• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyebaran Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain dengan skala yang lebih kecil. Perkembangan industri kelapa sawit telah dipaparkan secara jelas oleh Hartley (1988). Ekspor inti dan minyak sawit dari Afrika dimulai pada abad ke – 19. Pada masa itu, sumber minyak hanya berasal dari tanaman kelapa sawit yang tumbuh secara liardan minyak masih di ekstrak dengan cara yang sederhana dan efesien. Dari gerombol – gerombol kelapa sawit yang tumbuh liar ini akhir nya perkembang menjadi perkebunan rakyat. Perkebunan besar pertama di Sumatra dan Malaysia pada abad ke 19, kemudian di ikuti oleh Congo Belgia(sekarang Zaire) dan negara negara Afrika barat lainnya pada abad ke 20-an. Kelapa sawit pertama di introduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848, tepat nya di kebun raya Bogor. Pada tahun 1876, Sir Joseph Hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan Deli, Sumatra Utara. Sayangnya, 10 tahun kemudian, tanaman yang benih nya dibawa dari Kebun Raya Kew (London) ini di tebang habis dan di ganti oleh tanaman kelapa. (Pahan, 2006)

2.2 Produksi

Tanaman kelapa sawit mulai berbunga dan membentuk buah setelah umur 2 -3 tahun. Buah akan menjadi masak pada 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika telalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandan nya. Buah yang jatuh tersebut di sebut memberondol

Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut berondolan, dan mengangkutnya dari pohon

(2)

4

ketempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Dalam pelaksanaan pemanenan perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu karena tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak tinggi dan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang perlu diperhatikan antara lain matang panen, cara panen, alat panen, rotasi dan sistem panen, serta mutu panen. (Fauzi dkk,2014)

2.2.1 Sistem Panen

Pemilihan sistem potong buah yang sesuai dengan kondisi perkebunan setempat merupakan hal yang mutlak dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan masing-masing sistem potong buah yang ada. Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu :

(1) Penyediaan tenaga potong buah. (2) Pembagian seksi potong buah.

(3) Penyediaan alat-alat kerja. (Pahan, 2006) 2.2.2 Kriteria matang dan cara panen

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu agar dapat memotong buah pada saat yang tepat dimasa panen. Kriteria matang panen ditentukan ketika kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah berondolan, yaitu tanaman berumur kurang dari 10 tahun dengan jumlah berondolan kurang dari 10 butir dan tanaman berumur lebih dari 10 tahun dengan jumlah berondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg Tandan Buah Segar (TBS) terdapat dua berondolan. (Hartono, 2011).

(3)

5

Adapun kriteria yang dipakai adalah 2 berondolan (sudah ada 2 buah lepas dari tandannya atau jatuh ke piringan pohon) untuk tiap kg tandan. Untuk tandan yang lebih dari 10kg dipakai 1 berondolan harus sudah ada yang jatuh di tanah. Namun kriteria ini perlu disesuaikan dengan kondisi setempat, misalnya untuk areal yang rawan pencurian kriteria tersebut dapat diperkecil untuk mengurangi risiko pencurian. Dengan adanya berondolan yang jatuh ke tanah maka pemanen tidak perlu melihat keatas.

Panen yang baik adalah :

- Tidak ada buah mentah yang dipanen.

- Tidak ada buah matang yang tertinggal di piringan pohon.

- Tidak ada buah yang tertinggal dipasar panen, TPH dan di lapangan.

- Tandan dan berondolan harus bersih dan berondolan dimasukkan di karung. - Janjang kosong tidak ada yang terbawa ke pabrik.

- Gagang tandan dipotong mepet berbentuk V.

- Pelepah cabang dipotong tiga dan diletakkan di gawangan mati dan ditelungkupkan

- Potongan cabang daun (leaf base) mepet ke batang berupa tapak kuda membuat sudut 15-30 derajat arah ke dalam.

Untuk tandan yang beratnya rata-rata kurang dari 10 kg dipakai kriteria 1 berondolan/ kg. Tandan yang telah dipanen harus dihadapkan ke arah pasar (jalan) panen dan berondolan dikumpulkan serta dimasukkan ke karung. Tandan ditempat pengumpulan hasil (TPH) disusun5-10 tandan/baris, gagang menghadap keatas dan berondolan yang telah dimasukkan ke dalam karung. (Pahan,2006)

Pada pangkal gagang agar ditulis nomor pemanen. Agar TBS tidak kotor dan berpasir sebaiknya dilapis dengan goni atau gedek. Karung plastik bekas pupuk dapat dipakai untuk tempat pengumpulan berondolandan harus memiliki karung yang cukup setiap harinya. Telah diketahui bahwa 12-14% dari berat TBS yang dipanen adalah berondolan maka dari setiap ton TBS yang dipanen perlu disediakan 12/100 x 1 ton = 120 kg berondolan atau 6 karung (1 karung 20kg). Berondolan mengandung minyak yang tinggi yaitu 50-56% terhadap daging buah

(4)

6

atau 40-42% minyak terhadap buah (Endang, et. Al, 1984; Siregar dan Purba, 1998).

Selanjutnya harus diusahakan agar pelukaan buah seminimal mungkin, baik waktu memotong, membawa ke TPH maupun mengangkut ke truk serta menjaga agar buah tidak terlalu kotor kena tanah atau debu. Janjang kosong yang buahnya telah rontok agar ditinggalkan di TPH. Pelukaan akan mempercepat peningkatan asam lemak bebas (ALB) dimana sebelum dipotong sebesar 0,2-0,7% dan ketika jatuh di tanah kan dapat meningkat sebesar 0,9-1,0% setiap 24 jam sehingga makin cepat diangkut ke pabrik makin baik.

Untuk mengatasi keterbatasan ataupun kelemahan dari pemanenan kelapa sawit dengan cara manual/tradisional itu maka dibuatlah suatu alat pemotong pelepah kelapa sawit yang mampu memotong pelepah dan tandah buah kelapa sawit dengan kapasitas yang tinggi serta praktis digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat dan menguji alat pemotong pelepah kelapa sawit. Bentuk dan pembuatan/perangkaian komponen-komponen alat pemotong pelepah. Setelah itu, dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter. (Lubis, 2008)

Keberhasilan panen juga ditentukan oleh kondisi kebun atau situasi lingkungan kebun seperti iklim, topografi, sarana, dan prasarana. Mengingat TBS tersebar di kebun yang luas kemasakannya di tentukan secara visual, maka ramalan produksi (taksasi buah) secara empiris dan perhitungannya secara sampling sangat di perlukan dilapangan. (Sunarko, 2014)

2.2.3 Kapasitas, kwalitas, dan sortasi panen

Kapasitas pemanen setiap harinya tergantung pada produksi/ha yang dikaitkan dengan umur tanaman, topografi areal, kerapatan pohon, insentif yang disediakan dan musim yang dikenal sebagi musim panen puncak dan musim panen yang rendah. Didasarkan pada umur tanaman dan produksi maka sebagai contoh tabel dibawah diberikan standar kapasitas pemanen atau baris borong dimana kelebihan

(5)

7

kapasitasnya akan dibayar berdasarkan insentif atau rangsangan atau premi yang diatur oleh masing-masing perusahaan. (Lubis, 2008)

Tabel 1. Kapasitas dan basis borong pemanen Produksi/ha/tahun (tonTBS) Kapasitas/hari (kg/hk) Basis Borong (kg) <2,5 400 3,0 - 6,0 500 250 6,0 – 12,0 600 300 12,0 – 18,0 700 350 18,0 -22,0 800 400 22,0 – 25,0 900 400 >25 900 450

Sumber : Sulistyo,. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Cetakan Pertama Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Seperti diterangkan di atas maka basis borong dan kapasitas ini sangat ditentukan oleh kondisi setempat. Kapasitas/hari ini sering disebut sebagai basis tugas yaitu jumlah kg tandan yang harus diselesaikan dalam 1 hari kerja dinas (7 jam). Basis borong atau disebut juga basis premi adalah batasan jumlah tandan yang dipanen dalam basis tugas yang tidak mendapat premi.

Untuk mendorong kwalitas yang baik dari pemanenan tandan maupun pohon yang dipanen maka dilakukan upaya pemberian premi didasarkan pada standar yang telah ditentukan. Kelebihan basis borong akan dibayar dan kwalitas dari tandan. Sistem premi ada bermacam-macam tergantung pada lokasi dan keadaan tanaman. Namun batasan-batasannya juga diadakan dan dalam keadaan tertentu dapat diberikan penalti atau pengurangan atau pemotongan penrimaan terutama yang menyangkut kwalitas panen dan kwalitas bekas panen misalnya :

- Ditemukan tandan fraksi mentah (00 dan 01).

(6)

8 - Tandan matang tidak dipanen.

- Tandan matang tertinggal di piringan pohon. - Berondolan tertinggal di piringan atau tercecer. - Gagang tandan panjang, tidak dipotong.

- Pelepah daun tidak dipotong dan tidak diletakkan di gawangan. - Tandan dan berondolan bersampah.

Tabel 2. Kriteria tingkat kematangan tandan Fraksi Jumlah buah lepas

(% dari buatan luar)

Derajat Kematangan

00 Tidak ada, buah masih hitam Sangat mentah

0 1 buah s/d 12,5% Mentah

1 12.5% - 25% Kurang matang

2 25% - 50% Matang 1

3 50% - 75% Matang 2

4 75% - 100% Lewat matang 1

5 Buah dalam ikut memberondol Lewat matang2

Sumber : Pahan. (2006). Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Medan :

Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Berdasarkan hal tersebut diatas maka panen yang baik adalah jika jumlah berondolan di pabrik ada 15% dari tandan yang dipanen.

- Fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan. - Fraksi 1 maksimum 20% dari jumlah tandan. - Fraksi 4 dan 5 maksimum 15% dari jumlah tandan.

(7)

9 2.2.4 Alat-alat Panen manual

Tabel 3. Alat- alat yang di pergunakan beserta kegunaan dan spesifikasinya

No Nama Alat Penggunaan Spesifikasi

1 Dodos kecil Potong buah

tanaman umur 5-8 tahun

Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm; diameter gagang 4,5 cm; dan panjang total 18 cm

2 Dodos besar Potong buah

tanaman umur 5-8 tahun

Lebar mata 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal pangkal 0,7 cm; diameter gagang 4,5 cm; dan panjang total 20 cm

3 Pisau egrek Potong buah umur >

9 tahun (tinggi pokok > 3 m)

Panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135, dan berat 0,5 kg

4 Angkong Sebagai tempat atau

wadah TBS dan brondolan diangkut ke TPH

Sesuai spesifikasi yang ada

5 Keranjang Sebagai tempat atau

wadah TBS dan brondolan diangkut ke TPH

Diameter keranjang 60-70 cm, tinggi 40 cm, dan panjang tali keranjang 40-60 cm

(8)

10

wadah TBS dan brondolan diangkut ke TPH

7 Kapak Sebagai alat

pemotong tangkai tandan yang panjang pada tanaman umur > 9 tahun

Sesuai spesifikasi yang ada

8 Tali nilon Pengikat pisau egrek 0,5 mm dipilin 3; 1 kg

mempunyai panjang 43 m, dan dapat dipakai untuk 5

egrek

9 Batu asah Pengasah dodos dan

pisau egrek

-

10 Bambu egrek Gagang pisau egrek Panjang 10-11 m, tbal

1-1,5 cm, berat 2,5-3 kg/m. Diameter ujung 4-5 cm, dan diameter pangkal 6-7 cm

11 Alluminium pole Gagang pisau egrek

a. EBOR gold

pole

EBOR gold pole

lebih berat, keras dan tahan lama, serta digunakan pada pokok yang lebih rendah dari Ultra

light-pole Diam 1.25” (32,0 mm)- P 20’ (6m) Diam 1,50” (38,1 mm)- P 20’ (6m) Diam 1,75” (42,3 mm)- P 20’ (6m) b. Ultralight pole Diam 1.50” (32,0 mm)- P 20’ (6m) Diam 1,50” (38,1 mm)- P 30’ (6m)

(9)

11

Diam 1,75” (42,3 mm)- P 20’ (6m)

Diam 1,75” (42,3 mm)- P 25’ (7,5 m)

12 Gancu Memuat dan

membongkar TBS dari dan ke alat transpor

Besi beton 3/8” dan panjang sesuai dengan kebiasaan setempat

13 Tojok Memuat dan

membongkar TBS dari dan ke alat transpor

Disesuaikan dengan kebiasaan setempat

Sumber : Pahan,. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Medan : Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Hal yang harus di perhatikan dalam panen :

a. Untuk mengutip berondolan menggunakan ember dan goni

b. Untuk mengumpulkan tandan ke TPH menggunakan kereta sorong, sepeda atau keranjang pikul.

c. Tempat pengumpulan hasil (TPH) ukuran 3 x 4 meter digaruk bersih setiap bulan

d. Jumlah TPH harus tersedia cukup ; 1 TPH tiap Ha atau setiap jarak 100 m di pinggir jalan produksi

e. Tangga – tangga panen harus berfungsi dan terpelihara baik f. Pasar pikul juga harus terpelihara dan berfungsi

(10)

12 2.2.5 Alat Panen Mekanis

Bidang ilmu dan teknologi yang dipilih untuk pengembangan mesin pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit merupakan teknologi yang strategis yang diperlukan penguasaannya untuk modernisasi aspek perawatan dan pemanenan kelapa sawit di perkebunan-perkebunan rakyat, BUMN maupun swasta di Indonesia. Teknologi mesin pemotong untuk pemotong pelepah dan pemanen kelapa sawit termasuk di dalamnya desain mesin dan alat pemotongnya, aplikasi mesin (motor penggerak) dan aspek ergonomika merupakan pilihan yang tepat, optimal dan efektif untuk acuan pengembangan ke arah modernisasi selanjutnya. Teknologi mesin pemotong untuk pruner dan harvester kelapa sawit merupakan suatu teknologi multi disipliner yang merupakan gabungan beberapa ilmu pengetahuan yang berkaitan. Ruang lingkup pengembangan teknologi pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit adalah: studi sifat fisik mekanik pelepah dan tandan buah sawit, aspek perawatan tanaman yaitu pemotongan pelepah dan aspek pemanenan kelapa sawit, teknologi alat mesin pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit, pemilihan teknologi dalam pengembangan dan pembuatan desain mesin pemotongan pelepah dan pemanenan kelapa sawit serta kerja sama antar instansi terkait. (Intara dkk, 2011)

Tabel 2.2 Perbandingan parameter pemetik buah mekanis dengan manual

Parameter Alat Pemotong Pelepah

Mekanis

Alat Pemotong Pelepah Manual

Dimensi(PxLxT) 350cmx28cmx40,1cm 350 cm x 20 cm x 40 cm

Kapasitas alat 142,78 pelepah/jam 90-100 pelepah/jam

Berat 9,4 kg 2,5 kg

Jangkauan alat 1-5,5 meter 4 - 5 meter

Kebutuhan bahan

bakar Rp2.422/jam -

Tenaga penggerak Motor bakar Manusia

Komoditi Kelapa sawit, Kelapa sawit

Kelebihan Praktis, kapasitas tinggi Ringan

Kekurangan Berat Tidak praktis,kapasitas

rendah

Sumber : Tarigan dkk. 2015. Rancang Bangun Alat Pemotong Pelepah Kelapa Sawit Secara Mekanis.

(11)

13

Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan antara alat pemotong pelepah mekanis dengan alat pemotong pelepah manual(dodos) dimana alat pemotong pelepah mekanis pada penelitian ini memiliki dimensi PxLxT adalah 350cmx28cmx40,1cm, dengan kapasitas alat 142,78 pelepah/jam, berat alat 9,4 kg, dengan jangkauan pemotongan 1 meter sampai 5,5 meter, digerakkan oleh motor bakar, kelebihan alat ini praktis, dan berkapasitas tinggi sedangkan kekurangannya berat. Sedangkan alat pemotong pelepah manual(dodos) memiliki dimensi 150 cm, kapasitas alat 90- 100 pelepah/jam, berat 2,5 kg, kelebihan alat ini ringan dan kelemahannya tidak praktis dan hanya digunakan untuk komoditi kelapa sawit. (Tarigan dkk, 2013)

Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima. Secara umum tujuan mekanisasi pertanian adalah:

a) Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia. b) Mengurangi kerusakanproduksi pertanian.

c) Menurunkan ongkos produksi.

d) Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi. e) Meningkatkan taraf hidup petani.

f) Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming).

g) Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri dan dapat mendorong tahap tinggal landas. (Tarigan, 2015).

Gambar

Tabel 1. Kapasitas dan basis borong pemanen  Produksi/ha/tahun  (tonTBS)  Kapasitas/hari (kg/hk)  Basis Borong (kg)  &lt;2,5  400  3,0 -  6,0  500  250  6,0 – 12,0  600  300  12,0 – 18,0  700  350  18,0  -22,0  800  400  22,0  – 25,0  900  400  &gt;25  900
Tabel 2. Kriteria tingkat kematangan tandan  Fraksi  Jumlah buah lepas
Tabel 3. Alat- alat yang di pergunakan beserta kegunaan dan spesifikasinya
Tabel 2.2 Perbandingan parameter pemetik buah mekanis dengan manual  Parameter  Alat Pemotong Pelepah

Referensi

Dokumen terkait

juga melakukan penelitian pada 175 responden usia 17-22 tahun dengan IMT normal dan didapat hasil yang sama dengan penelitian lain bahwa pada IMT normal memiliki rata-rata kadar

Secara umum transmisi sebagai salah satu komponen sistem pemindah tenaga (power train)mempunyai fungsi meneruskan tenaga / putaran mesin dari kopling ke poros propeller,

Hal ini berarti, mengkonsumsi jus apel mempunyai efektifitas yang lebih baik dalam menurunkan skor halitosis atau perubahan bau mulut dibandingkan dengan mengkonsumsi jus

Pengetahuan ataupun kreasi adalah pengenalan akan sesuatu dari pengalaman aktual; apa yang dipelajari; persepsi yang jelas (pasti) akan apa yang dipandang sebagai fakta,

Strategi yang dibuat oleh Peace Generation Indonsia dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan dari penggunaan media sosial itu sendiri yaitu media sosial

Secara administratif, batas- batas subak di Kecamatan Kuta dan Kuta Utara dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu : (1) Lahan sawah subak yang berada didalam satu

Penelitian spesifik mengenai penentuan kriteria ketahanan cabai rawit merah terhadap kutu daun A. gosypii ataupun ambang kerugian ekonominya belum ditetapkan,

Madrasah diniyah yang selama ini menjadi lembaga formal pesantren sangat membantu dalam memberikan pemahaman keagamaan dan pembentukan ahklak yang karimah dengan kurikulum yang