• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014)

http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja © Copyright 2014

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN

SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA

KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

Budiyanto1 (yantobudi96@rocketmail.com) La Sina2 (lasina@fhunmul.ac.id) Nur Arifudin3 (nurarifudin_lo@yahoo.com) Abstrak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui. Efektivitas pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah belum efektif, hal ini dikarenakan tidak adanya jumlah keseluruhan dari usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda yaitu jumlah yang sudah mempunyai izin dan yang belum memiliki izin yang dimiliki oleh instansi terkait. Dari data sampel yang dipilih oleh penulis, telah diperoleh 28 (dua puluh delapan) pelaku usaha yang dipilih secara acak pada Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ditemukan jumlah pelaku usaha perdagangan yang sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan adalah 8 orang pelaku usaha (30%) dan 20 orang pelaku usaha (70%) tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. Faktor yang mempengaruhi para pelaku usaha tidak memiliki surat izin dapat disimpulkan bahwa tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh instansi terkait tentang pentingnya memiliki izin usaha untuk usaha mereka, kesadaran para pelaku usaha itu sendiri untuk melakukan perizinan, dan kurangnya penegakan hukum atau yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha perdagangan, menjadi faktor yang mempengaruhi pelaku usaha kecil dan menengah tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan.

Kata kunci : Efektifitas Hukum, Perizinan, Usaha Kecil Menengah

1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2

Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

(2)

Pendahuluan

Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 dapat diwujudkan melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi. Hal ini diungkapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 33 ayat (4) yang menyebutkan “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”4

Munculnya kegiatan Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah merupakan bagian integral dari perekonomian rakyat yang mempunyai kedudukan, peran dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang dan berkeadilan. Eksistensi Usaha Kecil Menengah (UKM) dalam menyokong perekonomian Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Usaha Kecil Menengah (UKM) telah terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak utama perekonomian Indonesia selama terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997.5

Pemberdayaan UKM perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim usaha yang kondusif pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan dan pengembangan usaha, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi UKM dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan

4

Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

(3)

pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan.6 Dalam pertumbuhanya, UKM berkembang mewarnai perekonomian di setiap daerah. Mulai usaha industri, usaha dibidang jasa maupun usaha perdagangan yang mana keberadaanya menjadi salah satu solusi dalam mengatasi angka pengangguran sekaligus menggerakan roda perekonomian daerah. UKM di Indonesia merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti terhadap krisis ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan kelompok usaha kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok. Kriteria usaha yang termasuk dalam usaha kecil dan menengah telah diatur dalam payung hukum berdasarkan Undang-undang yaitu Undang-undang Nomor 20 Tahun 1008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan bisnis UKM menjadi primadona dalam dunia bisnis dengan jumlah perkembangan yang cukup pesat. UKM ikut memeganga peranan dalam pertumbuhan perekonomian Kota Samarinda. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda, jumlah UKM terus meningkat. Terhitung dari tahun 2007 jumlah pengusaha kecil menengah tercatat 3.542 orang, dengan jumlah pengusaha pada sektor perdagangan mencapai 2.322 orang. Memasuki tahun 2012, jumlah pelaku usaha kecil menengah mencapai 4.739 orang, dimana 3.107 diantaranya adalah pelaku usaha pada sektor perdagangan.7

6

Pertimbangan Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

7

(4)

Dengan peningkatan jumlah pertumbuhan UKM tersebut, maka perlu adanya upaya untuk melakukan kontrol terhadap UKM tersebut yaitu dengan adanya campur tangan dari pemerintah daerah. Salah satu bentuk dari campur tangan pemerintah daerah sebagai alat administrasi negara adalah membentuk ketetapan atau keputusan. Bentuk ketetapan atau keputusan tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha yaitu berupa perizinan. Perizinan merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Perizinan menjadi sedemikian pentingnya karena keberadaan perizinan dapat menentukan jadi tidaknya suatu usaha. Ada beberapa izin yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang salah satunya adalah Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) sebagai legalitas usaha di bidang perdagangan, perlu diberikan kemudahan, keseragaman dan ketertiban sehingga dapat meningkatkan kelancaran pelayanan publik. Untuk itu menteri perdagangan mengeluarkan peraturan No.46/M-DAG/PER/9/2009 tentang penerbitan Surat Izin usaha Perdagangan. Begitu pula dengan UKM yang terdiri beberapa sektor yang salah satunya adalah sektor perdagangan yang memerlukan izin berupa Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan jati diri yang dipakai oleh perusahaan atau badan usaha untuk menjalankan usahanya secara sah, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan, berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 Tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa surat izin usaha perdagangan

