• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Kajian tentang Keaktifan Belajar Siswa

a. Pengertian Keaktifan Belajar Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 23), aktif adalah giat (bekerja, berusaha), sedangkan keaktifan adalah kegiatan, kesibukan. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik dan relatif tetap, serta ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Suyono & Hariyanto, 2011: 9). Jadi keaktifan belajar siswa adalah suatu keadaan di mana siswa aktif dalam belajar.

Ahmadi (2004: 207) mengemukakan bahwa, “Keaktifan siswa adalah siswa yang terlibat secara intelektual dan emosional dalam kegiatan belajar sedangkan, Yusmiyati (2010: 10) berpendapat bahwa, “Siswa yang aktif adalah siswa yang terlibat secara fisik, psikis, intelektual dan emosional secara terus menerus dalam proses pembelajaran”. Keaktifan sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran, siswa di tuntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah hasil belajarnya. Guna memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional.

Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan objek yang nyata. Jadi, pembelajaran harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sekolah diibaratkan sebuah miniatur dari masyarakat dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antarkomponen.

(2)

Pendidikan yang berdasarkan kurikulum 2013 lebih menitikberatkan pada aktivitas yang sejati, di mana siswa belajar dengan mengalami sendiri pengetahuan yang dipelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan serta perubahan perilaku termasuk sikap dan nilai. Saat ini, pembelajaran diharapkan terdapat interaksi siswa pada saat pembelajaran. Hal ini agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Dalam proses pemelajaran guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator.

Dalam penelitian ini pengertian dari keaktifan belajar siswa berarti keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan tersebut dilihat dari proses pembelajaran pada mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kelas XI program keahlian Administrasi Perkantoran. Keaktifan belajar tersebut meliputi aktivitas belajar siswa yang berupa keterlibatan secara fisik dan non fisik dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya membutuhkan aspek pegetahuan (kognitif), tetapi juga memerlukan dikembangkannya aspek sikap (afektif) dan aspek ketrampilan (psikomotorik) yang dapat mendorong siswa untuk bersikap aktif dalam proses pembelajaran.

b. Jenis-jenis Aktivitas Siswa dalam Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks dan prosesnya berlangsung pada diri seseorang. Dengan melakukan perbuatan belajar tersebut peserta didik akan menjadi aktif di dalam kegaiatan belajar siswa dalam pembelajaran sangat beragam. Menurut Paul D. Dierich (Hamalik, 2013: 172-173) membagi kegiatan belajar ke dalam delapan kelompok, antara lain:

1) Kegiatan-kegiatan visual

Kegiatan visual terdiri dari kegiatan membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

(3)

2) Kegiatan-kegiatan lisan (Oral)

Kegiatan lisan terdiri dari kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Kegiatan mendengarkan terdiri dari kegiatan mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permaian, dan mendengarkan radio.

4) Kegiatan-kegiatan menulis

Kegiatan menulis terdiri dari kegiatan menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

5) Kegiatan-kegiatan menggambar

Kegiatan menggambar terdiri dari kegiatan menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola.

6) Kegiatan-kegiatan metrik

Kegiatan metrik terdiri dari kegiatan melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7) Kegiatan-kegiatan mental

Kegiatan mental terdiri dari kegiatan merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8) Kegiatan-kegiatan emosional

Kegiatan emosional berupa minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Hal senada yang diungkapkan oleh Paul D. Dierich yang dikutip oleh Sardiman (2014: 101) keaktifan siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

(4)

1) Kegiatan visual (Visual activities): meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja.

2) Kegiatan lisan (Oral activities): meliputi mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

3) Kegiatan mendengarkan (Listening activities): meliputi mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan musik dan pidato.

4) Kegiatan menulis (Writing activities): meliputi menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, dan menyalin.

5) Kegiatan menggambar (Drawing activities): meliputi menggambar, membuat grafik, diagram, dan peta.

6) Kegiatan metrik (Metric activities): meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

7) Kegiatan mental (Mental activities): meliputi merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

8) Kegiatan emosional (Emotional activities): meliputi minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.

Sardiman (2014: 99) berpendapat, “Aktivitas belajar disini yang baik yang bersifat fisik maupun mental”. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, siswa tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah apabila daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling terkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Banyak

(5)

aktivitas yang dapat dilakukan siswa di dalam poses pembelajaran. Beberapa macam aktivitas tersebut harus diterapkan siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan aktivitas siswa dalam pembelajaran yaitu aktivitas fisik maupun non fisik yag mengacu pada Paul D. Dierich (Hamalik, 2013: 172-173) yaitu: 1) kegiatan visual, 2) kegiatan lisan, 3) kegiatan mendengarkan, 4) kegiatan menulis, 5) kegiatan menggambar, 6) kegiatan metrik, 7) kegiatan mental, dan 8) kegiatan emosional yang tercermin dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

c. Ciri-ciri Keaktifan Belajar Siswa

Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran apabila terdapat ciri-ciri sebagai berikut (Suryosubroto, 2002: 71-72):

1) Siswa berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan.

2) Pengetahuan dipelajari, dialami dan ditemukan oleh siswa sendiri.

3) Mengerjakan sendiri tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa. 4) Mencobakan sendiri konsep-konsep tertentu.

5) Siswa mengkomunikasikan hasil pikiran dan penemuannya secara lisan.

Gagne dan Briggs dalam Martinis (2007: 84) menyebutkan keaktifan siswa dapat dilihat dari:

1) Perhatian siswa terhadap penjelasan guru. 2) Kerjasamanya dalam kelompok.

3) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli. 4) Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok asal. 5) Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok. 6) Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat.

7) Memberi gagasan yang cemerlang.

(6)

9) Keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain. 10) Memanfaatkan potensi anggota kelompok.

11) Saling membantu dan menyelesaikan masalah.

