• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 Tinjauan Pustaka"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu" dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami suatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, radio, televisi, poster, majalah, dan surat kabar (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dialaminya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai pada manusia dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).

(2)

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dapat dibagi atas enam bagian, yaitu:

1. Tahu (know); sebagai pengingat atau materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (comprehension); sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui sehingga dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.

3. Aplikasi (application); sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4. Analisa (analysis); suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu

objek dalam komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan dengan satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis); menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kesembuhan baru.

6. Evaluasi (evaluation); berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beebrapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidkan itu

(3)

2. Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

3. Motivasi

Merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar ( merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.

4. Pengalaman

Adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyababkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.

Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehata. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoadmodjo, 2003).

(4)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikandengan tingkat- tingkat tersebut diatas (Notoadmodjo, 2003).

2.2. ASI EKSKLUSIF

ASI adalah singkatan dari air susu ibu, yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2009).

Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila memungkinkan sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun.

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.

Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. Berdasarkan Depkes RI (2006) Pemberian Makanan Pendamping ASI diberikan setelah bayi berusia enam bulan sampai usia 24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Ziraluo, 2009).

(5)

Menurut Widodo (2001), bahwa bayi yang disusui 30 menit sesudah dilahirkan atau sebelumnya akan memungkinkan untuk tidak memberikan makanan pralacteal pada bayi (Susilawati, 2005).

2.2.1. Manfaat ASI Eksklusif

ASI bukan hanya sekedar sebagai makanan tetapi ASI juga sebagai cairan yang didalamnya terkandung sel-sel hidup seperti sel darah putih. Selain itu ASI juga mengandung antibodi, hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang membunuh bakteri (Pringgadini, 2008).

Manfaat serta keistimewaan ASI sebagai makanan bernutrisi untuk bayi sudah tidak diragukan lagi. Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen nutrisi makro dan mikro. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat dan protein. Komposisi nutrisi ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi diatas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein (Hendarto,2008).

ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan kurang bulan (prematur) mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa disbanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan cukup bulan (Hendarto, 2008).

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar potein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi. Volume akan makin meningkat (Roesli,2009).

ASI mantang (mature) merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan seterusnya, komposisinya relatif konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit, ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan

(6)

foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Roesli,2009).

Kolostrum adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan berprotein tinggi. Cairan emas yang encer dan seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih menyerupai darah daripada susu, sebab mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matang. Mengandung zat anti-infeksi 10-17 kali. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam dan sebaiknya diberikan pada bayi. Lemak ASI adalah komponen ASI yang dapat berubah-ubah kadarnya. Kadar lemak bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan kalori untuk bayi yang sedang tumbuh. Perubahan kadar lemak ini terjadi secara otomatis dengan menyesuaikan diri terhadap jumlah kalori yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dari hari ke hari. Bahkan pada hari yang sama kadar lemak ASI pada waktu yang berbeda tidak sama (Roesli, 2009).

Beberapa manfaat pemberian ASI eksklusif, yaitu manfaat untuk anak, manfaat untuk ibu, dan manfaat ASI untuk negara.

2.2.1.1. Manfaat ASI untuk Anak

Bayi yang mendapat ASI jarang menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam ASI.ASI mengandung Lactobacillus bifidus yang berfungsi mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

(7)

ASI mengandung zat faktor pertumbuhan Lactobacillus bifidus. Susu sapi tidak mengandung zat factor-faktor pertumbuhan ini. Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Dengan mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat menghambat pertumbuhan kuman tertentu, yaitu

Staphylococcus, E. coli dan Entamoeba hystolytica yang juga memerlukan zat besi untuk pertumbuhannya. Selain menghambat pertumbuhan bakteri tersebut, laktoferin dapat pula menghambat pertumbuhan jamur Candida. Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri (bakterisidal) dan antiinflamasi, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk menyerang bakteri E. Coli dan sebagian keluarga Salmonella. Keaktifan lisozim ASI beberapa ribu kali lebih tinggi dibanding susu sapi. Keunikan lisozim lainnya adalah bila faktor protektif lain menurun kadarnya sesuai tahap lanjut ASI, maka lisozim justru meningkat pada 6 bulan pertama setelah kelahiran. Hal ini merupakan keuntungan karena setelah 6 bulan bayi mulai mendapatkan makanan padat dan lisozim merupakan faktor protektif terhadap kemungkinan serangan bakteri patogen dan penyakit diare pada periode ini.

ASI juga mengandung komplemen C3 dan C4, kedua komplemen ini, walaupun kadar dalam ASI rendah, mempunyai daya opsonik, anafilaktoksik, dan kemotaktik, yang bekerja bila diaktifkan oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI. Faktor antistreptokokus, dalam ASI terdapat faktor antistreptokokus yang melindungi bayi terhadap infeksi kuman Streptokokus. Antibodi secara elektroforetik, kromatografik, dan radio immunoassay terbukti bahwa ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin, yaitu IgA skretorik (SigA), IgE, IgM, dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SigA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke dalam mukosa usus (Suradi,2008).

Pada tinja bayi yang mendapat ASI terdapat antibodi terhadap bakteri E.coli dalam konsentrasi yang tinggi sehingga jumlah bakteri E.coli

(8)

dalam tinja bayi tersebut juga rendah. Di dalam ASI selain antibodi terhadap

E. coli juga pernah dibuktikan adanya antibodi terhadap Salmonella typhi, Shigella, dan antibodi terhadap virus seperti rotavirus, polio, dan campak. Antibodi terhadap rotavirus tinggi dalam kolostrum, yang kemudian turun pada minggu pertama dan bertahan sampai umur 2 tahun.

Dalam IgA juga didapatkan antigen terhadap Helicobacter jejuni

penyebab diare. Kadarnya dalam kolostrum tinggi dan menurun pada usia 1 bulan dan kemudian menetap selama menyusui. ASI juga berfungsi sebagai Imunitas seluler karena ASI mengandung sel-sel yang sebagian besar (90%) berupa makrofag yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim, dan laktoferin. Konsentrasi faktor antiinfeksi tinggi dalam kolostrum. Kadar SigA, laktoferin, lisozim, dan sel seperti makrofag, neutrofil, dan limfosit lebih tinggi pada ASI prematur dibanding ASI matur. Perbedaan status gizi pada ibu tidak mempengaruhi konsentrasi faktor antiinfeksi dalam ASI (R.Suradi,2008). Selain itu ASI juga mengandung taurin, asam amino yang berfungsi sebagai

neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi.

ASI memiliki komponen gizi lain yang sangat bermanfaat, protein dalam ASI adalah protein “whey”, protein ini sangat mudah dicerna bayi, ASI tidak mengandung betalaktoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menimbulkan alergi. Kadar methionin dalam ASI lebih rendah dibandingkan susu sapi sedangkan kadar sistinnya lebih tinggi hal ini mempunyai keuntungan tersendiri karena enzim sistasionase yaitu enzim yang akan mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah bahkan tidak ada. Sistin merupakan asam amino yang sangat penting bagi pertumbuhan otak. Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi sangat menguntungkan karena laktose ini akan diubah menjadi asam laktat yang dapat menyebabkan keadaaan asam pada usus bayi. Keadaan ini mempunyai keuntungan karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang patologis, memudahkan terjadinya pengendapan

(9)

dari ca-caseinat dan memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin (Soetjiningsih,1997).

Lemak ASI terdiri dari trigliserida (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sistem pencernaan bayi, tetapi juga dalam ASI. Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,

docosahexaenoic acid (DHA) dan arachnoid acid (AA) yang berperan

penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia anak. Yang merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok omega-3 yang dapat diubah menjadi DHA dan omega-6 yang dapat diubah menjadi AA (Sulistyawati, 2009).

