• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGACARA CYBER : PROFESI HUKUM KAUM MILENIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGACARA CYBER : PROFESI HUKUM KAUM MILENIAL"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PENGACARA CYBER :

PROFESI HUKUM KAUM MILENIAL

Dr. St. Laksanto Utomo, SH, MHum

Editor : Rosa Widyawan

(3)

ii

PENGACARA CYBER :

PROFESI HUKUM KAUM MILENIAL

Penulis : Dr. St. Laksanto Utomo, SH, MHum

Editor : Irwan Kusmadi dan Rosa Widyawan

xvi + 186 hal; 21 cm

ISBN 978-602-53077-9-9

Cetak Pertama : Mei 2020

Penerbit: Lembaga Studi Hukum Indonesia

Jl. Haji Nawi Raya 10 B Jakarta Selatan

Telpon: 021 7201478

(4)

iii

KATA SAMBUTAN

SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK

INDONESIA

Dunia kepengacaraan atau dunia Advocat berfungsi sebagai garda depan pengawasan dan kontrol jalannya hukum di Indonesia. Maka dituntut adanya kemampuan dalam banyak hal di bidang hukum digital atau hukum elektronik yang wajib dikuasai oleh para advocat kalau mereka tidak mau ditinggalkan oleh kliennya. Dengan menguasai teknologi dan pengetahuan maka advokat dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat, mitra, dan klien. Sebagai pengacara, cerdas dan tangkas dalam memberikan advokasi hukum dan proses litigasi seperti pembuatan replik dan duplik di pengadilan yang saat ini sudah berbasis E-Court.

Buku ini mengingatkan saya akan cerita dari prof Rhenald Khasali yang bercerita tentang prediksi dari Jack Ma bahwa tahun 2030, 85% perdagangan dunia akan dilakukan melalui e-commerce. Tetapi justru dengan adanya pandemi Covid-19, kita pun sudah semakin percaya bahwa teknologi informasi semakin menampakkan keperkasaannya dalam berkehidupan sebagai bentuk

(5)

iv

kenormalan hidup baru hampir diberbagai bidang termasuk di bidang hukum. Kondisi ini justru harus ditangkap sebagai peluang yang menarik bagi dunia Kepengacaraan kalau ia tidak mau ditinggalkan kliennya. Terlebih lagi di era Post Covid-19, predilsi yang akan terjadi di tahun 2030 akan lebih cepat terjadi.

Mahkamah Agung dalam meng implementasi Cetak Biru/Blue Print 2010 – 2035 jauh sebelum munculnya wabah Covid-19, melalui Perma 3 tahun 2018 dan disusul dengan lahirnya Perma 1 tahun 2019 telah me-redesign tatanan dunia peradilan sebagai Peradilan Modern dengan memanfaatkan Teknologi Informasi.

Lalu apa yang perlu dilakukan oleh dunia mepengacaraan / Advocat ?

Maka mereka harus menguasai kecerdasan-kecerdasan baru. Future intelligences, Kecerdasan yang relevan untuk mengarungi tahun 2030 yg kemudian dipercepat adanya situasi wabah Covid-19.

Bagaimana selanjutnya dunia Pengacara menghadapi era Post Covid-19 tersebut.

Buku ini sangat tepat lahir di era menjelang post covid-19 yang akan menyadarkan kepada para advocat tentang kehidupan normal baru New Normal. Kecerdasan

(6)

v

baru di dunia baru New Normal atau disebut juga Future

intelligence yaitu :

1.

Technological intelligence

Bagaimana seorang pengacara / advovat mengikuti dan memanfaatkan teknologi, oleh karena itu pengacara harus dilatih utk terbiasa menggunakan teknologi.

2.

Contextual intelligence

Pengacara harus siap dilatih menggunakan teknologi dlm dunia hukum.

3.

Social & emotional

Pengacara harus dilatih dan siap Utk menghadapi orang2 berbagai ragam perilaku kehidupan.

4.

Generative intelligence

Pengacara harus memiliki Kecerdasan untuk menangkap kesempatan /peluang.

5.

Explorative transformational intelligence

Seorang pengacara harus juga memiliki kecerdasan utk mengeksplor kesempatan dan melakukan transformasi dari dunia lama ke dunia baru

6.

Moral intelligance

Nah yang terakhir bila ia tidak ingin ditinggal oleh kliennya ia harus memiliki kecerdasan yang ke enam ini..

(7)

vi

Seorang Pengacara harus Bekerja dengan menggunakan nila-nilai yang berlaku secara universal.

Bagi seorang pengacara tidak hanya cerdas dan pandai tetapi kuncinya apakah seorang pengacara dapat dipercaya. Integritas yang merupakan basis, apakah advocat dapat dipercaya atau tidak hanya mereka yang siap dan mampu menghadapi situasi dan kondisi Puncak yang tertinggi yang diperlukan seorang pengacara bukan hanya pengetahuan saja. Pengacara boleh sangat cerdas.

#Kuncinya Apakah dapat dipercaya atau tidak. #Kuncinya adalah integritas.

Integritas adalah basis karakter apakah Seorng pengacara untuk dapat dipercaya atau tidak. Siapa yang beruntung adalah mereka yg mempersiapkan diiri jauh jauh hari.

Kehadiran buku ini akan memberikan dorongan yang masif bahwa advocat harus paham dan menguasai Teknologi Informasi (TI) terlebih lagi dalam era wabah corona telah membuka cara pandang dan cara fikir dalam segela kehidupan bahwa solusi TI menjadi satu satunya jawaban.

Tidak hanya itu saja tetapi yang lebih penting soal transparansi pelayanan publik dan sekaligus

(8)

vii

menyelesaiakan persoalan maraknya korupsi termasuk korupsi di dunia hukum dan peradilan, maka jawabannya hanya satu melakukan perubahan sistem dari manual ke digital. Contoh konkrit adalah perubahan di PT Kereta Api Indonesia. Dalam upaya memberantas calo tidak cukup mengawasi dengan menghadirkan petugas petugas baik di dalam Gerbong KA maupun di depan loket-loket station KA tetapi yang lebih penting adalah mengubah dengan sistem yang semula manual menjadi elektronik.

Buku ini muncul di saat Mahkamah Agung memperkenalkan court. Dengan sistem yang ada dalam e-court saat ini siapa saja yg akan menggunakan persidangan elektronik harus dan wajib memeliki akun sebagai "Pengguna Terdaftar" dan bahkan dalam perma 1 tahun 2019 dibuka peluang "Pengguna lainnya" sebagai salah satu syarat untuk dapat mendaftarkan perkara secara elektronik tentu akan mendorong para Advokat tidak ada pilihan lain harus memiliki kemampuan dan pengetahuan IT apabila ia ingin tetap eksis di era 4.0. Maka kehadiran buku ini akan memberikan dorongan yg masif bahwa advocat harus paham dan menguasai TI.

Penerapan teknologi informasi adalah upaya untuk mewujudkan asas peradilan sederhana, cepat, berbiaya

(9)

viii

ringan sekaligus mendorong perkembangan perbaikan manajemen dan administrasi menuju peradilan yang modern. Saya sangat menyambut baik kehadiran buku ini yang akan semakin menambah kekuatan profesionalisme advocat dalam menjalankan profesinya.

Achmad Setyo Pudjoharsoyo, S.H., M.H. Sekretaris Mahkamah Agung republik Indonesia

(10)

ix

KATA SAMBUTAN

ADV. H. TJOETJOE SANDJAJA HERNANTO,

SH., MH., CLA., CIL., CLI., CRA.

[PRESIDEN KONGRES ADVOKAT INDONESIA]

Dunia saat ini memasuki era digital memaksa kita memahami dunia baru yaitu dunia maya. Dunia Pendidikan, dunia bisnis, dunia birokrasi serta dunia penyebaran informasi telah memasuki era baru, yaitu era digital sehingga perubahan kehidupan dari dunia konvensional telah membawa dampak yg sangat besar dalam tatanan kehidupan masyarakat. Akibatnya kita menemukan kebiasaan-kebiasaan baru dalam kehidupan masyarakat kita.

Transaksi perbankan tidak lagi harus datang ke bank, belanja tidak harus lagi ke pasar atau ke supermarket, ujian tidak lagi menggunakan kertas, proses belajar mengajar menggunakan zoom dan lain sebagainya. Sehingga saat ini pula bentuk kejahatan sudah beralih dari kejahatan yang dilakukan secara konvensional menjadi kejahatan digital yang wilayah kejahatannya telah menembus batas dunia nyata ke arah dunia maya.

(11)

x

Dititik inilah polisi cyber mengambil peran penting untuk menjaga dan menertibkan dunia maya dari para pelaku kejahatan cyber.

Disisi yg lain penegakan hukum cyber memerlukan kehadiran para Advokat Cyber yang memiliki kemampuan dan keahlian dibidang penanganan perkara cyber guna membantu menangani perkara dari para kliennya.

