IMPLEMENTASI LOAD BALANCING DENGAN DUA ISP
MENGGUNAKAN METODE (KONEKSI KE-N) DAN PER
CONNECTION CLASSIFIER ( PCC) PADA MIKROTIK
PROYEK TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Program Studi Teknik Infomatika
Disusun oleh:
Eudes Raymond Gene
115314056
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
IMPLEMENTATION OF LOAD BALANCING WITH TWO ISP USING
METHOD (N-CONNECTION) AND PER CONNECTION CLASSIFIER (PCC)
ON MICROTIK
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain Sarjana Komputer Degree
in Informatic Engineering Department
Created By :
Eudes Raymond Gene
115314056
INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
vi
ABSTRAK
Internet merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan manusia dewasa ini,
sehingga administrator jaringan akan menerapkan berbagai alternatif guna mencukupi kebutuhan pengguna. Administrator akan menambah line ISP agar penggunanya bisa menggunakan internet dengan lancar dan mudah. Pada
kenyataananya administrator sering menggunakan satu gateway line ISP untuk satu
network range meski memiliki dua atau lebih line ISP. Hal ini menyebabkan
ketimpangan trafik jaringan ketika jumlah pengguna yang terhubung ke line ISP 1
lebih banyak dari line ISP yang terhubung dengan ISP 2 atau sebaliknya.
Pada proyek tugas akhir ini dirancang suatu penyeimbangan beban dan koneksi dalam menggunakan dua line ISP. Metode yang digunakan yakni metode Nth (Koneksi ke-n) dan metode Per Connection Classifier (PCC) yang diimplementasikan menggunakan perangkat Routerboard Mikrotik. Dengan kedua metode ini, seluruh request internet dari pengguna akan masuk ke router yang sudah di konfigurasi dengan metode Nth dan PCC terlebih dahulu, sehingga pada router akan terjadi pengaturan jalur keluarnya request dari pengguna melalui line ISP 1 atau
line ISP 2 untuk bisa menuju koneksi internet.
Hasil pengujian menunjukkan terjadinya pemerataan akses keluar menuju line ISP 1 maupun line ISP 2 secara seimbang, sehingga tidak terjadi overload di salah
satu line ISP tersebut.
vii
ABSTRACT
The Internet is an absolute necessity of humanity today, so network administrators will apply various alternatives to meet the needs of users. Administrators will add line ISP so that users can use the internet smoothly and easily. In fact, administrators often use one ISP gateway line for one network range despite having two or more ISP lines. This causes inequality of network traffic when the number of users connected to the ISP 1 line is more than the ISP line connected to ISP 2 or otherwise.
In this final project project designed a load balancing and connection in using two line ISP. The method used is the Nth Method (n Connection) and Per Connection Classifier (PCC) method that is implemented using Mikrotik Routerboard device. With both of these methods, all internet requests from users will go to the router that has been configured with the method of Nth and PCC first, so that the router will occur setting out the request path from the user through the ISP line 1 or line ISP 2 to
get to internet connection .
The test results indicate the happening of equitable access outward to line ISP 1
and line ISP 2 in balance, so there is no overload in one line of ISP.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Implementasi Load Balancing dengan Dua ISP menggunakan Metode
(Koneksi ke-n) dan Per Connection Classifier (PCC) pada Mikrotik”. Tugas
akhir ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer program studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut memberikan motivasi, semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik :
1. Tuhan Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan kesehatan, rejeki dan kesabaran selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak dan Ibu yang telah membesarkan dan memdidik saya hingga saat ini.
3. Maria Anjelina Irawati Meo yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Sudi Mungkasi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi 5. Ibu Dr. Anastasia Rita Widiarti selaku Ketua Program Studi Teknik
ix
6. Bapak Bambang Soelistijanto, Ph.D dan Bapak Puspaningtyas Sanjoyo Adi, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran terhadap tugas akhir ini.
7. Bapak Henricus Agung Hernawan, S.T., M.T selaku dosen pembimbing tugas akhir penulis, yang selalu memberikan semangat, kritik dan saran selama penulis mengerjakan tugas akhir ini.
8. Seluruh dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.
9. Staf sekretariat dan laboratorium yang membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
10. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis berharap kiranya tugas akhir ini
bosa memberikan manfaat bagi semua pihak di masa yang akan datang.
Terima Kasih.
Yogyakarta, Januari 2018
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...ii
HALAMAN PEN GESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v
ABSTRAK ...vi
ABSTRACT ...vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ...ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1 1
.
1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Batasan Masalah... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 5 1.5 Manfaat Penelitian... 5 1.6 Sistematika Penulisan... 5BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Load Balancing ... 7
2.2 Metode Load Balancing ... 9
2.2.1 Static Route dengan Address List ... 9
2.2.2 Equal Cost Multi Path ... 10
2.2.3 Nth ... 10
xi
2.3 Jaringan Komputer ... 12
2.3.1 Jaringan Local Area Network (LAN)... 13
2.3.2 Pengertian Protokol ... 14
2.4 Firewall... 15
2.4.1 Fungsi Firewall... 15
2.4.2 Mikrotik sebagai Firewall ... 17
2.5 Network Address Translation (NAT)... 18
2.5.1 Static N AT... 19 2.5.2 Dynamic NAT ... 19 2.5.3 Masquerading ... 20 2.6 Routing ... 20 2.6.1 Static Route ... 21 2.7 IP Address ... 21
2.7.1 Internet Protocol version 4 ... 22
2.7.2 Jenis Alamat ... 23
2.7.3 Kelas ... 23
2.8 TCP/IP (Transmission Control Protocol)Routing ... 24
2.9 Router dan Gateway ... 27
2.9.1 Router ... 27
2.9.2 Gateway... 27
2.10 Switch ... 29
2.11 Internet Service Provider... 29
2.12 Winbox ... 29
xii
3.1 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.2 Analisis Kebutuhan Sistem ... 31
3.2.1 Spesifikasi Sistem ... 31
3.2.2 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak... 32
3.2.3 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Keras ... 32
3.3 Perancangan Sistem... 33
3.3.1 Perancangan Fisik ... 33
3.3.2 Perancangan Logic ... 34
3.4 Langkah- langkah Implementasi Sistem ... 35
3.5 Perancangan Konfigurasi Load Balancing ... 36
3.5.1 Konfigurasi Dasar ... 36
3.5.2 Konfigurasi N AT... 36
3.5.3 Konfigurasi Mangle... 36
3.5.4 Pengaturan Routing ... 37
3.5.5 Pembuatan Failover ... 37
3.6 Langkah –langkah Pengujian ... 38
BAB IV IMPLMENTASI DAN PENGUJIAN ... 39
4.1 Implementasi Topologi Jaringan ... 39
4.2 Konfigurasi Load Balancing ... 40
4.2.1 Konfigurasi Dasar ... 40
4.2.2 Konfigurasi N AT... 42
4.2.3 Konfigurasi Mangle... 43
4.2.4 Pengaturan Routing dan Failover ... 47
xiii
4.3.1 Pengujian Browsing ... 48
4.3.2 Pengujian Keseimbangan Koneksi (Balance) ... 50
4.3.3 Pengujian Failover... 53 BAB V PENUTUP... 56 5.1 Kesimpulan... 56 5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN GAMBAR ... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan internet saat ini sangat tinggi dan menjadi suatu hal yang wajib bagi manusia dengan berbagai kegunaan yang bervariasi seperti mencari informasi atau artikel pengetahuan terbaru maupun bermain game online. Hal ini menyebabkan meningkatnya trafik koneksi dalam internet dan beban kerja pada server penyedia layanan internet. Apalagi pada sebuah jaringan yang memiliki bandwith kecil, akan sangat mengganggu trafik koneksi jaringan dan dapat menyebabkan terputusnya jalur koneksi internet tersebut. Dengan kebutuhan yang tinggi akan penggunaan internet di kalangan masyarakat tersebut, diharapkan ada solusi atau berbagai alternatif bagi pengguna internet agar dapat mengakses internet dengan mudah dan tanpa ada gangguan terputusnya koneksi internet.
