• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

3 BAHAN DAN METODE

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di desa Doro yang terletak di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera Bagian Selatan. Secara administratif Desa Doro termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Gane Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, sedangkan letak geografisnya antara 1270.42’ BT-1270.50’ BT dan 000.18’ LS-000.19’ LS.

Struktur wilayah Desa Doro merupakan pesisir pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-30 meter dari permukaan laut untuk wilayah pemukiman, sedangkan selebihnya terdiri atas perbukitan dan pegunungan yang ditumbuhi semak belukar, perkebunan, dan hutan alam dengan ketinggian lebih dari 30 meter di atas permukaan laut dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut :

Sebelah Barat : Selat Patinti, Pulau Sali, Kepulauan Bacan, Sebelah Timur : Desa Tanjung Jere, Kecamatan Gane Timur, Sebelah Selatan : Desa Koititi, Kecamatan Gane Barat

Sebelah Utara : Desa Boso, Kecamatan Gane Barat Utara.

Penduduk Desa Doro berjumlah 453 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 124 KK. Sebagian besar bermata pencaharian utama sebagai petani kelapa dan coklat (45%), nelayan (19%), sebagian kecil terdiri atas pegawai negeri (11%), pedagang (6%) dan pekerjaan lain seperti pertukangan, peternak dan buruh (19%).

Desa Doro terletak sekitar 10 km dari ibukota kecamatan dan termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Saketa. Berdasarkan data Puskesmas Saketa tahun 2008, wilayah penelitian merupakan daerah endemis malaria (kasus malaria ditemukan sepanjang tahun), angka klinis malaria lebih dari 50 kasus perseribu penduduk pertahun.

3.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama enam bulan mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2009. Pengamatan larva, pengukuran karakteristik dan penandaan koordinat habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. dilakukan pada siang hari, sedangkan penangkapan nyamuk Anopheles spp. dilakukan pada malam hari dengan frekwensi empat malam setiap bulan.

(2)

G 9840000 992000 0 10000000 100800 00 10 160000 10240000 Gambar 1 H Pulau 240000 240000 Lokasi Pene Halmahera S # Y # Y Halmaher a Utar a Kota Te rnate Tidor e B acan Pulau 320000 320000 elitian di De Selatan, Prov Kab. Halmahe Halmaher a u O bi 400000 400000 L D esa Doro, K vinsi Maluku M or otai er a Timur a S elatan 480000 480000 Lokasi P en elitian : Desa Doro , K ec. Ga ne B

Kecamatan G u Utara.

560000

560000 B arat, K ab. Ha lsel

Gane Barat, 9840000 99 20000 10000000 100 80000 1016000 0 10240000 Kabupaten

(3)

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survai eksploratif, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu : 1) Pengumpulan larva nyamuk di perairan, 2) Penguku-ran karakteristik habitat, 3) Penandaan koordinat habitat, 4) Penangkapan nyamuk Anopheles, 5) Identifikasi Anopheles, dan 6) Pengumpulan data pendukung.

3.3.1 Pengumpulan larva Anopheles spp.

Larva Anopheles dikumpulkan pada perairan dengan menggunakan cidukan bervolume 300 ml, dengan titik pencidukan menyebar (Gambar 2.2). Larva yang dikumpulkan dihitung kemudian dimasukkan dalam kantong plastik mengguna-kan pipet dan diberi label sesuai dengan habitat, selanjutnya dibawa ke labora-torium lapangan untuk dipelihara sampai menjadi nyamuk dewasa (Gambar 2.5). 3.3.2 Pengukuran karakteristik habitat perkembangbiakan.

Karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles spp. yang diukur dalam penelitian ini adalah karakteristik fisik terdiri atas jenis habitat, luas, kedalaman, kecepatan aliran air, kekeruhan dasar habitat dan suhu air, karakteristik kimia meliputi pH dan salinitas air, serta karakteristik biologis yang terdiri atas keberadaan tanaman air dan predator larva. Pengukuran karakteristik habitat ditunjukkan pada Gambar 2.3.

1) Jenis habitat perkembangbiakan.

Jenis habitat potensial perkembangbiakan Anopheles spp. dibedakan tipe perairan yang ditemukan pada saat survai, yaitu : bekas galian (kubangan), kolam, sumur, parit, sungai, rawa-rawa, dan kobakan pada permukaan tanah. 2) Kedalaman air.

Tinggi permukaan dari dasar air diukur dengan mencelupkan tangkai cidukan, kemudian diukur bagian basahnya (cm). Pengukuran tinggi permukaan air dilakukan pada beberapa titik kemudian dihitung rata-ratanya.

