• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurniawan Sarototonafo Zai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kurniawan Sarototonafo Zai"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Abstract

The formulation of the problem in this study are: Does the Revenue in the Tax Sector have an influence on the increase in Local Revenue (PAD) in the Nias Regency Revenue Service. This research uses qualitative research. The research sample is the total population due to the limited number of respondents studied. From the results of the study note that intensification efforts by improving the quality of service to taxpayers, compile information systems and procedures for managing local taxes. Efforts made by agencies from within this organization have been going well. This is proven by improving the quality of service by trying to realize excellent service, reviewing regulations, improving service places, picking up the ball system and the team of auditors and jurisdictions Efforts to extensification by exploring the sources of regional income, especially local taxes. The extensification efforts undertaken by the Nias Regency Revenue Service by exploring the sources of regional income through local tax here have been running quite optimally. Efforts are made to increase revenue by registering new taxpayers and checking tax rates. Efforts to optimize local taxes in the Nias Regency Revenue Service have been going well, this is evidenced by the increase in local tax revenue in 2015.

Keywords: Participatory Planning, Planning Documents

Abstrak

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah Penerimaan Dalam Sektor Pajak mempunyai pengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan Kabupaten Nias. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sampel penelitian merupakan keseluruhan jumlah populasi karena keterbatasan jumlah responden yang diteliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya intensifikasi dengan peningkatkan kualitas pelayanan terhadap wajib pajak, menyusun system informasi dan prosedur pengelolaan pajak daerah. Upaya yang dilakukan oleh dinas dari dalam organisasi ini sudah berjalan baik. Ini dibuktikan dengan cara peningkatan kualitas pelayanan dengan berusaha mewujudkan pelayanan prima, peninjauan perda, perbaikan tempat pelayanan, system jemput bola dan tim auditor dan yustisi Upaya ektensifikasi dengan menggali sumber-sumber pendapatan daerah khususnya pajak daerah. Upaya ektensifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias dengan menggali sumber-sumber pendapatan daerah melalai pajak daerah disini sudah berjalan cukup optimal. Upaya yang dilakukan untuk menambah pendapatan dengan cara pendaftaran wajib pajak baru dan pemeriksaan tarif pajak. Upaya mengoptimalkan pajak daerah di Dinas Pendapatan Kabupaten Nias ini sudah berjalan baik, hal ini dibuktikan bahwa meningkatnya penerimaan pajak daerah pada tahun 2015.

Kata Kunci : Perencanaan Partisipatif, Dokumen Perencanaan

JAM PEMBNAS

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN PEMBNAS

http://ejournal.stiepembnas.ac.id

e-ISSN : 2684-8694 p-ISSN : 2087-1384

PENGARUH PENERIMAAN DALAM SEKTOR PAJAK TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KANTOR DINAS PENDAPATAN

KABUPATEN NIAS

Kurniawan Sarototonafo Zai

Email : [email protected]

(2)

PENDAHULUAN

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Selain itu, Indonesia juga merupakan welfare state atau negara kesejahteraan yang bertujuan mensejahterakan rakyatnya. Sehubungan dengan hal tersebut, pada awalnya pemerintah Indonesia dalam menjalankan pemerintahannya menganut atau memakai sistem pemerintahan yang sentralistik, dimana segala urusan dan wewenang untuk mengatur jalannya pemerintahan diselenggarakan dan dikuasai oleh Pemerintah Pusat.

Sejalan dangan hal tersebut, maka dibentuklah Undang-Undang Nomor 22 Tahun tentang Pemerintah Daerah. Kebijakan politik ini dianggap sebagai tiang pancang dari proses demokrasi di Indonesia. Perubahan Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah telah berhasil di lakukan dan disetujui dan telah menjadi UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menjadikan sistem pemerintahan Indonesia menjadi desentralistik. Sistem ini telah memperluas wewenang pelaksanaan otonomi daerah dengan menyerahkan sepenuhnya segala urusan pemerintahan kepada Pemerintah Daerah. Semua urusan pemerintahan di daerah menjadi wewenang dan otoritas Pemerintah Daerah kecuali bidang-bidang tertentu seperti politik luar negeri, peradilan, pertahanan dan

keamanan, kebijakan moneter dan agama (Soekarwo, 2004: 46).

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias sebagai badan yang bertugas melakukan penarikan pajak daerah harus dapat mengoptimalisasikan kinerjanya dengan banyak melakukan pembenahan dengan berdasarkan pengalaman kerja tahun sebelumnya beserta kendala-kendala telah yang dihadapi dan segera menemukan solusinya. Pajak-pajak daerah yang dikelola penarikannya oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias diantaranya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak retribusi, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan pajak air bawah tanah. Pajak tersebut diatas merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diandalkan pemerintah Kabupaten Nias untuk pembiayaan pembangunan.

