8
ANALISIS PENERAPAN TARIF PROGRESIF TERHADAP PERTUMBUHAN
WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DICABANG PELAYANAN DINAS
PENDAPATAN DAERAH PROVINSI WILAYAH KOTA BANDUNG
Widi Winarso Akuntansi
Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informmatika Jakarta Jln. Ciledug Raya No. 168 Ulujami Jakarta Selatan
ABSTRACT
This study aims to find out how much the application of progressive rates branched provincial revenue department service area of the city of Bandung II kawaluyaan , how much growth taxpayer branched motor vehicle services Dipenda province of the city of Bandung ii kawaluyaan , how much change in the application of progressive tax rates and the growth of mandatory branched motor vehicle tax services Dipenda province of Bandung city kawaluyaan II . The method used is descriptive analysis kuantitatif.Teknik approach to data collection is done through data obtained directly from the data source where the study was conducted branched provincial revenue department service area of the city of Bandung II kawaluyaan and literatur.Tekhnik Analysis of data from multiple data used is the using descriptive analytical techniques namely troubleshooting procedures studied by exposing the data obtained from interviews , literature , and observations , then analyzed and conclusions drawn . By using this technique the author will give an overview of the issues discussed with the facts and the data that is branched provincial revenue department service area of the city of Bandung II kawaluyaan . The results showed that the application of progressive rates on the growth of the motor vehicle tax payers to change at the time of application of progressive rates is by decreasing the growth of motor vehicle taxpayers are branched .
Keywords: growth of taxpayers motor vehicles, progressive rates
I. PENDAHULUAN
Pada saat ini, dengan berkembangnya zaman dan pembangunan yang secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan kegiatan ekonomi dalam suatu negara ataupun daerah yang saling terkait satu sama lain untuk meningkatkan pertumbuhan Pembangunan Nasional di era global saat ini. Pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur serta menciptakan kesejahteraan dan pemeratan sosial. Dalam era otonomi daerah pada saat ini, daerah juga diberikan kewenangan yang lebih besar untuk lebih mendekatkan pelayanan pendapatan daerah kepada masyarakat, memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD).
Sejalan dengan berlakunya kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah juga
lebih diharapkan mampu menggali sumber-sumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintah dan pembangunan didaerahnya melalui pendapatan daerah. Daerah harus lebih kreatif dalam meningkatkan keuangan pendapatan asli daerah untuk meningkatkan akuntabilitas dan keleluasaan dalam pembelanjaan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 yang merupakan komponen pajak provinsi yang terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Pajak Air Permukaan (APER).Disamping itu, dalam merealisasikan pendapatan daerah agar optimal untuk menjalankan pemerataan tingkat kemakmuran pada setiap daerah maka dilihat dari pembangunannya yang berjalan dengan baik.
9
Dalam hal ini pemerintah telah membuatperaturan dan undang-undang tentang pajak daerah, dan salah satunya adalah Pajak Kendaraan Bermotor yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011.
Pajak Kendaraan Bermotor ialah merupakan salah satu penerimaan Pendapatan Daerah yang dipengaruhi oleh adanya jumlah kesadaran dari masyarakat bahwa pentingnya untuk membayar pajak. Sehingga dapat memrpengaruhi adanya jumlah potensi pajak
kendaraan bermotor
.
Tabel I.1
Data Perkembangan Jumlah Potensi Kendaraan Bermotor pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II
Kawaluyaan Keterangan Jumlah Potensi Bulan Januari Bulan Februari Bulan Maret Bulan April Bulan Mei Bulan Juni Bulan Juli Bulan Agustus Bulan September Kendaraan Roda Empat 1160 906 965 841 946 1006 1036 1003 1161 Kendaraan Roda Dua 2880 2625 2487 2586 3190 2788 2311 2590 1853 Total 4040 3531 3452 3427 4136 3794 3347 3593 3014
Sumber: Laporan Bulanan PAD yang dikelola oleh Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan Hal 16 DPD B6
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan potensi kendaraan bermotor dari bulan januari 2012 sampai dengan bulan september 2012 mengalami naik turun (fluktuatif) dari tingkat perkembangan jumlah potensi kendaraan bermotor, namun jika dilihat dari tingkat kenaikan potensi kepemilikan kendaraan bermotor yamg tertinggi dari kendaraan roda dua ataupun roda empat dapat disimpulkan bahwa tidak menutup kemungkinan dalam tiap bulan ataupun tahun yang akan datang akan semakin meningkat, itu dikarenakan akibat begitu mudahnya dalam mendapatkan kepemilikan sah dari kepemilikan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Hal ini dapat diantisipasi ataupun dikurangi tanpa menghalangi hak dari seorang wajib pajak untuk memiliki kendaraan bermotor yang akan dikenakan pajak nantinya.