3) Luas habitat perkembangbiakan.

Luas habitat nyamuk diukur dengan memperkirakan panjang, lebar, dan kelilingnya kemudian dihitung perkiraan luasnya (dalam m2).

(4)

4) Kekeruhan air.

Tingkat kekeruhan diketahui berdasarkan pengamatan secara visual berdasarkan klasifikasi jernih atau keruh.

5) Kecepatan aliran air.

Kecepatan aliran air diketahui melalui pengamatan visual pada gerakan aliran air apakah mengalir atau tidak.

6) Jenis dasar habitat perkembangbiakan.

Jenis dasar habitat perkembangbiakan nyamuk diukur dengan cara mengambil contoh dasar air dengan menggunakan cidukan atau melalui pengamatan visual bila genangan air jernih kemudian diklasifikasi menjadi dasar air berupa : lumpur, pasir, kerikil, dan lain-lain

7) Suhu air.

Suhu air diukur dengan menggunakan termometer air berbentuk batang dengan skala 0oC-100oC dengan cara dicelupkan ke dalam air habitat kurang lebih dua menit kemudian dibaca skalanya.

8) Salinitas air.

Pengukuran salinitas menggunakan refraktometer, dilakukan dengan cara mengoleskan air pada alat dan nilainya akan terbaca pada skala yang ada. 9) pH air.

pH air diukur dengan menggunakan pH meter digital kisaran pH 0 - 14. Alat ini dicelupkan pada sampel air kemudian akan terbaca hasilnya

10) Tanaman air.

Keberadaan tanaman air pada habitat perkembangbiakan diketahui melalui pengamatan visual pada badan air. Tanaman air dicatat berdasarkan jenisnya. 11) Keberadaan predator larva.

Keberadaan predator larva pada habitat Anopheles spp. diketahui melalui pengamatan visual. Predator larva dicatat dan dibedakan jenisnya : 1) ikan, 2) berudu, 3) larva capung, 4) udang, 5) dan 6) tidak ada predator.

(5)

3.3.3 Penandaan koordinat habitat

Penandaan koordinat spasial dan ketinggian lokasi habitat perkembang-biakan nyamuk Anopheles spp. dari permukaan laut, menggunakan GPS Garmin etrex (Gambar 2.4). Titik-titik koordinat tersebut kemudian ditransformasi dalam peta digital lokasi penelitian.

3.3.4 Penangkapan nyamuk Anopheles spp.

Penangkapan nyamuk dilakukan dengan umpan orang di dalam rumah dan umpan orang di luar rumah pada tiga rumah dengan kriteria rumah dekat dengan habitat nyamuk Anopheles spp. atau adanya penghuni rumah yang positif Plasmodium berdasarkan hasil pemeriksaan petugas kesehatan. Jumlah kolektor enam orang, masing-masing rumah terdiri atas satu kolektor di dalam rumah dan satu orang diluar rumah. Waktu penangkapan dilakukan pada malam hari selama 12 jam dari jam 18.00-06.00. Setiap jam penangkapan terdiri atas 45 menit. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan cara kolektor umpan duduk di dalam atau di luar rumah, celana digulung sampai lutut, bila ada nyamuk yang hinggap atau menggigit ditangkap dengan menggunakan aspirator (Gambar 2.1). Nyamuk yang tertangkap dimasukan dalam gelas kertas (paper cup) dan dibedakan setiap jam. 3.3.5 Identifikasi nyamuk Anopheles

Nyamuk dewasa yang tertangkap dengan umpan orang dan nyamuk yang berasal dari hasil rearing larva di laboratorium lapangan dimatikan dengan kloroform, kemudian diidentifikasi di bawa mikroskop stereo (Gambar 2.6). Identifikasi berdasarkan panduan buku : Kunci Bergambar Nyamuk Anopheles Dewasa di Indonesia (O’Connor & Soepanto 1999).

3.3.6 Pengumpulan data pendukung

Data pendukung terdiri atas : data penduduk dari Kepala Desa Doro, angka kesakitan malaria didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan, dan Puskesmas Gane Barat, data cuaca dari BMG Wilayah Halmahera Selatan di Labuha sedangkan peta lokasi penelitian bersumber dari kantor Badan Perencanaan & Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Halmahera Selatan dan peta bersumber Google earth.

(6)

Kelimpahan Nisbi = Jumlah individu spesies tertentu yang tertangkap

Jumlah total individu Anopheles tertangkap x 100 %

Frekwensi Spesies = Jumlah bulan tertangkapnya Anopheles spesies tertentu

Jumlah bulan penangkapan

3.4 Analisis data

Data distribusi spasial habitat perkembangbiakan nyamuk Anopheles spp. dianalisis dengan program komputer ArcView GIS versi 3,3. Peta dasar yang digunakan adalah peta lokasi penelitian yang didapatkan dari kantor BAPPEDA Halmahera Selatan dan peta Google earth.