(5)

wajib dimiliki oleh para pelaku usaha perdagangan karena sebagai bukti legalitas atas perusahaannya dalam melakukan segala kegiatan usahanya. Dengan adanya SIUP ini para pengusaha akan lebih leluasa dan tenang dalam menjalankan usahanya karena sudah dilindungi oleh hukum dan sudah diakui oleh pemerintah. SIUP dimaksudkan sebagai sumber informasi resmi dari suatu perusahaan perdagangan baik mengenai identitas pendirinya, jenis usahanya, ruang lingkup kegiatannya dan tempat pendirian perusahaannya. Dengan adanya SIUP tersebut setiap usaha yang didirikan akan dapat didata dan dinilai oleh pemerintah mengenai pertumbuhan perekonomian daerahnya serta mempermudah pemerintah dalam mengawasi memberi pengarahan, bimbingan dan lain-lain.

Berdasarkan penelitian awal yang telah dilakukan, ditemukan beberapa pelaku usaha kecil dan menengah yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Beberapa pelaku usaha tersebut berpendapat bahwa tidak melakukan perizinan karena usahanya masih berskala kecil.8 Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Efektivitas Pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kepada Usaha Kecil Dan Menengah Di Kota Samarinda.

8

(6)

Pembahasan

1. Efektivitas Pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Terhadap Usaha Kecil dan Menengah di Kota Samarinda

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda mengenai tingkat keefektifan pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan kepada Usaha Kecil dan Menengah belum dapat diketahui apakah sudah efektif atau belum. Hal ini dikarenakan tidak adanya jumlah keseluruhan dari usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda baik jumlah yang sudah mempunyai izin maupun yang belum memiliki izin. Jika dilihat dari data yang diperoleh dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda, jumlah UKM yang ada dikota Samarinda dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 mencapai 4.429 orang pelaku usaha yang 3.107 diantaranya adalah pelaku usaha pada sektor perdagangan.9 Sedangkan dari data yang diperoleh dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda, jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan yang dikeluarkan kepada pelaku usaha perdagangan berskala kecil mencapai 5.903 dan jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan yang dikeluarkan kepada pelaku usaha perdagangan berskala menengah mencapai 3.486.10

9

Hasil penelitian pada Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda, tanggal

10

(7)

Apabila dilihat dari jumlah tersebut, jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan yang sudah diterbitkan sudah melebihi jumlah usaha kecil menengah yang didapat dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda. Maka tingkat pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap Usaha Kecil dan Menengah sudah mencapai tingkat efektif. Untuk mengetahui tingkat efektif dari pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap Usaha Kecil dan Menengah yang ada di Kota Samarinda, tidak hanya dilihat dari data yang diperoleh dari Instansi pemerintah semata, akan tetapi juga dilihat dari segi fakta di lapangan yaitu dari pelaku usaha kecil dan menengah sektor perdagangan yang ada di Kota Samarinda. Dari data sampel yang dipilih oleh penulis, telah diperoleh 28 (dua puluh delapan) pelaku usaha yang dipilih secara acak pada Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ditemukan jumlah pelaku usaha perdagangan yang sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan adalah 8 orang pelaku usaha (30%) dan 20 orang pelaku usaha (70%) tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan. Jika dilihat dari fakta yang ada dilapangan, maka pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah belum efektif.

2. Faktor Usaha Kecil dan Menengah Tidak Memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

Efektivitas pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah sangat erat kaitannya dengan apa yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi efektivitas hukum, dari teori dan konsep yang dikemukakan

(8)

oleh Soerjono Soekanto inilah penulis berpijak dalam pembahasan ini. Efektivitas hukum membicarakan pengaruh hukum terhadap masyarakat, yang intinya mengenai prilaku masyarakat sesuai dengan hukum yang berlaku. Kalau warga masyarakat berprilaku sesuai dengan yang diharapkan atau dikehendaki hukum, maka dapatlah dikatakan pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah adalah efektif. Cara agar hukum efektif adalah dengan cara mencantumkan sanksi.