Maka perlu adanya pengenaan Pajak Progresif dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor untuk menghindari banyaknya kepemilikan kendaraan bermotor dalam setiap wajib pajak yang nantinya akan memiliki lebih dari satu kendaraan dalam satu nama kepemilikan. Pengenaan pajak progresif ini bertujuan untuk mengurangi angka
kemacetan yang disebabkan padatnya kendaraan bermotor pribadi. Akan tetapi, karena banyak warga yang tidak mengerti sepenuhnya tentang penerapan pajak progresif ini, menyebabkan tidak sedikit terjadi permasalahan pada saat warga akan membayar pajak kendaraan bermotor mereka ternyata harus membayar nominal lebih banyak disebabkan jumlah kendaraan yang terdaftar atas nama warga tersebut yang walaupun sebenarnya kendaraan tersebut sudah tidak dikuasai lagi. Hal ini sering terjadi karena warga telah menjual kendaraan bermotor namun kendaraan tersebut masih atas nama pemilik sebelumnya sehingga ia dikenai pajak progresif terhadap kendaraan yang tidak dikuasainya lagi. Hal demikianlah yang akan membuat tingkat kepemilikan kendaraan bermotor semakin meningkat dalam bulan ataupun tahun sekarang maupun yang akan datang sehingga efek yang didapatkan dalam setiap daerah akan pesat pertumbuhan tingkat kendaraan bermotor yang ada didaerah tersebut,dan memungkinkan timbulnya pengaruh-pengaruh negatif.
Selain itu efek lain yang ditimbulkan juga dalam hal ini seperti tingkat keramaian dijalan raya semakin bertambah, kurangnya
10
lahan untuk jalan yang akan menimbulkan kemacetan, walaupun adanya solusi untuk pelebaran jalan tetap saja tidak akan membantu, karena lahan yang akan digunakan akan mengambil hak orang lain atau merusak penghijauan disekitarnya,dan apabila itu sudah tidak berjalan dengan baik maka pengaruh akan hal itu juga akan berdampak pada terhambatnya kegiatan ekonomi didalam daerah tersebut dan memungkinkan juga semakin tingginya tingkat populasi kendaraan bermotor, hanya dalam waktu sejam saja kegiatan dan aktivitas masyarakat terhambat akibat tidak lancar proses perjalanan mereka dalam menjalankan pekerjaannya, pemerintah ataupun negara pasti secara tidak langsung juga akan terkena dampak dari hal itu yang dikarenakan terhambatnya kegiatan ekonomi dan perputaran uang yang ada. Selain hal itu banyak juga hal-hal negatif yang akan terjadi, semakin tinggi pula tingkat kecurangan dalam mendapatkan kepemilikan kendaraan bermotor ataupun mengatas namakan kepemilikannya untuk menghindari pengenaan pajak progresif kendaraan bermotor, itu dikarenakan akibat mudahnya dan banyaknya wajib pajak yang memiliki satu nama atas kepemilikan lebih dari satu kendaraan bermotor dan dikarenakan akibat penerapan pajak progresif yang belum optimal dalam beberapa tahun ini.
Untuk berjalannya hak dan kewajiban seorang wajib pajak kendaraan bermotor dalam pelaksanaan penerapan pajak progresif dan terhindarnya dari dampak yang akan ditimbulkan akibat masalah diatas, oleh karena itu penulis akan mengambil judul “Analisis Penerapan Tarif progresif Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dicabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan".
