• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. ASI eksklusif

a. Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamae pada manusia . ASI merupakan satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih (Siregar, 2004).

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002). ASI sangat ideal untuk bayi yang masih sangat tergantung pada air susu untuk mempertahankan kehidupannya.

b. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja termasuk kolostrum tanpa tambahan cairan lain kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup. Dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Roesli, 2003).

(2)

Dalam deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) mendefinisikan pemberian makanan yang optimal bagi bayi adalah dengan memberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 4-6 bulan, dan melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2 tahun, dengan penambahan makanan pendamping ASI yang sesuai (Roesli, 2003).

Para ahli menemukan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan (Roesli, 2003).

c. Mekanisme Menyusui

Payudara Ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi (rooting reflex). Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut. Isapan bayi (sucking reflex) akan meragsang ujung saraf di daerah putting susu dan di bawah daerah yang berwarna kecoklatan. Rangsangan ini akan mengirimkan sinyal ke bagian depan kelenjar hipofisa di otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin ini akan merangsang sel-sel di kelenjar susu untuk membuat ASI.

(3)

Rangsangan dibentuknya prolaktin adalah pengosongan sinus lactiferous yang terletak dibawah daerah yang berwarna cokelat. Jadi, agar pembentukan ASI banyak, sinus lactiferous perlu dikosongkan dengan baik. Selain itu, isapan bayi juga akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisa untuk membuat hormon oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi kelenjar susu mengerut/berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari kelenjar susu dan mengalir melalui saluran susu ke dalam sinus lactiferous yang terdapat di bawah daerah yang berwarna cokelat (Roesli, 2003).

Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung (swallowing reflex). Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (nir jadwal =on demand), karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar, dengan daya hisapnya maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin kuat daya isapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi (Rulina, 2004).

(4)

d. Komposisi ASI

ASI adalah sumber yang secara alami dirancang dengan sangat bagus. ASI merupakan satu-satunya makanan yang dibutuhkan oleh sebagian besar bayi sehat selama sekitar 6 bulan. ASI tidak hanya dirancang untuk memelihara, tetapi juga untuk melindungi bayi terhadap penyakit. Komposisi ASI dapat berubah selama pemberian ASI saja, dari hari ke hari, berbeda menurut umur bayi atau usia kandungan saat melahirkan, adanya infeksi pada payudara, dan juga berbeda menurut status gizi Ibu (Brown, 2005).

Seiring dengan meningkatnya kemampuan manusia dalam mengukur dan mengidentifikasikan komponen-komponen yang terkandung dalam ASI, dapat dikatakan bahwa komponen ASI sangat kompleks. Ratusan komponen ASI telah dapat diidentifikasi. Komponen gizi ASI diantaranya:

1) Protein dalam ASI

a) ASI mengandung alfa-laktalbulmin baik untuk pencernaan bayi

b) ASI mengandung asam amino esensi taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan bilirubin c) Asam amino sistin penting untuk pertumbuhan otak d) Tirosin dan Fenilanin untuk bayi premature

(5)

f) Lizosin merupakan antibodi alami. 2) Karbohidrat dalam ASI

Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah Laktosa yang akan diubah menjadi asam laktat, yang berfungsi:

a) Penghambat pertumbuhan bakteri

b) Memacu mikroorganisme untuk memproduksi asam organic dan mensintesis vitamin

c) Memudahkan absorpsi Ca, F, Mg

d) Selain laktosa juga terhadap glukosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis. Glukosamin memacu pertumbuhan Laktobacillus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.

3) Lemak dalam ASI

Keadaan lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi, dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E, dan K) dan sumber asam lemak yang esensiil. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak kebutuhan sel jaringan otak yang sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk omega 3, omega 6, DHA, AA.

(6)

Kolesterol merupakan bagian dari lemak yang penting yang meningkatkan pertumbuhan otak bayi.

4) Mineral dalam ASI

a) ASI mengandung mineral yang lengkap

b) Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan natrium dan asam klorida, dan fosfat.

c) Zat besi dan kalsium di dalam merupakan mineral yang sangat stabil.

5) Air dalam ASI

Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolic adalah aman. Air yang relative tinggi dalam ASI meredakan rangsangan haus dari bayi.

6) Vitamin dalam ASI

Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap. Vitamin cukup untuk 6 bulan sehingga tidak perlu ditambah kecuali vitamin K karena bayi baru lahir ususnya belum mampu membentuk vitamin K.

