• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

12 A. Landasan Teori

1. Financial Behavior

Financial behavior mempelajari bagaimana manusia secara actual berperilaku dalam sebuah penentuan keuangan, khususnya mempelajari bagaimana psikologi mempengaruhi keputusan keuangan, perusahaan dan pasar keuangan. Kedua konsep yang diuraikan secara jelas menyatakan bahwa perilaku keuangan merupakan suatu pendekatan yang menjelaskan bagaimana manusia melakukan investasi atau berhubungan dengan keuangan dipengaruhi oleh faktor psikologi (Wicaksono dan Divarda, 2015).

Perilaku keuangan menjadi gambaran cara individu berperilaku ketika dihadapkan dengan keputusan keuangan yang harus dibuat. Perilaku keuangan juga dapat diartikan sebagai suatu teori yang didasarkan atas ilmu psikologi yang berusaha memahami bagaimana emosi dan penyimpanan kognitif mempengaruhi perilaku investor. Di tengah perkembangan ekonomi global saat ini, setiap individu harus dapat menjadi konsumen yang cerdas untuk dapat mengelola keuangan pribadinya dengan cara membangun melek finansial yang mengarah pada perilaku keuangan yang sehat. Kendali diri merupakan perilaku keuangan yang sangat bermanfaat bila dipahami dan dapat diterapkan di kehidupan seharihari (Lubis, et al., 2013).

(2)

Perilaku keuangan berhubungan dengan tanggung jawab keuangan seseorang terkait dengan cara pengelolaan keuangan. Tanggung jawab keuangan merupakan proses pengelolaan uang dan asset yang dilakukan secara produktif. Pengelolaan uang adalah proses menguasai dan menggunakan aset keuangan. Ada beberapa elemen yang masuk ke pengelolaan uang yang efektif, seperti pengaturan anggaran dan menilai pembelian berdasarkan kebutuhan. Aktivitas utama dalam pengelolaan uang adalah proses penganggaran. Anggaran bertujuan untuk memastikan bahwa individu mampu mengelola kewajiban keuangan secara tepat waktu dengan menggunakan penghasilan yang diterima dalam periode yang sama (Ida dan Dwinta, 2010).

Ricciardi (2005) menyatakan bahwa financial behavior merupakan suatu disiplin ilmu yang didalamnya melekat interaksi berbagai disiplin ilmu dan terus menerus berintegrasi sehingga dalam pembahasannya tidak bisa dilakukan isolasi. Financial behavior dibangun oleh berbagai asumsi dan ide dari perilaku ekonomi. Keterlibatan emosi, sifat, kesukaan, dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan berinteraksi melandasi munculnya keputusan melakukan suatu tindakan.

Chinen dan Endo (2012) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk membuat keputusan yang benar tentang keuangan tidak akan memiliki masalah keuangan di masa depan dan menunjukkan perilaku keuangan yang sehat serta mampu menentukan prioritas kebutuhan. Perilaku

(3)

keuangan yang sehat ditunjukkan oleh aktifitas perencanaan, pengelolaan serta pengendalian keuangan yang baik.

Perilaku keuangan yang baik digambarkan dengan memiliki perilaku yang efektif seperti menyiapkan catan keuangan, dokumentasi pada arus kas, perencanaan biaya, membayar tagihan listrik, mengendalikan penggunaan kartu kredit, serta merencanakan tabungan (Zaimah, et al., 2010). Perilaku keuangan berasal dari ekonomi neoklasik. Homo economicus adalah model perilaku ekonomi manusia yang sederhana mengasumsikan bahwa prinsip-prinsip kepentingan pribadi sempurna, rasionalitas yang sempurna, dan informasi yang sempurna mengatur keputusan ekonomi individu (Pompian, 2010). Menurut Dew dan Xiao (2011), financial behavior mencakup tiga dimensi keuangan, yaitu:

a. Consumption

Konsumsi adalah pengeluaran atas berbagai barang dan jasa. FinancialBehavior seseorang dapat dilihat dari bagaimana dia melakukan kegiatan konsumsinya seperti apa yang dibeli seseorang dan mengapa dia membelinya (Ida dan Dwinta, 2010).

b. Cash-flow management

Arus kas adalah indikator utama dari kesehatan keuangan yaitu ukuran kemampuan seseorang untuk membayar segala biaya yang dimilikinya, manajemen arus kas yang baik adalah tindakan penyeimbangan, masukan uang tunai dan pengeluaran. Cash flow management dapat diukur dari apakah seseorang membayar tagihan tepat

(4)

waktu, memperhatikan catatan atau bukti dan membuat anggaran keuangan dan perencanaan masa depan (Hilgert dan Hogart, 2003).

c. Saving and Investment

Tabungan dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsi dalam periode tertentu. Karena seseorang tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, maka uang harus disimpan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga. Investasi yaitu mengalokasikan atau menanamkan sumber daya saat ini dengan tujuan mendapatkan manfaat di masa mendatang (Herdijono dan Damanik, 2013).

2. Financial Literacy

Menurut Garman dan Forgue (2010), financial literacy adalah pengetahuan akan fakta, konsep, prinsip, dan teknologi agar setiap orang bersikap cerdas terhadap uang. Seseorang yang memiliki financial literacy dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi masalah keuangan seharihari dan membantu dalam mengambil keputusan keuangan. Atkinson dan Messy (2011) mengemukakan bahwa financial literacy merupakan sebuah kombinasi dari kesadaran, pengetahuan, kemampuan perilaku, dan kebiasaan yang diperlukan untuk mengambil keputusan keuangan yang tepat dan pada akhirnya dapat mencapai kondisi keuangan yang memuaskan. Financial literacy menekankan pada pentingnya menerapkan pengetahuan dan kemampuan di bidang keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan.

(5)

Menurut Remund (2010), financial literacy memiliki hubungan dengan kemampuan seseorang dalam mengelola uang. Definisi financial literacy terbagi menjadi dua bagian yaitu, definisi secara konseptual dan definisi secara operasional. Definisi secara operasional digunakan untuk menjelaskan konsep financial literacy agar lebih mudah diukur. Definisi operasional dibagi menjadi empat golongan, yaitu penganggaran, tabungan, pinjaman, dan investasi. Definisi secara konseptual dibagi menjadi lima bagian, yaitu:

a. Kemampuan dalam memahami konsep keuangan, sehingga financial literacy yang dimiliki dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan keuangan.

b. Kemampuan mengatur keuangan pribadi, dengan menggunakan financial literacy yang dimiliki untuk melakukan kegiatan keuangan seperti melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran.

c. Kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat, menggunakan financial literacy yang dimiliki.

d. Melakukan perencanaan keuangan secara efektif untuk kebutuhan keuangan dimasa depan, financial literacy yang dimiliki digunakan untuk merencanakan investasi keuangan (Remund, 2010).

Laily (2013) mengemukakan bahwa pengetahuan keuangan adalah kecerdasan dan kemampuan seseorang dalam mengelola keuangannya. Pengetahuan keuangan mencakup pengetahuan yang terkait masalah keuangan, seperti pengenalan mengenai lembaga jasa keuangan, apa saja produk dan jasa keuangan, fitur-fitur yang melekat pada produk dan jasa keuangan, manfaat

(6)

dan resiko dari produk dan jasa keuangan, serta hak dan kewajiban sebagai konsumen pengguna jasa keuangan. Selain itu, pengetahuan keuangan juga mencakup kemampuan dan keterampilan bagaimana caranya menghitung bunga, hasil investasi, denda dan sebagainya.

Menurut Lusardi dan Mitchell (2007), financial literacy mencakup empat konsep keuangan, yaitu:

a. Pengetahuan umum keuangan

Pengetahuan tentang keuangan mencakup pengetahuan keuangan pribadi, yakni bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran, serta memahami konsep dasar keuangan. Konsep dasar keuangan tersebut mencakup perhitungan tingkat bunga sederhana, bunga majemuk, pengaruh inflasi, opportunity cost, nilai waktu uang, likuiditas suatu aset, dan lain-lain.

b. Pengetahuan mengenai manajemen uang (money management)

Konsep money management mencakup bagaimana setiap individu dapat mengelola dan menganalisis keuangan pribadi mereka. Pemahaman literasi keuangan yang baik memberikan praktik keuangan yang baik pula pada pengelolaan keuangan setiap individu. Dalam hal ini, setiap individu juga diarahkan tentang bagaimana menyusun anggaran dan membuat prioritaspenggunaan dana yang tepat sasaran.

c. Pengetahuan mengenai tabungan dan investasi

Tabungan merupakan akumulasi dana berlebih yang diperoleh dengan sengaja mengkonsumsi sedikit dari pendapatan, sedangkan investasi

(7)

adalah menyimpan atau menempatkan uang agar bisa bekerja sehingga dapat menghasilka uang yang lebih banyak (Garman dan Forgue, 2010). Dalam pemilihan tabungan, ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu: tingkat pengembalian (persentase kenaikan tabungan), inflasi, pertimbangan pajak, likuiditas (kemudahan dalam menarik dana jangka pendek tanpa kerugian atau dibebani fee), kemanan (ada tidaknya proteksi terhadap kehilangan uang jika bank mengalami kesulitan keuangan), dan pembatasan-pembatasan dari fee, yaitu penundaan atas pembayaran bunga yang dimasukkan dalam rekening dan pembebanan fee suatu transaksi tertentu untuk penarikan deposito.

d. Pengetahuan mengenai risiko

Cara menangani suatu risiko akan berpengaruh terhadap keamanan finansial di masa yang akan datang. Salah satu cara cepat yang dapat menanggulangi risiko tersebut yaitu dengan mengasuransikan aset ataupun hal-hal beresiko. Literasi keuangan sangat diperlukan dalam memilih asuransi aset sebagai pengelola risiko tersebut dan menghindari risiko tambahan yang mungkin akan terjadi.

3. Indikator Literasi Keuangan

Literasi keuangan mencakup banyak aspek yang perlu diukur. Literasikeuangan telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan mendapatkan perhatian yang lebih, khususnya pada negara-negara maju. Istilah literasi keuangan adalah kemampuan seorang individu untuk mengambil keputusan dalam hal pengaturan keuangan pribadinya. Chen dan Volpe (1998)

(8)

dalam Margaretha (2015) membagi literasi keuangan menjadi empat aspek, yaitu:

a. Pengetahuan keuangan dasar (basic financial knowledge) yang mencakup pengeluaran, pendapatan, aset, hutang, ekuitas, dan risiko. Pengetahuan dasar ini biasanya berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam melakukan investasi atau pembiayaan yang bisa mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengelola uang yang dimiliki.

b. Simpanan dan pinjaman (saving and borrowing), merupakan produk perbankan yang lebih dikenal sebagai tabungan dan kredit. Tabungan merupakan sejumlah uang yang disimpan untuk kebutuhan di masa depan. Seseorang yang memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan pengeluarannya akan cenderung menyimpan sisa uangnya tersebut untuk kebutuhan di masa depan. Bentuk simpanan bisa berupa tabungan dalam bank atau simpanan dalam bentuk deposito. Sedangkan pinjaman (borrowing) atau disebut juga dengan kredit merupakan suatu fasilitas untuk melakukan peminjaman uang dan membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

c. Proteksi atau asuransi (insurance) merupakan suatu bentuk perlindungan secara finansial yang bisa dilakukan dalam bentuk asuransi jiwa, asuransi properti, asuransi pendidikan, dan asuransi kesehatan. Tujuan dari proteksi adalah untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi hal yang tidak terduga seperti kematian, kehilangan, kecelakaan, atau kerusakan. Asuransi melibatkan pihak tertanggung untuk melakukan pembayaran

(9)

premi secara berkala dalam suatu waktu tertentu yang berguna sebagai ganti polis yang menjamin perlindungan yang diperoleh oleh pihak tertanggung.

d. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana atau aset dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di waktu yang akan datang. Bentuk investasi bisa berupa aset riil (properti atau emas), aset keuangan (saham, deposito, obligasi, dan aset keuangan lainnya), dan lain-lain. Keuntungan dari tiap jenis investasi berbeda-beda dan masing-masing juga disertai dengan risiko investasi yang berbeda-beda. Menurut hukum investasi yang ada, semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi keuantungan yang ditawarkan (high risk high return).

Dalam The Social Research Centre (2011) dinyatakan bahwa perilaku yang terkait dengan uang dapat menjadi indikator literasi keuangan seseorang. Dalam analisis ini ditemukaan 5 perilaku yang menjadi indikator diantaranya:

a. Menjaga catatan keuangan, misalnya selalu memantau saldo rekening dan pengeluaran rumah tangga.

b. Perencanaan masa depan, termasuk perilaku seperti merencanakan pendapatan saat masa pensiun, menggunakan konsultan keuangan, peng-gunaaan asuransi.

c. Memilih produk keuangan, misalnya memperluas pengetahuan produk keuangan dan jasa keuangan untuk berbelanja.

(10)

d. Staying informed (selalu terdepan terhadap perkembangan informasi), misalnya orang orang yang menggunakan informasi keuangan untuk membuat keputusan.

e. Pengawasan keuangan termasuk hal-hal seperti pengendalian situasi keuangan yang umum dan hutang dan kemampuan untuk menabung. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Literacy

Tingkat financial literacy yang dimiliki oleh setiap orang berbeda – beda. Perbedaan tingkat financial literacy itulah yang menyebabkan terjadinya perbedaan signifikan antara individu satu dengan yang lainnya dalam mengumpulkan aset, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Huston (2010) menjelaskan bahwa faktor seperti kebiasaan, kognitif, ekonomi, keluarga, teman sebaya, komunitas dan institusi dapat berdampak pada perilaku keuangan (financial behavior).

Monticone (2010) menjelaskan bahwa tingkat financial literacy seseorang dipengaruhi oleh: karakteristik demografi (gender, etnis, pendidikan dan kemampuan kognitif), latar belakang keluarga, kekayaan serta preferensi waktu. Sedangkan Capuano dan Ramsay (2011) menjelaskan bahwa faktor personal (intelegensi dan kemampuan kognitif), sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi financial literacy dan financial behavior seseorang. Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi financial literacy seseorang, baik faktor dari dalam diri individu seperti kemampuan kognitif dan psikologi maupun faktor di luar individu seperti keadaan sosial dan ekonomi. Dalam penelitian ini, faktor-faktor

(11)

sosiodemografi yang diteliti terdiri dari gender, jurusan, dan pendapatan orangtua.

5. Financial Satisfaction

Sahi (2013) mengemukakan bahwa financial satisfaction merupakan kepuasan yang dirasakan individu berkaitan dengan berbagai aspek kondisi keuangan mereka. Menurut Kim (1999), financial satisfaction adalah kepuasan seseorang terhadap kondisi keuangan pribadi. Praag dan Carbonell (2001) mengemukakan bahwa orang yang memiliki financial satisfaction adalah orang yang merasa puas terhadap kondisi keuangan saat ini. Hira dan Mugenda (1998) mengartikan kepuasan keuangan sebagai persepsi subjektif individu pada kecukupan sumber daya keuangan yang dimiliki. Oleh karena itu, kepuasan keuangan merupakan salah satu komponen dari kehidupan yang ditandai dengan ketercukupan aset keuangan. Berpijak pada definisi tersebut, tampak bahwa mencapai atau tidak mencapai kepuasan keuangan ditentukan oleh bagaimana mengelola uang. Selain daripada itu, kepuasan keuangan merupakan salah satu kewajiban bagi siapa saja untuk mewujudkannya.

Financial satisfaction dapat diukur melalui cara pandang seseorang terhadap kepuasan dari income yang diterima, kemampuan mengatasi masalah keuangan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, level hutang yang dimiliki, jumlah tabungan, ketersediaan uang untuk kebutuhan di masa depan, serta tujuan hidup (Hira dan Mugenda, 1998). Penilaian financial satisfaction dapat dilakukan secara objektif maupun secara subjektif. Penilaian secara objektif yaitu melihat dari kondisi keuangan secara riil. Penilaian subjektif

(12)

merupakan penilaian dari dalam diri masing-masing individu dalam melihat kondisi keuangan. Financial satisfaction dapat dinilai secara terpisah, yaitu berdasarkan objektif saja atau berdasarkan subjektif saja, maupun secara bersama-sama.

Menurut Tascano et al. (2006), tujuan kebahagian individu ialah untuk memenuhi kebutuhan individu dan keinginan untuk membuat diri kita lebih bahagia. Secara umum individu akan melakukan yang terbaik mengingat situasi keuangan tertentu untuk memaksimalkan kebutuhan mereka. Untuk itu, tingkat kepuasan yang berasal dari situasi financial yang diberikan akhirnya akan menjadi penentu penting dari kebahagiaan individu. Oleh karena itu, financial satisfaction dapat dilihat sebagai mediator antara pendapatan dan kebahagiaan, karena kepuasan hidup dipengaruhi oleh banyak faktor selain penghasilan, sedangkan financial satisfaction memiliki penghasilan input utama. Penilaian secara subjektif masing-masing individu terhadap financial satisfaction dinilai lebih akurat karena setiap individu dapat menilai kondisi keuangan saat ini terhadap kondisi dimasa lalu, ekspektasi dimasa depan dan standar sosial, dibandingkan melihat kondisi keuangan secara objektif saja. Cara mengukur financial satisfaction disesuaikan terhadap sampel yang di uji.

Orang dapat mengevaluasi tingkat kesejahteraan yang berkaitan dengan keadaan dan perbandingan kepada orang lain, pengalaman masa lalu dan harapan masa depan. Faktor-faktor penentu kesejahteraan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yang berbeda, yaitu atribut tujuan (misalnya pendapatan, karakteristik pribadi dan jenis rumah tangga lainnya),

(13)

atribut yang dirasakan (misalnya kepuasan dengan standar hidup atau dengan tabungan dan investasi sebagai indikator terkait atribut objektif), dan atribut dievaluasi sebagai penilaian individu karakteristik keuangan dan non-keuangan ketika dinilai terhadap standar perbandingan (misalnya aspirasi, harapan, dan lain-lain).

B. Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

1. Andrew dan Linawati (2014) dengan judul penelitian “Hubungan Faktor Demografi dan Pengetahuan Keuangan dengan Perilaku Keuangan Karyawan Swasta di Surabaya”. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku keuangan, sedangkan variabel independen penelitian ini adalah faktor demografi (jenis kelamin, pendidikan, dan pendapatan), serta pengetahuan keuangan. Penelitian ini menggunakan teknik analisis korespondensi dan chi square. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor demografi (jenis kelamin dan pendapatan) serta pengetahuan keuangan terhadap perilaku keuangan karyawan swasta di Surabaya. Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan perilaku keuangan.

2. Laily (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Mahasiswa Dalam Mengelola Keuangan”. Penelitian ini menggunakan Path Analysis. Variabel dependen dari penelitian ini adalah

(14)

perilaku keuangan, sedangkan variabel independen dari penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, dan academic ability. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku keuangan mahasiswa.

3. Ida dan Dwinta (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh Locus of Control, Financial Knowledge, dan Income terhadap Financial Management Behavior”. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah financial management behavior, sedangkan variabel independen penelitian ini adalah locus of control, financial knowledge, dan income. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh financial knowledge terhadap financial management behavior. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh personal income dan locus of control terhadap financial management behavior.

4. Herdijono dan Damanik (2013) dengan judul “Pengaruh Financial Attitide, Financial Knowledge, Parental Income Terhadap Financial Management Behavior”. Penelitian ini menggunakan tenik analisis chi square. Variabel independen penelitian ini adalah financial Attitide, financial knowledge, dan parental income, sedangkan variabel dependen adalah financial management behavior. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial Attitide, financial knowledge, dan parental income berpengaruh terhadap financial management behavior.

(15)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian itu ditujukan, hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan diealaborasi dari perumusan masalah yang telah di identifikasi melalui wawancara, observasi, dan survey literature.

Sedangkan hubungan antara variabel bebas dan terikat merupakan hubungan kausal (sebab-akibat), dan model hubungannya adalah variabel penyebab sebagai variabel bebas dan variabel akibat sebagai variabel terikat, sehingga yang akan diuji adalah bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara teiro variabel bebas yang terdiri dari financial literacy dan financial satisfaction di tingkatkan maka akan meningkatkan financial behavior. Hubungan antara variabel bebas dan terikat dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar II.1 Kerangka Konseptual Financial Literacy (X1) Financial Satisfaction (X2) Financial Behavior (Y)

(16)

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diberikan, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Diduga financial literacy dan financial satisfaction secara simultan berpengaruh signifikan terhadap financial behavior pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Mercubuana Kampus 3 Yogyakarta.

2. Diduga financial literacy berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial behavior pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Mercubuana Kampus 3 Yogyakarta.

3. Diduga financial satisfaction berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial behavior pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Mercubuana Kampus 3 Yogyakarta.

Gambar

Gambar II.1  Kerangka Konseptual  Financial  Literacy  (X1)  Financial  Satisfaction  (X2)  Financial Behavior (Y)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kompos pada tanah bekas tambang emas dan mengetahui jenis kompos mana yang terbaik terhadap pertumbuhan awal

Implementasi tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB mengkaji karakteristik nyeri ( PQRST ) dengan respon subjektif klien mengatakan nyeri pada luka post operasi apendiktomi,

karena atas berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: Pengaruh Penggunaan Media Gambar Timbul Terhadap Hasil

Keempat risk level tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor seperti jenis kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi sebuah link berbeda-beda, menggunakan mesin atau alat yang

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik Menu Pencatatan Aktiva/inventaris Menampilkan form Pencatatan Aktiva/inventaris Dapat melihat tabel Pencatatan

” Pada aktifitas dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah kabupaten mengandung risiko yang berpengaruh terhadap kinerja waktu dan biaya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang usaha atau cara yang ditempuh bila perusahaan dalam mengkaji ulang manajemen pemasarannya