• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PAJAK PROGRESIF KENDARAAN TERHADAP PENERIMAAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA UPT PENDAPATAN WILAYAH BARRU SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PAJAK PROGRESIF KENDARAAN TERHADAP PENERIMAAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA UPT PENDAPATAN WILAYAH BARRU SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

SATRIANI. M

NIM 105731117416

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

ii

HALAMAN JUDUL

PENGARUH PAJAK PROGRESIF KENDARAAN TERHADAP

PENERIMAAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN

BERMOTOR PADA UPT PENDAPATAN

WILAYAH BARRU

SKRIPSI

Oleh

SATRIANI M

NIM 105731117416

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah ini saya persembahkan kepada kedua orang tua, suami saya

yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, semangat, nasehat,

serta pengorbanan dan perjuangan yang tiada henti, kepada adik dan

keluarga besar yang selalu memberikan dukungan yang luar biasa.

Kepada kedua dosen pembimbing saya yang selalu memberikan arahan

dan nasehat yang baik, kepada teman-teman saya, dan kepada

Almamater Universitas Muhammadiyah Makassar.

MOTTO HIDUP

Waktu Bagaikan Pedang, Jika Kamu Tidak Memanfaatkannya Maka Ia

Akan Memanfaatkan dirimu.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

SATRIANI M, 2021. Pengaruh Pajak Progresif Kendaran Terhadap Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh Pembimbing I Amril Arifin dan Pembimbing II Faidhul Adziem.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Analisis uji statistik yang digunakan adalah uji t untuk memberikan seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hasil dari penelitian ini adalah pajak progresif tidak terdapat pengaruh terhadap penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor karena akibat naik turunya pendapatan pajak progresif di tahun 2018 ke 2019, telah diterapkan tarif pajak progresif dengan jumlah bea balik nama kendaraan bermotor mengalami penurunan.

(8)

viii

ABSTRACK

SATRIANI M, 2021. The Effect Of Vehicle Progressive Tax On The Revenue Of Fees Of Motor Vehicles In Upt Revenue The Barru Region, Thesis, Accounting

Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Supervisor I Amril Arifin and Supervisor II Faidhul Adziem.

This study aims to determine the effect of motor vehicle progressive taxes on acceptance of transfer of motor vehicle ownership fees. The location of this research was conducted in Barru Regency, South Sulawesi Province. The method used in this research is quantitative research using secondary data and hypothesis testing is carried out using simple linear regression analysis. The statistical test analysis used is the t test to give how much influence the independent variable has on the dependent variable.

The results of this study are that progressive tax has no effect on the receipt of motorized vehicle name transfer fees because due to the increase and decrease in progressive tax revenues in 2018 to 2019, a progressive tax rate has been applied with the amount of transfer fee for motorized vehicles experiencing a decrease.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada hentinya diberikan kepada hambanya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan proposal yang berjudul “PENGARUH PAJAK PROGRESIF KENDARAAN TERHADAP PENERIMAAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA UPT PENDAPATAN WILAYAH BARRU” dapat bermanfaat bagi diri pribadi dan orang lain.

Dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas segala bimbingan dan do’a yang tulus serta memberikan bantuan baik moral maupun material. untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr Ismail Badollahi, SE., M.Si., Ak., CA., CSP, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar,

4. Bapak Amril Arifin, SE., M.Si. Ak. CA, dan Faidul Adziem, SE., M.Si, selaku pembimbing I dan II yang telah membimbing, memberi saran, kritikan dan pengarahan dengan penuh kesabaran sehingga Skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

(10)

x

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama proses perkuliahan.

6. Kedua orang tua, suami, keluarga dan kerabat yang senantiasa memanjatkan do’a, dukungan dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

7. Segenap Staf dan Karyawan pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru. 8. Seluruh teman-teman Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar angkatan 2016 terkhusus jurusan Akuntansi kelas lima (E) yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kenangan indah yang kalian berikan, moment tak terlupakan dari awal kuliah hingga sampai sekarang ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas doa, dukungan, semangat dan bantuannya baik secara moril maupun materiil dalam penyusunan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan karena sebagai manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak atau pembaca yang sifatnya membangun agar laporan ini dapat lebih baik dan dapat bermanfaat

sebagaimana mestinya.

Makassar, 30 Januari 2021

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Progresif Kendaraan Bermotor ... 7

1. Pengertian Pajak... 7

2. Pajak Daerah ... 10

3. Pajak Progresif ... 13

4. Pajak Kendaraan Bermotor ... 13

(12)

xii

1. Pengertian Penerimaan ... 18

2. Pengertian BBNKB ... 18

3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak BBNKB ... 19

4. Objek Pajak BBNKB ... 20

5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak BBNKB ... 20

6. Dasar Pengenaan BBNKB ... 21 7. Tarif BBNKB ... 21 8. Cara Perhitungan BBNKB ... 21 C. Penelitian Terdahulu ... 22 D. Kerangka Pikir ... 31 E. Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... 32

C. Definisi Operasional Variabel ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

B. Hasil Penelitian ... 49

C. Pembahasan Penelitian ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 62 DAFTAR LAMPIRAN ... 65

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis... 5

2.1 Penelitian Terdahulu ... 22

4.1 Penerimaan BBNKB T. 2018-2019 ... 51

4.2 Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Progresif T. 2018 ... 52

4.3 Laporan Realisasi Penerimaan Pajak Progresif T. 2019 ... 53

4.4 Regresi Linear Sederhana ... 54

4.5 Uji Hipotesis ... 55

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Kerangka pikir ... 31 4.1 Struktur Organisasi ... 41

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki dua sumber pendapatan negara salah satunya yang menjadi sumber penerimaan yang cukup besar dan juga sumber dana yang penting bagi pembangunan nasional adalah pajak. Pajak merupakan bagian yang cukup potensial sebagai penerimaan negara maupun daerah. Pajak yang dikelola pemerintah pusat merupakan sumber penerimaan negara dalam APBN, sedangkan pajak yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan sumber penerimaan daerah dalam APBD.

Peranan pajak dalam kehidupan bernegara sangatlah penting khususnya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas, menurut pasal 1 ayat 1 undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 ketentuan umum Perpajakan sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang berutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Hamzah, 2018: 2).

