• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR

PERANCANGAN BUKU POP UP SEBAGAI MEDIA PROMOSI

KESEHATAN GIGI, MULUT DAN KULIT TANGAN UNTUK

ANAK USIA PRA SEKOLAH OLEH DINAS KESEHATAN

KABUPATEN SUKOHARJO

Disusun Guna Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Seni Rupa jurusan Desain Komunikasi Visual

Disusun oleh: TIAS TRI WIDOWATI

C0708052

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

(3)

commit to user

iii

(4)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kepersembahkan untuk: Semua keluargaku, terimakasih untuk doa dan kasih sayangnya

(5)

commit to user

v

MOTTO

Man Jadda Wa Jada bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmad serta penyertaan hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Konsep Karya Tugas Akhir ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan bantuan, bimbingan, serta arahan dari berbagai pihak, maka penulisan Konsep Karya Tugas Akhir dengan judul PERANCANGAN BUKU POP- UP SEBAGAI MEDIA PROMOSI KESEHATAN GIGI, MULUT, DAN KULIT TANGAN UNTUK ANAK USIA PRA SEKOLAH OLEH DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUKOHARJO ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santoso,M.Ed,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Drs.M.Soeharto, M.Sn selaku Ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual 3. Hermansyah Muttaqin, S.Sn,M.Sn selaku pembimbing I yang telah banyak

memberikan berbagai macam masukan, pengarahan serta kritik yang membangun

4. Esty Wulandari,S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dalam penyusunan Konsep Karya Tugas Akhir ini. 5. Dinas Kesehatan Sukoharjo yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan survei data dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Kepala sekolah dan guru TK Islam Permata Hati, TK Dharmawanita I Kartasura, TK Gentan II, TK Aisyah Grogol yang telah memberikan ijin penulis dalam penyebaran kuisioner.

(7)

commit to user

vii

7. Teman- teman serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Konsep Karya Tugas Akhir

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Konsep Karya Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan penulis dalam berbagai hal. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari para pembaca.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih dan penulis berharap semoga Konsep Karya Tugas Akhir ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan bagi pembaca.

Surakarta, Desember 2012

(8)

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

PERSEMBAHAN iv

MOTTO v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

ABSTRAKSI x ABSTRACT xi BAB I Pendahuluan 1 A. 1 B. 3 C. 3 D. Target 4 E. 4

BAB II Kajian Pustaka 8

A. 8 B. 22 C. 28 D. Tinjauan Promosi 33 E. Tinjauan Kesehatan 41 F. 51

BAB III Identifikasi Data 55

A. 55

(9)

commit to user

ix

C. 75

D. USP (Unique Selling Prepositioning 77

E. Po 78

F. 79

BAB IV. Konsep Kreatif Perancangan dan Perencanaan Media 82

A. 82 B. 83 C. 88 D. 92 E. Identifikas 92 F. Pemilihan Med 98 G. Pr 106

BAB V. Visualisasi Karya 108

BAB VI. Penutup 134

A. 133

B. 134

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

commit to user

x

Perancangan Buku Pop Up Sebagai Media Promosi

Kesehatan Gigi, Mulut, dan Kulit Tangan untuk Anak Usia Pra Sekolah oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

Tias Tri Widowati1

Hermansyah Muttaqin,S.Sn,M.Sn 2 Esty Wulandari S.Sos,M.Si 3

ABSTRAKSI Tias Tri Widowati.2013

Buku Pop Up Sebagai Media Promosi Kesehatan Gigi, Mulut, dan Kulit Tangan permasalahan yang dikaji adalah : (1) Bagaimana merancang media promosi kesehatan berupa buku pop up dengan ilustrasi yang sesuai dan menarik untuk anak usia pra sekolah? (2) Bagaimana memilih media komunikasi visual yang sesuai untuk mendukung promosi kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan? Tujuan dari perancangan ini adalah untuk merancang media promosi kesehatan berupa buku pop

up dengan ilustrasi yang sesuai dan menarik dan juga memilih media komunikasi

visual yang mendukung promosi kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan yang menarik untuk anak usia pra sekolah.

Menjaga kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan merupakan hal yang masih perlu mendapatkan perhatian. Sebagaimana kita ketahui tangan merupakan sumber penyebar penyakit, dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya penyakit. Media belajar yang khusus ditujukan pada anak-anak untuk memberikan pengajaran tentang cara menjaga kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan masih sangat jarang ditemui di daerah Sukoharjo. Oleh karena itu diperlukan suatu media yang dapat menarik perhatian anak dan dapat mengajak mereka untuk menjaga kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan. Perancangan buku pop up sebagai media utama promosi kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan dirasa perlu sebagai media baru dalam mengajarkan kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan.

1

Mahasiswa Jurusan Deskomvis Fakltas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM C0708052

2

Dosen Pembimbing I 3

(11)

commit to user

xi

The book Designing Media Pop Up As Health Promotion Dental, Oral, and Skin of the Hand for Pre-School Age Children by Sukoharjo District Health

Tias Tri Widowati1

Hermansyah Muttaqin,S.Sn,M.Sn 2 Esty Wulandari S.Sos,M.Si 3

ABSTRACTS

Tias Tri Widowati.2013. Introduction This final work titled The book Designing Media Pop Up As Health Promotion Dental, Oral, and Skin of the Hand for Pre-School Age Children by Sukoharjo District Health ". The issues examined are: (1) How to design a health promotion media such as pop-up books with appropriate and interesting llustrations for children ages pre-school? (2) How to choose the appropriate visual communication media to support the promotion of healthy teeth, mouth and skin of the hand? The purpose of this design is to design a health promotion media such as pop-up books with appropriate , interesting illustrations and also choose the medium of visual communication that supports the promotion of healthy teeth, mouth and skin of the hand that interesting for pre-school children. Maintaining healthy teeth, mouth and skin of the hand are things that still need attention. As we know, the hand is a source of spreading the disease, and the mouth is the gateway to the introduction of disease. Media study specifically aimed at children to provide instruction on how to maintain healthy teeth, mouth and hand skin is still very rare in the Sukoharjo area. Therefore we need a media that can attract the attention of children and to invite them to maintain healthy teeth, mouth and skin of the hand. The design of pop-up books as a major media campaign dental hygiene, mouth and skin of the hand is necessary as new media in teaching dental hygiene, mouth and skin of the hand.

1

Student of Visual Communication Design Departement, Faculty of Literature and the Art UNS with NIM. C0708052

2

Guide Lecture I 3

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aset yang paling berharga pada diri seseorang. Tanpa jiwa dan raga yang sehat tentu semua aktivitas akan tertanggu. Kebanyakan orang baru menyadari betapa pentingnya arti kesehatan disaat mereka sudah terkena penyakit. Sehat tidaknya seseorang sangat tergantung pada perilaku kehidupan sehari- hari orang tersebut.

