• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

271

Feby Inggriyani2 PGSD Universitas Pasundan

ABSTRAK

Pembentukan karakter sangat diperlukan dalam melangsungkan kehidupan, berbangsa dan bernegara yang aman, adil dan sejahtera. Oleh karena itu, pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif untuk membangun generasi bangsa yang lebih baik. Institusi formal perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk menumbuhkan karakter yang tangguh pada setiap mahasiswanya. Hal ini disebabkan karena tidak hanya mahasiswa cerdas yang diperlukan dalam dunia pekerjaan, namun diperlukannya mahasiswa pandai dan bermoral yang menjadi benteng dari berbagai tindakan tidak terpuji, wadah untuk pengembangan diri dan menjadi seseorang yang berkepribadian unggul.

Kata Kunci : Pendidikan karakter, karakter

1 Makalah disampaikan pada acara Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator “Kenali dan

Kembangkan Kemampuan Intelegensi Emas untuk Indonesia Emas” di Prodi PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tanggal 30 April 2016.

(2)

272

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter belakangan ini mulai terdengar kembali. Hal ini disebabkan karena adanya keresahan mengenai pergeseran nilai-nilai budi pekerti di kalangan masyarakat, khususnya para pelajar sebagai asset bangsa dan intelektual muda calon pemimpin masa depan. Kecenderungan ini muncul setelah masyarakat mencermati berbagai peristiwa beruntun yang menggambarkan perilaku anak, remaja, orang dewasa mulai dari rakyat biasa, aparatur negara, bahkan elit politik yang dianggap telah menciderai nilai–nilai luhur. Dengan adanya hal tersebut semakin menguatkan kesadaran untuk pentingnya mengimplementasikan pendidikan karakter dalam dunia pendidikan. Tujuan pendidikan karakter adalah menciptakan generasi muda yang berkarakter unggul sehingga menjadi warga negara yang lebih baik.

Pendidikan karakter yang tertuang dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyebutkan, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung. Pendidikan karakter sudah menjadi kewajiban yang harus diberikan pada peserta didik dalam segala satuan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam membangun karakter bangsa khususnya pelajar. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mencanangkan pendidikan karakter mulai dari jenjang SD sampai perguruan tinggi.

Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 pasal 84 ayat 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi memiliki tujuan membentuk insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berkepribadian luhur, sehat, berilmu dan cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan berjiwa wirausaha serta toleran, peka sosial dan lingkungan, demokratis dan bertanggung jawab. Dengan demikian, sangat jelas bahwa pemerintah Indonesia memberikan dukungan pada pendidikan karakter. Pendidikan Tinggi harus berkomitmen dalam mencetak lulusan yang berkarakter dan berintegritas agar mampu berkiprah dan bersaing dalam dunia global. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan bimbingan kemahasiswaan yaitu bimbingan seluruh kegiatan mahasiswa sebagai peserta didik selama dalam proses pendidikan.

Pendidikan karakter di kampus mengarah pada pembentukan individu mahasiswa yang memiliki integritas moral. Semua itu harus didukung budaya dan kebijakan dari kampus. Dalam hal ini kampus menentukan prioritas nilai yang ingin dikembangkan dengan seluruh sivitas akademika, termasuk dosen

(3)

273

secara bersama sama. Selain itu, kemampuan berpikir kritis mahasiswa harus dikembangkan agar mampu memahami nilai-nilai secara objektif. Agar tujuan pendidikan karakter dapat tercapai, dibutuhkan adanya pembelajaran, pembiasaan dan keteladanan dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu dibutuhkan metode pembelajaran pendidikan karakter yang partisipatif, actual,

realistic dan continue.

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Karakter Pada Manusia

Menurut kamus bahasa Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar (peserta didik) di perguruan tinggi (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008 : 895). Mahasiswa yang ada di Indonesia merupakan calon pemimpin bangsa dimasa depan dan dapat dijadikan partner untuk bersama-sama membantu pemerintah dalam membangun Negara menjadi lebih baik. Hal tersebut dikarenakan bahwa mahasiswa adalah sosok yang cakap dengan pendidikan tinggi serta pola pikir yang memadai, sehingga dapat diajak turut serta dalam usaha memajukan kehidupan masyarakat dan berharap mahasiswa dapat melakukan perubahan di masyarakat. Namun, perilaku mahasiswa tidak semuanya positif ada juga yang memiliki sikap negatif karena kurangnya pendidikan karakter yang ada pada dirinya. Oleh karena itu, mahasiswa perlu pendidikan karakter untuk membentuk insan yang baik dan berkarater.

Karakter merupakan nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Aqib (2012 : 3) menjelaskan, untuk membangun watak manusia kita perlu mengikuti jejak perilaku Rasulullah Muhammad sebagai panutan umat. Beliau memiliki karakter yang harus diteladani. Karakter tersebut adalah sidiq yang artinya benar atau jujur, amanah artinya dapat dipercaya, tabliqh artinya menyampaikan kebenaran dan fathanah atinya cerdas. Dengan demikian sebagai manusia kita harus memiliki sikap sidiq, amanah, tabliq dan fathanah sesuai dengan anjuran Rasulullah.

Kemendiknas (2011, 6) menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya. Dengan demikian, mahasiwa dapat berperilaku sesuai dengan norma-norma dan mampu memfilter gagasan dari luar sehingga mampu memilih mana yang baik dan buruk serta mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2011 : 2) adalah (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur dan mampu berkontribusi

(4)

274

terhadap pengembangan kehidupan umat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3) membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni. Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat penting untuk diterapkan. Hal ini berdampak positif bagi bangsa Indonesia apabila seluruh warga masyarakat memiliki sikap karakter yang baik.

Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) menyatakan, dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu : (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/ Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial dan (18) Tanggung Jawab. Nilai-nilai ini merupakan nilai yang harus dimiliki oleh seluruh warga Negara Indonesia. Dengan adanya nilai-nilai ini, maka Negara Indonesia akan semakin baik lagi karena dapat membentuk karakter bangsa. Oleh karena itu, karakter harus ditanamkan dari mulai anak usia dini dalam keluarga dengan di dukung oleh sekolah dan lingkungannya, supaya kelak dewasa nantinya karakter tersebut akan menempel dalam dirinya yang akan menjadikan watak atau kepribadiannya.

B. Penerapan Pendidikan Karakter Pada Mahasiswa

Lickona (2012 ; 84) menjelaskan bahwa komponen karakter yang baik adalah 1) pengetahuan moral yaitu kesadaran moral, mengetahui pengetahuan nilai moral, memiliki perspektif, pemikiran moral, membuat keputusan dan memiliki pengetahuan, 2) Perasaan moral yaitu berhati nurani, percaya diri, empati, mencintai hal yang baik, kendali diri/ mengontrol diri dan kerendahan hati, serta 3) Tindakan moral yaitu kompetensi/berkemampuan, memiliki keinginan dan kebiasaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, melainkan menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga mahasiswa menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah serta mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya dalam kehidupan sehari-hari (psikomotor). Oleh karena itu, pendidikan karakter yang baik bukan saja melibatkan aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling) dan perilaku yang baik (moral action).

Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktekkan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan menjadi jati dirinya masing-masing. Soetanto (2012) menjabarkan, bahwa

(5)

275 utama :

1) Tri Darma Perguruan Tinggi

Pendidikan karakter bisa diintegrasikan ke dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkarakter.

2) Budaya Perguruan Tinggi (kampus) / Budaya Organisasi

Mahasiswa dituntut untuk dapat membiasakan diri dalam kehidupan keseharian di lingkungan perguruan tinggi

3) Kegiatan Kemahasiswaan

Pendidikan karakter dapat diciptakan melalui integrasi ke dalam kegiatan kemahasiswaan, antara lain pramuka, olahraga, karya tulis, seni, workshop dan kegiatan lainnya yang melibatkan mahasiswa dalam sistem kepanitiaannya..

4) Kegiatan Keseharian

Pendidikan karakter dapat dimunculkan dengan penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di lingkungan keluarga, asrama dan masyarakat. Melalui pembiasaan positif yang sering dilakukan, maka lama kelamaan akan menjadi kebiasaan yang positif yang sering dilakukannya.

5) Budaya Akademik

Nilai pendidikan karakter secara persfektif terbentuk dengan adanya totalitas budaya akademik. Diperlukan upaya sosialisasi terhadap kegiatan akademik, sehingga terjadi kebiasaan di kalangan akademisi untuk melakukan norma-norma kegiatan akademik tersebut.

Berdasarkan teori di muka, pendidikan karakter sebenarnya bisa diterapkan pada mahasiswa. Hal ini disebabkan karena setiap unit yang ada di perguruan tinggi mampu menampung pemberdayaan pendidikan karakter. Oleh karena itu semua pihak yang terlibat harus bekerja sama dalam rangka penerapan pendidikan karakter.

Soetanto (2012) mengungkapkan bahwa ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam penerapan pendidikan karakter:

1) Melalui pembelajaran

Strategi penerapan pendidikan karakter melalui pembelajaran bisa dilakukan melalui 2 cara, yaitu (a) dengan penguatan mata kuliah Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Alamiah Dasar, dan Ilmu Sosial Budaya Dasar, (b) dengan pengintegrasian pendidikan karakter kesetiap mata kuliah bidang keilmuan, teknologi, dan seni. Dalam pembelajaran, mahasiswa harus diberi peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan eksperimen, pelaksana proyek, dan lain sebagainya.

(6)

276

2) Melalui ekstrakulikuler

Strategi ini dengan cara menerapkan proses pendidikan karakter melalui kegiatan yang melibatkan mahasiswa di dalamnya, yaitu (a) lembaga kemahasiswaan, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa, dan Kelompok Belajar, (b) melalui unit kegiatan mahasiswa, seperti pramuka, Menwa, olahraga, pecinta alam dan lain sebagainya. Dengan demikain, kegatan kemahasiswaan akan menambah wawasan mahasiswa sehingga mendapatkan pengalaman yang berharga.

3) Melalui pengembangan budaya perguruan tinggi

Budaya perguruan tinggi dibagi menjadi tiga unit, (a) budaya akademik. Melalui budaya akademik, penerapan pendidikan karakter bisa melalui pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya (b) budaya humanis. Hubungan harmonis sesama warga perguruan tinggi serta warga perguruan tinggi dengan masyarakat berdasarkan cinta kasih kepedulian, dan gotong royong diharapkan mampu mengembangkan pendidikan karakter, (c) budaya religious, pendidikan karakter dapat diterapkan melalui iman dan taqwa kepada Tuhan YME, menjalankan syariat agama, saling menghormati antar sesama pemeluk agama dan antara pemeluk agama lainnya.

Dengan adanya strategi penerapan pendidikan karakter, maka akan mempermudah dalam menanamkan karakter kepada mahasiswa. Mahasiswa akan memiliki karakter yang positif yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya dengan dimulai dari penanaman nilai dan adanya pembiasaan yang sering dilakukan sehingga membentuk watak atau karakter dari mahasiswa tersebut.

Suksesnya implementasi pendidikan karakter menurut Melinda dan Berkowitz (2005:1-7) adalah :1)budaya kampus dan praktek-praktek interpersonal menjamin bahwa mahasiswa diperlakukan dengan perhatian dan hormat, 2) Dosen, staf menjadi model karakter yang baik bagi mahasiswa, menghidupkan nilai-nilai dalam interaksi keseharian dengan mahasiswa, 3) memberikan kesempatan pada mahasiswa memiliki otonomi dan pengaruh dalam pengelolaan perguruan tinggi seperti memberikan wadah untuk menampung aspirasi mahasiswa, 4) memberikan kesempatan mahasiswa untuk reflesi, berdebat maupun berkolaborasi mencari pemecahan masalah isu-isu moral, 5) sharing visi dan sense of collectivity and responsibility, 6) social skill

training, artinya kampus menyelenggarakan pelatihan bagi mahasiswa, 7)

memberi kesempatan lebih pada mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan masyarakat. Dengan demikian, supaya implementasi pendidikan karakter terlaksana dengan baik harus memperhatikan aspek-aspek tersebut. Aspek ini memiliki kesatuan yang berpengaruh terhadap berlangsungnya penerapan pendidkan karakter.

(7)

277

Karakter menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku dengan nilai-nilai yang luhur. Pendidikan karakter di kampus adalah sebuah upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu mahasiswa dalam memahami nilai-nilai yang berkaitan dengan hubungan dirinya dengan Tuhannya ataupun dengan sesamanya serta sebagai proses penanaman nilai-nilai dan pembiasaan. Pendidikan karakter pada mahasiswa bertujuan agar mahasiswa beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menghadapi era globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi pekerti dan sikap menghormati dengan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan dengan adanya pembelajaran, keteladanan, pembiasaan dan kegiatan pembinaan kemahasiswaan. Untuk membangun karakter, semua pihak harus saling berkontribusi, tidak hanya dosen sebagai pengampu mata kuliah, namun juga semua civitas akademika, orang tua, masyarakat dan mahasiswa yang bersangkutan. Pendidikan karakter akan menghasilkan peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi menjadikan mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosi untuk meningkatkan kualitas perilaku cerdas ditengah masyarakat maupun dalam dunia kerja

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal. 2012. Pendidikan Karakter di Sekolah Membangun Karakter dan

Kepribadian Anak. Bandung : Yrama Widya.

Kemendiknas. 2011. Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kebukuan Kemendiknas.

Lickona, Thomas. 2012. Educating For Character. How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility. Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang sikap Hormat dan Bertanggung Jawab, terjemahan Juma Abdu Wamaungo. Jakarta : Bumi Aksara.

Melinda,CB and Berkowitz MW. 2005. “What Work in Character Education ?”,

Leadership For Students Activities, Vol. 34, No. 2.

Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Pusat Kurikulum Depdiknas. 2010. Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi

Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Soetanto, Hendrawan. 2012. Pendidikan Karakter. Malang: Universitas. Brawijaya. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan komoditas sarden dan makerel dalam kemasan kaleng yang akan dipasarkan di dalam dan luar negeri, maka perlu disusun

Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,036 maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara istirahat tidur dengan kejadian

Naquib Al-Attas beranggapan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan kebajikan dalam “diri manusia” sebagai manusia dan sebagai diri individu.. Tujuan

Pengaruh teman sebaya yang baik namun beresiko tinggi dipicu oleh dimilikinya sikap permisif oleh mahasiswa.Permisivitas ini mendorong terbentuk nya opini di

APLIKASI PERPUSTAKAAN LP3I SURABAYA 0 MENGELOLA DATA MASTER 1 SIRKULASI KOLEKSI 2 TRANSAKSI ANGGOTA 3 PEMBUATAN LAPORAN 4 MENGELOLA DATA KOLEKSI 1.1 MENGELOLA DATA SALINAN

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

4 o Para garantir o atendimento facilitado ao consumidor no comércio eletrônico, o fornecedor deverá: I - apresentar sumário do contrato antes da contratação, com as

Terlaksananya Pelaporan Keuangan Semesteran SKPD Kecamatan Binong Bobot Kelompok Indikator Kinerja = 30 Tingkat Keterbukaan Informasi Publik Bobot Kelompok Indikator Kinerja =