Alasan teoritis pengenaan pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah pengenaan jalan raya merupakan barang publik oleh masyarakat. Penggunaan jalan raya menimbulkan biaya langsung dan tidak langsung. Saat ini konsumen cukup dibebani dengan berbagai jenis pajak saat pembelian kendaraan baru. Mulai dari pajak pertambahan nilai (PPN), pajak

(17)

penjualan barang mewah (PPNBM), pajak kendaraan bermotor (PKB). Untuk kendaraan import dikenakan pajak tambahan berupa BEA masuk dan PPN import. Melalui Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah pusat mengalihkan beberapa pajak yang semula ditarik oleh pusat menjadi pajak daerah (Ahad 2016).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), data kepemilikan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 61.685.063 unit, pada tahun 2009 sebanyak 67.336.644 unit, pada tahun 2010 sebanyak 76.907.127 unit, pada tahun 2011 sebanyak 85.601.351 unit, dan pada tahun 2012 terjadi kenaikan sekitar 1,5% sebanyak 1.3jt menjadi 86.901.351 unit (Badan Pusat Statistik, 2011).

Pajak merupakan sumber pembiayaan yang sangat penting bagi suatu negara, pajak yang berlaku di Indonesia ada dua antara lain: Pertama pajak pusat yang dikelola oleh dirjen pajak, kedua pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah, pajak darah juga menjadi andalan bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pendapatan daerah pada dasarnya diperoleh dari mekanisme pajak yang dibebankan kepada masyarakat (Latrini, 2018: 1592).

Menurut pasal 2 undang - undang Nomor 28 Tahun disebutkan bahwa: "Jenis pajak provinsi terdiri dari 5 (Lima) jenis pajak antara lain: Pajak kendaraan bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, pajak rokok" (Hamzah, 2018: 3).

Ada tiga tujuan yang melatarbelakangi diubahnya UU pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD), pertama adalah untuk memberikan kewenangan

(18)

yang lebih besar kepada daerah dalam perpajakan dan retribusi, sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, kedua untuk meningkatkan pemerintahan dan sekaligus memperkuat ekonomi daerah, ketiga adalah untuk memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis-jenis pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah (www.djpk.depkeu.go.id).

Kemudian pada tahun 2011 muncul peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 82 Tahun 2011 tentang pemungutan pajak progresif mulai dari kantor pusat sampai mencakup 25 Kabupaten serta bertujuan untuk pengenaan pajak progresif dalam memenuhi rasa keadilan dan pertimbangan asas kemampuan wajib pajak atas kepemilikan kedua dan seterusnya.

Pajak kendaraan bermotor (PKB) memiliki peran penting bagi pendapatan daerah karena memberi kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah. Pajak memiliki peran penting, selain berfungsi sebagai sumber pendapatan negara juga memiliki fungsi distribusi (pemerataan) pendapatan. Pajak penghasilan orang pribadi merupakan salah satu instrumen dalam rangka mengatasi kesenjangan distribusi pendapatan antara orang (Masyarakat) yang memiliki penghasilan rendah. Oleh karena itu, tarif pajak penghasilan pribadi di Indonesia mengenal tarif pajak progresif dimana semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pula tarif pajak penghasilan (Latrini, 2018).

Pajak progresif merupakan persentase tarif yang digunakan semakin besar dengan semakin banyaknya kendaraan bermotor yang dimiliki. Menurut kenaikan persentase tarifnya, Tarif progresif dibagi menjadi tiga bagian yaitu: pertama, tarif progresif artinya kenaikan persentase yang semakin besar

(19)

kedua, tarif progresif tetap artinya kenaikan dengan persentase tetap ketiga, tarif progresif degresif artinya kenaikan persentase yang semakin kecil (Latrini, 2018: 1592).

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Barru telah menerapkan tarif pajak kendaraan bermotor secara progresif. Berdasarkan permasalahan yang terjadi pada penerapan pajak progresif kendaraan bermotor yaitu untuk mengurangi angka kemacetan yang disebabkan oleh padatnya kendaraan bermotor milik pribadi, dengan berlakunya tarif pajak progresif. sehingga kendaraan yang dikenakan pajak progresif adalah jika wajib pajak memiliki kendaraan roda empat ke atas yang nama dan alamatnya sama serta posisi kendaraan adalah posisi ke 2, 3, 4, 5 dan seterusnya dikenakan pajak progresif apabila wajib pajak memiliki kendaraan sebanyak 2 unit, kemudian kendaraan salah satunya telah terjual maka wajib pajak harus wajib melaporkan dikantor UPT. Pendapatan Wilayah Barru guna mengisi format lapor jual sehingga wajib pajak tersebut tidak dikenakan tarif pajak progresif jika suatu waktu akan membayar pajak kendaraannya (Mobil) (Sumber : UPT. Pendapatan Wilayah Barru, 2020).

Bea Balik Nama Kendaraan didaerah khususnya Kabupaten Barru yaitu jika wajib pajak ingin melakukan BBN II yang menjadi masalahnya adalah buku BPKB yang masih dijaminkan dipembiayaan sehingga tidak bisa melakukan BBN II dan wajib pajak harus menunggu sampai cicilan kendaraannya telah lunas, untuk sementara STNK itu bisa diproses di kantor UPT. Pendapatan Wilayah Barru yang perpanjangan 5 tahun/ganti plat maka wajib pajak disarankan untuk meminta surat keterangan dari pembiayaan serta dimasukkan direkening koran sehingga STNK tersebut dapat diproses.

(20)

Kabupaten Barru merupakan sebuah Kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Barru memiliki potensi yang besar dalam menggali sumber pendapatan daerah. Berdasarkan data potensi kendaraan bermotor, adapun jumlah kendaraan di Kabupaten Barru pada tahun 2018 dan 2019 tercatat sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis Berdasarkan Bulan Jatuh Tempo Tahun 2018-2019 Di Sulawesi Selatan

Jenis Kendaraan

Bulan Tahun 2018 Tahun 2019

Roda 2 Januari s/d Desember

Unit Rupiah Unit Rupiah

42,408 6,883,073,850 45,578 7,583,287,850

Roda 4 6,075 11,013,242,076 6,617 12,497,349,303

Sumber : UPT. Pendapatan Wilayah Barru

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Priambudi (2017). Mengenai penerapan pajak progresif diKota Bandung I menyimpulkan bahwa penerapan pajak progresif kendaraan bermotor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Sedangkan menurut Nurdin (2013). Mengenai pajak kendaraan bermotor sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif terdapat perbedaan, meskipun terlihat penerimaan pajak kendaraan bermotor naik turun sebelum dan sesudah penerapan tarif.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dilihat betapa pentingnya pajak progresif terhadap penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian, berdasarkan masalah tersebut maka peneliti mengangkat sebuah judul yaitu

(21)

“Pengaruh Pajak Progresif Kendaraan Terhadap Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada UPT Pendapatan Wilayah Barru”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah pengaruh pajak progresif kendaraan terhadap penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yaitu: Untuk mengetahui pengaruh pajak progresif kendaraan terhadap penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru?”