Peluncuran buku berjudul “Pengacara Cyber : Profesi Hukum Millenial” yang ditulis oleh Rekan Sejawat Dr. St. Laksanto Utomo, SH, MHum., mencoba menjawab tantangan ini sehingga para pengacara cyber dapat memahami secara utuh dan menyeluruh tentang wilayah penanganan kasus-kasus cyber yang saat ini sangat marak di Indonesia.

Kongres Advokat Indonesia (KAI) sebagai Organisasi Advokat berbasis IT yang menjadi pelopor penggunaan eLawyer dalam mengelola database anggotanya, menyambut baik hadirnya buku digital ini yang ditulis dengan apik dan detail oleh Sdr. Dr. St. Laksanto Utomo (beliau adalah anggota Kongres Advokat Indonesia).

Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi utama bagi para Advokat, dosen, penegak hukum, maupun para

(12)

xi

mahasiswa yang ingin bergelut dan mendalami dunia pengacara dengan spesialisasi Cyber Litigation.

Selaku Ketua Tim Revisi UU Advokat yang saat itu ditunjuk oleh senior Prof. Dr. Iur. Adnan Buyung Nasution, saya ingin melengkapi informasi BAB 9 buku ini, bahwa secara sosiologis para advokat membutuhkan sistem multibar sebagaimana yang secara de facto terjadi pada saat ini, sehingga organisasi advokat sudah saatnya berkompetisi, meningkatkan kapasitas, kualitas serta kompetensi anggotanya guna menghadapi era millenial.

Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Sdr. Dr. St. Laksanto Utomo, SH, MHum atas launching bukunya pada hari ini yang bertepatan dengan Hari Jadi Kongres Advokat Indonesia yang ke-12.

Terima Kasih Salam sehat selalu.

(13)

xii

KATA PENGANTAR

Aplikasi teknologi informasi membuat segala sesuatu dalam kehidupan semakin mudah, murah, dan efektif. Komunikasi digital, e-bisnis, dan bukti digital pun semakin melimpah. Buku ini hadir ketika muncul kesadaran masyarakat akan kemajuan teknologi informasi sehingga mengubah berbagai bidang dalam kehidupan termasuk bidang hukum. Hampir semua lembaga hukum menggalang dan memanfaatkan pangkalan data bidang hukum. Di lain pihak terjadi lonjakan masalah hukum misalnya kejahatan kekayaan intelektual, khususnya pembajakan perangkat keras, perangkat lunak, dan cybersquatting atau penyerobotan nama domain. Perlindungan konten dan hak elektronik di era digital adalah perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Cyber lawyering merupakan peluang bisnis legal baru.

Dari sisi praktisi hukum, saat ini sudah banyak bermunculan digital lawyer. Ini adalah sistem Kecerdasan Buatan (artificial intelligence) yang digunakan untuk menganalisis pangkalan data dokumen-dokumen hukum. Sistem Kecerdasan Buatan ini dapat menyortir jutaan

(14)

xiii

dokumen dalam waktu singkat untuk memberikan referensi akurat bagi advokat yang menggunakannya. Bahkan, beberapa sistem tersebut dirancang dapat terus beradaptasi untuk meningkatkan kualitas rekomendasinya. Para pengacara harus sadar bahwa digital lawyering merupakan satu dari begitu banyak contoh penggunaan AI di profesi hukum.

Saat ini Mahkamah Agung menyediakan pelayanan

E-court (https://ecourt.mahkamahagung.go.id/) bagi para

Pengguna Terdaftar untuk Pendaftaran Perkara Secara Online, Mendapatkan Taksiran Panjar Biaya Perkara secara online, Pembayaran secara online, Pemanggilan yang dilakukan dengan saluran elektronik, dan pada gilirannya nanti sampai Persidangan yang dilakukan secara Elektronik. E-justice (bagian dari e-government) adalah peradilan yang diproses secara elektronik. Ini juga termasuk transaksi hukum elektronik antara pengadilan dan otoritas administratif di satu sisi dan pengacara, notaris dll; Warga negara dan perusahaan. Pengenalan E-justice merupakan tugas bersama legislatif, kehakiman dan profesi hukum. Selain komunikasi, register elektronik dan informasi file serta manajemen file elektronik. Transformasi digital tidak

(15)

xiv

cukup mendigitalkan proses kegiatan, tetapi harus melibatkan inovasi yang memunculkan model bisnis baru.

Dalam bidang hukum, dapat kita katakan bahwa

e-Court dan digital lawyer memang merupakan bagian penting

dari e-Justice. Akan tetapi, e-Justice bukanlah sebatas e-Court dan digital lawyer. Hukum berbeda dengan bisnis. Jika inovasi digital dalam bisnis adalah untuk memunculkan model bisnis baru, inovasi di bidang hukum harus memunculkan budaya hukum e-Justice yang baru. Tepatnya, budaya masyarakat yang tidak hanya sadar hukum dan patuh hukum tetapi juga mampu menjadi praktisi hukum secara umum.

Buku ini terbit pada saat terjadi transformasi ke arah

e-justice, sehingga khusus untuk menyediakan pemahaman

beberapa perubahan kompleks dan mengganggu yang disebabkan oleh praktik yang dimediasi secara teknologi dan untuk mendiskusikan pengetahuan, keterampilan, dan atribut yang diperlukan untuk praktik hukum di era baru. Dalam kondisi seperti ini praktisi mulai mencoba secara otomasi dan pengambilan keputusan algoritmik dalam penegakan hukum, pelayanan hukum dan administrasi peradilan.

(16)

xv

Cara-cara kerja baru menawarkan kita kesempatan untuk merenungkan apa yang dibutuhkan dari sekolah hukum modern yang menghadapi masa depan. Semoga buku ini dapat mengilhami para para akademisi hukum untuk penalaran, penelitian dan komunikasi dalam merefleksikan secara kritis perubahan sifat industri jasa hukum meneliti, menganalisis dan mengevaluasi pengembangan teknologi dan aplikasi potensial mereka untuk memberikan layanan hukum; dan membuat prototipe produk berbasis teknologi untuk meningkatkan layanan hukum,

Rosa Widyawan

(17)

xvi

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN SEKRETARIS MAHKAMAH

AGUNG REPUBLIK INDONESIA ... iii

KATA SAMBUTAN PRESIDEN KONGRES ADVOKAT INDONESIA ... ix

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI ... xvi

PENDAHULUAN ... 1

BAB 1 Menjadi Seorang Pengacara ... 7

BAB 2 Kompetensi Pengacara Abad Ke-21 ... 33

BAB 3 Pengacara Di Era Pancaroba ... 49

BAB 4 Teknologi: Kawan Atau Lawan? ... 69

BAB 5 Pengacara Cyber: Profesi Hukum Kaum Milenial ... 95

BAB 6 Mempersiapkan Pengacara Abad Ini ... 111

BAB 7 Sukses Meniti Karier Sebagai Advokat .. 127

BAB 8 Etika Profesi Pengacara ... 139

(18)

Pendahuluan

Buku ini diawali dengan Bab 1 yang memperkenalkan profesi pengacara atau advokat. Kebanyakan orang menganggap profesi ini sebagai panggilan hati sehingga memerlukan komitmen tinggi dan investasi keuangan yang tidak sedikit. Wilayah kerja pengacara meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia (Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat). Mayoritas mereka bekerja purnawaktu, dan banyak di antaranya bekerja lebih dari 40 jam per minggu. Pengacara yang berpraktik secara pribadi maupun yang bekerja di perusahaan besar selain bekerja dengan jam ekstra juga melakukan penelitian dan menyiapkan serta mengkaji dokumen. Memang sebagian besar pengacara bekerja di kantor. Namun, mereka juga harus melakukan kunjungan ke berbagai tempat untuk menghadiri pertemuan dengan klien, misalnya ke rumah klien, rumah sakit, dan bahkan penjara. Mereka juga harus tampil di hadapan pengadilan. Pekerjaan ini penuh tekanan, yang di antaranya bisa dirasakan ketika berada di pengadilan atau ketika berusaha memenuhi tenggat waktu.

(19)

Pengacara di abad ke-21 harus mampu menunjukkan komitmen untuk mengembangkan diri, mendukung dan mendorong orang lain untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mencapai potensi mereka demi kepentingan yang lebih luas. Gagasan ini dikemukakan dalam Bab 2. Bab ini juga membicarakan perlunya seorang advokat menjadi pebisnis yang efektif serta mampu berinteraksi dengan klien dan kolega dengan baik. Dia harus mampu memimpin tim dalam menyelesaikan kasus atau membuat kesepakatan, dan mengembangkan dan mengelola hubungan dengan klien. Sudah barang tentu seorang pengacara juga perlu mempunyai kemampuan berkomunikasi secara tepat waktu dan tempat.

Bab 3 membahas advokat Indonesia dalam masa pancaroba yang ditandai dengan adanya perubahan yang dipicu oleh tiga hal: pertama, reformasi hukum yang penting guna pembentukan negara hukum. Kedua, liberalisasi pelayanan hukum. Bisa jadi di negara yang mengalami liberalisasi hal ini tidak dipedulikan oleh pengacara, karena menganggap ini sekadar permainan kata-kata untuk memperluas daerah hukum belaka. Ketiga, teknologi informasi (TI) dengan munculnya penggabungan antara teknologi komputer dan komunikasi, yang menggulingkan tirani jarak dan waktu.

Selanjutnya, Bab 4 membahas perubahan yang disebabkan oleh munculnya teknologi informasi. Suka atau

(20)

tidak, dinamika hukum dan teknologi sedang terjadi dan tidak terelakkan. Namun, dampaknya tidak merata dalam industri hukum sehingga membuka peluang baru sementara mematikan peluang yang lain.

Saat ini pengacara muda menjadi bagian dari periode inovasi teknologi, dan hal ini akan mengubah praktik mereka. Salah satu strategi menghadapi periode ini adalah mempelajari hal-hal baru dan memanfaatkan peluang yang ada. Seorang advokat perlu memahami teknologi serta terampil menggunakan perangkat keras dan lunak mutakhir. Dalam bab ini dibahas juga perubahan otoritas dan penggunaan hukum karena akses ke bidang hukum berbeda dari masa-masa sebelumnya; kini setiap orang perlu bersekutu dengan teknologi informasi.

Bab 5 mengungkap aplikasi teknologi informasi dan menggambarkan dampak kemajuan teknologi, yaitu segala sesuatu dalam kehidupan kita terasa semakin mudah, murah, dan efektif. Komunikasi digital, e-bisnis, dan bukti digital pun semakin melimpah. Di lain pihak terjadi lonjakan kejahatan kekayaan intelektual, khususnya pembajakan perangkat keras, perangkat lunak, dan

cybersquatting atau penyerobotan nama domain. Perlindungan konten dan hak elektronik di era digital adalah perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Cyber lawyering merupakan peluang bisnis legal baru. Bab 6 mengemukakan kemenangan judicial review yang diajukan oleh Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi

(21)

Hukum Indonesia (APPTHI) lewat keputusan Mahkamah Konstitusi dalam perkara 95/PUU-XIV/2016 yang diucapkan pada 23 Mei 2017. Bab ini mengulas pendidikan advokat dan lima kompetensi inti yang perlu dimiliki oleh advokat, yaitu kemampuan berkolaborasi, kecerdasan emosional, kemampuan manajemen proyek, kemampuan manajemen waktu, dan penguasaan teknologi informasi. Dengan kelima kompetensi ini advokat akan dapat bertahan dan sukses di abad ke-21. Sekolah hukum harus mendidik mereka; lembaga pemerintah perlu menguji mereka; firma hukum perlu membuat mereka ahli dalam bidang mereka. Dalam hal ini, pendidikan advokat menjadi penting dan untuk itu diperlukan kurikulum atau sistem dan pengaturan materi pembelajaran sebagai panduan dalam kegiatan belajar mengajar calon advokat. Untuk mempersiapkan advokat abad ke-21, perguruan tinggi perlu bekerja sama dengan organisasi profesi.

Bab 7 memberikan dorongan bagi mereka yang berhasrat meniti karier sebagai advokat untuk sukses dalam profesi ini. Bab ini menginformasikan kembali bahwa seorang advokat memberikan konsultasi hukum dan bantuan hukum, menjalankan kuasa, mewakili, membela, serta melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan klien berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam mewakili dan mendampingi klien, seorang advokat harus memegang surat kuasa khusus yang memerinci tindakan-tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh seorang

(22)

advokat sebagai penerima kuasa. Pengacara bertanggung jawab memandu klien mereka melalui sistem hukum dengan terampil dan bijaksana. Untuk menjadi seorang pengacara yang sukses, ada lima keterampilan yang perlu dikuasai, yakni berkomunikasi, mendengarkan, menulis, bernegosiasi, dan mengelola waktu.

Etika Profesi Pengacara dalam Bab 8 mengungkapkan bahwa etika profesi merupakan tugas yang harus diikuti oleh seorang advokat selama menjalankan profesinya. Tujuan mendasar dari etika profesi adalah untuk menjaga kehormatan dan martabat profesi advokat, untuk memastikan semangat kerja sama yang ramah, terhormat, serta adil dengan klien, dan untuk mengamankan tanggung jawab pengacara terhadap masyarakat.

Bab 9, yang merupakan bab terakhir, memaparkan organisasi profesi advokat di Indonesia. Organisasi advokat adalah wadah profesi yang bebas dan mandiri untuk meningkatkan kualitas profesi advokat. Dasar pendirian organisasi advokat adalah Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat (UU Advokat). Bab ini menggambarkan perkembangan organisasi advokat dari masa ke masa. Menyimak perkembangannya, kita sulit mempunyai satu wadah organisasi advokat. Namun keberagaman organisasi akan memicu persaingan sehat yang dapat menempa para anggotanya agar menjadi

(23)

advokat yang tangguh, profesional, bersih, jujur, dan mengutamakan pelayanan publik.

(24)

Bab 1

Menjadi Seorang Pengacara

Sejak dahulu pengacara atau advokat dipandang sebagai profesi bergengsi, berderajat tinggi, dan berlimpah penghasilan. Di Indonesia, profesi pengacara terkesan flamboyan dengan kehidupan mewah. Sampai saat ini, masyarakat menempatkan pengacara dalam lingkaran elite profesional terhormat dan sebagai perwujudan definisi sukses. Mereka menyandang status profesional yang unik dan citra glamor yang didengungkan informasi oleh media. Penampilan mereka sering kali necis, dengan mengenakan setelan jas atau batik tulis, mengendarai mobil mewah, dan menikmati pergaulan masyarakat kelas atas. Bisa dikatakan bahwa medialah yang berperan besar dalam membangun citra ini. Karena itu, wajar jika profesi ini kemudian menjadi idaman remaja yang masih bersekolah dan mahasiswa fakultas hukum.

Pengacara memiliki satu atau lebih spesialisasi di bidang hukum dan mereka pada umumnya bekerja di firma hukum, pemerintah, dan perusahaan. Mereka yang bekerja di perusahaan besar menikmati kantor mewah, dukungan staf, dan berbagai tunjangan mulai dari keanggotaan gym sampai hak istimewa untuk duduk di dereten VIP di gedung kesenian bergengsi.

(25)

Walaupun profesi ini bergengsi dan banyak diminati, tak sedikit orang yang berprasangka karena pengacara juga membela pemerkosa, koruptor, atau pelaku kejahatan lainnya di pengadilan. Prasangka ini wajar, karena bisa jadi muncul dari ketidaktahuan.

Dalam hukum pidana terdapat asas praduga tak bersalah atau presumption of innocence, yang artinya seseorang tidak dianggap bersalah sebelum hakim memvonis terdakwa dan putusan tersebut berkekuatan hukum tetap. Seseorang yang menyandang status tersangka atau terdakwa belum tentu dipidana, karena dalam pidana dikenal juga alasan pemaaf dan pembenar, misalnya alasan membela diri atau membela kehormatan. Dalam kasus perdata pun pengacara berperan sebagai penerima kuasa pihak yang sedang berperkara di pengadilan. Ia bertugas memberikan opini maupun fakta di muka pengadilan demi kepentingan kliennya dalam memperjuangkan hak dan kewajiban kliennya.

Pengacara memberikan nasihat hukum dan mewakili individu, perusahaan, dan kantor pemerintah dalam masalah hukum dan sengketa. Secara khusus pengacara melakukan kegiatan sebagai berikut.

 Memberikan nasihat dan mewakili klien di pengadilan untuk masalah pidana maupun perdata.

 Berkomunikasi dengan klien, kolega hakim, dan mereka yang terlibat dalam kasus yang ditangani.

(26)

 Mempersiapkan dan mengajukan dokumen hukum, seperti tuntutan hukum, banding, surat wasiat, kontrak, dan perbuatan hukum.

Pengacara bertanggung jawab menangani transaksi hukum yang rumit, membela orang yang dituduh melakukan kejahatan, dan membantu korban kejahatan mendapatkan keadilan. Beratnya tanggung jawab ini membuat praktik hukum sangat menegangkan bagi beberapa pengacara.

Penghasilan

Gaji pengacara berpengalaman bervariasi, sesuai dengan jenis, skala, dan lokasi klien. Penggajian dilakukan berdasarkan jenjang karier. Di Indonesia, gaji pengacara di firma hukum papan atas dinilai dengan dolar Amerika Serikat---bahkan untuk seorang sarjana yang baru lulus. Selepas masa latihan atau training, calon pengacara harus menjalani on the job training selama sembilan bulan. Mereka yang lulus tahap ini akan diangkat menjadi junior associate dengan gaji bulanan sekitar US$800. Dua sampai tiga tahun kemudian statusnya naik menjadi associate dengan gaji US$1.500–US$1.800 per bulan. Sementara gaji tahunan seorang pengacara di Amerika Serikat adalah US$110.590, dan pengacara top dunia menarik bayaran hingga jutaan dolar. Namun, tidak semua pengacara mendapatkan gaji tinggi, karena hal itu tergantung pada ukuran klien, tingkat pengalaman, dan wilayah geografis. Sekadar contoh,

(27)

pengacara yang memiliki spesialisasi dan bekerja pada firma hukum besar di wilayah metropolitan umumnya memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang bekerja pada firma hukum di Kota kecil.

Pengacara ibarat penyambung lidah klien untuk memberikan argumentasi dan mencari celah hukum agar klien mendapatkan keadilan yang sesungguhnya. Perkara yang dapat ditangani oleh pengacara tidak dibatasi oleh besar kecilnya biaya. Biaya atau honorarium untuk pengacara biasanya dibagi menjadi tiga.

1. Lawyer fee, yang umumnya dibayar di muka sebagai

biaya profesional seorang advokat.

2. Operational fee, yang dikeluarkan oleh klien selama

penanganan perkara oleh advokat.

3. Success fee, persentasenya ditentukan berdasarkan

perjanjian antara advokat dan klien.

Advokat mendapatkan success fee dari klien apabila perkaranya menang di pengadilan. Jika kalah, ia tidak mendapatkan success fee. Biaya jasa advokat yang dihitung dalam persentase merupakan komponen success fee. Besaran

success fee ditentukan berdasarkan kesepakatan antara

advokat dan klien. Misalnya, jika klien berkeberatan dengan

success fee sebesar 40 persen, dia dapat menegosiasikannya

dengan advokat. Jadwal Kerja

Dengan menekuni profesi sebagai pengacara, seseorang memang akan mendapatkan banyak keuntungan, tetapi ada

(28)

juga beberapa kelemahan yang harus dihadapi. Penghasilan yang tinggi itu menuntut jam kerja yang panjang. Mereka sering bekerja sampai larut malam, bahkan, kalau perlu, bekerja di akhir pekanBagi sebagian orang, meniti karier sebagai pengacara adalah panggilan hati sehingga memerlukan komitmen tinggi dan investasi yang tidak sedikit. Mayoritas pengacara bekerja purna waktu, bahkan banyak di antaranya bekerja lebih dari 40 jam per minggu. Pengacara yang berpraktik secara pribadi maupun yang bergabung di perusahaan-perusahaan besar sering bekerja dengan jam ekstra, melakukan penelitian, dan menyiapkan serta mengkaji dokumen.

Memang sebagian besar pengacara bekerja di kantor. Namun, mereka juga harus melakukan kunjungan ke berbagai tempat untuk menemui klien, misalnya ke rumah klien, rumah sakit, dan bahkan lembaga pemasyarakatan. Mereka juga harus tampil di pengadilan. Wilayah kerja pengacara meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia (Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat).

Pengacara juga dapat menghadapi tekanan berat selama bekerja, antara lain ketika berada di pengadilan atau ketika berusaha memenuhi tenggat waktu.

Pengacara yang otonom memiliki kemampuan untuk mengatur jam kerja, menetapkan biaya, dan memilih klien serta daerah praktik mereka sendiri. Dalam hal ini ia memiliki fleksibilitas jam kerja yang memungkinkannya mengurus hal-hal pribadi atau menghabiskan waktu di luar Kantor jika diperlukan.

(29)

Tunjangan

Bekerja sebagai pengacara juga berarti menerima sejumlah fasilitas lainnya. Sebagai contoh, beberapa pengacara melakukan perjalanan dinas baik di dalam maupun luar negeri untuk mengikuti deposisi, arbitrase, maupun penawaran bisnis. Pengacara lainnya bersantap atau sekadar minum kopi dengan para pemimpin bisnis, politisi, tokoh olah raga, bahkan selebriti.

Membantu Sesama

Hal yang menarik dari profesi ini adalah bahwa pengacara berada pada posisi unik untuk membantu individu, kelompok, dan organisasi yang menghadapi masalah hukum. Orang-orang akan meminta bantuan pengacara di saat mereka membutuhkan. Seseorang yang terlibat kejahatan atau mungkin membutuhkan saran untuk menangani masalah hukum pribadi atau bisnis mengandalkan pengacara untuk membantu menyelesaikan kasus atau masalahnya. Adalah sebuah pengalaman emosional yang membahagiakan jika seorang pengacara dapat membantu orang lain yang sedang mengalami masalah serius. Apalagi saat ia menangani kasus hukum secara probono, yang berarti ia memberikan pelayanan hukum secara sukarela tanpa memungut biaya. Pro bono

publico atau pekerjaan yang bermanfaat bagi orang banyak

secara cuma-cuma adalah bagian dari kerja sosial pengacara.

(30)

Dalam menjalankan kewajibannya, ada pengacara yang mengabdikan diri sepenuhnya untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin melalui organisasi bantuan hukum. Mereka membantu pencari keadilan yang kurang beruntung secara finansial, yang tidak mampu membayar pengacara.

Biasanya pengacara seperti ini bekerja secara sukarela dan berada dalam satu tim dengan paralegal, mahasiswa fakultas hukum, dan pekerja sosial lain untuk menangani diskriminasi dalam penggusuran, masalah kesejahteraan anak, korban rentenir, surat wasiat orang jompo, korban kekerasan dalam rumah tangga, dan kasus hukum lain yang menimpa kaum duafa.

Pengalaman berharga dan kepuasan pribadi seorang pengacara yang memberikan bantuan hukum secara sukarela untuk masyarakat duafa sulit diukur dengan uang. Tidak sedikit orang yang menganggap bahwa pengalaman berharga dan kepuasan pribadi seperti itu akan menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan. Seorang pengacara yang ingin membantu masyarakat tidak hanya bekerja di lembaga bantuan hukum nirlaba, melainkan bisa juga di firma hukum yang mengadakan program pro bono.

Tantangan Intelektual

Tidak dimungkiri bahwa advokat merupakan salah satu pekerjaan yang membutuhkan intelektualitas tinggi.

(31)

Pengacara adalah pemecah masalah, penganalisis, dan pemikir inovatif yang sangat penting perannya dalam persaingan bisnis saat ini.

Pekerjaan ini menantang secara intelektual, terutama ketika advokat harus membantu mematenkan rahasia dagang dan merancang strategi persidangan untuk mendatangkan miliaran rupiah bagi seorang inovator. Dalam persaingan bisnis saat ini, rahasia dagang—misalnya formulasi produk, daftar pelanggan, dan proses manufaktur—rawan pencurian baik oleh karyawan, mitra bisnis, maupun pesaing.

Selama rahasia dagang memberi perusahaan keunggulan kompetitif di pasar, perusahaan harus mampu mendapatkan laba dengan melindungi rahasia dagang mereka. Pengacara di bidang hukum perdagangan memainkan peran penting dalam membantu klien melindungi informasi rahasia dan eksklusif serta menegakkan hukum-hukum perdagangan.

Sementara itu, perkembangan baru dalam sains dan teknologi meningkatkan kebutuhan terhadap pengacara di bidang kekayaan intelektual untuk membantu melindungi kekayaan intelektual para pebisnis, penulis, penemu, musisi, dan pemilik karya kreatif lain.

Bisa jadi praktik hukum lainnya terpengaruh oleh resesi, tetapi hukum kekayaan intelektual kemungkinan besar terus berkembang. Macdonald & Lefang (2008) mengungkapkan keterlibatan pengacara dalam sebuah

(32)

inovasi. Inovasi dalam bidang biosains, misalnya, sering terjadi, dan hal ini memunculkan pekerjaan yang dinamis dan tak terduga. Sementara pengacara paten banyak berurusan dengan penemuan-penemuan baru sebelum penemuan-penemuan itu tersedia untuk umum, dan hal ini secara sekilas menunjukkan langkah pengacara di masa depan (Simmons, 2011).

Jenis dan Praktik Pengacara

Secara umum pengacara terbagi dalam dua jenis, yakni pengacara litigasi dan pengacara nonlitigasi. Pengacara litigasi adalah pengacara yang berjuang di pengadilan, baik dalam kasus pidana maupun perdata. Pengacara inilah yang sering kita saksikan di televisi ketika sedang bersidang, memberikan pernyataan pers, maupun dalam acara talk

show. Pengacara litigasi membantu klien dalam

menyelesaikan sengketa apa pun, mulai dari tagihan yang belum dibayar, syarat kontrak antara pemilik tanah dan penyewa, pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual, klaim terkait konstruksi, kewajiban asuransi, kasus pengiriman, produk cacat, perselisihan dalam industri hiburan, dan lain-lain—daftar ini tak ada habisnya. Itu baru di bidang komersial.

Sementara pengacara nonlitigasi adalah pengacara yang bergerak di luar pengadilan dan jarang tampil di depan publik, seperti corporate lawyer (pengacara perusahaan), pengacara pasar modal, dan pengacara hak

(33)

atas merek. Mereka memberikan nasihat hukum kepada perusahaan, melakukan legal audit, dan menyiapkan seperangkat peraturan dan undang-undang bagi perusahaan.