Didalam Pasal 23 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, menjelaskan bahwa setiap pelaku usaha perdagangan yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Disini tidak dijelaskan secara rinci mengenai bentuk sanksi yang akan dikenakan, ini akan menimbulkan interprestasi oleh penegak hukum maupun masyarakat itu sendiri. Sehingga hal ini bisa mengurangi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan suatu aturan atau pelaksanaan ada beberapa faktor yaitu:11

11

Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2011.hlm. 11

(9)

a. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal ini dibatasi pada

Undang–Undang saja, yaitu Undang–Undang dalam arti materil adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan di buat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah.

Dalam hal pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Samarinda, belum ada peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Daerah Kota Samarinda yang mengatur secara teknis mengenai perizinan khususnya izin usaha perdagangan. Sehingga akan menimbulkan kekosongan hukum dalam penegakan hukum itu sendiri, kemudian apabila dihubungkan dengan ajaran Soerjono Soekanto mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, termasuk pada faktor ke satu yaitu faktor hukumnya sendiri.

b. Faktor penegak hukum, faktor ini erat kaitanya dengan

perilaku nyata penegakan hukum. Yaitu melalui pengawasan dan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah yang ada di Kota Samarinda yang dilakukan oleh pihak yang mempunyai kompetensi atau kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda.

Didalam penelitian lapangan, penulis menemukan bahwa tidak ada suatu pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait terhadap usaha kecil menengah yang ada di Kecamatan

(10)

Sambutan, hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.

c. Faktor sarana atau fasilitas, yang mendukung tingkat

efektifnya suatau peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Faktor sarana dan fasilitas dalam hal ini ialah sosialisasi tentang Peraturan tersebut serta pentingnya membuat surat izin usaha perdagangan untuk usaha para pelaku usaha kecil menengah.

Tidak optimalnya suatu sosialisasi baik tentang peraturan maupun pentingnya Surat Izin Usaha Perdagangan menyebabkan para pelaku usaha Kecil dan menengah sektor perdagangan tidak melakukan perizinan. Hal ini sesuai dengan penelitian penulis melalui wawancara yang dilakukan kepada para pelaku usaha kecil menengah yang ada di Kecamatan Sambutan Kota Samarinda.

d. Faktor masyarakat dimana hukum tersebut berlaku, ini

berkaitan dengan tingkat kepatuhan dan kesadaran hukum masyarakat, terutama dalam melakukan izin usaha, dimana

(11)

penegakan hukum harus senantiasa diawasi, bila tidak ada pengawasan maka dianggap tidak ada hukum.

Hal ini erat kaitanya dengan tingkat efektifnya pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan tersebut, karena para pelaku usaha kecil dan menengah tersebut beranggapan bahwa jika pelaku usaha kecil yang lain yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan tidak ada masalah dengan pemerintah, maka untuk apa mereka harus membuat surat izin tersebut.

e. Faktor budaya hukum, Kebudayaan memegang peranan

penting dalam kehidupan masyarakat. Manusia belajar dengan apa yang dilihatnya, bila dari kecil mereka terlatih untuk mematuhi peraturan maka dewasapun mereka akan terbiasa dengan peraturan yang berlaku. Apabila satu usaha perdagangan yang tidak memiliki surat izin usaha perdagangan tidak mempunyai masalah dengan peraturan yang telah dibuat, maka para pelaku usaha yang lain akan mengikuti untuk tidak membuat surat izin usaha perdagangan bagi usaha mereka. Hal-hal penting yang dapat mempengaruhi suatu pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan yang menentukan apakah pelaksanaan aturan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan menentukan apakah pengusaha perdagangan peduli terhadap usahanya. Dalam hal ini para pelaku usaha kecil dan menengah lebih berperan dalam penerbitan Surat Izin Usaha

(12)