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Peneliti ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap ilmu terutama yang berkaitan dengan pajak progresif dan penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan referensi serta saran berbagai pihak.

(22)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pajak Progresif Kendaraan Bermotor 1. Pengertian Pajak

Pengertian Pajak yang dikemukakan oleh para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda, akan tetapi pada dasarnya mempunyai tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga muda dipahami. Pengertian pajak menurut Soemitro dan Smeets menyatakan bahwa:

Menurut Soemitro dalam Pertiwi 2014: 2 bahwa pajak dapat diartikan sebagai iuran yang dibayarkan oleh rakyat ke kas negara berdasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan tidak adanya timbal balik langsung.

Sedangkan Smeets dalam Pertiwi 2014: 2 bahwa pajak merupakan prestasi yang terutang kepada pemerintah melalui norma-norma umum yang dapat dipaksakan, tanpa ada kontra prestasi langsung dalam hal yang individual, dimasukkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintah (Nurcahyanti, 2015: 1).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa iuran dari rakyat kepada negara yang berhak memungut pajak hanyalah negara,

(23)

berupa uang bukan barang, selain itu juga digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

a. Fungsi Pajak Ada dua yaitu:

1) Fungsi anggaran (Budgetair) berfungsi sebagai salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (Reguler) berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi (Mira dkk, 2016: 3).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dana dari pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran dan juga dapat mengatur kebijaksanaan dalam bidang sosial dan ekonomi.

b. Jenis Pajak dan Objek Pajak

Menurut Mardiasmo (2016: 15), pajak daerah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1) Pajak Provinsi, terdiri dari:

a) Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat.

b) Bea balik nama kendaraan bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak, perbuatan sepihak dan keadaan yang terjadi

(24)

karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan ke dalam badan usaha.

c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan.

d) Pajak air permukaan dan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air permukaan.

e) Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah.

2) Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:

a) Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

b) Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran dan juga memiliki fasilitas penyedia makanan dan minuman.

c) Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggara hiburan.

d) Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggara reklame dan juga benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial, memperkenalkan dan menganjurkan.

e) Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik baik yang dihasilkan maupun diperoleh dari sumber lain. f) Pajak mineral bukan logam dan batuan adalah pajak atas kegiatan

pengambilan mineral bukan logam dan batuan baik dari sumber alam didalam atau permukaan bumi yang dapat dimanfaatkan. g) Pajak parkir pajak atas penyelenggara tempat parkir di luar jalan.

(25)

h) Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan pemanfatan tanah yang terdapat dalam lapisan tanah dan batuan dibawa permukaan.

i) Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan pengusahaan.

j) Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki serta dikuasai.

k) Pajak perolehan hak atas tanah dan bangunan pajak atas perolehan hak atas tanah atau bangunan.

c. Konsep Tarif Pajak

Menurut Pertiwi (2014: 2), tarif pajak ada 4 macam yaitu:

a) Tarif Sebanding/Proporsional adalah berupa presentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

b) Tarif Tetap adalah jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap. c) Tarif Progresif adalah presentase tarif yang digunakan semakin besar

bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

d) Tarif degrasif adalah tarif yang digunakan semakin kecil jika jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

2. Pajak Daerah

a. Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang diandalkan oleh daerah baik daerah Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

(26)

Pajak daerah juga merupakan kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Makaluas, 2016: 14).

b. Peraturan Pajak Daerah

Menurut Anjani (2014: 20-21), UU Nomor 28 Tahun 2009 menjelaskan bahwa untuk dapat dipungut pada suatu daerah, setiap jenis pajak daerah harus ditetapkan dengan peraturan daerah. Peraturan daerah tentang suatu pajak tidak dapat berlaku surut dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum atau ketentuan perundang-undang yang lebih tinggi. Adapun peraturan pajak daerah sebagai berikut:

1) Nama, objek dan subjek pajak

2) Dasar pengenaan, tarif dan cara perhitungan pajak 3) Wilayah pemungutan

4) Masa pajak 5) Penetapan pajak

6) Tata cara pembayaran dan penagihan pajak 7) Kadaluwarsa penagihan pajak

8) Sanksi administrasi

(27)

c. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mira dkk (2016: 4), sistem pemungutan pajak terbagi atas tiga bagian yaitu:

1. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang dengan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. 3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan pajak yang terutang oleh wajib pajak.

d. Asas Pemungutan Pajak

1) Asas domisili dimana negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayah pabean 2) Indonesia, sekalipun penghasilan diperoleh dari luar negeri.

3) Asas sumber dimana negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

4) Asas kebangsaan dimana pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara Mardiasmo (2016: 9).

(28)

3. Pajak Progresif

a. Pengertian Pajak progresif

Pajak progresif merupakan pajak tambahan yang dibayarkan oleh wajib pajak terhadap kendaraan kedua dan seterusnya dari wajib pajak. Berdasarkan peraturan tersebut, jika terjadi transaksi jual beli kendaraan bermotor seperti mobil, maka pemilik kendaraan tersebut harus melaporkan ke UPT pendapatan wilayah terdekat sebelum melakukan penjualan dan harus mengisi format yang telah disediakan. agar pihak pembeli kendaraan tersebut tidak dikenakan tarif pajak progresif jika ingin melakukan kegiatan Bea Balik Nama terhadap kendaraan yang dibeli tersebut (Rahayu, 2019: 2).

b. Presentase Pajak Progresif

Menurut Priambudi (2017: 21), Kemudian atau kepemilikan kendaraan bermotor dapat dilihat atas nama dan alamatnya sama serta sesuai dengan tanda pengenal diri, dapat ditetapkan secara progresif sebagai berikut:

1) PKB kepemilikan pertama, sebesar 1,75% 2) PKB kepemilikan kedua, sebesar 2,25% 3) PKB kepemilikan ketiga, sebesar 2,75% 4) PKB kepemilikan keempat, sebesar 3,25% 5) PKB kepemilikan kelima, sebesar 3,75% 4. Pajak Kendaraan Bermotor

a. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Ahad (2016: 19), pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan

(29)

bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya serta berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energy menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan diair.

Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, pajak kendaraan bermotor (PKB) adalah volume 04 Nomor 02 JEPP 40 pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Menurut Pasal 5 UU Nomor 28 Tahun 2009, dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah hasil perkalian 2 (dua) unsur pokok, yakni nilai jual kendaraan bermotor (NJKB) dan bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan serta pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut. Khusus untuk kendaraan bermotor yang digunakan diluar jalan umum termasuk alat-alat berat dan alat-alat-alat-alat besar serta kendaraan di air, dasar pengenaan PKB adalah NJKB (Nilai jual kendaraan bermotor). Pajak kendaraan bermotor dikenakan selama 12 (Dua belas) bulan berturut-turut setiap tahunnya (Eryandi, 2011: 39).

b. Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut (Nurdin, 2013: 4), bahwa dasar hukum pajak kendaraan bermotor sebagaimana yang telah disebutkan yaitu: Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang perubahan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2007 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah pajak

(30)

kendaraan bermotor atau pajak atas kepemilikan serta penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah

semua kendaraan

beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis

darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau

peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber

daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor

yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang dalam

operasinya menggunakan roda dan motor yang tidak melekat

secara permanen serta kendaraan bermotor yang

dioperasikan

diair.

c. Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut (Nurdin, 2013: 4), dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor dan bobot yang mencerminkan kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor tersebut. Nilai kendaraan bermotor sesuai dengan harga pasar kendaraan bermotor, atau diperkirakan atas dasar isi silinder atau satuan daya, penggunaan kendaran bermotor, jenis kendaraan bermotor, berat total kendaraan bermotor, dokumen impor untuk jenis kendaraan tertentu.

d. Objek dan Subjek Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut (Ahad, 2016: 20), telah dikemukakan bahwa pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu jenis pajak daerah provinsi. Sebagai Pajak daerah provinsi pada hakikatnya tidak dapat berfungsi bila tidak memiliki objek yang dapat dikenakan pajak kendaraan bermotor.

(31)

Berdasarkan Pasal 3 UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yaitu:

Pasal 3

1) Objek pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor.

2) Pengertian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya yang dioperasikan di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioperasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (Lima Gross

Tonnage) sampai dengan GT 7 (Tujuh Gross Tonnage).

3) Pengertian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah: Kereta api, Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara, Kendaraan bermotor yang dimiliki dan dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah dan objek Pajak lainnya yang ditetapkan dalam peraturan daerah.

Berdasarkan Pasal 4 UU No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yaitu:

Pasal 4

1) Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki dan/atau menguasai Kendaraan Bermotor.

2) Wajib pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau Badan yang memiliki Kendaraan Bermotor.

(32)

3) Wajib pajak Badan, kewajiban perpajakan yang diwakili oleh pengurus atau kuasa Badan tersebut.

e. Wajib pajak kendaraan bermotor

Wajib pajak adalah kondisi dimana wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakan. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotong pajak tertentu wajib pajak berupa wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan (Rahayu, 2019: 2).

f. Masa Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Priambudi (2017: 20), masa pajak adalah 12 (Dua Belas) bulan berturut-turut merupakan tahun pajak terhitung sajak tanggal pendaftaran. Pajak kendaraan bermotor yang satu dan lain hal masa pajaknya tidak sampai 12 (Dua belas) bulan, maka harus dilakukan restitusi:

1) Terhadap kendaraan bermotor mutasi keluar daerah dan dalam Provinsi Sulawesi Selatan.

2) Terhadap kendaraan bermotor mutasi keluar daerah dan diluar Provinsi Sulawesi Selatan.

3) Bagi bulan yang melebihi 14 (Empat belas) hari terhitung 1 (Satu ) bulan penuh.

(33)

g. Cara Perhitungan Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Karim (2018: 4), secara umum perhitungan PKB (Pajak kendaraan bermotor) adalah sesuai rumus berikut:

= Tarif Pajak × Dasar Pengenaan Pajak Pajak Terutang

= Tarif Pajak × (NJKB × Bobot)

B. Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1. Pengertian Penerimaan

Penerimaan adalah sumber pembiayaan negara yang dominan baik untuk belanja rutin maupun pembangunan. Pengertian pajak menurut UU tentang anggaran pendapatan dan belanja negara, merupakan penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional (Nurcahyanti, 2015: 30).

Penerimaan Bea Balik Nama Kedaraan Bermotor merupakan pendapatan yang sangat potensial dalam meningkatkan pendapatan daerah yang digunakan untuk pembangunan dan pembiayaan disetiap daerah (Nurdin, 2013: 2).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan daerah, negara dan sumber penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri serta pajak perdagangan internasional yang dilakukan melalui instrumen kebijakan atau administrasi perpajakan. 2. Pengertian BBNKB

Pengertian BBNKB Menurut siahaan dalam (Anjani, 2014: 32), mengemukakan bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian

(34)

dua pihak atau perbuatan sepihak dengan keadaan yang terjadi jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan dalam usaha. Secara umum tujuan dari pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) adalah untuk memperoleh Buku Pemilik Kendaraan Bermotor atau biasa yang disebut dengan BPKB. Buku Pemilik Kendaraan Bermotor merupakan sarana identifikasi bagi suatu kendaraan bermotor, dengan pertimbangan bahwa perlu adanya tindakan preventif dari kepolisian.

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua belah pihak atau perbuatan sepihak serta keadaan yang terjadi karena adanya transaksi jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Subjek pajak adalah orang pribadi atau barang yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor (Eryandi, 2011: 40).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dikenakan pengalihan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian antara dua belah pihak atau perbuatan sepihak serta keadaan yang terjadi karena terjadi transaksi jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan atau pemasukan kedalam badan usaha.

3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak BBNKB

Menurut Priambudi (2017: 22). UU Nomor 28 Tahun 2009 bahwa pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Indonesia saat ini didasarkan pada hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait, dasar hukum sebagai berikut:

(35)

b. UU Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

c. Peraturan pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak.

d. Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2010 tentang pajak daerah.

4. Objek Pajak BBNKB

Menurut Nurdin (2013: 5), peraturan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2010 pasal 27 Ayat 3 adalah:

a. Kereta api

b. Kendaraaan Bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara

c. Kendaraan bermotor yang dimiliki atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah; dan

d. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai pabrikan atau importir yang semata mata tersedia untuk dipamerkan.

5. Subjek Pajak dan Wajib Pajak BBNKB

Subjek pajak BBNKB adalah orang pribadi atau barang yang dapat menerima penyerahan kendaraan bermotor. Wajib pajak BBNKB wajib mendaftarkan penyerahan kendaraan bermotor dalam jangka waktu paling lambat 30 (Tiga Puluh) hari kerja sejak saat penyerahan. Penguasaan kendaraan melebihi 12 (Dua Belas) bulan diluar perjanjian sewa beli dapat dianggap sebagai penyerahan. Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dilakukan pada saat pendaftaran (Eryandi, 2011: 40).