Jika sengketa tidak dapat diselesaikan dengan negosiasi, maka sengketa tersebut dapat dituntaskan melalui pengadilan. Bentuk penyelesaian sengketa lainnya adalah arbitrase dan mediasi. Arbitrase disukai sebagai metode yang ditetapkan dalam kontrak komersial, yang pada dasarnya adalah pengadilan perdata. Sedangkan negosiasi dilakukan secara terstruktur oleh para pihak dan diawasi oleh mediator independen. Kedua upaya alternatif penyelesaian sengketa ini masih memiliki kendala: arbitrase hampir semahal mengajukan tuntutan hukum dan mediasi tidak selalu memadai untuk hal-hal yang kompleks.

Pengacara bisa mengkhususkan diri dalam bidang tertentu. Berikut ini adalah beberapa contohnya.

Penasihat Perusahaan

Pengacara yang bekerja di sebuah perusahaan disebut

corporate counsel (penasihat perusahaan) atau in-house counsel. Pengacara ini memberi masukan dan saran

kepada pengambil keputusan di perusahaan, yang berkaitan kegiatan bisnis perusahaan tersebut, seperti paten, peraturan pemerintah, kontrak dengan perusahaan lain, kepentingan properti, pajak, kesepakatan bersama,tawar-menawar dengan serikat pekerja, dan lain-lain. Pengacara perusahaan

(34)

melindungi bisnis sebuah perusahaan dengan memastikan perusahaan itu mematuhi hukum dan memastikan legalitas praktik bisnis dan transaksi. Tugasnya yang lain adalah memberikan bimbingan hukum bagi pengusaha dan klien.

Dalam menangani sebuah kasus, pengacara ini biasanya bertemu dengan klien untuk memahami detail masalah hukumnya—termasuk membaca pengajuan perusahaan (filling) dan berkonsultasi dengan pengacara lain. Setelah menilai masalah tersebut, ia melakukan penelitian atas kasus terdahulu dan mencari preseden yang disusun.

Beberapa pengacara perusahaan bekerja di ruang sidang dan mewakili klien mereka di hadapan hakim dan jaksa. Selama sidang, mereka membuat pembukaan dan penutupan argumen selain memeriksa para saksi. Pengacara perusahaan tidak selalu bekerja untuk sebuah perusahaan besar, mereka juga bisa bekerja sendiri dan menjalin kerja sama dengan banyak perusahaan berbeda.

Pengacara Bantuan Hukum

Pengacara bantuan hukum bekerja untuk organisasi nirlaba, misalnya lembaga swadaya masyarakat. Biasanya mereka menangani kasus-kasus perdata seperti sewa-menyewa, diskriminasi pekerjaan, dan sengketa upah.

(35)

Pengacara bantuan hukum membantu mereka yang tidak mampu membayar pengacara. Para pihak yang terlibat, seperti pengacara, mahasiswa hukum, dan paralegal di lembaga bantuan hukum atau klinik hukum menerima masyarakat berpenghasilan rendah, mendengarkan keluhan mereka, dan mewakili mereka dalam kasus pengadilan atau membimbing mereka supaya memahami hak hukum mereka.

Meskipun hanya pengacara yang dapat mewakili klien di pengadilan, paralegal dan mahasiswa hukum juga memainkan peran penting dalam meneliti masalah hukum yang ditangani, mempersiapkan rencana yang relevan untuk klien, dan memberikan nasihat serta masukan kepada klien. Deskripsi pekerjaan pengacara bantuan hukum bervariasi antara lembaga satu dan lainnya. Seorang pekerja bantuan hukum harus akrab dengan sumber, prinsip-prinsip, dan penerapan hukum untuk memberikan bantuan hukum.

Pengacara yang bekerja di lembaga bantuan hukum harus memiliki komitmen tinggi dalam pencarian keadilan bagi kaum duafa. Selain memberikan bantuan hukum kepada masyarakat, ia juga harus dapat bekerja sama dengan lembaga lain untuk meningkatkan kesadaran akan bantuan hukum yang diberikan. Para pencari keadilan berpenghasilan rendah sering kali memiliki pengetahuan hukum yang amat terbatas, dan tak sedikit yang berpendidikan rendah. Karena itu,

(36)

pengacara harus terus mengajukan pertanyaan dan melakukan klarifikasi untuk sampai ke akar masalah klien.

Pengacara Lingkungan Hidup

Guna melestarikan lingkungan hidup perlu dilakukan perlindungan, yang berarti setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan.

Kegiatan manusia yang mencakup pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman, industri, transportasi, dan lain-lain menimbulkan pencemaran lingkungan. Dampak dari pengembangan industri, misalnya, adalah timbulnya limbah berupa gas, cairan, maupun benda padat yang jika tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang berbahaya terhadap kehidupan manusia. Karena itu, ditetapkanlah Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur dan menentukan kegiatan manusia pada sistem geologi dan biologi.

Isu-isu seputar ekologi, keberlanjutan, tanggung jawab, dan pelayanan sering menimbulkan tindakan hukum. Pengacara lingkungan hidup menangani isu-isu terkait lingkungan ini. Mereka mewakili kelompok advokasi, perusahaan, dan lembaga pemerintah untuk memastikan mereka mematuhi hukum.

(37)

Seorang pengacara harus mempunyai latar belakang akademis lingkungan hidup, karena undang-undang lingkungan bersifat kompleks dan sering saling bertentangan. Beberapa negara memerlukan sertifikasi untuk bisa mengkhususkan diri sebagai pengacara lingkungan.

Pengacara lingkungan harus dapat berkomunikasi secara efektif baik secara lisan maupun dalam dokumen tertulis. Kemampuan untuk meyakinkan orang lain tentang pikiran dan sudut pandang tertentu sangat membantu dalam memenangkan kasus di pengadilan. Ia juga harus mampu menyiapkan dan mengonsolidasikan banyak aspek yang mendetail dalam sebuah kasus.

Pengacara Pajak

Mereka menangani berbagai masalah pajak perorangan dan perusahaan. Pengacara pajak membantu klien memahami peraturan pajak yang rumit sehingga mereka dapat membayar pajak sesuai pendapatan, keuntungan, atau harta mereka. Misalnya, mereka memberikan masukan kepada sebuah perusahaan tentang pajak yang perlu dibayarkan dari keuntungan. Mereka menyelesaikan masalah keuangan atau hukum pajak untuk klien. Ketika masalah pajak timbul, masyarakat umumnya meminta bantuan pengacara pajak untuk menyelesaikan masalah tersebut. Pengacara pajak memiliki pengetahuan tentang undang-undang

(38)

pajak dan isu-isu termasuk pendapatan, properti, dan hibah. Pengacara pajak harus mengikuti peraturan dan hukum pajak serta memberikan nasihat kepada klien jika terdapat perubahan yang memengaruhi keuangan mereka. Pengacara pajak juga menyimpan catatan yang akurat dan mengembangkan rencana untuk mengatasi masalah keuangan yang memengaruhi kliennya.

Tugas dan tanggung jawab pengacara pajak meliputi poin-poin berikut.

- Menjaga kerahasiaan dokumen dan informasi pajak klien.

- Memahami prinsip-prinsip keuangan dan akuntansi.

- Berkomunikasi dan bernegosiasi dengan pihak pemerintah.

- Mengevaluasi dan menilai masalah pajak yang rumit.

- Meneliti dan menganalisis hukum dan peraturan daerah.

Pengacara Kekayaan Intelektual

Pengacara kekayaan intelektual berurusan dengan hukum yang terkait dengan penemuan, paten, merek dagang, dan karya kreatif, seperti musik, buku, dan film. Mereka memberikan saran kepada klien tentang, misalnya, boleh tidaknya menggunakan materi yang dipublikasikan dalam buku klien yang akan terbit.

(39)

Pengacara kekayaan intelektual memberikan nasihat kepada klien dalam menegakkan dan melindungi modal intelektual. Kebanyakan praktik hukum kekayaan intelektual menyangkut paten, hak cipta, dan merek dagang untuk lisensi, waralaba, distribusi untuk transfer teknologi, dan proyek rahasia perdagangan. Pengacara kekayaan intelektual juga membantu perizinan penemuan, transfer teknologi eksklusif, penyusunan perjanjian lisensi, negosiasi permukiman, dan melakukan due diligence aset IP (intellectual property).

Pengacara kekayaan intelektual mengajukan tuntutan terkait kekayaan intelektual di seluruh dunia dan mewakili klien di pengadilan. Selain gelar sarjana hukum, sebagian besar pengacara kekayaan intelektual memiliki bekal pengetahuan ilmiah, teknik, dan teknologi terkait. Pendidikan sains atau teknologi dan pengalaman praktik membantu pengacara IP dalam berbagai industri, termasuk bioteknologi, farmasi, teknik komputer, nanoteknologi, Internet, dan

e-commerce.

Pengacara Sekuritas

Pengacara sekuritas berurusan dengan hukum yang berkaitan dengan pembelian dan penjualan saham, obligasi, dan investasi lainnya dan memastikan bahwa semua persyaratan terpenuhi. Mereka memberikan saran kepada perusahaan-perusahaan yang tertarik

(40)

dengan penawaran umum perdana atau initial public

offering (IPO) atau untuk membeli saham perusahaan

lain di bursa saham.