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Brotodihardjo dalam Adriani (2010:2) mengemukan bahwa:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang daya gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
Menurut Mardiasmo (2011:1) Fungsi Pajak terdiri dari 2 (dua) fungsi yaitu :
1. Fungsi Budgeter
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Menurut Mardiasmo (2011:7) mengemukakan asas pemungutan pajak terdiri dari 3 (tiga) yaitu:
1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
Waluyo (2013:16) mengemukakan bahwa ada 3 (tiga) tata cara pemungutan pajak, yaitu:
1. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Kelebihan stelsel ini adalah yang dikenakan lebih realistis. Kelemahan pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode.
2. Stelsel anggapan (fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. 3. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya.
Mardiasmo (2011:7-8)
mengemukakan bahwa sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sistem yaitu:
11
Official Assessment System adalah suatusistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri cirinya:
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
2. Self assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presidan, dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
Ada pun pembagian pajak menurut Resmi (2011:6) mengemukakan bahwa pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan :
1. Menurut golongannya
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkankepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPn)
2. Menurut sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan (PPh) b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang
berpngkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
3. Menurut lembaga pemungutunya
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contoh: PPh dan PPn
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rimah tangga daerah.
Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan BBNKB.
Menurut Siahaan( 2005:10) mengemukakan bahwa:
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Dasar hukum pajak progresif terdapat pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 pada pasal 7:
“Pajak progresif adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik.”
Tarif progresif terdapat pada Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 68 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
1. Kendaraan Pertama : 1.75% dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
1. Kendaraan Kedua : 2.25% dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
2. Kendaraan Ketiga : 2.75% dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
3. Kendaraan Keempat : 3.25% dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
4. Kendaraan Kelima : 3.75% dari DPP (Dasar Pengenaan Pajak)
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011, tentang pajak kendaraaan bermotor dinyatakan bahwa: Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan jenis jalan darat, digerakkan
12
oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat berat dan alat-alat besar yang bergerak.
Jadi pengertian Pajak Kendaraan Bermotor adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dan dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah untuk melaksanakan pungutan pajak kendaraan bermotor guna memelihara
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011, tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dinyatakan bahwa: BBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milikkendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.
Penelitian Terdahulu Tabel II.1
Penelitian Terdahulu
No Judul Skripsi Peneliti Metode Penelitian Hasil Pembahasan 1 PENERAPAN TARIF PROGRESIF TERHADAP KENDARAAN BERMOTOR MILIK PRIBADI DALAM RANGKA PENINGKATAN TERTIB ADMINISTRASI KEPEMILIKAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) BERDASARKAN PERDA NOMOR 13 TAHUN 2011 PROVINSI JAWA BARAT ELANDA DWIRESPITA (2013) Pendekatan Yuridis Normatif
Bahwa penerapan tarif progresif terhadap kendaraan bermotor milik pribadi yang dikenakan dengan peningkatan tarif yang lebih tinggi terhadap pertambahan kendaraan atas nama dan alamat yang sama memiliki kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan adanya peningkatan terhadap tertib administrasi kepemilikan. 2 PENERAPAN PAJAK PROGRESIF TERHADAP WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN PERATURAN DAERAH JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH HARIST AGUNG NUGRAHA (2012) Deskriptif Analitis
Bahwa penerapan Pajak Progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor di kota Malang sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dari maksud dan tujuan
diberlakukannya Pajak Progresif ini
3 ANALISIS PERBANDINGAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN TARIF TUNGGAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG (Studi Kasus Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Tasikmalaya) IRMA NURMAYANTI (2012) Komparatif dan deskritif analitis dengan pendekatan studi kasus
(1) Penerimaan pajak penghasilan sebelum tarif tunggal mengalami peningkatan, (2) Penerimaan pajak penghasilan sesudah tarif tunggal mengalami peningkatan, (3) Pengujian mengenai analisis perbedaan penerimaan pajak penghasilan sebelum dan sesudah tarif tunggal yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara penerimaan pajak penghasilan sebelum dan sesudah penerapan tarif tunggal
Sumber : data yang diperoleh dari berbagai sumber
III. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan motode penelitian
deskriptif analisis yaitu menggunakan statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana
13
adanya. Metodelogi penelitian ini berlandaskanpada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.” untuk mengecek kebenaran hasil penelitian”.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penerapan Tarif Progresif Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dikantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan, adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Sebelum dan Sesudah Penerapan Tarif Progresif dikantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan :
Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada tabel 4.1 menunjukan bahwa adanya perubahan jumlah kendaraan bermotor sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif, walaupun perubahan itu tidak dilihat dari jumlah keseluruhan dibulan
januari sampai juni dan dibulan juli sampai desember, dari perubahan sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif dilihat dari setiap bulannya memiliki perubahan yang tidak begitu jauh dari sebelum dan sesudahnya, walaupun jumlah keseluruhan kendaraan bermotor sebelum penerapan tarif progresif lebih besar dengan jumlah 223.136 dari jumlah keseluruhan kendaraan bermotor sesudah penerapan tarif progresif yang lebih kecil dengan jumlah 220.960 sehingga menjadikan peran penerapan tarif progresif ini berhasil dan mampu mengurangi pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor dari sebelum penerapan tarif progresif.
