• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Al-Qur’an 1. Pengertian Pembelajaran

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempit pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar, sedangkan belajara dalah suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Istilah “Pembelajaran” (intruction) berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching).Kata pengajaran hanya bersifat formal dan ada dalam ruang lingkup guru dengan peserta didik di kelas/sekolah. Sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada dalam ruang lingkup guru dengan peserta didik di kelas secara formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan belajar di luar kelas yang mungkin tidak dihadiri oleh guru secara fisik.

Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar peserta didik secara sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional, dan sosial, sedangkan kata “pengajaran” lebih cenderung pada kegiatan mengajar guru di kelas. dengan demikian, kata “pembelajaran” ruang lingkupnya lebih luas dari pada kata “pengajaran”.

Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya peserta didik,

(2)

11

baik dikelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan.(Arifin, 2010: 10).

Menurut undang-undang Republik Indonsia No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang belangsung dalam suatu lingkungan belajar (Sanjaya, 2013: 195).

Buku dengan judul “Kurikulum dan Pembelajran” karya Hamalik juga menyinggung tentang arti. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa: “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran” (Hamalik, 2013: 57)

Pembelajaran bersal dari kata ajar, demikian juga dengan pengajaran, bersal dari kata ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ajar merupakan kata benda yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang lain agar diketahui. Pelajaran adalah diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang untuk belajar. Orang yang belajar tersebut disebut pembelajar.Kemudian, belajar sendiri berarti berusaha menperoleh kepandaian atau ilmu, latihan, perubahan tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Wiyani, 2013: 19-20).Jadi, pada hakikatnya pembelajaran merupakan proses menjadikan seseorang agar mau melajar dan mampu belajar melalui berbagai pengalamannya agar tingkah lakunya berubah menjadi lebih baik.

Pembelajaran yang diidentikan dengan kata “mengajra” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang

(3)

12

supaya diketahui (dituruti) ditambah dengan awala “pe” dan akhiran “an” menjadi “pembelajaran” yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Wenger (2006:1) mengatakan bahwa:

“Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seeorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level apa yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial”(Huda, 2015: 2).

Aktivitas proses pembelajaran ditandai dengan terjadinya interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan, berakar secara metodologis dari pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar secara pedagogis pada diri peserta didik. Pembelajaran tidak terjadi seketika, melainkan berproses melalui tahapan-tahapan yang dicirikan dengan karakteristik tertentu.Pertama.melibatkan proses mental siswa secara maksimal dalam proses pembelajran. Kedua.membangaun suasana dialogis dan proses tanya jawab secara terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemammpuan berpikir peserta didik untuk membantu memperoleh pengetahuan yang mereka konrtuksi sendiri (Sagala, 2014: 63).

Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau instuere yang berarti menyampaikan pikiran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajara yang melibatkan proses mintal dan fisik melalui interaksi antar

(4)

13

anak didik, anak didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran (Djamarah, 2014: 324).

Melalui beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antara dua pihak antara guru dan peserta didik, dimana seorang guru memberikan mempelajaran atau hal baru kepada peserta didik secraa bertahap, mulai dari membangun mental peserta didik yang mulanya peserta didik belum berani untuk berinteraksi dengan guru dan teman sebayanya, dan kemampuan untuk berpikir berusaha mendapatkan pengetahuan yang mereka dapatkan sendiri. Pembelajaran ini bisa dilakukan dimana saja asalkan lingkungan dan materi yang disampaikan membangun antusias peserta didik.

2. Unsur-unsur pembelajaran

Secara sederhana, terdapat beberapa unsur yang haus terpenuhi dalam pembelajaran. Di anaranya: pertama, adanya pendidik dan peserta didik tyang sama-sama belajar. Kedua, adanya tujuan atau maksud yang akan di capai. Ketiga, adanya materi yang menjadi bahan pembelajaran.Keempat, adanya lingkungan yang kondusif sebagai tempat belajar.Kelima, adanya alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan (Mawaddati, 2012: 24).

Menurut Hamalik, ada beberapa unsur pembelajaran yang berkaitan dengan guru yaitu:

a. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru. Unsur ini terdiri atas motivasi membelajarakan siswa dan kondisi guru siap membelajrakan siswa.

(5)

14

b. Unsur pembelajaran yag berkaitan dengan unsur-unsur dari proses beljara itu sendiri yang meliputi: sumber bahan belajara, alat bantu belajar, suasana belajar dan subyek belajar (Hamalik, 2013: 77).

Artinya, pembelajaran tidak akan tercapai tanpa adanya kesiapan guru, peserta didik, alat, dan materi yang saling melengkapi, materi tidak akan tersalurkan dengan baik kepada peserta didik jika tidak ada interaksi yang baik antara guru dan peserta didik.

3. Prinsip-prinsip pembelajaran

Prinsip merupakan sebuah kebenaran atau kepercayaan yang diterima sebagai dasar dalam berfikir atau bertindak.

Dalam pembelajaran terdapat beberapa prinsip, diantaranya adalah:

a. Perhatian dan motivasi, perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan pembelajaran, tanpa adanya perhatian maka pelajaran yang diterima dari pendidik adalah sia-sia.

b. keaktifan, belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks.

c. Keterlibatan langsung/berpengalaman, dalam diri peserta didik terdapat banyak kemungkinan dan potensi yang akan berkembang.

d. Peragaan, merupaka alat bantu untuk memperjelas pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik.

e. Apersepsi, merupakan pemahaman pada peserta didik.

f. Korelasi dan konsentrasi, yakni peserta didik mempunyai keterkaitan dan kosentrasi/fokus dalam belajar.

(6)

15

g. Perbedaan individual, pada dasarnya setiap individu mempunyai satu kesatuan, yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tidak ada yang sama baik dari aspek fisik maupun psikis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa trdapat beberapa prinsip yang berbeda terkait dengan proses pembelajaran. Prinsip-prinsip tersebut tentu tidak akan berdiri sendiri tanpa adanya keterkaitang antara satu prinsip dengang prinsip yang lain. Misalnya perhatian dan motivasi akan muncul apabila peserta didik mampu aktif dan keaktifan tersebut dapat diraih melalui penggunaan alat peraga.

4. Ciri-ciri Pembelajaran

Beberapa tokoh mengemukakan ciri dari pembelajaran, dianrtaranya Hamalik mengatakan ada tiga ciri pembeelajaran yaitu:

a. Rencaana. Artiinya harus ada penataan komponen-komponen pembelaajaran ke dalam suatu reencana khusus.

b. Kesaling tergantungan (interdependence). Artinya setiap komponen-komponen pembelajaran harus bersifat selaras dan manpu memberiikan korelasinnya terhadap pembelajaraan

c. Tujuan. Artinya sistem pembelajaran perlu adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai (Hamalik, 3013: 66).

Maksud dari yang dikemukakan oleh Hamalik, harus ada tujuan tertentu yang hendak dicapai, adanya serasi dan korelasi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, tanpa adanya korelasi

(7)

16

tersebut pembelajaran tidak akan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

5. Teori Pembelajaran John B. Watson

Ilmu psikologi pendidikan memiliki banyak tokoh yang berkecimpung di dalamnya. Salah satu tokoh yang berperan dalam diunia psikologi pendidikan yaitu John B. Watson yang dikenal sebagai pencetus teori pembelajaran behaviiorisme.

Lahirnya teori behaviorisme ini berangkat dari asumsi bahwa perubahan yang terjadi dalam tinggkah laku manusia dapat terjadi sebagai akibat dari interraksi antara stimulus dan respons melalui conditioning. Stimuluss yng di maksud operant conditioning adalah stimulus tersebut diberikan kepada pembelajar untuk merangsang mengembangkan perilaku seperti yang dikehendaki dalam belajar (Uno, 2012: 103).

Belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan oleh kematangan dan suatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya respot utama (Hanafy, 2014: 68).

Artinya dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahawa didalam sebuah proses pembelajaraan harus adanya interaksi yang bersiifat stimulus antar pendidik dan peserta didik. Bentuk interaksi tersebuf dapat diklakukan melalului hubungan stimulus dan respont yang menjadi jembatan antar pendidik dan peserta didik.

(8)

17 2. Al-Qur’an

Pengertian Al-Qur’an

Secara bahasa diambil dari kata اًنَأ ْرُق َو – ًةَأ َر ق– ُأ َرْقَي – َأ َرَق yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini mempunyai anjuran kepada umat Islam untuk membaca Al-Qur’an (Anshori, 2013: 17).

Al-Qur’an menurut istilah adalah firman Allah SWT.Yang disampaikan oleh malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan. (Anshori, 2013: 18).

Artinya, Al-Qur’an merupakakan perkataan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk dijadikan pedoman hidup bagi ummat Islam.

Kata Qur’an yang berarti “Bacaan”secara gramatikal diturunkan dari bahasa Arab qora’a yang berarti “membaca”.Namun, Al-Qur’an bukan bacaan biasa. Al-Qur’an adalah kalamullah, Firman Allah, atau perkataan Allah, yang tentu saja tidak sama dengan perkataan manusia. Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk ibadah yang mendapatkan pahala, apalagi bila dibaca dengan tartil, yaitu dengan merdu, tertib, dan sesuai dengan ilmu tajwid.Sedangkan menurut istilah Al-Qur’an adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Secara mutawatir dan berangsur-angsur melalui malaikat jibril sebagai sumber pedoman hidup manusia. (Wahyuni, 2018: 50).

(9)

18

Imam As Suyuti mengatakan bahwa pengajaran Al-Qur’an pada nak usia dini merupakan salah satu yang paling penting di antara pilar-pilar Islam, sehingga mereka bisa tumbuh dan berkembang di atas fitrahnya, begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu masuk ke hati mereka, sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai oleh kemaksiatan dan kesesatan.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupkan sumber utama ajaran Islam dan menjadi petunjuk kehidupan manusia karena isinya mencakup segala pokok ajaran agama yang disyariatkan Allah kepada manusia. Maka wajib bagi setiap Muslim untuk mempelajari dan mengamlakan dalam kehidupan sehari-hari, di samping itu hal-hal yang tidak kalah penting adalah mengajarkan kembali kepada orang lain, seperti keluarga, tetangga, teman, dan lain-lain. Pengajaran Al-Qur’an hendaknya dimulai dari masa anak-anak dimana masa tersebut merupkan masa awal pertumbuhan dan perkembangan berfikir. (Rochanah, 2019: 105).