7) Taurin, DHA dan AA pada ASI

a) Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan

(7)

berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata. Decosahexanic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsatured fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.

b) Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin partum buhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)yaitu masing-masing dari Omega (asam linoleat) dan Omega 6 (asam linoleat).

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

(1) Kolostrum

Susu pertama, atau biasa di sebut kolostrum (susu jolong), merupakan cairan kental, seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih, yang diproduksi selama laktogenesis II (hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir).

Bayi hanya dapat meminum kolostrum 2-10 ml (½ - 2 sendok teh) per tiap kali makan dalam dua sampai tiga

(8)

hari pertama setelah lahir. Volume kolostrum antara 150-300 ml/24 jam. Kolostrum mengandung sekitar 58-70 kalori/100ml, dan tinggi kandungan proteinnya, rendah karbohidrat dan lemak dibandingkan dengan susu matang (susu yang diproduksi dua minggu setelah bayi lahir). Kolostrum juga mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibanding ASI yang matang (Brown, 2004).

Protein utama pada kolostrum adalah immunoglobulin A dan laktoferin, tetapi protein lainnya yang terdapat pada susu matang tidak terdapat dalam kolostrum. Konsentrasi sel-sel mononuclear (jenis spesifik sel darah merah) dari Ibu yang mengandung perlindungan imunitas, sangat tinggi pada kolostrum. Kolostrum mempunyai konsentrasi sodium, potassium, dan klorida yang lebih tinggi dibanding dengan susu matang (Brown, 2004). Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang (Roesli, 2003).

(2) ASI Transisi/ Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang.

(9)

Disekresi dari hari ke empat sampai dengan hari ke sepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI matang baru akan terjadi pada minggu ke tiga sampai dengan minggu ke lima. Kadar protein pada ASI peralihan semakin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi. Volume akan semakin meningkat (Siregar, 2004).

(3) ASI Matang (Mature)

ASI yang disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya, yang dikatakan komposisinya relative konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu ke tiga sampai ke lima komposisi ASI baru konstan (Siregar, 2004). Pada Ibu yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan (Roesli, 2003). ASI yang keluar pada 5 menit pertama dinamakan foremilk. Foremilk mempunyai komposisi yang berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk lebih encer. Hindmilk mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak dibanding foremilk. Diduga hindmilk inilah yang mengenyangkan bayi (Roesli, 2003).

(10)

e. Manfaat ASI

Air susu manusia dirancang untuk bayi manusia. Proses menyusui merupakan hal yang normal bagi mamalia. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika telah banyak keuntungan-keuntungan menyusui yang diketahui bermanfaat untuk Ibu dan juga bayi. 1) Manfaat Bagi Ibu

Ibu yang menyusui mendapatkan keuntungan dalam hal hormonal, fisik, dan psikososial. Menyusui bayi segera setelah lahir meningkatkan kadar hormone oksitosin, yang merangsang kontraksi uterus, mengurangi kehilangan darah setelah melahirkan, dan membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil (Brown, 2004). Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil. Selama Ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan (Roesli, 2000).

Tetapi, banyak professional kesehatan di Amerika tidak menyarankan menyusui sebagai suatu pilihan untuk mengontrol kelahiran (Brown, 2004). Menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan Ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli, 2000).

(11)

Pada Ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Salah satu penelitian mengemukakan bahwa menyusui akan mengurangi risiko Ibu terkena kanker indung telur sampai 20 – 25% (Roesli, 2000).

2) Manfaat Bagi Bayi a) Manfaat Gizi

Dengan komposisi gizinya yang sangat dinamis dan seimbang, ASI menyediakan zat-zat gizi yang optimal bagi bayi. Keseimbangan zat-zat gizi yang terdapat pada ASI sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya (Brown, 2004).

Kadar protein pada ASI relatif rendah jika dibandingkan dengan susu sapi, sehingga sesuai dengan kebutuhan bayi tanpa membebani ginjal bayi yang masih belum berkembang sempurna (matang) dengan nitrogen (Brown, 2004).

ASI mengandung lemak dalam jumlah yang banyak dalam bentuk asam lemak esensial, asam lemak jenuh, trigliserida rantai sedang, dan kolesterol. Asam

(12)

lemak tak jenuh ganda, khususnya DHA yang berguna untuk mengoptimalkan perkembangan sistem saraf pusat (Brown, 2004).

b) Manfaat Imunologik

Salah satu hal yang paling penting mengenai menyusui dalam dekade terakhir ini adalah kemampuan ASI melindungi bayi terhadap infeksi. Banyak komponen yang terdapat pada ASI berperan aktif melawan infeksi. Komponen selularnya (T dan B-limfosit, neutrofil, makrofag, dan sel-sel epitel) kadarnya lebih tinggi di dalam kolostrum, tetapi juga terdapat di dalam ASI matur dengan konsentrasi yang lebih rendah (Brown, 2004).

ASI terutama kolostrum mengandung imunoglobulin, yaitu Secretory IgA (SIgA), IgE, IgM dan IgG. Dari semua imunoglobulin tersebut yang terbanyak adalah SIgA. Antibodi dalam ASI dapat bertahan di dalam saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk kedalam mukosa usus (Rulina, 2004). ASI juga meningkatkan respon imun terhadap imunisasi termasuk polio, tetanus, difteri, dan Haemophilus influenza. ASI juga meningkatkan respon

(13)

imun terhadap infeksi respiratory synctial virus (RSV), infeksi pernafasan yang umum terjadi pada bayi.

c) Manfaat Kognitif (Kecerdasan)

Interaksi antara Ibu dan bayi kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. Beberapa laporan telah membuktikan adanya hubungan antara pemberian ASI, khususnya durasi pemberian ASI, dengan manfaat terhadap kecerdasan anak yang dinilai dengan IQ. d) Manfaat Aspek Ekonomi

Dengan memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu formula, karena ASI tidak perlu dibeli. Selain itu, pemberian ASI juga menghemat pengeluaran untuk berobat bayi karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit (Rulina, 2004). e) Manfaat Bagi Negara

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara karena dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian anak. Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi naik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa

(14)

ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah.

Selain itu, pemberian ASI akan mengurangi subsidi untuk rumah sakit. Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nokosomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu formula (Rulina, 2004).

Pemberian ASI eksklusif pada akhirnya akan menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara. Pemberian ASI eksklusif sebagai langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang (lost generation) khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2003).

Beberapa manfaat lain ASI menurut (Depkes,2002:124) antara lain:

a) Perlindungan terhadap penyakit

Penelitian menunjukkan, bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit sistem

(15)

pernapasan dan pencernaan. Hal itu disebabkan zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan penyakit. ASI juga memberikan perlindungan terhadap penyakit adalah penyediaan lingkungan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang disebut flora normal. Keberadaan bakteri ini menghambat perkembangan bakteri, virus dan parasit berbahaya. Penelitian lain membuktikan bahwa terdapat unsur-unsur di dalam ASI yang dapat membentuk system kekebalan melawan penyakit-penyakit menular dan membantunya agar bekerja dengan benar.

b) Manfaat bagi bayi premature

Air susu Ibu yang memiliki bayi premature mengandung lebih banyak zat lemak,protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi. Bahkan telah dibuktikan bahwa fungsi mata bagi bayi berkembang lebih baik pada bayi-bayi premature yang diberi ASI dan mereka memperlihatkan kecakapan yang lebih baik dalam kecerdasan. Selain itu, mereka juga mempunyai banyak sekali kelebihan lainnya.

c) Mengurangi resiko penyakit jantung

Para ilmuwan Universitas Bristol mengungkap bahwa di antara manfaat ASI jangka panjang adalah

(16)

dampak baiknya terhadap tekanan darah, yang dengannya tingkat bahay serangan jantung dapat dikurangi. Kelompok peneliti tersebut menyimpulkan bahwa perlindungan yang diberikan ASI disebabkan oleh kandungan zat gizinya. Menurut hasil penelitian itu, yang diterbitkan dalam jurnal kedokteran circulation, bayi yang diberi ASI berkemungkinan lebih kecil mengidap penyakit jantung. Telah diungkap bahwa keberadaan asan-asam lemak tak jenuh berantai panjang (yang mencegah pengerasan pembuluh arteri), serta fakta bahwa bayi yang diberi ASI menelan sedikit natrium (yang berkaitan erat dengan tekanan darah) yang dengannya tidak mengalami penambahan brat badan berlebihan, merupakan beberapa diantara manfaat ASI bagi jantung.

d) Mengurangi resiko diabetes

Keberadaan hormone lain yang disebut leptin di dalam ASI yang memiliki peran utama dalam metabolism lemak. Leptin dipercayai sebagai molekul penyampai pesan kepada otak bahwa terdapat lemak pada tubuh. Jadi, menurut pernyataan Dr. Martin, hormon-hormon yang didapatkan semasa bayi mengkonsumsi ASI mengurangi resiko penyakit-penyakit seperti kelebihan berat badan, diabetes jenis dua dan kekebalan terhadap insulin.