Seorang pengacara sekuritas menangani aset keuangan klien mereka, juga menangani masalah kecil atau tuntutan hukum. Hukum sekuritas adalah bagian khusus dari hukum bisnis.

Pengacara Litigasi

Mereka menangani semua tuntutan hukum dan sengketa yang muncul karena kontrak, wan prestasi, cedera, atau masalah dalam real estat dan properti. Pengacara litigasi bisa bekerja sebagai pengacara umum untuk semua jenis sengketa dan tuntutan hukum dan bisa pula mengkhususkan diri dalam bidang tertentu, misalnya hukum kecelakaan.

Seorang pengacara litigasi bisa mewakili penggugat atau tergugat dalam kasus perdata. Untuk itu, pengacara litigasi akan menyelidiki kasus secara mendetail dan memutuskan untuk mengajukan gugatan atas nama penggugat atau mengumpulkan bukti yang cukup untuk mempertahankan klien terhadap gugatan. Pengacara litigasi, saksi, dan pihak-pihak lain membaca deposisi dan menganalisis informasi terkait saat mereka mempersiapkan diri untuk sidang. Beberapa pengacara litigasi sering mengkhususkan diri di daerah tertentu, seperti dalam bisnis atau real estat.

(41)

Terdapat serangkaian proses yang harus diikuti oleh pengacara litigasi dalam menjalankan pekerjaannya. Sejak awal pengacara litigasi perlu meluangkan waktu untuk melakukan pertemuan dan memberikan nasihat hukum kepada klien mereka. Mereka akan mengulas perincian kasus, dan menentukan strategi: meneruskan kasus ke pengadilan atau menyarankan klien untuk menyelesaikan kasus di luar pengadilan. Dalam kasus gugatan cedera pribadi, misalnya, pengacara litigasi perlu mengunjungi lokasi kecelakaan untuk mengumpulkan detail kasus tersebut. - Melaksanakan Kegiatan Pra-Persidangan

Setelah kasus diterima, pengacara litigasi mulai melakukan persiapan untuk maju ke sidang. Mereka akan mengumpulkan nama-nama calon saksi yang potensial, mengatur saksi ahli, mewawancarai saksi pihak lain yang terkait dengan kasus ini, dan memeriksa bukti-bukti yang dapat digunakan di pengadilan.

- Mewakili Klien di Pengadilan

Jika kasus tidak mencapai penyelesaian sebelum sidang, pengacara litigasi perlu mengembangkan strategi untuk kasus tersebut. Selama proses pengadilan, pengacara litigasi akan menyajikan bukti-bukti, membuat pernyataan pembukaan dan penutupan, memeriksa dan memeriksa silang saksi dan ahli, dan memberikan pendapat.

(42)

Pengacara litigasi perlu memiliki kemampuan analisis yang kuat, berkomunikasi secara lisan dan tertulis, melakukan penelitian, dan berorganisasi. Mereka harus berorientasi pada hasil kerja tim. Mereka juga harus mahir berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis dan sosial, karena mereka biasanya berbicara dengan saksi, ahli, hakim, aparat penegak hukum, dan pengacara lain.

Pengacara Keluarga

Mereka menangani berbagai masalah hukum antarpribadi yang memiliki hubungan kekeluargaan, yang mencakup perwalian, kenakalan remaja, emansipasi, hak asuh, dukungan anak, adopsi, dan perceraian. Mereka dapat mengajukan dokumen hukum, berpartisipasi dalam sesi mediasi, dan memberikan nasihat hukum untuk klien.

Seseorang yang menekuni karier di bidang hukum keluarga harus terampil dalam diskusi, negosiasi, debat yang efektif, dan persuasi. Pengacara keluarga harus jeli dan mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain, bahkan dalam situasi yang sangat emosional dan paling menegangkan sekalipun. Pengacara keluarga juga harus terampil dalam manajemen waktu dan organisasi untuk mengelola beberapa kasus sekaligus pada waktu yang bersamaan.

(43)

Menjadi Pengacara

Syarat utama menjadi pengacara harus memiliki gelar sarjana hukum---bisa dari Fakultas Hukum, Fakultas Syariah, Perguruan Tinggi Hukum Militer, atau Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. Selanjutnya ia harus mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA). Pendidikan ini tidak mempersiapkan seseorang untuk menjadi akademisi melainkan untuk menjadi praktisi hukum yang berkecimpung dalam realitas praktik hukum yang sesungguhnya. Selain gelar sarjana hukum, calon pengacara juga perlu memiliki kemampuan berbahasa Inggris, berbicara di depan umum, pengetahuan tentang kepemerintahan, sejarah, ekonomi, dan matematika.

Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA), yang diselenggarakan oleh organisasi advokat bersama lembaga pendidikan tinggi, bertujuan memberikan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian bagi calon advokat sesuai persyaratan yang ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003. Pendidikan advokat dimaksudkan untuk melahirkan advokat yang memiliki kepribadian dan perilaku yang berorientasi pada moral yang jujur, berkeadilan, bertanggung jawab, dan mempunyai integritas tinggi terhadap profesi dan kepentingan masyarakat/klien, bukan hanya kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Selanjutnya calon pengacara harus mengikuti Ujian Profesi Advokat (UPA), bermagang di kantor advokat sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun secara terus-menerus,

(44)

serta mengikuti pengangkatan dan Sumpah Pengacara atau Advokat.

Di Amerika Serikat, untuk menjadi seorang pengacara biasanya butuh sekitar 7 tahun studi purnawaktu, yaitu 4 tahun studi sarjana diikuti dengan 3 tahun sekolah hukum. Kebanyakan negara dan yurisdiksi mensyaratkan pengacara menyelesaikan gelar juris doctor (J.D.) dari sekolah hukum yang terakreditasi oleh American Bar Association (ABA). Akreditasi ABA menandakan bahwa sekolah hukum yang bersangkutan—terutama kurikulum dan fakultasnya—memenuhi standar tertentu. Hampir semua sekolah hukum di AS, terutama yang disetujui oleh ABA, mensyaratkan pelamar untuk mengikuti tes masuk sekolah hukum atau Law School Admission Test (LSAT). Tes ini mengukur kemampuan pelamar dalam menjalani studi hukum.

Program gelar juris doctor memberikan kuliah, seperti hukum konstitusional, kontrak, hukum properti, prosedur sipil, dan penulisan yang berkaitan dengan hukum. Mahasiswa hukum dapat memilih program khusus dalam bidang-bidang seperti pajak, tenaga kerja, dan hukum perusahaan.

Setelah lulus, pengacara mendapatkan informasi tentang perkembangan hukum yang memengaruhi praktik mereka. Hampir semua negara mengajurkan pengacara untuk berpartisipasi dalam melanjutkan pendidikan hukum setiap tahun atau setiap tiga tahun. Banyak sekolah hukum

(45)

dan negara dan asosiasi bar lokal menyediakan kursus pendidikan hukum yang membantu pengacara mendapatkan perkembangan terakhir. Kursus tersebut bervariasi, dan umumnya mencakup subjek dalam praktik hukum, seperti etika hukum, pajak dan penggelapan pajak, dan kesehatan. Beberapa negara bahkan memberikan kesempatan kepada pengacara untuk mengambil kredit pendidikan lanjutan melalui kursus online.

Prospek Pekerjaan Pengacara

Pengacara yang baru direkrut biasanya memulai sebagai rekan dan bekerja dengan pengacara yang lebih berpengalaman. Setelah beberapa tahun, ia diterima dalam kemitraan perusahaan, yang berarti ia menjadi bagian perusahaan. Setelah mendapatkan pengalaman kerja beberapa tahun kemudian, ia dapat membuka praktik sendiri atau pindah ke departemen hukum perusahaan yang lebih besar. Sangat sedikit fresh graduate dari fakultas hukum yang langsung dipekerjakan sebagai pengacara perusahaan. Pengacara membantu klien mereka menyelesaikan masalah hukum. Karena itu, mereka harus mampu menganalisis banyak informasi, menentukan fakta-fakta yang relevan, dan mengusulkan solusi yang layak. Di samping itu, pengacara harus mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari klien dengan membangun hubungan saling percaya—sehingga klien merasa cukup nyaman untuk berbagi informasi pribadi yang berkaitan dengan kasusnya.

(46)

Dalam memecahkan masalah, pengacara harus memisahkan emosi dan prasangka mereka dari masalah klien mereka, dan bersikap objektif dalam mengevaluasi masalah tersebut. Karena itu, kemampuan memecahkan masalah penting bagi pengacara untuk mempersiapkan pertahanan terbaik dan memberikan rekomendasi. Pengacara juga harus memiliki keterampilan riset. Mempersiapkan nasihat hukum atau representasi untuk klien membutuhkan penelitian besar. Pengacara harus dapat menemukan undang-undang dan peraturan yang berlaku untuk masalah tertentu.