Kabupaten Nias yang merupakan salah satu tujuan wisata dan perdagangan saat ini dimana terdapat banyaknya restoran, pemasangan reklame dan parkir yang potensial dalam mengelola penarikan pajak. Dengan adanya fenomena ini seharusnya bisa menjadikan pajak-pajak tersebut sebagai sumber penerimaan daerah yang potensial bagi Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Nias.

Namun kenyataannya yang dapat dilihat dari persentase penerimaan pajak Kabupaten Nias dari tahun 2012 sampai 2014

(3)

bahwa pajak-pajak daerah tersebut tidak begitu berpengaruh besar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nias. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Kabupaten Nias menunjukkan bahwa pajak reklame, restoran dan parkir hanya menyumbang sebesar 3,8% dari total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nias. Seharusnya pajak-pajak daerah tersebut memiliki peran yang cukup penting terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nias, mengingat Kabupaten Nias merupakan tujuan wisata dan perdagangan yang memiliki potensi.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis mengangkat topik yang akan dijadikan bahan penelitian yaitu “Pengaruh

Penerimaan Dalam Sektor Pajak Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan Kabupaten Nias”

STUDI PUSTAKA

Menurut Suad Husnan (2012: 5), manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya se-efektif, se-efisien, seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.

Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Nugroho (2000: 219), Sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:

1. Hasil pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

2. Hasil retribusi daerah

Retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain bagian laba, dividen, dan penjualan saham milik Daerah.

4. Lain-lain Pendapatan asli daerah yang dipisahkan

Adapun lain-lain pendapatan daerah (sah) yang dipisahkan antara lain

(4)

penjualan aset daerah, hibah, dana darurat, jasa giro dan penerimaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksananya yaitu PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah No. 33 Tahun 2004 serta UU Keuangan Negara No.17 Tahun 2003: Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang oleh pemerintah (pusat) kepada daerah otonom. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah.

Menurut Setyawan (2006: 92) bahwa secara umum dapat dikatakan bahwa pajak adalah pungutan dari masyarakat kepada Negara (pemerintah) berdasarkan Undang-Undang dan bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapatkan prestasi kembali (kontra prestasi/ balas jasa) secara langsung yaitu hasilnya digunakan untuk membiayai

pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pajak berasal dari bahasa asing yaitu tax yang berarti beban, membebani, dan membebankan.

Pemungutan pajak dapat dilakukan bergantung pada dua hal yaitu keadaan subjek pajak dan kewenangan pungut. Keadaan objek pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang dibatasi oleh waktu atau periode. Cara penafsiran objek inilah yang dikenal sebagai pengakuan dan pengukuran objek pajak atau

stelsel. Sedangkan kewenangan pungut,

menekankan pihak-pihak yang terlibat dalam pembayaran pajak. (Setyawan, 2006: 271).

Dasar hukum pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Nias No. 6 Tahun 2011.

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang individu atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Menurut Soekarwo (2004: 261), beberapa pengertian serta istilah yang berkenaan dengan pajak daerah atara lain:

(5)

a. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah.

c. Subyek Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah.

d. Wajib Pajak, adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungutan atau pemotongan pajak tertentu.

Menurut Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 bahwa tarif jenis pajak Kabupaten/ Kota sebagaimana disebutkan di atas ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling tinggi sebesar:

1. Pajak hotel sebesar 10% (sepuluh persen);

2. Pajak restoran sebesar 10% (sepuluh persen);

3. Pajak hiburan sebesar 35% (tiga puluh lima persen);

4. Pajak reklame sebesar 25% (dua puluh lima persen);

5. Pajak penerangan jalan sebesar 10% (sepuluh persen)

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C sebesar 20% (dua puluh persen)

7. Pajak retribusi sebesar 20% (dua puluh persen)

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Kabupaten Nias dengan alasan bahwa Dinas Pendapatan adalah salah satu instansi yang mempunyai kewenangan untuk mengumpulkan pajak daerah yang merupakan salah satu komponen utama dalam pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Nias.

Secara umum, jenis penelitian dapat dibedakan berdasarkan jenis data menurut Suliyanto (2000:11) dibagi menjadi:

1. Riset Kualitatif adalah riset yang didasarkan pada data-data kualitatif yaitu tidak berbentuk angka dan bilangan sehingga hanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan atau kalimat.

(6)

2. Riset kuantitatif adalah riset yang didasarkan pada data kuantitatif yaitu berbentuk angka atau bilangan.

Ditinjau dari karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini diklasifikasikan sebagai jenis penelitian kualitatif.