(17)

e) Mengurangi resiko kanker

Berdasarkan hasil seluruh penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa ASI, yang dibahas dalam ratusan tulisan yang telah terbit, melindungi bayi terhadap kanker. Hal ini telah diketahui, walaupun secara fakta mekanismenya belum sepenuhnya dipahami. Ketika sebuah protein ASI membunuh sel-sel tumor yang telah dipahami. Ketika sebuah protein ASI membunuh sel-sel tumor yang telah ditumbuhkan didalam laboratorium tanpa merusak sel yang sehat manapun. Para peneliti menyatakan bahwa sebuah potensi besar telah muncul.

f) Membantu perkembangan otak

ASI mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan otak karena gula dan lemak yang dikandungannya. Penelitian perbandingan terhadap bayi yang diberi ASI dengan bayi yang diberi susu buatan pabrik yang dilakukan oleh James W. Anderson, seorang ahli dari Universitas Kentucky, membuktikan bahwa IQ bayi yang diberi ASI lebih tinggi 5 angka dari pada bayi lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini ditetapkan bahwa ASI yang diberikan hingga enam bulan bermanfaat bagi kecerdasan bayi, dan anak yang disusui kurang dari delapan minggu tidak memberikan manfaat pada IQ.

(18)

g) Manfaat pertumbuhan tulang

Unsur-unsur seperti kalsium yang dimilikinya berperan besar dalam perkembangan tulang-tulang bayi. f. Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui

Setiap fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan untuk ibu hamil dan perawatan bayi baru lahir harus:

1) Mempunyai kebijakan tertulis mengenai ASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada seluruh staf petugas kesehatan. Selain kepada petugas kesehatan, informasi tentang ASI perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI diantaranya adalah kepada anak sekolah Taman Kanak-Kanak, usia remaja, Ibu hamil dan Ibu menyusui, keluarga dan majikan.

2) Melatih seluruh petugas kesehatan mengenai keahlian dalam hal-hal yang penting dan berhubungan dengan kebijakan mengenai ASI.

3) Menginformasikan kepada semua Ibu hamil mengenai keuntungan menyusui dan manajemen laktasi.

4) Membantu Ibu untuk melakukan inisiasi menyusui dini dalam 30 menit setelah bayi lahir. Refleks hisap bayi yang paling kuat adalah pada jam-jam pertama setelah lahir. Setelah itu bayi mengantuk. Bila bayi lahir tidak bermasalah maka sesegera mungkin (dalam waktu 30 menit) setelah bayi lahir

(19)

diberikan kepada Ibunya untuk merangsang payudara. Rangsangan payudara dini akan mempercepat timbulnya refleks prolaktin dan mempercepat produksi ASI.

5) Mengajarkan kepada Ibu teknik menyusui yang benar, dan bagaimana cara tetap memberikan ASI kepada bayinya walaupun ketika Ibu harus berpisah untuk sementara waktu dengan bayinya.

6) Tidak memberikan makanan ataupun minuman selain ASI kepada bayi yang baru lahir kecuali karena adanya indikasi medik.

7) Melaksanakan rawat gabung (rooming-in). Ibu dan bayi dapat berada pada satu tempat tidur atau boks di samping tempat tidur ibunya selama 24 jam sehingga mudah diraih Ibunya. 8) Mendorong pemberian ASI sesering mungkin (on demand). 9) Tidak memberikan kempeng/dot kepada bayi, karena akan

menyebabkan bayi bingung puting. Bila bayi tidak dapat menyusu kepada Ibu oleh karena sesuatu hal maka pemberian ASI diberikan dengan sendok, pipet, atau cangkir kecil.

10) Membina kelompok pendukung ASI. Kelompok ini terdiri dari Ibu-ibu yang telah berpengalaman dan berhasil menyusui bayinya sendiri yang secara sukarela ingin membantu Ibu-ibu lain agar berhasil menyusui juga (Rulina, 2004).

(20)

2. Karakteristik Ibu a. Umur Ibu

Dalam kurun reproduksi sehat, usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun, dan usia diatas 35 tahun dan dibawah 20 tahun menjadi usia yang rawan untuk kehamilan dan persalinan. Pengelompokan usia menjadi usia 20-35 tahun dan usia < 20 tahun dan > 35 tahun. Usia 20-35 tahun merupakan usia reproduksi/usia subur, sehat bagi seorang wanita karena sangat sedikit mengalami komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Karena usia Ibu melahirkan sangat berpengaruh pada kesehatan Ibu sehingga kondisi yang sehat akan menpengaruhi pemberian ASI. Sedangkan usia < 20 tahun dan > 35 tahun merupakan usia resiko tinggi untuk kehamilan dan persalinan yang akan mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif. Dari segi produksi ASI, Ibu-ibu yang berusia 19-23 tahun lebih baik menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan berusia lebih tua, primipara yang lebih dari 35 tahun cenderung tidak menghasilkan jumlah ASI yang cukup (Pujiadi, 2000). Secara umum wanita yang lebih muda memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik daripada yang tua karena adanya perkembangan kelenjar yang matang pada masa pubertas dan fungsinya sesudah kelahiran.

(21)

b. Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan proses yang dilakukan secara sadar, sistematis, terarah dan berlangsung secara terus menerus yang mendorong terjadinya perubahan pada setiap individu didalamnya. Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada tingkat pendapatan keluarga sebagai faktor ekonomi. Pendidikan juga dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan Ibu, semakin tinggi jumlah Ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya. Hal ini mungkin disebabkan karena Ibu yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai banyak kesibukan diluar rumah, sehingga cenderung meninggalkan bayinya. Sedang Ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak tinggal dirumah sehingga lebih banyak mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya (Depkes, 2000).

c. Pekerjaan Ibu

Saat ini terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja wanita di berbagai sektor pekerjaan. Hal ini menyebabkan makin banyak Ibu yang harus meninggalkan bayi sebelum berusia 6 bulan karena masa cuti yang telah habis (Depkes RI, 2005). Ibu yang bekerja diluar rumah mempunyai kemungkinan memberikan ASI secara eksklusif lebih rendah dibandingkan dengan Ibu tidak bekerja. Hal ini disebabkan karena Ibu yang bekerja harus meninggalkan bayinya

(22)

untuk jangka waktu tertentu sehingga keberhasilan dalam memberikan ASI secara eksklusif terganggu (Siregar, 2004).

Bekerja selalu dijadikan alasan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayi karena Ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun berkurang.

Pekerjaan Ibu berdampak pada kesehatan Ibu yang berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif. Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh terhadap pemberian ASI yaitu kondisi fisik dan emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar seseorang tidak mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada Ibu menyusui. Masalah kesehatan atau penyakit yang diderita Ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi Ibu. Olds, dkk (2000) menyebutkan Ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya tidak menyusui bayinya agar Ibu dapat menjalankan pengobatan sesegera mungkin. Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi pemberian ASI yaitu HIV/AIDS (Olds, dkk, 2002). Namun, hal ini sangat bertolak belakang dengan rekomendasi dari WHO tentang penggantian ASI.

Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar Ibu tidak mengalami perubahan perilaku dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu masalah emosi yang paling umum dialami yaitu stress. Wagner (2012) menyatakan stress dapat terjadi pada Ibu menyusui akibat bayi cepat marah dan sering mencari susu Ibu.

(23)

Beliau juga mengatakan stres memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.

d. Pendapatan Ibu

Sosial ekonomi adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin tinggi juga pendidikan, dan semakin tinggi juga pengetahuan (Soekanto, 2002). Hal ini memberikan hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/ penghasilan Ibu dimana Ibu yang mempunyai ekonomi rendah mempunyai peluang lebih memilih untuk memberikan ASI dibanding Ibu dengan sosial ekonomi tinggi. Status sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memproduksi dan atau membeli pangan. Ibu-ibu dari keluarga berpendapatan rendah kebanyakan adalah berpendidikan lebih rendah dan memiliki akses terhadap informasi kesehatan lebih terbatas dibanding Ibu-ibu dari keluarga berpendapatan tinggi, sehingga pemahaman mereka untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayi menjadi rendah (Suyatno, 2000). Bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama (Purnamawati, 2003).