Adapun data mengenai Perubahan Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang diperoleh dari Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan selama 6 bulan sebelum dan 6 bulan sesudah penerapan tarif progresif yaitu bulan januari sampai bulan juni dan bulan juli sampai bulan desember penulis sajikan dalam tabel berikut:
Tabel IV.3
Data Perubahan Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Sebelum dan Sesudah Penerapan Tarif Progresif Dikantor Cabang Pelayanan Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
NO BULAN PKB RASIO (%) Penurunan/Peningkatan KB 1 Januari 36.558 2 Februari 33.095 (3.463) -9% 3 Maret 31.458 (1.637) -5% 4 April 30.387 (1.071) -3% 5 Mei 34.682 4.295 14% 6 Juni 34.989 307 1% 7 Juli 34.124 (865) -2% 8 Agustus 32.065 (2.059) -6% 9 September 32.255 190 1% 10 Oktober 34.561 2.306 7% 11 November 31.852 (2.709) -8% 12 Desember 28.698 (3.154) -10%
14
2. Perubahan Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dilihat Dari Yang Melakukan BBNKB Sebelum dan Sesudah Penerapan Tarif Progresif Dikantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan :
Berdasarkan hasil penelitian yang tersaji pada tabel 4.2 menunjukan bahwa adanya perubahan jumlah wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan BBNKB sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif, dari data tersebut terlihat bahwa jumlah kendaraan bermotor sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif memiliki perubahan yang sangat besar dari bulan januari sampai bulan desember, perubahan itu dilihat dari jumlah keseluruhan wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan
BBNKB II sebelum penerapan tarif progresif dibulan januari sampai juni hanya berjumlah 14 kendaraan bermotor dibandingkan dengan jumlah keseluruhan wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan BBNKB II sesudah penerapan tarif progresif yang lebih besar dengan jumlah 7.497 kendaraan bermotor.
Adapun data mengenai Perubahan Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor yang melakukan BBNKB yang diperoleh dari Kantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan selama 6 bulan sebelum dan 6 bulan sesudah penerapan tarif progresif yaitu bulan januari sampai bulan juni dan bulan juli sampai bulan desember penulis sajikan dalam tabel berikut:
Tabel IV.4
Data Perubahan Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dilihat Dari Yang Melakukan BBNKB Sebelum dan Sesudah Penerapan Tarif Progresif Dikantor
Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
NO BULAN BBNKB Penurunan /Peningkatan RASIO (%) BBNKB 1 Penurunan/ Peningkatan RASIO (%) BBNKB II KB KB 1 Januari 3.607 0 0 0 2 Februari 3.531 (76) -2% 0 - 0% 3 Maret 3.452 (79) -2% 2 2 200% 4 April 3.427 (25) -1% 1 (1) -50% 5 Mei 4.142 715 21% 8 7 700% 6 Juni 3.794 (348) -8% 3 (5) -63% 7 Juli 3.347 (447) -12% 1.274 1.271 42367% 8 Agustus 2.701 (646) -19% 1.081 (193) -15% 9 September 3.794 1.093 40% 1.357 276 26% 10 Oktober 3.511 (283) -7% 1.394 37 3% 11 November 3.623 112 3% 1.311 (83) -6% 12 Desember 2.933 (690) -19% 1.079 (232) -18% Sumber: data hasil olahan peneliti
15
Analisis Penerapan Tarif progresif Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dikantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Pajak progresif berlaku karena adanya beberapa faktor yaitu selain untuk mengurangi kemacetan atau mengendalikan pembelian kendaraan bermotor, juga untuk membangun infrastruktur lewat pajak penggunaan jalan, serta bagian dari strategi mengurangi potensi kesenjangan sosial dalam masyarakat yang semakin menggejala.
