• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan suatu rangkaiaan kegiatan yang selalu terkait dan tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan. Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar tersebut bukan hanya tanggung jawab guru semata. Tercapainya tujuan pendidikan akan ditentukan oleh beberapa komponen yang saling menunjang satu dengan yang lain. Adapun komponen yang saling berkaitan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, antara lain adalah guru,siswa, pembina sekolah, sarana dan prasarana serta proses pembelajaran. Proses pembelajaran ada dua dimensi kegiatan yaitu belajar dan mengajar, siswa berperan sebagai subjek pembelajaran dan pendidik sebagai pemeran yang memvasilitasi pesertanya di dalam proses pembelajaran (Majid, 2013: 5). Pendidik bertindak sebagai seseorang yang menjalankan proses terjadinya belajar.

Guru adalah seorang pembimbing yang bisa membentuk potensi di dalam suatu sekolah. Sebelum memulai tugasnya sebagai guru, seorang guru harus mempelajari kurikulum sekolah itu dan memahami program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Setiap akan mengajar guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan (Hamalik, 2011: 116). Proses pembelajaran yang meningkatkan berpikir kritis, dan kemampuan komunikasi, dapat dilakukan dengan pemilihan model, metode dan strategi ataupun pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa serta dilihat dari kondisi kelas.

Pembelajaran matematika di kelas harus di kondisikan dari pemahaman konsep yang telah dipelajari sehingga tujuan dari pembelajaran matematika dapat tercapai. Dalam kondisi nyata pembelajaran matematika sekarang ini siswa dituntut lebih aktif dalam hal mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mencoba, menalar atau mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Dalam keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas dan menumbuhkan pemikiran – pemikiran kritis dalam pemecahan suatu masalah yang telah di sajikan, sehingga siswa dapat

(2)

2 menuangkan ke dalam suatu gagasan. Dengan demikian siswa mampu menyampaikan gagasannya malalui kemampuan komunikasinya dalam proses pembelajaran dan siswa akan mudah dalam memahami suatu materi yang akan dipelajari. Serta tujuan dari pembelajaran di kelas antara guru dan siswa lebih bermakna dan berhasil.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika kelas VII di SMP Muhammadiyah 4 Malang pada tanggal 17 Maret 2016, menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan kurikulum 2013 dengan metode yang digunakan oleh guru yaitu metode ceramah dan tanya jawab. Guru lebih memilih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab karena siswa akan mudah memahami materi yang disampaikan guru pada saat proses pembelajaran.Namun, masih ada sekitar 10 orang anak yang kurang fokus selama guru mengajar. Hal ini didukung berdasarkan wawancara dengan Ibu Dessi selaku guru matematika di SMP Muhammadiyah 4 Malang yang mengatakan bahwa sekolah tersebut masih baru dalam menerapkan kurikulum 2013, sehingga siswa merasa kaget dan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika yang telah dirancang oleh guru.

Disamping itu, berdasarkan observasi pula diketahui bahwa disaat guru memberikan soal cerita dalam materi Himpunan. Hanya ada beberapa siswa yang mampu mengerjakan, artinya dalam penyampaian materi sebelumnya siswa kurang kritis memahami soal cerita serta menemukan cara yang mudah untuk menyelesaikan soal cerita tersebut. Selain itu, berdasarkan wawancara secara langsung dengan dua orang siswa kelas VII, diketahui bahwa lemahnya kemampuan komunikasiyang ditangkap siswa terhadap pembahasan soal cerita sehingga mereka kurang memahami maksud dari ringkasan materi maupun soal yang disajikan dalam bahan ajar.

Berpikir kritis adalah kemampuan siswa yang berhubungan dengan penalaran dan pemecahan masalah. Berpikir kritis merupakan kemampuan yang berupa ide secara sistematis dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika siswa (Zulkarnaini, 2011: 146). Kemampuan komunikasi siswa adalah

(3)

3 suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mengungkapkan ide atau konsep tertulis dengan bahasa dan simbol.

Aktivitas siswa pada pembelajaran matematika sangat mempengaruhi berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa. Selama ini, kegiatan pembelajaran yang berlangsung didalam kelas berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung kurang berpikir kritis dan komunikasi. Dalam memacu siswa agar berpikir kritis dan komunikasi salah satunya yaitu dengan cara merubah model, metode, dan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru. Sehingga guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran melainkan sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Salah satu model dan pendekatan yang cocok dalam pembelajaran matematika yaitu Think Talk Write (TTW) dengan pembelajaran matematika realistis.

Salah satu strategi pembelajaran yang mungkin dapat efektif meningkatkan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa adalah pembelajaran realistik dengan metode Think Talk Write (TTW) yang merupakan bentuk belajar secara langsung menghadapkan siswa dengan sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan yang berlangsung di proses pembelajaran (Sumirat, 2014:2). Pemilihan Think Talk Write (TTW) untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat menumbuhkan pemikiran kritis, dan kemampuan komunikasi dan menjadikan pembelajaran matematika lebih bermakna.

Dalam Pendidikan Matematika Realistis masalah-masalah yang bersifat kontekstual atau realistik dijadikan sebagai titik awal dalam pembelajaran, yang kemudian dimanfaatkan oleh siswa dalam melakukan proses matematisasi dan pengembangan model matematika. Masalah kontekstual dipilih yang mempunyai berbagai kemungkinan solusi. Perbedaan penyelesaian atau prosedur peserta didik dalam memecahkan masalah dapat digunakan sebagai langkah dalam proses pembelajaran matematika baik horisontal maupun vertikal. Pada prinsip ini siswa diberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah matematis. Dengan demikian pendekatan Realistis memungkinkan digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

(4)

4 siswa. Dengan langkah - langkahnya yaitu: memahami masalah kontekstual, menyelesaikan masalah kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban serta menarik kesimpulan (Shoimin, 2014:150).

Salah satu pendekatan yang berorientasi pada matematisasi pengalaman sehari-hari dan menerapkan matematika dalam pengalaman sehari-hari adalah pendekatan matematika realistis. Pendekatan ini mengacu pada pendapat Freudenthal menyatakan bahwa pembelajaran matematika sebaiknya berangkat dari aktivitas manusia “Mathematics is human activity”(Subanti, 2014: 3).

Think Talk Write (TTW) dapat merangsang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi dalam proses pembelajaran melalui diskusi kelompok. Namun, dalam penggunaan Think Talk Write (TTW) saja pada proses pembelajaran masih kurang karena Think Talk Write (TTW) hanya digunakan untuk mengatur interaksi antar siswa sehingga diperlukan pendekatan pembelajaran yang dapat mendukung Think Talk Write (TTW) untuk di terapkan pada proses pembelajaran di kelas, selain model pembelajaran yang dapat mengatur interaksi antar siswa juga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah. Sehingga dapat merangsang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa secara tertulis, oleh karena itu pendekatan yang cocok untuk diterapkan dalam metode Think Talk Write (TTW) yaitu pembelajaran matematika realistis.

Hasil penelitian Sumirat (2014: 2) di SMP Metro 8 menyimpulkan bahwa, terjadi peningkatan aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II, dimana siswa lebih aktif dan semangat pada siklus II. Dilihat dari skor hasil aktivitas siswa ketika berpikir kritis dalam memperhatikan apa yang disampaikan guru, bekerjasama dengan anggota kelompoknya, mengerjakan latihan soal, dan mempresentasikan hasil/merespon jawaban teman. Nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I sebesar 76% sedangkan untuk siklus II sebesar 67%, sehingga pembelajaran matematika dengan materi himpunan mengalami peningkatan sebesar 60%.

Pada dasarnya prinsip atau ide yang mendasari pendekatan Realistis adalah situasi ketika siswa diberi kesempatan untuk menemukan kembali ide – ide nya dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan situasi realistis,siswa didorong untuk mengonstruksikan sendiri masalah realistis, karena masalah yang

(5)

5 dikontruksi oleh siswa akan menarik siswa lain untuk memecahkan masalah. Proses yang berhubungan dalam berpikir dan pemecahan masalah ini dapat meningkatakan hasil mereka dalam pemecahan masalah.(Shoimin, 2014: 149).

Strategi pembelajaran yang mencerminkan kemampuan komunikasi matematis dan efektif meningkatkan sikap matematika siswa dalam pembelajaran matematika yang diperlukan oleh siswa adalah pembelajaran yang melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif seperti bertanya, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan lain-lain. Interaksi yang muncul dalam kegiatan pembelajaran juga memberikan makna dan pengertian yang lebih tentang ide matematika.

Berdasarkan penelitian Lusia Ari Sumirat(2014:2) dengan menggunakan metode TTWdengan pendekatan Realistis. Dapat diperoleh nilai tes kemampuan awal dengan nilai Pvalue = 0,01< 0,05 Dengan perbedaan rata-rata (mean diference) sebesar 99,25 – 90,52 = 8,73. hal ini berarti bahwa kemampuan komunikasi matematis yang mendapat pembelajaran dengan strategi pembelajaran TTW dengan pendekatan Realistis lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.

Berdasarkan penelitian terdahulu, belum ada yang menggabungkanmetode Think Talk Write (TTW) denganpendekatan Realistis. Metode Think Talk Write (TTW) denganpendekatan Realistis sangat cocok untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, dimana metode dan pendekatan tersebut memiliki tujuan untukmenumbuhkan pemikiran kritis, dan kemampuan komunikatif. Begitu juga variabel yang diteliti, kebanyakan dari penelitian terdahulu ketika menggunakan metode Think Talk Write (TTW) dengan pendekatan Realistis. Pada penelitian ini, variable yang diambil adalah berpikir kritis dan komunikatif siswa menggunakan metode Think Talk Write (TTW) dengan pendekatan Realistis.

Berdasarkan uraian tersebut, maka akan diterapkan metode Think Think Write (TTW) dengan siswa mampu berpikir kritis dan komunikatif dalam pmecahan masalh matematika Realistis, yaitu dngan menggunakan metode Think Think Write (TTW) dengan pendekatan Realistis sehingga diaharapkan siswa jadi bisa memecahkan masalah matematika,sehingga siswa lebih kritis dan

(6)

6 komunikatif dalam kegiatan pembelajaran serta hasil belajar siswa menjadi lebih optimal.

Think Talk Write (TTW) dengan Pendekatan Realistis yaitu salah satu model pembelajaran yang baik untuk di terapkan kepada siswa. Pembelajaran matematika menggunakan model tersebut dapat menumbuhkan aktifitas belajar siswa, berpikir kritis dalam pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi siswa secara lisan maupun tertulis karena pada proses pembelajarannya siswa dituntut lebih aktif. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi siswa dalam Pembelajaran Matematika Realistis dengan metode TTW (Think Talk Write) pada materi Himpunan kelas VII di SMP Muhammadiyah 4 Malang”.

1.2 Rumusan Masalah

Peneliti berusaha memberikan gambaran masalah yang akan diberikan solusinya mengenai berpikir kritis dan kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika, oleh karena itu berdasarkan latar belakang, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran matematika menggunakan metode TTW (Think-Talk-Write) dalam pembelajaran matematika Realistis pada materi Himpunan kelas VII di SMP Muhammadiyah 4 Malang?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kritis dan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika Realistis menggunakan metode TTW (Think Talk Write)?

3. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika Realistis menggunakan metode TTW (Think Talk Write)?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah merupakan ruang lingkup peneliti dalam melakukan penelitian. Batasan masalah diberikan agar dalam proses penelitian data yang didapat merupakan data yang akurat dan efektif. Batasan masalah dalam metode penerapan ini adalah sebagai beriku

1. Penelitian ini difokuskan pada materi Himpunan kelas VII SMP Muhammadiyah 4 semester II.

(7)

7 2. Kemampuan komunikasi yang diamati dalam penelitian ini adalah

komunikasi tulisan. 1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian adalah mendeskripsikan:

1. Penerapan Think Talk Write (TTW) dan pendekatan Realistis pada pembelajaran matematika.

2. Tingkat motivasi belajar siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode Think Talk Write (TTW) dan pendekatan Realistis pada pembelajaran Matematika.

3. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran matematika menggunakan Think Talk Write (TTW) dan pendekatan Realistis pada pembelajaran Matematika.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan masukkan bagi guru untuk menggunakan Think Talk Write

(TTW) dengan pendekatan Realistis pada pembelajaran matematika. 2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan menggunakan Think Talk Write

(TTW) dengan pendekatan Realistis pada pembelajaran matematika. 3. Siswa dapat termotivasi untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. 4. Siswa dapat lebih kritis dalam memecahkan suatu permasalahan pada

pembelajaran matematika.

5. Mengembangkan kemampuan komunikasi siswa baik secara tertulis. 6. Memberikan masukkan kepada sekolah dalam meningkatkan pembelajaran 1.6 Definisi Operasional

Beberapa istilah penting dalam penelitian ini perlu diberikan penegasan. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan adanya salah interpretasi. Beberapa hal yang dimaksud antara lain:

(8)

8 1. Pembelajaran matematika adalah kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam mengembangkan pola pikir dan pemahaman konsep matematika untuk mencapai tujuan pembelajaran

2. Metode TTW (Think Talk Write) adalah suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik dalam menulis,menekankan perlunya peserta didik mengkomunikasikan hasil pemikiranya dengan tahapan kegiatan berpikir,berdiskusi,bertukar pendapat, dan menulis hasil.

3. Pendekatan Realistis adalah suatu keterampilan yang berdasarkan aktivitas manusia meliputi pengindentifikasian dan perumusan masalah kehidupan sehari – hari dalam bentuk matematika.

4. Motivasi belajar adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses mendorong siswa di kelas,motivasi belajar siswa mencakup kegiatan belajar, rumusan tujuan masalah,dan menyeleksi kegiatan pembelajaran. 5. Berpikir kritis adalah kemampuan siswa yang berhubungan dengan

penalaran dan pemecahan masalah.

6. Kemampuan komunikasi adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam mengungkapkan ide atau konsep tertulis dengan bahasa dan simbol.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis inferensial atau pemaknaan dilakukan terhadap data kata-kata yang bernilai pendidikan karakter yang sudah dikonstruk ke dalam unit tematik. Namun yang

/2015 tanggal 21 September 2015, pekerjaan Penyusunan Masterplan Penyelenggaraan Pekan Olah Raga Provinsi Sumatera Selatan di Kabupaten Muara Enim, maka peserta yang

• Dengan cara mengecek nilai Tail, jika Tail &gt;= MAX-1 (karena MAX-1 adalah batas elemen array pada C) berarti sudah penuh..

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Kondisi yang menyebabkan zona tersebut merupakan zona paling nyaman disebabkan tidak banyak area dinding yang terekspos dengan radiasi matahari.. Hanya satu bagian dinding zone_2

Dalam bidang Demografi pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan kepadatan penduduk sehigga kebutuhan untuk membangun lahan pemukiman semakin meningkat, oleh karena itu

Sehingga, biaya diskresioner abnormal (ABN_DISEXP) diperoleh dengan cara mengurangkan nilai biaya diskresioner aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu

Uraian di atas jelas bahwa banyak faktor- faktor yang berpengaruh pada penderita terhadap keberhasilan pengobatan TBC dan berdasarkan data dari puskesmas Kecamatan Nguter tahun