Klien menyewa pengacara untuk berbicara atas nama mereka. Konsekuensinya, pengacara harus hadir dan menjelaskan kasus mereka ke pengadilan, mediator, pihak yang menentang, hakim, atau juri. Dia harus tepat dan spesifik ketika mempersiapkan dokumen, seperti surat wasiat, trust, dan surat kuasa.

Meskipun kebutuhan akan jasa hukum pada dasawarsa mendatang meningkat, persaingan harga mendorong firma hukum untuk memikirkan kembali staf mereka demi efisiensi biaya. Klien kemungkinan akan mengurangi biaya jasa hukum dengan menuntut tarif lebih murah. Pekerjaan yang sebelumnya ditugaskan kepada pengacara, seperti review dokumen, mungkin akan dibebankan kepada paralegal dan asisten hukum. Beberapa pekerjaan hukum rutin juga dapat diserahkan kepada penyedia hukum yang lebih rendah biayanya.

(47)

Banyak perusahaan besar cenderung memotong biaya departemen hukum mereka. Kebanyakan perusahaan mengeluarkan biaya tinggi untuk menyewa pengacara sebagai penasihat perusahaan beserta staf pendukung mereka. Untuk menghemat biaya, mereka menggaji staf hukum di perusahaan. Hal ini menimbulkan peningkatan permintaan pengacara dengan berbagai kekhususan, misalnya untuk keuangan dan asuransi perusahaan, untuk perusahaan konsultan, dan untuk perusahaan penyedia layanan kesehatan.

Kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan semakin ketat karena jumlah mahasiswa yang lulus dari sekolah hukum setiap tahun lebih banyak dibandingkan pekerjaan yang tersedia. Banyak sarjana hukum baru, yang tidak mampu menemukan pekerjaan tetap, bekerja di firma hukum dengan sistem kontrak untuk jangka pendek. Firma-firma seperti itu membuka kesempatan bagi pengacara baru untuk mengembangkan keterampilan praktis mereka. Untuk mendapatkan pengalaman praktis, lulusan sekolah hukum juga bisa bekerja di negara tetangga. Tetapi untuk itu ia mungkin harus mengambil ujian pengacara di negara yang bersangkutan. Tak sedikit pengacara yang menjadi dosen di fakultas atau sekolah hukum. Mereka mengajar berbagai mata kuliah dan memberikan bimbingan karier serta teknis. Mereka juga melakukan penelitian dan mempublikasikan karya ilmiah dan buku.

(48)

REFERENSI

Asshiddiqie, Jimly. 2008. Peran Advokat dalam Penegakan

Hukum. Bandung: Mahkamah Konsitusi Republik

Indonesia.

Anwar, H. Y. K. Signifikansi Bantuan Hukum dan Peran

Pengacara dalam Menyelesaikan Perkara di Lingkungan Pengadilan Agama.

Dalpe-Scott, M., M. Degouffe, D. Garbutt & M. Drost. “A

Comparison of Drug Concentrations in Postmortem Cardiac and Peripheral Blood in 320 Cases”. Canadian Society of Forensic Science Journal , Vol. 28, Iss. 2,

1995.

Kane, Sally. 2016. “Trade Secret Law”. https://www. thebalance.com/intellectual-property-law-

2164607. Critical Studies in Innovation, Volume 15, 1997 - Issue 3.

Lamarani, H. 2014. “Pemberian Bantuan Hukum pada Masyarakat Kurang Mampu oleh Pemerintah”. Lex

Administratum, 2(3).

Macdonald, Stuart & Bernard Lefang. “Innovation and the

Patent Attorney”, 329–343. Published online: 21 Oct

2008.

Nurudin, Agus. 2012. “Keberpihakan Profesi Advokat terhadap Klien yang Tidak Mampu”. MMH, Jilid 41 No. 1 Januari 2012. file:///C:/Users/Z1402/ Downloads/4152-8918-1-SM.pdf diakses pada 10 November 2016.

Raharjo, A., A. Angkasa & R. W. Bintoro. 2016. “Akses Keadilan bagi Rakyat Miskin (Dilema dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Advokat)”.

(49)

Mimbar Hukum-Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 27(3), 432–444.

Simmons, William J. 2011. “In Person: A Career in Biotech

Patent Law”. http://www.sciencemag.org/ careers/2011/10/person-career-biotech-patent-law.

Winarta, F. H. 2013. “Dimensi Moral dalam Profesi Advokat dan Pekerjaan Bantuan Hukum”. Law Review, 2(1). Wirawan, C., S. Kalo & E. Yunara. 2014. “Implementasi

Pemberian Bantuan Hukum Cuma-Cuma (Pro Bono Publico) dalam Perkara Pidana di Kota Medan Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)”.

Jurnal Mahupiki, 2(1).

Zainuddin, Muhadi. 2004. “Peran Sosialisasi UU Advokat dalam Pemberdayaan Kesadaran Hukum Masyarakat”. Al-Mawarid, Edisi XII, Tahun 2004.

(50)

Bab 2

Kompetensi Pengacara Abad ke-21

Pengacara adalah salah satu profesi yang paling mudah memicu stres. Terlebih ketika ia harus memenuhi tenggat waktu, ada penagihan yang tertunda, tuntutan klien yang di luar dugaan mncul, atau adanya perubahan peraturan di tengah kasus yang sedang dia kerjakan. Apalagi jika seorang pengacara mempunyai banyak klien, beban kerjanya menjadi semakin berat, yang bisa bertambah parah jika jumlah staf terbatas—imbasnya jam kerja pengacara semakin panjang.

Ketika perusahaan meminta proposal biaya dan prosedur manajemen proyek kepada sebuah firma hukum, tak jarang firma hukum tersebut mencari pengacara atau profesional lainnya yang memiliki keahlian manajemen proyek hukum.1

Keterampilan yang perlu dikuasai dengan baik oleh pengacara abad ke-21 adalah sebagai berikut.

1 Smathers, R. Amani (2014), “The 21st-Century T-Shaped Lawyer”, American Bar Association, Volume 40 Number 4, http://www.americanbar.org/publications/law_practice_magazine/20 14/july-august/the-21st-century-t-shaped-lawyer.html, diakses pada 25 September 2016.

(51)

Pertama, keterampilan legal (legal skills), baik

keterampilan praktik maupun pengetahuan yang terkait dengan bidang hukum. Keterampilan ini tentu dimiliki oleh mereka yang telah lulus pendidikan S-1 bidang hukum, yang kurikulumnya disahkan oleh pihak yang memiliki otoritas di bidang tersebut. Kompetensi pokok ini menjadi syarat utama untuk menjalani profesi pengacara. Dalam profesi ini seseorang perlu memiliki pemahaman mendalam tentang hukum dan perundang-undangan yang kompleks dan terkait dengan kasus yang sedang ditanganinya. Untuk itu, ia harus terampil melakukan penelitian tentang aspek hukum yang terkait dengan kasusnya. Penelitian itu bertujuan mengonfirmasi fakta, yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk memberikan nasihat hukum kepada klien atau digunakan dalam pembelaan di pengadilan. Selain itu, pengacara harus memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis dalam upayanya mencari cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah klien.

Kedua, kemampuan bermasyarakat—dalam hal ini

dijabarkan direpresentasikan dengan keterampilan berkolaborasi dalam sebuah tim. Keterampilan ini memungkinkan pengacara bekerja secara produktif dengan orang lain. Kolaborasi yang berhasil membutuhkan semangat kerja sama dan sikap saling menghormati. Pengacara biasanya mencari mitra yang efektif sebagai bagian dari tim dan bersedia menyeimbangkan prestasi

(52)

pribadi dengan tujuan kelompok. Kolaborasi dapat terjadi antara berbagai mitra.

Seorang pengacara abad ke-21 harus bisa berkomitmen untuk mengembangkan diri serta mendukung dan mendorong orang lain untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku mereka sehingga mencapai potensi maksimal demi kepentingan yang lebih luas. Roda kompetensi yang digambarkan berikut ini menguraikan bidang kompetensi yang dapat dikembangkan oleh semua pengacara.

Diagram 1. Roda Kompetensi Pengacara

(53)

Pengacara perlu menjadi pebisnis yang bekerja efektif, berinteraksi dengan klien dan kolega dengan baik, dan menjadi warga perusahaan atau firma yang baik pula. Pengacara harus mampu memimpin tim dalam menyelesaikan kasus atau membuat kesepakatan, sekaligus mengembangkan dan mengelola hubungan dengan klien. Sudah barang tentu seorang pengacara perlu mempunyai kemampuan berkomunikasi secara tepat waktu dan tempat. Mereka diharapkan berfokus pada hal-hal yang terperinci. Pengacara perlu keterampilan untuk berkembang, dan sampai saat ini menjadi pengacara hebat dan sukses di sebuah perusahaan global membutuhkan lebih dari sekadar kepiawaian, pengetahuan, dan keterampilan hukum yang sangat andal.2

Kenyataan menunjukkan bahwa masih ada keluhan dari para pengusaha bahwa pengacara mereka tidak memahami bisnis mereka. Keluhan ini biasanya datang dari perusahaan yang menggunakan jasa firma hukum dari luar perusahaan. Namun, firma hukum pada akhirnya memahami bahwa mereka disewa demi efisiensi biaya dan peningkatan produktivitas klien, termasuk penanganan

outsourcing, manajemen proyek, dan perbaikan proses

dalam perusahaan.3

2 Lihat ReedSmith: “the business of relationship”, https://www.reedsmith.com/career_development/.

(54)

Mengingat kompleksitas pekerjaan di lapangan, J. Furdlong (2008) mengemukakan enam keterampilan di luar pengetahuan tentang hukum yang perlu dimiliki oleh pengacara. Sesungguhnya, keterampilan ini juga perlu dimiliki oleh profesi lain. Furdlong memperhatikan kemampuan yang siap diterapkan, yang diperoleh dan dikembangkan melalui pelatihan dan pengalaman. Menurutnya, ketekunan dan kecerdasan adalah sifat bawaan, sedangkan keterampilan adalah apa yang diperoleh melalui aplikasi keduanya4. Jika Anda memiliki

enam keterampilan ini secara memadai, Anda memenuhi syarat untuk menjalankan praktik hukum.

1. Kemampuan Berkolaborasi

Kemampuan berkolaborasi dengan baik dalam tim maupun di berbagai lingkungan kerja akan menghasilkan kontribusi kolektif. Cara ini sekarang semakin mudah dilakukan berkat kemajuan teknologi komunikasi—yang memungkinkan untuk berbagi informasi dengan mudah. Pengacara yang dapat bekerja sama dengan baik akan mampu mencapai hasil yang optimal bagi klien. Pengacara yang terampil

4 Furdlong, J. (2008), “Core competence: 6 new skills now required of

lawyers”, Law Twenty One, July 4, 2008,

http://www.law21.ca/2008/07/core-competence-6-new-skills-now-required-of-lawyers/, diakses pada 9 November 2016.

(55)

berkolaborasi meyakini kebijakan kelompok dan tidak menjadi pemain tunggal.

2. Kecerdasan Emosional

Dalam hal kecerdasan emosional, pengacara harus melepaskan diri secara emosional dari kasus dan kliennya agar ia dapat memberikan saran hukum terbaik. Bagaimanapun juga, klien memerlukan empati, perspektif, dan kedekatan pribadi sehingga mereka percaya diri dan puas. Untuk itu, pengacara perlu mendengarkan dengan lebih baik daripada sebelumnya. 3. Literasi Finansial

Literasi atau kecerdasan finansial adalah kemampuan membaca dan memahami laporan keuangan dan dapat mengambil keputusan tepat dan bertindak cerdas atas laporan keuangan perusahaan. Literasi finansial juga mencakup cara mendapatkan uang, yaitu dengan mengasah kompetensi sebagai pengacara, dan mengelola uang yang diperoleh. Setiap pengacara yang berpraktik secara pribadi berarti ia menjalankan bisnis.

Setiap klien dan kasus melibatkan uang dalam berbagai cara. Karena itu, tidak ada alasan bagi pengacara untuk tidak mengerti tentang uang, seperti menjalankan bisnis, menyeimbangkan buku besar, memahami prinsip-prinsip pajak dan statistik, menghitung margin keuntungan, bahkan menjelaskan alasan di balik biaya mereka. Melek finansial itu penting.

(56)

4. Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah pekerjaan memulai, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menutup kerja sebuah tim. Sifatnya sementara dan dirancang untuk menghasilkan produk atau layanan tertentu biasanya dibatasi oleh waktu, dan sering kali terkendala oleh pendanaan dan untuk membawa perubahan yang menguntungkan atau nilai tambah.

Sayangnya, tak sedikit pengacara yang cenderung mengabaikan manajemen proyek hukum. Bahkan beberapa pengacara gagap dalam menyusun perencanaan, mengorganisasi, dan memanfaatkan sumber daya untuk meraih tujuan spesifik dengan tetap berada dalam kerangka ruang lingkup, kualitas, waktu, dan anggaran yang ditentukan. Mereka cenderung enggan memperkirakan waktu atau anggaran dan enggan menciptakan dan mengelola sebuah rencana aksi—mungkin karena takut gagal atau terjebak dalam situasi kekurangan tenaga.

5. Manajemen Waktu

Hampir setiap pengacara mengatakan hal yang sama: mereka sangat sibuk, banyak pekerjaan yang harus dilakukan, sampai-sampai mereka tidak punya waktu untuk diri sendiri. Bidang hukum memang menuntut kerja keras. Tapi, sebagian besar masalah pengacara terkait pengelolaan waktu adalah ketidakmampuan mereka dalam memprioritaskan tugas-tugas mereka.

(57)

Pengacara sulit mengatakan “tidak”; mereka sering kali tidak bersedia mendelegasikan pekerjaan agar menjadi lebih efisien, dan banyak yang mendapat kompensasi bukan atas tugas-tugas yang berhasil diselesaikan tetapi berapa lama mereka melakukannya. Pengacara yang tidak belajar mengelola waktu akan cenderung menyalahkan pihak lain atas kesulitan mereka.

Lingkungan persaingan saat ini memaksa pengacara untuk menghabiskan lebih banyak waktu pada kegiatan menjalin hubungan dengan klien dan aktivitas manajemen bisnis. Apalagi pengacara yang melakukan praktik hukum global, dia harus tetap siaga bekerja tanpa mengenal waktu. Akibatnya, banyak pengacara mengeluhkan kurangnya keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan mereka.

6. Minat pada Teknologi

Pengacara yang mengalami ketertinggalan teknologi, bahkan pengacara baru yang tech-savvy (tahu banyak tentang teknologi terutama komputer), bisa jadi menyerah pada kecepatan adaptasi teknologi perusahaan. Karena itu, ketertarikan pada teknologi adalah kompetensi inti pengacara. Jika Anda tidak dapat secara efektif dan efisien menggunakan e-mail, Internet, dan telepon seluler, Anda mungkin juga tertinggal oleh teknologi. Dan jika Anda tidak peduli untuk belajar tentang RSS, pesan instan, Adobe Acrobat dan sejenisnya, klien dan kolega akan berlalu begitu saja.

(58)

Penggabungan teknologi komunikasi dan komputer mengubah praktik hukum dengan cepat. Bisa jadi pengacara tidak lagi memiliki monopoli atas hukum, karena pekerjaan teknis pendokumentasian hukum bisa dilakukan secara virtual dan mandiri dari situs self-help. Teknologi telah mengubah praktik hukum. Konsekuensinya, pengacara harus mahir memanfaatkan berbagai platform teknologi dalam pekerjaannya, misalnya untuk membuat spreadsheet dan presentasi. Pekerjaan menyusun tren pasar komoditas yang sebelumnya melibatkan pengacara, kini dapat digantikan oleh teknologi sehingga pelayanan hukum menjadi lebih murah dan efisien.

Sementara itu, Stock (2008) mencatat bahwa beberapa penelitian telah memilah dan meringkaskan kompetensi kunci para pengacara.5 Kompetensi nonhukum

itu mencakup sifat pribadi, keterampilan kepemimpinan dan pengembangan, dan kompetensi bisnis/klien seperti diuraikan dalam tabel berikut.

5 Stock, Richard (2008), “Competencies for Lawyers”, Lexpert, Vol. 9, No. 7c http://www.catalystlegal.com/Articles/CompetenciesLawyers. htm, diakses pada 27 oktober 2016.

(59)

1. Sifat Pribadi  Berorientasi pada hasil

 Menekankan solusi yang memaksimalkan pendapatan ketika memenuhi kebutuhan pengguna.

 Mengambil tindakan untuk meminimalkan biaya tak terduga atau menghilangkan kemungkinan kerugian.

 Efisien

 Menemukan cara yang lebih cepat, lebih murah untuk mencapai tujuan.

 Mengatur pekerjaan sehingga banyak tugas dapat dicapai secara bersamaan.

 Bekerja sepenuh hati

Mengejar tujuan departemen dengan lebih banyak waktu meskipun kurang

dukungan langsung dalam organisasi.

 Komunikator

 Membuat orang lain mengetahui isu-isu dan perubahan yang akan memengaruhi mereka.

 Bisa beradaptasi

 Menyesuaikan diri terhadap perubahan dengan cepat, baik dalam hal berpikir maupun bekerja.

 Membuat perubahan organisasi yang diperlukan untuk merespons pasar. 2. Kemampuan

Kepemimpinan dan

Pengembangan

 Kepemimpinan

Memberikan saran yang jujur dan secara aktif mendukung keputusan perusahaan sekalipun tidak populer.

 Menunjukkan kepemimpinan dalam bisnis dan isu-isu penting.

Dampak dan pengaruh

 Mengambil tindakan terhadap hambatan dalam bekerja menuju hasil.

Gambar

Diagram 1. Roda Kompetensi Pengacara
Diagram 2. Kompetensi Profesional Bentuk T
Diagram 3. Contoh Model Kompetensi Sekolah Hukum

Referensi

Dokumen terkait