Waktu yang paling tepat untuk membentuk perilaku hidup bersih dan sehat pada seseorang adalah pada masa usia pra sekolah. Kebiasaan hidup bersih dan sehat sangat perlu ditanamkan sedini mungkin karena kebiasaan-kebiasaan tersebut akan terbawa sampai dewasa nanti ( Depdikbud, 1986:6).

WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa anak merupakan sumber daya manusia dan aset bangsa yang utama, sebagai bagian dari generasi muda penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia yang berkualitas yang perlu pembinaan secara terus-menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan fisik mental sosial anak termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia yang prima dan optimal (Depkes 2000).

Anak merupakan individu yang paling rentan terkena penyakit. Hal ini didukung dari perilaku mereka sehari-hari. Sebagian besar kegiatan dari anak pra sekolah adalah bermain, dimana dalam kegiatan bermain tersebut, tangan mereka kontak langsung dengan berbagai permainan yang ada. Setelah selesai bermain

(13)

commit to user

anak usia pra sekolah kemudian memakan bekal makanan yang telah disiapkan untuk mereka.

Tangan yang dipenuhi kuman setelah mereka bermain, mereka gunakan untuk makan tanpa mencucinya terlebih dahulu. Akibat dari tidak mencuci tangan tersebut, kotoran yang ada pada tangan akan masuk kedalam mulut bersama makanan. Bila hal ini dibiarkan terus menerus tentu anak akan mudah terjangkit berbagai penyakit seperti diare, ISPA, cacingan dll.

Setelah makan anak-anak juga jarang berkumur, sehingga sisa-sisa makanan akan menempel pada sela-sela gigi. Banyaknya sisa makanan yang menumpuk pada gigi dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain karies gigi, infeksi dentogenic, radang gusi dll.

Akibat yang lebih spesifik dari terabaikannya perilaku hidup bersih dan sehat adalah berpengaruh terhadap derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang dan masa depan anak. Anak yang sakit tentunya malas melakukan semua aktivitas, sehingga merekan akan tertinggal pelajaran di sekolah akibatnya prestasi belajarnya di sekolah juga akan menurun.

Untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan tersebut tentunya diperlukan suatu promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada anak pra sekolah. Promosi kesehatan tersebut meliputi teknik perawatan, pengetahuan, pemberian informasi maupun pemantauan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia pra sekolah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk membuatu suatu perancangan promosi kesehatan untuk anak usia pra sekolah sehingga dapat terbiasa menjaga kesehatan dan kebersihan diri mereka. Penulis

(14)

commit to user

Perancangan Buku Pop Up Sebagai Media Promosi Kesehatan Gigi, Mulut, dan Kulit Tangan pada Anak Usia Pra Sekolah oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo

mengedukasi anak usia pra sekolah untuk terbiasa menjaga kesehatan dan kebersihan mereka.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka penulis hendak merumuskan masalah yang nantinya akan dikerjakan. Perumusan masalah dari judul di atas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang media promosi kesehatan berupa buku pop up dengan ilustrasi yang sesuai dan menarik untuk anak usia pra sekolah?

2. Bagaimana memilih media komunikasi visual yang sesuai untuk mendukung promosi kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan?

C. Tujuan Perancangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diketahui tujuan perancangan karya, sebagai berikut :

1. Merancang media promosi kesehatan berupa buku pop up dengan ilustrasi yang sesuai dan menarik untuk anak usia pra sekolah

2. Memilih media komunikasi visual yang mendukung promosi kesehatan gigi, mulut dan kulit tangan

(15)

commit to user

D. Target Audience

Target audience adalah khalayak yang menjadi sasaran aktivitas komunikasi promosi. Target audience dari perancangan kampanye ini adalah :

1. Geografis

Secara geografis sasaran target audience karya ini adalah orang tua, dan guru di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

2. Demografi dan Sosiografi Orang tua dan guru

a. Umur : 25 tahun-35 tahun b. Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan c. Kelas sosial ekonomi : semua kalangan.

d. Tingkat pendidikan : semua tingkatan 3. Psikografi

Secara psikografis, target audience karya ini berfokus pada orang tua yang belum terbiasa mengajarkan kegiatan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan gigi,mulut dan kulit tangan pada anak mereka.

G. Metode Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bahan bacaan yang mendukung penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi baik melalui wawancara dengan pendekatan pendapat

(16)

commit to user

pakar dan angket/kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instasi terkait, laporan-laporan berkala atau tahunan, jurnal dan berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian. Sumber pokok data sekunder akan diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.

Metode-metode yang akan digunakan dalam proses pengumpulan data perancangan ini adalah:

1. Kajian Pustaka dan Literatur

Data diperoleh dari kumpulan dan observasi studi kepustakaan dan buku-buku yang sesuai dengan permasalahan kajian. Kajian pustaka atau literature review merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum menentukan metodologi penelitian yang akan dilakukan. Kajian pustaka diperlukan agar peneliti dapat menemukan (Belawati, Tian dan Toha, Mohamad):

a. landasan teori sebagai acuan dasar

b. temuan-temuan hasil penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya. Kedua hal ini akan membantu peneliti dalam:

a. membatasi ruang lingkup penelitiannya b. menemukan variabel-variabel penelitian

c. menemukan teori atau konsep keterkaitan antar-variabel

d. menemukan penjelasan yang dapat membantu peneliti dalam menginterpretasikan hasil analisis data.

2. Penelitian Lapangan (observasi,kuisioner)

Teknik pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan pada umumnya banyak dilakukan dalam penelitian kualitatif, studi kasus dan kajian kelompok kecil. Teknik pengamatan ini ada yang bersifat terstruktur, yaitu yang

(17)

commit to user

menggunakan suatu instrumen observasi seperti checklist dan ada yang bersifat informal di mana fokus penelitian belum direncanakan dari awal.

Teknik pengumpulan data yang paling penting digunakan dalam penelitian Survei biasanya disiapkan dengan seksama dimulai dari wawancara atau daftar pertanyaan yang disusun dengan mengikuti prosedur "tujuan-konsep-konstrak-variabel-indikator-pertanyaan". Pertanyaan ini kemudian dapat jawab langsung secara tatap muka antara penulis dan target.

Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

Dengan menggunakan kuisioner, penulis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.

3. Wawancara(Interview)

Wawancara (interview) merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai.