Siswa aktif dalam pembelajaran apabila siswa melakukan sesuatu seperti menulis, membaca buku paket, LKS ataupun literatur lain, berani bertanya mengenai materi yang belum dipahami, dan mengungkapkan pendapat. Siswa mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara mengalaminya yaitu mengamati, mengobservasi, mempraktikkan, dan menganalisis. Selama proses pembelajaran siswa pasti menemukan permasalahan berupa materi yang belum dipahami, rasa ingin tahu yang tinggi akan membangkitkan siswa untuk aktif bertanya kepada guru ataupun teman yang lebih mengetahuinya. Biasanya pada pelajaran praktik, siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi akan penasaran, sehingga siswa akan mencoba dan mempraktikkannya. Siswa yang aktif akan mengemukakan hasil pemikiran dan pendapatnya mengenai informasi tertentu.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar setiap individu berbeda dengan individu lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keaktifan siswa. Syah, Muhibbin (2012: 146)mengatakan bahwa:

“Faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning)”.

Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi:

a) Aspek fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

(7)

sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.

b) Aspek psikologis, belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:

(1) Inteligensi, tingkat kecerdasan peserta didik tidak dapat diragukan lagi dalam menentukan keaktifan dan keberhasilan belajar peserta didik. Ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat inteligensinya, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, begitu juga sebaliknya.

(2) Sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

(3) Bakat, adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir yang berguna untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

(4) Minat, adalah kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(5) Motivasi, adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

2) Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Adapun yang termasuk dari faktor eksternal adalah:

a) Lingkungan sosial, yang meliputi: guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas.

b) Lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan letaknya, alat-alat

(8)

belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

Menurut Slameto (2010: 54) keaktifan siswa dalam pembelajaran banyak faktor-faktor pendukungnya, faktor pendukung keaktifan belajar digolongkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Faktor-faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa sendiri) Faktor-faktor intern meliputi:

a) Faktor jasmaniah yang didukung dengan faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis didukung oleh intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani maupun kelelahan rohani. 2) Faktor-faktor Ekstern (faktor dari luar diri siswa)

Faktor-faktor ekstern meliputi:

a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan pekerjaan rumah (PR).

c) Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi keaktifan siswa dalam pembelajaran.

(9)

Menurut Purwanto dalam Thobroni (2012: 31-34) faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut:

1) Faktor individual yang meliputi faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan atau intelegensi, latihan dan ulangan, motivasi, dan pribadi. 2) Faktor sosial yang meliputi faktor keluarga atau keadaan rumah tangga,

suasana dan keadaan keluarga, guru dan cara pengajarannya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan faktor sosial.

Hal lain diungkapkan Sukmadinata (2011: 162-163) faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar dapat bersumber pada diri siswa dan diluar diri siswa atau lingkungan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Faktor-faktor dalam diri individu yang menyangkut dua aspek yaitu: a) Aspek jasmani mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari

individu.

b) Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan-kemampuan intelektual, sosial, psikomotor serta kondisi afektif dan kognitif dari individu.

2) Faktor-faktor lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dari beberapa pendapat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa, dapat diambil satu rangkuman bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah faktor internal (faktor dari dalam peserta didik) dan faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik). Faktor internal berupa keadaan fisik, kecerdasan, sikap, bakat, minat dan motivasi dari masing masing siswa sedangkan, faktor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan sarana prasarana belajar.

(10)

e. Indikator Keaktifan Belajar Siswa

Dari kajian pustaka tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran, maka dapat disintesiskan bahwa keaktifan belajar siswa adalah keterlibatan siswa baik itu secara fisik maupun non fisik. Keterlibatan tersebut adalah keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kelas XI yang dapat dilihat dari aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa yang aktif akan menunjukan keaktifannya baik dengan mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, dan antusias terhadap proses pembelajaran.

Indikator keaktifan belajar siswa dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Paul D. Dierich (Hamalik, 2013: 172-173) yang dilihat dari aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan melihat (visual), 2) Kegiatan lisan,

3) Kegiatan mendengarkan, 4) Kegiatan menulis, 5) Kegiatan menggambar, 6) Kegiatan metrik, 7) Kegiatan mental, dan 8) Kegiatan emosional.

h. Hubungan antara Kemampuan Komunikasi Interpersonal dan Motivasi Belajar Siswa dengan Keaktifan Belajar Siswa

Keaktifan belajar siswa dipengaruhi dari beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah kemampuan komunikasi interpersonal siswa. Kemampuan komunikasi interpersonal yang ada pada diri siswa akan memudahkan siswa dalam mengkomunikasikan berbagai hal dengan guru dan teman, baik secara lisan maupun tertulis, sehingga membuat siswa lebih aktif selama proses pembelajaran. Selain kemampuan komunikasi interpersonal siswa, motivasi belajar siswa juga menentukan

(11)

keaktifan belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan semangat dalam mengikuti kegiatan belajar, sehingga akan berdampak pada aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Hal tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Sulisworo dalam International Journal of Learning & Development ISSN 2164-4063 2014, Vol. 4, No. 2 dengan judul “The Effect of Cooperative Learning, Motivation and Information Technology Literacy to Achievement”. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa dan motivasi dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Shasha dalam International Journal of Liberal Arts and Social Science ISSN: 2307-924X dengan judul “The Research on Cultivation of Post-90s University Students Interpersonal Communication Ability”. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan komunikasi interpersonal berdampak pada interaksi siswa di sekolah. Penelitian tersebut mendukung bahwa terdapat hubungan antara kemampuan komunikasi interpersonal dan motivasi belajar siswa terhadap keaktifan belajar siswa.

2. Kajian tentang Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi

Menurut terminologi komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communico yang artinya “membagi” dan Communis yang berarti membangun kebersamaan antar dua orang atau lebih. Definisi kontemporer menyatakan bahwa komunikasi berarti “mengirim pesan” (Cangara, 2014: 13).

Berbicara mengenai definisi komunikasi tidak ada definisi yang salah dan benar secara absolute. Namun, definisi kontemporer menyarankan bahwa komunikasi merujuk pada kalimat “mendiskusikan makna”, ”mengirim pesan” dan ”penyampaian pesan lewat media”. Apapun istilah yang dipakai, secara umum komunikasi mengandung pengertian “memberikan informasi, pesan, atau gagasan pada orang lain dengan

(12)

maksud agar orang lain tersebut memiliki kesamaan informasi, pesan atau gagasan dengan pengirim pesan” (Mulyasa, 2013: 11).

Menurut Edward Depari yang dikutip Suranto (2010: 3) komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh pengirim pesan ditujukan kepada penerima pesan. Pengertian lain yang dikemukakan oleh Lasswell komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa dengan efek apa, sedangkan menurut Karlfried Knapp komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan non verbal (Liliweri, 2008: 4).

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau simbol-simbol yang mengandung arti dari seorang komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu. Tujuan dari komunikasi yaitu pengiriman pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tidak langsung atau melalui media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal balik antara pengirim pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan komunikan.

b. Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi sebagai sebuah aktivitas, proses, atau kegiatan terbentuk oleh karena adanya unsur-unsur komunikasi. Dari komponen-komponen ini selanjutnya terbentuk proses komunikasi. Unsur-unsur komunikasi yang di kemukakan oleh Suranto (2010: 5) sebagai berikut:

1) Komunikator atau Sumber Informasi (Source/Informant)

Merupakan orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi, yakni keinginan untuk membagi keadaan yang ada pada diri sendiri, baik yang bersifat emosional maupun informasional dengan orang lain.

(13)

2) Pesan (Message)

Pesan adalah seperangkat simbol-simbol baik verbal maupun non verbal yang mewakili keadaan khusus sumber untuk disampaikan kepada pihak lain.

3) Saluran atau Media (Channel)

Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber ke penerima atau yang menghubungkan orang ke orang lain secara umum.

4) Komunikan atau Penerima Informasi (Receiver)

Adalah orang-orang yang menerima pesan dan orang yang terhubung dengan sumber pesan.

5) Gangguan (Noise/Barrier)

Gangguan dapat masuk kedalam sistem komunikasi maupun apa saja yang mengganggu atau membuat kacau penyampaian pesan, termasuk yang bersifatu atau fisik dan psikis.

Menurut Liliweri (2008: 17-18) komunikasi sebagai aktivitas meliputi beberapa unsur yaitu:

1) Pengirim atau sumber adalah individu, kelompok, atau organisasi berperan untuk mengalihkan pesan.

2) Encoding adalah pengalihan gagasan ke dalam pesan.

3) Pesan adalah gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain. 4) Saluran (media) merupakan tempat di mana sumber menyalurkan pesan

kepada penerima.

5) Decoding adalah pengalihan pesan ke dalam gagasan.

6) Penerima adalah individu atau kelompok yang menerima pesan. 7) Umpan balik merupakan reaksi terhadap pesan.

8) Gangguan adalah efek internal atau eksternal akibat dari peralihan pesan.

9) Bidang pengalaman merupakan bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima.

(14)

10) Pertukaran makna adalah bidang atau ruang pertemuan yang tercipta karena kebersamaan.

11) Konteks berupa situasi, suasana, atau lingkungan fisik, dan non fisik.

Pendapat lain mengenai unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan oleh Cangara (2014: 15-17), antara lain:

1) Sumber yaitu pembuat atau pengirim informasi.

2) Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. 3) Media merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari

sumber kepada penerima.

4) Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.

5) Pengaruh yaitu perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

6) Tanggapan balik merupakan salah satu bentuk dari pengaruh yang berasal dari penerima.

7) Lingkungan, berupa lingkungan fisik, sosial budaya, psikologi, dan dimensi waktu.

Unsur-unsur komunikasi merupakan suatu hal yang peting dalam proses komunikasi. Dikarenakan dalam proses komunikasi dapat terjadi apabila didukung oleh adanya unsur-unsur komunikasi. Unsur-unsur tersebut juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Dari beberapa pendapat mengenai unsur-unsur komunikasi dapat diambil rangkuman, bahwa unsur-unsur komunikasi berupa komunikator, pesan, media, komunikan, pengaruh, umpan balik, dan gangguan.

c. Macam-macam Komunikasi

Dalam komunikasi terjadi pertukaran kata, arti dan makna tertentu. Pertukaran makna merupakan inti dari kegiatan komunikasi, karena yang disampaikan bukan hanya kata, tetapi arti atau makna dari kata itu sendiri.

(15)

Menurut Liliweri (2008: 20-22) komunikasi dibagi menjadi beberapa macam antara lain:

1) Komunikasi antarpribadi

Komunikasi yang dilakukan dua orang atau tiga orang dengan jarak fisik diatara mereka yang dekat, bertatap muka atau bermedia dengan sifat umpan balik yang berlangsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus, serta memiliki tujuan atau maksud komunikasi tidak terstruktur.

2) Komunikasi kelompok

Komunikasi yang terjadi antara sejumlah orang (kalau kelompok kecil berjumlah 4-20 orang, kelompok besar 20-50 orang), umpan balik pesan berlagsung cepat, adaptasi pesan bersifat khusus tujuan atau maksud komunikasi tidak terstruktur.

3) Komunikasi organisasi

Komunikasi yang berlangsung dalam sebuah organisasi. Melalui organisasi informasi-informasi yang diperoleh dapat disebarluaskan kepada individu dan komunitas.

4) Komunikasi publik

Komunikasi yang disebarluaskan melalui forum-forum yang telah disiapkan secara terstruktur.

5) Komunikasi massa

Komunikasi yang disebar luaskan melalui media massa.

Sedangkan, menurut Cangara (2006: 30-35), komunikasi dapat dibedakan menjadi empat macam antara lain:

1) Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), ialah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu atau komunikasi dengan diri sendiri.

2) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication), yakni proses komunikasi yang berlangsung dua orang atau lebih secara tatap muka.

(16)

3) Komunikasi publik (public communication), yaitu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

4) Komunikasi massa (mass comunication) yaitu proses komunikasi yang yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatya masal melalui alat-alat yang bersifat teknis seperti radio, televisi, surat kabar, dan film.

Dari macam-macam komunikasi menurut beberapa ahli tersebut dapat diambil satu rangkuman bahwa komunikasi dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain: komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, komunikasi massa, komunikasi publik dan komunikasi organisasi.

d. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal menurut Mulyana (2015: 81) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. Devito (dalam Effendy, 2006: 8) mengemukakan bahwa, “Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang mengambil tempat antara dua orang yang memiliki hubungan yang tidak bisa dipungkiri”. Menurut Rogers (dalam Mulyana, 2015: 80) mendefinisikan komunikasi interpersonal merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.

Menurut Thoha (2005: 190) komunikasi interpersonal berorientasi pada perilaku, sehingga penekanannya pada proses penyampaian informasi dari satu orang ke orang lain. Dalam hal ini komunikasi dipandang sebagai cara dasar untuk mempengaruhi perubahan perilaku dan yang mempersatukan proses psikologi seperti persepsi, pemahaman, dan motivasi di satu pihak dengan bahasa pada pihak yang lain. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan penyampaian

(17)

pesan dari seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang dengan efek umpan balik langsung. Dengan kata lain komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung di antara dua orang atau sekelompok orang yang memiliki hubungan yang mantap dan jelas dalam penyampaian pesan dengan efek umpan balik langsung.

Menurut Effendy (2006: 10), pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima serta menanggapi secara langsung baik verbal maupun non verbal. Komunikasi interpersonal ini terjalin antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kelas XI.

e. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal

Menurut R. Wayne Pace yang dikutip oleh Cangara (2006: 32), komunikasi interpersonal dapat dibedakan atas dua macam, antara lain: 1) Komunikasi Diadik (Dyadic Communication)

Proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi yang tatap muka, di mana seorang menjadi komunikator yang menyampaikan pesan dan seorang lagi menjadi komunikan yang menerima pesan. Komunikasi diadik dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yakni percakapan, dialog, dan wawancara.

(18)

2) Komunikasi Kelompok Kecil (Small group communication)

Proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, di mana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu dengan yang lain.

Redding yang dikutip Muhammad (2007, hlm. 159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara. Berikut penjelasan dari klasifikasi komunikasi interpersonal:

1) Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota famili dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat. 2) Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara

sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan informal.

3) Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain.

4) Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab.

f. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Terdapat enam tujuan komunikasi interpersonal, antara lain (Muhammad, 2007, hlm. 165-168 ):

1) Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Apabila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai atau mengenai diri kita. Menarik dan mengasyikkan apabila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku diri kita. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain,

(19)

kita memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkahlaku kita.

2) Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa, hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.

3) Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti

Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita pergunakan dalam komunikasi interpersonal yang dibertujuan untuk membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4) Berubah Sikap dan Tingkah Laku

Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Orang lain dapat terpengaruh dengan perkataan kita melalui komunikasi interpersonal ataupun sebaliknya.

5) Untuk Bermain dan Kesenangan

Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan. Dengan melakukan komunikasi interpersonal dapat memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan kerilekan dari semua keseriusan di lingkungan kita.

6) Untuk Membantu

Semua orang juga berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Widjaja (2010: 19-20). Ada enam tujuan komunikasi interpersonal yang dianggap penting antara lain :

(20)

1) Mengenal diri sendiri dan orang lain

Melalui komunikasi interpersonal orang dapat belajar tentangbagaimana dan sejauh mana harus membuka diri dengan orang lain, dalam arti bahwa tidak serta merta menceritakan latarbelakang kehidupan kepada setiap orang, tetapi dengan melalui komunikasi interpersonal dapat mengetahui nilai, sikap dan perilaku orang lain, serta dapat menanggapi dan memprediksi tindakan orang lain.

2) Mengetahui dunia luar

Melalui komunikasi interpersonal, maka orang dapat meberikan nasihat, saran, pendapat kepada orang lain.

3) Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna

Komunikasi interpersonal bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan social dengan orang lain. Hal ini membantu mengurangi ketegangan dan menciptakan perasaan positif terhadap diri sendiri.

4) Mengubah sikap dan perilaku

Komunikasi interpersonal sering kali dipergunakan untuk mempersuasi orang lain, untuk memilih sesuatu benar atau salah.

5) Bermain dan mencari hiburan

Melalui komunikasi interpersonal memungkinkan untuk bisa memahami lingkungan secara baik mengenai objek, kejadian-kejadian dan orang lain. Banyak informasi-informasi, acara-acara dan berita-berita dari media masa (Surat kabar, TV, radio, majalah) dibicarakan kembali melaui komunikasi interpersonal.

6) Membantu orang lain

Berbagai pembicaraan-pembicaraan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Sering kali tujuan ini tidak penting, namun sebenarnya komunikasi interpersonal yang demikian perlu dilakukan, karena bisa memberi suasana yang lepas, keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

(21)

g. Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Tinggi rendahnya makna dari suatu komunikasi interpersonal sangat beragam dan bergantung pada kedekatan masing-masing individu sebagai komunikator dan komunikan. Karenanya terbentuk suatu komunikasi secara pribadi antara dua orang individu atau lebih di pengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal menurut Rakhmat (2011: 79-80) antara lain :

1) Persepsi Interpersonal

Persepsi interpersonal adalah suatu persepsi yang menggunakan dan mengutamakan manusia sebagai objek persepsi. Interpersepsi manusia terhadap suatu rangsangan sangat di pengaruhi oleh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya.

2) Konsep Diri

Konsep diri merupakan keadaan di mana seorang individu berusaha untuk mengamati, mencari gambaran, dan memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri. Untuk dapat memperoleh suatu bentuk konsep tentang diri sendiri, terdapat dua hal yang sangat terkait, yaitu:

a) Orang lain

Apabila kita diterima orang lain, dihormati, dan disegani karena keadaan diri kita, maka kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, apabila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan, dan menolak kita, maka akan cenderung tidak akan menyayangi diri kita. Orang lain yang paling berpengaruh terhadap diri kita adalah orang yang paling dekat dengan kita.

b) Kelompok rujukan (Reference group)

Setiap orang adalah anggota dari berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma tertentu. Dengan melihat kelompok orang dapat mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan kelompok tersebut.

(22)

3) Atraksi Interpersonal

Semakin ada ketertarikan kepada seseorang, maka kecenderungan untuk berkomunikasi dengannya juga semakin besar. Hubungan antar individu dalam atraksi interpersonal dipengaruhi oleh faktor personal (faktor yang timbul dari dalam diri individu) dan faktor situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu).

a) Faktor personal yang meliputi beberapa hal, yaitu :

(1) Kesamaan karakteristik personal, orang akan cenderung menyukai orang yang memiliki kesamaan dengan kita, misalnya sikap, kepribadian dan minat seseorang.

(2) Tekanan emosional, orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi cenderung membutuhkan kehadiran orang lain.

(3) Harga diri yang rendah, orang yang memiliki harga diri rendah cenderung bergaul dengan orang lain dan cenderung dapat menerima kasih sayang dari orang lain.

(4) Isolasi sosial, seseorang terisolasi oleh orang lain cenderung senang apabila kedatangan atau kehadiran seseorang akan disikapi dan direspon sebagai uluran kasih sayang.

b) Faktor situasional meliputi:

(1) Daya tarik fisik, penampilan fisik sangat mempengaruhi komunikasi interpersonal, kesan pertama terhadap penampilan akan berpengaruh terhadap persepsi.

(2) Ganjaran, kita akan senang dalam berkomunikasi apabila kita dapat memberikan keuntungan terhadap diri kita, baik itu keuntungan berupa fisik maupun psikologis.

(3) Kedekatan, kedekatan jarak tempat tinggal mempengaruhi keakraban karena adanya kesamaan.

(4) Kemampuan, orang akan cenderung tertarik berkomunikasi orang yang memiliki kemampuan, ketrampilan, dan kecerdasan tertentu.

(23)

4) Hubungan interpersonal

Pesan yang jelas, tegas dan cermat dapat terjadi kegagalan, jika terdapat hubungan yang tidak baik antarorang yang berkomunikasi. Dengan adanya kegagalan hubungan, tidak dapat dipungkiri dapat menghancurkan setiap pesan yang disampaikan, sehingga melakukan komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan pesan (content) tetapi, juga hubungan (relationship).

Lunandi (2000: 85) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal, sebagai berikut:

1) Faktor psikologi, yaitu segala sesuatu yang ada di benak komunikator dan komunikan termasuk sikap dan situasi kejiwaan komunikator. Hal ini akan mengarahkan komunikasi yang terjadi menjadi formal atau tidak formal.

2) Faktor fisik, merupakan lingkungan fisik saat komunikasi terjadi, seperti restoran, kantor, ruang tunggu, dan lain-lain.

3) Faktor sosial, meliputi hubungan manusia satu sama lain, misalnya orang tua dan anak. Komunikasi yang terjadi mengikuti aturan-aturan sosial yang ada di masyarakat.

4) Faktor budaya, biasanya terdiri dari tradisi dan adat yang memiliki kemampuan besar untuk mempengaruhi karakter seseorang. Seluruh isi komunikasi akan mengikuti kebiasaan normal suatu budaya.

5) Faktor waktu, yaitu kapan sebuah komunikasi terjadi.

h. Keefektifan Komunikasi Interpersonal

De Vito (2006, 177-181) yang dikutip Setyono mengatakan ada tujuh kualitas atau keterampilan yang dipertimbangkan untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap positif (positiveness), kebersatuan (immediacy), manajemen interaksi (interaction managemet), daya ekspresi (expressiveness), dan orientasi kepada orang lain (other-orientation).

(24)

Penjelasan dari masing-masing kualitas komunikasi interpersonal tersebut yaitu:

1) Keterbukaan (openness)

Keterbukaan mencakup kesediaan untuk membuka diri, mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Keterbukaan juga termasuk kesediaan untuk mendengarkan dan bereaksi secara jujur terhadap pesan yang disampaikan oleh orang lain.

2) Empati (empathy)

Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain dari sudut pandang orang lain, untuk merasakan seperti yang dirasakan orang lain, untuk “berjalan di dalam sepatu yang sama”, dan untuk merasakan perasaan orang lain dengan cara yang sama persis. Bersikap empati berarti mengerti secara emosional, tanpa kehilangan indentitas pribadi mengenai apa yang dialami oleh orang lain.

3) Sikap positif (positiveness)

Sikap positif dalam komunikasi interpersonal meliputi penggunaan pesan bersifat positif daripada pesan yang bersifat negatif.

4) Kebersatuan (immediacy)

Kebersatuan mengacu pada keterlibatan pembicara dan pendengar, terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunikator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian, hubungan dengan orang lain.

5) Manajemen interaksi (interaction management)

Manajemen interaksi terdiri dari teknik-teknik dan strategi yang diatur dan dibawa dalam interaksi interpersonal. Manajemen interaksi yang efektif terlihat dari interaksi yang memuaskan kedua belah pihak. Tidak seseorang yang merasa diabaikan, masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi.

6) Daya ekspresi (expressiveness)

Daya ekspresi merupakan kemampuan mengkomunikasikan keterlibatan secara jujur, misalnya bertanggungjawab atas pemikiran dan perasaan

(25)

pribadi, mendorong ekspresi dan keterbukaan orang lain, dan memberikan umpan balik yang sesuai.

7) Orientasi kepada orang lain (other-orientation)

Orientasi kepada orang lain adalah kemampuan untuk mengadaptasi pesan interpersonal kepada orang lain, hal ini termasuk menyampaikan minat dan ketertarikan pada orang lain dan dalam apa yang dikatakan oleh orang tersebut.

