BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka
Pemerintah harus tetap meningkatkan penerimaan Negara. Selain dari sektor Migas
dan Non Migas sebagai Penerimaan Negara yang utama juga meningkatkan
Penerimaan Negara melalui sektor Pajak, khususnya Pajak Daerah. Tinggi rendahnya
pendapatan dari sektor perpajakan sangat mempengaruhi pendapatan Negara yang
akhirnya berpengaruh dengan tingkat ketergantungan terhadap Pinjaman Luar Negeri
dan Pembangunan Nasional (Waluyo,2002:4). Oleh karena itu dibutuhkan Sumber
Daya Manusia yang memiliki kemampuan menghadapi dan mengantisipasi hal
tersebut. Selain itu Pemerintah juga memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
menyukseskan usaha pembangunan tersebut.
Untuk membiayai Rumah Tangga Daerah Pemerintah sendiri telah menetapkan
Undang-Undang mengenai Pemungutan Pajak yang dilakukan berdasarkan ketetapan
yang berlaku pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah, dimana diberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah
untuk pemungutan Pajak daerahnya sendiri dan dapat meningkatkan akuntabilitas
daerah. Dimana Pajak Daerah terbagi menjadi dua jenis, yaitu Pajak Provinsi dan
1. Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4. Pajak Air Bawah dan Air Permukaan.
5. Pajak Rokok.
Sedangkan Pajak Kabupaten/Kota yang terdiri dari :
1. Pajak Hotel.
2. Pajak Restoran.
3. Pajak Hiburan.
4. Pajak Reklame.
5. Pajak Penerangan Jalan.
6. Pajak Parkir.
7. Pajak Mineral Bahan Logam dan Batuan.
8. Pajak Air Tanah.
9. Pajak Sarang Burung Walet.
10.Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.
11.BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan).
Salah satu kebijakan Pemerintah Daerah adalah menetapkan Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2002 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan
Diatas Air. Dengan Peraturan Daerah ini Pemerintah Daerah akan mendapatkan
Bermotor(BBN-KB). Pengenaan Pajak terhadap Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor merupakan potensial bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Dengan adanya
kepastian hukum, Pemerintah yang kuat dalam menentukan dan memungut Pajak
serta dilain pihak, masyarakat lebih memahami akan pentingnya pajak bagi
pembangunan.
Jika dilihat kenyataannya dilapangan semakin banyak masyarakat yang
memiliki kendaraan bermotor tentunya akan menambah pemasukan Pemerintah
Daerah. Begitu besar manfaat dari realisasi penerimaan Pajak untuk kesejahteraan
masyarakat dan banyak kemudahan yang diberikan dalam pelaksanaan pembayaran
tapi kenyataannya masih banyak orang yang tidak tahu bagaimana pelaksanaan
pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB). Seharusnya setiap
pemilik kendaraan haruslah mengetahui tentang Bea Balik Nama,yang tujuannya
untuk memastikan keabsahan kepemilikan kendaraan bermotor tersebut. Dalam hal
mengetahui tentang Bea Balik Nama ini yang terpenting adalah bagaimana
mengetahui tentang prosedur pelaksanaannya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang merupakan syarat kelulusan
dari Program Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara
dengan judul : “Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBN-KB) Di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT)
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan penerapan
ilmu yang diperoleh mahasiswa selama bangku perkuliahan agar mengenal situasi
dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri. Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi
mahasiswa, pihak Universitas, Instansi atau Badan yang dijadikan
tempatmelaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Demikian halnya oleh
Mahasiswa Administrasi Perpajakan juga memiliki tujuan tersendiri. Adapun
tujuan-tujuan tersebut adalah :
1.1 Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor Orang Pribadi.
1.2 Untuk mengetahui subjek dan objek serta tarif yang dikenakan terhadap Bea
Balik Nama Kendaraan Orang Pribadi.
1.3 Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran masyarakat dalam
melakukan pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
1.4 Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan bagaimana penanganan masalah
yang terjadi dalam prosedur pelaksanaan Bea Balik Nama Kendaraan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa
a. Mengaplikasikan teori yang dipelajari selama di bangku perkuliahan.
b. Mengetahui lebih dalam tentang prosedur pemungutan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor.
c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan dalam berinteraksi.
d. Merangsang aktivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas.
2.2 Bagi Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara
a. Memperoleh ide-ide baru baik berupa efisiensi, peningkatan dan
perbaikansistem birokrasi Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(SAMSAT) Medan Utara.
b. Membina hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya
dengan Program Studi D-III Administrasi Perpajakan.
c. Sebagai salah satu sarana untuk menyebar luaskan informasi mengenai Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Universitas Sumatera Utara
Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan
Utara.
b. Memberikan uji nyata terhadap disiplin ilmu yang telah disampaikan
melalui bangku perkuliahan.
c. Membuka interaksi antara dosen dan Instansi Pemerintah khususnya Dinas
Pendapatan Daerah.
d. Mengusahakan adanya umpan balik revisi kurikulum.
C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Prosedur
Defenisi prosedur menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Muhammad Ali, prosedur adalah tata cara kerja atau cara menjalankan suatu pekerjaan.
b. Amin Widjaja, prosedur adalah sekumpulan bagian yang saling berkaitan. Misalnyaorang jaringan gudang yang harus dilayani dengan cara yang tertentu
oleh sejumlah pabrik dan pada gilirannya akan mengirimkan pelanggan
menurut proses tertentu.
c. Kamaruddin, prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lainnya dan prosedur-prosedur yang
berkaitan melaksanakan dan memudahkan kegiatan utama dari suatu organisasi.
Jadi berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan yang
menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap
yang telah ditentukan.
2. Defenisi Pajak
Pajak Daerah adalah sebagai Sumber Pendapatan Daerah diharapkan menjadi
sumber pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah, yang bertujuan untuk
meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat(Marihot,2005:170).Dengan
demikian, Daerah mampu melaksanakan otonomi dengan maksud dapat membantu
Rumah Tangganya sendiri.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh Orang Pribadi dan Badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah, Pajak Daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Sebelum membahas Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor lebih jauh, kita
harus mendefenisikan Pajak terlebih dahulu. Adapun pengertian Pajak menurut
Prof.Dr.MJH.Smets, Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui
ditunjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran
Pemerintah (Ilyas,2002:5). Kemudian menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH, Pajak
adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Waluyo,2010:3). Sedangkan menurut Prof.Dr.P.J.A Adriani (Hukum Pajak), Pajak
adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh Wajib Pajak
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah utnuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas Negara untuk penyelenggaraan
Pemerintahan (Nurmantu,2003:12). Dan yang terakhir menurut Lorey Beaulieu,
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung yang dipaksakan
oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang untuk menutupi belanja
Pemerintah (Devano,2006:22).
Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pajak memiliki unsur-unsur :
a. Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara.
Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
b. Berdasarkan Undang-Undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan
Undang-Undang serta aturan-aturan pelaksanaannya.
c. Tanpa jasa atau kontroprestasi dari Negara yang langsung dapat ditunjuk. Dalam
pembayaran Pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh
d. Digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Sebagaimana telah diketahui unsur-unsur yang melekat pada pengertian pajak,
terlihat ada 2 (dua) fungsi Pajak,yaitu :
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Pemerintah.
Contoh:
Dimasukkannya Pajak dalam APBN sebagai Penerimaan Dalam Negeri.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
dibidang sosial dan ekonomi.
Contoh:
• Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi
konsumsi minuman keras.
• Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi
gaya hidup konsumtif.
• Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk
Indonesia di Pasar Dunia.
1. Pemungutan Pajak harus adil, yaitu pemungutan pajak yang adil berarti pajak
yang dipungut harus adil dan merata sehingga harus sesuai dengan kemampuan
membayar Pajak dan sesuai dengan manfaat yang diminta Wajib Pajak dan
Pemerintah.
2. Pemungutan Pajak harus berdasarkan Undang-Undang, yaitu untuk mewujudkan
pemungutan yang adil, pemungutan Pajak harus dapat memberikan kepastian
bagi Negara dan Warga Negaranya. Oleh karena itu pemungutan Pajak harus
didasarkan atas Undang-Undang yang disahkan oleh Lembaga Legislatif.
3. Pemungutan Pajak harus efisien, yaitu biaya untuk pemungutan Pajak haruslah
seminimal mungkin dan hasil pemungutan Pajak harus digunakan secara
optimal untuk membiayai pengeluaran Negara.
4. Sistem pemungutan Pajak harus sederhana, yaitu pemungutan Pajak hendaknya
dilaksanakan secara sederhana sehingga akan memudahkan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban Perpajakannya.
D. Sumber Pendapatan Daerah
Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi Daerah, Pemerintah
Daerah juga seharusnya mulai diberi kewenangan yang lebih besar dalam mengurusi
masalah perpajakan dan retribusi yang penerapannya disesuaikan dengan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang-Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Sedangkan Pendapatan
Asli Daerah adalah Pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
(Mardiasmo, 2006:12).
Pendapatan Daerah bersumber dari :
1. Pendapatan Asli Daerah, yang bersumber dari :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2. Dana Perimbangan, yang terbagi atas :
a. Dana Alokasi Umum (DAU)
b. Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-lain pendapatan yang sah
Salah satu sumber pendapatan Daerah ynag bersumber dari Pendapatan Asli
Daerah adalah Pajak Daerah. Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota) yang diatur berdasarkan Peraturan
Daerah masing-masing dan yang hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan
Rumah Tangga Daerahnya. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun
kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang dan dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Kurniawan,2004:48).
1. Jenis-jenis Pajak Daerah
Dalam literatur Pajak dan public finance, Pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan
golongan, wewenang, sifat dan lain sebagainya. Pajak Daerah termasuk ke dalam
klasifikasi Pajak menurut wewenang pemungutnya. Artinya Pihak yang
berwenang dan berhak memungut Pajak Daerah adalah Pemerintah Daerah.
Selanjutnya Pajak Daerah ini dapat diklasifikasikan kembali menurut wilayah
kekuasan pihak pemungutnya.
Menurut wilayah pemungutannya Pajak Daerah dibagi menjadi:
a. Pajak Provinsi
PajakProvinsi adalah Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
Tingkat Provinsi. Pajak Provinsi yang berlaku sampai saat ini terdiri dari :
• Pajak Kendaraan Bermotor.
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
• Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b. Pajak Kabupaten/Kota
Pajak Kabupaten/Kota adalah Pajak Daerah yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah Tingkat Kabupaten/Kota dalam (Marihot,2005:111), yang terdiri dari:
• Pajak Hotel
• Pajak Restoran
• Pajak Hiburan
• Pajak Reklame
• Pajak Penerangan Jalan
• Pajak Mineral Bahan Logam dan Bantuan
• Pajak Parkir
• Pajak Air Tanah
• Pajak Sarang Burung Walet
• Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pedesaan dan Perkotaan
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
2. Definisi Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau perlatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah
(Siahaan,2009:169).Pajak Kendaraan Bermotor adalah Pajak yang dipungut atas
kepemilikan dan/atau penguasaan Kendaraan Bermotor (Bambang,2003:168).
3. Defenisi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) adalah Pajak atas penyerahan
hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan
sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan atau
pemasukkan ke dalam Badan Usaha(Marihot,2005:169). sedangkan menurut
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Kendaraan bermotor beroda
beserta gandengannya, yang dioperasikan disemua jenis jalan darat dan kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air.
4. Objek dan Subjek Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4.1 Objek Pajak
Objek Pajak menurut Waluyo (2010:99) dapat diartikan sebagai sasaran
pengenaan Pajak dan dasar untuk menghitung Pajak yang terutang. Sesuatu tersebut
dapat berupa keadaan perbuatan dan peristiwa yang menjadi Objek Pajak Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemilikan Kendaraan Bermotor.
Termasuk penyerahan kendaraan bermotor adalah pemasukkan kendaran bermotor
dari Luar Negeri untuk dipakai secara tetap di Indonesia, kecuali :
a. Untuk dipakai sendiri oleh orang pribadi yang bersangkutan.
c. Untuk dikeluarkan kembali dari Wilayah Pabean Indonesia.
d. Digunakan untuk pameran, penelitian, contoh dan kegiatan olahraga bertaraf
Internasional. Kecuali apabila selama 3 (tiga) tahun berturut-turut tidak
dikeluarkan kembali dari wilayah Indonesia.
Yang dikecualikan dari pengertian Kendaraan Bermotor :
a. Kereta Api
b. Semata-mata digunakan untuk keperluan HANKAM
c. Dimiliki/dikuasai Kedutaan, Konsultan PNA (atas Resiprositas), dan Lembaga
Internasional (dibebaskan pajak dari pemerintah)
d. Lainnya yang diatur PERDA (Peraturan Daerah)
4.2 Subjek Pajak
Secara umum yang disebut sebagai Objek Pajak bagi Pajak Daerah adalah
Orang Pribadi atau Badan yang dapat dikenakan Pajak. Pada Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, yang menjadi Subjek Pajaknya adalah Orang Pribadi atau
Badan yang menerima penyerahan kendaraan bermotor, Jika wajib pajak berupa
Badan, kewajiban perpajakannya diwakili oleh Pengurus atau Kuasa Badan tersebut
(Marihot,2005:173).
Formula perhitungan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (Marihot, 2005:173)
5. Dasar Pengenaan Pajak Kendaran Bermotor
5.1 Dasar Pengenaan Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah Nilai
Jual Kendaraan Bermotor.
5.2 Nilai Jual Kendaraan Bermotor adalah harga Pasaran umum suatu Kendaraan
Bermotor.
5.3 Harga Pasaran Umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai
sumber data yang akurat dan benar.
5.4 Nilai Jual Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan harga Pasaran umum
minggu pertama Desember pada Tahun sebelumnya.
6. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Tabel 1.1 Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
Kendaraan
E. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Prosedur pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)
Orang Pribadi.
2. Subjek dan objek serta tarif yang dikenakan terhadap Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBN-KB) Orang Pribadi.
3. Tingkat kesadaran masyarakat dalam melakukan pembayaran Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Orang Pribadi.
4. Masalah yang terjadi dan bagaimana penanganan masalah yang dalam prosedur
pelaksanaan pemungutan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) Orang
Pribadi.
F. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri ini, penulis akan melakukan metode-metode terapan yang telah dibuat sesuai
dengan ketentuan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan beberapa persiapan, mulai dari penentuan topik
yang akan diangkat, pengajuan judul, penentuan judul proposal, penentuan tempat
pelaksanaan praktik, pengurusan administrasi dan izin serta konsultasi pihak
Dosen.
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber bacaan
yang berhubungan dengan objek pembahasan untuk mendukung penulisan
Laporan Tugas Akhir.
2. Observasi Lapangan
Pada tahap ini penulis melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan
secara sistematis terhadap data yang ada pada Kantor Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara. Serta mempelajari data-data yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas yang nantinya akan
dijadikan bukti dalam daftar dokumen penulis.
3. Pegumpulan Data
Dalam hal ini menjadikan laporan penulisan data yang diperoleh, darimana dan
bagaimana data tersebut diperoleh. Dengan memperlihatkan lokasi, penulis
mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan sumber-sumber yang digunakan
penulis untuk penambahan data, misalnya buku-buku mengenai materi yang akan
dibahas, wawancara yang akan dilakukan penulis dan lainnya.
4. Penulis Melakukan Pengumpulan Data melalui: 4.1 Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap
mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis dilapangan
4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber Pustaka,
Undang-Undang, Dokumentasi maupun Literatur lain yang berhubungan dengan
objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh datan yang dibutuhkan, penulis akan melakukan
analisis dan evaluasi sehingga diperoleh data yang saling mendukung dan akurat
dalam bentuk tulisan yang bersifat deskriptif dan informatif.
G. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data diatas adalah sebagai berikut :
1. Wawancara (Interview)
Dengan mengadakan pembicaran langsung terhadap pegawai dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak Kantor Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.
2. Pengamatan (Observasi)
Dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan di Kantor
Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.
Dengan mengumpulkan catatan-catatan, data-data mengenai pemeriksaan pajak
Kendaraan Bermotor pada Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap
(SAMSAT) Medan Utara.
H. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar Belakang yang menjadi
pemikiran dalam penyusunan laporan, Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode
Pengumpulan data, dan Sistematika penulisan Laporan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK/LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Bab ini memberikan gambaran umum mengenai lokasi penulis melakukan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam bab ini juga akan diuraikan
mengenai struktur organisasi, tugas dan fungsi dari Kantor Sistem
Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT) Medan Utara.
Dalam bab ini penulis menguraikan pengertian secara teoritis dan
teori-teori yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan membayar Pajak
Kendaraan Bermotor.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang
dihadapi mengenai masalah yang timbul dan alternatif pemecahan
masalah tersebut.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dari uraian sebelumnya, disamping itu juga
untuk mengemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan untuk