Jadi, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan oelh Allah kepada Nabi Muhammad untuk dijadikan pedoman kehidupan bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari sesuai syai’at Islam, dan wajib bagi kita untuk mengamalkannya, dan diamalkan pula pada orang lain.

Terkait pembeljaaran maupun pengertian Al-Qur’an sudah dipaparkan dari penjelasan sebelumnya. dari kedua pengertian tersebut, yaitu pengertian pembelajaran dan pengetian Al-Qur’an, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksuk pembelajaran Al-Qur’an ialah setiap

(10)

19

kegiatan dan prosesuntuk membantu mendapatkan ilmu-ilmu atau nilai-nilai baru dari kitab Al-Qur’an.

B. Model-Model Pembelajaran Al-Qur’an

Mengenai metode pembelajaran Al-Qur’an yang berkembang ditengah-tengah masyarakat, banyak sekali yang digunakan diantaranya: Iqro’, Tilawati, Ummi, dan At-Tartila. Berikut ini penjelasan dari berbagai metode tersebut.

a. Iqro’

Iqro’ merupakan suatu mmetode pembelajran Al-Qur’an yang muncul pada sekitar tahun 1980-an. Model ini dicetuskan oleh K.H As’ad Human. Dalam metode iqro’ ini terdapat enam jilid untuk memudahkan cara membaca cepat dalam Al-Qur’an.

Pembelajaran Al-Qur’an yang terdapat dala metode iqro’ ini menggunakan 10 sifat: sifat-sifat pengajaran tersebut antara lain: Pertama,Bacaan langsung. Tahap pertama ini bertujuan agar santri mampu membaca langsung tanpa mengeja terlebih dahulu. Kedua, CBSA. Cara belajar ini santri aktif membaca sendiri setelah djelaskan pokok bahasannya. Maksudnya guru fokus menyimak saja. Ketiga,Privat/Klasikal. Tahapan ini bertujuan agar guru mampu menyimak satu persatu untuk mengetahui kemampuan santri dalam membaca. Keempat,Asistensi artinya santri belajar pada teman sebaya yang lebih mengusai materi. Kelima,Praktis artinya dalam buku iqro’ ini tidak ada bab khusus mengenai tajwid, karena ilmu tajwid sudah dipelajari dari jilid

(11)

20

1 hingga jilid 6. Keenam, Modul sistem pembelajran. Maksundnya agar santri belajar mandiri tanpa dijelaskan oleh guru. Ketujuh, sistematis. Artinya, materi sudah disesuaikan dari yang paling mudah hingga naik bertahap ke jilid 6. Kedelapan, variatif. Dalam penyampaian pelajaran dilakukan secara individual dan klasikal. Kesembilan, komunikatif. Artinya siswa dapat belajar dengan mudah, karena kalimat-kalimat didalamnya bersifat sederhana. Kesepuluh, Artinya apabila siswa sudah dirasa mampu menagji dengan baik, maka tidak perlu membaca keseluruhan halaman, cukup dengan mengetahui pokok bahasan saja dan dibaca secara acak (Human, 2018: 59-61).

b. Tilawati

Tilawati merupakan sebuah metode pembelajaran Al-Qur’an yang dicetuskna oleh KH Masrur Masyhud, M.Thohir Al Aly, Hasan Sadzili, dan Ali Muaffa. Dalam metode Tilawati ini terdapat enam jiilid dan ditambah dngan bacaan gharib dan musykilat.

Metode ini memiliki pendekatan pembelajaran sebagai berikut: (a) klasikal, pendekatan ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara berkelompok yakni semua santri dalam waktu yan sama melakukan kegiatan belajara sama dengan menggunakan alat peraga. (b) individual, pendekatan ini merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan denagn cara menbaca satu persatu dan yang lain menyimak. (c) variatif. (d) santri yang mampu menyelesaikan jilidnya langsung melakukan tes naik jilid untk menentukan layak melanjutkan ke jilid selanjutnya atau tidak. (Santoso, 2018: 75).

(12)

21

Kelebihan dari metode Tilawati ini jika dilihat dari srruktur dan implementasinya, terletak pada alat peraga, jadi disini pembelajarannya lebih menekankan pada santri yang lebih aktif, sehingga pembelajaran tidak terkesan menoton.

c. Ummi

Ummi merupakan sebuah metode pembalajran membaca Al-Qur’an yang disusun oleh Masruri dan Ahmad Yusuf, Muzammil MS, Nurul Hidayat, dan Samidi. Dalam metode ini terdapat enam jilid dan dan ditambah dengan gharibul musykilat dan ilimu tajwid dasar. Metode ummi memiliki tujuh tahapan pembelajaran, diantaranya adalah: Pertama, Pembukaan, maksudnya kegiatan pengkondisian para santri untuk siap belajar, kemudian dilanjutkan dengan salam pembuka dan berdoa bersama-sama. Kedua, Apersepsi, artinya mengulang kembali materi yang sudah diajarkan sebelumnya untuk dapat dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan. Ketiga, Penanaman konsep, artinya proses penjelasan materi/pokok bahasan yang akan diajarkan. Keempat, Pemahaman, artinya memahamkan suatu contah kepada santri. Kelima, Keterampilan/latihan, artinya melancarkan bacaan santri dengan cara mengulang-ulang contoh yang ada pada pokok bahasan dan halaman latihan. Keenam, Evaluasi, artinya guru mengamati cara baca santri sekaligus memberi nilai pada buku prestasi.Ketujuh, Penutup, guru mengkondikan sanrti untuk persiapan mengahiri pembelajaran, dengan ditambah mereview pelajaran yang telah dijelaskan (Ummi Foundation, 2015:10).

(13)

22 d. At-Tartila

At-Tartila merupakan pembelajran yang memiliki dua pendekatan. Dua pendekatan tersebut antara lain: Pertama, pendekatan nama huruf, yakni pembelajaran pelafalan huruf hijaiyah. Kedua, pendekatan fungsi huruf atau pendekatan bunyi, yaitu pembelajaran membaca huruf Arab yang berharokat. Metode Al-Tartila terdapat lima jilid, diantaranya sebagai berikut: Jilid pertama, penekanan pada penciptaan suasana untuk menarik perhatian pada santri. Guru menyebutkan nama huruf kemudian mencontohkan bacaan setiap baris yang ada pada halaman. Dan guru mengenalkan nama abjad dan angka Arab yang ada di halaman paling dibawah. Jilid kedua, penekanan pada huruf hijaiyah yang berharokat kasroh dan dhammah,kemudian guru mengenalkan angka Arab. Jilid keiga, pengenalan tentang bunyi harokat tanwin, mengenalkan bacaan huruf bersambung, mengenalkan hukum bacaan mad thabi’i, mad shilah qoshiroh, mengenalkan bunyi dan bentuk Ta’

marbutah, serta mengenalkan bunyi bacaan sukun pada tiap-tiap huruf. Jilid keempat, pengenalan bunyi huruf yang bertasydid, hamzah washal, bacaan ghunnah, idzhar halqi, idzhar syafawi, idzhar qomariyah, dan idgham syamsiyah. Jilid lima, adalah pengenalan bunyi bacaan qalqalah, mad aridl lissukun, mad iwadl, mad wajib muttashil, mad jaiz munfashil, bacaan ro’, mad lazim mutsaqqal kalimi, mad lazim mukhaffaf kalimi, mad lazim mutsaqqal harfi, mad lazim mukhaffaf harfi.

(14)

23

Berdasarkan pada uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan pada metode ini terletak pada kelengkapan materi ilmu tadwid yang disampaikan kepada santri, sehingga santri lebih memahami cara mempelajari Al-Qur’an dengan ilmu tajwid.

C. Metode Qiro’ati

1. Sejarah Lahirnya Metode Qiro’ati

Metodepembelajaran Qiro’ati merupakan sebuah metode pembelajaran membaca Al-Qur’an yang terinspiratif dan mudah dipahami oleh kebanyakan maysarakat sebelummya. Jika diliihat dari sejarah lahirnnya, Qiro’ati merupakaan metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterbitkan oleh

H. Dachlan Salim Zarkasyi di Semarang pada tahun 1963.

Berawal dari ketidak puasan ketika melihar prosess belajar mengajar Al-Qur’an di Madrasah, Moshallah, Masjid dan lembaaga pada umumnya yang belum bias membaca Al-Qur’an denagn baik dan benar, KH. Dachlan Salim Zarkasyi meluangkan waktunya untuk melakukan pemantauan ke lembaga-lembaga yang mengajarkan Al-Qur’an, namum setelah melakukan pemantauan metode yang digunakan oleh para pengajar Al-Qur’an merupakan metode yang bisa dikatakan lamban dan para penjagar dalam mengajar ngaji sesuka-suka, sehinga hasil tidak maksimal dan tidak sesuai qaidah tajwid.

Berangkat dari itulah H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyuusun metode baca tulis Al-Qur’an yang sangat praktis. Berkat pertolongan Allah beliau telah menyusun 10 jiilid yang sangat sederhana, dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al-Qur’an beliau

(15)

24

sering melakukan studi banding ke berbagai pesantren dan Madrasah Al-Qur’an dan sampai ke Pondok Pesantren Mambaul Hisan Sidayu Gresik Jawa Timur tepatnya pada bulan Mei 1986 yang pada saat itu di dampingi oleh Almukarrom KH. Muhammad.

Sebulan setelah silaturrahmi ke Pondok Pesantren Mambaul Hisan Sidayu Gresik Jawa Timur. H. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al-Qur’an sekaligus mempraktekan dan mengujinya metode yang di susun oleh beliau dengan targer rencana 4 tahun seluruh muridnya khatam Al-Qur’an, berkat pertolongan Allah SWT, dalam perjalanan 7 bulan sudah ada beberapa santri yang sudah bisa membaca ayat Al-Qur’an, serta dalam jangka 2 tahun telah khatam Al-Qur’an dan mampu membaca dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid. Karena adanya keberhasilan dari metode tersebut, H. Dachlan Salim Zarkasyi melakukan evaluasi dan juga meminta penilaian dari para kiyai Al-Qur’an atas metode yang susunnya. Atas usul dari ustadz A Djoned dan ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama “Qiro’ati” yang artinya “Bacaanku” Dimana Pada saat itu sudah ada sepuluh jilid yang beliau susun.

Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan metode Qiro’ati, tampaknya H. Dachlan Salim Zarkayi sangat didukung oleh para Kyai Ulumul Qur’an, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namum kehidupannya selalu dekat dengan Kyai sehingga tampak tawadhu’, mukhlis dan berwibawa. Atas restu para Kyai metode Qiro’ati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al-Qur’an di masjid, TKA, TPQ, pesantren dan sekolah Umum. Hari

(16)

25

demi hari, tahun demi tahun perkembangn Qiro’ati semakin menyebar keseluruh peloso bahkan dibeberapa Negara Asing tercatat sampai tahun 2000 telah masuk ke Negara Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Dalam berrkembangnya metode tersebut KH. Dachlan Salim Zarkasyi rasa khawatirnya sangat besar diktakutkan metode tersebut hanya diperjual belikan saja, maka dari itu pada tahun 1990 beliau mengungdang semua kepala TKA/TPQ dan lenbaga yang mengunakan metode Qiro’ati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashih ulang para kepala TKA/TPQ dan pengelola Qiro’ati skaligus menunjuk koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia.

Dari hasil Silatnas Qiro’ati tersebut ada beberapa hal yang di sampaikan berupa amanat untuk seluruh pengguna Qiro’ati, diantaranya: pertama, tidak memyebar luaskan Qiro’ati tetapi ingin menyebarkan ilmu Qiro’ati yang di ijazahkan. Kedua, Qiro’ati tidak untuk dijual belihkan secara bebas.Ketiga,Siapa saja boleh belajar dan mengajar Qiro’ati dengan syarat mau ditashih. Keempat, Para koordinator yang lulus ditashih diperbolehkan mentashih para calon guru Qiro’ati dan menyebarkan Qiro’ati untuk sarana belajar Al-Qur’an di cabang dan daerah masing-masing. Dengan demikian metode Qiro’ati menyebar luas sampai sekarang ini (Ustman, 2016: 14-16). 2. Pengertian metode Qiroati

Metode Qiroati merupakan suatu metode yang digunakan untuk membaca Al-Qur’an dengan cara langsung memasukkan danmempraktekan bacaan al-Qur’an secara tartil sesuai ilmu kaidah dalam tajwid.

(17)

26

Metode Qiroati pada dasarnya merupakan salah satu metode yang cukup praktis dalam memudahkan mempelajaribacaan Al-Qur’an secara cepat dan tepat. Metode Qiroati dalam praktiknya langsung memasukkan dan mempraktekkna bacaan Al-Qur’ansesuai tartil dengan kaidah yang berlaku dalam ilmu tajwid. dari penjelasan ini bahwa Qiroati merupakan suatu metode yang mana ketika belajar membaca al-Qur’an langsung dipraktekkan sesuai ilmu tajwid dan gharib (Rochanah, 20019: 105-106). Metode Qiroati memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

a. Praktis, mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik b. Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan peserta didik

c. Peresta didik aktif dalam belajar membaca, guru hanya menjelaskan pokok pembelajran dan memberi contoh bacaan.

d. Peresta didik walaupun belum mengenal ilmu tajwid sudah bisa mempraktekkan bacaan Al-Qur’an dengan bertajwid

e. Peserta didik menguasai ilmu tajwid dengan praktis dan mudah

f. Setelah hatan mempraktekkan ilmu tajwid peserta didik akan melanjutkan pada bacaan Gharib.

g. Jika peserta didik sudah hatam 6 jilid beserta gharib, maka peserta didika akan di tes dan mendapatkan syahadah jika lulus.

Kekurangan metode Qiroati diantaranya:

a. Peserta didik tidak diperbolehkan membaca dengan mengeja. b. Santri kurang menguasai huruf hijaiyah secara urut.

(18)

27

d. Bagi santri yang tidak lancar lulusnya juga akan lebih lama, karena metode ini lulusnya tidak ditentukan (Rochanah, 2019: 47).

3. Makharijul Huruf

Pengertian Makharijul Huruf

Kata tajwid artinya membaguskan bacaan, huruf-huruf, kalimat Al-Qur’an satu persatu secara teratur, tartil, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Ada pendapat lain yang mengatakan, bahwa tajwid adalah mengeluarkan setiap huruf dari makhrojnya dan memberikan hak setiap huruf (yaitu sifat yang melekat pada huruf tersebut seperti qalqalah, hams dal lain-lain).

Kata makhraj berasal dari fi’il madhi yaitu َج َرَخ yang artinya keluar. Yang ber-wazan لَعْفَم dan ber-sighat isim makan, maka menjadi ج َرْخَم. Bentuk jamakmya adalah ج راَخَم, karena itu, makharijul huruf artinya “tempat-tempat keluar huruf”.

Secara bahasa, makhraj artinya tempat keluar, sedangkan secara istilah makhraj adalah suatu nama tempat yang padanya huruf dibentuk atau diucapkan.

Penjelasan di atas tersebut memberikan gambaran bahwa dari segi bahasa makharijul huruf memiliki makna “tempat-tempat keluarnya huruf”. Sedangkan sacara istilah makharijul huruf yaitu “tempat-tempat atau letak keluarnya huruf-huruf hijaiyah ketika membunyikan”.

Semua huruf hujaiyah, masing-masing mempunyai makhraj (tempat keluar) tersendiri. Secara umum makharijul huruf terbagi menjadi lima bagian, diantaranya sebagai berikut:

(19)

28

a. Al-Jauf: Tempat makhraj terletak di rongga mulut (Jauf artinya rongga) b. Al-Halq: Tempat makhraj terletak di rekungan (Halq artinya rekungan) c. Al-Lisan: Tempat makhraj terletak di lidah (Lisan artinya lidah)

d. Asy-Syafatain: Tempat makhraj terletak di dua bibir (Syafatain artinya dua bibir)

e. Al-Khaisyum: Tempat makhraj terletak di pangkal hidung (Khaisyum artinya pangkal hidung) (Hafidz, 2016: 32).

Sebagai seorang muslim, mempelajarai ilmu makharijul huruf kemiliki kedudukan yang sangat penting. Karena dengan mempelajari ilmu ini seorang muslim dapat melafadzkan huru-huruf hijaiyah dengan tepat sesuai keluarnya makhroj, sehingga dapat membaca Al-Qur’an dengan fasih dan benar.

Ringkasan huruf-huruf hijaiyah beserta makhraj dan sifat-sifatnya sebagai berikut:

No Huruf Makharijul Huruf Sifatul Huruf

1. Hamzah (ء)

Tenggorokan bagian dalam (daerah pita suara)

1. Jaharr 2. Syiddahh 3. Istifall

4. Infitahh 5. Ishmatt 2. Ba’ (ب) Merapatkan kedua bibir

1. Jaharr 2. Syiddahh 3. Istifall 4. Infitahh

3. Ta’ (ت) Ujung liah bersama pangkal gigi seri bagian atas

1. Mahmus 2. Syiddahh 3. Istifall 4. Infitahh 5. ishmatt

4. Tsa’ (ث) Ujunggliah dengannujungggigii seri bagian atass

1. Mahmus 2. Rakhawahh 3. Istifall 4. Infitahh 5. ishmatt

(20)

29

No Huruf Makharijul Huruf Sifatul Huruf

5.

Jim (ج) Bagian tengahhlidahhdan bagian tengahllangit-langittmulut paling atas

1. Jahar 2. Syiddah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat 6. Qalqalah 6.

Ha (ح) Tenggorokan bagian tengan (katup pangkal tenggorokan) 1. Mahmus 2. Rakhawah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat 7. Kha’ (خ) Tenggorokan paling atas (daerah pangkal lidah dan langit-langit yang

lunak) 1. Mahmus 2. Rakhawah 3. Isti’laa 4. Infitahh 5. ishmatt 8.

Dal (د) Ujungglidahhbersama pangkal gigiiseri bagian atass

1. Jahar 2. Syiddah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat 6. Qalqalahh 9. Dzal (ذ) Ujungglidahhdengannujungg gigiiseribagian atass 1. Jahar 2. Rakhawah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat

10. Ra’ (ر) Ujung lidah beserta gigi seri yang sejajar hampir mendekati makhraj Nun 1. Jahar 2. Tawassuth 3. Istifal 4. Infitah 5. Idzlaq 6. Inhiraf 7. Takrir 11.

Zai (ز) Ujung lidah beserta lapisan bagian dalam gigi seri bagian bawah

1. Jahar 2. Rakhawah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat 6. Shafir 12.

Sin (س) Ujung lidah beserta lapisan bagian dalam gigi seri bagian bawah

1. Mahmus 2. Rakhawah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat 6. shafir

(21)

30

No Huruf Makharijul Huruf Sifatul Huruf

13.

Syin (ش)

Bagian tengah lidah dan bagian tengah langit-langit mulut paling atas 1. Mahmus 2. Rakhawah 3. Istifal 4. Infitah 5. Ishmat 6. Tafasysyi 14.

Shad (ص) Ujung lidah beserta lapisan bagian dalam gigi seri bagian bawah

1. Mahmus 2. Rakhawah 3. Isti’laa 4. Ithbaqq 5. Ishmatt 6. Shafirr 15.

Dhad (ض) Tepiillidah denganngerahamm (yang kiriiatauu kkanan)

1. Jahar 2. Rakhawah 3. Isti’laa 4. Ithbaqq 5. Ishmatt 6. Istithalahh 16. Tha (ط) Ujungglidahhdengannurattgigiii yanggdiatas 1. Jahar 2. Syiddah 3. Istiila 4. Ithbaq 5. Ishmat 6. Qalqalahh 17. Dza’ (ظ) Ujunggllidahddenganuujung gigi

yanggdiatas 1. Jahar 2. Rakhawah 3. Isti’laa 4. Ithbaqq 5. Ishmatt 18. ‘Ain (ع) Di tengah rekungan

1. Jahar 2. Tawassuth 3. Istifal 4. Infitah 5. ishmat 19. Ghain (غ) Di ujungrekungan 1. Jahar 2. Tawassuth 3. Isti’laa 4. Infitahh 5. Ishmatt 20. Fa’ (ف) Perutt bibirr yang dibawah dengan

ujung gigi yang di atas

1. Mahmus 2. Rakhawah 3. Istifal 4. Infitah 5. Idzlaqq

(22)

31

No Huruf Makharijul Huruf Sifatul Huruf

21.

Qaf (ق) Pangkal lidah dengan langit-langit

1. Jahar 2. Syiddah 3. Isti’laa 4. Infitahh 5. Ishmatt 6. Qalqalahh 22.

Kaf (ك) Di muka makhrajjQaf

1. Mahmus 2. Syiddah 3. Istifal 4. Infitah 5. ishmat 23.

Lam (ل) Di kepala lidah

1. Jahar 2. Tawassuth 3. Istifal 4. Infitah 5. Idzlaq 6. Ghunnah 24.

Mim (م) Dua perut bibir sebelah luar

1. Jahar 2. Tawassuth 3. Istifal 4. Infitah 5. Idzlaq 6. Ghunnah 25.

Nun (ن) Di muka makhraj Lam

1. Jahar 2. Tawassuth 3. Istifal 4. Infitah 5. Ghunnah 26. Wawu (و)

a. Rongga mulut (apabila dia huruf mad)

b. Antaraadua peruttbibirr (apabila dia menjadi huruf hidup )

1. Jaharr 2. Rakhawahh 3. Istifall 4. Infitahh 5. Ishmatt 6. Layyinn 27.

Hha (ﮬ) Dii pangkal rekungan

1. Mahmus 2. Istifall 3. Infitahh 4. Ishmatt 28. Ya’ (ي) a. Rongga mulut (apabila dia huruf mad) b. Antara dua perutbbibir

(apabila dia menjadi huruff hidup)

1. Jaharr 2. Istifall 3. Layyinn (Utsman, 2018: 21-23

(23)

32 Keterangan:

1. Jahar : Membunyikan huruf dengan tidak bernafas/berhembus. 2. Mahmus : Membunyikan huruf dengan bernafas/berhembus.

3. Syiddah :Membunyikan huruf dengan suara tertahan. Nyata benar tertahannya itu ketika

4. Rakhawah : Membunyikan huruf dengan suara lalu/tidak tertaha. 5. Tawassuath :Membunyikan huruf antara suara tertahan dengan lalu

(pertengahan antara Syiddah dan Rakhawah)

6. Isti’al :Membunyikan huruf dengan cara mengkat pangkal lidah ke langit-langit.

7. Istifal : Membunyikan huruf dengan tidak mengangkat pangkal lidah ke langir-langit.

8. Ithbaq : Membunyikan huruf dengan mengatupkan pertengahan lidah ke langit-langit yang mengakibatkan bunyinya lebih besar

9. Infitah : Membunyikan huruf dengan tidak mengatupkan pertengahan lidah ke langit-langit/tidak melengkungkan keliling lidah ke langit-langit.

10. Izlaq : Membunyikan huruf dengan ringan/lancar 11. Ishmat : Membunyikan huruf dengan tidak ringan/lancar

12. Shafir : Huruf yang keluar dengan bunyi berdesir dan kuat dari antar dua bibir

(24)

33

13. Qalqalah : Membunyikan dengan suara yang berlebih keluar dari makhraj huruf. Qalqalah ini berlaku ketika huruf dalam keadaan mati/waqaf.

14. Layyin : Membunyikan huruf ketika keluar dari makhraj nya, dengan lunak/lembut, tidak boleh dikeraskan dengan menekan suara padanya.

15. Inhiraaf : Membunyikan huruf dengan melenturkan lidah 16. Takrir : Membunyikan huruf denagn lidah bergeletar

17. Tafasysyi : Membunyikan huruf dengan bunyi angin mulut yang beterbangan.

18. Isthitalah : Perpanjangan suara ketika membunyikan hurufnya sampai sesudahnay, berlakunya istithalah bila huruf tersebut bertanda mati/bertsydid atau saat waqaf.

19. Ghunnah : Membunyikan huruf dengan dengung, keluar dari pangkal hidung yang disebut dengan “khaisyum”

5. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi pada pendidikan selanjutnya sudah seharusnya dilakukan secara holistik (menyeluruh). Diharapkan agar seluruh aspek perkembangan yang ada pada anak distimulasi secara optimal. Pada usia dini anak mengalami masa keemasan (Golde Age) yang merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada

(25)

34

masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual (Amrillah, 2017: 25).

Artinya. Anak belajara kata pertama yang diikuti ribuan berikutnya pada usia dini anak mulai interaksi dengan orang di sekitarnya. Mulai dari orang tuanya sampai denagn masyarakat disekitarnya, dan anak mulai dapat membedakan baik dan buruk dan pada usia dini pula anak mulai mengenal nama Tuhan dan Agamanaya.