Dasar hukum pajak progresif terdapat pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 pada pasal 7. Tarif progresif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dikenakan terhadap kendaraan bermotor yang dimiliki atau dikuasai oleh orang pribadi berdasarkan nama dan alamat yang sama. Jika wajib pajak tidak ingin terkena pajak progresif, maka bisa melakukan Bea Balik Nama Kendaraan (BBNKB).
Sementara itu pengenaan tarif progresif yang dilakukan oleh kantor cabang pelayanan dinas pendapatan daerah provinsi wilayah kota bandung ii kawaluyaan diterapkan di tahun 2012. Namun karena kurang responnya masyarakat sehingga diundurkannya menjadi dibulan juli. Seperti pengertian dari progresif tersebut, pengenaannya diharapkan dapat mewujudkan keadilan vertikal. Asas keadilan vertikal terpenuhi apabila wajib pajak yang mempunyai tambahan kemampuan ekonomis yang lebih diperlakukan tidak sama.
Dari data yang diperoleh, penulis menganalisis bahwa pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif tidak mengalami begitu besar perbedaan disetiap bulannya. Pada sebelum penerapan tarif progresif persentase tertingginya berada dibulan mei bejumlah 14% dan sesudah penerapan tarif progresif persentase tertingginya berada dibulan oktober berjumlah 7%. Walaupun sesudah penerapan tarif progresif lebih kecil tingkat persentasenya dibandingkan dari sebelum penerapan tarif progresif justru peran dari penerapan tarif progresif itu berhasil dan mampu mengurangi pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor karena sesudah penerapan tarif progresif terjadi penurunan persentase. sesuai dengan penjelasan data yang sudah dibahas dari sebelumnya, peran penerapan tarif progresif ini dapat terlihat juga dari wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan BBNKB. Karena dari data tesebut terlihat perbedaan
jumlah yang sangat besar dari jumlah sebelum penerapan tarif progresif sampai jumlah sesudah penerapan tarif progresif.
Ada 5 lapisan tarif yang digunakan untuk memperoleh besar dan kecilnya pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor yaitu untuk satu kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 1,75%, dua kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 2,25%, tiga kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 2,75%, empat kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 3,25% dan lima kendaraan atau lebih atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 3,75%. Masing-masing tarif berlaku untuk lapisan wajib pajak yang memilki penghasilan yang berbeda-beda dan mempunyai satu atau lebih dari satu kendaraan. Analisis Penerapan Tarif progresif Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Dilihat Dari Yang Melakukan BBNKB Dikantor Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011, tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dinyatakan bahwa, BBNKB adalah pajak atas penyerahan hak milikkendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha.
Dari data yang diperoleh, penulis menganalisis bahwa pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan BBNKB sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif mengalami begitu besar perbedaan disetiap bulannya. Pada sebelum penerapan tarif progresif persentase tertingginya berada dibulan mei bejumlah 700% dan sesudah penerapan tarif progresif persentase tertingginya berada dibulan oktober berjumlah 42.367%. sesudah penerapan tarif progresif jauh lebih besar perubahan tingkat persentasenya dibandingkan dari sebelum penerapan tarif progresif. Sesuai dengan penjelasan data yang sudah dibahas diatas, peran penerapan tarif progresif ini sangatlah terlihat dari wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukan BBNKB. Karena dari data tesebut terlihat perbedaan jumlah yang sangat besar dari jumlah wajib pajak kendaraan bermotor yang melakukakan BBNKB sebelum penerapan tarif progresif sampai jumlah wajib
16
pajak kendaraan bermotor yang melakukan BBNKB sesudah penerapan tarif progresif. Apabila seorang wajib pajak kendaraan bermotor yang tidak melakukan BBNKB dari penjelasan tersebut maka wajib pajak tersebut akan terkena tarif progresif, dan tarif progresif itu memiliki 5 lapisan tarif yang digunakan untuk seorang wajib pajak kendaraan bermotor yang tidak melakukan BBNKB yaitu yaitu untuk satu kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 1,75%, dua kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 2,25%, tiga kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 2,75%, empat kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 3,25% dan lima kendaraan atau lebih atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 3,75%.
