• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Hutan. Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Hutan

Istilah lanskap secara umum dipahami sebagai bentang alam yang memiliki karakter unik sebagai resultante aksi dan interaksi dari berbagai faktor, baik alami maupun pengaruh aktivitas manusia sehingga keunikan tersebut perlu dilestarikan. Keunikan karakteristik alam tersebut yang merupakan salah satu alasan untuk melakukan perlindungan hutan melalui kerangka hukum konservasi. Lanskap hutan dicirikan oleh karakteristiknya sebagai bentang alam yang didominasi oleh adanya hutan yang wilayahnya meliputi daerah hulu hingga ke bagian hilir suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) (Maryani, dkk. 2014).

Bentang alam diartikan sebagai hasil dari dinamika lingkungan dan masyarakat yang berkembang di dalamnya. Struktur, organisasi, dan dinamika bentang alam secara konstan berinteraksi dengan proses ekologis yang terjadi di dalamnya. Perubahan yang terjadi akibat proses-proses alamiah atau kegiatan manusia merupakan salah satu karakter bentang alam yang akan mempengaruhi proses dan interaksi unit-unit di dalam bentang alam secara keseluruhan. Namun perubahan-perubahan di dalam bentang alam harus dikelola untuk mencapai

keberlanjutan kehidupan sosial, pengembangan ekonomi, dan jasa-jasa ekosistem (Suryadi, dkk. 2006).

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2008 pasal 42 ayat 1 Perubahan bentang alam sebagai akibat penggunaan kawasan hutan antara lain berupa pembangunan instalasi air, eksploitasi, pertambangan, atau bencana alam, yang menyebabkan penurunan kualitas hutan secara ekonomi, sosial dan ekologi dalam keseimbangan ekosistem DAS.

(2)

Restorasi bentang alam dapat menjadi salah satu terobosan dan pelengkap di dalam mendukung kegiatan pengelolaan kawasan hutan atau lahan yang mampu memberikan manfaat yang optimal secara berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Restorasi bentang alam didefinisikan sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk memulihkan atau memperoleh kembali keutuhan ekologis dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan

lanskap hutan yang telah terdeforestasi dan terdegradasi (Departemen Kehutaan, 2009).

Degradasi Lahan

Degradasi merupakan salah satu penyebab terjadinya lahan kritis. Degradasi lahan adalah lahan yang telah mengalami proses penurunan tingkat produktivitasnya (Sarief, 1986). Semakin meningkatnya jumlah lahan yang terdegradasi maka akan mengakibatkan meningkatnya jumlah lahan kritis. Peningkatan lahan kritis dan degradasi merupakan kesatuan yang bersifat simultan antara kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan budaya. Karena faktor penyebab degradasi lahan cukup kompleks, maka penanganannya perlu dilakukan secara komprehensif dengan mengakomodir berbagai pihak termasuk aspek-aspek sosial, budaya, dan inisiatif lokal dalam memanfaatkan lingkungan dan sumberdaya alam. Inisiatif lokal dalam pengelolaan hutan, tanah, dan air yang tumbuh dari masyarakat beserta kearifannya perlu menjadi alternatif pertimbangan untuk dikembangkan sebagai salah satu model pendekatan rehabilitasi lahan (Gerson ND. Njurumana, dkk. 2008).

(3)

Lahan Kritis

Lahan kritis didefinisikan sebagai lahan yang tidak sesuai antara kemampuan tanah dan penggunaannya, akibat kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis sehingga membahayakan fungsi hidrologis, sosial–ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi pemukiman. Hal ini dapat menimbulkan erosi dan longsor di daerah hulu serta terjadi sedimentasi dan banjir di daerah hilir ( Zain, 1998).

Dalam menentukan tindakan pengendalian dan model pendekatan, perlu mempertimbangkan keterwakilan aspek sosial budaya beserta keinginan masyarakat setempat. Untuk memperoleh landasan teknik pendekatan dan pengendalian lahan kritis. Guna mendukung keberhasilan rehabilitasi lahan, diperlukan terciptanya model pengelolaan yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga, masyarakat secara aktif dalam analisis masalah dan pengambilan keputusan. Upaya rehabilitasi lahan kritis juga memerlukan perangkat hukum, sistim pengelolaan dan pemanfaatan serta peraturan kelembagaan yang mendukung terwujudya partisipasi masyarakat. Karena itu sangat diperlukan berbagai pendekatan yang multi pihak, baik dari segi teknis, kesesuaian jenis lahan dan tanaman (Matatula, 2009).

Restorasi

Restorasi dapat diartikan sebagai suatu penerapan ilmu ekologi yang berupaya untuk memperbaiki atau memulihkan suatu ekosistem rusak atau mengalami gangguan, sehingga dapat pulih atau mencapai suatu ekosistem yang mendekati kondisi aslinya (Rahmawaty, 2002). Restorasi bentang alam didefinisikan sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk memulihkan atau memperoleh kembali keutuhan ekologis dan meningkatkan kesejahteraan

(4)

masyarakat di kawasan lanskap hutan yang telah tedeforestasi dan terdegradasi. Restorasi bentang alam berupaya untuk memanipulasi struktur dan fungsi dari mosaik tata guna lahan untuk memperoleh manfaat yang optimal baik aspek ekologis, sosial-ekonomi dan budaya secara berkesinambungan bagi para pemangku kepentingan (Departemen Kehutanan, 2009).

Persepsi Masyarakat

Persepsi merupakan proses dimana seseorang memperoleh informasi dari lingkungan sekitar. Persepsi merupakan suatu hal yang aktif. Persepsi memerlukan pertemuan nyata dengan suatu benda dan juga membutuhkan proses kognisi serta afeksi. Persepsi membantu individu untuk menggambarkan dan menjelaskan apa yang dilakukan oleh individu (Halim, 2005).

Persepsi sendiri merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Persepsi disebut sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas (Mulyana, 2001). Berdasarkan pernyataan Muchtar (1998) bahwa persepsi yang telah terbentuk pada individu akan menetukan bagaiman individu tersebut bertindak.

(5)

sedang dialami. Ada 4 kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui persepsi seseorang atau suatu masyarakat terhadap kegiatan restorasi lanskap hutan , yaitu : (1) lamanya tinggal masyarakat di desa ataupun tempat yang menjadi tempat penelitian, (2) pendidikan, (3) pekerjaan, dan (4) pendapatan masyarakat.

Adapun persepsi masyarakat terhadap kegiatan restorasi lanskap dapat diketahui melalui beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan adalah :

1. Lamanya tinggal suatu masyarakat

Lamanya tinggal suatu masyarakat dapat dijadikan parameter. Semakin lama seseorang tinggal di suatu daerah berarti seseorang tersebut telah mengetahui banyak hal yang terjadi di tempat tersebut, dan sangat mengetahui akan perubahan yang telah terjadi di daerah tersebut.

2. Pendidikan

Pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran terus menerus tentang banyak hal yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara utuh melalui dimensi yang dimilikinya (Koesoema, 2007). Pendidikan adalah suatu usaha mengembangkan suatu kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi baik dari orang lain maupun dari media masa (Notoatmodjo, 2003).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah salah satu faktor yang dapat dijadikan parameter seseorang tentang persepsi terhadap kegiatan restorasi lanskap hutan. Seseorang akan memiliki persepsi yang berbeda tergantung berdasarkan dari pekerjaanya masig - masing. Hal ini terjadi karena pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

(6)

oleh seseorang yang menghasilkan suatu pendapatan (income) agar dapat menerima imbalan, untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.

4. Pendapatan

Pendapatan seseorang sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang tentang kegiatan restorasi lanskap hutan. Hal ini dipengaruhi oleh profesi dan tempat profesi seseorang, karena profesi dan tempat akan mempengaruhi jenis pekerjaan dan besarnya pendapatan seseorang.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan keikut sertaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat dalam program pembangunan (Soetomo, 2006). Partisipasi merupakan sesuatu yang melibatkan masyarakat bukan hanya kepada proses pelaksanaan kegiatan saja, tetapi juga melibatkan mayarakat dalam hal perencanaan dan pengembangan dari pelaksanaan program tersebut, termasuk menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut. Keterlibatan seseorang (individu) atau sekelompok masyarakat secara sukarela, dalam suatu kegiatan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai pada proses pengembangan kegiatan (Mudjab, 2017).

Partisipasi merupakan suatu strategi kebijakan yang memiliki maksud sebagai upaya atau tindakan dalam perumusan dan implementasi berbagai program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar dapat terlaksana secara reliable, acceptable, implementable, dan workable. Pengeratian

reliable adalah program-program yang dirumuskan meyakinkan dan terpercaya

(7)

disusun dan dirumuskan oleh, dari dan untuk anggota setempat secara bersama-sama. Implementable artinya program-program dapat diimplementasikan karena disususn oleh masyarakat berdasarkan potensi, kondisi, dan kemampuan yang dimiliki sehingga sesuai denga kebutuhan masyarakat. Workable atau dapat dikerjakan masyarakat setempat, artinya jika ada kekurangan atau hambatan dalam pengimplementasiannya maka dapat diatasi dengan partisipasi anggota masyarakat (Adisasmita, 2006).

Masyarakat yang terdapat di sekitar dan dalam DAS merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung dalam menjaga dan melestarikan hutan. Partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan dapat membantu menjalankan kegiatan untuk memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan serta DAS sehingga daya dukung, produktivitas, dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

Tingkat partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan ciri-ciri atau karakter individu dari anggota masyarakat itu sendiri yang meliputi antara lain : umur, tingkat pendidikan, kepemilikan lahan, pendapatan dan persepsi. Sedangkan faktor eksternal merupakan kondisi yang ada di luar karakteristik individu anggota masyarakat yang meliputi antara lain : intensitas sosialisasi program (penyuluhan), ketersediaan sarana dan prasarana rehabilitasi, peran kelembagaan sosial serta peran pendamping (Trison, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Diskusi kelompok untuk dipresentasikan hasil diskusi tentang pengaruh India terhadap kehidupan seni bangun di Indonesia Menghadapi masalah yang harus dipecahkan v

Dengan bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak, maka penulisan Konsep Karya Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN BUKU POP- UP SEBAGAI MEDIA PROMOSI

Guo (2005) menjelaskan bahwa manfaat pelatihan keterampilan bermain ini lebih menekankan pada peningkatan nilai afeksi antara ibu dan anak, sehingga perlu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran sosialisasi yang dilakukan Koperasi syariah Mitra Niaga sangat berperan penting bagi kegiatan usaha koperasi juga bagi

Citra medis hasil implementasi metode ITF ini memiliki intensitas yang lebih tinggi yang terlihat dengan gambar yang lebih terang dan batas antar objek

Untuk melakukan proses ini terlebih dahulu disiapkan data keluaran model Dan pastikan bahwa model iklim remo sudah ter-install pada PC yang digunakan.. Dan pastikan file pure4 dan

Garis Anggaran (Budget Line) B. Garis Anggaran Garis anggaran adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu,

Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi siswaa kelas IV SD pelajaran muatan Ilmu Pengaetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan model