• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran

Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

Oleh : Reyvan Pandey

ABSTRAKSI

Salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi desa adalah Pemerintah Desa semakin mampu memberikan kontribusi bagi desa juga kepada masyarakatnya dan mampu membawa kondisi masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Namun demikian, realitas yang terjadi pada era otonomi dan desentralisasi yang muatannya sarat akan nilai-nilai demokrasi dan transparansi ini cenderung sering menghadirkan permasalahan yang kompleks di desa. Dimana pada era tersebut, proses politik berjalan seperti lebih cepat dari pada kemampuan untuk mengelola manajemen pemerintahan desa yang otonom. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 pasal 55 sampai dengan pasal 62 mengatur tentang peraturan desa, Peraturan Desa (Perdes) adalah semua peraturan desa yang yang ditetapkan oleh kepala desa setelah dimusyawarahkan dan telah mendapatkan persetujuan Badan Perwakilan Desa. Peraturan desa dibentuk dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa, dengan demikian maka peraturan desa harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, serta harus memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat

Peraturan Desa (Perdes), merupakan bentuk peraturan perundang-undangan yang relatif baru, dalam kenyataan di lapangan belum begitu populer dibandingkan dengan bentuk peraturan perundang-undangan yang lain. Karena masih relatif baru dalam praktek-praktek penyelenggaraan pemerintah di tingkat Desa, seringkali Perdes ini di abaikan dalam implementasinya. Bahkan masih banyak dari pemerintah dan bahkan masyarakat desa mengabaikan Perdes ini sebagai dasar penyelenggaraan urusan kepemerintahan di tingkat desa. Kenyataan seperti itu berdampak pada kurangnya peran pemerintah desa dalam proses penyusunan sampai pada implementasi suatu Perdes.

PENDAHULUAN

Penguatan kelembagaan di desa dipandang perlu dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan desa yang mengedepankan asas efektiitas dan efisiensi dalam mengelola birokrasi yang ada. Kepala Desa sebagai pemimpin utama dalam kaitannya dengan struktur pemerintah desa Kauneran 1 dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan, dan unsur kewilayaan. Selain itu, Kepala Desa dibantu oleh pelaksana administrasi desa yaitu Sekertaris Desa. Struktur organisasi Pemerintah Desa Kauneran 1 menganut pola minimal yaitu dengan penempatan seorang Sekertaris Desa dan empat kepala urusan sebagai pembantu Kepala Desa dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di desa.

(2)

Dalam mewujudkan kemajuan yang ada di desa Kauneran 1 Kec.Sonder pemerintah desa membuat Peraturan Desa yang tertuang dalam Peraturan Desa No.01 Tahun 2012 APB Desa, yang memang setiap tahun dibuat oleh Pemerintah Desa. Perauran Desa yang dikeluarkan oleh pemerintah desa yang menyangkut dengan APB Desa. Dalam kesempatan ini penulis ingin meneliti tentang proses pelaksanaan Perauran Desa didesa Kauneran 1. Peneliti juga ingin meneliti permasalahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan sampai pada Implementasi.

Di Desa Kauneran 1 Kec. Sonder Kabupaten Minahasa mempunyai satu peraturan desa yaitu Perdes APB Desa. Berikut gambaran dari APB Desa Tahun Anggaran 2012 dalam Peraturan Desa Kauneran 1 Nomor 01 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa pertama, Pendapatan Desa meliputi : Retribusi, Biaya Leges, Sumbangan Wajib, Hasil Kekayaan Desa, Alokasi Dana Desa, Bantuan Pemerintah Provinsi/Kabupaten, Hibah, dan Sumbangan Pihak ketiga, dan lain-lain. Kedua, Belanja Desa meliputi: Biaya Rutin Desa, Biaya Pembangunan Desa, dan Biaya Tak Terduga.

Dalam pelaksanaan Perdes tersebut ada indikasi tidak dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dimana dalam Belanja Desa pengeluaran untuk pembangunan yang dicantumkan dalam APB Desa belum dilaksanakan secara menyeluruh dikarenakan Pemerintah desa seolah-olah tidak berperan aktif sehingga bisa dikatakan Perdes dalam penerapannya tidak berjalan efektif. Sehingga dalam pelaksanaan Peraturan Desa di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa, dalam pelaksanaannya masih dirasakan masyarakat belum maksimal. Hal ini dikarenakan pemerintah desa dan kurang pahamnya masyarakat terhadap peraturan desa yang ada sehingga menyebabkan kurang sinkronnya program pembangunan desa dengan perdes yang dibuat, dan disamping itu pemerintah desa pun belum terlalu mengetahui mengenai Perdes APB Desa itu sendiri. Sehingga Perdes yang di buat oleh pemerintah desa Kauneran 1 terasa tidak efektif terkait dengan perdes yang dibuat yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam hal ini Pembangunan yang ada didesa disitu termasuk dana-dana yang masuk dari pemerintah daerah yang mungkin tidak dikelolah secara baik oleh pemerintah.

Adapun manfaat peneltiian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teori

Dapat menjadi acuan bagi peneliti berikutnya untuk lebih jauh mengkaji tentang peraturan desa. Juga menjadi referensi bagi para pembaca dikalangan kampus maupun

(3)

kalangan umum. hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran berupa gagasan dan informasi untuk kemajuan Ilmu Pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Peraturan Desa.

2. Secara Praktis

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pandangan kepada masyarakat maupun khususnya pemerintah desa bahwa sangat pentingnya suatu peraturan desa, sehingga dapat memperbaiki bahkan meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan desa sesuai dengan harapan masyarakat.

PEMBAHASAN

A. Implementasi Perdes Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder

Peraturan desa bertujuan untuk membantu pemerintah desa dalam melaksanakan tugasnya sebagai penyelenggara pemerintahan desa. Dalam pelaksanaan Peraturan Desa telah diatur oleh pemerintah desa, seperti yang tertuang dalam Perdes No.01 Tahun Anggaran 2012 tentang didesa Kauneran 1 Kec.Sonder.

Pengkajian kualitatif dalam menyelidiki akivitas pemerintah desa yang dalam hal ini adalah pelaksana pemerintahan yang ada di desa merupakan landasan dasar memahami sejauh mana pelaksanaan dari pemerintah desa dalam hal pembuatan dan penerapan Perdes di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, pemerintah desa dalam hal ini pemerintah desa yang dalam meningkatkan kemajuan desa bahkan pembangunan didesa harus mengikutsertakan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang terdiri dari kepastian hukum, transparan, daya tanggap, berkeadilan, efektif, efisien, tanggung jawab, akuntanbilitas dan tidak menyalahgunakan wewenang. Di mana peran pemerintah desa dalam pembuatan Perdes di harapkan mampu menjalankan tugas dan wewenang pemerintah berdasarkan PP. No.72 tahun 2005 pasal 7 b dan 8 itu harus berjalan dengan baik. Dimana dalam hal ini tugas pemerintah dalam pelaksana Perdes yang telah disepakati bersama dengan BPD yang ada di desa. Karena dalam penyusunan Perdes tujuannya adalah upaya meningkatkan perkembangan pembangunan yang ada di didesa maupun membenahi infrastruktur desa. Dan kondisi yang terjadi sekarang ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Yang terangkum dalam penelitian di tengah-tengah masyarakat lewat pertanyaan/wawancara sebagai berikut :

(4)

1. Bagaimana Pelaksanaan Peraturan Desa Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1.

Pernyataan diatas merupakan gambaran dari Implementasi Peraturan Desa No.01 Tahun 2012 tentang APB desa di Desa Kauneran 1.

Menurut JW dan SS katanya “ Pemerintah desa terkesan kurang peduli dalam hal ini

kurang transparan atau keterbukaan kepada masyarakat terhadap Peraturan yang telah dibuat dalam hal ini Perdes di desa Kauneran 1”. Karena dalam hasil pertanyaan ini maka

terdapat masalah-masalah yang di dapati yaitu pemerintah seakan-akan membuat Perdes ini hanya biasa-biasa saja, dan tidak melihat apa tujuan dari pembuatan perdes itu, sehingga yang terjadi banyak masyarakat yang tidak tahu betul tujuan dari perdes tersebut. Sehingga berdampak pada pembangunan yang ada didesa.

2. Apakah Pemerintah Desa Sudah Optimal Dalam Pelaksanaan Perdes Untuk Kepentingan Masyarakat.

Pernyataan di atas masuk dalam pertanyaan khusus yang telah di uraikan diatas, di mana dari hasil pertanyaan wawancara di atas menurut DM dan BE mengemukakan pendapat bahwa “Perhatian pemerintah dalam hal pengelolaan Perdes belum memenuhi

harapan masyarakat, di karenakan masih kurangnnya pengawasan, sehinggaa ada banyak keputusan yang tidak diketahui lebih oleh masyarakat contohnya bantuan-bantuan yang masuk dari pemerintah daerah dan anggaran-anggaran lainnya yang disalurkan ke desa contohhnya ADD”. Ini dapat dilihat juga bahwa peran dari pemerintah desa dalam

mengoptimalkan pengelolaan anggaran dalam Perdes bagi kepentingan masyarakat tidak seimbang, ini menunjukan bahwa peran pemerintah desa untuk menangani hal ini belum memenuhi harapan masyarakat, karena masyarakat belum menikmati hasil dari pelaksanaan Perdes yang sudah dibuat tersebut. Dengan demikian disinilah tuntutan masyarakat desa dalam menggerakan pemerintah yang ada sebagai pembuat dan pelaksana perdes agar supaya Perdes sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

B. Kendala-Kendala apa yang dihadapi dalam Pelaksanaan Perdes Nomor 01 Tahun 2012 Tentang APB Desa Di Desa Kauneran 1 tidak Sejalan Dengan Pembangunan Yang Ada di Desa.

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas tentang kendala dari pelaksanaan Perdes APBDesa sehingga pembangunan yang ada didesa tidak berjalan dengan baik. Dalam Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 pemerintah desa dalam hal ini Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.

(5)

Hasil dari pelaksanaan perdes melalui pemerintah desa di Desa Kauneran 1.

Dari hasil wawancara ini dapat dilihat bahwa hasil dari Perdes perlu di tingkatkan. Menurut Sekdes MT katanya “pemerintah memang sudah menjalankan peran yang

seharusnya dalam hal pembuatan bahkan sampai kepada pelaksanaan Perdes,namun yang menjadi kendala pemerintah desa adalah masyaraka kurang mendukung perdes yang dibuat tersebut contohnya retribusi yang menjadi keharusan namun hampir sebagian besar masyarakat kurang peduli, padahal itu bisa mendukung pembangunan yang ada. Untuk itu

pemerintah berharap masyarakat lebih berperan dan berpartisipasi aktif dalam mendukung peraturan desa yang telah dibuat karena akan mendukung pembangunan yang ada didesa.

C. Faktor-Faktor Penghambat Keberhasilan Penyelenggaraan Pelaksanaan Perdes APBDesa di Desa Kauneran 1

Dalam rangka menjawab semua kebutuhan masyarakat maka Pemerintah Desa mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mengatur akan setiap kebutuhan masyarakat tadi, akan tetapi ternyata dalam pelaksanaan kewenangannya, Pemerintah Desa tidak jarang juga menemui kesulitan yang menghambat kelancaran Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan di wilayah Desa Kauneran 1 .

Adapun permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut, merupakan masalah-masalah yang kompleks, sebagai salah satu contoh adalah dikarenakan tingkat pendidikan masyarakat yang kurang, sehingga tidak memahami atau mengerti akan tujuan dibuatnya kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah desa. Oleh sebab itu Pemerintah Desa dalam pelaksanaan tugas-tugasnya harus jeli atau dituntut harus dapat mengetahui setiap aspirasi maupun kebutuhan serta realitas yang ada pada setiap komponen masyarakat secara keseluruhan, karena tingkat pendidikan masyarakat sangat mempengaruhi kebutuhan maupun tingkat pemahaman keputusan yang ditempuh Pemerintah Desa. Sehingga apabila terjadi kesalahpahaman ataupun pada akhirnya timbul kendala di dalam masyarakat, maka Kepala Desa serta Perangkat Desa harus dapat menetapkan kebijakan atau keputusan untuk menangani masalah-masalah yang timbul di tengah-tengah masyarakat dengan sebaik mungkin.

Dalam menunjang keberhasilan dari pelaksanaan Perdes, tolak ukurnya jangan hanya dilihat dari segi keberhasilan dalam menetapkan kebijakan ataupun program pembangunan dan kemasyarakatan, tetapi juga dilihat dari bagaimana sikap dari pemerintah desa dalam

(6)

menumbuhkembangkan partisipasi dan antusias masyarakat dalam mencapai tujuan program penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Harus diakui Pemerintah Desa apabila tidak memperhatikan kekurangan ataupun kendala-kendala serta kebiasaan yang ada pada masyarakat untuk dapat berperan aktif dalam setiap program pembangunan, maka akan membuat masalah- masalah itu semakin berlarut-larut sehingga secara otomatis akan semakin sulit pula untuk mencari jalan keluarnya.

Hal-hal yang menjadi penghambat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan terhadap pembangunan kaitannya dengan APBDesa, antara lain ;

Tingkat Kesadaran Masyarakat

Tingkat kesadaran dari komponen- komponen masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam setiap gerak pembangunan dikatakan relatif sedikit, karena setiap partisipasi yang diberikan masyarakat bukan karena kesadaran yang datang dari masyarakat itu sendiri, melainkan karena instruksi dari Pemerintah. Di dalam setiap perencanaan dari pelaksanaan pembangunan, masyarakat terkesan kurang berpartisipasi aktif, hal ini ada disebabkan beberapa alasan, seperti: kesibukan mereka secara personal, tidak mengerti dengan program pemerintah maupun pelaksanaan Perdes, yang juga merupakan kesalahan dari pemerintah sendiri yaitu kurang sosialisasi, atau juga karena masyarakat sendiri yang bersikap masa bodoh. Pada akhirnya pelaksanaan pembangunan menjadi kurang berhasil bahkan pelaksanaan Perdes tersebut, karena ketika dilaksanakan masyarakat berpartisipasi pun karena panggilan atau paksaan dari aparat pemerintah.

Tingkat Pendidikan Masyarakat

Pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting karena dikatakan berhasil tidaknya pendidikan menjadi faktor penentu daripada masa depan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang dimiliki oleh seluruh anggota warga masyarakat akan mampu merubah sikap dan perilaku bahkan mengangkat taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Apabila melihat tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Kauneran 1 , khususnya dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian masyarakat sudah mempunyai tingkat pendidikan yang cukup baik karena kebanyakan mereka lulusan dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Umum (SMU), bahkan S1 walaupun itu masih sedikit. Akan tetapi tidak sedikit juga anak-anak yang putus sekolah di Desa Kauneran 1 alasannya selain faktor yang datang dari masalah perekonomian keluarga, ada juga keluarga yang tergolong dalam keluarga yang mampu tapi anak mereka akhirnya putus sekolah karena anak mereka sendiri yang sudah tidak mau meneruskan pendidikan mereka.

(7)

Oleh sebab itu, Pemerintah Desa perlu untuk memberi perhatian khusus dalam bidang pendidikan, agar nantinya setiap potensi-potensi yang ada pada masyarakat dapat ditumbuh kembangkan, dipakai dan disalurkan untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan serta semakin meningkatkan arus laju pembangunan. Dan juga akan berpengaruh terhadap berhsil tidaknya Perdes yang dibuat.

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Mengacu pada keseluruhan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di jabarkan sebelumnya, maka langkah akhir dari proses penelitian ini dalam rangka penyusunan karya tulis ilmiah perguruan tinggi strata satu (skripsi), maka perlu di kemukakan beberapa kesimpulan,antara lain :

1. Pelaksanaan Peraturan Desa Nomor 01/Tahun 2012 Tentang Anggaran Pendapatan Belanja Desa Di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa oleh Pemerintah desa pada dasarnya belum efektif

2. Faktor-Faktor Penghambat keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kaitnnya dengan Perdes APB Desa yaitu Tingkat Kesadaran Masyarakat kurang, Tingkat Pendidikan Masyarakat rendah, dan Faktor Kurang Sosialisasi dari Pemerintah Desa terhadap Perdes APBDesa.

3. Pemerintah desa dalam mencermati kondisi masyarakat dan membaca situasi desa dalam hal meningkatkan pembangunan yang ada didesa melalui Perdes APB Desa masih sangat rendah.

4. Partisipatif masyarakat sebagai kontrol sosial belum terlihat jelas di karenakan kurangnya sosialisasi pemerintah desa kepada masyarakat, sehingga peran masyarakat kurang.

5. Masyarakat masih kurang mengerti tentang Peraturan Desa sehingga dalam menyelenggarakan program pemerintah desa dalam hal pembangunan masih belum efekif.

6. Peran masyarakat dalam hal ini mendukung Perdes yang telah dibuat oleh pemerintah Desa tidak sesuai yang diharapkan oleh Pemerintah desa.

6.2 Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian maka perlu di kemukakan beberapa saran sebagai kontribusi antara lain :

(8)

1. Pemerintah desa Kauneran 1 dalam melaksanakan Peraturan Desa harus memperhatikan dan mengerti betul hal-hal yang perlu, dalam pembuatan sampai kepada pelaksanaan Perdes.

2. Kiranya pemerintah desa dapat melakukan hubungan yang baik dengan masyarakat agar supaya Perdes boleh lebih berhasil dan sejalan dengan Pembangunan didesa.

3. Pemerintah desa dalam hal ini sosialisasi lebih di tingkatkan lagi agar masyarakat mampu merespon dan berpartisipasi aktif terhadap program pemerintah desa yang ada, dalam hal ini Pelaksanaan Perdes serta masyarakat desa dapat berperan sebagai kontrol social dan juga harus berperan aktif bahkan mendukung perdes yang ada terhadap pelaksanaan Perdes tersebut demi kemajuan dan pembangunan yang ada di desa Kauneran 1, agar supaya yang terkandung dalam muatan Peraturan Desa yang dimaksud bisa dimengerti oleh masyarakat. Sehingga hasil dari peraturan desa bisa di berdampak baik bagi seluruh masyarakat demi kesehjateraan dan pembangunan infrastruktur juga ekonomi seluruh lapisan masyarakat di Desa Kauneran 1 Kecamatan Sonder.

DAFTAR PUSTAKA

Loina Lalolo KP. Indikator dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, Transparansi,

Partisipasi. 2003. Bapenas. Jakarta. Makalah.

Moleong lexi, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdkarya. Ndraha Taliziduhu, 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta,Rineka Cipta.

Ridwan Nasrulloh, 2008. BPD Dalam Mendukung tata Penyelenggaraan Pemerintah

Desa. Jakarta Ghalia Indonesia

Sedarmayanti dan Hidayat Syarifudin, 2002. Metodelogi Penelitian. Bandung,Mandar Maju.

Syafiie Inu Kencana , 2001.Pengantar ilmu Pemerintahan. Bandung, Mandar Maju. Subagyo Joko, 2006. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), Jakarta,Rineka Cipta.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Suharto, Edi, 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat : Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung :

Refika Aditama.

Taliziduhu Ndraha. 2003. Kybernology I (Ilmu Pemerintahan Baru). Rineka Cipta. Jakarta

---. 2003. Kybernology II (Ilmu Pemerintahan Baru). Rineka Cipta. Jakarta.

Sadu Wasistiono. 2006. Prospek Pengembangan Desa. Penerbit Fokus Media. Bandung.

(9)

Wasistiono Sadu dan Tahir Irawan, 2006. Prospek Pengembangan DesaBandung, CV. Fokus Media

Widjaja, 2003. Otonomi Desa (Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat, Dan

Utuh).Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Sumber-Sumber Lain:

- Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

- Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa.

- Peraturan Desa Kauneran 1 Nomor 01 Tahun Anggran 2012 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa.

Referensi

Dokumen terkait

Proses pengomposan limbah lumpur pabrik kertas menjadi kompos terjadi selama ± 3 minggu, lebih cepat dikarenakan adanya penambahan mikroorganisme pengurai ke dalam bahan

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2021 termuat dalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2021 yang disusun

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dimana penyelenggaraan urusan pemerintah desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti masih memiliki kekurangan yang bisa diperbaiki di penelitian selanjutnya, maka dari itu beberapa saran yang bisa diberikan

Menurut Kepmeneker 05 tahun 1996, “Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

itu dokter di Indonesia harus selalu belajar dan meningkatkan kualitas standar pelayanan kesehatan, dan selalu mengikuti perkembangan atau kemajuan dalam ilmu

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial keluarga

bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2019 termuat dalam Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun Anggaran 2019 yang