Dengan kebutuhan yang sangat besar akan internet, kadang para
administrator menggunakan lebih dari satu ISP agar kebutuhan internet para
penggunanya mampu dipenuhi dan hasilnya pun memuaskan. Administrator kadang memberikan alternatif dengan cara memisahkan jalur internet berdasarkan departemen – departemen bila di suatu perusahaan. Cara ini dinilai kurang efektif karena suatu saat akan terjadi ketimpangan pada kondisi internet pengguna. Bila departemen A memiliki bandwith yang kecil tapi digunakan
pengguna banyak dan departemen B dengan bandwith yang banyak tapi digunakan untuk beberapa pengguna saja, sehingga akses internet di departemen A akan lebih lambat daripada departemen B.
Untuk mengatasi masalah ini, timbul solusi untuk menggunakan dua ISP dan menjadikan Routerboard Mikrotik sebagai Load Balancer. Seiring dengan bertambahnya pengguna internet, agar jaringan internet benar-benar optimal, selain pengaturan IP Address perlu juga dilakukan pengaturan routing dan beban trafik jaringan agar menjadi seimbang dan merata. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk tetap menjaga kualitas koneksi internet adalah dengan membagi beban dan koneksi ke beberapa jalur atau link dengan menggunakan teknik Load Balancing. Load Balancing adalah suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan antara dua atau lebih network link, dengan mendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang sehingga trafik internet dapat berjalan seimbang (Lukitasari, 2010).
Penggunaan teknik Load Balancing menjadi suatu pilihan solusi teknologi yang sangat efektif dengan memanfaatkan Mikrotik untuk mengoptimalkan pembagian bandwith dan jalur koneksi pada setiap client yang ingin mengakses internet tanpa harus terjadi ketimpangan. Mekanismenya adalah Mikrotik akan menandai paket data dari client yang mengakses internet, lalu menyetarakan beban pada kedua ISP dan akan memilih jalur ISP mana yang akan dilewatinnya. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka diterapkanlah teknik load balancing, yaitu pendistribusian beban dan pengaturan jalur
3
koneksi cliet terhadap sebuah service yang ada pada server dengan memanfaatkan metode distribusi koneksi menggunakan metode Nth dan PCC.
Metode Nth (koneksi ke-n) dikenal dengan metode pendistribusian arah target koneksi dari setiap pengguna, sehingga beban trafik di dua ISP tersebut bisa terjaga keseimbangannya. Ini disebabkan setiap koneksi baru yang masuk dan melewati router akan di atur lewat ISP 1 atau ISP 2 sesuai dengan aturan yang sudah dilakukan pada konfgurasi mangle. Hal ini menyebabkan meski satu pengguna yang melakukan download, maka kecepatan download yang diterima seperti menggunakan bandwith yang berasal dari dua line ISP. Atau dampak lainnya adalah apabila terdapat banyak client yang mengakses internet, maka kondisi jaringan akan tetap stabil dan seimbang tanpa adanya gangguan koneksi karena overload.
Sedangkan metode PCC (Per Connection Classifier) merupakan metode yang mengelompokkan trafik koneksi yang keluar masuk router berdasarkan
src-address, dst-address, src-port, dan atau dst-port. Router akan
mengingat-ingat jalur gateway yang telah dilewati oleh cilent diawal trafik koneksi, sehingga pada proses request paket data selanjutnya yang masih berkaitan dengan jalur gateway yang sama akan dilewatkan oleh router. Maka dari itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Load
Balancing dengan Dua ISP menggunakan Metode Nth (Koneksi ke-n) dan
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengimplementasikan Load Balancing pada dua line ISP menggunakan metode Nth dan PCC?
2. Bagaimana kedua metode Load Balancing dapat menyelesaikan masalah pada koneksi jaringan yang tidak stabil atau terputus koneksinya?
3. Bagaimana perbandingan kinerja kedua metode load balancing?
1.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari pembahasan yang lebih luas terkait dengan implementasi load balancing menggunakan metode Nth dan PCC pada dua line ISP, penulis membatasi masalah-masalah yang ada pada penelitian ini, antara lainnya :
1. Mengimplementasikan teknik load balancing menggunakan metode Nth dan PCC
2. Menggunakan Mikrotik Router.
3. Jaringan yang dipakai menggunakan jaringan LAN (Local Area
Network).
4. Jumlah koneksi internet yang akan di-Load Balancing sebanyak dua (2) ISP dari provider yang berbeda.
5. Host yang dipakai untuk pengujian sebanyak 4. 6. Tidak membahas segi keamanan terhadap jaringan.
5
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengimplementasikan load balancing menggunakan metode Nth dan PCC untuk menangani penggunaan dunia line ISP.
2. Mengimplementasikan load balancing pada Mikrotik agar dapat lebih efektif dalam menyetarakan beban trafik koneksi pada kedua jalur koneksi internet.
3. Sistem ini dibuat untuk menyelesaikan masalah kecepatan akses internet dan koneksi yang tidak stabil menggunakan dua koneksi internet dengan metode Nth dan PCC load balancing.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah memberikan solusi untuk menangani masalah pada koneksi internet yang tidak stabil dengan menggunakan dua line ISP sehingga beban trafik di kedua ISP tersebut bisa terjaga keseimbangannya.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami persoalan dan pembahasan Proyek Tugas Akhir ini, penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab ini berisi hal-hal yang menjadi latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penilitian, serta sistematika penulisan laporan proyek tugas akhir ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi pembahasan tentang teori yang diperlukan dalam melakukan penelitian tugas akhir ini, seperti teori jaringan,
load balancing dan metodenya (Nth dan PCC), dan lain-lain. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metode penelitian yang akan digunakan dalam perancangan sistem.
BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
Bab ini membahas tentang perancangan serta implementasi dengan pengujian terhadap jaringan yang dibuat berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran hasil penelitian. Kesimpulan memuat pernyataan singkat mengenai hasil penelitian dan saran memuat ulasan mengenai pendapat peneliti tentang kemungkinan pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian lebih lanjut.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Load Balancing
Load Balancing adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik koneksi
pada dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan troughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi (Dewobroto, 2009). Secara umum Load Balancing dapat diartikan sebagai suatu teknik yang digunakan untuk memisahkan antara dua atau banyak network link. Dengan mempunyai banyak link maka optimalisasi utilitas sumber daya, throughput, atau response
time akan semakin baik, sebab dengan memiliki banyak link, maka dari
masing-masing link akan saling mem-backup apabila ada salah satu link koneksi yang
down atau terputus (Abbas Karimi, Dkk, 2009).
Dalam jaringan komputer, load balancing lebih mengarah kepada pengkombinasian beberapa antarmuka ethernet ke dalam satu jalur sehingga dapat diimplementasikan secara bersamaan dengan menghasilkan koneksi yang lebih cepat. Untuk dapat mengimplementasi sistem ini diperlukan suatu perangkat tambahan berupa router Cisco atau menggunakan solusi router dari
Mikrotik yang lebih ekonomis namun powerfull.
Dengan konsep yang sederhana, sebuah load balancing yang diletakkan di antara client dan server, seperti terlihat pada Gambar 2.1, akan menampung
traffic yang datang dan membaginya kedalam request-request individual lalu
menentukan server mana yang menerima request tersebut. Beberapa keuntungan penerapan load balancing antara lain :
1. Scalability : ketika beban sistem meningkat, kita dapat melakukan perubahan terhadap sistem agar dapat mengatasi beban sesuai sesuai dengan kebutuhan.
2. High Availibility : load balancer secara terus menerus melakukan pemantauan terhadap server. Jika terdapat server yang mati, maka load
balancer akan menghentikan request ke server tersebut dan mengalihkannya ke server yang lain.
3. Manageability : mudah ditata meskipun memiliki fisik sistem yang sangat besar.
4. Security : untuk semua traffic yang akan melewati load
balancer, aturan keamanan dapat diimplementasi dengan mudah. Dengan private network digunakan untuk server, alamat Ipnya tidak akan diakses
secara langsung dari luar sistem.
Saat sebuah router mempunyai dua koneksi internet (sama atau berbeda ISP), default gateway di router tetap hanya bisa satu, ditambahkan pun yang bekerja tetap hanya satu. Jadi misalnya router terhubung ke ISP A melalui
interface A dan gateway A, dan terhubung ke ISP B melalui interface B dan gateway B, dan default gateway ke ISP A, maka traffic downlink hanya akan
datang dari ISP A saja. Begitu pun sebaliknya jika dipasang default gateway ke ISP B. Penerapan teknik load balancing dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dengan menggabungkan traffic downlink ISP A dan ISP B sehingga di implementasikan secara bersamaan.
9
Prinsip kerja dari load balancing adalah sebagai berikut :
1. Lalu lintas koneksi didistribusikan berdasarkan probabilitas.
2. Harus mengetahui seberapa besar tiap link, dan didistribusikan sesuai lalu lintas.
3. Berdasarkan kecepatan pada keluaran dan masukan pada router, load
balance dapat diilustrasikan sebagai berikut :
1 + 1 = 1 + 1
1 + 1 = ½ + ½ + ½ + ½
1 + 1 = ¼ + ¼ + ¼ + ¼ + ¼ + ¼ + ¼ + ¼ 4. Jika ada dua gateway, misalnya A dan B
A memiliki bandwith sebesar 1 Mbps dan B memiliki bandwith sebesar 2 Mbps. Maka lalu lintas akan dibagi ke dalam aliran, dan mengirim 1 aliran ke A dan 2 aliran ke B.
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa dengan menggunakan load
balancing dua jalur koneksi, maka besar bandwith yang didapatkan menjadi
dua kali lipat besarnya dari bandwith sebelum menggunakan load balancing (akumulasi dari kedua bandwith tersebut). Pada dasarnya, load balancing tidak menambah besar bandwith yang diperoleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari kedua bandwith agar dapat terkoneksi dan terpakai secara seimbang.
2.2 Metode Load Balancing
2.2.1 Static Route dengan Address List
Static route dengan address list adalah metode load balancing yang
mengelompokan suatu range IP address untuk diatur agar dapat melewati salah satu gateway dengan menggunakan static routing. Metode ini sering digunakan di warnet agar dapat membedakan PC untuk browsing dan PC untuk game
online. Mikrotik akan menentukan jalur gateway yang dipakai dengan
2.2.2 Equal Cost Multi Path (ECMP)
Equal Cost Multi Path (ECMP) adalah pemilhan jalur keluar secara
bergantian pada gateway. Contoh jika ada dua gateway, paket akan melewati kedua gateway tersebut dengan beban yang sama (equal cost) pada masing-masing gateway. Nilai dari equal cost dapat pula didefinisikan secara asimetris atau tidak seimbang pada saat routing. Hal ini dikarenakan apabila diantara kedua ISP memiliki kecepatan atau bandwith yang berbeda jauh. Contoh, jika kedua gateway mempunyai kecepatan koneksi sebesar 1 Mbps dan 3 Mbps, maka pada saat konfigurasi routing akan menjadi “ ip route add
dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.10.1, 10.10.10.2, 10.10.10.2, 10.10.10.2 check-gateway=ping’. Pengaturan tersebut berarti bahwa kedua gateway
memiliki perbandingan satu berbanding tiga, dimana ISP 2 dibagi menjadi tiga
gateway.
2.2.3 Nth
Nth bukanlah sebuah singkatan, melainkan sebuah integer (bilangan ke-n). Nth load balacing merupakan suatu teknik load balance yang membentuk suatu deretan tertentu (Nth), yang nantinya akan digunakan sebagai suatu sistem antrian di dalam mangle rule yang dibentuk. Nth load balancing menggunakan algoritma round robin yang menentukan pembagian koneksi yang akan di mangle ke rute yang di load balancing. Nth diimplementasikan dalam suatu deret yang terdiri dari every, packet, dan counter yang direalisasikan dalam suatu deret integer. Pada metode load balancing ini, paket data yang masuk akan ditandai sebagai variabel „n‟ dalam tipe data integer. Dengan aturan yang ada, jalur yang telah ditandai sebagai Nth ini akan digabungkan, atau total bandwidth pada keluaran merupakan penjumlahan dari masing-masing bandwidth pada 2 koneksi. Salah satu kekurangan metode Nth ini adalah adanya kemungkinan dapat terjadi terputusnya koneksi yang disebabkan perpindahan gateway karena load balance (Lubis, 2011).
11
Pada dasarnya koneksi ysng masuk ke proses di router akan menjadi satu arus yang sama, walaupun mereka datang dari interface yang berbeda. Maka pada saat penerapan load balancing dengan menggunakan metode ini, tentunya akan memberikan batasan ke router untuk hanya memproses koneksi dari sumber tertentu saja. Ketika router telah membuat semacam antrian baru batasan yang kita berikan diatas, maka baru proses Nth dimulai.
Di dalam Nth terdapat variabel yang harus dimengerti, yaitu : 1. Every
Angka every adalah jumlah kelompok yang ingin dihasilkan. Bila administrator ingin membagi alur koneksi menjadi dua kelompok yang nantinya akan di-load balance, maka angka every = 2.
2. Packet
Angka packet adalah jumlah koneksi yang akan ditandai atau
di-mangle. Jika ada dua kelompok, tentunya harus membuat 2 mangle rules. Pada rules tersebut, angka every haruslah sama,
namun untuk angka packet harus berubah. Untuk dua kelompok, berarti angka packet untuk dua rules tersebut adalah 1 dan 2 (Utomo, 2013). Salah satu kekurangan metode Nth ini adalah adanya kemungkinan terjadi terputusnya koneksi disebabkan perpindahan gateway karena load balance.
3. Counter
Mulai dari mikrotik versi 3.x nilai counter tidak didefinisikan langsung oleh administrator. Setiap rules memiliki counter sendiri. Ketika rules menerima paket, maka counter untuk aturan saat itu akan otomatis bertambah satu. Dan jika nilai counter sama dengan nilai every, maka paket akan dicocokan dan counter akan diatur ke nilai awal
Koneksi load balancing menggunakan multi gateway ini disebut dengan metode round robin karena beban terbagi secara berurutan dan
bergiliran dari gateway yang satu ke gateway yang lain. Oleh karena itu
gateway yang digunakan selalu bergantian dan tidak tetap (random).
2.2.4 Peer Connection Classifier (PCC)
Peer Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang
dikembangkan oleh Mikrotik dan mulai diperkenalkan pada Mikrotik RouterOS versi 3.24. PCC mengambil bidang yang dipilih dari header IP, dan dengan bantuan algoritma hashing mengubah bidang yang dipilih menjadi 32-bit. Nilai ini kemudian dibagi dengan denominator tertentu dan sisanya kemudian dibandingkan dengan reminder tertentu, jika sama maka paket akan ditangkap.
Rules dapat dibuat dengan memilih informasi dari address, dst-address, src-port, atau dst-port dari header IP (Hafizh, 2011).
Peer Connection Classifier (PCC) merupakan metode yang
menspesifikasikan suatu paket menuju gateway koneksi tertentu. PCC mengelompokan trafik koneksi yang akan melalui atau keluar masuk router menjadi beberapa kelompok. Pengelompokan ini bisa dibedakan berdasarkan
src-address, dst-address, src-port dan atau dst-port. Mikrotik akan
mengingat-ingat jalur gateway yang telah dilewati diawal trafik koneksi, sehingga pada paket-paket data selanjutnya yang masih berkaitan dengan paket data sebelumnya akan dilewatkan pada jalur gateway yang sama. Karena metode PCC melewatkan paket data melalui jalur gateway yang sama, maka metode tersebut mempunyai kekurangan yaitu dapat terjadi overload pada salah satu
gateway.
2.3 Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah kumpulan dua atau lebih komputer yang saling berhubungan untuk melakukan komunikasi data. Komunikasi data yang bisa dilakukan melalui jaringan komputer dapat berupa data teks, gambar, video, dan suara. Untuk membangun sebuah jaringan komputer harus diperhatikan tentang situasi dan kondisi organisasi yang akan membangun jaringan tersebut,
13
misalnya struktur bangunan, jangkauan, kecepatan akses, biaya operasional, dan sebagainya (Syafrizal, 2007).
Komputer yang bersifat stand alone atau berdiri sendiri mempunyai banyak keterbatasan. Adanya jaringan komputer akan membuat komputer dapat melakukan banyak hal dan dapat membantu efisiensi dan efektivitas dalam dunia kerja. Contoh sederhananya saja, dengan adanya jaringan komputer, maka tidak perlu lagi tiap komputer memiliki satu printer, tetapi dengan satu printer dapat digunakan oleh beberapa komputer secara bersamaan. Contoh lain manfaat dari jaringan komputer adalah pemanfaatan internet secara bersamaan sehingga tidak perlu lagi satu unit komputer menggunakan satu modem. Dengan adanya LAN, maka beberapa komputer dapat terkoneksi ke internet cukup dengan menggunakan satu modem saja
2.3.1 Jaringan Local Area Network (LAN)
Local Area Network (LAN) adalah jaringan komputer yang
dirancang untuk area geografis terbatas seperti gedung atau kampus. Meskipun LAN dapat digunakan sebagai jaringan terisolasi untuk menghubungkan komputer dalam suatu organisasi untuk tujuan berbagi sumber daya. Kebanyakan LAN saat ini juga berhubungan dan terkait dengan Wide Area Network (WAN) atau Internet. Pasar LAN telah melihat beberapa teknologi seperti Ethernet, Token Ring, Token Bus, FDDI, dan ATM LAN. Beberapa teknologi ini bertahan selama beberapa saat, tetapi Ethernet sejauh ini merupakan teknologi dominan.
Gambar 2.2 Jaringan LAN
Secara garis besar ada beberapa tahapan dalam membangun jaringan LAN, diantaranya :
1. Menentukan teknologi tipe jaringannya (Ethernet, Fast Ethernet, Token Ring, FDDI)
2. Memilih model perkabelan (Fiber, UTP, Coaxial)
3. Menentukan bentuk topologi jaringan (Bus, Ring, dan Star) 4. Menentukan teknologi Client/Server atau Peer to Peer\
5. Memilih Sistem Operasi Server (Windows NT, 2000, XP, atau Linux)
2.3.2 Pengertian Protokol
Protokol adalah satu set formal konvensi yang memungkinkan komunikasi antara dua unit fungsional berkomunikasi. Protokol adalah bahasa komputer yang digunakan untuk berbicara satu sama lainnya. Paling populer adalah TCP/IP yang digunakan secara resmi di internet.
1. Model Jaringan 7 Layer OSI Model OSI terdiri dar 7 layer.
1. Application : menyediakan jasa untuk aplikasi pengguna. Layer ini bertanggung jawab atas pertukaran informasi antara program komputer, seperti program e-mail dan service lain
15
yang jalan di jaringan, seperti sever printer atau aplikasi computer lainnya.
2. Presentation : bertanggung jawab bagaimana data dikonversi dan diformat untuk transfer data. Contoh konversi format text ASCII untuk dokumen, gif dan JPG untuk gambar. Layer ini membentuk kode konversi, translasi data, enkripsi dan konversi.
3. Session : menentukan bagaimana dua terminal menjaga, memelihara dan mengatur koneksi. Bagaimana mereka saling berhubungan satu sama lain. Koneksi di layer ini disebut “session”.
4. Transport : bertanggung jawab membagi data menjadi segmen, menjaga koneksi logika “end-to-end” antar terminal dan menyediakan penanganan error (error handling).
5. Network : bertanggung jawab menentukan alamat jaringan, menentukan rute yang harus diambil selama perjalanan dan menjaga antrian trafik di jaringan. Data pada
layer ini berbentuk paket.
6. Data Link : menyediakan link untuk data, memaketkannya menjadi frame yang berhubungan dengan ”hardware”
kemudian diangkut melalui media. Komunikasinya dengan kartu jaringan, mengatur komunikasi layer physical antara system koneksi dan penanganan error.
7. Physical : bertanggung jawab atas proses data menjadi bit dan mentransfernya melalui media, seperti kabel dan menjaga koneksi fisik antarsistem.
2.4 Firewall
Firewall adalah sistem keamanan yang menggunakan device atau sistem
terhadap akses yang masuk. Firewall bisa berupa hardware atau software, bisa juga berupa seperangkat aturan atau prosedur yang ditetapkan oleh organisasi.
Firewall juga dapat disebut sebagai sistem atau perangkat yang mengizinkan
lalu lintas jaringan yang dianggapnya aman untuk melaluinya dan mencegah lalu lintas jaringan yang tidak aman. Umumnya firewall diimplementasikan dalam sebuah mesin terdedikasi, yang berjalan pada gateway antara jaringan lokal dan jaringan lainnya. Firewall juga umumnya digunakan untuk mengontrol akses terhadap siapa saja yang memiliki akses terhadap jaringan pribadi dari pihak luar. Saat ini, istilah firewall menjadi istilah umum yang merujuk pada sistem yang mengatur komunikasi antara dua jaringan yang berbeda.
Firewall merupakan sebuah perangkat yang ditunjuk untuk melindungi network dari “kejahatan dunia luar”. Biasanya firewall digunakan untuk
melindungi LAN dari berbagai serangan dari pihak luar. Serangan dapat ditujukan kepada host tertentu yang dapat menyebabkan data corrupt atau
service menjadi tidak berfungsi. 2.4.1 Fungsi Firewall
Firewall berfungsi mengatasi keamanan jaringan dari ancaman pihak
lain yang tidak berwenang. Mengubah, merusak atau menyebarkan data-data penting perusahaan merupakan contoh ancaman yang harus dicegah. Firewall memiliki fungsi ganda yaitu memeriksa paket dan menyaring paket. Keduanya merupakan salah satu peran yang paling mendasar dari sebuah firewall.
Berikut fungsi- fungsi firewall secara umum :
1. Mengontrol dan mengawasi paket data yang mengalir di jaringan.
Firewall harus dapat mengatur, menyaring dan mengontrol lalu
lintas data yang diizin untuk mengakses private network yang dilindungi firewall. Selain itu, firewall juga harus bisa memeriksa paket data yang akan melewati jaringan private. Beberapa kriteria yang akan diperiksa oleh firewall saat ada paket data yang berusaha masuk ke jaringan private :
17
1. Alamat IP dari komputer sumber 2. Port TCP/UDP dari sumber 3. Alamat IP dari komputer tujuan
4. Port TCP/UDP tujuan data pada komputer tujuan 5. Informasi dari header yang disimpan dalam paket data 2. Melakukan autentifikasi terhadap akses.
3. Aplikasi proxy
Firewall mampu memeriksa lebih dari sekedar header dari paket
data. Kemampuan ini menuntut firewall untuk mampu memdeteksi protokol aplikasi tertentu yang lebih spesifik.
4. Mencatat semua kejadian pada jaringan
Mencatat semua transaksi kejadian yang terjadi di firewall.
Firewall berfungsi sebagai pendeteksian dini akan kemungkinan
terjadinya pembobolan jaringan.
Gambar 2.3 Konsep Firewall
2.4.2 Mikrotik sebagai Firewall
Firewall beroperasi menggunakan aturan tertentu. Aturan inilah yang
menentukan kondisi ekspresi yang memberitahu router tentang apa yang harus dilakukan router terhadap paket IP yang melewatinya. Setiap aturan disusun atas kondisi dan aksi yang akan dilakukan. Ketika ada paket IP lewat, firewall
akan mencocokannya dengan kondisi yang telah dibuat kemudian menentukan aksi apa yang dilakukan router sesuai dengan kondisi tersebut.
Selain sebagai gateway, Mikrotik juga dipadukan dengan kemampuan
firewall untuk mencegah hal-hal yang mengganggu dari pihak lain, mengingat
begitu banyaknya aplikasi yang dijalankan oleh pengguna jaringan. Ada aplikasi yang berjalan normal, tetapi ada juga aplikasi yang besifat menggangu kinerja jaringan. Sebagai contoh, paket broadcast yang dilakukan oleh virus dan paket berlebihan yang sering disebut flooding. Paket dengan ukuran kecil memang tidak mengganggu koneksi jaringan. Namun, jika paket yang kecil tersebut dikirim dalam jumlah yang banyak, maka hal tersebut bias menurunkan kinerja jaringan (down). Maka disinilah pentingnya memakai firewall untuk menghindari jaringan yang bersifat negatif.
Pada sistem operasi Mikrotik, firewall sudah termasuk paket Mikrotik
RouterOS yang di dalam direktori firewall sendiri terdapat 6 direktori, yaitu :
1. Mangle, berfungsi untuk menandai paket dengan suatu tanda khusus sebagai identitas paket tersebut;
2. NAT, untuk memetakan suatu IP address ke IP address lainnya; 3. Connection, untuk mengetahui informasi dari suatu koneksi yang
aktif, seperti IP address asal dan tujuan beserta port yang digunakan, jenis protocol yang dipakai;
4. Address-list, untuk mendefinisikan IP address ke dalam group tertentu;
5. Service port, untuk mengaktifkan dan mengubah nomor port aplikasi;
6. Filter, untuk menyaring paket yang masuk atau melewati router. Router akan meneruskannya jika paket diizinkan lewat dan sebaliknya;
7. Export, untuk menyimpan/backup semua konfigurasi di dalam direktori firewall.
19
2.5 Network Addresss Translatotion (NAT)
NAT (Network Address Translation) adalah sebuah proses pemetaan IP dimana perangkat jaringan komputer memberikan alamat IP public ke perangkat jaringan lokal sehingga banyak IP private yang dapat mengakses IP
public. Hal ini disebabkan karena IP address private tidak bisa di-route ke
internet (non-routed). NAT akan mentranslasikan alamat IP sehingga IP address pada jaringan lokal dapat mengakses IP public pada jaringan internet. Banyaknya penggunaan metode ini disebabkan karena ketersediaan alamat IP yang terbatas, kebutuhan akan keamanan jaringan, dan kemudahan serta fleksibilitas dalam administrasi jaringan (Fatimah, 2009).
Gambar 2.4 Menghubungkan Jaringan Kecil ke Internet
Dengan NAT gateway yang dijalankan di salah satu komputer, satu alamat IP tersebut dapat dibagi ke beberapa komputer lain dan mereka bisa melakukan koneksi ke internet secara bersamaan. Berikut adalah macam-macam NAT :
2.5.1 Static NAT
Static NAT menggunakan routing table yang tetap, atau alokasi
ini agar tidak memungkinkan terjadinya pertukaran data dalam suatu alamat IP bila translasi alamat IPnya belum terdaftarkan dalam tabel NAT. Translasi
static terjadi ketika sebuah alamat lokal dipetakan ke sebuah alamat global
secara static. NAT secara statis akan melakukan request atau pengambilan dan pengiriman paket data sesuai dengan aturan yang telah ditabelkan dalam sebuah NAT.
2.5.2 Dynamic NAT
Dynamic Network Address Translation dimaksudkan suatu keadaan
dimana IP address terdaftar yang lebih sedikit dari jumlah IP address
un-registered. Dynamic NAT menerjemahkan setiap komputer dengan IP tak
terdaftar kepada salah satu IP address terdaftar untuk connect ke jaringan. Hal ini agak menyulitkan para penyusup untuk menembus komputer di dalam jaringan karena IP address terdaftar yagn diasosiasikan ke komputer selalu berubah secara dinamis, tidak seperti pada Static NAT yang dipetakan sama. Kekurangan utama dari Dynamic NAT ini adalah jika jumlah IP address terdafta sudah terpakai semua, maka untuk komputer yang berusaha connect ke jaringan tidak bisa lagi karena IP address terdaftar sudah terpakai semua.
2.5.3 Masquerading NAT
Masquerading NAT ini menerjemahkan IP address tak terdaftar pada
jaringan, lalu dipetakan ke dalam satu IP address terdaftar. Agar banyak client bisa mengakses jaringan secara bersamaan, router NAT menggunakan nomor
port untuk bisa membedakan antara paket-paket yang dihasilkan oleh atau
ditujukan ke komputer-komputer yang berbeda. Solusi Masquerading ini memberikan keamanan paling bagus dari jenis-jenis NAT sebelumnya, hal ini dikarenakan asosiasi antara client dengan IP tidak terdaftar dengan kombinasi IP address terdaftar dan nomor port di dalam router NAT hanya berlangsung saat terjadi dsatu kesempatan koneksi saja, setelah itu maka akan dilepas.
21
2.6 Routing
Routing merupakan sebuah proses untuk meneruskan paket-paket jaringan
dari satu jaringan ke jaringan lainnya melalui sebuah internetwork. Routing juga dapat menunjuk kepada sebuah metode penggabungan beberapa jaringan sehingga paket-paket data dapat hinggap dari satu jairngan ke jaringan lainnya (Nugroho, 2005).
Untuk melakukan hal ini, digunakanlah sebuah perangkat jaringan yang disebut sebagai router. Router tersebut akan menerima paket yang ditujukan ke jaringan di luar jaringan pertama, dan akan meneruskan paket yang diterima kepada router lainnya hingga sampai kepada tujuannya. Jadi router berfungsi sebagai penghubung antara dua atau lebih jaringan untuk meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya.
Jika routing yang digunakan adalah statis, maka konfigurasinya harus dilakukan secara manual, administrator harus memasukkan atau menghapus rute statis jika terjadi perubahan topologi. Pada jairngan dengan skala besar, jika tetap menggunakan routing statis, maka akan sangat memakan waktu bagi
administrator jaringan untuk melakukan update table routing. Karena itu routing statis hanya digunakan untuk jaringan skala kecil, sedangkan routing
dinamis lebih tepat digunakan di jaringan skala besar (Lammle, 2004).
2.6.1 Static Route
Static Route (routing statis) adalah suatu mekanisme routing yang
tergantung pada routing table yang dibuat dengan konfigurasi secara manual. Suatu routing statis akan berfungsi sempurna jika tabel routing berisi suatu perutean untuk setiap jaringan di dalam internetwork yang mana dikonfigurasikan secara manual oleh administrator jaringan. Setiap host pada jaringan harus dikonfigurasikan untuk mengarah kepada default router atau default gateway agar cocok dengan IP Address dari interface local router, dimana router memeriksa routing
table dan menentukan route yang mana untuk meneruskan paket (Lammle, 2004).
2.7 IP Address
Ip Address adalah identitas khusus yang digunakan untuk memberikan tanda atau alamat pada sebuah paket data atau pada suatu sistem komputer. Konsep dasar pengalamatan (IP Address) di internet adalah awalan (prefix) pada IP Address dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pemilihan rute paket data ke alamat tujuan (Sopandi, 2008).
2.7.1 Internet Protocol version 4
Ipv4 adalah sebuah jenis pengalamatan jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan IP versi 4. IP versi ini memiliki keterbatasan yakni hanya mampu mengalamati sebanyak 4 miliar host komputer di seluruh dunia (Setiawan, 2010). Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dottted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisaran antara 0 hingga 255.
23
Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Host Identifier/HostID atau Host Address yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan dimana ia berada.
2. Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada. Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama.
Network Identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah Internetwork (Setiawan, 2014).
2.7.2 Jenis Alamat
Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut : 1. Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk
sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah
Internetwork IP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-ponit atau one-to-one.
2. Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone. 3. Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar
diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi
2.7.3 Kelas IPv4
Jika dilihat dari bentuknya, IP Address terdiri dari 4 buah bilangan oktat (8 bit). Nilai terbesar dari bilangan biner 8 bit yaitu 255=( . Jumlah keseluruhan IP Address adalah sebanyak 255 x 255 x 255 x 255.
Untuk mempermudah membagi IP Address dengan jumlah yang sebanyak itu ke seluruh pengguna jaringan internet, IP Address dikelompokkan dalam kelas-kelas, hal ini dilakukan untuk memudahkan pendistribusian pendaftaran IP Address (Sopandi, 2008).
Kelas-kelas alamat jaringan versi 4 :
1. Kelas A adalah alamat jaringan berskala besar yang mempunyai nilai oktet pertama 1-126 (desimal) dengan batasan 1.0.0.0-126.255.255.254, Broadcast Address : 126.255.255.255, dan Subnet Mask-nya : 255.0.0.0
2. Kelas B adalah alamat jaringan yang digunakan khusus untuk jaringan berskala menengah sampai besar yang mempunyai nilai oktet pertama 128-191 (desimal) dengan batasan 128.0.0.0-191.255.255.254, Broadcast Address : 191.255.255.255, dan Subnet Mask-nya : 255.255.0.0
3. Kelas C adalah alamat jaringan yang digunakan untuk jaringan berskala kecil yang mempunyai nilai oktet pertama 192-223 (desimal) dan oktet pertama 110x xxx (biner).
4. Kelas D adalah alamat jaringan yang disediakan khusus hanya untuk IP multicast yang mempunyai nilai oktet pertama 224-239 (desimal) dan oktet pertama 1110 xxx (biner).
5. Kelas E adalah alamat jaringan yang bersifat eksperimental atau percoban dan dicadangkan untuk kegunaan di kemudian hari nantinya yang mempunyai nilai oktet pertama 240-255 (desimal) dan oktet petama 1111 xxxx (biner) (Setiawan, 2014).
25
2.8 TCP/IP (Transmission Control Protocol)
TCP adalah sekumpulan protocol yang didesain untuk melakukan fungsi komunikasi pada jaringan komputer. TCP/IP terdiri dari sekumpulan protocol komunikasi yang bertanggung jawab atas bagian tertentu dari komunikasi data. Jadi, TCP/IP inilah yang memungkinkan sekumpulan kompuder untuk berkomunikasi dan bertukar data dalam suatu jaringan. TCP/IP dapat diterapkan dengan mudah di setiap jenis komputer dan interface jaringan karena sebagian besar isi kumpulan protokol ini tidak spesifik terhadap satu atau peralatan jaringan tertentu. Protocol TCP berfungsi untuk melakukan transmisi data pada segmen. Model protocol TCP disebut connection oriented
protocol. Berbeda dengan model User Datagram Protocol (UDP) yang disebut connectionless protocol (Sugeng, 2010).
Dalam konsep komunikasi data suatu jaringan komputer, ada mekanisme data dari komputer sumber ke komputer yang dituju. Temtunya dalam proses pengiriman yang terjadi tidak semudah yang dipikirkan. Alasan pertama, komputer tujuan berada jauh dari komputer sumber sehingga paket data yang dikirimkan bisa saja hilang atau rusak di tengah pengiriman. Alasan lainnya, mungkin komputer tujuan sedang mengirim atau menunggu data dari komputer sumber yang lain. Tentunya paket data yang dikirimkan diharapkan sampai dengan tepat tanpa terjadi kerusakan, untuk mengatur mekanisme komunikasi data tersebut dibutuhkan pengaturan proses pengiriman data yang dikenal dengan protocol. Protocol adalah sebuah perangkat lunak yang melekat pada sistem operasi (Sugeng, 2010).
Pada saat melakukan tugasnya, protokol memiliki beberapa prinsip kerja. Prinsip kerja protokol TCP ini akan menjadi referensi bagi pembuat program atau admin jaringan untuk memilih protokol apa yang nanti akan digunakan untuk bisa melakukan transmisi data (Sugeng, 2010). Berikut adalah prinsip kerja TCP/IP :
Sebelum data dapat ditransmisikan antara dua host, dua proses yang berjalan pada lapisan aplikasi harus melakukan negoisasi untuk sesi koneksi terlebih dahulu. Proses pembuatan koneksi TCP disebut juga “three-way handshake”. Tujuan metode ini adalah agar dapat melakukan sinkronisasi terhadap nomor urut dan nomor
acknowledgement yang dikirimkan oleh kedua pihak dan saling
bertukar ukuran TCP Window
Setelah melewati handshake tadi, baru kemudian koneksi terbentuk (established). Bisa dikatakan device yang menggunakan protokol TCP ini akan melakukan kesepakatan terlebih dahulu sebelum transmisi data terjadi.
TCP menggunakan proses handshake yang sama untuk mengakhiri koneksi yang dibuat. Hal ini menjamin dua host yang sedang terkoneksi tersebut telah menyelesaikan proses transmisi data dan semua data yang ditransmisikan telah diterima dengan baik. Koneksi TCP ditutup dengan menggunakan proses terminasi koneksi FIN (TCP connection termination) (Sugeng, 2010).
2. Reliable Transmission
Data yang dikirimkan ke sebuah koneksi TCP akan diurutkan dengan sebuah nomor urut yang unik di setiap bit data dengan tujuan agar data dapat disusun kembali setelah diterima. Pada saat transmisi, bisa jadi data dipecah / difragmentasi, hilang, atau tiba di device tujuan tidak lagi urut. Pada saat data diterima, paket data yang duplikat akan
Client : SYN ->Server : Client akan mengirimkan SYN ke Server
Server: SYN-ACK ->Client : Server merespon SYN Client dengan mengirimkan SYN-ACK ke Client
Client : ACK ->Server : Setelah menerima SYN-ACK dari Server, Client mengirim ACK ke Server.
27
diabaikan dan paket yang datang tidak sesuai dengan urutannya akan diurutkan agar dapat disusun kembali (Sugeng, 2010).
3. Error Detection
Jika terjadi error, misalnya ada paket data yang hilang pada saat proses transmisi, bisa dilakukan pengiriman ulang data yang hilang. Untuk menjamin integritas setiap segmen TCP, TCP mengimplementasikan penghitungan TCP Checksum (Sugeng, 2010). 4. Flow Control
Mendeteksi supaya satu host tidak mengirimkan data ke host lainnya terlalu cepat. Flow Control akan menjadi sangat penting ketika bekerja di lingkungan dimana device satu dengan device yang lain memiliki kecepatan komunikasi jaringan yang beragam. Sebagai contoh, ketika PC mengirimkan data ke smart phone. kemampuan PC dengan smartphone tentu berbeda. Smartphone lebih lambat dalam memproses data yang diterima daripada PC, maka TCP akan mengatur aliran data agar smart phone tidak kewalahan (Sugeng, 2010).
5. Segment Size Control
Mendeteksi besaran MSS (Maximum Segment Size) yang bisa dikirimkan supaya tidak terjadi IP fragmentation. MSS adalah infomasi ukuran data terbesar yang dapat ditransmisikan oleh TCP dalam bentuk segment tunggal. Informasi MMS ini dalam format Bytes. Untuk performa terbaik, MSS bisa ditetapkan dengan ukuran yang cukup kecil untuk menghindari fragmentasi IP. Fragmentasi IP dapat menyebabkan hilangnya paket dan retransmisi yang berlebihan (Sugeng, 2010). 6. Congestion Control
Prinsip kerja TCP yang terakhir yang cukup penting adalah Congestion Control. TCP menggunakan beberapa mekanisme untuk mencegah terjadinya congestion pada network. mekanisme yang dilakukan salah satunya adalah mengatur aliran data yang masuk ke dalam jaringan (Sugeng, 2010).
2.9 Router dan Gateway 2.9.1 Router
Router adalah sebuah perangkat jaringan komputer yang berfungsi
mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal sebagai routing. Proses routing terjadi pada lapisan tiga (Network Layer seperti Internet Protocol) dari tujuh lapisan OSI. Router memiliki kemampuan melewatkan paket IP dari suatu jaringan ke jaringan lain yang memungkinkan banyak jalur diantara keduanya.
Router berfungsi sebagai penghubung antara dua atau lebih jaringan untuk
meneruskan data dari satu jaringan ke jaringan lainnya. Router berbeda dengan
Switch. Switch merupakan penghubung beberapa alat untuk membentuk suatu Local Area Network (LAN). (Sugeng, 2006)
Router sangat banyak digunakan dalam jaringan berbasis teknologi
protocol TCP/IP, dan router jenis ini disebut juga dengan IP Router. Internet merupakan contoh utama dari sebuah jaringan yang memiliki banyak IP.
Router-router yang saling terhubung dalam jaringan internet turut serta dalam
sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik yang dilalui paket IP dari sistem yang satu ke sistem lain. Proses routing dilakukan secara hop by hop. IP tidak mengetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket. IP routing hanya menyediakan IP address dari router berikutnya yang menurutnya lebih dekat ke host tujuan.
29
2.9.2 Gateway
Gateway adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan computer dengan banyak jaringan computer yang menggunakan protocol komunikasi yang berbeda sehingga informasi dari suatu jaringan computer dapat diberikan kepada jaringan computer lain yang protocol komunikasinya berbeda.
Apabila ada suatu computer yang ingin terkoneksi oleh internet atau terkoneksi dengan computer lain maka computer itu harus memasukkan IP Gateway Sehingga computer harus melewati gerbang utama pada jaringan internet atau yang lain.
2.10 Switch
Switch adalah sebuah alat jaringan yang berfungsi melakukan bridging
transparan atau penghubung segmentasi banyak jaringan dengan forwarding berdasarkan MAC Address. Switch pada jaringan dapat digunakan sebagai penghubung komputer atau router pada satu area yang terbatas. Switch juga bekerja pada lapisan data link. Cara kerja yang hampir sama seperti bridge, tetapi switch memiliki sejumlah port sehingga sering dinamakan multiport
bridge (Sugeng, 2006).
Gambar 2.7 Switch TP-LINK
2.11 Internet Service Provider (ISP)
Internet Service Provider (ISP) adalah perusahaan atau badan penyedia jasa layanan internet kepada pelanggan baik pelanggan yang sifatnya individu
maupun ke pelanggan yang sifatnya korporat. ISP diidentikkan dengan perusahaan jasa telekomunikasi,karena dulu ISP menawarkan produknya melalui jaringa telepon. Mereka menyediakan jasa seperti hubungan ke internet, perndaftaran nama domain, dan hosting. Contoh perusahaan telepom yang memberikan jasa internet yakni : Telkom Indonesia, Indosat, dan lain sebagainya. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, ISP berkembang tidak hanya menggunakan jaringan telepon saja tetapi juga menggunakan teknologi radio atau wireless.
2.12 WinBox
Winbox adalah sebuah utiliti yang digunakan untuk melakukan remote ke server mikrotik dalam mode GUI. Jika ingin mengkonfigurasi mikrotik dalam bentuk text mode, kita dapat mengakses mikrotik melalui PC. Namun apabila kita ingin mengkonfigurasi mikrotik melalui meode GUI, kita dapat menggunakan WinBox yang diakses melalui komputer client. Pada dasarnya, melakukan konfigurasi mikrotik melalui WinBox ini lebih banyak digunakan karena penggunaannya tergolong lebih mudah dibandingkan konfigurasi mikrotik melalui text mode
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam proses penelitian, karena dengan mendapatkan data yang tepat maka riset akan berlangsung sesuai dengan perumusan masalah yang sudah ditentukan. Metode pengumpulan data yang penulis lakukan adalah dengan studi pustaka dan studi penelitian sejenis. Dalam tahapan ini. Penulis mempelajari teori-teori yang terkait dengan topik penelitian yang dapat mendukung pemecahan masalah penelitian. Pencarian referensi dilakukan di perpustakaan maupun secara online melalui internet. Selain itu, penulis juga mempelajari jurnal-jurnal dari hasi penelitian yang sudah pernah dikerjakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan penulis kerjakan. Pustaka-pustaka yang dijadikan acuan dapat dilihat di Daftar Pustaka.
3.2 Analisis Kebutuhan Sistem 3.2.1 Spesifikasi Sistem
Sistem yang dibangun merupakan implementasi load balancing dengan menggunakan metode Nth dan PCC menggunakan 2 koneksi internet dari dua koneksi provider yang berbeda. Dua buah koneksi internet tersebut berasal dari LAN kampus Universitas Sanata Dharma dan provider Telkomsel.
Sistem load balancing ini akan dipadukan dengan sistem failover untuk menangani jika terjadi putusnya (down) salah satu jalur koneksi internet yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Hal ini mengingat bahwa jaringan nirkabel lebih rentan terhadap interferensi dibandingkan jaringan nirkabel. Parameter yang digunakan utnuk mengukue keberhasilan load balancing yang digunakan adalah :
a. Perbandingan jumlah beban trafik koneksi pada masing-masing ISP
b. Perilaku sistem jika terjadi pemutusan koneksi pada salah satu ISP
3.2.2 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak
Analisis perangkat lunak bertujuan untuk memilih secara tepat perangkat lunak apa saja yang digunakan untuk melakukan konfigurasi load
balancing agar dapat beroperasi dengan efektif dan efisien. Berikut keterangan
perangkat lunak yang dibutuhkan dan akan digunakan untuk melakukan konfigurasi load balancing :
Tabel 3.1 Spesifikasi Perangkat Lunak
No. Sofware Keterangan
1. Mikrotik Winbox v.3.1 Software untuk
melakukan remote GUI ke router mikrotik
2. Windows 10 OS Sebagai sistem operasi
server
3. Ubuntu Linux OS Sebagai sistem operasi
client
3.2.3 Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Keras
Kebutuhan hardware yang akan digunakn untuk merancang konfigurasi load balancing adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Spesifikasi Perangkat Keras
No. Perangkat Jumlah Spesifikasi Unit
1. Mikrotik RB750 1 CPU : AR9344 600 MHz CPU Memory : 128 MB DDR SDRAM
33
Data Storage : 128 MB MB Ethernet : 5 ports
2. PC Client 4 Intel Pentium 4
RAM 2 GB
Hardisk 3,5” IDE 160GB
3. ISP 2 - LAN Internet Universitas
Sanata Dharma - SIM Card Telkomsel
4. Switch 1 EPRO ES-008
3.3 Perancangan Sistem
Pada tahap analisis sistem yang akan dirancang, penulis telah mendapatkan rincian spesifikasi yang akan dibangun. Dan pada tahap perancangan ini, penulis akan membuat rancangan topologi jaringan dari sistem yang akan dibangun, agar dapat mengimplementasikan load balancing dengan menggunakan masing-masing metode load balancing seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.
3.3.1 Perancangan Fisik
Perancangan fisik merupakan perancangan sebuah struktur jaringan yang berhubungan dengan peralatan yang digunakan dan pembentukan sebuah topologi jaringan. Perancangan ini dimaksudkan agar mempermudah kita dalam memahami struktur dan cara kerja load balancing. Selain itu juga berfungsi sebagai troubleshooting jaringan, apabila dalam membangun sistem masih terdapat beberapa kesalahan yang membuat load balancing belum dapat berjalan dengan baik. Gambar 3.1 adalah topologi jaringan yang akan dibangun dengan 1 mikrotik router sebagai server dan 4 PC sebagai client.
ISP-1 ISP-2
Gambar 3.1 Rancangan sistem load balancing dengan dua ISP
3.3.2 Perancangan Logic
Berikut adalah tabel IP address dari desain topologi jaringan yang telah dibuat diatas :
Tabel 3.3 Daftar IP Address
Perangkat Interface IP Address Gateway
Mikrotik RB750 ISP-1 (eth2) 172.23..26.28 (IP-DHCP)
172.23.26.126
ISP-2 (eth3) IP-DHCP IP-DHCP
LOKAL 192.168.88.1 -
Switch Ethernet - -
PC Client 1 Ethernet 192.168.88.2 192.168.88.1 PC Client 2 Ethernet 192.168.88.3 192.168.88.1 PC Client 3 Ethernet 192.168.88.4 192.168.88.1
LAN Kampus USD Telkomsel (tethering)
Mikrotik RB951G
Switch
35
PC Client 4 Ethernet 192.168.88.5 192.168.88.1
Terdapat interface yang ada pada sisi router dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Interface ISP-1 : merupakan interface yang terkoneksi dengan jaringan yang berasal dari internet LAN Universitas Sanata Dharma.
2. Interface ISP-2 : merupakan interface yang terkoneksi dengan jaringan yang menuju ke gateway ISP-2 yang berasal dari
tehtering menggunakan smartphone.
3. Interface Lokal : merupakan interface yang terkoneksi dengan jaringan lokal yang menghubungkan client dengan router.
3.4 Langkah-langkah Implementasi Sistem
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan penulis untuk implementasi sistem yang akan dibangun :
Start
Selesai
Inisialisasi Inteface pada Mikrotik Konfigurasi Load Balancing pada Mikrotik Setting IP Address pada PC Client Pengujian Analisis
3.5 Perancangan Konfigurasi Load Balancing
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk melakukan konfigurasi
load balancing pada mikrotik :
3.5.1 Konfigurasi Dasar
Konfigurasi load balancing memerlukan beberapa tahapan, yang pertama adalah melakukan konfigurasi dasar. Pada tahap ini, yang pertama dilakukan adalah melakukan konfigurasi interface yang digunakan sebagai jalur keluar masuk internet lewat router mikrotik. Dan setelah melalui pemeriksaan awal, kemudian menetapkan koneksi dengan ISP dan melakukan permintaan alamat IP ( IP-DHCP). Selanjutnya melakukan konfigurasi IP address pada masing- masing Ethernet dan DNS yang akan digunakan.
3.5.2 Konfigurasi NAT
Setelah melakukan konfigurasi IP dan DNS, selanjutnya harus menambahkan konfigurasi NAT (network address translation). NAT berguna agar client dapat terhubung dengan internet. NAT akan mengubah alamat sumber paket yaitu alamat client yang memiliki IP address private agar dapat dikenali oleh internet yaitu dengan cara mentranslasikannya menjadi IP address
public. Pengaturan NAT ini menggunakan metode Masquerading NAT. Karena
provider yang digunakan hanya memberkan satu IP public, jadi semua IP
address dari client akan dipetakan kepada satu IP public.
Tabel 3.4 Perancangan Konfigurasi NAT
Chain Out Interface Action
Srcnat ISP1 Masquerade
Srcnat ISP2 Masquerade
3.5.3 Konfigurasi Mangle
Mangle berguna untuk melakukan penandaan suatu paket, dimana
37
Setelah itu hasil dari penandaan akan digunakan untuk kebutuhan tertentu berdasarkan action yang dipilih.
Terdapat dua proses penandaan paket pada bagian konfigurasi
mangle ini, karena penulis menggunakan dua metode dalam menerapkan load balancing. Proses penandaan yang pertama dengan menggunakan metode Nth load balancing, yaitu penandaan pada urutan atau antrian paket yang berada di
interface Lokal. Setiap paket data akan diberi tanda oleh Nth secara berurutan dan berulang-ulang.
Pada konfigurasi mangle menggunakan metode PCC, panandaan paket berdasarkan pada hasil statefull packet inspection, yaitu pada src-IP,
dst-IP, src-port dan dst-port. Dari parameter tersebut kemudian dapat dilakukan connection mark dan routing mark, yang kemudian dapat digunakan untuk
pengolahan paket secara spesifik.
3.5.4 Pengaturan Routing
Selanjutnya akan memetakan route atau jalur koneksi berdasarkan
routing mark yang sudah dibuat pada konfigurasi mangle. Routing mark yang
pertama akan menggunakan gateway dari ISP 1 dan routing mark yang kedua akan menggunakan gateway ISP 2.
3.5.5 Pembuatan Failover
Failover berguna untuk menangani jika terjadi pemutusan koneksi
pada salah satu jalur/ISP. Diharapkan sistem ini akan melakukan perpindahan
gateway secara otomatis ke jalur yang tersedia atau aktif.
Fitur yang digunakan memanfaatkan proses pemeriksaan gateway dengan mengirimkan ICMP echo request kepada sebuah alamat yang dapat digunakan untuk mendeteksi kegagalan sebuah jalur. Dengan cara ini maka kegagalan jalur yang disebabkan oleh gagalnya hop dalam proses transaksi data juga dapat terdeteksi.