• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1 4.1 Analisis Situasional

Sentul City merupakan kota mandiri yang dibangun oleh PT Sentul City, Tbk. Kota ini terdiri dari kawasan perumahan, perdagangan, perkantoran, fasilitas komersial, industri ringan, ruang terbuka hijau, fasilitas sosial, dan fasilitas umum. Secara geografis, kota mandiri ini terletak pada 06°33’55” - 06° 37’45” LS dan 106° 50’20” - 106° 57’10” BT. Sebelah utara berbatasan dengan ibu kota Jakarta, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Ciawi. Sentul City diapit oleh kota Bogor di sebelah barat dan kota Jonggol di sebelah timur. Akses dari Jakarta menuju Sentul City dapat melalui

jalan

Tol Jagorawi lalu keluar di Pintu Tol Sentul Selatan. Akses dari kota Bogor menuju Sentul City dapat melalui Tol Bogor Ring Road, sedangkan akses dari kota Jonggol melalui Karang Tengah

.

Sentul City memiliki luas 3.000 ha sesuai dengan master plan pembangunan kawasan. Lokasi kegiatan pembangunan Sentul City berada pada 8 wilayah desa dan 2 Kecamatan, yaitu Desa Cipambuan, Desa Babakan Madang, Desa Citaringgul, Desa Bojong Koneng, Desa Sumur Batu, Desa Cijayanti, Desa Kadumanggu, dan Desa Cadas Ngampar, Kecamatan Babakan Magang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.

4.1.1 Aspek Ekologi

Sentul City sering disebut kota pegunungan karena tapaknya yang menuju Gunung Pancar. Kontur serta kemiringan lahan tapak ini sudah banyak diberi perlakuan cut and fill untuk kepentingan perumahan dan fasilitas komersial lainnya. Iklim tropis menjadikan Sentul City berpotensi untuk berkembang biaknya vegetasi-vegetasi dengan mudah sehingga pihak Sentul City banyak memakai tanaman-tanaman introduksi ke dalam perencanaannya.Sentul City dengan konsep vegetasinya mendapatkan penghargaan Rekor Muri sebagai Taman Terluas di Jalan Utama Kota Mandiri, yaitu 27 Ha pada tahun 2009. Selain itu, di kota mandiri ini juga banyak ditemukan satwa burung yang sering terlihat di jalan-jalan serta ruang tebuka hijau di dalam kawasan perumahan.

(2)

Sentul City dilintasi oleh dua sungai, yaitu sungai Cikeas dan sungai Citeureup.Sungai Cikeas mengalir dari area Bogor dan bermuara di laut utara Bekasi.Sungai yang melintasi kawasan perumahan Sentul City ini juga menjadi sarana para pengelola untuk dijadikan kawasan rafting. Sungai Citeurup melewati kawasan Sentul City hingga Subang.

4.1.1.1 Topografi

Topografi Sentul City merupakan kawasan yang bergelombang, berbukit dan bergunung-gunung dengan ketinggian antara 200 m – 750 m di atas permukaan laut.Kawasan ini mempunyai kemiringan lereng yang berkisar antara 0% sampai lebih besar dari 25% (Tabel 8).

Tabel 1. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City

Bentuk Wilayah Lereng (%) Perbedaan Tinggi (m) Luas (Ha) Proporsi (%)

Datar - berombak 0 - 8 0 - 15 1109,3 36,98

Bergelombang 8 - 15 15 - 50 706,3 23,54

Berbukit 15 - 25 50 - 200 695 23,17

Bergunung-gunung >25 >200 489,4 16,31

Sumber : Bukit Sentul Tbk. 2009

Berdasarkan data tersebut, terdapat daerah yang dapat dibangun dan tidak dapat dibangun. Daerah yang boleh dibangun adalah daerah yang memiliki kemiringan lereng <15% (datar-bergelombang), yaitu seluas 1.815,6 ha (60,25% dari luas total area) dan daerah yang tidak dapat dibangun adalah daerah yang memiliki kemiringan lebih dari 15% (berbukit dan bergunung-gunung) atau seluas 1.184,4 ha (39,48% dari luas total area).

4.1.1.2 Iklim

Berdasarkan data dari stasiun pengukur iklim Badan Meteorologi dan Geofisika Dramaga (BMG) Dramaga, Bogor, kelembaban udara kawasan Sentul City rata-rata tercatat 76,69% - 86,35%. Kelembaban minimum terjadi pada bulan Agustus dan kelembaban maksimum terjadi pada bulan Februari (Tabel 9). Data temperatur menunjukan bahwa suhu rata-rata tercatat 24,6°C – 26,73 °C. Suhu

(3)

minimum terjadi pada bulan Januari dan suhu maksimum terjadi pada bulan Oktober (Tabel 10).

Bulan Tahun Rata-rata

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Januari 84,8 74,4 79,4 88,3 88,3 86,6 77,9 81,9 88,0 88,0 83,0 83,6 Februari 88,0 86,9 80,8 88,1 87,8 86,9 89,2 90,1 88,0 85,0 79,0 86,3 Maret 87,8 83,9 83,7 82,9 88,3 83.4 84,2 83,8 82,0 86,0 82,0 84,4 April 86,3 83,6 83,8 82,0 83,4 82,0 87,2 83,3 82,0 77,0 84,0 83,1 Mei n.a 80,5 80,0 83,8 81,5 79,5 82,7 79,7 85,0 84,0 84,0 82,0 Juni 79,8 79,9 78,0 76,9 84,9 77,2 82,0 79,1 81,0 86,0 77,0 80,1 Juli 80,0 82,4 72,4 83,8 82,4 78,4 77,3 73,6 77,0 84,0 80,0 79,2 Agustus 76,1 76,1 73,9 74,2 81,0 70,9 76,3 81,1 75,0 84,0 75,0 76,6 September 80,0 75,1 81,1 82,4 80,8 64,5 76,3 78,6 75,0 84,0 n.a 77,7 Oktober 85,5 72,0 83,1 80,5 82,5 71,8 81,2 80,1 82,0 86,0 n.a 80,4 Nopember 83,1 83,3 85,9 84,8 83,0 81,7 85,6 85,5 81,0 82,0 n.a 83,5 Desember 74,4 84,7 87,7 86,1 84,3 87,3 89,6 86,5 85,0 83,0 n.a 84,8

Curah hujan rata-rata kawasan Sentul City lebih dari 4.000 mm. Rata-rata curah hujan bulanannya berkisar antara 175,4 mm/bulan sampai dengan 474.5 mm/bulan. Bulan paling basah berkisar antara bulan Oktober sampai dengan bulan Mei.Selain itu, jumlah hari hujan rata-rata 150 hari/tahun.