Dalam pasal 28 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20/2003 ayat 1, disebutkan bahwa yang termasuk anak usia dini adalah anak uyang amsuk dalam rentang usia 0-6 tahun. Menurut kajian rumpun ilmu PAUD dan penyelenggaranya, di beberapa negara PAUD dilaksanakna sejak 0-8 tahun.hingga 5 tahun, dan kelompok. Bredekamp membagi anak usia dini menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok bayi hingga 2 tahun, kelompok 3 hingga 5 tahun, kelompok 6 hingga 8 tahun. Anak usia dini ialah kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dna perkembangan yang bersifat unik (Muhammad, 2012: 18). Jadi, anak usia dini anak yang berkisaran antara 0-8 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang unik.

Anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering disebut Golden Age. Pada masa ini otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah hidupnya (Fauziddin, 2018: 163).Artinya, anak usia dini merupakan anak usia emas, dimana anak akan mengalami perkembangan yang sanagt cepat, dan anak akan cepat memahami apa

(26)

35

yang dilakukan dan diajarkan oleh pengasuhnya. Semisal meniru suatu hal yang kita lakukaan.

1. Pertumbuhan Anak Usia Dini

Preses pertumbuhan akan berlangsung secara terus menerus bersamaan dengan berjalannya waktu sampai seorang anak menjadi dewas (tua). Semakin bertambah usia seorang anak, secara normal berubah pula pertumbuhannya. Prose pertumbuhan seseorang terjadi semenjak anak dalam kandungan hungga ia lahir dan beranjak dewasa. Masa dalam kandungan pada anak usia dini merupakan masa yang memiiki tingkat pertumbuhan jasmani yang luar biasa (Fadlillah, 2012: 20).

Jadi maksud dari kalimat di atas adalah ketika anak pada kandungan memiliki proses pertumbuhan, dimana proses pertumbuhan jasmaninya mengalami peningkatan yang sanagt tinggi.

2. Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan dalam bahasa inggris disebut development. Santrock mengartikan development is the panttern of change that begins at conception and continue through the life span (Masganti Sit 2015, 2).Artinya, perkembangaan perubahan yang dimulai sejak masa konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan. Di dalam istilah perkembanaga termasuk istilah perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan berorientasi proses mental sedangkan pertumbuhan berorientasi pada peningkatan ukuran dan struktur. Perkembangan berlangsung seumur hidup sedangkan pertumbuhan mengalami batas waktu tertentu.

(27)

36

Perkembangan anak (khusunya anak usia dini) penting dijadikan perhatian khusus bagi orang tua dan guru, sebab proses akan tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada masa akan datang.

Ada beberapa karakteristik perkembanagan anak usia dini diantaranya adalah perkembanagn fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional, dan perkembangan bahasa.

a) Perkembangan kognitif

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowingberarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam memperolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan (Rahman, 2016: 51). Jadi, kognitif disini merupaksan ranah kejiwaan yang terpusat di otak dan berhubungan dengan kehendak dan perasaan.

b) Perkembangan berbicara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tertulis berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat(dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding. Berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan oleh manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusunnya dalam pikiran. Kegiatan berbicara dalam kehidupan sehari-hari merupakan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial karena setiap manusia tentunya selalu melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain.Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud(ide, pikiran, isi hati)

(28)

37

seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain

Berbicara adalah salah satu jenis keterampilam berbahasa ragam lisan yang bersifat produktif. Keterampilan berbicara akan lebih mudah dikembangkan apabila siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami kepada orang lain. Belajar berbicara mencakup tiga proses terpisah tetapi saling berhubungan satu sama lain, yakni: belajar mengucapkan kata, membangun kosa kata, dan membentuk kalimat. Karena ketiga proses tersebut saling berkaitan, kegagalan menguasai salah satunya akan membahayakan keseluruhan pola bicara (Yusuf, 2017: 36).

Maksud dari paparan di atas, kemampuan setiap orang dalam berbahasa atau berbicara berbeda-beda. Ada yang berkualitas baik dan ada yang rendah, namun untuk menjaga keterampilan berkomunikasi dengan lawan bicara maka harus menguasai tiga aspek, diantaranya menguasai kosa kata, dan merangkai kalimat dengan baik. Aktivitas berbicara ini dimulai sejak lahir hingga menjelang ajal.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan hal tersebut sesuai dengan Keputusan Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Grobogan Nomor 8 Tahun 2021 tentang rencana jadwal kegiatan DPRD Kabupaten Grobogan untuk

Peranan CSFs dalam perencanaan strategis adalah sebagai penghubung antara strategi bisnis organisasi dengan strategi sistem informasi yang dimiliki, memfokuskan

Beberapa indikator yang menunjukkan efektivitas model pelatihan kecakapan hidup yang dikembangkan antara lain: (1) narasumber belajar dapat memperoleh dan memahami tentang

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X IPS menggunakan konsep matematika yaitu fungsi linier,

1) Respon-respon baru diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya. 2) Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah

Membuat algoritma untuk menterjemahkan informasi model produk berbasis feature yang tersedia dalam software CaSTPro ke dalam bahasa kode-G (G-Code) untuk feature

Oleh karena itu, perumusan masalah dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah bagaimanakah penerapan teknik penyuntingan bahasa yang tepat sebagai upaya

BFI Finance juga memiliki 3 program kebijakan Corporate Social Resposibility yang mereka lakukan setiap tahun sebagai tanggung jawab sosial dari perusahaan kepada