Tahapan analisis dimulai dengan registrasi peta, digitasi peta sesuai batas studi, dan transformasi koordinat habitat. Tahapan akhir adalah membuat buffer area 800 meter sesuai dengan jarak terbang nyamuk Anopheles spp. (Belkin 1945 & Perry 1946, dalam Depkes 2007c) untuk menggambarkan distribusi dan luasan area potensial sebaran nyamuk Anopheles spp. selama periode penelitian. Parameter spasial yang dideskripsikan terdiri atas elevasi, jarak habitat dari pemukiman dan pemanfaatan lahan.

Data karakteristik habitat perkembangbiakan Anopheles spp. dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan grafik. Sedangkan data populasi nyamuk dewasa Anopheles spp. dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter :

a) Kelimpahan nisbi Anopheles spp. (%)

Dihitung berdasarkan proporsi nyamuk Anopheles spesies tertentu terhadap jumlah total nyamuk Anopheles tertangkap dikali 100%

b) Frekwensi nyamuk Anopheles spp.

Dihitung berdasarkan jumlah bulan Anopheles spesies tertentu tertangkap dibagi dengan jumlah bulan penangkapan.

c) Dominansi spesies (%)

Angka dominansi spesies dihitung berdasarkan perkalian antara Kelimpahan Nisbi dengan Frekwensi Anopheles tertangkap setiap spesies

Dominansi spesies = Kelimpahan nisbi x Frekwensi Anopheles (Sigit 1968).

(7)

MHD = Jumlah spesies Anopheles tertangkap dengan umpan orang Jumlah jam penangkapan x jumlah umpan orang MBR = Jumlah Anopheles tertangkap dengan umpan orangJumlah malam x jumlah umpan orang

ICH = Jumlah curah hujan dalam sebulan x Jumlah hari hujan pada bulan itu Jumlah hari pada bulan tersebut

d) Kepadatan populasi (kepadatan nyamuk tertangkap per orang persatuan waktu). Kepadatan populasi nyamuk dihitung berdasarkan angka :

MBR (Man Biting Rate), yaitu rata-rata nyamuk spesies Anopheles tertangkap dengan umpan orang per malam

MHD (Man Hour Density), yaitu rata-rata nyamuk spesies Anopheles tertangkap dengan umpan orang per jam penangkapan.

e) Analisis hubungan variabel (korelasi)

Hubungan variabel (korelasi) antara indeks curah hujan (ICH) dengan kepadatan populasi nyamuk (MBR), dan hubungan antara MBR Anopheles spp. dengan kasus klinis malaria dianalisis dengan Pearson correlation menggunakan program komputer SPSS versi 13,0. Indeks curah hujan (ICH) dihitung berdasarkan rumus matematik :

(8)

1. Penangkapan nyamuk dewasa 2. Pengumpulan larva Anopheles

3. Pengukuran karakteristik habitat 4. Penandaan koordinat habitat dengan GPS

5. Pemeliharaan larva 6. Identifikasi nyamuk Anopheles Gambar 2 Kegiatan penelitian di Desa Doro pada bulan Maret- Agustus tahun

Referensi

Dokumen terkait

Padahal dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen kedua disebutkan "setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak

- PALING SEDIKIT 40% DARI JUMLAH KESELURUHAN SAHAM YANG DISETOR DICATATKAN DI BURSA EFEK DI INDONESIA, TIDAK TERMASUK SAHAM YANG DIBELI KEMBALI ATAU TREASURY STOCK DENGAN

Prototipe alat pengaduk dodol menghasilkan mutu dodol yang baik, dengan nilai 12.26 dari hasil uji organoleptik, pada putaran pengadukan 20 rpm dan kapasitas 4 kg, serta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode latihan berstruktur yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (1) guru

Penetasan adalah perubahan intracapsular (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan (tempat luas), hal.. ini penting dalam perubahan- perubahan morfologi hewan. Penetasan

RADIO VISI INTI SWARA FM/H... JEMBER

Dari kenyataan diatas penulis memandang penelitian ini sangat perlu dilakukan dengan beberapa pertimbangan: Pertama, pendidikan karakter di sekolah atau madrasah

Zaki A., M.Kom Prind Triajeng P, M.Kom Siti Asmiatun, M.Kom Fahrul Pradhana P., M.Kom.. Fuzzy