Bulan Tahun Rata-rata

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Januari 24,6 24,3 24,2 23,4 25,0 25,1 24,3 24,0 25,0 25,3 25,4 24,6 Februari 23,0 24,4 24,6 24,4 25,9 25,1 24,3 25,2 25,1 25,9 25,6 24,8 Maret 25,2 25,9 25,1 26,0 25,6 25,3 25,6 25,2 25,8 26,0 25,7 25,5 April 23,5 26,0 26,3 26,4 26,5 25,7 25,7 26,2 26,2 27,1 25,8 25,9 Mei n.a 26,2 26,0 26,2 26,7 26,8 26,7 26,6 26,1 26,7 26,1 26,4 Juni 26,2 26,2 26,6 25,7 26,3 26,5 25,9 26,3 26,1 25,9 26,1 26,1 Juli 25,7 25,5 26,2 25,4 26,0 26,7 26,2 26,9 25,8 25,8 25,8 26,0 Agustus 26,2 25,8 27,1 26,3 26,0 26,6 26,7 26,6 26,3 25,8 25,7 26,2 September 26,1 26,4 26,4 26,5 26,1 27,7 26,8 27,0 26,6 25,3 n.a 26,4 Oktober 26,0 28,3 26,1 27,4 26,6 27,7 26,3 27,5 26,0 25,4 n.a 26,7 Nopember 25,3 26,1 25,9 26,4 26,8 27,2 25,8 26,0 26,3 25,9 n.a 26,1 Desember 25,8 26,0 24,9 25,2 25,1 25,6 24,3 25,6 26,1 25,5 n.a 25,4

Tabel 2. Kelembaban Udara Sentul City

(4)

4.1.1.3 Hidrologi

Berdasarkan jenisnya, kawasan Sentul City memiliki air sungai, air tanah, dan mata air.Kawasan Sentul City dilewati sungai Cikeas, Sungai Citeureup, dan beberapa anak sungainya.Sungai Cikeas dan sungai Citeureup merupakan sungai permanen yang berair sepanjang tahun, sedangkan anak-anak sungainya merupakan sunga intermiten yang hanya berair pada musim hujan dan kering pada musim kemarau.Air tanah yang terdapat di kawasan Sentul City merupakan air tanah dangkal yang tidak bertekanan dengan kedudukan muka tanah air bebas berkisar antara 4 hingga 12 meter.Potensi air tanah di kawasan Sentul City sangat terbatas dan sangat dipengaruhi oleh musim. Sumber air dari mata air mengalir langsung menjadi aliran permukaan pada sungai-sungai yang ada di kawasan tersebut dengan debit air yang umumnya kecil, yaitu kurang lebih sebesar 0,5 liter/detik.

Selain sungai Cikeas dan sungai Citeureup, sumber air lain yang cukup potensial adalah sungai Ciliwung meskipun lokasi sungai cukup jauh dari lokasi kawasan. Pihak Sentul City telah mendapatkan SIPA (Surat Izin Pengambilan Air) dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk memanfaatkan air dari sungai tersebut.Sungai Cikeas dan Sungai Citeureup berfungsi untuk mengairi dua danau buatan yang terdapat di kawasan Sentul City, selain juga berfungsi sebagai cadangan (make up water) dan sebagai pemasok kebutuhan air di kawasan Sentul City terutama saat musim kemarau.

Kawasan Sentul City dibangun pada daerah minim air, baik permukaan maupun air tanah. Pada awal pembangunan, pengelola Sentul City menggunakan air sungai Citeureup dan air hujan yang ditampung dalam waduk dan kolam untuk dijadikan sumber air baku. Namun, setelah Sentul City bekerja sama dengan PDAM Kota Bogor, air untuk kebutuhan minum dan penyiraman tanaman tidak lagi bermasalah. Baik air hujan maupun air sungai dibiarkan begitu saja sebagai cadangan air tanah.

Kualitas air permukaan yang terletak di kawasan Sentul City secara keseluruhan masih berada di bawah ambang Batas Baku Mutu Golongan B, sehingga untuk pemanfaatannya sebagai air minum perlu dilakukan penyaringan dan aerasi. Untuk itu telah dibangun tempat khusus pengolahan air dan ditangani

(5)

oleh Departemen Instalasi Pengolahan Air dan Limbah atau Water Treatment Plant Departement (WTP)(Gambar 4). Sumber air yang digunakan WTP berasal dari sungai Cibarengkok yang dijernihkan dengan proses kimia dan fisika. Penggunaan sistem WTP dapat mengurangi kebergantungan pada sumber daya dari tempat lain, serta dalam skala lebih besar jika dipadukan dengan pengelolaan limbah cair dapat membentuk suatu sistem recycle dalam pengelolaan sumber daya air.

4.1.1.4 Vegetasi

Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City dipengaruhi oleh topografi yang dibedakan menjadi dua bentang alam, bentang alam basah dan bentang alam kering.Daerah bentang alam basah sebagian besar merupakan tanaman budidaya seperti pisang, talas, ketela pohon, dan kacang tanah.Tanaman tersebut merupakan jenis tanaman yang banyak membutuhkan air.Pada daerah bentang alam kering, jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit, umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan.Hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Willd.Ex. Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman asli.Sedangkan hutan binaan di kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera.

Konsep Eco-City tentang pengayaan keragaman hayati tanaman pada Sentul City direfleksikan pada perencanaan vegetasinya.Sentul City mendapatkan penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI), yaitu Taman Jalan Terbesar untuk Pengembangan Kota dengan luas area 27 ha, 6518 pohon dengan 49 spesies yang berbeda dan belum termasuk spesies semak, perdu, dan rumput.

(6)

Pengembangan Taman Jalan ini berada di jalan utama Sentul City dengan panjang jalan 6,2 Km. Selain itu, pada peruntukan lahan lain seperti Central Bussiness District (BCD), pemukiman, Cluster, penginapan, area rekreasi, lapangan golf, hutan alami maupun buatan dan area penangkapan juga memiliki pengayaan keanekaragaman hayati yang tinggi. Sebanyak 76 spesies pohon dengan total 32.876 pohon pada area terbuka hijau (30 ha). Namun hanya 68 spesies yang teridentifikasi dan spesies-spesies itu lebih banyak ditemukan spesies tanaman introduksi dan hanya 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011).

Sentul City dalam membangun Ruang Terbuka Hijau turut mengacu pada undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR), yaitu mewajibkan setiap kota menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) minimal 30 persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau Sentul City tersebar ke seluruh area yang terbagi dalam 6 model lanskap yaitu, Area Jalan Utama, Area Rekreasi, Area Pemukiman, Area Komersil dan Fasilitas Umum, Area Golf, dan terakhir Area Budidaya.

a. Area Jalan Utama

Secara umum Sentul City memiliki 3 jenis jalan, yaitu jalan arteri dua jalur, jalan kolektor dan sub kolektor. Jalan utama Sentul City memiliki panjang 6,2 Km dengan badan jalan antara 6-10 m dilapisi hotmix. Jalan arteri Sentul City dibagi menjadi dua, yaitu jalan Thamrin dan Jalan Siliwangi.Sepanjang jalan arteri terdapat komplek-komplek pemukiman yang biasa disebut dengan Cluster dan jalan arteri dan tiap Cluster dihubungkan dengan jalan kolektor. Jalan sub kolektor adalah jalan yang terdapat di lingkungan Cluster yang menghubungkan antar rumah ke rumah (Gambar 5).

Vegetasi yang dapat ditemukan sepanjang Area Jalan Utama antara lain didominasi oleh pohon akasia (Acacia mangium) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Seluruh jenis pohon yang tersebar di Jalan Utama berjumlah sekitar 49 spesies dengan jumlah pohon kurang lebihnya 6.500 buah (Bukit Sentul Tbk. 2009).Selain itu di area Jalan Utama juga dapat dijumpai semak dan rumput yang cantik dan ditata dengan indah serta perawatan yang tinggi (Gambar 6).

(7)

b. Area Pemukiman (Cluster Area)

Sentul City saat ini memiliki 17 Cluster besar dan 10 Cluster kecil dengan luas seluruh lahan 1.109,25 ha. Area pemukiman Sentul City juga menyediakan lahan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 230 ha yang di dalamnya terdapat Buffer, taman ketetanggaan, dan pekarangan. Buffer tiap cluster didominasi oleh pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia mangium), pohon mahoni,

Gambar 2. Jalan Arteri (atas), Kolektor (bawah kiri), dan Sub Kolektor (bawah kanan) Sentul City

(8)

dan pohon tanjung.Taman ketetanggan dan pekarangan didominasi tanaman-tanaman hias dan tanaman-tanaman buah (Gambar 7).

c. Area Rekreasi (Danau, Taman Budaya, dan fasilitas rekreasi lainnya) Area Rekreasi adalah area atau wilayah yang berfungsi untuk digunakan manusia sebagai tempat beristirahat, bersenang-senang, dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.Kegiatan rekreasi berguna untuk menyegarkan kembali tubuh agar siap untuk kerja. Sentul City memiliki area rekreasi terdiri dari danau, taman budaya dan theme park Alam Fantasia.

Sentul City memiliki delapan danau atau waduk buatan yang saat ini dapat diharapkan menjadi cadangan air tanah dan membantu peresapan air.Namun danau yang cocok untuk kegiatan rekreasi ada tiga danau yaitu danau Parahyangan, danau Northridge dan danau gerbang Graha Utama (Gambar 8).Danau Parahyangan terletak di tengah perumahan Cluster Parahyangan.Kegiatan rekreasi masyarakat di danau ini antara lain bersantai, duduk-duduk, memancing, dan piknik.Vegetasi pada area danau Parahyangan didominasi oleh pohon mahoni (Swietenia mahagoni) dan pohon matoa (Pometia pinnata).Danau Northridge terletak di tengah perumahan Cluster Northridge.Kegiatan rekreasi yang dilakukan berupa piknik, bersantai, dan memancing. Danau Northridge adalah danau terbesar antara danau Parahyangan dan danau Graha Utama.Vegetasi pada danau Northridge masih berupa hutan alami yang didominasi pohon jati (Tectona grandis) dan pohon pinus (Pinus merkusii). Namun, sebagian area sudah ditanami rumput (Axonopus compressus)

(9)

yang dikombinasikan dengan palem bismarkia (Bismarckia sp.) dan palem pinang (Areca catechu) karena difungsikan sebagai area rekreasi. Danau Graha Utama teletak di sebelah Gerbang Graha Utama.Danau Graha Utama digunakan untuk bersantai, duduk-duduk, dan sesekali menjadi tempat shooting film.Danau Graha Utama didominasi oleh semak berbunga dan tanaman air.

Vegetasi di dalam Taman Budaya didominasi pohon pinus (Pinus merkusii), pohon akasia (Acacia auriculiformis) dan pohon bintaro (Cerbera manghas).Vegetasi di dalam kawasan rekreasi Alam Fantasia didominasi oleh pohon akasia (Acacia auriculiformis).Vegetasi pohon tersebut juga dapat ditemukan hampir di seluruh area Sentul City (Saraswati, 2010).

d. Area Komersial dan Fasilitas Umum

Area Komersial dan Fasilitas Umum pada kawasan Sentul City meliputi sekolah, universitas, tempat ibadah, pertokoan, pasar, dan kantor pengelola Sentul City (Gambar 9). Vegetasi pada area ini hanya berfungsi sebagai vegetasi hias Gambar 5. Danau Graha Utama (kiri) dan Danau cluster Parahyangan (kanan)

Gambar 6. Kantor pengelola Sentul City (kiri) dan Bellanova (kanan) sebagai pusat perbelanjaan

(10)

yang mendukung area terbangun.Vegetasi semak lebih mendominasi dari pada vegetasi pohon sehingga area terasa lebih panas karena kurang naungan. Keragaman vegetasi pun lebih kecil dibandingkan area yang lain karena hanya ada sekitar 42 jenis pohon.

e. Area Golf

Area Golf pada Sentul City terdapat pada Cluster Bukit Golf Hijau, Sentul Golf Highland, dan Mediterania Golf Hill. Vegetasi area golf pada Sentul City dibagi menjadi tiga bagian menurut fungsinya, yaitu vegetasi Buffer lapangan golf, rumput golf, dan vegetasi jalan. Vegetasi Buffer didominasi pohon pinus (Pinus merkusii) dan akasia (Acacia auriculiformis), rumput golf memakai jenis rumput bermuda (Cynodon dactylon L.), dan untuk vegetasi jalan lebih sering menggunakan jenis-jenis palem. Jenis-jenispalem itu seperti pinang (Areca catechu L), bismarkia (Bismarikia nobilis), kelapa gading (Cocu mucifera L.), palem kuning (Chrysalidocarpus lutescens) dan palem merah (Crytostachys lakka Becc.). Vegetasi pada area golf 49 jenis pohon.

Aa Budidaya

f. Area Budi Daya

Area budidaya pada Sentul City meliputi kawasan Nursery/tempat pembibitan dan area perkebunan warga (Gambar 11).Nursery mengembangkan tanaman penutup tanah dan beberapa semak seperti bunga soka (Ixora sp.), taiwan beauty (Chupea sp.) dan iris (Neomarica longifolia). Area perkebunan warga ditanami tanaman seperti singkong, kangkung dan ubi jalar.Selain itu, terdapat

(11)

pula area pelatihan pertanian sebagai kawasan Edutourism sebagai program wisata Taman Budaya.

4.1.2 Aspek Pengelolaan

PT Sentul City .Tbk mempercayai PT Sukaputra Graha Cemerlang sebagai pengelola.PT. Sukaputra Graha Cemerlang memiliki Departemen Pengelolaan yang mengelola bagian infrastruktur, kompos, kebersihan, utilitas dan lanskap.Kepala Departemen Pengelolaan membawahi tiga bagian yaitu bagian infrastruktur, bagian lanskap dan kebersihan, dan bagian kompos. Bagian lanskap dan kebersihan membawahi dua supervisor yang mengelola 296,59 ha lanskap zona hijau Sentul City secara keseluruhan, serta membawahi bagian pengelola sampah rumah tangga dan sampah hijau. Setiap supervisor membawahi pengawas yang bertugas untuk mengontrol aktivitas kontraktor perihal jadwal kerja, teknis lapang, dan absensi tenaga kerja.Selain itu supervisor juga ikut andil dalam pelaksanaan pembibitan vegetasi tanaman hias sebagai cadangan apabila vegetasi di lapangan terjadi kerusakan (Gambar 12).

Perawatan RTH Sentul City dikelola oleh CV Gelar Jaya dan CV Cipta Anugrah Maulita dibawah supervisor pengelola Sentul City dengan luas wilayah kelola 296,59 ha (Tabel 11). Wilayah yang dikelola terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap adalah kegiatan pemeliharaan, penyiraman, pemupukan, pemotongan ranting,

(12)

pengumpulan sampah daun, penggantian tanaman secara berkala, dan pengawasan.

Tabel 4. Luas area perawatan lanskap

No. Area Perawatan Lanskap Luas (ha) Proporsi (%)

1 Taman Taman Gerbang 4,43 1,50 Taman Lingkungan 10,72 3,60 Spine Road 11,94 4,03 2 Rumput Berm 58,02 19,46 Halaman depan 11,37 3,84 Kavling 108,76 36,60 RTH 60,56 20,32 3 Pohon Pohon Jalan 1,42 0,48 Pohon Penghijauan 6,69 2,25 Sempadan Jalan 25,87 8,72 Jogging Track 0,38 0,13 Drainase 4,49 1,50 Total 296,59 100

Sumber : Bukit Sentul Tbk, 2009

(13)

Menyusun strategi manajemen lanskap untuk konservasi keragaman hayati tanaman secara ex-situ perlu dilakukan dengan evaluasi keragaman hayati tanaman, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi, dan analisis SWOT.Evaluasi keragaman hayati tanaman berfungsi untuk mengetahui jumlah, spesies, dan asal tanaman.Evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi berfungsi untuk mengetahui tingkat keragaman jenis tanaman pada Sentul City.Analisis SWOT berfungsi untuk menyusun strategi-strategi dalam memaksimalkan konsep Eco-City pada Sentul City.

4.2 Evaluasi Keanekagaraman Hayati Tanaman

Pada penelitian ini, terdapat beberapa titik lokasi sebagai random sampel yang mewakili bentuk ruang terbuka hijau di Sentul City.Hasil identifikasi tiap titik lokasi merupakan bentuk evaluasi keragamanjenis tanaman Sentul City. Titik lokasi pengambilan sampel tersebar di delapan titik lokasi sampel yang mewakili lanskap danau, lanskap jalur hijau/greenway, dan lanskap ruang terbuka hijau cluster (Gambar 13).

Pada delapan titik lokasi sampel evaluasi keragaman hayati tanaman, total vegetasi yang ada berjumlah 5.286 individu dengan 28 spesies berbeda. Hasil dari jenis vegetasi delapan titik lokasi sampel terdapat 19 spesies tanaman introduksi dan 9 spesies tanaman asli dengan kata lain persentase tanaman introduksi sebesar 68% dan tanaman asli 32%. Tanaman yang paling sering ditemukan adalah pohon Akasia (Acacia mangium) dan tanaman yang paling jarang ditemukan adalah pohon Manggis (Garcinia mangostana) (Lampiran 1).

Vegetasi yang tumbuh di kawasan Sentul City berjumlah 32.876 pohon dengan 68 spesies tanaman introduksi dan 27 spesies tanaman asli (Arifin dan Nakagoshi, 2011). Jenis vegetasi yang berada di bagian puncak bukit umumnya berupa hutan alami dan hutan binaan.Hutan-hutan alami di Sentul City didominasi oleh pohon Karet (Hevea brasillensis Wild.Ex.Juss M.A) yang merupakan jenis tanaman asli kawasan Sentul City. Sedangkan hutan binaan di

(14)

14 Gambar 10. Lokasi pengambilan sampel Indeks Keragaman Hayati Tanaman; a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh.

Husni Thamrin Depan, d) Jalan Moh. Husni Thamrin Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin Belakang, f) RTH Cluster Northridge, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, dan h) RTH Cluster Venesia

(15)

15 kawasan Sentul City didominasi oleh pohon Pinus (Pinus merkusii Jungh.) yang merupakan jenis tanaman asal Sumatera (Bukit Sentul Tbk. 2009).

Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul City dengan persentase 68%. Hal ini berbeda dengan dengan konsep Eco-City, karena apabila Sentul City menggunakan konsep Eco-City sebagai bagian dari strategi pemasarannya, maka Sentul City harus mengedepankan indigenous spesies atau tanaman asli sebagai indentitas suatu kawasan. Merujuk pada konsep Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance, mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman introduksi (Arifin, 2011).Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono. 2002). Selain itu, dalam konteks sosial-budaya, dominasi tanaman introduksi terhadap tanaman asli akan mengakibatkan identitas kawasan menjadi pudar (Arifin, 2009).

4.3 Indeks Keragaman Hayati Tanaman

Indeks keragaman jenis tanaman berdasarkan pengamatan pada delapan titik lokasi sampel di kawasan Sentul City termasuk dalam kategori keragaman jenis rendah. Indeks keragaman tertinggi terdapat pada lokasi RTH Cluster Northridge dengan indeks 1,06, yang memiliki 6 spesies vegetasi serta 31 individu di dalamnya. Indeks keragaman terendah terdapat pada lokasi Jalan Moh. Husni Thamrin bagian tengah dengan indeks 0,06, yang memiliki 5 spesies vegetasi serta 1.428 individu di dalamnya (Tabel 12).Tinggi atau rendahnya indeks keragaman jenis tanaman pada setiap jenis lanskap yang berbeda-beda di Sentul City dipengaruhi oleh pola kombinasi tanaman antara pohon, perdu, semak, dan herba.Tanaman pohon memiliki nilai keragaman yang lebih tinggi daripada tanaman perdu, semak, dan herba.

(16)

16 Tabel 5. Indeks keragaman jenis tanaman pada lokasi sampel di Sentul City

Lokasi

a b c d e f g h

Jumlah individu 18 32 4203 1428 30 65 19 31

Jumlah jenis 6 5 10 5 5 2 2 6

Indeks keragaman hayati 0,74 0,47 0,37 0,06 0,72 0,23 0,64 1,06

Keragaman R R R R R R R S

Keterangan :

a) Danau Parahyangan, b) Danau Graha Utama, c) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Depan, d) Jalan Moh.Husni Thamrin segmen Tengah, e) Jalan Moh. Husni Thamrin segmen Belakang, f) RTH Cluster Venesia, g) RTH Cluster Bukit Golf Hijau, h) RTH Cluster Northridge.

R : Keragaman Rendah, S : Keragaman Sedang, T : Keragaman Tinggi

Lokasi RTH Cluster Northridge memiliki nilai indeks keragaman paling tinggi dengan dominasi spesies pohon jika dibandingkan dengan perdu, semak, dan herba.Sebaliknya, lokasi yang memiliki dominasi tanaman herba yang lebih tinggi daripada tanaman pohon adalah lokasi Jalan Moh.Husni Thamrin segmen tengah.Walaupun jumlah individu lebih tinggi jumlahnya dibandingkan dengan lokasi RTH Cluster Northridge, nilai indeks keragamannya sangat rendah.Selain itu, lokasi yang memiliki indeks rendah disebabkan karena keragaman vegetasi yang timpang akibat tanaman introduksi yang mendominasi, seperti Acacia auriculiformis.Tanaman ini ada di setiap tipe lanskap pada Sentul City dan kurang baik karena sifatnya yang invasif, akar yang kuat untuk mengambil air di dalam tanah dan penyebaran yang sangat cepat (van Reine dan Trono, 2002).

4.4 Analisis SWOT

Penentuan strategi manajemen lanskap bagi konservasi keragaman hayati tanaman dalam menuju Eco-City di Sentul City dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan cara dalam menentukan strategi dengan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal yang dimiliki berdasarkan pihak pengelola lanskapdi Sentul City. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

(17)

17 4.4.1 Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

a. Kekuatan(Strength)

Ruang terbuka hijau yang luas dan lanskap yang variatif

Sentul City memiliki area hijau dengan luas 296.59 ha yang dikelola oleh pengelola lanskap Sentul City. Area hijau ini terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase (Bukit Sentul Tbk., 2009). Sentul City merupakan kawasan yang strategis dengan temperature rata-rata 22ºC – 30ºC dan memiliki 65% area hijau (Utama, 2009). Selain itu kawasan Sentul City memiliki banyak jenis lanskap seperti lanskap danau, sungai, jalan hijau, Buffer, RTH cluster, taman rekreasi, golf dan taman kantong.

Beriklim tropis

Lokasi Sentul City berada di kawasan tropis.Tanaman-tanaman dapat mudah tumbuh di iklim tropis sehingga untuk menuju keragaman hayati tanaman yang tinggi dapat dengan mudah dilaksanakan.

Taman Budaya

Taman Budaya.merupakan salah satu fasilitas yang dibangun oleh pihak Sentul City sebagai tempat rekreasi. Taman Budaya didalamnya terdapat kegiatan ekowisata, outbond, camping ground, dan sejumlah kegiatan rekreasi yang bermain dengan alam. Kegiatan rekreasi alam adalah dengan mengenal keanekaragaman hayati lokal dengan harapan pengalaman ini dapat dibawa pengunjung ke rumah masing-masing.Kegiatan ini umumnya disenangi oleh pengunjung sebagai kegiatan di hari libur dan kegiatan rekreasi ini dapat menjadi sarana informasi kepada masyarakat akan pentingnya keragaman hayati tanaman lokal.

Trend-setter kota-kota lain

Lokasi strategis dengan lingkungan yang masih baik sebagai nilai jual yang tinggi membuat Sentul City menjanjikan gaya hidup masa depan yang lebih baik (Utama, 2009). Ini yang membuat Sentul City percaya diri bahwa konsep kota mandiri yang Sentul City usung akan menjadi trend di masa depan sehingga

(18)

18 konsep konservasi keragaman hayati tanaman dapat menjadi panutan terhadap kota-kota mandiri yang mengusung tema atau konsep Eco-City.

Pengelolaan lanskap yang cukup baik

Pengelolaan menjalankan pemeliharaan lanskap dengan baik. Pengelola lanskap Sentul City memiliki luas wilayah kelola 296.59 ha. Wilayah yang dikelola terdiri dari taman gerbang, taman lingkungan, spine road, berm, halaman depan/pekarangan, kavling, RTH, pohon jalan, pohon penghijauan, sempadan jalan, jogging track, dan saluran/drainase. Pengelolaan yang dilakukan terhadap area perawatan lanskap adalah kegiatan pemeliharaan, penyiraman, pemupukan, pemotongan ranting, pengumpulan sampah daun, penggantian tanaman secara berkala, dan pengawasan.

b. Kelemahan (Weakness)

Tanaman introduksi yang dominan

Hasil penelitian di delapan titik lokasi dan beberapa pernyataan dari literatur menunjukkan bahwa tanaman introduksi mendominasi di kawasan Sentul City dengan persentase 68%. Merujuk pada konsep Eco Cityyang mengandung tigapernyataan utama yaitu efisiensi sumber daya lahan, bahan dan energi, tanaman asli dinilai lebih adaptif, low maintenance, mendukung kelestarian sosial budaya dan masyarakat daripada tanaman introduksi (Arifin, 2011). Dominasi tanaman introduksi dinilai tidak efisien sumber daya lahan dan energi karena adaptasi dan perakarannya kuat dalam penyerapan air sehinggadapat menjadi tidak baik bagi tanaman asli jika populasinya tidak dikontrol (van Reine dan Trono, 2002).

Program konservasi keragaman hayati tanaman lokal belum ada

Program-program konservasi pelestarian keragaman hayati tanaman perlu ada di dalam rencana pengelolaan kawasan dalam menuju konsep Eco-City. Program konservasi dapat menjadi informasi

Persepsi masyarakat yang gegar budaya

Persepsi masyarakat masih membanggakan materi dari luar Indonesia (gegar budaya) khususnya tentang maraknya vegetasi introduksi.

(19)

19 Tiap supervisor pengelola lanskap memimpin setengah dari keseluruhan zona hijau Sentul City saat ini, yaitu masing-masing 150 Ha.Tentunya ini cukup memberatkan dan mengakibatkan pengawasan pengelola menjadi kurang maksimal akibat lahan yang besar.

c. Peluang (Opportunities)

Lembaga sebagai partner dalam mengelola

Terdapat lembaga-lembaga dengan kegiatan konservasi yang dapat dijadikan partner dalam mengelola kawasan Sentul City agar keragaman hayati tetap terjaga.Universitas dan Institusi di sekitar kawasan juga dapat menjadi bagian dapam perencanaan pengelolaan lanskap berbasis konservasi keanekaragaman hayati karena gerakan-gerakan pecinta lingkungan hidup banyak dari kalangan mahasiswa.

Pemerintah Daerah, NGO,danCSR yang mendukung

Kegiatan atau gerakan penghijauan dalam rangka mereduksi efek yang diakibatkan oleh Global Warming sangat dibutuhkan bagi Pemerintah Daerah dan NGO.Pemerintah Daerah dan NGO mendukung kegiatan penghijauan, dalam hal ini adalah kegiatan konservasi keanekaragaman hayati, karena lingkungan yang baik merupakan kebutuhan masyarakat.Sedangkan pihak CSR dalam suatu perusahaan memerlukan kegiatan-kegiatan penghijauan karena terkait dengan masalah administrasi dan pemasaran dimana terdapat pendanaan kegiatan penghijauan sebagai bentuk perhatian suatu perusahaan terhadap lingkungan.

d. Ancaman (Threats)

Ledakan popularitas tanaman-tanaman introduksi

Tanaman-tanaman ini biasanya dibawa dari luar kawasan Sentul City oleh masyarakat atau pemukim.Pemukim yang rata-rata menengah ke atas dapat membeli tanaman-tanaman mahal di luar kawasan. Padahal tanaman mahal itu biasanya merupakan tanaman introduksiyang dapatmenurunkan nilai keragaman hayati tanaman lokal.

Kesenjangan sosial

Kesenjangan sosial pada masyarakat di luar lingkar Sentul City yang masih didominasi masyarakat kelas menengah ke bawah.Keadaan ini akanmemicu kurangnya dukungan gerakan/kegiatan konservasi pada kawasan Sentul City.

(20)

20

Penebangan liar

Pengawasan pengelola yang kurang intensif akibat kurangnya sumberdaya menjadikan kawasan Sentul City rawan terjadi penebangan-penebangan liar.

4.4.2 Penilaian Faktor Internal dan Eksternal

Setiap faktor memiliki tingkat kepentingan tersendiri dan setiap faktor internal maupun eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya (Tabel 13 dan Tabel 14).Penilaian berdasarkan kepentingan dapat memudahkan dalam menyusun strategi nanti. Kemudian setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor internal maupun eksternal selanjutnya akan dilakukan pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16).

Simbol Faktor Kekuatan (Strength) Tingkat Kepentingan

S1 Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif Kekuatan yang sangat Besar

S3 Beriklim tropis Kekuatan yang besar

S4 Terdapat taman budaya Kekuatan yang sedang S5 Pengelolaan lanskap yang cukup baik kekuatan yang sedang S6 Trend-setter kota-kota lain Kekuatan yang besar

Simbol Faktor Kelemahan (Weakness) Tingkat Kepentingan

W1 Tanaman introduksi yang dominan Kelemahan yang sangat berarti W2 Program konservasi belum ada Kelemahan yang sangat berarti W3 Persepsi masyarakat yang gegar budaya kelemahan yang sangat berarti W4 Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani Kelemahan yang berarti

Simbol Faktor Peluang (Opportunity) Tingkat Kepentingan

O2 Pemda dan NGO yang mendukung Peluang yang sangat tinggi O3 Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola Peluang yang sangat tinggi

Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan

T1 Ledakan popularitas tanaman introduksi Ancaman yang besar

T2 Kesenjangan sosial Ancaman yang sangat besar

T3 Penebangan liar Ancaman yang besar

Tabel 6. Tingkat kepentingan faktor internal Sentul City

(21)

21 4.4.3 Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External

Factor Evaluation (EFE)

Pertama yang dilakukan adalah menentukan bobot untuk tiap faktor.Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1 dan 4. Kemudian rating setiap faktor akan dikalikan dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan untuk matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan 18).

Simbol S1 S2 S3 S4 S5 W1 W2 W3 W4 Total Bobot

S1 1 1 1 1 2 2 2 1 11 0,07 S2 3 1 1 2 3 3 3 2 18 0,12 S3 4 3 2 3 4 4 3 4 27 0,18 S4 4 3 2 3 4 4 3 4 27 0,18 S5 3 2 1 1 3 3 3 2 18 0,12 W1 2 1 1 1 1 2 2 1 11 0,07 W2 2 1 1 1 1 2 2 1 11 0,07 W3 2 1 1 1 1 2 2 1 11 0,07 W4 3 2 1 1 2 3 3 3 18 0,12 152 1.00

Simbol O1 O2 T1 T2 T3 Total Bobot

O1 2 1 2 1 6 0,15 O2 2 1 2 1 6 0,15 T1 3 3 3 2 11 0,28 T2 2 2 1 1 6 0,15 T3 3 3 2 3 11 0,28 Total 40 1,00

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif 0,07 4 0,27

Beriklim tropis 0,11 3 0,33

Terdapat taman budaya 0,16 2 0,33

Pengelolaan lanskap yang cukup baik 0,16 2 0,33

Trend-setter kota-kota lain 0,11 3 0,33

Tabel 8.Penilaian bobot faktor strategis internal Sentul City

Tabel 9.Penilaian bobot faktor strategis eksternal Sentul City

(22)

22

Kelemahan

Tanaman introduksi dominan 0,07 4 0,27

Program konservasi belum ada 0,07 4 0,27

Persepsi masyarakat yang gegar budaya 0,07 4 0,27 Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani 0,11 3 0,33

Total 1,00 29 2,74

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

Pemda dan NGO yang mendukung 0,13 4 0,53

Lembaga-lembaga sebagai partner dalam mengelola 0,13 4 0,53

Ancaman

Ledakan popularitas tanaman introduksi 0,23 3 0,70

Kesenjangan sosial 0,13 4 0,53

Penebangan liar 0,23 3 0,70

Total 1,00 18 3,00

Pada tabel dan tabel perhitungan IFE dan EFE menunjukkan kondisi internal kawasan Sentul City memiliki nilai total 2,74 dan kondisi eksternal kawasan Sentul City memiliki nilai total 3,00. Kondisi ini menunjukkan kondisi yang kuat (Total > 2,5). Kemudian setelah mengetahui nilai total tiap kondisi eksternal maupun internal, nilai total masing-masing dipetakan ke Matriks Internal-Eksternal (IE) (Gambar 14). Pemetaan ke Matriks Internal-Eksternal (IE)

I II III

IV V VI

VII VIII IX

Total Skor IFE

Kuat Sedang Lemah

Total Skor EFE Tinggi Menengah Rendah 4,00 3,00 3,00 2,00 1,00 2,00 1,00

Tabel 11.Matriks External Factor Evaluation (EFE) Sentul City

Gambar 11. Matriks Internal-Eksternal (IE) keanekaragaman hayati Sentul City

(23)

23 bertujuan untuk mengetahui posisi Sentul City pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu nilai total matriks IFE (2,74) pada sumbu x dan total matriks EFE (3,00) pada sumbu y.

Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, keanekaragaman hayati Sentul City berada pada kuadran II. Kuadran II menunjukkan Sentul City berada pada posisi Growth.Strategi yang sesuai adalah strategi pengembangan produk (Rangkuti, 2009).Strategi pengembangan produk dalam kegiatan konservasi adalah menambah kualitas pengelolaan dan meningkatkan akses ke pihak-pihak luar dalam melakukan kegiatan konservasi. Secara spesifik, strategi manajemen yang dapat di ambil oleh Sentul City dalam menunjang kegiatan konservasi keanekaragaman hayati akan diperoleh dari matriks SWOT di subbab berikutnya.

4.4.4 Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan gambaran secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi pihak Sentul City dalam melaksanakan kegiatan konservasi keanekaragaman hayati dengan disesuaikan oleh kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Terdapat delapan alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks faktor internal dan faktor eksternal, yaitu a) memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal, b) meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora, c) pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif dan lanskap lebih memiliki karakter, d) mengeksplorasi vegetasi sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri dan dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam memelihara keanekaragaman hayati, e) mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi invasif dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas, f) merekomendasikan program konservasi vegetasi lokal, g) meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif, dan h) meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan(Tabel 19).

(24)

24 Peluang Ancaman Pemda, CSR, dan LSM yang mendukung Ledakan popularitas tanaman introduksi Lembaga-lembaga sebagai

partner dalam mengelola

Kesenjangan sosial Penebangan liar Ke kua tan Ruang hijau yang luas dan lanskap yang variatif

- Memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies pohon maupun semak lokal

- Mengeksplorasi vegetasi sebagai bahan edukasi masyarakat kota mandiri dan dapat dijadikan sebagai kebijakan dalam memelihara

keanekaragaman hayati Beriklim tropis - Meningkatkan perhatian

terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora.

- Mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi invasif dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas Terdapat taman budaya Pengelolaan lanskap yang cukup baik

- Pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar pengawasan lebih efektif dan lanskap lebih memiliki karakter Trend-setter

bagi kota baru lainnya Ke lema ha n Tanaman introduksi yang dominan - Merekomendasikan program konservasi

vegetasi lokal - Meningkatkan kegiatan pengelolaan dan

pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan Program konservasi belum ada Persepsi masyarakat yang gegar budaya - Meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap masyarakat dengan pencitraan yang edukatif

Supervisor pengelola lanskap terlalu terbebani

Tabel 12. Matriks SWOT

Faktor Eksternal

(25)

25 4.4.5 Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi

Berdasarkan analisis data secara kuantitatif yang dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating pada setiap alternatif strategi, diperoleh skor tertinggi 2,66 yaitu mempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas dan terendah 0,79 yaitu meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora (Tabel 20).

Tabel 13.Ranking Alternatif Strategi

Rank Alternatif Strategi Skor

1

Mempertahankan lanskap yang variatif, namun dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksi dengan

merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas

2,66

2

Meningkatkan kegiatan pengelolaan dan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif masyarakat dengan memasukan masyarakat sebagai bagian dari tim pengelola kawasan

1,84

3 Memperkaya vegetasi dengan menambah spesies-spesies

pohon maupun semak lokal 1,74

4 Pengelola lanskap bekerja sama dengan institusi dan LSM agar

pengawasan lebih efektif 1,67

5 Merekomendasikan program konservasi dalam melestarikan

vegetasi lokal 1,62

6 Meningkatkan informasi spesies flora lokal terhadap

masyarakat dengan pencitraan yang edukatif 1,61

7 Mengeksplorasi vegetasi lokal sebagai bahan edukasi

masyarakat kota mandiri 1,45

8

Meningkatkan perhatian terhadap vegetasi lokal dengan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang konservasi flora

(26)

26 4.5 Rencana Manajemen Lanskap dalam Konservasi Keragaman Hayati Tanaman

Melalui hasil evaluasi keragaman hayati tanaman Sentul City, evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City, dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, rencana manajemen lanskap dalam konservasi keragaman hayati tanaman dapat disusun. Evaluasi keragaman hayati tanaman Sentul City menunjukkan bahwa presentase tanaman introduksi lebih dominan daripada tanaman asli.Evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City menunjukkan bahwa indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City masih tergolong rendah.Analisis SWOT menunjukkan bahwa Sentul City perlu mempertahankan lanskap yang variatif dengan mengurangi pemakaian tanaman introduksidan merekomendasikan spesies lokal sebagai simbol/identitas. Hasil-hasil tersebut menjadi pertimbangan sehingga Sentul City dalam menuju konsep Eco-City membutuhkan program-program konservasi sebagai berikut:

a. mempertahankan vegetasi lokal yang ada, b. kerjasama dengan lembaga terkait, dan c. partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

Berdasarkan hasil evaluasi indeks keragaman jenis vegetasi Sentul City dan analisis deskriptif serta kuantitatif matriks SWOT, strategi konservasi yang tercipta sangat sejalan dengan penilaian kategori International Union for the Conservation of Nature (IUCN).Menurut penilaian kategori IUCN, Sentul City masuk dalam kategori Cagar Biosfer, yaitu merupakan kawasan untuk melestarikan keragaman dan keutuhan komunitas tumbuhan dan satwa dalam ekosistem alaminya bagi pengguna.Kawasan ini juga ditunjuk untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan pelatihan. Strategi konservasi yang baik menurut skema kategori perlindungan yang sesuai adalah kawasan diprioritaskan bagi perlindungan alam; pemanfaatan oleh pengunjung prioritas tinggi; pemanfaatan konsumtif bagi penduduk setempat; dan pemanfaatan kawasan untuk kepentingan global (MacKinnon, Mackinnonand Child, 1993)

4.5.1 Mempertahankan vegetasi lokal yang ada

Lanskap Sentul City yang diwakili oleh delapan titik lokasi pengamatan memiliki indeks keragaman dibawah 3 menandakan bahwa nilai indeks

(27)

27 keragamannya rendah.Hasil itu tak lepas dari minimnya keragaman tanaman yang ada di tiap lokasi, dapat dikatakan bahwa keragaman tanaman yang ada cenderung homogen. Keragaman tanaman yang homogen menjadi kurang baik karena rentan terhadap serangan hama. Hama dapat menularkan dan menyebarkan penyakit lebih cepat terhadap keragaman tanaman yang homogen di suatu tapak dibandingkan dengan tapak yang memiliki keragaman tanaman yang tinggi.Selain itu, pada delapan titik lokasi pengamatan, dominasi tanaman introduksi juga lebih besar presentasenya jika dibanding dengan tanaman asli.Maka perlu ada kegiatan konservasi dalam mempertahankan tanaman asli yang sudah ada dan meningkatkan keragaman tanaman dengan pengawasan dan pengelolaan lanskap yang baik.Tanaman asli memiliki adaptasi yang lebih tinggi dan perawatan/pengelolaannya lebih mudah karena cocok dengan kondisi biofisik kawasan daripada tanaman introduksi.Menggunakan tanaman asli mendorong kegiatan penghijauan pada kawasan perkotaan dalam pengelolaan konservasi spesies ex-situ karena tanaman asli berada di habitat aslinya (Arifin and Nakagoshi, 2011).

4.5.2 Kerja Sama dengan lembaga terkait

Sentul City perlu menjalin kerjasama dengan pihak-pihak seperti institusi dan lembaga masyarakat yang memiliki perhatian terhadap keanekaragaman hayati.Sentul City dapat menjadi tempat penelitian dalam eksplorasi tanaman jenis lokal.Fasilitas yang Sentul City punya dapat mendukung adanya konferensi lembaga-lembaga konservasi nasional maupun internasional.Pertukaran jenis tanaman-tanaman lokal antara lembaga konservasi terkait dan Sentul City juga memberikan hal positif dalam peningkatan keragaman tanaman lokal. Kegiatan-kegiatan konservasi yang melibatkan lembaga masyarakat dapat menjadi informasi terhadap publikasi massa sehingga Sentul City dapat menjadi panutan atau Trend-setter terhadap kota mandiri lainnya yang mengedepankan konsep Eco-City. Selain itu, kerjasama yang baik dapat memberikan keuntungan pada pihak Sentul City karena program-program yang berkenaan dengan perlakuan pengelola terhadap keanekaragaman hayati dapat dibantu dan dipantau dengan

(28)

28 baik. Proses pengawasan dan pengelolaan keanekaragaman hayati akan terstruktur dengan baik dan program-program yang berjalan akan lebih professional.

4.5.3 Konservasi keanekaragaman hayati dari jenis lokal

Program konservasi yang cocok untuk kawasan Sentul City adalah tindakan preventif terhadap ledakan popularitas tanaman introduksi dan pengelolaan dengan kegiatan pengawasan terhadap tindakan-tindakan negatif/vandalisme dari masyarakat.Masyarakat yang memiliki tingkat keberlanjutan yang sempurna secara umum memiliki kesadaran akan lingkungan ekologis, sosial-ekomis dan spiritual yang tinggi. Mereka akan memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam mewujudkan konsep hijau melalui praktek-praktek kesehariannya dalam hemat lahan, hemat bahan dan hemat energi. Partisipasi masyarakat merupakan faktor pendorong untuk menuju kota hijau karena komunitas masyarakat yang partisipatif adalah masyarakat yang memiliki sifat gotong royong, menjada apa yang dimilikinya, mengajari anak-anak, berlaku baik kepada setiap orang, mengonsumsi apa yang benar-benar dibutuhkan dibandingkan apa yang didapatkan (Arifin, 2009).

Menumbuhkan pemahaman masyarakat yang partisipatif kepada penduduk lokal dapat dilakukan dengan kegiatan pendidikan publik.Pendidikan publik adalah solusi efektif dalam manajemen lanskap untuk memperbaiki kepercayaan hubungan antara pengelola suatu kawasan dan masyarakat lokal dalam pengembangan kegiatan konservasi.Pengelola dapat memberikan pemahaman-pemahaman tentang pentingnya eksistensi lingkungan, penjagaan dan pengawasan kawasan, potensi agroforestri, pekarangan, pengenalan satwa, dan pengetahuan lainnya.Pengelola harus memiliki tujuan untuk meningkatkan pemahaman empati masyarakat lokal dalam mengelola lanskap.Kegiatan konservasi dapat membantu dalam memperbaiki hubungan dan membina kepercayaan terhadap kedua pihak (Taekuchi, Brown, Washitani, Tsunekawa, danYokohari, 2003)

Apabila dianalisis secara deskriptif, kerjasama yang terjadi antara masyarakat lokal sekitar kawasan Sentul City dengan pengelola Sentul City akanterjadi simbiosis mutualisme yaitu kedua pihak akan saling menguntungkan. Masyarakat lokal sekitar kawasan Sentul City dapat menjadi pengawas sebagai

(29)

29 tindakan preventif pembabatan pohon secara liar.Masyarakat lokal dapat menjadi pengawas/bagian dari pengelola dengan imbalan kavling-kavling kosong yang belum dibangun perumahan dapat dijadikan lahan pertanian atau lahan agroforestri untuk sementara.

Agroforestri adalah sistem pengolahan lahan yang mengkombinasikan antara pertanian dan kehutanan.Pekarangan, kebun campuran dan kebun talun juga merupakan sistem agroforestri tradisional atau dapat disebut bentuk sederhana dari system agroforestri.Struktur dan desain lahannya juga tergantung pada lahan yang ada dan pengetahuan yang ada di suatu masyarakat.Secara sosio-ekonomi, ada empat fungsi dasar dari kegiatan pekarangan.Pertama, masyarakat dapat menanam sayur-mayur, umbi-umbian, buah-buahan, bumbu dapur, dan dapat juga menanam produk bukan makanan seperti rumput untuk pakan ternak dan berbagai kegiatan bercocok tanam yang dapat dilakukan dalam tempo yang tidak terlalu lama.Kedua, produk dapat dipasarkan walaupun keuntungan yang didapat sedikit namun usaha kecil ini bernilai positif.Ketiga, selain menjadi lahan bercocok tanam, pekarangan juga dapat menjadi lahan untuk anak-anak bermain dan tempat berkumpul warga.Keempat, pekarangan dapat memenuhi fungsi ekologis yaitu sebagai “hutan kecil” yang di dalamnya terdapat keragamantanaman serta berkumpulnya satwa karena ada bahan makanan yang di tanam (Arifin dan Arifin-Nurhayati, 2010).Pekarangan dapat menjadi solusi yang baik dalam menuju konservasi keanekaragaman hayati.Pengelola dan masyarakat dapat membangun kepercayaan menuju kerukunan dan pembangunan kawasan Sentul City yang berkelanjutan.

4.5.4 Skema strategi terciptanya Eco-City

Kota yang telah mengedepankan Eco-City dalam konservasi keanekaragaman hayati akanmenciptakan lanskap ruang terbuka hijau yang tinggi sebagai ekosistem makhluk hidup. Ekosistem makhluk hidup yang tinggi menandakan keragaman jenis makhluk hidup yang tinggi juga sehingga jasa lanskap seperti carbon stock, konservasi tata air, dan visualisasi keindahan panorama lanskap akan hadir pada setiap manusia sebagai pengguna kawasan. Oleh karena itu, dengan melakukan kegiatan konservasi keragaman hayati

(30)

30 tanaman serta mengembangkan kerja sama dan partisipasi masyarakat diharapkan Eco-City dapat terwujud nyata (Gambar 15).

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi topografi wilayah Sentul City
Tabel 2. Kelembaban Udara Sentul City
Gambar 1.Instalasi pengolahan air dan limbah.
Gambar 2. Jalan Arteri (atas), Kolektor (bawah kiri), dan Sub Kolektor (bawah  kanan) Sentul City
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalan (TK) maupun Rirang (TR) hasil pantauan 1992/1993 sId 2005 setiap unsur masing-masing menunjukkan gambaran fluktuasi kadar relatif sama (Gambar 10 dan 11), yang dapat

Gerstel dan Gross (1984) mengungkapkan bahwa pasangan pernikahan jarak jauh dengan tipe adjusting atau pasangan jarak jauh yang usia pernikahannya tidak lebih dari 5 tahun

The incidence of ovarian abnor- malities was not recorded in the present study, but any possible negative effect on embryo recovery appears to be constant since the numbers of

Access juga dapat digunakan sebagai sebuah basis data untuk aplikasi Web dasar yang disimpan di dalam server yang menjalankan Microsoft Internet Information Services

Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap

Sumber-sumber hutan yang diperoleh dan diolah menjadi barangan telah dijual untuk mendapatkan pendapatan bagi menyara keluarga mereka.Justeru itu, komuniti Orang Asli berupaya

Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Kabupaten/Kota (MSPK) yang merupakan komponen dari Sistem Penjaminan dan Peningkatan Mutu Pendidikan (SPPMP) telah dikembangkan

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan hasil analisis perbedaan kecemasan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi sesudah kelompok intervensi dilakukan tehnik lima jari