ASI tidak menimbulkan alergi, pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. Sedangkan pada pemberian ASI efek ini tidak muncul. Pemberian protein asing sebaiknya ditunda sampai usia 6 bulan untuk mengurangi kemungkinan alergi ini.

ASI juga mempunyai efek psikologis yang menguntungkan. Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto inframerah payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang tidak menyusui. Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk membangun dasar kepecayaan bayi (basic sense of trust) yaitu dengan mulai mempercayai orang lain, dalam hal ini ibu, maka selanjutnya akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Suradi, 2008).

Bayi yang mendapat ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal yang baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang

(10)

ASI dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya adalah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit.

ASI juga mengurangi insidensi karies dentis. Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula. Sisa tersebut akan berubah menjadi asam yang merusak gigi. Selain itu kadar Selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis. Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.

Mengurangi resiko terjadinya penyakit kronik seperti kencing manis yang bergantung pada insulin dan keganasan.Selain itu bayi yang diberi ASI lebih jarang menderita diabetes mellitus (Insulin-dependent diabetes mellitus-IDDM) atau kencing manis di usia muda. Dari penelitian diketahui ASI juga dapat mencegah timbulnya kanker darah pada masa kanak-kanak seperti limfoma dan leukemia.

ASI juga dapat meningkatkan Intelligence Quotien (IQ) anak, penelitian pada tahun 1999 suatu analisis dari 11 penelitian menunjukkan bahwa bayi yang menyusu mempunyai IQ 3,2 poin lebih tinggi dibandinkan bayi yang mendapatkan susu formula.perbedaan ini sudah terlihat mulai umur 6-23 bulan dan menetap sampai umur 10-15bulan. Lama pemberian ASI sangat berperan.Bila ASI hanya diberikan selama 4-7 minggu tidak ada perbedaan kecerdasan.Bila ASI diberikan selama 28 minggu atau lebih perbedaan adalah 2,91 poin. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa IQ akan meningkat bila ASI diberikan lebih dari 6 bulan (Pusponegoro, 2008).

(11)

2.2.1.2. Manfaat ASI untuk Ibu

Selain memberi keuntungan pada bayi, menyusui jelas memberikan keuntungan pada ibu. Berikut ini merupakan beberapa manfaat ASI bagi ibu: a) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan

Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Hal ini diebabkan karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk konstriksi/penyempitan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini akan menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan.

b) Mengurangi terjadinya anemia

Mengurangi kemungkinan terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi. Menyusui mengurangi perdarahan.

c) Menjarangkan kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

d) Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibanding pada ibu yang tidak menyusui.

e) Lebih cepat langsing kembali

Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

f) Mengurangi kemungkinan menderita kanker

Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan

(12)

terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian menemukan juga bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung telur. Salah satu dari penelitian ini menunjukkan bahwa risiko terkena kanker indung telur pada ibu yang menyusui berkurang sampai 20-25%.

g) Lebih ekonomis/murah

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu formula. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter, biaya pembelian obat-obatan, bahkan mungkin biaya perawatan di rumah sakit.

h) Tidak merepotkan dan hemat waktu

ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol dan tanpa menunggu agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan terutama pada malam hari. Apalagi kalau persediaan susu habis pada malam hari maka kita harus repot mencarinya.

i) Portabel dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat listrik untuk memasak atau menghangatkan susu. Air susu ibu dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/minum, serta dalam suhu yang selalu tepat.

j) Memberi kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam

(13)

2.2.1.3. Manfaat ASI untuk Negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara karena hal-hal berikut:

a. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui serta biaya menyiapkan susu

b. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah mencret dan sakit saluran napas

c. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan

d. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara

e. Langkah awal untuk mengurang bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2009).

2.2.2. Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Eksklusif

Terdapat tujuh langkah untuk keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif. Langkah-langkah ini sangat penting terutama bagi ibu bekerja. Menyusui memang akan mempengaruhi seluruh keluarga. Idealnya suami, kakak, nenek dan kakek dilibatkan dalam langkah-langkah ini, karena dukungan mereka sangat berarti (Roesli,2009).

Langkah-langkah yang terpenting dalam persiapan keberhasilan menyusui secara eksklusif adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan payudara, bila diperlukan 2. Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui

3. Menciptakan dukungan keluarga, teman dan sebagainya

4. Memilih tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “rumah sakit sayang bayi” atau “rumah bersalin sayang bayi”

5. Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara eksklusif

6. Mencari ahli persoalan menyusui seperti Klinik Laktasi dan atau konsultasi laktasi (lactasian consultan).

(14)

2.2.3. Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI

2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya

3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif

4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 – 1 jam setelah lahir)

5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara)

6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralakteal sejak bayi lahir 7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi

8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi 9. Tidak memberikan dot/kompeng

10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan (Besar,2008).

2.2.4. Mewujudkan setiap bayi mendapat ASI dan memampukan setiap ibu menyusui bayinya

Seorang ibu menyusui agar mampu dan berhasil melaksanakan pemberian ASI seutuhnya. Seorang ibu memerlukan perlindungan, informasi dan bantuan yang komprehensif sekaligus menghilangkan hambatan di lingkungannya, antara lain :

a. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang mendukung

b. Komunikasi, informasi dan edukasi kepada semua lapisan masyarakat untuk menumbuhkan ‘budaya ASI’, misalnya penyediaan sarana ruang menyusui di pelayanan umum

(15)

c. Keseluruhan sistem pelayanan kesehatan menerapkan ’10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui’ atau menerapkan ‘Sayang Bayi’

d. Ibu mendapat konseling menyusui terutama bila menghadapi masalah e. Ibu yang bekerja mendapat perlindungan, kebijakan, sarana dan bantuan

untuk melaksanakan pemberian ASI yang optimal

f. Ibu yang menderita HIV positif membutuhkan pengetahuan tentang pemberian makanan bayi

g. Ibu mendapat informasi atau konseling tentang manfaat pemberian ASI dan cara menyusui yang benar

h. Ibu tidak terpapar/terpengaruh oleh pemasaran PASI atau ibu harus dapat menolak pemberian PASI

i. Bila ibu-bayi berada dalam situasi darurat dibantu untuk tetap menyusui

2.2.5. Keterampilan Menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah

(16)

yang terlihat dibanding aerola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi.

Posisi tubuh yang benar dapat dilihat sebagai berikut : a. Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast)

b. Perut dan dada bayi menempel pada perut dan dada ibu (chest to chest) c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi

membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik

e. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi f. Pegang belakang bahu jangan kepala bayi g. Kepala terletak dilengan bukan di daerah siku.

Tanda perlekatan ibu dan bayi yang baik adalah dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar , bibir bawah terputar keluar , lebih banyak areola bagian atas yang terlihat dibanding bagian bawah dan tidak menimbulkan rasa sakit pada puting susu.

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusu sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering.

2.2.6. Lama Menyusui

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram), proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila

(17)

kedua payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI (Yohmi,2008).

2.2.7. Menilai kecukupan ASI

1. ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

2. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urine yang tidak pekat dan bau tidak menyengat.

3. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada usia 2 minggu.

4. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu (Yohmi,2008).

Selain itu dapat juga terlihat tanda payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui, ibu merasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai menyusu dan bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”. (Sulistyawati,2009)

2.2.8. Masalah yang sering timbul saat masa laktasi

1. Puting rata: inverted or retracted nipples. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan jalan menarik-nari puting sejak hamil (nipple conditioning exercises).harus sering menyusui agar puting selalu sering tertarik.

2. Puting lecet: sore or cracked nipples. Dapat disebabkan oleh teknik menyusu yang salah atau perawatan yang tidak betul pada payudara.Pengobatan:

a. teknik menyusu yang benar b. puting harus kering

c. pemberian nalolin dan vitamin E d. pengobatan terhadap monolia

e. Menyusui dengan payudara yang tidak lecet.Bila lecetnya hebat maka menyusui dapat ditunda 24-48 jam. ASI di keluarkan dengan menggunakan tangan atau dipompa.

(18)

Sedangkan pencegahan dapat dilakukan dengan:

a. Jangan membersihkan puting dengan sabun dan zat pembersih lain hanya dengan air

b. Teknik mneyusui harus benar

c. Puting susu dan aerola harus kering setelah nmenyusui d. Jangan memakai lapisan plastik pada kutang.

3. Payudara bengkak: disebabkan karena pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.Dapat pula karena ada gangguan let-down reflex.Dapat diatasi dengan:

a. menyusu lebih sering b. kompres hangat

c. ASI dikeluarkan dengan pompa, pemijatan dapat dilakukan tetapi seringnya akan terasa sakit

d. analgetika

4. Saluran tersumbat (obstructed duct; caked breast). Terjadi statis pada saluran ASI secara lokal sehingga timbul benjolan lokal. Dianjurkan terus menyusui dan lebih baik menyusui dengan payudara yang sakit terlebih dahulu, pemijatan dan dapat pula di kompres.

5. Infeksi payudara (mastitis). Suatu proses infeksi pada payudara yang dapat menimbulkan reaksi sistemik ibu misalnya demam. Payudara terlihat bengkak dan merah juga dirasakan ada nyeri. Untuk pengobatannya jangan berhenti menyusui, jangan dipijat, istirahat, kompres dengan air hangat ataupun dingin serta banyak minum air putih dam meminum antibiotik dan analgetik.

6. Abses payudara, saat terjadi sekunder ada mastitis atau obstructed breast atau luka pada payudara yang terinfeksi. Untuk pengobatannya berhentikan menyusui dari payudara yang ada absesnya kemudia insisi abses lalu minum antibiotik dan analgetik serta beristirahat

7. Bayi tidak suka menyusu (Reluctant nurser), suatu keadaan dimana bayi tidak suka menyusu. Hal ini disebabkan oleh:

(19)

dengan jalan menyusui lebih sring sehingga payudara tidah terlalu penuh yang menyebabkan pancaran ASI keras.

b. Bingung puting (Nipple confusion), Pada bayi yang pemberian ASInyasering diselang-selingi dengan botol susu akan mengalami bingung puting .

c. Pada bayi yang mengantuk kadan-kadang malas menyusu. Cara mengatasinya adalah membuka selimut bayi agar terasa dingin dam bayi terbangun (hardjoprakoso,2006).

Referensi

Dokumen terkait

Intensitas sinar-X karakteristik yang dipancarkan oleh atom-atom uranium dan atom-atom dari hasil peluruhan uranium sesuai dengan kandungan atom tersebut dalam

This question tests the following writing assessment objectives (25 marks): W1 articulate experience and express what is thought, felt and imagined W2 sequence facts, ideas

The aim of this study was to evaluate the association between circumcision, personal hygiene, environmental sanitation, nutritional status, parents’ educational level,

Berdasarkan informasi struktur seperti dip-strike, kekar, sesar, dan lainnya, serta proses geomorfologi yang ada, maka dapat diperkirakan apakah suatu bentuk perbukitan termasuk

Tujuan: Untuk mengetahui dampak hemodialisis terhadap fungsi paru pada penderita penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis reguler.. Metode : Penelitian dilakukan

Dalam istilah graf definisi CPP adalah mencari lintasan pada suatu graf berbobot yang terhubung yang melewati semua sisi (minimal sekali) dengan jumlah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) penguasaan kompetensi keterampilan dasar mengajar mahasiswa pada tingkat sedang sebanyak 17 %, pada tingkat baik sebanyak 62

Pembelajaran biologi menggunakan keterampilan proses sains dengan model berpikir induktif dan model pencapaian konsep ditinjau dari aktivitas belajar dan kemampuan berpikir