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam susasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama (Patton, 1980). Pertanyaan yang diajukan bisa semakin terfokus sehingga informasi yang bisa dikumpulkan semakin rinci dan mendalam. Kelonggaran dan

(18)

commit to user

kelenturan cara ini akan mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkaitan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Buku

1. Pengertian buku

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku adalah sejumlah kertas lembar yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan komputer dan Internet (jika aksesnya online).

Hurlock (2000), menilai buku sebagai bacaan yang mengandung nilai positif bagi perkembangan anak diantaranya:

a. Secara psikologis membaca merupakan salah satu bentuk bermain yang sehat.

b. Membaca mendorong anak untuk mengembangkan sumber daya yang ada di dalam dirinya sehingga anak dapat menikmati waktu luangnya apabila tidak ada tempat bermain.

c. Merangsang kreatifitas membaca yang sangat berguna bagi hidupnya. d. Merangsang kreatifitas dengan bertambahnya pengetahuaan wawasan dan

pengembangan minat. 2. Sejarah perkembangan buku

(20)

Pada zaman kuno, tradisi komunikasi masih mengandalkan lisan. Penyampaian informasi, cerita-cerita, nyanyian, do’a-do’a, maupun syair, disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut. Karenanya, hafalan merupakan ciri yang menandai tradisi ini. Semuanya dihafal, kian hari, kian banyak saja hal-hal yang musti dihafal. Karena banyaknya, sehingga akhirnya mereka kewalahan atau tidak mampu menghafalkannya lagi. Hingga, terpikirlah untuk menuangkannya dalam tulisan. Maka, lahirlah apa yang disebut sebagai buku kuno.

Buku kuno ketika itu, belum berupa tulisan yang tercetak di atas kertas modern seperti sekarang ini, melainkan tulisan-tulisan di atas keping-keping batu (prasasti) atau juga di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus. Papyrus adalah tumbuhan sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di tepi Sungai Nil. Mesir merupakan bangsa yang pertama mengenal tulisan yang disebut hieroglif. Tulisan hieroglif yang diperkenalkan bangsa Mesir Kuno bentuk hurufnya berupa gambar-gambar. Mereka menuliskannya di batu-batu atau pun di kertas papyrus. Kertas papyrus bertulisan dan berbentuk gulungan ini yang disebut sebagi bentuk awal buku atau buku kuno.

Selain Mesir, bangsa Romawi juga memanfaatkan papyrus untuk membuat tulisan. Panjang gulungan papyrus itu kadang-kadang mencapai puluhan meter. Hal ini sungguh merepotkan orang yang menulis maupun yang membacanya. Karena itu, gulungan papyrus ada

(21)

yang dipotong-potong. Papyrus terpanjang terdapat di British Museum di London yang mencapai 40,5 meter.

Kesulitan menggunakan gulungan papyrus, di kemudian hari mengantarkan perkembangan bentuk buku mengalami perubahan. Perubahan itu selaras dengan fitrah manusia yang menginginkan kemudahan. Dengan akalnya, manusia terus berpikir untuk mengadakan peningkatan dalam peradaban kehidupannya. Maka, pada awal abad pertengahan, gulungan papyrus digantikan oleh lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi oleh kulit kayu yang keras yang dinamakan codex.

Perkembangan selanjutnya, orang-orang Timur Tengah menggunakan kulit domba yang disamak dan dibentangkan. Lembar ini disebut pergamenum yang kemudian disebut perkamen, artinya kertas kulit. Perkamen lebih kuat dan lebih mudah dipotong dan dibuat berlipat-lipat sehingga lebih mudah digunakan. Inilah bentuk awal dari buku yang berjilid.

Di Cina dan Jepang, perubahan bentuk buku gulungan menjadi buku berlipat yang diapit sampul berlangsung lebih cepat dan lebih sederhana. Bentuknya seperti lipatan-lipatan kain korden. Buku-buku kuno itu semuanya ditulis tangan. Awalnya yang banyak diterbitkan adalah kitab suci, seperti Al-Qur’an yang dibuat dengan ditulis tangan.

(22)

Di Indonesia sendiri, pada zaman dahulu, juga dikenal dengan buku kuno. Buku kuno itu ditulis di atas daun lontar. Daun lontar yang sudah ditulisi itu lalu dijilid hingga membentuk sebuah buku.

Perkembangan perbukuan mengalami perubahan signifikan dengan diciptakannya kertas yang sampai sekarang masih digunakan sebagai bahan baku penerbitan buku. Pencipta kertas yang memicu lahirnya era baru dunia perbukuan itu bernama Ts’ai Lun. Ts’ai Lun berkebangsaan Cina. Hidup sekitar tahun 105 Masehi pada zaman Kekaisaran Ho Ti di daratan Cina. Penemuan Ts’ai Lun telah mengantarkan bangsa Cina mengalami kemajuan. Sehingga, pada abad kedua, Cina menjadi pengekspor kertas satu-satunya di dunia.

Sebagai tindak lanjut penemuan kertas, penemuan mesin cetak pertama kali merupakan tahap perkembangan selanjutnya yang signifikan dari dunia perbukuan. Penemu mesin cetak itu berkebangsaan Jerman bernama Johanes Gensleich Zur Laden Zum Gutenberg.

Gutenberg telah berhasil mengatasi kesulitan pembuatan buku yang dibuat dengan ditulis tangan. Gutenberg menemukan cara pencetakan buku dengan huruf-huruf logam yang terpisah. Huruf-huruf itu bisa dibentuk menjadi kata atau kalimat. Selain itu, Gutenberg juga melengkapi ciptaannya dengan mesin cetak. Namun, tetap saja untuk menyelesaikan satu buah buku diperlukan waktu agak lama karena mesinnya kecil dan jumlah huruf yang digunakan terbatas. Kelebihannya, mesin Gutenberg mampu menggandakan cetakan dengan cepat dan jumlah yang banyak.

(23)

Gutenberg memulai pembuatan mesin cetak pada abad ke-15. Teknik cetak yang ditemukan Gutenberg bertahan hingga abad ke-20 sebelum akhirnya ditemukan teknik cetak yang lebih sempurna, yakni pencetakan offset, yang ditemukan pada pertengahan abad ke-20.

b. Perkembangan Buku Setelah Revolusi Industri

Di era modern sekarang ini perkembangan teknologi semakin canggih. Mesin-mesin offset raksasa yang mampu mencetak ratusan ribu eksemplar buku dalam waktu singkat telah dibuat. Hal itu diikuti pula dengan penemuan mesin komputer sehingga memudahkan untuk setting (menyusun huruf) dan layout (tata letak halaman). Diikuti pula penemuan mesin penjilidan, mesin pemotong kertas, scanner (alat pengkopi gambar, ilustrasi, atau teks yang bekerja dengan sinar laser hingga bisa diolah melalui komputer), dan juga printer laser (alat pencetak yang menggunakan sumber sinar laser untuk menulis pada kertas yang kemudian di taburi serbuk tinta).