Perdagangan. Adapun faktor-faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan meliputi :

a. Tingkat kepedulian Pelaku usaha perdagangan

Suatu peraturan akan berjalan efektif apabila ada kepedulian dari pelaku usaha perdagangan kepada masyarakat karena masyarakat sekitar sangat mempengaruhi pengusaha perdagangan dalam melakukan izin usaha perdagangan.

b. Tingkat produktifitas pelaku usaha perdagangan

Pelaku usaha perdagangan yang produktif ialah pelaku usaha yang dalam hal ini adalah pemohon dalam penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang disiplin dan taat hukum, sehingga mampu untuk mengajukan pengurusan permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan yang telah ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Masyarakat disebut produktif apabila telah berusaha dengan keras untuk mendapatkan keinginannya. Sehingga dari segi kesadaran mampu melaksanakan kewajibannya atas syarat yang ditentukan oleh peraturan tersebut dalam usahanya untuk memperoleh SIUP. Ketidakmampuan dalam meningkatkan produktifitas berakibat munculnya kemalasan seperti, pengusaha

(13)

perdagangan yang tidak memiliki kemampuan produktifitas akan menjadi malas untuk mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan. c. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi mempengaruhi dalam pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan. Seorang pengusaha akan melakukan pengurusan Surat Izin Usaha perdagangan bila tingkat ekonomi dari usahanya meningkat. Sedangkan bila tingkat ekonomi pengusaha itu tetap ataupun rendah maka mereka tidak akan mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan. Kebanyakan pengusaha beranggapan bahwa Surat izin Usaha Perdagangan tidak diperlukan bila tingkat ekonomi mereka tetap atau rendah karena mereka acuh terhadap peraturan pemerintah yang berlaku.

d. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam masyarakat. Karena masyarakat membutuhkan pendidikan agar dapat belajar dari pengalaman. Masyarakat terdidik, dalam hal ini adalah para pelaku usaha kecil menengah dengan sendirinya tidak akan mudah untuk dibohongi.

Tingkat pendidikan menentukan apakah para pelaku usaha mampu untuk mematuhi, memahami, dan mempelajari informasi tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Sehingga para pelaku usaha mampu melaksanakan urusan yang

(14)

berkaitan dengan Surat Izin Usaha Perdagangan. Tetapi apabila mereka tidak mampu untuk mematuhi, memahami, dan mempelajari serta tidak mendapatkan informasi tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan maka banyak sekali pengusaha perdagangan yang tidak melaksanakan urusan yang berkaitan dengan Surat Izin Usaha Perdagangan.

e. Tingkat kepatuhan

Tingkat kepatuhan juga termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi. Bila para pelaku usaha patuh pada aturan pemerintah, maka segala kemudahan akan didapatnya, sedangkan bila para pelaku usaha tidak mematuhi aturan pemerintah maka yang didapat hanyalah kesulitan semata. Kepatuhan disini ialah kepatuhan dalam hal mematuhi peraturan pemerintah dan melaksanakan kewajibannya untuk mengajukan permohonan penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangaan bagi para pelaku usaha yang ingin memperoleh bukti legalitas yang membolehkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh seorang pengusaha dagang.

f. Tingkat Kebudayaan Masyarakat

Kebudayaan memang peranan penting dalam kehidupan masyarakat ditanamkan sejak Indonesia lahir hingga dewasa oleh orang tua. Manusia belajar dengan apa yang dilihatnya, bila dari kecil mereka terlatih untuk mematuhi peraturan maka dewasapun

(15)

mereka akan terbiasa dengan peraturan yang berlaku. dikemudian hari apabila para pelaku usaha memiliki suatu usaha perdagangan maka dengan kesadaran pengusaha tersebut akan membuat Surat Izin Usaha Perdagangan dengan sendirinya. Begitu pula sebaliknya bila dari kecil mereka tidak terlatih untuk mematuhi peraturan maka dewasapun mereka tidak akan terbiasa dengan peraturan yang berlaku sehingga banyak pengusaha yang tidak sadar akan pentingnya Surat Izin Usaha Perdagangan tersebut.12

Sebagian para pelaku usaha masih belum menyadari pentingnya SIUP bagi suatu usaha perdagangan, karena selain untuk kepentingan pemilik usaha perdagangan itu sendiri juga agar usaha perdagangan yang dimiliki memiliki status hukum yang jelas dan agar pemilik usaha perdagangan tersebut terhindar dari masalah yang tidak diinginkan dikemudian hari. Dilain pihak dengan dimilikinya Surat Izin Usaha Perdagangan, berarti para pelaku usaha tersebut telah membantu pihak pemerintah dalam menertibkan administrasi perizinan. Apabila pengusaha perdagangan terbiasa untuk selalu mentaati suatu peraturan yang berlaku dalam melakukan suatu tindakan, hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pengusaha perdagangan lain dan tertanam suatu kebiasaan untuk selalu bertindak secara disiplin dan sesuai dengan norma-norma dan aturan yang ada.

12

Wawancara dengan Kabid Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, Tanggal 3 Maret 2013

(16)

Kurangnya kesadaran pelaku usaha terhadap pentingnya mendaftarkan izin untuk usaha mereka, tidak hanya dipengaruhi oleh sarana dan prasarana dalam pengurus izin, namun hal ini disebabkan juga oleh kurangnya pengetahuan tentang pentingnya suatu perizinan terhadap usaha yang dijalankan oleh mereka. Setelah penulis mengkaji permasalahan ini dengan menggunakan teori efektifitas hukum oleh Soerjono Soekanto, yaitu para pelaku usaha sebagai subyek dan obyek dari peraturan, sebagian pelaku usaha seperti tidak taat hukum karena masih kurang menyadari pentingnya mendaftarkan izin untuk usaha mereka, namun apabila dilihat dari penyebab atau faktor yang mempengaruhi para pelaku usaha tidak memiliki surat izin dapat disimpulkan bahwa tidak adanya sosialisasi yang dilakukan oleh dinas terkait tentang pentingnya memiliki izin usaha untuk usaha mereka, kesadaran para pelaku usaha itu sendiri untuk melakukan perizinan, dan kurangnya penegakan hukum atau yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha perdagangan, menjadi faktor yang mempengaruhi pelaku usaha kecil dan menengah tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan.

Penutup

1. Efektivitas pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan terhadap usaha kecil dan menengah belum efektif, hal ini dikarenakan tidak adanya jumlah keseluruhan dari usaha kecil dan menengah di Kota Samarinda yaitu jumlah yang sudah mempunyai izin dan yang belum memiliki izin yang dimiliki oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Samarinda, Dinas Koperasi dan

(17)

UKM Kota Samarinda dan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda. Jumlah Surat Izin Usaha Perdagangan bagi usaha kecil dan menengah yang diterbitkan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda melebihi jumlah Usaha Kecil dan Menengah sektor perdagangan yang mana data ini didapat dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Samarinda. Dari data sampel yang dipilih oleh penulis, telah diperoleh 28 (dua puluh delapan) pelaku usaha yang dipilih secara acak pada Kecamatan Sambutan Kota Samarinda. Ditemukan jumlah pelaku usaha perdagangan yang sudah memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan adalah 8 orang pelaku usaha (30%) dan 20 orang pelaku usaha (70%) tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan.

2. faktor usaha kecil dan menengah tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan

Tidak dijelaskanya secara rinci mengenai bentuk sanksi yang akan dikenakan dalam Pasal 23 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan, ini akan menimbulkan interprestasi oleh penegak hukum maupun masyarakat itu sendiri. Sehingga hal ini bisa mengurangi tingkat kepatuhan masyarakat terhadap hukum itu sendiri.

a. Faktor Hukumnya Sendiri, dalam hal pemberlakuan Surat Izin Usaha Perdagangan di Kota Samarinda, belum ada peraturan

(18)

pelaksananya yaitu Peraturan Daerah Kota Samarinda yang mengatur secara teknis mengenai perizinan khususnya izin usaha perdagangan. Sehingga akan menimbulkan kekosongan hukum dalam penegakan hukum itu sendiri,

b. Faktor sarana, yang mendukung tingkat efektifnya suatu peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan. Faktor sarana dalam hal ini ialah kurang optimalnya sosialisasi tentang peraturan yang mengatur perizinan serta pentingnya membuat surat izin usaha perdagangan untuk usaha para pelaku usaha kecil menengah.