(36)

6. Dasar Pengenaan BBNKB

Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dihitung berdasarkan tabel yang dikeluarkan oleh menteri dalam negeri, dimana permendagri tersebut setiap tahun menyesuaikan atau setiap tahun dalam pengenaan perhitungan pajak dikeluarkan permendagri yang baru. Contohnya tahunnya keluar permendagri No 28 Tahun 2017 dan permendagri No 68 Tahun 2018. Jenis kendaraan yang tidak tertera pada permendagri tahun 2018 Masih dapat mengacu atau melihat cara perhitungan atau besarnya berdasar permendagri sebelumnya yaitu tahun 2017 (Karim , 2018: 2).

7. Tarif BBNKB

Menurut Rahmiyatun (2020: 2), Perda No.9 Tahun 2010 bahwa Tarif Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen). Khusus untuk Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak menggunakan jalan umum, tarif pajak yang ditetapkan masing-masing sebagai berikut: Penyerahan Kendaraan Bermotor alat – alat berat sebesar 0,75% (nol koma tujuh lima); dan Penyerahan Kendaraan Bermotor alat besar dan seterusnya sebesar 0,075% (nol koma nol tujuh lima).

8. Cara Perhitungan BBNKB

Menurut Anjani (2014: 35), besaran pokok BBNKB yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan BBNKB adalah sesuai dengan rumus berikut :

(37)

Pajak Terutang

= Tarif Pajak x Nilai Jual Kendaraan Bermotor

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian terdahulu yang terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Nama Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Bagus Priambudi ( 2017) Pengaruh Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor II (Studi Kasus Pada CPDP Samsat Kota Bandung I)

Deskriptif Penerapan pajak progresif kendaraan bermotor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung I, hal ini bisa dilihat dari penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung I yang setiap tahunya terus meningkat. Penerimaan Bea Balik Nama

(38)

Kendaraan Bermotor II di CPDP Provinsi Wilayah Kota Bandung I dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 setiap tahunnya meningkat, hal ini disebabkan banyaknya wajib pajak yang melakukan proses Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor untuk menghindari pajak progresif kendaraan bermotor. 2. Rizka Novianti Pertiwi (2014) Analisis Efektivitas Pemungutan Pajak Bumi Dan Bangunan (Studi Pada Dinas Pendapatan,

Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Kota Probolinggo)

Deskriptif Pada tahun 2011 tingkat efektivitas menunjukkan kriteria cukup efektif sebesar 80,15% dengan realisasi peningkatan

sebesar Rp

4.487.279.280,00.

Pengelolaan PBB terakhir dikelola oleh pemerintah pusat pada tahun 2012. Pada tahun tersebut realisasi penerimaannya

(39)

4.697.123.952 dengan persentase 81,43%. Tingkat efektivitas penerimaan PBB tahun 2013 sebesar 83,48% dengan realisasi Rp 4.716.360.032,00 dengan kriteria cukup efektif. Realisasi penerimaan pada tahun 2013 merupakan awal yang cukup bagus dalam pengalihan PBB menjadi pajak daerah dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh DPPKA Kota Probolinggo.

3. Oktofiandry Makaluas (2016)

Analisis Penerimaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Di Provinsi Sulawesi Utara

Deskriptif kuantitatif

Realisasi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mengalami peningkatan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, dan mengalami penurunan pada tahun 2014 sampai dengan 2015. Namun meskipun Bea Balik

(40)

Nama Kendaraan Bermotor mengalami penurunan realisasi penerimaan dua tahun terakhir, BBNKB tetap menjadi sumber pendapatan terbesar dalam kurun waktu 5 tahun terakhir pada Pendapatan Asli Daerah Provinsi Sulawesi Utara yakni sebesar 32,77%. 4. Fikram Pratama A. Karim (2018) Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor di Kabupaten Minahasa Selatan Kualitatif deskriptif Penerimaan pajak kendaraan bermotor dari tahun 2015-2017 mengalami peningkatan dan sudah optimal dalam pemungutan pajak, bahwa perusahaan sudah memakai SOP (Standart Operational Prosedur)

yang membuat

penerimaan pajak berjalan sesuai dengan peraturan yang ada dan telah dibagi masing-masing fungsi yang

(41)

berkaitan langsung dengan pelanggan untuk penerimaan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. 5. Ahmad Akhyar Abdul Ahad (2016) Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Provinsi Sulawesi Selatan (Studi Pada Kantor Dispenda Provinsi Sulawesi Selatan) Deskriptif kualitatif Tahapan dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan dimulai dengan pelaporan atau pendaftaran kendaraan oleh wajib pajak, setelah diketahui dengan jelas dan pasti obyek dan subyek PKB berdasar SPPKB, kemudian diterbitkan SKPD. Selanjutnya dilakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor, dimana pembayarannya dilunasi sekaligus dibuka untuk 12 bulan. Dilakukan penagihan dengan menerbitkan surat teguran bagi wajib pajak yang jatuh tempo dan bagi

(42)

wajib pajak yang tidak segera melunasi pajaknya dikenakan sanksi administrasi dan sanksi pidana 6. Febby anjani (2014) Pengaruh Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Terhadap Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor II (Studi Kasus Pada Cabang Pelayanan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Wilayah Kota Bandung III

Deskriptif Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan pada data yang telah diperoleh dari cabang pelayanan dinas pendapatan daerah Provinsi wilayah Kota Bandung III. Peningkatan penerimaan BBNKB II itu disebabkan karena banyak wajib pajak yang melaporkan kendaraan yang telah dijual sehingga nomor kendaraan polisi yang telah dijual tersebut diblokir oleh pihak samsat dan pembeli kendaraan bekas tidak dapat mengurus pajak kendaraan dengan cara

(43)

sistem meminjam KTP, sehingga pembeli kendaraan bekas wajib melakukan Bea Balik Nama Kendaraan, maka dampak positif dari penerapan tarif pajak progresif kendaraan bermotor semakin meningkat. 7. Sahidillah Nurdin (2013) Analisis Perbandingan Penerimaan PKB Sebelum Dan Sesudah Penerapan Tarif Progresif Dan Pengaruhnya

Terhadap

Penerimaan BBNKB (Studi Pada Kantor Cabang Pelayanan Dispenda Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyan)

Komparatif Penerimaan pajak kendaraan bermotor sebelum dan sesudah penerapan tarif progresif terdapat perbedaan, meskipun terlihat penerimaan pajak kendaraan bermotor naik turun sebelum dan sesudah penerapan tarif. Tetapi rata-rata penerimaan pajak kendaraan bermotor mengalami kenaikan penerimaan pajak kendaraan bermotor, kenaikan rata-rata

(44)

penerimaan pajak kendaraan bermotor merupakan satu keberhasilan yang dilakukan pemerintah daerah dan dijalankan oleh Kantor Cabang Pelayanan Dispenda Provinsi Wilayah Kota Bandung II Kawaluyaan. 8. Ni Putu Indah Rahayu (2019) Pengaruh Penerapan Pajak Progresif Dan Perilaku Konsumtif Wajib Pajak Dalam Pembelian

Kendaraan Bermotor Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Provinsi Bali UPT Samsat Di Kota Denpasar

Analisis jalur

Perilaku konsumtif Wajib Pajak dalam pembelian kendaraan bermotor secara signifikan mediasi pengaruh penerapan pajak progresif terhadap Pendapatan Asli Daerah UPT. Samsat Di Kota Denpasar. Penerapan pajak progresif yang telah diterapkan ternyata efektif dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah UPT Samsat kota Denpasar, tanpa mengubah perilaku masyarakat Kota

(45)

Denpasar selaku Wajib Pajak dalam membeli kendaraan bermotor. Sehingga dalam pelaksanaan tugas pelayanan pembayaran UPT Samsat kota Denpasar mampu terus meningkatkan pelayanan pembayaran pajak Wajib Pajak.

D. Kerangka Pikir

Pajak progresif kendaraan bermotor merupakan tarif pemungutan pajak dengan presentasi yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, kemudian kenaikan presentasi untuk setiap jumlah tertentu.

Menurut Nurdin (2013: 4), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua belah pihak atau perbuatan sepihak serta keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar-menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha”. Penerimaan Bea Balik Nama Kedaraan Bermotor adalah jika wajib pajak ingin melakukan BBN II harus diserti dengan BPKB.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa penerapan pajak progresif terhadap BBNKB merupakan pajak kendaraan bermotor untuk mengurangi angka kemacetan yang disebabkan oleh padatnya kendaraan bermotor milik

(46)

pribadi, dengan berlakunya tarif pajak progresif. Pajak progresif merupakan pajak tambahan yang dibayarkan oleh wajib pajak terhadap kendaraan kedua dan seterusnya dari wajib pajak berdasarkan peraturan tersebut.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian maka dapat diduga bahwa pajak progresif kendaraan tidak terdapat pengaruh terhadap penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru. Pajak progresif juga salah satu pajak daerah atau pajak yang dipungut oleh daerah yang akan menambah pendapatan daerah yang masuk dalam golongan Bea Balik Nama Kendaraan.

Pengaruh pajak progresif kendaraan bermotor yang dimaksud adalah keterkaitan antara WP mengenai pajak progresif kendaraan dalam membayar pajak kendaraan bermotor yang sesuai dengan peraturan yang ada pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru.

Penerapan BBNKB yang dimaksud adalah apabila pajak ini diberlakukan maka dapat diperkirakan pendapatan pertahun akan meningkat. Kemudian pajak progresif tidak berlaku bagi kendaraan bukan umum yang dimiliki oleh badan Pemerintah, Pemerintah Daerah, TNI dan Polri.

Pengaruh Pajak Progresif Kendaraan Bermotor (X)

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Sugiono (2010). Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode jenis penelitian Kuantitatif. Metode Penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan realisasi penerimaan pajak progresif kendaraan bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dari tahun 2018 dan 2019.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru yang terletak di Jl. Lanakka No.26, Kecamatan Barru Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.

2. Waktu

Waktu yang digunakan untuk penelitian selama dua bulan yaitu pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2020.

C. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini, ada beberapa definisi operasional variabel yang akan digunakan yaitu :

1. Pajak Progresif

(48)

Pajak progresif adalah suatu tarif yang presentasinya semakin besar bila jumlah yang harus dikenakan pajak semakin besar. Penggunaan tarif ini menyebabkan penerima penghasilan yang lebih tinggi dapat mendistribusikan penghasilannya kepada penerima penghasilan yang lebih rendah melalui pembayaran pajak.

2. Kendaraan Bermotor

Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan diair.

3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau pemasukan ke dalam badan usaha.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiono (2010). “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: Obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

(49)

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah laporan realisasis penerimaan pajak progresif kendaraan dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru, populasi ini juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, Sampel dalam penelitian ini adalah laporan realisasis penerimaan pajak progresif kendaraan bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dari tahun 2018 dan 2019.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dengan demikian, dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara yaitu:

1. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, mencatat data rapat, agenda dan sebagainya.

2. Studi Pustaka yaitu suatu cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data, informasi, gap teori, gap penelitian yang bersumber dari buku, jurnal, dan artikel lainnya.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisa dengan pendekatan kuantitatif, metode analisa ditunjukkan untuk menggambarkan

(50)

bagaimana pengaruh pajak progresif kendaraan terhadap penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada UPT. Pendapatan Wilayah Barru Pengujian ini dibantu dengan program (SPSS).

1. Analisis Regresi Linear Sederhana

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear sederhana, dimana:

Y = Penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor X = Pajak Progresif Kendaraan Bermotor

a = Nilai konstanta b = Nilai Koefisien

2. Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati satu berarti variabel-variabel independennya menjelaskan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

3. Uji T

Uji T untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel bebas mempunyai pengaruh yang nyata atau tidak terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji hipotesis, bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0 : r = 0 , artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

HA : r ≠ 0 artinya, ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas Y = a + bx

(51)

dengan variabel terikat.

Selanjutnya untuk mengetahui signifikan dari konstanta disetiap variabel independen terhadap variabel terikat, maka dilakukan uji t, yang sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:184) dengan rumus sebagai berikut:

a. Apabila nilai T hitung >T tabel pada taraf signifikan 5% maka Ho ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak progresif kendaraan terhadap penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor.

b. Apabila nilai T hitung < T tabel pada taraf signifikan 5% maka H1 ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pajak progresif kendaraan terhadap penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor.

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Profil Kantor SAMSAT BARRU

Sistem administrasi manunggal satu atap (Samsat) atau dalam bahasa inggris One Roof System, adalah suatu sistem administrasi yang dibentuk untuk memperlancar dan mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu gedung. Contoh dari samsat adalah dalam pengurusan dokumen kendaraan bermotor.