Menurut Thoha (2005: 191) suatu komunikasi interpersonal bisa efektif dengan lima hal berikut ini, yaitu:

1) Keterbukaan, untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal mengacu pada tiga aspek: aspek pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada komunikannya, aspek kedua, mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang, aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran di mana komunikator mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang diungkapkannya adalah miliknya dan harus bertanggungjawab atasnya.

2) Empati, dimaksudkan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal.

3) Dukungan, dengan dukungan ini akan tercapai komunikasi interpersonal yang efektif. Dukungan adakalanya terucapkan dan adakalanya tidak terucapkan. Dukungan yang tidak terucapkan seperti gerakan anggukan kepala, kedipan mata, senyuman, atau tepuk tangan merupakan dukungan positif yang tidak terucapkan.

(26)

4) Kepositifan, dalam komunikasi interpersonal kualitas terdapat tiga aspek perbedaan atau unsur. Pertama, komunikasi interpersonal akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang, kedua, komunikasi interpersonal akan terpelihara baik apabila suatu perasaan positif terhadap orang lain dikomunikasikan, ketiga, suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi umumnya bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama. Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. 5) Kesamaan, komunikasi interpersonal akan lebih bisa efektif jika

orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan. Artinya, ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tidak bersyarat kepada individu lain.

Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan suatu proses sosial di mana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. Proses saling mempengaruhi merupakan suatu proses bersifat psikologis dan karenanya juga merupakan permulaan dari ikatan psikologis antarmanusia yang memiliki suatu hubungan pribadi.

i. Indikator Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa

Dari kajian pustaka tentang komunikasi interpersonal, maka dapat disintesiskan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung baik verbal maupun non verbal. Komunikasi interpersonal dalam penelitian ini yaitu tingkat kemampuan komunikasi interpersonal yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kelas XI yang

(27)

terjalin antara siswa dengan guru maupun teman. Komunikasi interpersonal akan dikatakan efektif apabila terdapat keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesamaan yang ada pada diri siswa. Kemampuan komunikasi interpersonal siswa akan memudahkan siswa dalam berinteraksi dan mengkomunikasikan berbagai hal berkaitan pelajaran selama proses pembelajaran.

Indikator kemampuan komunikasi interpersonal siswa dalam penelitian ini yang dilihat dari keefektifan komunikasi interpersonal yang mengacu pada Thoha (2005: 191) adalah sebagai berikut:

1) Keterbukaan, 2) Empati, 3) Mendukung, 4) Positif, dan 5) Kesamaan.

k. Hubungan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa dengan Keaktifan Belajar Siswa

Dalam proses pembelajaran tidak akan terlepas dari komunikasi, karena pembelajaran itu sendiri merupakan suatu usaha untuk membuat siswa belajar, maka diperlukan komunikasi. Pembelajaran berjalan baik apabila proses komunikasi juga berjalan dengan lancar namun sebaliknya, pembelajaran akan terkendala apabila proses komunikasi berjalan tidak lancar. Ketika seorang guru memberikan materi kepada siswa, maka secara tidak langsung akan terjadi proses komunikasi, dan apabila komunikasi berjalan baik, maka ada umpan balik (feed back) dari siswa baik secara lisan maupun tertulis. Pembelajaran yang kondusif dapat ditingkatkan melalui aktivitas belajar siswa. Apabila komunikasi dan aktivitas belajar berjalan dengan baik, maka akan berpegaruh terhadap keaktifan belajar siswa.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Duta (2015) dalam jurnal penelitian Social and Behavioral Sciences 186 (2015) 1007-1012 dengan judul “The Effective Communication in Teaching,

(28)

Diagnostic Study Regarding the Academic Learning Motivation to Students”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa komunikasi, proses belajar mengajar tidak akan berlangsung. Seseorang yang memiliki keterampilan komunikasi tinggi akan berpengaruh terhadap yang lain dan strategi komunikasi yang efektif akan potensi membawa kesuksesan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rozaq, Fadli dalam jurnal skripsi bulan Desember 2012 dengan judul “Hubungan Komunikasi Interpersonal antara Guru dan Siswa dengan Keaktifan Belajar Siswa Kelas XI Program Keahlian Teknik Otomotif di SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal antara guru dan siswa dengan keaktifan belajar siswa kelas XI program keahlian teknik otomotif di SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah tahun ajaran 2012/2013.

3. Kajian tentang Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar

Berkaitan dengan motivasi belajar tidak dapat dilepaskan dari teori dasar motivasi dan konsep belajar. Kajian awal yang perlu diuraikan adalah mengenai definisi motivasi dan belajar.

1) Pengertian Motivasi

Motif (motive) berasal dari akar kata bahasa latin “movere” yang kemudian menjadi “motion” yang artinya gerak atau dorongan untuk bergerak. Motif tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan tertentu.

Berkaitan dengan pengertian motivasi, motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti dorongan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang

(29)

terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Greenberg (dalam Djaali, 2011: 101) mengemukakan bahwa “Motivasi merupakan proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku kearah suatu tujuan”.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat diambil satu pengertian bahwa motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu, sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

2) Pengertian Belajar

Sebelum menjelaskan tentang motivasi belajar, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang konsep belajar. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain sebagai berikut:

a) Hamalik (2008: 154) mengemukakan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. b) Suyono & Hariyanto (2011: 9) memberikan definisi belajar

merupakan suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan ketrampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan memperkokoh kepribadian.

c) Gagne (dalam Suprijono 2013: 2) mengemukakan bahwa, “Belajar adalah perubahan kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorag secara alamiah”.

Dari ketiga definisi di atas, maka dapat diambil satu pengertian bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

(30)

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selanjutnya berkaitan dengan pengertian motivasi belajar menurut beberapa ahli, diantaranya Uno (2014: 23) menyatakan bahwa:

“Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal untuk mengadakan perubahan perilaku pada siswa yang didukung oleh unsur-unsur dan indikator yang terkait dalam pencapian tujuan. Indikator mempunyai peranan yang besar dalam keberhasilan kegiatan belajar”.

Pengertian lain menurut Suprijono (2013: 163) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Disamping itu, Sardiman (2014: 75) mengungkapkan pendapat bahwa:

“Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, maka pengertian tentang motivasi belajar pada penelitian ini, yakni keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan yang dihendaki dalam proses pembelajaran dalam mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kelas XI Program Keahliaan Administrasi Perkantoran. Jadi peran motivasi bagi siswa dalam belajar sangat penting. Dengan adanya motivasi akan meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya, sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.

(31)

b. Jenis-jenis Motivasi Belajar

Ada beberapa macam motivasi belajar dalam diri siswa, yang digolongkan menurut pendapat para ahli. Beberapa macam motivasi menurut Sardiman (2014: 86-91) diklasifikasikan menjadi beberapa yaitu: 1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

a) Motif-motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh, misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dan dorongan seksual.

b) Motif-motif yang dipelajari maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.

2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Wodworth dan Marquis

a) Motif atau kebutuan organis meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

b) Motif-motif darurat, yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, atau untuk memburu.

c) Motif-motif objektif, hal yang menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan untuk menaruh minat.

3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

a) Motivasi jasmaniah misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu.

b) Motivasi rohaniah yaitu berupa kemauan. Kemauan ada pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen, yaitu:

(1) Momen timbulnya alasan, (2) Momen pilih,

(3) Momen putusan, dan

(32)

4) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi intrinsik, yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

b) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.

Djamarah (2010: 115) dalam bukunya yang berjudul psikologi belajar, membagi motivasi dalam dua macam, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Penjelasan dari macam-macam motivasi belajar:

1) Motivasi Instrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajari. Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar dan kehormatan.

Menurut Hamalik (2013: 162-163) menyatakan bahwa motivasi dibedakan mejadi dua jenis, yaitu:

1) Motivasi instrinsik, motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan siswa.

2) Motivasi ekstrinsik, motivasi yang disebabkan karena faktor-faktor di luar dari situasi belajar.

(33)

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai jenis-jenis motivasi belajar yang telah diuraikan di atas, maka jenis-jenis motivasi belajar pada penelitian ini antara lain: 1) motivasi instrinsik yaitu motivasi diri siswa mendorongnya melakukan tindakan belajar dan 2) motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datang dari luar diri siswa.

c. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut Suprijono (2014: 163-164) yaitu:

1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan dengan menghilangkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Selanjutnya Uno (2014: 17) menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

1) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan.

Seorang siswa yang telah termotivasi untuk belajar, maka berusaha mempelajari dengan baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai

Peran motivasi dalam menentukan tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Siswa akan tertarik untuk belajar sesuatu, apabila yang dipelajari sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh siswa.

(34)

3) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan

Motivasi dapat berperan dalam menentukan perbuatan apabila seorang siswa yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang menentukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilalui.

Hamalik (2013: 161) membagi tiga fungsi dari motivasi dalam belajar, diantaranya:

1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan, misalnya: belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai petunjuk arah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi sebagai penggerak perbuatan, dorongan psikologis dapat membuat siswa untuk melakukan aktivitas belajar yang dapat diwujudkan dalam gerakan fisik. Tinggi rendahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar atau kecilnya dari motivasi sesorang akan menentukan cepat atau lambatnya terselesaikannya pekerjaan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakan dan mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam belajar, sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Dengan hal tersebut siswa melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh karena adanya motivasi yang baik. Motivasi akan mendorong siswa untuk melakukan suatu kegiatan, yaitu belajar. Dorongan untuk belajar timbul dikarenakan ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu keaktifan belajar siswa, dengan begitu siswa yang telah termotivasi akan berusaha belajar dengan tekun dan ulet dengan harapan memeroleh hasil yang maksimal.

(35)

d. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Dalam menilai motivasi pada siswa diperlukan dimensi pengukuran. Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada diri siswa tersebut. Menurut Supriyadi (2005: 86), berpendapat bahwa motivasi belajar siswa dapat diamati dari beberapa aspek yaitu: memperhatikan materi, ketekunan dalam belajar, ketertarikan dalam belajar, keseringan belajar, komitmennya dalam memenuhi tugas-tugas sekolah, semangat dalam belajar dan kehadiran siswa di sekolah.

Menurut Sadirman (2014: 83), motivasi belajar siswa meliputi beberapa dimensi, yaitu:

1) Tekun dalam menghadapi tugas

Suatu keadaan di mana individu memiliki suatu perilaku yang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tujuan yang akan dicapainya. Siswa dapat mengerjakan tugas dalam waktu lama, tidak berhenti sebelum selesai.

2) Ulet dalam menghadapi kesulitan

Kesulitan dan hambatan dalam kegiatan belajar pasti ada dan tidak dapat dihindarkan. Seorang siswa yang memiliki kegigihan dalam menghadapi masalah dalam belajarnya, maka akan dapat keluar dari permasalahan belajar dan tidak lekas putus asa.

3) Menunjukan minat dalam belajar

Seorang siswa dalam meraih tujuan belajarnya harus memiliki minat yang kuat karena dengan memiliki minat yang kuat sudah pasti siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi untuk meraih dan mengejar tujuan belajarnya. Ketajaman dan perhatian dalam belajar dapat digambarkan sebagai usaha seorang siswa dalam berkonsentrasi dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tujuan belajar yang telah direncanakan.

4) Lebih senang bekerja mandiri

Kemandirian dalam belajar penting karena dengan kemandirian seseorang akan selalu berusaha secara individu dan tidak selalu

(36)

bergantung pada orang lain. Siswa akan memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya dan tidak akan selalu tergantung kepada yang lain dalam mengerjakan tugas tersebut.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin

Siswa yang memiliki motivasi dalam belajar mereka akan merasa bosan dengan hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif. Dalam hal ini siswa ingin suatu inovasi dalam proses pembelajaran apabila pembelajaran ataupun tugas yang diberikan sama dengan yang sebelumnya, maka mereka akan merasa bosan dan tidak tertarik pada pembelajaran.

6) Dapat mempertahankan pendapatnya

Siswa tidak mudah tertepangaruh dengan orang lain, apabila pendapat mereka berbeda dengan yang lain, maka mereka akan berusaha mempertahakannya dan menanggapinya.

7) Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Motivasi akan menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa. Rasa percaya diri tersebut membuat siswa berani dan tidak merasa ragu-ragu dalam mengungkapkan pendapat.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah

Dapat memecahkan masalah dengan mengemukakan ide pada saat diskusi ataupun dalam proses pembelajaran. Siswa juga akan merasa tertantang untuk mengerjakan soal yang dianggap sulit oleh orang lain dan akan mencari sumber lain sebagai referensi dalam belajar.

Ciri-ciri motivasi belajar menurut Uno (2014: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif tersebut dapat diperbaiki dan

(37)

dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaannya.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena apabila tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dia akan mendapat malu. Keberhasilan siswa tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

Harapan didasari pada keyakinan dipengaruhi oleh perasaan mereka tentang gambaran hasil tindakan mereka. Siswa memiliki harapan dan cita-cita atas materi yang dipelajarinya bermanfaat di masa yang akan datang.

4) Adanya penghargaan dalam belajar

Penghargaan terhadap perilaku yang baik atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

Simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, dan pengabdian masyarakat.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik

Pada umumnya motivasi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan. Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan

(38)

demikian siswa mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.

Dari beberapa ciri-ciri motivasi menurut para ahli di atas dapat diambil satu rangkuman bahwa adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan keaktifan belajar siswa. Dengan kata lain, bahwa dengan adanya usaha yang tekun, menunjukan ketertarikan, senang mengikuti pelajaran, selalu memperhatikan pelajaran, semangat dalam mengikuti pelajaran, mengajukan pertanyaan, berusaha mempertahankan pendapat, dan senang memecahkan masalah soal-soal, maka pembelajaran akan terlihat aktif.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar. Motivasi yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam hal ini, motivasi tidak dibentuk dengan sendirinya, melainkan ada faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Sesuai dengan pernyataan tersebut, Dimyati & Mudjiono (2010: 97) mengungkapkan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, diantaranya sebagai berikut:

1) Cita-cita siswa

Siswa yang mempunyai cita akan semangat dan mewujudkan cita-citanya. Cita-cita seseorang akan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar dan memperkuat semangat belajar.

2) Kemampuan siswa

Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melakukan dan menyelesaikan tugas dengan baik.

3) Kondisi siswa

Dalam hal ini, yang dimaksud kondisi siswa adalah kondisi jasmani dan rohani. Kondisi siswa akan memengaruhi kegiatan pembelajaran.

(39)

4) Kondisi lingkungan siswa

Lingkungan di sini dapat berupa alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Lingkungan siswa mendukung besar kecilnya motivasi siswa dalam belajar.

5) Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki unsur perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan karena pengalaman hidup.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Anni (2007: 158) ada enam faktor, yaitu: 1) sikap, 2) kebutuhan, 3) rangsangan, 4) afeksi, 5) kompetensi, dan 6) penguatan. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing faktor tersebut:

1) Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di dalam keadaan untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa, atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

2) Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.

3) Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.

4) Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional, kepedulian, dan kepemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar.

5) Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras berinteraksi dengan lingkungannya secara efektif.

(40)

6) Penguatan

Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon. Penggunaan peristiwa penguatan yang efektif, seperti penghargaan terhadap hasil karya siswa, pujian, penghargaan sosial, dan perhatian, dinyatakan sebagai variabel penting di dalam perancangan pembelajaran.

Menurut Uno (2014: 33) motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik dan ekstrinsik, diantaranya:

1) Faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar harapan akan cita-cita.

2) Faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap hasil usaha seseorang. Apabila usaha yang dilakukan peserta didik tersebut adalah hal-hal yang positif dan menunjang serta berorientasi pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Administrasi Kepegawaian, maka motivasi belajar akan mempengaruhi keaktifan belajar siswa.

f. Indikator Motivasi Belajar Siswa

Dari kajian pustaka tentang motivasi belajar, maka dapat disintesiskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan yang dihendaki. Motivasi belajar dalam penelitian ini yang dilihat dari ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar dalam mata pelajaran Administrasi Kepegawaian kelas XI Program Keahlian Administrasi Perkatoran. Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar antara lain: tekun dalam menghadapi tugas, ulet dalam menghadapi kesulitan, menunjukan minat dalam belajar, lebih senang bekerja mandiri,

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Kemampuan Komunikasi
Gambar 2.2 Skema Hipotesis Penelitian Kemampuan Komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa dengan Metode Boole dan Gauss-Legendre tidak dapat mendapatkan hasil integral numerik yang memiliki tingkat kesalahan kecil

Keputusan dilakukan berdasarkan pertimbangan dan diskusi dengan pihak terkait. Bila nakes merasa keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Nilai kearifan lokal yang terkandung dalam syair nyanyian di atas menunjukkan nilai etika, moral kepercayaan dan aturan yang diyakini memiliki daya spiritual yang

Topik yang menjadi pembahasan adalah dampak dari program Aristerkur Perbankan Indonesia (API) terhadap struktur dan tingkat persaingan perbankan di Indonesia terutama pada

Adapun yang menjadi pencipta dan yang membudayakan tradisi pembacaan senandung munajat ini adalah tuan guru pertama yang juga merupakan pendiri Tarekat

Orang yang beragama muslim di india mengalami deskriminasi yang berawal dari penerbitan Undang-undang kewarganegaraan yang baru di amandemen dimana hak orang muslim

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..