c. Faktor penegak hukum, faktor ini erat kaitanya dengan perilaku nyata penegakan hukum. bahwa tidak adanya suatu pengawasan yang dilakukan oleh instansi terkait terhadap usaha kecil menengah yang ada di Kecamatan Sambutan, hal ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan hukum.

d. Faktor Masyarakat, para pelaku usaha kecil dan menengah tersebut beranggapan bahwa jika pelaku usaha kecil yang lain yang tidak memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan tidak ada

(19)

masalah dengan pemerintah, maka untuk apa mereka harus membuat surat izin tersebut.

e. Kebudayaan, Lemahnya kesadaran hukum dan kepatuhan masyarakat pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Sambutan terhadap perizinan untuk usaha mereka sudah menjadi budaya didalam masyarakat itu sendiri.

Hal-hal penting yang dapat mempengaruhi suatu penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan yang menentukan apakah pelaksanaan aturan telah berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan menentukan apakah pengusaha perdagangan peduli terhadap usahanya. Dalam hal ini pemohon lebih berperan dalam penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

Adapun faktor-faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pengurusan Surat Izin Usaha Perdagangan meliputi :

a. Tingkat kepedulian Pelaku usaha perdagangan, b. Tingkat produktifitas Pelaku usaha perdagangan, c. Tingkat ekonomi Pelaku usaha perdagangan, d. Tingkat Pendidikan Pelaku usaha perdagangan,

e. Tingkat kepatuhan Pelaku usaha perdagangan, dan Tingkat Kebudayaan Masyarakat.

(20)

Daftar Pustaka A. Buku

Adiningsih, Sri, 2008, 1 Dekade Pasca-Krisis Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Asyhadie, Zaeni, 2009, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia (Edisi Revisi), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hadjon, Philipus M., 1993, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Cetakan

Pertama, Surabaya,

HR, Ridwan, 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir, 2004,Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Siswosoediro, Henry S., 2008, Panduan Praktis Mengurus Surat-surat Perizinan, Visimedia, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 1998, Efektivitas Hukum dan Penerapan Sanksi, Alumni, Bandung.

Soekanto, Soerjono, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penegakan Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekanto, Soerjono, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta.

Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta.

Sunggono, Bambang, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

B. Peaturan Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara 1945

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 3 tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39/M-DAG/PER/12/2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 36/M-DAG/PER/9/2007 tentang penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.

(21)

C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, Tesis dan Disertasi

Mariani, Emmy, 2012, “Efektivitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Dalam Pembuatan Perizinan di Kota Samarinda”, Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman.

Wijaya, Andri, 2012, “ Efektivitas Pembentukan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (One Stop Service) Sebagai Bentuk Pelayanan Publik di Bidang Perizinan”, Fakultas Hukum, Universitas Jambi.

Adikoyo, Setyaningsih, 2009, “Tinjauan Yuridis Tentang Mekanisme Pemberian SIUP Sebelum dan Sesudah Berlakunya Program Satu Pintu (One Stop Service) di Kabupaten Karanganyar”, Fakultas Hukum, Universitas Islam Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dalam strategi operasi di lingkungan global hal-hal yang perlu diperhatikan adalah yang pertama kita harus memahami pandangan operasi secara

Sukses atau tidaknya suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yang paling dominan yaitu proses produksinya, sebab proses produksi adalah suatu kegiatan

II. PENGAJUAN PENYUSUNAN TUGAS AKHIR.. Untuk menempuh ujian tugas akhir program sarjana, seorang mahasiswa ditugaskan membuat tugas akhir yang berbentuk skripsi, yaitu

Halaman 1 RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA

METAFORA DALAM TUTURAN KOMENTATOR INDONESIA SUPER LEAGUE MUSIM 2013-2014: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir, apabila jumlah kekayaan bersih Perseroan tidak menjadi lebih kecil daripada jumlah

Dan dapat dilihat bahwa kedua tipe graph di atas saling bebas, yaitu bahwa graph transitif titik belum tentu transitif sisi, contoh yang paling sederhana adalah graph

[r]