e. Motivasi

(24)

tingkah lakunya dan membantu mencapai kepuasan setelah segala keperluan dan kehendak dapat dipenuhi (Zakaria, 2005). Menurut Handoko (2001), jika dilihat atas dasar fungsinya motivasi terbagi atas : motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal yaitu motivasi yang berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar,dari dalam individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan tindakan dan motivasi eksternal yaitu motivasi yang berfungsi dengan adanya faktor dari luar individu.

Motivasi terdiri dari 3 komponen yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan.

1) Kebutuhan

Kebutuhan terjadi apabila seseorang merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dengan apa yang diharapkan. Ketidakseimbangan tersebut, membuat seseorang terdorong untuk memenuhi kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.

2) Dorongan

Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi.

(25)

3) Tujuan

Tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Kebutuhan seseorang menjadi terpuaskan setelah harapannya tercapai, seseorang tersebut terdorong untuk memenuhi harapan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Bahiyatun(2009), motivasi agar menyusui lebih berhasil, seorang Ibu memerlukan rasa percaya diri,yaitu Ibu harus yakin bahwa Ibu dapat menyusui dan ASI adalah yang terbaik untuk bayinya. Ibu harus yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya, terutama pada awal bulan setelah lahir.

(26)

B. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori dalam penelitian ini penulis paparkan sebagaimana gambar 2.1 berikut:

Faktor Predisposisi :

1. Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusf

2. Umur Ibu 3. Paritas

4. Pendidikan Ibu 5. Pekerjaan Ibu 6. Sikap ibu terhadap

pemberian ASI Eksklusif (Motivasi) 7. Rencana ibu memberikan

ASI Eksklusif Faktor Pemungkin : 1. Tempat Melahirkan 2. Penolong Persalinan 3. Kunjungan ke tenaga kesehatan 4. Pengetahuan petugas tentang ASI 5. Ekonomi Keluarga (Pendapatan) Faktor Penguat : 1. Dukungan Suami 2. Promosi susu formula 3. Kebijakan yang berlaku 4. Pengasuh Bayi

Pemberian ASI Eksklusif

(27)

Gambar 2.1 kerangka teori penelitian hubungan antara karakteritik Ibu menyusui dengan lamanya pemberian ASI eksklusif Sumber : Green (2000) Health Promotion Planning and educational

and Environment Approach

Keterangan: Variabel yang dicetak tebal dan miring adalah variabel yang akan diteliti.

C. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep dalam penelitian ini penulis paparkan sebagaimana gambar 2.2 berikut :

Qsasddfhjhhjhshs;;

Gambar 2.2 Konsep Penelitian Hubungan antara Karakteristik Ibu Menyusui Dengan Lamanya Pemberian ASI eksklusif D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“Terdapat hubungan umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan motivasi dengan lamanya pemberian ASI eksklusif”

Karakteristik Ibu: -Umur -Pendidikan -Pekerjaan -Pendapatan -Motivasi

Lamanya pemberian ASI ekslusif

Gambar

Gambar 2.1   kerangka teori penelitian hubungan antara karakteritik Ibu  menyusui dengan lamanya pemberian ASI eksklusif  Sumber :   Green (2000) Health Promotion Planning and educational

Referensi

Dokumen terkait

Karyawan yang dinilai dengan instrumen adalah sampel

Beberapa informasi yang didapat menunjukkan bahwa kinerja pegawai Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir belum maksimal, seperti dari segi kualitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas berpikir kreatif matematika siswa antara yang menggunakan metode Project Based learning dengan yang

Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di lokasi yang akan dibedah

Di sekolah yang Bapak pimpin, apakah bapak/ibu guru melakukan penilaian hasil belajar siswa pada tiap akhir pembelajaran sesuai dengan yang

Neoplasma yang pertumbuhannya lambat, gejala klinis, antara lain nyeri kepala, akan muncul perlahan-lahan, apalagi bila topis neoplasma di daerah otak yang tidak

Hasil dari analisis laporan keuangan PT Wijaya Karya Beton Tbk untuk periode 2014 dan 2014 dapat disimpulkan bahwa kinerja manajemen dari tahun ke tahun