktunya terjadi sekitar tahun 2007. Ketika jalan hidupnya membawa untuk pekerjaan yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS beberapa tahun lalu, tak pernah terbersit niat untuk membuat novel dengan topik yang sama. Karena baginya dia bukan aktivis dan dia tidak pernah menganggap

(25)

dirinya aktivis. Semakin hari semakin banyak interaksi dan informasi dari teman-temannya yang mau tak mau menggelitik untuk mulai menulis. Namun sekarang Syafrina Siregar sudah selesai menulis dan sekarang kegiatannya menjual kue, kata Syafrina menjual kue lebih praktis dan cepat mendapat keuntungan daripada menulis membutuhkan proses yang sangat lama dan lakunya pun sangat lama. Maka dari itu Syafrina lebih senang jualan kue sekarang daripada menulis.

2.2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2007: 233). Latar sosial pada cerita novel ini adalah sosial kesehatan yang menggambarkan seorang dokter yaitu Ayah Mila membantu Dini saat melahirkan. Padahal Dini sudah terinfeksi HIV/AIDS dan Mila takut terjadi hal yang buruk terjadi kepada Ayahnya. Namun Ayah Mila dengan sabar menenangkan anaknya agar tidak khawatir. Berikut kutipanya.

“ Astaga, Dini”! teriak Santi yang sudah berdiri di belakang Mila. “ Kenapa bisa begini? Ayo, bawa Dini ke mobil saya! Kita ke rumah sakit!” Suara Ian. “Mila, Papamu kan dokter. Pasti bisa menolong Dini,” usul Santi. Papa? Kening Mila mengernyit ngeri mendengar usul itu. Spontan ia menggeleng. (hlm.185)

“ Ada pasien yang urgent melahirkan di mobil Papa. Tugas Papa untuk menolong!” sahut Dr. Zakaria tak sabar. “ Ingat kata Papa dulu. Jangan melihat hal ini dengan kaca pembesar sampai kita melupakan hal yang paling penting: rasa kemanusiaan dan kewajiban menolong sesama. Semua akan baik-baik saja Mil, percayalah!” (hlm. 187)

Mila lari ke kamar dan menangis dia takut terjadi sesuatu pada Ayahnya, kekesalannya betul-betul memuncak. Ini semua salah Dini kenapa air ketubannya harus pecah malam ini? Kenapa tidak besok saja atau kapan saja, kenapa harus sekarang ucap

(26)

Mila dalam hati. Mila benar-benar kesal karena tidak ada yang mengerti perasaannya. Pukul empat pagi ayahnya mengetuk pintu kamar Mila, ayahnya memberitahukan bahwa dia tidak apa-apa. Berikut kutipannya.

“ Papa baik-baik saja. Ini bukan pertama kalinya Papa membantu ODHA melahirkan, Mila”. “ Aku nggak mau tahu! Pokoknya Papa jangan melakukan hal itu lagi!” Mila berkeras. “ Jangan mulai bersikap egois lagi Mila. Papa ini dokter spesialisasi kandungan. Kalau tidak bisa digunakan untuk membantu orang, apa gunanya?” “ Tapi jangan ODHA, Pa?” “ Papa tidak boleh memilih-milih pasien. ODHA atau tidak, tidak ada bedanya. Toh ada pencegahanny, kan? Kau juga tahu itu!” “ Lanjutkanlah tidurmu. Papa sengaja membangunkanmu untuk memberitahu bahwa Papa sudah pulang dan Papa baik-baik saja”. (hlm. 187)

Mila menjenguk Dini di rumah sakit, namun ia masih sedikit canggung. Dini mengucapkan terima kasih dan meminta maaf kepada Mila karena sudah merelakan Papanya membantu Dini melahirkan malam itu dan Papanya menempatkannya diruangan khusus. Berikut kutipannya.

“ Aku ingin mengucapkan terima kasih sekaligus minta maaf Mil…” bisik Dini terbata-bata. “ Kau tak perlu minta maaf Din.” “Justru aku harus minta maaf. Aku mengerti keberatanmu ketika Papamu membawaku ke rumah sakit. Sejujurnya, aku pasrah. Tapi ternyata Papamu berkeras membantu proses persalinanku. Aku beruntang nyawa pada beliau, Mil. Betapa beruntungnya dirimu memiliki papa seperti itu!” “ Papamu juga menempatkanku di rungan ini. Entah berapa lama yang kubutuhkan untuk mampu membayar semua ini…” (hlm. 191)

2.2.3.4. Hubungan Antara Penokohan, Alur, dan Latar.

Hubungan antara penokohan dengan alur sangat berkaitan erat, sebab kalau tidak ada penokohan dalam sebuah cerita maka tidak mungkin ada alur. Karena alur itu merupakan tahapan-tahapan peristiwa sehingga terjalinnya suatu cerita yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam suatu cerita tersebut. Maka dari itu penokohan dengan alur sangat erat dan tidak bisa dipisahkan.

(27)

Hubungan antara alur dengan latar juga sangat berkaitan erat, sebab alur merupakan tahapan-tahapan peristiwa, di samping tahapan-tahapan peristiwa tersebut diperlukan juga latar dalam cerita. Seperti latar tempat, waktu, dan suasana peristiwa itu terjadi. Kalau tidak ada alur dan latar maka tidak akan terjadi yang namanya suatu peristiwa, maka dari itu alur dan latar sangat berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan.

Hubungan antara penokohan, alur, dan latar sangat berkaitan erat, sebab antara penokohan, alur dan latar harus ada di dalam suatu cerita supaya dapat menghasilkan suatu cerita yang sangat menarik, karena di dalam sebuah cerita harus ada tokoh, alur, dan latar kalau tidak ada salah satunya maka akhir ceritanya kurang berkesan atau menarik bagi para penonton. Maka dari itu penokohan, alur, dan latar sangat berkaitan erat dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Ralph Tyler yang dikutip oleh Arikunto mengungkapkan definisi evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan

Misi penting dari inisiatif Nabi membuat Piagam Madinah adalah satu sisi Nabi berhasil menyatukan penduduk Madinah dalam perjanjian damai, sedang sisi lain menguntungkan Nabi

Pengaruh Temperatur Annealing Terhadap Struktur, Sifat listrik dan Sifat Optik Film Tipis Zinck Oxide Doping Alumunium (ZnO:Al) Dengan Metode DC Magneton

Pada pemeriksaan total Sel Darah Merah ini, langkah yang harus kita lakukan adalah mengambil sampel darah ikan dengan menggunakan syringe, yang kita gunakan untuk mengambil darah

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa kemampuan maksimum benda uji ditarik berada pada komposisi 8:8 yakni berada pada 3058,6 kPa, ini menunjukkan bahwa

Di samping itu Pembentukan Peraturan Daerah tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah

Pada kondisi hiperurisemia (tingginya kadar asam urat) akibat pemberian kalium oksonat, terjadi aktivasi enzim xantin oksidase sehingga menimbulkan peningkatan radikal bebas

Selain itu juga, melalui organisasi gerakan pramuka, siswa dapat belajar untuk selalu bersikap menurut nilai-nilai pancasila, baik itu dalam mengikuti latihan