Semua penemuan menakjubkan itu telah menjadikan buku-buku sekarang ini mudah dicetak dengan sangat cepat, dijilid dengan sangat bagus, serta hasil cetakan dan desain yang sangat bagus pula. Tak mengherankan bila sekarang ini kita dapati berbagai buku terbit silih berganti dengan penampilan yang semakin menarik.

3. Jenis-jenis buku a. Novel

(24)

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “sebuah kisah, sepotong berita”.Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.

Novel dalam bahasa Indonesia dibedakan dari roman. Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran atau tokoh cerita juga lebih banyak. Majalah adalah penerbitan berkala yang berisi bermacam-macam artikel dalam subyek yang bervariasi.

b. Cergam

Arswendo Atmowiloto mengungkapkan bahwa cergam sama dengan komik, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain. Buku cerita bergambar anak secara umum yaitu sebuah bentuk buku yang ilustrasinya berperan penting dalam keseluruhan alur cerita. Buku certita bergambar disertai pula tulisan-tulisan, karena buku certa bergambar mempunyai rangkaian cerita. Dapat dibedakan beberapa jenis buku cerita bergambar yaitu:

1) Baby Books

Baby books untuk bayi dan balita (dibawah umur 3 tahun). Kebanyakan materinya berupa pantun dan nyanyian sederhana (lullabies and nursery rhymes). Permainan dengan jari, atau

(25)

sekadar ilustrasi cerita tanpa kata-kata sama sekali. Panjang cerita dan formatnya beragam, disesuaikan dengan isi materi. Buku-buku untuk balita biasanya berupa cerita sederhana. Ceritannya tentang pengenlan warna, angka, bentuk-bentuk dan lain-lainnya.

2) Picture Books

Untuk anak usia 4-8 tahun. Cerita dalam format ini dapat menjangkau sampai anak 10 tahun. Plotnya masih sederhana, dengan satu karakter utama yang seutuhnya menjadi pusat perhatian dan menjadi alat penyentuh emosi dan pola pikir anak. Ilustrasi merupakan salah satu yang sanga berperan besar dengan teks dalam penyampaian cerita. Buku anak jenis ini biasannya sebagai persiapan bagi pembaca yang memasuki masa-masa puncak dispektrum usianya.

3) Early Picture Book

Sebentuk dengan picture book, untuk usia-usia akhir di batas 4 hingga 8 tahun. Ceritannya sederhana banyak buku jenis ini yang dicetak ulang dalam format board book untuk melebarkan jangkauan pembacanya.

4) Easy Reader

Buku jenis ini dukenal dengan sebutan easy-to-read. Buku-buku jenis ini biasanya untuk anak-anak yang baru mulai membaca sendiri(usia 6-8 tahun) masih tetap ada ilustrasi berwarna disetiap halamannya tetapi dengan format yang sedikit lebih dewasa. Cerita disampaikan dalam bentuk aksi dan percakapan interaktif,

(26)

menggunakan kalimat-kalimat sederhana biasannya ada 2-5 kalimat di tiap halamannya.

5) Transition Books

Transition books disebut juga sebagai “chapter books tahap awal” untuk anak usia 6-9 tahun, gaya penulisannya persis seperti easy readers. Namun lebih panjang serta dilengkapi dengan ilustrasi hitam-putih di beberapa halamannya.

6) Chapter Books

Untuk usia 7-10 tahun. Kisahnya lebih padat dibandingkan jenis transition book, walaupun tetap memakai banyak aksi petualangan kalimat-kalimatnya mulai sedikit komplek, tapi paragraph yang dipakai pendek (rata-rata 2-4 kalimat). Tipikal dari jenis ini adalah cerita di akhir setiap bab dibuat menggantung di tengah-tengah sebuah kejadian agar pembaca penasaran dan terstimulasi untuk terus membaca terus membuka bab-bab berikutnya.

7) Middle Grade

Untuk usia 8-12 tahun merupakan usia yang tepat anak dalam membaca. Naskahnya lebih panjang, ceritanya mulai kompleks dan tema-temanya lebih modern. Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita. Kelompok fiksi mulai dari fiksi kontemporer, sejarah, hingga petualangan fantasi, sementara yang masuk kelompok nonfiksi antara lain biografi, iptek dan topik-topik multi budaya.

(27)

8) Young Adult

Untuk usia lebih dari 12 tahun, plot ceritanya bisa dengan banyak karakter utama, meskipun tetap ada satu karakter yang difokuskan. Tema-tema yang diangkat seringnya relevan dengan kehidupan remaja saaat ini. Buku cerita bergambar yang berbentuk board books (buku yang kertasnya sangat tebal seperti karton). Pop-ups (buku yang halamannya bentuk 3 dimensi) lift the flaps atau buku-buku khusus (buku-buku yang dapat bersuara). Salah satunya adalah flip book (buku flip).

c. Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari strip dalam koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku tersendiri.

Di tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia mendefinisikan komik sebagai “tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah buku komik.” Sebelumnya, di tahun 1986, dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner mendefinisikan eknis dan struktur komik sebagai sequential art, “susunan gambar dan kata-kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide”.Dalam buku Understanding Comics (1993) Scott McCloud mendefinisikan seni sequential dan komik sebagai “juxtaposed pictorial

(28)

and other images in deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an aesthetic response in the viewer”.

Para ahli masih belum sependapat mengenai definisi komik. sebagian diantaranya berpendapat bahwa bentuk cetaknya perlu ditekankan, yang lain lebih mementingkan kesinambungan image dan teks, dan sebagian lain lebih menekankan sifat kesinambungannya (sequential). Definisi komik sendiri sangat supel karena itu berkembanglah berbagai istilah baru seperti:

1) Picture stories – Rodolphe Topffer (1845)

2) Pictorial narratives – Frans Masereel and Lynd Ward (1930s) 3) Picture novella – dengan nama samaran Drake Waller (1950s). 4) Illustories – Charles Biro (1950s)

5) Picto-fiction – Bill Gaine (1950s)

6) Sequential art(graphic novel) – Will Eisner (1978) 7) Nouvelle manga – Frederic Boilet (2001)

Untuk lingkup nusantara, terdapat sebutan tersendiri untuk komik seperti diungkapkan oleh pengamat budaya Arswendo Atmowiloto (1986) yaitu cerita bergambar atau disingkat menjadi cergam yang dicetuskan oleh seorang komikus Medan bernama Zam Nuldyn sekitar tahun 1970. Sementara itu Dr. Seno Gumira Ajidarma (2002), jurnalis dan pengamat komik, mengemukakan bahwa komikus Teguh Santosa dalam komik Mat Romeo (1971) mengiklankannya dengan kata-kata “disadjikan setjara filmis dan kolosal” yang sangat relevan dengan novel bergambar.

(29)

d. Ensiklopedi

Ensiklopedia atau ensiklopedi, adalah sejumlah buku yang berisi penjelasan mengenai setiap cabang ilmu pengetahuan yang tersusun menurut abjad atau menurut kategori secara singkat dan padat.

Kata “ensiklopedia” diambil dari bahasa Yunani, enkyklios paideia yang berarti sebuah lingkaran atau pengajaran yang lengkap. Maksudnya ensiklopedia itu sebuah pendidikan paripurna yang mencakup semua lingkaran ilmu pengetahuan. Seringkali ensiklopedia dicampurbaurkan dengan kamus dan ensiklopedia-ensiklopedia awal memang berkembang dari kamus. Perbedaan utama antara kamus dan ensiklopedia ialah bahwa sebuah kamus hanya memberikan definisi setiap entri atau lemma dilihat dari sudut pandang linguistik atau hanya memberikan kata-kata sinonim saja, sedangkan sebuah ensiklopedia memberikan penjelasan secara lebih mendalam dari yang kita cari. Sebuah ensiklopedia mencoba menjelaskan setiap artikel sebagai sebuah fenomena. Atau lebih singkat: kamus adalah daftar kata-kata yang dijelaskan dengan kata-kata lainnya sedangkan sebuah ensiklopedia adalah sebuah daftar hal-hal yang kadang kala dilengkapi dengan gambar untuk lebih menjelaskan.

e. Nomik

Nomik adalah singkatan dari novel komik. f. Antologi (kumpulan)

Secara harfiah antologi diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti “karangan bunga” atau “kumpulan bunga”, adalah sebuah

(30)

kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, definisi ini hanya mencakup kumpulan puisi (termasuk syair dan pantun) yang dicetak dalam satu volume. Namun, antologi juga dapat berarti kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa, dan lain-lain. Dalam pengertian modern, kumpulan karya musik oleh seorang artis, kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi juga tergolong antologi. KBBI mendefinisikan antologi sebagai kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang. Antologi dapat pula disebut bunga rampai.

g. Dongeng

Dongeng, merupakan suatu kisah yang di angkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi, dari pemikiran seseorang yang kemudian di ceritakan secara turun-temurun dari generasi kegenerasi. Dalam satu buku, bisa terdiri atas satu atau lebih dongeng. Sekarang, banyak buku-buku dongeng yang merupakan saduran dan disesuaikan dengan kehidupan masa kini.

h. Biografi

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami

(31)

kejadian-kejadian. Biografi yang ditulis sendiri oleh tokohnya dinamakan autobiografi.

i. Catatan harian (jurnal/diary)

Catatan harian adalah buku yang isinya berdasarkan catatan harian atau catatan harian itu sendiri, misalnya catatan harian Anne Frank. Buku yang dibuat berdasarkan catatan harian misalnya, Bersaksi di Tengah Badai karya Wiranto.

j. Novelet

Cerita tanggung, untuk dikatakan cerpen dia terlalu panjang, untuk dikatakan novel terlalu pendek. Jumlah halaman novelet diperkira berada di antara 40-50 halaman. Namun, batasan ini sangat relatif, tidak mutlak. k. Fotografi

Fotografi berasal dari 2 kata yaitu photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti tulisan atau lukisan. Dalam seni rupa, fotografi adalah proses melukis atau menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.

Karya-karya foto seseorang atau beberapa orang dapat saja dijadikan buku. Buku jenis ini akan lebih menarik jika disertai keterangan mengenai objeknya. Untuk kepentingan lain, buku fotografi ini bisa juga berisi penjelasan mengenai cara atau strategi untuk menghasilkan foto-foto seperti yang tercetak.

(32)

l. Karya ilmiah

Laporan penelitian, disertai, tesis, skripsi, dan sebagainya. m. Tafsir

Tafsir adalah keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat Al-quran agar maksudnya lebih mudah dipahami. Tafsir harfiah berarati tafsir kata demi kata, tafsir mimpi adalah penggunaan ciri-ciri modern untuk menguraikan arti mimpi. Buku yang berisi materi tentang hal ini dinamakan buku tafsir.

n. Kamus

Kamus adalah buku acuan yg memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Kamus dapat pula diartikan sebagai buku yg memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya (KBBI). Wikipedia menguraikan kamus sebagai sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Kamus berfungsi membantu seseorang mengenal kosakata baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal-usul (etimologi) kata dan juga contoh penggunaannya. Untuk memperjelas, kamus juga dapat disertai ilustrasi. o. Panduan (how to)

Disebut juga buku petunjuk, misalnya buku tentang beternak ayam, berkebun kelapa sawit, kiat memperoleh dan kiat menjalani beasiswa di luar negeri, dan sebagainya.

(33)

p. Atlas

Kumpulan peta yang disatukan dalam bentuk buku. Selain dalam bentuk buku, atasl juga ditemukan dalam bentuk multimedia, misalnya Google Earth. Atlas dapat memuat informasi geografi, batas negara, statisik geopolitik, sosial, agama, serta ekonomi.

q. Ilmiah

Buku yang disusun berdasarkan kaidah keilmiahan. Misalnya, buku yang disusun berdasarkan hasil penelitian dan disampaikan dalam bahasa ilmiah.

r. Teks

Sederhananya adalah buku pelajaran, diktat, modul. s. Mewarnai

Buku jenis ini identik dengan buku anak-anak, isinya biasanya berupa garis-garis yang membentuk gambar. Fungsinya, adalah membantu anak-anak untuk belajar mewarnia objek.

B. Tinjauan Pop Up

1. Pengertian Pop Up

Buku pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas. Walau demikian origami lebih memfokuskan diri pada menciptakan objek atau benda sedangkan pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat

(34)

membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif/dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin (Ann Montanaro).

Penggunaan buku seperti ini bermula dari abad ke-13, pada awalnya pop up digunakan untuk mengajarkan anatomi, matematika, membuat perkiraan astronomi, menciptakan sandi rahasia dan meramalkan nasib. Selama berabad-abad lamanya buku seperti ini hanya digunakan untuk membantu pekerjaan ilmiah, hingga abad ke-18 tehnik ini mulai diterapkan pada buku yang dirancang sebagai hiburan terutama ditujukan untuk anak-anak(Short History of Pop-ups).

Jenis pop-up ada bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah pop-ups, transformations, tunnel books, volvelles, flaps, pull-tabs, pop-outs, pull-downs dan sebagainya. Beberapa buku pop-up mengunakan salah satu jenis, yang lainnya menggunakan lebih dari satu jenis. Pencipta dan pendesain buku seperti ini dikenal dengan sebutan paper engineering (Robert Sabuda).

2. Sejarah Buku Pop Up

Pop Up ini telah didokumentasikan dengan versi yang berbeda-beda, awalnya bentuk pop up merupakan perancangan yang diproduksi untuk hasil karya seni pribadi. Pop up muncul ketika pada permulaan penggunaan buku medis pada abad 16, dinamakan dengan Lift Flaps. Lift flaps adalah alat yang digunakan di dunia media untuk mengetahui anatomi tubuh manusia. Pada masa itu penggunaan teknik pop up sangat terbatas karena tidak ada media atau alat yang mendukung.

(35)

Pada tahun 1890, kemajuan industri pop up diawali oleh kebangsaan eropa Ernet Nister dan Lothar Monggendorfer yang membuat buku untuk anak-anak dengan bentuk yang bisa berdiri di atas halaman dan dapat menggambarkan gerak dalam buku tersebut dengan menarik label-label yang ada. Jumlah eksemplar pembuatan ini sangat kecil karena pada jaman dahulu pemintaan pembuatan buku ini sangat jarang.

Pop up menghilang sementara waktu hingga mengalami perubahan pada tahun 1920-an sehingga pada tahun 1940 beberapa judul buku berbentuk pop up diterbitkan di Inggris dan Amerika. Tahun 1950 dan 1960 dilanjutkan kembali diproduksi di Inggris, Jepang dan czechoslovakia yang memfokuskan untuk menerbitkan buku jenis ini.

Era modern dari pop up ini dimulai oleh usaha Waldo Hunt pada pertengahan tahun 1960. Beliau dibantu oleh dua orang ahli dalam percetakan mengembangkan industri pop up yang maju hingga saat ini. Produksi massalnya telah dibuat dan dicetak dengan teknik percetakan modern. Inovasi dikombinasikan dengan penjualan dan promosi dilakukan untuk perkembangan buku pop up dari buku anak-anak sederhana hingga untuk dikonsumsi orang dewasa dan produk komersial.

Di Indonesia, buku berjenis pop up ini masih jarang dijumpai. Muncul banyak sekali buku pop up terbitan luar negeri yang dipasarkan di Indonesia, sehingga harga yang ditawarkanpun menjadi mahal. Kesimpulan yang dapat diambil adalah buku memiliki dua aspek yang berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu aspek komunikasi dan aspek estetika.

(36)

3. Jenis- jenis teknik pembuatan pop up

Menurut V.Ryan ada beberapa teknik-teknik lipatan pembuatan pop up : a. V-folding

Menambahkan panel lipatan pada sisi gambar yang akan ditempelkan. Panel itu diletakkan di sisi dalam kartu sehingga tidak nampak dari luar. Sudut harus diperhatikan benar-benar agar tidak terjadi kemiringan. b. Internal Stand

Biasa digunakan sebagai sandaran kecil, sehingga pada saat dibuka, gambar akan berdiri. Dibuat dengan cara potongan kertas yang dilipat tegak lurus dan diberi panel untuk ditempelkan pada kartu.

c. Rotary

Caranya dengan membuat dua bagian secara terpisah dan disatukan oleh sebuah poros ditengah. Harus memperhatikan ketepatan posisinya sehingga pada saat diputar, gambar yang nampak melalui lubang yang disediakan dan tidak melenceng.

d. Mouth

Teknik yang biasa digunakan untuk gerakan mulut suatu karakter di film kartun. Dengan satu potongan di bagian yang dilipat, lalu satu sisi dilipat ke atas dan satu kebawah dengan sudut tertentu. Lalu kedua sisi yang dilipat dibuka kembali dan dilipat ke bagian dalam kartu.

e. Paralel Slide

Biasa digunakan untuk memungkinkan ada gerakan secara segaris. Cara membuatnya dengan membuat lubang secukupnya sebagai lintasan, kemudian tempelkan gambar dan panel dengan posisi berturut-turut :

(37)

Gambar – Kartu – Panel, sehingga kartu terletak dilapisan tengah. Dengan demikian gambar dapat digerakkan satu arah.

4. Kelebihan buku pop up

Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.

Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku cerita ilustrasi biasa adalah ia memberikan kejutan- kejutan dalam setiap halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. “Pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka memiliki andil ketika mereka membuka halaman buku”( Robert Sabuda,Okcit hal 1). Hal ini membuat pembaca memancing antusias pembaca dalam mengikuti ceritanya karena mereka menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.

Buku pop-up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat lebih dapat terasa. Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa nyata ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap halamannya. Gambar dapat secara tiba-tiba muncul dari balik halaman atau sebuah bangunan dapat

(38)

berdiri megah ditengah-tengah halaman dengan cara pemvisualisasi ini, kesan yang ingin ditampilkan dapat lebih tersampaikan. Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos, legenda.

5. Kekurangan buku pop up

Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga. Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik yang dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih berdimensi, waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya. Seperti pada yang dimiliki oleh buku robert sabuda, ia memiliki 1000-1500 pekerja yang dapat menghasilkan 10.000 hingga 15.000 buah buku pop-up dalam tiap minggunya (Robert Sabuda, Okcit hal 1). 5 Hal ini meyebabkan buku pop-up menjadi lebih mahal dari pada buku cerita ilustrasi pada umumnya. Selain dari itu penggunaan material buku yang lebih berkualitas juga membuat buku seperti ini lebih mahal.

6. Manfaat Pop Up

Buku pop-up memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, seperti mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya dengan lebih baik, lebih mendekatkan anak dengan orang tua karena buku pop-up

(39)

memiliki bagian yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua duduk bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita (Robert Sabuda, Okcit hal 1) (mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak), dapat mengembangkan kreatifitas anak, merangsang imaginasi anak (Hassan Nur, 2008), menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda). Manfaat lain dari buku pop-up adalah media ini dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan terhadap membaca. Dibandingkan dengan buku cerita anak yang biasa, buku pop-up dapat lebih memberikan kenikmatan dalam membaca cerita. Dalam menikmati buku pop-up, anak tidak hanya membaca sebuah cerita, mereka dapat berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan, pengamatan atau bahkan melalui suara yang disajikan dalam buku pop-up. Unsur kejutan yang dimiliki buku pop-up dapat menumbuhkan rasa penasaran anak terhadap kelanjutan suatu cerita sehingga membuat anak semakin gemar untuk membaca.

C. Tinjauan Media

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”yang secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Beberapa definisi menurut para ahli tentang multimedia. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997:2) media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi, sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995:136) adalah media adalah alat bantu apa saja yang dapat

(40)

dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (2001:4) yaitu media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar.

Selain itu, Bovee (1987) dalam bahwa “Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan”. Jadi, media merupakan alat perantara yang diciptakan untuk menyalurkan pesan dengan tujuan agar pemakai dapat lebih mudah dalam mencapai suatu tujuan.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secar terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Rosyada Dede, 2008:8). Menurut Latuheru dalam Hamdani (2005) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi dengan guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Definisi ini sejalan dengan definisi yang disampaikan oleh Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Tecnology) di Amerika, yaitu segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

Menurut Derek Rowntree, media pembelajaran berfungsi membangkitkan motivasi belajar, mengulang apa yang telah dipelajari, menyediakan stimulus

(41)

belajar, mengaktifkan respon siswa, memberikan balikan dengan segera, dan menggalakkan latihan yang serasi.

Menurut McKnown, media memiliki 4 fungsi, yaitu mengubah titik tekan pengajaran dari instruksional akademis menjadi pengajaran yang mementingkan kebutuhan kehidupan siswa, membangkitkan motivasi belajar, memberikan kejelasan, dan memberikan rangsangan.

Menurut Edgar Dale dkk. media berfungsi memberikan dasar pengalaman kongkret, mempertinggi perhatian siswa, memberikan realitas, memberikan hasil belajar permanen, menambah perbendaharaan non verbalistik, dan memberikan pengalaman baru. Sedangkan Menurut Sudjana dan Rifa’i media pembelajaran berfungsi agar pengajaran lebih menarik siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, memperjelas makna bahan pengajaran, metode pengajaran lebih bervariasi, dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar lebih banyak.

3. Jenis- jenis Media

Menurut Rudi Brets dalam Sudarajat (2008 : 52) membagi media berdasarkan indera yang terlibat yaitu :

a. Media audio

Media audio yaitu media yang hanya melibatkan indera pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini menerima pesan verbal dan non- verbal. Pesan verbal audio yakni bahasa lisan atau

(42)

kata-kata, dan pesan non-verbal audio adalah seperti bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan lain-lain.

b. Media visual

Media visual yaitu media yang hanya melibatkan indera penglihatan. termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media visual non-cetak. Pertama, media visual-verbal adalah media visual yang memuat pesan visual-verbal (pesan linguistik berbentuk tulisan). Kedua, media visual non-verbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan non-verbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis, seperti gambar (sketsa, lukisan dan foto), grafik, diagram, bagan, dan peta. Ketiga, media visual non-verbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa model, seperti miniatur, mock up, specimen, dan diorama.

c. Media audio visual

Media audio visual yaitu media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam suatu proses. Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan non-verbal yang terdengar layaknya media visual juga pesan non-verbal yang terdengar layaknya media audio diatas. Pesan visual yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti film dokumenter, film drama, dan lain-lain.

(43)

4. Pesan Dalam Media

Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk khalayak sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif, untuk itu pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Command attention

Kembangkan suatu idea tau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan khayalayak sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.

b. Clarify the massage

Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang effektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi khalayak sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.

c. Create trust

Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Katakanlah masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare, dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau dan mudah didapat didekat tempat tinggalnya.

d. Communicate a benefit

Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Khalayak sasaran termotivasi membuat jamban misalnya, karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare misalnya

(44)

e. Consistency

Pesan harus konsisten, artinya bahwa sampaikan satu pesan utama dimedia apapaun secara berulang, misal di poster, stiker, dll, tetapi maknanya akan tetap sama.

f. Cater to the heart and head

Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekedar member alas an teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata. g. Call to action

Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong khalayak sasaran untuk bertindak sesuatu.“Ayo, cuci tangan pakai sabun” adalah contoh ungkapan yang memotivasi kearah suatu tindakan.

D. Tinjauan Promosi Kesehatan

1. Pengertian Promosi

Philip Kotler (1997: 42) mendefinisikan promosi sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari produknya dan untuk meyakinkan konsumen agar membelinya. Rambat lupiyaadi (2001: 108) mendefinisikan promosi sebagai salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasanya. Julian Cummins (1991: 11) mendefinisikan promosi sebagai serangkaian teknik yang digunakan untuk mencapai sasaran penjualan atau pemasaran dengan menggunakan biaya yang efektif, dengan memberikan nilai

(45)

tambah pada produk atau jasa baik kepada perantara maupun pemakai langsung, biasanya tidak dibatasi dalam jangka waktu tertentu.

Ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan dan konsumen dalam kegiatan pembelian sesuai keinginan dan kebutukan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat – alat promosi.

2. Pengertian Kesehatan

Kesehatan menurut Undang no. 9 tentang pokok-pokok kesehatan dalam bab I pasal 1 yang dimaksud dengan kesehatan dalam Undang-undang ini adalah yang meliputi kesehatan badan,rohani,dan sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,cacat. Dalam tambahan lembar negara RI no.2008 termuat penjelasan UU no. 3 tahun 1960 tentang kesehatan jiwadalam pasal I, kesehatan jiwa menurut faham ilmu kedokteran pada waktu sekarang adalah saat kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektuil dan emosionil yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keaadaan orang lain.

Dalam tambahan lembaran negara RI no.2068 termuat penjelasan UU no.9 tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan dalam pasal 3 yang dimaksud kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam msyarakat, perikehidupan ini harus sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya.

(46)

3. Pengertian Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi didalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (repository.usu.ac.id)

Menurut Green (Notoatmodjo 2005) promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

(47)

a. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

b. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

c. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang

untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan-peraturan, surat keputusan.

Disisi lain Nutbeam dan Keleher (2007) menerangkan bahwa promosi kesehatan adalah proses sosial dan politis yang menyeluruh, yang tidak hanya menekankan pada kekuatan ketrampilan dan kemampuan individu, tetapi juga perubahan sosial, lingkungan dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi kesehatan individu dan masyarakat. Jadi promosi kesehatan adalah proses untuk memungkinkan individu mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan mengembangkan kesehatan individu dan masyarakat. Berlandaskan konsep dasar tersebut, maka area promosi kesehatan pun tidaklah sempit, menurut Keleher (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi kesehatan, yaitu (scribd.com) :

a. Membangun kebijakan kesehatan publik

b. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan c. Memberdayakan masyarakat

d. Mengembangkan kemampuan personal e. Berorientasi pada layanan kesehatan f. Promote social responbility of health

(48)

g. Meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan sosial

h. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan i. Memberdayakan masayarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat. j. Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan

4. Visi Misi Promosi Kesehatan

Promosi Kesehatan di Indonesia telah mempunyai visi, misi dan strategi yang jelas, sebagaimana tertuang dalam SK Menkes RI No. 1193/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Visi, misi dan strategi tersebut sejalan dan bersama program kesehatan lainnya mengisi pembangunan kesehatan dalam kerangka Paradigma Sehat menuju visi Indonesia Sehat. Bilamana ditengok kembali hal ini sejalan dengan visi global.

Visi Promosi Kesehatan adalah “PHBS 2011”, yang mengindikasikan tentang terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan promosi kesehatan adalah aspek budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.

Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat, membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya PHBS di masyarakat, melakukan advokasi kepada

(49)

para pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa yang harus dan perlu dilakukan oleh promosi kesehatan dalam mencapai visinya. Misi tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.

5. Promosi Kesehatan di Sekolah

Kesehatan dibentuk oleh kehidupan sehari-hari (health is created within the setting of everyday life) (WHO 2003). Dalam kehidupan sehari-hari manusia, menghabiskan waktunya ditempat atau tatanan (setting), yakni didalam rumah (keluarga), di sekolah (bagi anak sekolah), dan di tempat kerja (bagi orang dewasa). Oleh sebab itu, kesehatan seseorang juga ditentukan oleh tatanan-tatanan tersebut.

Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu tatanan dimana program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan sekolah yang berwawasan kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat

WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu: a. Advokasi

Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatanmasyarakat sekolah. Guna mendapatkan

(50)

dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting programkesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukankebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan

b. Kerjasama

Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya programpromosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar danberbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan.

c. Penguatan kapasitas

Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakansecara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan sekolah.

d. Kemitraan

Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.

(51)

e. Penelitian

Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional, disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

Berikut ini akan dibahas tujuan, manfaat serta sasaran dari promosi kesehatan sekolah:

a. Tujuan Promosi Kesehatan Sekolah

Tujuan Promosi Kesehatan di sekolah antara lain sebagai berikut :

1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat disekolah

2) Mencegah dan memberantas penyakit menular dikalangan masyarakat sekolah pada khususnya dan masyarakat umum secara keseluruhan

3) Memperbaiki dan memulihkan kesehatan masyarakat sekolah melalui usaha-usaha

a) Mengikutsertakan secara aktif guru, murid dan orang tua murid dalam usaha memberikan pendidikan kesehatan dalam rangka menanamkan kebiasaan hidup sehari-hari, mengawasi kesehatan anak murid serta mengenal kelainan kesehatan sedini mungkin, melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengobatan sederhana.

b) Imunisasi

c) Usaha-usaha pengobatan gigi dan pencegahannya d) Usaha perbaikan gizi anak

(52)

e) Mengusahakan kehidupan lingkungan sekolah yang sehat b. Manfaat Promosi Kesehatan Sekolah

Manfaat Promosi Kesehatan di sekolah antara lain sebagai berikut :

1) Terciptanya derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat disekolah

2) Mata rantai penyakit menular dapat dicegah dan diminimalisir dikalangan sekolah pada khususnya dan masyarakat umum secara keseluruhan

3) Kekebalan tubuh murid sekolah ditingkatkan melalui Imunisasi 4) Kesehatan gigi dan pencegahannya

5) Murid sekolah terjaga dalam hal gizi anak 6) Terciptanya lingkungan sekolah yang sehat c. Sasaran Promosi Kesehatan Sekolah

Sasaran program promosi kesehatan disekolah, antara lain mencakup: 1) Murid Sekolah

2) Komponen komunitas sekolah (murid, guru, pegawai sekolah, dan orang tua murid)

3) Lingkungan Sekolah

E. Tinjauan Kesehatan

Pada saat penciptaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1948, kesehatan didefinisikan sebagai "suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan".

(53)

Pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa kesehatan adalah "sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik."Klasifikasi sistem seperti WHO Keluarga Klasifikasi Internasional (WHO-FIC), yang terdiri dari Klasifikasi Internasional Berfungsi, Cacat, dan Kesehatan (ICF) dan Klasifikasi Internasional Penyakit (ICD) juga menentukan kesehatan.

Secara keseluruhan kesehatan dicapai melalui kombinasi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial, yang bersama-sama sering disebut sebagai Segitiga Kesehatan.

1. Aspek Kesehatan

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :

a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional,

dan spiritual.

1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.

3) Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar

(54)

alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.

c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.

d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.

2. Tujuan Pembangunan kesehatan

Untuk jangka panjang pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut:

a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.

Gambar

Ilustrasi  merupakan  salah  satu  yang  sanga  berperan  besar  dengan  teks  dalam  penyampaian  cerita
Tabel rekapitulasi kunjungan pasien per puskesmas dengan   diagnosa ISPA dan cacingan tahun 2011
Tabel jumlah penyakit diare pada balita   yang ditangani oleh Kabupaten Sukoharjo tahun 2011
Tabel rekapitulasi kunjungan pasien dengan   diagnosa caries dan stomatitis di tiap puskesmas tahun 2011
+2

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi dalam kenyataan sahnya perkawinan menurut pasal ini tidak dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, Terutama bagi mereka penganut aliran

) A theory about elliptical constructions by Quirk a aI (1985:883) says that ellipsis may be more sfictly descnted as "gnmmatical omission", in confast to other kinds

I would like to certify that the thesis entitled “The Effectiveness of Clustering Technique and Direct Instruction in Teaching Writing Skill Viewed from

Dari keterangan yang telah penulis jabarkan tersebut dapat diketahui, bahwa skripsi ini akan membahas atau mengungkapkanpemikiran Muhammad Iqbal tentang “Fungsi Akal dan

gaya hidup, melainkan kesadaran akan konsumsi sehat (heal- thy foods & beverages). Titik-masuk ini sangat berpeluang un- tuk membangun kembali pertanian

Yang dapat dipilih kembali adalah Kepala Desa yang pengangkatan dan pelantikannya tidak berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten Pekalongan

Ciputat Raya No.32 Pondok Pinang Jakarta Selatan 75 Jakarta-RAWAMANGUN Jl.. Pemuda

Menurut penulis hal tersebut perlu dilakukan karena perempuan-perempuan Batak yang belum menikah pada usia di atas 30 tahun tersebut adalah warga jemaat HKBP Bandung sehingga