Setiap penelitian ilmiah, populasi sangat dibutuhkan untuk mendapatkan data-data yang akan dijadikan sebagai bahan pengkajian secara empiris. Pengertian populasi menurut Sugiyono (2011:117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dengan demikian populasi juga dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas keseluruhan objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk ditentukan sebagai anggota sampel. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Nias yang berjumlah 38 orang.

Sampel secara sederhana dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian, yang sifatnya mewakili populasi yang ada. Dalam menentukan sampel pada penelitian ini, penulis mengambil pedoman

dari pendapat Sugiyono (2011:118):”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu”.

Karena jumlah populasi dibawah dari jumlah sampel maka jumlah populasi sama dengan jumlah sampel. Dengan demikian maka sampel penelitian yang digunakan penulis adalah seluruh pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Nias yang berjumlah 38 orang.

Untuk mendukung sebuah penelitian data-data yang akurat dan baik dalam bentuk data primer maupun data sekunder sangat dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan dari penelitian tersebut. Dalam hal teknik pengambilan data penulis mengumpulkan data berdasarkan pendapat dari Arikunto (2000:134) yang menyatakan bahwa:

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Terdaftar sebagai metode-metode penelitian adalah : angket (kuesioner), wawancara(interview),pengamatan/observ asi (observation), ujian (test) dokumentasi dan lain sebagainya.

(7)

Berdasarkan pendapat diatas penulis mengambil beberapa dari metode pengambilan data dari pendapat tersebut yaitu :

a. Pengamatan/observasi (observation) Pengamatan adalah metode pengumpulan data secara langsung melalui pengamatan dilapangan terhadap gejala atau fakta yang terdapat ditempat objek penelitian.

b. Wawancara

Merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk mencapai tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab kepada responden atau pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.

c.

Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data sekunder dengan cara mencatat data-data, dokumen-dokumen, catatan-catatan, laporan-laporan ataupun arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek penelitian demi kesempurnaan dalam melakukan analisa.

Metode analisis data yang digunakan oleh penulis adalah analisis deskriptif. Metode ini merupakan penyajian data yang berasal dari masalah yang dihadapi organisasi, dari masalah-masalah itu dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan yang didasarkan pada teori-teori yang ada.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, khususnya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengatur anggaran pendapatan dan belanja daerahnya. Kabupaten Nias sebagai daerah berkembang memerlukan pendapatan daerah yang signifikan untuk pelaksanaan pembangunan maupun kegiatan pemerintahan sehari-hari. Pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan asli dari daerah yang digali dari sumber daya yang ada didaerah tanpa ada campur tangan dari pemerintah pusat. Pendapatan asli daerah sangat penting karena merupakan indikator kemandirian suatu daerah, semakin besar pendapatan asli daerah maka ketergantungan terhadap pemerintah pusat semakin kecil.

Pelimpahan wewenang yang diberikan pemerintah pusat berhasil meningkatkan pendapatan asli daerah di Kabupaten Nias secara nominal tetapi jika dilihat perbandingan dengan dana perimbangan yang diterima ternyata persentasenya tidak mengalami perubahan yang terlalu banyak. Berdasarkan data yang diberikan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias, secara umum Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap tahunnya selalu meningkat. Tetapi pada tahun 2014 ini belum berhasil menutupi target yang telah ditetapkan oleh

(8)

pemerintah, yaitu dari target yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa, walaupun secara nominal terjadi peningkatan, pendapatan asli daerah Kabupaten Nias masih sangat kecil.

Sistem informasi dari segi pengelolaan pajak daerah dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias ini diartikan secara intern. Jadi sistem ini digunakan antar pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Nias. Sistem informasi dan prosedur yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan di Dinas Pendapatan Kabupaten Nias adalah dengan menggunakan sistem informasi manajemen daerah (SIMDA). Dalam SIMDA ini dilakukan untuk mengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan ini dilakukan dari wajib pajak, input melalui SIMDA masuk ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) SUMUT kemudian diolah dan menjadi keluaran melalui Anggaran Penerimaan dan Belanja daerah (APBD).

Pendapatan asli daerah Kabupaten Nias dapat meningkat apabila ada faktor pendukung. Berdasarkan hasil wawancara dan data-data yang diberikan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias, maka peneliti melihat ada beberapa faktor yang mendukung peningkatan pajak daerah:

1. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang bagus akan menjadi faktor pendukung dalam setiap pencapaian tujuan organisasi. Perangkat organisasi Dinas Pendapatan Kabupaten Nias

yang professional pasti akan mendukung misi peningkatan kualitas pelayanan. Sumber daya manusia menjadi faktor pendukung juga karena pelaksanaan kegiatan sehari-hari yang dilakukan pegawainya.

2. Kerjasama antar bidang/ antar instansi. Kerjasama antar bidang dalam satu dinas akan memudahkan dalam pekerjaan, pelayanan kepada masyarakat yang bisa menjadi koordinasi sebagai dinas yang menghasilkan pendapatan asli daerah. Kerjasama antar instansi diperlukan untuk mendukung pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dan tidak terjadi tumpang tindih antara dinas-dinas lain dalam pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

3. Hubungan kemitraan

Upaya yang diterapkan melalui perjalinan kemitraan dengan masyarakat juga menjadi faktor pendukung. Penjalinan kemitraan memang strategi yang menarik karena masyarakat akan merasa diperhatikan sebagai wajib pajak.

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, juga mengalami hambatan dalam pelaksanaannya. Masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini:

1. Kesadaran masyarakat untuk membayar pajak

Kesadaran masyarakat Kabupaten Nias untuk membayar pajak masih rendah sehingga jumlah

(9)

mempengaruhi jumlah pendapatan asli daerah. Hal ini ditunjukkan oleh usaha Dinas Pendapatan Kabupaten Nias yang membuat tim auditor dan tim yustisi untuk mengertak dan menegosiasi masyarakat agar mau membayar pajak. Peneliti melihat Dinas Pendapatan Kabupaten Nias juga melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kesadaran membayar pajak. Dengan sosialisasi melalui media cetak maupun elektronik, kemudian sistem jemput bola, tim audit. Semua dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian, maka diperoleh suatu kesimpulan bahwa upaya mengoptimalkan pajak daerah yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Kabupaten Nias, sebagai dinas yang salah satu kewenangannya mengurus pendapatan asli daerah, pada tahun 2014 dari segi upaya yang digunakan termasuk kategori cukup baik, dilihat dari indikator yang ada yakni dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi yaitu dari luar dan dari dalam organisasi sebagai berikut:

1. Upaya intensifikasi dengan peningkatkan kualitas pelayanan terhadap wajib pajak, menyusun system informasi dan prosedur pengelolaan pajak daerah. Upaya yang dilakukan oleh dinas dari dalam organisasi ini

sudah berjalan baik. Ini dibuktikan dengan cara peningkatan kualitas pelayanan dengan berusaha mewujudkan pelayanan prima, peninjauan perda, perbaikan tempat pelayanan, system jemput bola dan tim auditor dan yustisi.

2. Upaya ektensifikasi dengan menggali sumber-sumber pendapatan daerah khususnya pajak daerah. Upaya ektensifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias dengan menggali sumber-sumber pendapatan daerah melalui pajak daerah disini sudah berjalan cukup optimal.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Kabupaten Nias untuk terus mengoptimalkan pajak daerah, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Dalam menggali sumber pendapatan daerah, pemerintah hendaknya harus memperhatikan masyarakat jangan sampai malah menambah beban ekonomi. Dinas Pendapatan Kabupaten Nias juga harus bisa memanfaatkan kondisi yang semakin berkembang baik dari segi pariwisata, perdagangan maupun industri dan menggali potensi pajaknya.

2. Penyiapan perangkat hukum yang bertanggungjawab untuk menghilangkan pungutan liar yang terjadi. Keberadaan pungutan liar menjadi masalah yang mempengaruhi pajak daerah jika aparat yang

(10)

berwenang ikut minta bagian dalam pungutan liar.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2001, Prosedur Penelitian;

Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI,

Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Bastian, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia Sinar Baru, Bandung.

Diharjo Broto, 2001, Pembangunan dan Otonomi

Daerah, Realisasi Program Gotong Royong,

Pancar Suwuh, Jakarta.

Masdiamo,2002, Beberapa Aspek Administrasi

Pemerintahan Daerah, Pembangunan,

Ghalia, Jakarta.

Marihot D, 2000, Pendapatan Asli Daerah dalam

Otonomi, Elekmedia Komputindo

Kelompok Gramedia, Jakarta.

Nugroho, 2000, Pendapatan Daerah Dalam Orde

Baru, Prisma, Jakarta.

Rachmat Supriatna, 1992, Sistem Administrasi

Pemerintahan di Daerah, Bumi Aksara,

Jakarta.

Setyawan, 2006, Pajak dan Retribusi Daerah

(Pengelolaan Pemerintah Daerah dalam Aspek Keuangan, Pajak dan Retribusi Daerah),

Gramedia Widiasarana, Jakarta.

Soekarwo Nugroho, 2004, Perpajakan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Soemitro Kaho, 1992, Prospek Otonomi Daerah di

Republik Indonesia, Rajawali Press, Jakarta.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 Tentang Tarif Pajak Kabupaten/Kota

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemungutan Pajak dan Retribusi

Referensi

Dokumen terkait

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

”Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan perundang-undangan

Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,.. yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan