HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah merupakan wilayah, pengembangan kakao yang cukup potensial. Komoditi ini merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat, dimana sebagian besar penduduknya telah mengusahakan kakao sejak tahun 1992. Tata letak kecamatan ini, mengapit kota Masohi (Ibu kota Kabupaten Maluku Tengah), dari sisi Selatan dan sisi Utara. Lokasi penelitian berjarak ± 12 km dari sisi utara kota Masohi, yang ditempuh dalam waktu ± 20 menit, menggunakan transportasi darat. Secara umum untuk menuju ke lokasi penelitian, cukup tersedia sarana transportasi darat setiap harinya, dengan biaya yang relatif murah. Tata letak secara geografis disajikan pada lampiran 1.
Akses informasi, seperti radio, media cetak (koran), dan telepon, ketersediannya masih sangat terbatas. Sedangkan televisi dan cd player, ketersediannya cukup memadai, hampir di setiap rumah tangga petani. Akses informasi lainnya seperti informasi pertanian, tersedia Balai Penyuluh Pertanian (BPP). Sehingga, petani dapat mengakses informasi pertanian dari penyuluh lapangan (PPL).
Luas wilayah kecamatan ini adalah 1.776,37 km2, merupakan wilayah yang terluas dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain : jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya, tergolong cukup tinggi ; persentase usia produktif cukup tinggi ; kepadatan penduduk rendah ; persentase lapangsan usaha pertanian cukup tinggi ; persentase lulusan sekolah dasar, sekolah menengah, dan perguruan tinggi cukup tinggi ; dan usia rata petani, pendidikan rata-rata petani, dan penglaman rata-rata petani cukup tinggi.
Secara umum, keadaan kependudukan di Kabupaten Maluku Tengah, pada wilayah-wilayah kecamatan, cukup merata. Tabel 2 menyajikan luas wilayah, deskripsi penduduk, pendidikan, dan kepadatan penduduk Kabupaten Maluku Tengah (untuk 7 tujuh wilayah kecamatan penghasil komoditas perkebunan)..
Tabel 2. Luas Wilayah dan Keadaan Kependudukan Kecamatan Penghasil Komoditas Perkebunan di Kabupaten Maluku Tengah
Kecamatan U r a i a n
Amahai TNS S.Utara Tehoru Lehitu Salahutu Haruku Saparua
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Luas Wilayah (km2) 1.776,37 24,28 8.346 534.22 232,1 151,82 150 209 Penduduk : a. Jumlah penduduk (orang) b. Jumlah KK
c. Persen usia produktif (15-55 tahun) d. Penduduk pria (%) e. Kepadatan penduduk (org/km2) f. Lapangan usaha pertanian (%) 61.183 10.549 51,13 51,05 34 20,05 16.115 3.169 48,30 50,32 664 21,98 51.333 9.506 38,22 4,48 6 14,89 25.659 5.031 52,61 51,05 48 21,95 67.289 12.940 52,36 49,87 190 22,11 38.616 6.436 57,440 49,718 254 22.53 27.479 4.294 50,489 50,075 183 22,28 39.608 8.410 51,63 49,07 190 22,19 Pendidikan : a. Tamatan Sekolah Dasar (%) b. Tamatan Sekolah Lanjutan (%) c. Tamatan Pendidikan Tinggi (%) 44,64 53,50 1,87 40,86 56,24 2,90 55,65 43,47 0,88 45,98 52,86 1,16 40,52 57,43 2,05 40,39 53,32 6,29 37,19 57,88 4,93 40,54 55,58 3,87 Petani :
a. Usia rata-rata petani (tahun)
b. Pendidikan rata-rata petani (tahun) c. Pengalaman
rata-rata petani (tahun)
52,0 7,7 20,3 57,0 7,5 23,2 59,0 7,7 30,2 53,0 7,1 25,0 54,0 7,6 26,5 57,0 7,7 27,3 53,0 7,8 24,5 54,0 7,7 25,6 Sumber : Maluku Tengah dalam angka Tahun 2002, diolah
Kepulauan Maluku sejak zaman penjajahan (abad ke 17), dikenal sebagai daerah rempah-rempah seperti, cengkih, dan pala. Hingga saat ini cengkih dan pala masih tergolong sebagai tanaman perkebunan yang banyak diminati oleh penduduknya. Sisa-sisa peninggalan sejarah tersebut, sampai kini masih terlihat di perkebunan rakyat. Disamping tanaman cengkeh dan pala, kakao, kelapa, kopi, dan fanili merupakan sumber mata pencaharian masyarakat. Pengembangan kakao di daerah ini dimulai pada tahun sembilan puluhan. Hingga kini, berdasarkan luas areal tanaman kakao, persentase terbesar adalah di Kecamatan Amahai (32,6 %) atau 721 ha. Angka ini signifikan dengan tingkat produksi sebesar 45 persen. Tidak hanya tanaman kakao, tanaman perkebunan lainnya tergolong cukup potensial. Tabel 3 menyajikan luas areal dan produksi tanaman perkebunan.
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kakao dan Tanaman Perkebunan lainnya di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2004.
Tanaman Kakao Tanaman Perkebunan Lainnya1) Kecamatan Luas (ha) % Produksi (ton) % Luas (ha) % Keterangan Amahai 721 10,7 648 45 6.016 89,3
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
TNS 660,5 59,0 270 19 417 41,0
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Seram Utara 160 4,6
416 29 3.312 95,4
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Tehoru 321 8,7
9 0,6 3.379 91,3
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Leihitu 74 4,0
6 0,4 1.771 96,0
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, & Panili
Salahutu 63 5,1
3,7 0,3 1.164 94,9
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, & Panili
Pulau Haruku 18 0,8
5 0,4 2.104 99,2
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, & Panili
Saparua 255 10,8 69 4,8 2.103 89,2
1) Kelapa, Cengkeh, Pala, & Panili
Jumlah 2.212,5 - 1.462,7 - 20.265 -
Rata2 2.533,1 12,9 182,8 12,4 2.8 87,0
Sumber : Data Dinas Pertanian Maluku Tengah, 2004, diolah
Perbandingan data pada Tabel 3, menunjukkan bahwa, baik tanaman kakao maupun tanaman perkebunan lain, Kecamatan Amahai masih lebih potensial dari kecamatan lainnya. Perbedaan tersebut adalah dari luas lahan tanaman kakao dan produksinya, maupun tanaman perkebunan lain seperti kelapa, cengkih, pala, kopi, dan panili. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa, wilayah Kecamatan Amahai dalam jangka panjang memiliki prospek pengembangan tanaman perkebunan. Khusus tanaman kakao, luas dan produksinya sejak tahun 2000 hingga saat ini, tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Kurangnya pemeliharaan merupakan penyebab tanaman rentang terhadap serangan hama dan penyakit. Hama penggerek buah kakao (PBK) merupakan hama, dengan tingkat penyebarannya cukup tinggi di wilayah ini. Gambar 3 menyajikan perkembangan kakao di Kecamatan Amahai.
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Maluku Tengah, 2004
Persentase serangan ha ma PBK pada tanaman kakao, akhir-akhir ini cukup meresahkan para petani. Khusus untuk Kecamatan Amahai dan kecamatan-kecamatan lain, berdasarkan sampel tanaman yang diobservasi di beberapa desa pengembangan kakao, serta informasi dari petani dan petugas penyuluh pertanian (PPL), pada tahun 1997 dalam satu hektar, buah kakao yang terserang hama PBK diperkirakan mencapai 30 persen, kemudian menyebar dan berkembang ke berbagai daerah. Diperkirakan dari luasan tanaman kakao yang ada saat ini, tingkat penyerangan hama PBK rata-rata ± 70 persen/ha. Permasalahan hama tidak hanya pada tanaman kakao, tetapi tanaman-tanaman perkebunan lainnya, seperti kelapa dan panili cenderung mengalami masaalah yang sama dengan kakao, hanya masih dapat dikendalikan.
Perkembangan tanaman kakao di wilayah ini, tidak terlepas dari tugas pembinaan oleh Dinas Pertanian Maluku Tengah. Melalui penyuluh lapangan yang jumlahnya masih sangat terbatas, tugas pembinaan kepada para petani masih mengalami hambatan. Hal ini karena rasio jumlah petani dan luas areal perkebunan tidak seimbang dengan jumlah penyuluh tetap maupun honorer.
Sampai dengan tahun 2005, jumlah penyuluh pertanian lapangan (PPL) berdasarkan SK Bupati Maluku Tengah No. 520-105 tahun 2005 adalah 150 orang. Bila jumlah petani 67.572 (diolah dari Tabel 2), berarti rasio antara petani dan penyuluh adalah 451 : 1. Rasio yang tidak seimbang tersebut, terjadi di semua wilayah kecamatan. Di Kecamatan Amahai (lokasi penelitian), 1 orang
0 200 400 600 800 1000 2000 2002 2004 Tahun
Perkembangan Kakao di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah
Luas (ha) Produksi (ton)
Gambar 3
penyuluh harus secara rutin bertuga s membimbing 472 petani. Namun demikian, dengan keterbatasan jumlah penyuluh lapangan dan jangkauannya, kegiatan pembinaan ini masih efektif, walaupun hanya pada wilayah-wilayah tertentu. Tabel 4, merinci jumlah petani dan penyuluh per kecamatan.
Tabel 4. Jumlah Kelompok tani, Jumlah Petani, Penyuluh, dan Rasio per kecamatan Kecamatan Jumlah Kelompok
Tani Jumlah Petani Jumlah Penyuluh Rasio Amahai 38 122.68 26 1: 472 TNS 21 3.542 20 1 : 177 Seram Utara 18 7.643 21 1 : 364 Tehoru 26 5.632 14 1 : 402 Leihitu 11 14.875 25 1 : 596 Salahutu 14 8.701 14 1 : 621 Pulau Haruku 19 6.121 17 1 : 874 Saparua 34 8.790 13 1 : 675 Jumlah 181 67.572 150 1 : 451
Sumber : Data Dinas Pertanian Maluku Tengah, 2004
Rasio yang disajikan pada Tabel 4, menunjukkan bahwa ketidakseimbangan antara penyuluh dengan petani, dan metode penyuluhannya, jelas mempengaruhi keefektivan penyebaran informasi pertanian, sehingga diperlukan metode lainnya, seperti metode penggunaan video yang di peragakan dalam penelitian ini. Metode ini merupakan harapan baru dalam membantu penyuluh menyebarluaskan informasi pertanian. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan gambaran yang realistis, sehingga dapat memberikan manfaat dalam menyebarkan informasi pertanian secara lebih merata.
Keefektivan Video Instruksional
Pengetahuan Awal Petani
Hasil pre-test (tes awal) tentang materi penelitian (pengendalian penggerek buah kakao), pada dua kelompok eksperimen dan kelompok kontrolnya, memperlihatkan variasi skor pengetahuan awal : petani kelompok
eksperimen video instruksional (K1), pada kisaran 25 – 34,28 ; kelompok eksperimen demonstrasi cara (K2), pada kisaran 25 – 31,25 ; dan kelompok kontrol (K0), pada kisaran 25 – 31,25. Deskripsi pengetahuan awal petani tentang pengendalian hama PBK pada masing- masing kelompok disajikan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Deskripsi Pengetahuan Awal Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK). Kelompok n Kisaran Skor Rataan Skor Sd K1 (Video Instruksional) 20 19 -22 20,20 1,15 K2 (Demonstrasi Cara) 20 19 -22 20,30 1,03 K0 (Kontrol) 20 19 - 22 20,15 1,13
Berdasarkan rataan skor pengetahuan awal dan deviasi masing- masing kelompok, menunjukkan bahwa pengetahuan petani tentang pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK), masing- masing kelompok merata di antara petani yang satu dengan petani lainnya. Rataan skor pengetahuan awal petani tersebut, memperlihatkan bahwa pada dasarnya, tingkat pengetahuan para petani di wilayah tentang cara mengendalikan hama penggerek buah kakao (PBK), dibawah 30 persen.
Hasil ini merupakan tolok ukur, pemilihan materi penelitian dan pengambilan petani contoh sebagai subyek penelitian adalah tepat, yaitu materi yang belum diketahui oleh para petani kakao subyek penelitian. Secara rinci sebaran skor pengetahuan awal kelompok : video instruksional, demonstrasi cara, dan kontrol disajikan pada gambar 4.
Gambar 4
Grafik Sebaran Skor Pengetahuan Awal
Sebaran Skor Pengetahuan Awal
17.5 1 8 18.5 1 9 19.5 2 0 20.5 2 1 21.5 2 2 22.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 13 14 15 1 6 1 7 18 19 20 2 1 Responden Skor Video Demonstrasi Kontrol
Hasil pengujian statistik dengan prosedur analisis kovarians (ANKOVA), memperlihatkan, variasi skor pengetahuan awal : K1 dengan K0, K2 dengan K0, dan K1 dengan K2, tidak berbeda nyata. Kesamaan variasi skor pengetahuan awal antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, maupun antara kelompok eksperimen, penting untuk memudahkan pengukuran efek perlakuan yang nyata peningkatan pengetahuan petani yang diberi video instruksional, maupun demonstrasi cara. Tabel 6 berikut, menyajikan hasil perhitungan kovarians skor pengetahuan awal antar kelompok.
Tabel 6. Hasil Perhitungan Varians Pengetahuan Awal antar Kelompok
Kelompok Fhit Ftab Keterangan
K1 – K0 1,10 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
K2 – K0 1,37 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
K1 – K2 1,24 2,15 Fhit < Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
Ket : Ftab {(0,05) (v1,v2)}
Peningkatan Pengetahuan Petani
Pemberian perlakuan materi tentang pengendalian hama penggerek buah kakao (PBK), berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan skor rataan peningkatan pengetahuan petani kelompok ya ng diberi video instruksional dan demonstrasi cara oleh penyuluh, dengan kelompok kontrolnya. Nampak dalam hasil penelitian, variasi skor dan rataan skor peningkatan pengetahuan di antara petani kelompok eksperimen (K1 dan K2), lebih besar dari kelompok K0.
Hasil tersebut, membuktikan pemberian materi perlakuan eksperimen, memperlihatkan efek yang nyata terhadap peningkatan pengetahuan petani. Berdasarkan rataan skor dan nilai deviasi masing- masing kelompok, kisaran skor di antara petani kelo mpok eksperimen merata (homogen). Tabel 7 menyajikan deskripsi peningkatan pengetahuan petani kelompok eksperimen.
Tabel 7. Deskripsi Peningkatan Pengetahuan Petani Kelompok Eksperimen Peningkatan Pengetahuan Kelompok n Rataan Pengetahuan Awal Rataan Pengetahuan Akhir Kisaran Skor Rataan Skor Sd K1 20 20,15 97,18 62,50 - 81,25 77,03 5,93 K2 20 20,03 97,35 59,38 - 84,38 77,32 7,26 K0 20 20,13 49,88 25,00 - 31,25 29,75 2,57
Secara rinci perbedaan sebaran skor peningkatan pengetahuan kelompok eksperimen (video instruksional dan demonstrasi cara), dan kontrol disajikan pada gambar 5 berikut.
Pengujian statistik dengan prosedur analisis kovarians (ANKOVA), memperlihatkan, varians antar kelompok eksperimen yang diberi video (K1) dengan kelompok kontrol (K0), berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,05). Demikian juga antara kelompok eksperiemen yang diberi demonstrasi oleh penyuluh (K2) dengan kelompok kontrol (K0), hasil pengujian, varians antar K2 dengan K0 berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,05). Perbedaan varians kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan bahwa, pemberian materi video instruksional dan demonstrasi cara oleh penyuluh, masing- masing menimbulkan efek yang nyata terhadap peningkatan pengetahuan petani.
Sebaran Skor Peningkatan Pengetahuan
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Responden Skor Video Demonstrasi Kontrol Gambar 5
Penggunaan kedua metode tersebut dalam kondisi dikontrol, merupakan bukti bahwa, video instruksional dan demonstrasi cara oleh penyuluh, sama-sama memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pengetahua n petani. Melalui pengujian varians antar sesama kelompok eksperimen (K1 - K2), diperoleh hasil varians kedua kelompok eksperimen tersebut tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen (a 0,05).
Kesamaan variasi skor tersebut membuktikan, penyampaian pesan menggunakan video instruksional, sama efektif dengan penyampaian pesan melalui demonstrasi cara oleh penyuluh dalam peningkatan pengetahuan petani. Dengan demikian, hipotesis penelitian ini dapat diterima. Tabel 8 menyajikan hasil perhitungan varians peningkatan pengetahuan antar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Tabel 8. Hasil Perhitungan Varians antar Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol.
Kelompok Fhit Ftab Keterangan
K1 – K0 5,32 2,15 Fhit> Ftab (antar varians berbeda nyata)
K2 – K0 7,98 2,15 Fhit> Ftab (antar varians berbeda nyata)
K1 – K2 1,50 2,15 Fhit< Ftab (antar varians tidak berbeda nyata)
Ket : Ftab = {(0,05) (v1,v2)}
Efek peningkatan pengetahuan dari video instruksional merupakan bukti bahwa, pesan-pesan penyuluhan dengan media video, dapat diterima sesuai dengan kebiasaan menerima informasi dari penyuluh pertanian. Penyajian materi video instruksional yang mengkombinasikan format pesan kronologis dan format pesan pemecahan, yang didesain secara instruksional, dengan memadukan unsur-unsur audio dan visual ke dalam unsur-unsur-unsur-unsur pesannya, ternyata efektif dalam proses penyampaian pesan kepada petani. Sehingga khusus untuk daerah penelitian, dan daerah sekitarnya, penyebaran informasi menggunakan media ini, dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga penyuluh pertanian (rasio, 1 : 451), hambatan geografis dan demografis, seperti tingkat penyebaran dan kepadatan penduduk.
Kefektifan tersebut adalah suatu bukti, bahwa bentuk komunikasi instruksional menggunakan media video, dapat dijadikan sebagai saluran
informasi kepada petani (khalayak). Sehingga tidak hanya pesan-pesan instruksional, tentang pengendalian hama PBK, tetapi dapat juga digunakan sebagai media penyebaran informasi untuk pengembangan tanaman-tanaman perkebunan dan pertanian lainnya, atau pesan-pesan yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
Tersedianya sarana media televisi dan CD player hampir disetiap rumah tangga petani, dan bentuk kemasan yang praktis video instruksional, akan sangat membantu penggunaannya sebagai media penyebaran informasi pertanian. Hal ini penting, mengingat potensi kependudukan dan potensi pertanian wilayah ini cukup besar. Sehingga pelayanan ke masyarakat melalui sistem informasi yang tepat, semua potensi yang ada dapat dikembangkan secara lebih optimal dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya, dan untuk kepentingan pembangunan daerah umumnya.
Penggunaan video sebagai media penyuluhan pertanian, mungkin merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat (khususnya petani), tetapi kebiasaan menggunakan video sebagai sarana hiburan, bukan merupakan hal yang baru. Video bagi masyarakat Maluku adalah bagian dari gaya hidup sehari-hari, sehingga kebiasaan ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kegiatan penyuluhan pertanian di masa yang akan datang.
Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional
dengan Peningkatan Pengetahuan
Deskripsi Persepsi Video Instruksional
Persepsi tentang video instruksional meliputi aspek : daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, yang masing- masing diukur dalam 3 (tiga) level berdasarkan skala likert, memperlihatkan persepsi tentang video instruksional berada pada interval 2 – 3 (sedang – tinggi). Berdasarkan rataan skor dan deviasi masing- masing aspek, secara umum sebaran skor cukup homogen di antara subyek penelitian.
Secara keseluruhan persepsi tentang video instruksional, rataannya cukup tinggi dan sebarannya merata. Deskripsi persepsi tentang video instruksional disajikan pada Tabel 9 berikut.
Tabel 9. Deskripsi Persepsi tentang Video Instruksional
Persepsi tentang
Video Instruksional Kisaran Skor
Rataan Skor Sd 1. Daya tarik 2. Pemahaman 3. Penerimaan 4. Keterlibatan 2,20 – 3,00 1,67 – 3,00 2,00 – 3,00 2,50 – 3,00 2,59 2,40 2,62 2,73 0,22 0,43 0,51 0,21 Seluruh Persepsi 2,09 – 3,00 2,58 0,34
Hasil penelitian memperlihatkan, berdasarkan unsur- unsur tampilan video instruksional, persepsi petani terhadap daya tarik video instruksional pada interval 2,20 – 3,00. Artinya unsur tampilan : gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan, dalam pandangan petani, bervariasi dari cukup jelas dan menarik, sampai dengan sangat jelas dan sangat menarik. Persepsi tentang pemahaman terhadap unsur-unsur tampilan video instruksional, pada interval 1,67 – 3,00. Artinya : kemudahan memahami materi pesan, cukup bervariasi dari kurang memahami sampai dengan sangat memahami.
Persepsi tentang penerimaan unsur- unsur tampilan video instruksional, pada interval 2,00 – 3,00. Artinya : penerimaan materi pesan bervariasi dari setujuh sampai dengan sangat setujuh. Sedangkan persepsi tentang keterlibatan video instruksional, pada interval 2,50 – 3,00. Artinya : keterlibatan video instruksional dalam meningkatkan partisipasi, bervariasi dari setujuh dan cukup membantu, sampai dengan sangat setujuh dan sangat membantu. Berdasarkan nilai tengahnya (rataan), persepsi petani tentang daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, cukup tinggi dan merata antara petani yang satu dengan petani lainnya. Gambar 6 berikut, memperlihatkan sebaran skor persepsi petani tentang video instruksional.
Kontribusi Masing-masing Aspek Persepsi
Perhitungan korelasi persepsi tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan, diperoleh korelasi yang signifikan adalah dengan : aspek daya tarik, penerimaan, dan keterlibatan, sedangkan dengan aspek pemahaman korelasinya tidak signifikan. Secara keseluruhan, hasil pengujian korelasi mengungkapkan, performans video instruksional diantara petani yang berbeda pandangan sangat penting dalam keterkaitannya dengan peningkatan pengetahuan petani. Tabel 10 berikut menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi hubungan persepsi tentang video instruksional dengan peningkatan pengetahuan.
Tabel 10. Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Persepsi tentang Video Instruksional dengan Peningkatan Pengetahuan
Peningkatan Pengetahuan Persepsi r P Daya tarik 0,49 0,02 Pemahaman 0,19 0,42 Penerimaan 0,72 0,00 Keterlibatan 0,58 0,00
Sebaran Skor Persepsi
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Responden Skor D.Tarik Pemahaman Penerimaan Keterlibatan Gambar 6
Grafik Sebaran Persepsi Petani tentang Video Instruksional
(1) Kontribusi Daya Tarik Video Instruksional
Koefisien korelasi daya tarik dengan peningkatan pengetahuan, menunjukkan daya tarik tampilan video instruksional efektif meningkatkan pengetahuan petani dalam hubungan sedang. Artinya, makin menarik dan jelas keragaan materi video instruksional, pengetahuan petani (khalayak) tentang materi yang diperagakan, makin meningkat. Berdasarkan kecenderungan tersebut, tampilan gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan, merupakan unsur- unsur tampilan yang penting pada video instruksional.
Pentingnya unsur-unsur tampilan video instruksiona l, dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan pertanian, merupakan suatu indikator bahwa bentuk komunikasi instruksional secara visual, dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemampuan kognitif petani (khalayak) dalam menginterpretasi pesan-pesan visua l tersebut. Hal ini karena video instruksional dapat menyajikan informasi yang menarik perhatian khalayak untuk ditonton. Dengan demikian, sesuai hipotesis persepsi tentang daya tarik video instruksional, efektif meningkatkan pengetahuan petani.
(2) Kontribusi Pemahaman Video Instruksional
Pemahaman tentang video instruksional berkaitan dengan pandangan petani terhadap kemudahan memahami materi yang ditampilkan. Hasil perhitungan korelasi memperlihatkan hubungan antara pemahaman materi video instruksio nal dengan peningkatan pengetahuan, menunjukkan hubungan yang tidak berarti. Hal ini berarti tampilan unsur-unsur pesan video instruksional, dalam pandangan petani masih kurang dipahami. Sehingga sesuai hipotesis, persepsi tentang video instruksional, berdasarkan aspek pemahaman, tidak berhubungan dengan peningkatan pengetahuan petani.
Ketidakberartian hubungan tersebut, karena tampilan video instruksional mendapat tanggapan yang cukup beragam dari petani. Sebab hanya sebagian petani dalam kelompok eksperimen yang cukup dan sangat memahami materi yang ditampilkan. Sedangkan bagian besar lainnya masih kurang memahami materi yang ditampilkan. Hal ini dapat dimungkinkan, karena penyajian materi (pesan), mendapat tanggapan yang beragam. Ada yang kurang memahami
seluruh isi pesannya, ada yang kurang memahami sebagian besar isi pesannya, dan hanya bagian kecil petani yang memahami seluruh isi pesannya. Berarti tampilan pesan video instruksional, masih belum sesuai dengan kondisi sebagian besar petani.
(3) Kontribusi Penerimaan Video Instruksional
Penerimaan tentang video instruksional berdasarkan koefisien korelasi, keragaan materi dapat diterima dan efektif meningkatkan pengetahuan petani dalam hubungan kuat. Artinya semakin tinggi penerimaan materi yang diperagakan video instruksional, akan semakin meningkat tingkat pengetahuan petani.
Hasil tersebut membuktikan bahwa, ternyata penyajian materi (pesan) dapat diterima oleh petani (khalayak). Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa, kehadiran media ini dapat diterima sebagai salah satu sumber informasi pertanian, yang memberikan kontribusi yang kuat terhadap peningkatan pengetahuan petani. Besaran korelasi mengindikasikan, persepsi petani tentang video instruksional ini, penting sebagai salah satu media informasi pertanian.
Hasil ini merupakan suatu bukti bahwa, penerimaan video instruksional sebagai media penyeban informasi pertanian, mendapat tanggapan yang homogen dari petani. Di mana hampir semua petani sangat setujuh, video instruksional layak diterima sebagai media penyebaran informasi pertanian. Dengan demikian hipotesis penelitian ini dapat dibuktikan.
(4) Kontribusi Keterlibatan Video Instruksional
Keterlibatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah performans video instruksional dalam meningkatkan partisipasi petani. Koefisien korelasi memperlihatkan keterlibatan video instruksional efektif meningkatkan pengetahuan petani, dalam hubungan sedang. Artinya makin tinggi partisipasi petani menggunakan video instruksional, pengetahuannya makin meningkat. Hal ini menunjukkan, kehadiran video tidak hanya menarik dan dapat diterima, tetapi dapat melibatkan partisipasi petani (khalayak). Dengan demikian, video instruksional efektif sebagai media penyebaran informasi pertanian, karena dapat meningkatkan partisipasi petani.
Secara keseluruhan, kefektifan video instruksional ditentukan oleh : aspek daya tarik, penerimaan, dan keterlibatan. Kontribusi dari masing- masing aspek telah memberikan gambaran bahwa, secara parsial ternyata persepsi tentang video instruksional memberikan kontribusi yang berarti. Hasil tersebut membuktikan bahwa, penyajian unsur gerak dan dinamis video instruksional dapat memberikan efek pada pesan yang disajikan. Karena gambar, suara, dan musik merupakan jiwa yang dihantarkan dalam suatu pesan visual. Indikasi inilah yang menjelaskan terjadinya proses transmisi pengetahuan dari sumber kepada penerima. Dengan gerakan- gerakan yang realistik, perhatian (attention) subyek lebih terfokus terhadap obyeknya. Sehingga pandangan subyek penelitian tentang video instruksional positif sebagai media informasi pertanian.
Selain dari hasil uji secara statistik, hasil wawancara terbuka dengan responden, diperoleh jawaban bahwa, bila video diputar berulang- ulang mereka yakin dapat memahami isi informasi tersebut. Sebab yang paling terkesan menurut petani, perpaduan antara unsur visual, suara, dan teks. Sedangkan musik pembuka dan musik latar merupakan daya tarik khusus untuk menghilangkan kejenuhan, bila ditonton secara berulang.
Kendala yang dihadapi petani ketika berlangsungnya eksperimen adalah masih sulit memahami pesan yang ditampilkan. Kesulitan tersebut, karena penjelasan presenter terlalu cepat. Hubungannya dengan batas wilayah kognitif petani, menimbulkan reaksi yang cukup beragam, sehingga persepsi terhadap tampilan video cukup berpengaruh, terhadap makna pesan yang disampaikan.
Salah satu kelemahan komunikasi media massa seperti video, adalah pada proses penyampaiannnya yang bersifat linier. Untuk itu, disamping video, komunikasi interpersonal akan sangat efektif dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Deane (2004), bahwa media massa penting untuk membangun kesadaran khalayak, namun pada tingkat pengambilan keputusan mengadopsi atau tidak, komunikasi interpersonal lebih berpengaruh.
Sebaran Karakteristik Individu Kelompok Eksperimen Video Instruksional 0 10 20 30 40 50 60 70 80 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Responden (Sampel) Tahun Pendidikan Formal (Tahun) Pengalaman U.Tani (Tahun) Umur (Tahun)
Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi
dengan Peningkatan Pengetahuan
Deskripsi Karakteristik Personal
Karakteristik personal petani (subyek penelitian), berdasarkan hasil penelitian, rataan dan deviasinya memperlihatkan : pendidikan formal, rata-rata lulusan Sekolah Dasar (SD) ; umur, rata-rata produktif ; dan pengalaman berusahatani, rata-rata telah berpengalaman. Tabel 11 menyajikan deskripsi karakteristik personal.
Tabel 11. Deskripsi Karakteristik Personal
Karakteristik Personal Kisaran Skor Rataan Standar Deviasi 1. Pendidikan formal (tahun) 5 - 12 7,90 2,46
2. Umur (tahun) 24 - 60 40,90 12,40
3. Pengalaman berusahatani (tahun) 10 - 30 16,75 6,71
Data ini memperlihatkan karakteristik personal kelompok eksperimen (K1), yang meliputi : pendidikan formal, umur, dan pengelaman bertani, memberikan gambaran bahwa, kualitas dan produktivitas sumber daya manusia (petani), serta pengalaman petani di wilayah ini, merupakan jaminan dalam mengembangkan potensi pertanian. Gambar 7 menyajikan sebaran karakteristik personal petani.
Gambar 7
Grafik Sebaran Data Karakteristik Responden Kelompok Video Instruksional
Data tentang kelompok eksperimen tersebut, ternyata sesuai dengan kondisi Petani di daerah penelitian (Kecamatan Amahai) dan kecamatan lainnya, dimana berdasarkan data pada Tabel 2, di semua kecamatan : sebaran pendidikan formal rata-rata 7,1 – 7,8 tahun (tamat Sekolah Dasar) ; sebaran umur petani, rata-rata 53,0 – 59,0 tahun ; dan sebaran pengalaman, rata-rata 20, 2 – 27, 3 tahun. Dengan demikian karakteristik personal penting dalam menjelaskan hubungannya dengan kefektifan video instruksional.
Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan
Hasil pengujian korelasi memperlihatkan, secara umum tidak terdapat hubungan yang signifikan karakteristik personal dengan peningkatan pengetahuan. Di antara karakteristik personal, hanya umur yang memperlihatkan hubungan rendah dengan peningkatan pengetahuan. Sedangkan hubungan pendidikan formal dan pengalaman berusahatani, dengan peningkatan pengetahuan tidak berarti.
Pendidikan formal dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, kisaran data pendidikan dan dengan peningkatan pengetahuan, hubungan korelasinya hanya cenderung terjadi pada sebagian kecil petani (subyek penelitian), sedangkan bagian besarnya tidak ada kecenderungan berkorelasi. Umur dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, kisaran umur dan dengan peningkatan pengetahuan, pada semua petani (subyek penelitian), tidak ada kecenderungan berkorelasi. Sedangkan pengalaman bertani dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, kisaran data pengalaman bertani dan dengan peningkatan pengetahuan, pada semua petani (subyek penelitian), tidak ada kecenderungan berkorelasi.
Hasil tersebut merupakan jawaban, variasi pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani, tidak terbukti berkorelasi secara signifikan dengan peningkatan pengetahuan yang diperoleh petani dari video instruksional. Terkait dengan hasil penelitian tersebut, penggunaan video instruksional sebagai media penyebaran informasi pertanian, efektif dapat digunakan oleh petani yang berbeda karakteristik personal. Dengan demikian, sesuai data Tabel 4, video
instruksional merupakan media yang efektif digunakan pada kelompok tani, yang beragaman tingkat pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani. Tabel 12 menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi karakteristik personal dengan peningkatan pengetahuan.
Tabel 12. Koefisen Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Peningkatan Pengetahuan.
Peningkatan Pengetahuan Karakteristik Personal
r p
Pendidikan formal (tahun) 0,19 0,42
Umur (tahun) 0,30 0,19
Pengalaman bertani (tahun) 0,19 0,42
Deskripsi Perilaku Komunikasi
Aspek perilaku komunikasi, yang diukur dalam penelitian ini adalah keterdedahan petani terhadap informasi dari media massa (televisi, radio, dan koran), kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan sesama petani. Keterdedahan yang diukur adalah berdasarkan waktu (jam) dalam 1 minggu terakhir bulan penelitian. Deskripsi perilaku komunikasi disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Deskripsi Perilaku Komunikasi
Perilaku Komunikasi (dalam 1 minggu terakhir)
Kisaran Skor
Rataan
Skor Sd 1. Menonton televisi (jam)
2. Mendengar radio (jam) 3. Membaca koran (jam)
4. Kontak dengan penyuluh (jam) 5. Kontak dengan petani (jam)
6, 0 - 13,0 1,0 - 2,0 1,0 - 1,5 1,0 - 1,5 4, 0 - 7,0 9,0 1,3 1,2 1,2 5,5 2,15 0,34 0,25 0,25 1,05 Keseluruhan Perilaku Komunikasi 2,6 - 5,0 5,98 0,78 Hasil penelitian, memperlihatkan bahwa perilaku komunikasi berdasarkan sumber-sumber informasi yang ada di lokasi penelitian dan sekitarnya, waktu meno nton televisi rataannya 9 jam, mendengar radio 1,3 jam, membaca koran 1,2 jam, kontak dengan penyuluh 1,2 jam, dan kontak dengan petani 5,5 jam. Standar deviasi dari perilaku komunikasi, berdasarkan sebaran perilaku komunikasi, menunjukkan bahwa, diantara responden dalam kelompok eksperimen merata (homogen).
Secara keseluruhan perilaku komunikasi rata-rata 5,98 jam per minggu pada kisaran 2,6 – 5,0 jam. Perilaku komunikasi yang ditunjukkan responden, terhadap sumber-sumber informasi dari media yang tersedia lebih banyak yang berkaitan dengan berita (informasi). Informasi- informasi yang diperoleh petani dari berbagai sumber yang tersedia, hanyalah informasi- informasi umum. Begitupun saat kontak dengan penyuluh dan petani, diskusinya lebih banyak tentang masaalah umum tentang usahatani. Sedangkan informasi tentang materi eksperimen tidak diperoleh dari sumber-sumber tersebut.
Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan
Hasil pengujian korelasi perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan, secara umum tidak signifikan. Di antara aspek-aspek perilaku komunikasi, hanya lamanya mendengar radio dengan peningkatan pengetahuan memperlihatkan hubungan rendah negatif. Sedangkan dengan lamanya menonton televisi, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan petani, hubungannya tidak berarti. Tabel 14 menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi hubungan perilaku komunikasi dengan peningkatan pengetahuan.
Gambar 8
Grafik Sebaran Perilaku Komunikasi Kelompok Video Instruksional
DATA SEBARAN PERILAKU KOMUNIKASI
0 5 10 15 20 25 30 1 3 5 7RESPONDEN9 11 13 15 17 19 SEBARAN PERILAKU KOMUNIKASI Kontak Penyuluh Kontak Person Koran Radio Televisi
Tabel 14. Koefisien Korelasi dan Signisikansi Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Peningkatan Pengetahuan.
Peningkatan Pengetahuan Perilaku Komunikasi dan
Karakteristik Personal
r p
Menonton televisi (jam per minggu) -0,19 0,42
Mendengar radio (jam per minggu) -0,38 0,09
Membaca koran (jam per minggu) -0,04 0,88
Kontak dengan penyuluh (jam per minggu) 0,04 0,85 Kontak dengan petani (jam per minggu) -0,17 0,44
Hasil perhitungan korelasi, memperlihatkan bahwa, hubungan lamanya menonton televisi dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, sangat beragam di antara satu petani dengan petani lainnya. Dengan tingkat keragaman tersebut, ternyata keterdedahan petani terhadap gambar, suara, teks, dan unsur- unsur pesan pada televisi, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya.
Koefisien korelasi antara lamanya mendengar radio, dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, beragam di antara satu petani dengan petani lainnya. Artinya lamanya mendengar radio pada interval 1 – 2 jam per minggu, dengan peningkatan pengetahuan pada interval 62,5 – 81,25, oleh sebagian kecil petani (subyek penelitian), cenderung berkorelasi. Sedangkan keterdedahan terhadap unsur-unsur audio radio oleh sebagian besar petani, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya.
Hubungan lamanya membaca koran dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data petani subyek penelitian, lamanya membaca koran pada kisaran 1 – 1,5 jam per minggu, dan keragaman peningkatan pengetahuan, menunjukkan keterdedahan petani terhadap gambar dan unsur-unsur pesan pada koran, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya.
Hubungan lamanya kontak dengan penyuluh dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran data, pada kisaran 1 – 1,5 jam per minggu, dan keragaman peningkatan pengetahuan, menunjukkan keterdedahan petani terhadap informasi dari penyuluh, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan
peningkatan pengetahua nnya. Sedangkan hubungan lamanya kontak dengan sesama petani, dengan peningkatan pengetahuan, berdasarkan sebaran pada kisaran 4 – 7 jam per minggu, dan keragaman peningkatan pengetahuan, menunjukkan keterdedahan petani terhadap informasi dari petani lainnya, tidak ada kecenderungan berkorelasi dengan peningkatan pengetahuannya.
Hasil tersebut memperlihatkan bahwa, ternyata perilaku komunikasi petani (subyek penelitian) dari sumber-sumber informasi yang tersedia, tidak terbukti berkorelasi secara signifikan dengan peningkatan pengetahuan. Dengan demikian, video instruksional dapat digunakan oleh petani yang beragam perilaku komunikasinya. Sehingga kebiasaan menerima informasi dari media massa dan media interpersonal tidak berpengaruh pada penerimaan informasi melalui video instruksional.
Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi
dengan Persepsi tentang Video Instruksional
Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi
Hasil pengujian hubungan karakteristik personal (pendidikan formal, umur, dan pengalaman bertani) dengan persepsi tentang video instruksional (daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan daya tarik), menghasilkan nilai koefisien korelasi, antara pendidikan formal dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, tidak signifikan. Antara umur : dengan pemahaman signifikan, dengan daya tarik, penerimaan, dan keterlibatan tidak signifikan. Kemudian, antara pengalaman bertani dengan : daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan tidak signifikan. Tabel 15 me nyajikan koefisien korelasi dan signifikansi hubungan karakteristik personal dengan persepsi tentang video instruksional.
Tabel 15. Koefisien Korelasi dan Signifikansi Hubungan Karakteristik Personal dengan Persepsi tentang Video Instruksional.
Persepsi
Daya Tarik Pemahaman Penerimaan Keterlibatan Karakteristik Personal
r p r p R p r p
Pendidikan Formal 0,22 0,34 -0,11 0,63 0,27 0,24 -0,15 0,52 Umur 0,17 0,46 0,49 0,02 -0,42 0,06 0,33 0,15 Pengalaman Bertani -0,18 0,42 0,27 0,31 0,05 0,80 -0,03 0,87
Data pada Tabel 15 memperlihatkan, tidak signifikansinya hubungan pendidikan formal dengan persepsi tentang video instruksional, persepsi petani tentang daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan video instruksioanl, tidak berbeda di antara petani yang ber pendidikan lebih 7,9 tahun, maupun kurang dari 7,9 tahun.
Signifikansi hubungan umur dengan pemahaman, menunjukkan bahwa makin tinggi umur petani, tampilan video instruksional makin mudah dipahami. Kecenderungan tersebut, merupakan suatu gambaran, bahwa ternyata petani
yang umurnya lebih dari 40,9 tahun, lebih mudah memahami materi dari video instruksional, dari pada petani yang umurnya kurang dari 40,9 tahun. Sedangkan hubungan umur dengan penerimaan video instruksional, menunjukkan makin tinggi umur petani, penerimaan video instruksional, makin rendah. Kecenderungan tersebut, menunjukkan bahwa, video instruksional dalam pandangan petani yang umurnya lebih dari 40,9 tahun, makin sulit untuk diterima, dari pada petani yang umurnya kurang dari 40,9 tahun. Kemudian, antara umur dengan daya tarik dan keterlibatan, ternyata pada petani yang umurnya masih muda, maupun yang telah tua, pandangan terhadap kedua aspek tersebut tidak berbeda.
Hubungan yang tidak signifikan antara pengalaman bertani dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pandangan terhadap aspek-aspek persepsi tersebut, baik pada petani yang telah berpengalaman lebih dari 16,75 tahun maupun petani yang pengalamannya kurang dari 16,75 tahun.
Gambaran hasil tersebut, membuktikan bahwa, signifikasi hubungan karakteristik personal dengan persepsi petani terhadap video instruksional, bervariasi sesuai dengan karateristiknya. Sehingga secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan karakteristik personal dengan persepsi tentang video instruksional, kecuali antara umur petani dengan persepsinya tentang pemahaman dan penerimaan video instruksional.
Hubungan Perilaku Komunikasi dengan Persepsi
Secara umum, hubungan antara perilaku komunikasi (waktu : menonton televisi, mendengar radio, membaca koran, kontak dengan penyuluh, dan kontak dengan petani) dengan persepsi tentang video instruksional (daya taraik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan), cukup bervariasi. Hasil perhitungan korelasi memperlihatkan, hubungan lamanya (jam) menonton televisi, berkorelasi secara signifikan, dengan daya tarik pada tingkat keeratan kuat, dan dengan pemahaman video instruksional berkorelasi signifikan secara negatif, pada tingkat keeratan sedang. Kemudian, terhadap penerimaan dan keterlibatan tidak berkorelasi secara signifikan.
Hubungan antara lamanya (jam) mendengar radio dengan keterlibatan signifikan pada tingkat keeratan kuat ; dengan pemahaman tidak signifikan, tetapi cenderung berkorelasi pada tingkat keeratan sedang ; dan dengan daya tarik dan penerimaan, korelasinya tidak signifikan. Hubungan antara lamanya (jam) membaca koran dengan penerimaan, tidak signifikan, tetapi cenderung berkorelasi pada tingkat keeratan sedang ; dengan daya tarik, pemahaman, dan keterlibatan, korelasinya tidak signifikan. Hubungan antara lamanya kontak penyuluh, dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, korelasinya tidak signifikan. Hubungan antara lamanya (jam) kontak sesama petani, dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, korelasinya tidak signifikan. Tabel 16 menyajikan koefisien korelasi dan signifikansi perilaku komunikasi dengan persepsi.
Tabel 16. Koefisien Koerasi dan Signifikansi Perilaku Komunikasi dengan Persepsi tentang Video Instruksional.
Persepsi Tentang Video Instruksional
Daya Tarik Pemahaman Penerimaan Keterlibatan Perilaku Komunikasi
r p r p r p r p
Menonton televisi 0,64 0,002 -0,57 0,008 -0,01 0,94 -0,02 0,91
Mendengar radio -0,03 0,88 -0,42 0,06 0,19 0,40 -0,62 0,00
Membaca koran -0,35 0,12 -0,10 0,65 -0,42 0,06 -0,07 0,75
Kontak dengan penyuluh -0,15 0,52 0,02 0,90 -0,38 0,09 0,30 0,19
Kontak dengan petani -0,11 0,63 -0,22 0,34 0,03 0,88 -0,08 0,71
Data pada Tabel 16 memperlihatkan, koefisien korelasi lamanya menonton televisi, dengan daya tarik, menunjukkan bahwa makin lama menonton televisi, persepsi petani tentang daya tarik video makin menarik. Hal ini berarti unsur visual (tampilan gambar) video instruksional, dalam pandangan petani (khalayak) memiliki daya tarik yang sebanding dengan televisi. Kemudian, terhadap pemahaman, makin mudah memahami informasi dari televisi, akan semakin sulit memahami informasi dari video instruksional. Pembuktian ini menunjukkan bahwa, dalam pandangan petani (khalayak), pemahaman terhadap informasi dari televisi masih lebih baik dari informasi dari video instruksional.
Hubungan antara lamanya (jam) mendengar radio, dengan keterlibatan menunjukkan bahwa, makin lama mendengar radio, persepsinya tentang keterlibatan video instruksional, dalam meningkatkan partisipasi petani makin rendah. Kemudian, terhadap pemahaman, makin lama mendengar radio, makin sulit memahami informasi dari video instruksional. Hubungan tersebut, menunjukkan bahwa kebiasaan mendengar radio, pandangan petani (khalayak) tentang unsur audio dari radio masih lebih baik dari video instruksional. Selain itu, karena kebiasaan mendengar radio, pandangan petani (khalayak) tentang informasi secara audio dari video instruksional sulit dipahami, bila dibandingkan dengan pemahaman terhadap informasi secara audio dari radio.
Antara lamanya membaca koran dengan penerimaan, menunjukkan bahwa, makin lama membaca koran, penerimaan informasi dalam bentuk teks dari video makin rendah. Kecenderungan tersebut, membuktikan bahwa dalam pandangan petani (khalayak), materi bacaan pada koran masih mudah diterima,
jika dibandingkan dengan materi video instruksional. Hal ini menunjukkan perilaku komunikasi petani (khalayak), ternyata berpengaruh pada pandangannya tentang unsur teks video instruksional.
Hubungan yang tidak signifikan antara : lamanya menonton televisi dengan penerimaan dan keterlibatan ; lamanya mendengar radio, dengan daya tarik dan penerimaan ; lamanya membaca koran dengan daya tarik, pemahaman, dan keterlibatan ; lamanya kontak penyuluh dan kontak petani, dengan daya tarik, pemahaman, penerimaan, dan keterlibatan, menunjukkan bahwa, ternyata tidak ada perbedaan pandangan terhadap aspek-aspek persepsi tersebut. Perbedaan tersebut, baik pada petani yang menonton televisi lebih dari 9 jam, maupun kurang dari 9 jam ; petani yang mendengar radio lebih dari 1,3 jam, maupun kurang dari 1,3 jam ; petani yang membaca koran lebih dari 1,2 jam, maupun yang kurang dari 1,2 jam ; petani yang kontak dengan penyuluh lebih dari 1,5 jam, maupun yang kurang dari 1,5 jam ; dan petani yang kontak dengan sesama petani, lebih dari 5,5 jam, maupun yang kurang dari 5,5 jam.