Samsat merupakan suatu sistem kerja sama secara terpadu antara Polri, Dinas Pendapatan daerah provinsi, dan PT Jasa Raharja (Persero) dalam pelayanan untuk menerbitkan STNK dan tanda nomor kendaraan bermotor yang dikaitkan dengan pemasukan uang ke kas negara baik melalui pajak kendaraan bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ), serta dapat dilaksanakan pada satu kantor yang dinamakan “Kantor Bersama Samsat”.

Hal ini polri memiliki fungsi penetapan STNK; Dinas Pendapatan provinsi menetapkan besarnya pajak kendaraan bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB); sedangkan PT Jasa Raharja mengelola sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas jalan (SWDKLLJ). 2. Sejarah dan Dasar Hukum SAMSAT

a). Sampai dengan tahun 1974

Proses perpanjangan STNK harus membuang waktu cukup lama karena mesti mendatangi tiga kantor. Membayar pajak harus datang

(53)

kekantor pajak. Esoknya, mereka yang hendak membayar sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWSKLLJ) dan harus mendatangi kantor Asuransi Jasa Raharja. Dan mereka pun harus mendatangi kantor polisi lalu lintas untuk memperoleh STNK. Masing-masing instansi belum terintegrasi.

b). 1974-1976

Tujuan Registrasi dan Identifikasi Forensik Ranmor dan data pengemudi lebih akurat, kecepatan dan kemudahan pelayanan kepada masyarakat, dilakukan uji coba pembentukan SAMSAT diPolda Metro Jaya.

c). 1976-1988

Berdasarkan INBERS 3 Menteri Menhankam, Menkeu dan Mendagri No. Pol KEP/13/XII/1976, No. KEP -1693/MK/IV/12/1976, 311 Tahun 1976 bahwa Konsep SAMSAT diberlakukan diseluruh Indonesia Kepolisian RI, PT Jasa Raharja (Persero) dan Dinas Pendapatan Provinsi bersama-sama. Meski demikian masing-masing instansi menerbitkan tanda bukti untuk setiap pelunasan kewajiban di SAMSAT. d). 1988-1993

Berdasarkan INBRES, Menhankam, Menkeu, dan Mendagri No. INS/03/X/1988, No. 5/IMK.013/1988, No. 13 A Tahun 1988 dilakukan penyederhanaan dokumen yaitu formulir permohonan/pendaftaran STNK/Pajak/SWDKLLJ digabung jadi satu. Tanda Pelunasan Pembayaran SWDKLLJ PT Jasa Raharja (Perseo) yang tercantum dalam STNK/STCK berlaku sebagai pengganti polis Asuransi (sertifikat).

(54)

e). 1993-1999

Diberlakukan revisi masa berlaku STNK dan TNKB dari 1 tahun menjadi 5 tahun namun setiap tahunnya melakukan pengesahan STNK berdasarkan INBERS Panglima Angkatan Bersenjata, Menkeu dan Mendagri No. INS/02/II/1993, No. 01/MK.01/1993, No. 2A Tahun 1993. Mekanisme perpanjangan STNK dibentuk 5 pokja (loket) untuk pelayanan.

f). 1999 sd. Sekarang

Berdasarkan INBERS Menhankam, Menkeu dan Mendagri Np. Pol INS/03/M/1999, No. 6/IMK 014/1999, No. 29 tahun 1999 menetapkan penyempurnaan da penyederhanaan sistem operasi pelayanan dari 5 (lima) loket menjadi 2 (dua) loket. Pembayaran SWDKLLJ yang tertera pada SKPD berfungsi sebagai pengganti polis asuransi (sertifikat). Tanda Pelaksanaan dan Pengesahan digabung dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang telah divalidasi cash register sebagai tanda bukti pembayaran.

3. Sejarah Singkat SAMSAT BARRU

Pada tahun 2007, berdasarkan peraturan daerah dibentuklah kantor yang diberi nama Samsat barru, kemudian pada tahun 2012 dibentuklah menjadi UPTP (Unit Pelayanan Teknis Pendapatan) singkat cerita awal terbentuknya kantor samsat Kabupaten Barru adalah cabang dari kantor samsat Kota Pare-pare.

(55)

4. Visi dan Misi a. Visi

Terwujudnya pelayanan prima dalam pengurusan administrasi dan resident kendaraan bermotor melalui keterpaduan pelayanan POLRI, PEMDA, JASA RAHARJA dan SAMSAT BARRU.

b. Misi

 Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat dengan Menjunjung Tinggi Etika Profesi.

 Melakukan Proses Administrasi Kendaraan Bermotor Secara Cepat dan Tepat.

 Mewujudkan Aparat Pelaksana SAMSAT Yang Bersih, Jujur Dan Cakap, Bertanggung Jawab Dan Profesional.

 Meningkatkan Kesadaran Masyarakat dalam Membayar Pajak.

 Penataan Arsip Kendaraan Yang Tertib Untuk Memudahkan Identifikasi dan Keamanan Dokumen.

(56)

5. Struktur Organisasi

Gambar 4.2 Struktur Organisasi

(57)

6. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan peraturan daerah Nomor 15 Tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Selatan, kedudukan dinas pendapatan daerah merupakan unsur penunjang pemerintah daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang berada dibawah serta bertanggungjawab kepada kepala daerah gubernur Sulawesi selatan melalui sekretaris daerah.

Dinas pendapatan daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan, desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan serta kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota di bidang pendapatan daerah sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku sesuai dengan fungsinya yaitu:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro dibidang pendapatan,

b. Pelatihan di bidang pendapatan, c. Alokasi sumber daya potensi,

d. Penelitian yang mencakup wilayah provinsi dibidang pendapatan, e. Pengelolaan urusan tata usaha dinas,

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagaimana disebutkan diatas, maka dinas pendapatan daerah mempunyai kewenangan sebagai berikut:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan regional secara makro di bidang pendapatan,

2. Pelatihan di bidang pendapatan, 3. Alokasi sumber daya potensi,

(58)

4. Penelitian yang mencakup wilayah provinsi di bidang pendapatan, 5. Penyusunan kebijakan teknis serta program kerja,

6. Penyelenggaraan pemungutan dan pemasukan pendapatan daerah, 7. Pelaksanaan kegiatan dan keserasian yang berhubungan dengan

peningkatan pendapatan daerah,

8. Pelaksanaan pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berikut tugas pokok SAMSAT BARRU, yaitu: a. Kepala UPT. Pendapatan Wilayah Barru

1. Menyusun rencana kegiatan UPT sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

2. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

3. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam lingkungan UPT untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas

4. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan atau menandatangani naskah dinas

5. Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya

6. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan program, keuangan, umum, perlengkapan, kepegawaian dalam lingkungan UPT

7. Menyiapkan dan merumuskan kebijakan teknis pemungutan pendapatan asli daerah

8. Mengoordinasikan dan melaksanakan kebijakan teknis pemungutan pendapatan asli daerah

(59)

9. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan teknis pemungutan pendapatan asli daerah

10. Menyiapkan bahan dan melakukan koordinasi terkait dengan proses penyelesaian keberatan, pemberian keringanan, dan restitusi pajak daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

11. Melakukan koordinasi dengan pemerintah kab/kota dan instansi terkait lainnya

12. Mengusulkan rencana anggaran kegiatan tahunan

13. Mengusulkan rencana penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah

14. Melaksanakan pelaporan bulanan, triwulan dan tahunan 15. Melaksanakan urusan ketatausahaan UPT

16. Melaksanakan kegiatan layanan unggulan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) sesuai kebijakan yang ditetapkan 17. Melaksanakan pengawasan internal UPT

18. Mengoordinasikan dan melaksanakan pemantauan, pengendalian dan evaluasi kebijakan teknis pemungutan pendapatan asli daerah 19. Melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga

pemerintah dan lembaga nonpemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi UPT

20. Menilai kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

21. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala UPT dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan

(60)

22. Menyelenggarakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Kasubag Tata Usaha

1. Menyusun rencana kegiatan Sub Bagian Tata Usaha sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

2. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

3. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam lingkungan Sub Bagian Tata Usaha untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas

4. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan atau menandatangani naskah dinas

5. Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya

6. Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan dalam lingkungan UPT sehingga terwujud koordinasi, sinkronisasi dan integrasi pelaksanaan kegiatan

7. Melakukan koordinasi serta menyiapkan bahan penyusunan program UPT

8. Mengoordinasikan dan melakukan pengolahan penyajian data dan informasi

9. Mengoordinasikan dan melakukan pelayanan administrasi umum 10. Mengoordinasikan dan melakukan pelayanan kepegawaian dan

hukum

11. Mengoordinasikan dan melakukan pelayanan administrasi keuangan

(61)

13. Mengoordinasikan dan melakukan administrasi pelayanan organisasi dan tata laksana

14. Mengoordinasikan dan melakukan pelaksanaan urusan ke rumah tangga

15. Mengoordinasikan dan melakukan kegiatan kehumasan

16. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

17. Menilai kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

18. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan

19. Menyelenggarakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

c. Kasi Penetapan dan Penerimaan Pajak

1. Menyusun rencana kegiatan Seksi Penetapan dan Penerimaan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

2. Mendistribusikan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas

3. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam lingkungan Seksi Penetapan dan Penerimaan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas

4. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan atau menandatangani naskah dinas

(62)

6. Menyiapkan bahan dan melakukan perencanaan kebijakan teknis Penetapan dan Penerimaan

7. Mengoordinasikan dan melakukan kebijakan teknis Penetapan dan Penerimaan

8. Mengoordinasikan dan melakukan pembinaan teknis Penetapan dan Penerimaan

9. Melakukan penyelenggaraan kegiatan perhitungan, penelitian, verifikasi dan penetapan Pajak Daerah serta pendapatan lainnya dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)

10. Mengoordinasikan dan menyampaikan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) kepada wajib pajak

11. Melakukan pengoperasian sistem pengelolaan data elektronik 12. Mengoordinasikan pelaksanaan layanan unggulan Sistem

Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)

13. Mengoordinasikan dan melakukan pemantauan, pengendalian dan evaluasi kebijakan teknis Penetapan dan Penerimaan

14. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan lembaga pemerintah dan lembaga nonpemerintah dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi

15. Menilai kinerja pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan

16. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas Kepala Seksi Penetapan dan Penerimaan dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan sebagai bahan perumusan kebijakan

(63)

17. Menyelenggarakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan atasan sesuai dengan bidang tugasnya.

d. Kasi Pendataan dan Penagihan

1. Menyusun rencana kegiatan Seksi Pendataan dan Penagihan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

2. Mendistribusikan tugas dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas 3. Memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan

kegiatan bawahan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan tugas

4. Menyusun rancangan, mengoreksi, memaraf dan atau menandatangani naskah dinas

5. Mengikuti rapat-rapat sesuai dengan bidang tugasnya

6. Menyiapkan bahan dan melakukan perencanaan kebijakan teknis pendataan dan penagihan

7. Mengoordinasikan dan melakukan kebijakan teknis pendataan dan penagihan

8. Mengoordinasikan dan melakukan pembinaan teknis pendataan dan penagihan

9. Melakukan pendataan dan penagihan Pajak Daerah

10. Mengoordinasikan dan menyampaikan surat pemberitahuan Pajak Daerah kepada wajib pajak

11. Mengoordinasikan dan menyampaikan surat tagihan dan surat teguran Pajak Daerah kepada wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban tepat waktu

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  NO  Nama  Peneliti  Judul  Metode  Penelitian  Hasil Penelitian  1
Gambar 2.1  Kerangka Pikir  E. Hipotesis Penelitian
Gambar 4.2  Struktur Organisasi
Tabel 4.5  Uji Hipotesis  Coefficients a Model  Unstandardized  Coefficients  Standardized Coefficients  T  Sig

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat dimbil kesimpulan bahwa tingkat kepuasan konsumen dalam menggunakan jasa

Proses degradasi diazinon yang efektif dapat dilakukan selama 21 hari dengan penambahan kompos pada tanah sebesar 15-30% pada konsentrasi diazinon 1000 ppm.. Beberapa jenis

To analyze the major character Katherine Ann Watson ’s struggles for same right and liberation in a conservative society at that time and how she dealt with the obstacles as

ASI juga dapat meningkatkan Intelligence Quotien (IQ) anak, penelitian pada tahun 1999 suatu analisis dari 11 penelitian menunjukkan bahwa bayi yang menyusu mempunyai IQ 3,2

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang didapat diperkuliahan khususnya mengenai pengaruh penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

Kebanyakan pabrik perkebunan di Indonesia mengolah pucuk teh menjadi teh hitam yang memiliki pangsa pasar lebih besar walau sebagian perkebunan milik swasta dan perkebunan

Maka dengan dibuatnya undang-undang tentang jaminan produk halal pemerintah memberikan perhatian besar dan menjamin bahwa semua produk yang beredar di masyarakat

Perilaku Politik Transaksi Calon Legislatif dan Pemilih pada Pemilu Legislatif 2014 di Kelurahan Sako Kota