Hal ini disebabkan karena adanya penerapan tarif progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor, sehingga wajib pajak kendaraan bermotor jika tidak ingin terkena tarif progresif mereka harus melakukan BBNKB dan wajib pajak kendaraan bermotor yang dulunya memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor atas nama satu pemilik sekarang harus berfikir-fikir lagi untuk memiliki lebih dari satu kendaraan bernotor karena akan terkena tarif progresif yang lebih besar dibandingkan sebelum penerapan tarif progresif sebelumnya, sekalipun mereka punya banyak uang jika penerapan tarif progresif benar-benar dioptimalkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maka jauh lebih baik dari sebelum diberlakukannya tarif progresif untuk pajak kendaraan bermotor. Oleh karena itu peran pemerintah juga diperlukan dalam penerapan tarif progresif ini, karena pemerintah juga harus memberikan danpak baik dari diberlakukannya tarif progresif seperti dilakukannya pembangunan secara merata disetiap daerah, pembenahan maupun pembangunan insfratruktur yang lebih baik lagi disetiap daerah, ataupun hal lain sebagainya yang dapat langsung dinikmati oleh masyarakat dari kinerja pemerintah dalam mengoptimalkan pemungutan pajak daerah yang salah satu diantaranya termasuk pajak kendaraan bermotor. Apabila penerapan tarif progresif dioptimalkan dengan baik maka wajib pajak yang memilki kendaraan bermotor lebih dari satu dan atas nama satu pemilik itu akan membuat pengenakan tarif progresif yang semakin tinggi pula.
Jadi apabila pengenaan tarif progresif dioptimalkan dengan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah memugkinkan
masyarakat yang memiliki lebih dari satu kendaraan bermotor dan atas nama satu pemilik akan terkena tarif progresif yang semakin tinggi pula, itu artinya penerapan tarif progresif ini akan mengurangi kepemilikan kendaraan bermotor atas nama satu pemilik serta mengurangi peredaran kendaraan bermotor yang semakin meningkat, tidak seperti yang sebelumnya dari sebelum diberlakukannya tarif progresif karena wajib pajak bebas memiliki lebih dari satu kendaraan atas nama satu pemilik dan itu dikarenakan belum diberlakukannya tarif progresif untuk kepemilikan lebih dari satu kendaraan bermotor atas nama satu pemilik, dan tidak adanya peninggian tarif sehingga pengenaan tarifnya kepada wajib pajak tetap dan tidak ada kenaikan.
V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan tarif progresif dicabang pelayanan dinas pendapatan daerah provinsi wilayah kota bandung ii kawaluyaan berhasil dan mampu mengurangi laju pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor dari jumlah 223.136 kendaraan bermotor menjadi sebesar 220.960 kendaraan bermotor dengan persentase tarif sebesar 1,75%, 2,25%, 2,75%, 3,25% dan 3,75%. Hal ini nenunjukkan bahwa penerapan tarif progresif dicabang pelayanan dinas pendapatan daerah provinsi wilayah kota bandung ii kawaluyaan baik dan tepat sasaran.
2. Pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor dicabang pelayanan dinas pendapatan daerah provinsi wilayah kota bandung ii kawaluyaan mengalami penurunan dari jumlah 223.136 kendaraan bermotor menjadi 220.960 kendaraan bermotor dikarenakan penerapan tarif progresif yang tepat sasaran dan anggapan bahwa dengan penerapan tarif progresif yang dikenakan kepada wajib pajak kendaraan bermotor tidak akan menjadi sebuah hambatan bagi kepemilikan lebih dari satu kendaraan bermotor, itu adalah anggapan yang keliru. Karena semakin banyak kepemilkan kendaraan bermotor lebih dari satu maka semakin besar pula tarif progresif yang dikenakan. Hal ini
17
menunjukkan bahwa penurunanpertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor dicabang pelayanan dinas pendapatan daerah provinsi wilayah kota bandung ii kawaluyaan sudah baik dan tepat sasaran.
3. Besar perubahan tarif progresif dan besar perubahan pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor dari pengenaan dasar tarif progresif untuk satu kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 1,75%, dua kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 2,25%, tiga kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 2,75%, empat kendaraan atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 3,25% dan lima kendaraan atau lebih atas nama satu pemilik dikenakan tarif progresif sebesar 3,75% dari sebelum penerapan tarif progresif berjumlah 223.136 kendaraan bermotor dan pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor mengalami penurunan setelah penerapan tarif progresif diatas menjadi sebesar 220.960 kendaraan bermotor, dan jika dilihat dari yamg melakukan BBNKB II terlihat WPKB yang sebelumnya hanya berjumlah 14, dan setelah penerapan tarif progresif menjadi 7.497 WPKB.
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil, pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Daerah maupun peneliti selanjutnya untuk meningkatkan penerimaan pendapatan daerah maupun negara dari pajak dan mengurangi laju pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor melalui tarif progresif, adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah perlu membenahi sistem peepajakan daerah, khususnya dalam pajak kendaraan bermotor, karena pajak kendaraan bernotor merupakan salah satu pendapatan terbesar pemerintah daerah melalui pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pelaksanaan penerapan tarif progresif misalnya, pemerintah daerah harus mengoptimalakn dalam penerapan maupun pemungutannya, karena apabila tidak dioptimalkan maka dalam segi pendapatan daerah pemerintah daerah sangat rentan terhadap penyelewengan uang atau kas masuk daerah, dan dalam segi pertumbuhan wajib pajak kendaraan
bermotor tidak akan menghambat laju dari pertumbuhan wajib pajak kendaraan bermotor sehingga akan menimbulkan kemacetan, terhambatnya aktivitas, dan semakin baanyaknya zat karbon monoksida akibat dari banyaknya asap pembuangan dari kendaraan bermotor, apalagi jika tidak didukung dengan gerakan pemerintah mengenai penghijauan dengan menanam pohon.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian yang sama, dalam melakukan penelitian dibidang Perpajakan masih banyak ruang kosong. Masih banyak hal lainnya yang dapat dijadikan variabel dalam penelitian selanjutnya yang kemudian dapat diperbandingkan dengan hasil penelitian penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Brotodihardjo, Santoso. 2010. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Jakarta : PT. Refika Aditama
Dirga, Revan, 2013, Skripsi, Analisis Penerapan Tarif Progresif Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung, Universitas BSI Bandung.
Elanda Dwirespita.(2013). Penerapan Tarif Progresif Terhadap Kendaraan Bermotor Milik Pribadi Dalam Rangka Peningkatan Tertib Administrasi Kepemilikan dan Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berdasarkan Perda Nomor 13 Tahun 2011 Provinsi Jawa Barat. Bandung : Program Sarjana Universitas Padjajaran. Downloading 28 Mei 2013
http://fh.unpad.ac.id
Harist Agung Nugraha. (2012). Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur No 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah. Malang : Program Sarjana Universitas Brawijaya. Downloading 14 Mei 2013
18
Himpunan Peraturan tentang Pelaksanaan SAMSAT,Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 13 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Irma Nurmayanti. 2012. Analisis Perbandingan
Perbandingan Pajak Penghasilan Sebelum dan Sesudah Penerapan Tarif Tunggal dan Pengaruhnya Terhadap Pajak Penghasilan Terhutang. Tasikmalaya : Program Sarjana Universitas Siliwangi. Downloading 01 Juni 2013
http://journal.unsil.ac.id
Laporan Bulanan Pajak Asli Daerah (PAD) Yang Dikelola Oleh Provinsi Jawa Barat
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta : Salemba Empat
Masyahrul, Tony. 2005. Pengantar Perpajakan. Jakarta : PT. Grasindo
Mohammad, Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perhitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 2011 Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 17
Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Rincian Tugas Unit Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan
Rahayu, Siti Kurnia, Eli Suhayati. 2010. Perpajakan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Resmi, Siti. 2011. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat Siahaan, Marihot P. 2005. Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Sosialisasi Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah Bidang Pajak
Suandy, Erly. 2006. Perpajakan Edisi 2. Jakarta : Salemba Empat
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Penerbit Alfabetha
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Penerbit Alfabetha
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Waluyo. 2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat