• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI PREDIKTOR EARNING RESPONSE COEFFICIENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI PREDIKTOR EARNING RESPONSE COEFFICIENT"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

SEBAGAI PREDIKTOR EARNING RESPONSE COEFFICIENT

Hendra

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Hans Hananto Andreas Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the effect of Corporate Social Responsibility disclosure on Earning Response Coeffcient on basic and chemical companies listed on BEI. This research also includes several control variables such as Leverage, Price to Book Value and Company Size. CSR is measured with GRI G4 index while ERC is measured with regression coefficient between Cumulative Abnormal Return with Unexpected Earning.

Objects in this research are the basic and chemical companies that listed on BEI in 2013 to 2016. Samples are taken with purposive sampling method with companies that meet the criteria in four years of research are as many as 144 samples. Data were analyzed by multiple linear regression test. The result of this study shows that the Corporate Social Responsibility disclosure positively affects Earning Response Coeffcient.

Keywords: Corporate Social Responsibility disclosure, Earning Response Coefficient

PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan informasi yang wajib diungkapkan perusahaan untuk kepentingan internal dalam pengelolaan perusahaan maupun untuk kepentingan pihak eksternal salah satunya investor. Laporan keuangan terdiri dari berbagai macam informasi salah satunya adalah informasi laba perusahaan. Laba perusahaan memiliki hubungan yang sangat erat dengan

return saham (Febrianto 2005). Sebuah perusahaan berbasis laba selalu mengupayakan laba

sebagai proritas utama mereka. Manajemen perusahaan mempunyai tanggung jawab kepada para pemegang saham, langkah yang dapat dilakukan manajemen untuk menjalankan tanggung jawab mereka adalah dengan mengoptimalkan kinerja mereka. Sebaliknya pemegang saham bahkan para investor memantau laba sebagai indikator penilai kinerja sebuah perusahaan. Seperti yang dikatakan oleh Setyaningtyas (2009) laporan laba dan komponennya adalah informasi yang sangat penting bagi pemangku kepentingan perusahaan, tak terkecuali investor yang melakukan penilaian terhadap perusahaan untuk keputusan investasi dengan laba dinyatakan sebagai parameter kinerja perusahaan.

Laba akuntansi adalah tolak ukur yang dapat dijadikan acuan para investor baru untuk memperkirakan naik atau turunnya nilai suatu saham. Kualitas laba yang diperoleh perusahaan

(2)

tidak berbicara mengenai tinggi rendahnya laba yang diperoleh, melainkan overstatement atau

understatement dari laba bersih, komponen laporan laba rugi, realisasi risiko aset, pemeliharaan

modal dan kemampuan laba perusahaan memprediksi peluang di masa depan. (Diantimala 2008). Ada banyak metode untuk mengukur kualitas laba suatu perusahaan, diantaranya dengan koefisien respon laba atau Earning Response Coefficient (ERC). Menurut Cho dan Jung (1991) ERC adalah pengaruh laba kejutan (unexpected earning) terhadap cumulative abnormal

return (CAR), yang dapat ditunjukan dengan slope coefficient dalam regresi abnormal return

sama dengan unexpected earning. Unexpected earning merupakan selisih dari laba yang diharapkan (expected return) dengan laba yang terjadi sebenarnya (actual return). Koefisien respon laba merupakan respon pasar terhadap informasi atas laba yang diumumkan oleh perusahaan yang dapat diamati dari pergerakan harga saham saat tanggal pengumuman laporan keuangan (Diantimala 2008).

Corporate Social Responsibility merupakan program yang mengaitkan isu sosial ke

dalam aktivitas operasi sosial perusahaan, hal ini dapat mengakomodasikannya dengan pemegang saham (Darwin 2006). Saat ini program CSR telah dijalankan perusahaan dan dinyatakan dalam laporan keuangan mereka. Dari tahun ke tahun diketahui semakin banyak perusahaan yang sadar dalam mengungkapkan laporan tanggung jawab sosial mereka (Sayekti 1994). Jika dahulu CSR perusahaan adalah laporan sukarela yang diterbitkan oleh perusahaan, sekarang CSR merupakan pelaporan yang diharuskan dalam Undang-Undang No.40 tahun 2007 yang berisi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan terbatas. Pengungkapan CSR yang dilakukan tidak semata-mata untuk mematuhi peraturan yang ada, melainkan CSR adalah bentuk upaya untuk menciptakan dan melegitimasi perusahaan dalam aspek politis dan ekonomi (Guthrie dan Parker 1990). CSR menjadi strategi perusahaan untuk mempertahankan eksistensinya dalam lingkungan sosial yang senantiasa berubah.

Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan perusahaan hidup dalam lingkungan masyarakat dan diharapkan memberikan dampak terhadap sosial dan lingkungan oleh karena itu pengungkapan CSR menjadi sangat penting. CSR dianggap sebagai bentuk akuntabilitas dari pihak perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan atas tanggung jawab mereka. Dengan program CSR yang dijalankan, perusahaan mengharapkan dapat memperoleh pengakuan dalam lingkungan sosial dan memperkuat posisi mereka secara jangka panjang (Kiroyan 2006). Perusahaan mengharapkan memperoleh respon positif dari pelaku-pelaku pasar termasuk lingkungan sosial masyarakat (Sayekti dan Wondabio 2007). Investor diharapkan tidak hanya memandang laporan laba rugi perusahaan untuk keputusan investasi mereka, namun juga mempertimbangkan informasi CSR yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan untuk membuat keputusan investasi yang menguntungkan.

Ketidakpastian prospek perusahaan di masa depan membuat Informativness of earnings (informasi laba) semakin tinggi (Sayekti 2007). Informativness of earnings adalah informasi yang digunakan investor dalam membuat keputusan investasi. Informativness of earnings dapat diukur dengan Earnings Response Coefficient. Dapat disimpulkan semakin besar tingkat ketidakpastian prospek di masa mendatang maka akan semakin tinggi Earnings Response

Coefficient. Dalam laporan tahunan perusahaan mengungkapkan beberapa informasi tambahan,

salah satunya adalah informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan untuk mengurangi ketidakpastian prospek tersebut. Survei yang dilakukan Global The Economist Intelligence Unit

(3)

menyatakan dalam membuat keputusan investasi, sebanyak 85% investor dan executive senior dari berbagai tipe organisasi menilai CSR sebagai pertimbangan utama (Warta Ekonomi 2006).

Pada beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Holbrook (2013), Daud dan Syarifuddin (2008), Rachmawati (2016) yang menyimpulkan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayekti dan Wondabio (2007), Utaminingtyas dan Ahalik (2010), Suryani dan Herianti (2015) yang menyimpulkan bahwa pengungkapan Corporate Social

Responsibility berpengaruh negatif terhadap Earning Response Coefficient. Berdasarkan

perbedaan hasil penelitian sebelumnya maka penelitian ini menguji kembali ”Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient.”

Terdapat beberapa perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang telah ada sebelumnya, yang pertama adalah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan dasar dan kimia punya limbah yang sensitif dengan lingkungan sekitar mereka, maka dari itu objek sampel yang dipilih adalah perusahaan sektor dasar dan kimia karena limbah yang mereka hasilkan cukup banyak. Kedua, perbedaan tahun pengujian yang lebih baru dari penelitian sebelumnya yakni tahun 2013 sampai 2016 dengan laporan keuangan sebagai dasar pengamatan. Ketiga penelitian ini penggunakan Global Reporting Intiative (GRI) generasi terbaru atau yang dikenal GRI G4 sebagai pedoman dalam mengukur indeks pengungkapan CSR, dimana pada penelitian sebelumnya belum banyak yang menggunakan pedoman ini, seperti penelitian Awuy (2016) dan (2015) yang masih menggunakan pedoman GRI G3 yang diterbitkan sejak 2005 pada penelitian mereka yang terbilang cukup baru. Keempat pada penelitian ini menggunakan variabel kontrol

Leverage, Price to Book Value (PBV) dan Ukuran Perusahaan yang berbeda dengan penelitian

sebelumnya seperti dengan penelitian Sayekti dan Wondabio (2007) yang menggunakan BETA dan PBV, pada penelitian Pradipta dan Purwaningsih (2011) yang menggunakan variabel kontrol

Debt to Equity Ratio (DER) dan Ukuran Perusahaan

Berdasarkan uraian diatas adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient pada perusahaan BEI pada tahun 2013 sampai 2016?. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response Coefficient pada perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di BEI pada tahun 2013 sampai 2016. Manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah supaya penelitian ini menjadi acuan para investor sebagai bahan analisis dalam membuat keputusan investasi, dengan memahami Corporate Social

Responsibility sebagai informasi laba perusahaan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi

pertimbangan bagi perusahaan dalam keputusan menjalankan program Corporate Social

Responsibility dalam upaya perusahaan meningkatkan kualitas dan standar yang telah ada

sebelumnya. Serta diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam topik sejenis untuk menjelaskan hubungan antara pengungkapan Corporate

Social Responsibility dengan Earning Response Coefficient.

KAJIAN TEORI Teori Persinyalan

(4)

Teori persinyalan adalah teori yang menyatakan bagaimana menajemen perusahaan memberikan petunjuk kepada pemangku kepentingan khususnya investor mengenai prospek perusahaan mereka (Brigham dan Houston 2010). Manajer dapat mengunakan akun-akun (account) untuk mempredikasi sinyal dan tujuan masa mendatang. Apabila manajer mempredikasiakan terjadi peningkatan dimasa mendatang maka manajer akan berupaya memberikan sinyal yang ditujukan kepada investor dengan akun-akun tersebut. Sinyal yang diberikan perusahaaan berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan mereka mempunyai kinerja dan prospek yang baik daripada perusahaan lain. Manajemen memberikan informasi untuk menghindari adanya asimetri informasi. Asimeteri informasi menyebabkan kesalahan presepsi oleh para investor yang menganggap perusahaan yang sebenarnya kinerja baik namun dianggap buruk atau sebaliknya. Presepsi oleh para investor mencerminkan harga saham di pasar modal.

Sinyal yang diberikan oleh manajemen dapat berupa pengungkapan Corporate Social

Responsibility yang dijalankan perusahaan. Perusahaan mengungkapan segala aktivitas sosial

mereka ke dalam program tersebut dengan tujuan memberikan sinyal kepada para investor. Dengan signal yang diberikan oleh perusahaan apabila investor menangkap sinyal yang diberikan oleh perusahaan maka investor akan bereaksi. Rekasi dari investor tersebut tercermin dari Earning Response Coefficient sebagai pengukuran keinformatifan laba (Chang dan Sun 2010).

Corporate Social Responsibility (CSR)

Gagasan munculnya sebuah tanggung jawab sosial adalah bagaimana perusahaan dapat memberikan perhatian terhadap lingkungan, bagaimana dampak yang diberikan dari aktivitas operasi yang dijalankan perusahaan. Menurut Listyanti (2011) tanggung jawab sosial perusahaan adalah bentuk kepedulian yang diberikan perusahaan untuk menyisihkan keuntungan yang mereka peroleh untuk membangun manusia dan lingkungan secara jangka panjang berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan.

Dalam merancang program Corporate Social Responsibility perusahaan diharapkan tidak hanya melaksanakan tanggung jawab yang bersifat reaktif, yakni tanggung jawab atas efek buruk yang diberikan perusahaan terhadap lingkungan melainkan perusahaan melaksanakan tanggung jawab yang bersifat proaktif, yakni tanggung jawab yang didasarkan untuk menghindari dampak negatif bahkan memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan yang merupakan bagian stakeholders perusahaan (Lako 2010).

Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Hackston dan Milne (1996) dalam Sayekti dan Wondabio (2007) menyatakan pengungkapan Corporate Social Responsibility perusahaan adalah bentuk komunikasi dampak sosial serta lingkungan dari kegiatan di dalam perusahaan terhadap kelompok kepentingan dan masyarakat secara keseluruhan. Meskipun dalam UU No. 40 tahun 2007 menyatakan perusahaan wajib mengukapkan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam laporan tahunan mereka. Namun sampai saat ini belum ada pedoman khusus yang mengatur pengungkapan yang diharuskan sehingga perusahaan melakukan pengungkapan CSR secara bebas.

Salah satu acuan yang dapat di mengukur pengungkapan Corporate Social

(5)

mencakup beberapa aspek tidak hanya ekonomi namun juga aspek lain seperti lingkungan, tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat dan tenaga kerja. Hingga saat ini GRI terus melakukan pembaharuan untuk menciptakan bentuk standar pelaporan berkelanjutan (Sustainability Report) dimana laporan yang disajikan menjadi pertimbangan investasi oleh para investor. GRI terbaru saat ini adalah GRI generasi ke-4 (GRI G4) yang mencangkup masing-masing indikator:

1. Indikator kinerja ekonomi, terdiri dari 9 komponen meliputi: kinerja ekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi tidak langsung, praktik pengadaan.

2. Indikator kinerja lingkungan, terdiri dari 34 komponen meliputi: bahan, energi, air, keanekaragaman hayati, emisi, efluen dan limbah, produk dan jasa, kepatuhan, transportasi, lain-lain, asesmen pemasok atas lingkungan, mekanisme pengaduan masalah lingkungan. 3. Indikator kinerja sosial, terdiri dari 48 komponen meliputi:

a. Aspek praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, meliputi: kepegawaian, hubungan industrial, kesehatan dan keselamatan kerja, pelatihan dan pendidikan, keberagaman dan kesetaraan peluang, kesetaraan remunerasi perempuan dan laki-laki, asesmen pemasok atas praktik ketenagakerjaan, dan mekanisme pengaduan masalah ketenagakerjaan.

b. Aspek hak asasi manusia, meliputi: investasi, non-diskriminasi, kebebasan berserikat dan perjanjian kerja bersama, pekerja anak, pekerja paksa atau wajib kerja, praktik pengamanan, hak adat, asesmen pemasok atas hak asasi manusia, dan mekanisme pengaduan masalah hak asasi manusia.

c. Aspek masyarakat, meliputi: masyarakat lokal, anti-korupsi, kebijakan publik, anti persaingan, kepatuhan, asesmen pemasok atas dampak pada masyarakat, dan mekanisme pengaduan dampak terhadap masyarakat

d. Aspek tanggung jawab atas produk, meliputi: kesehatan dan keselamatan pelanggan, pelabelan produk dan jasa, komunikasi pemasaran, privasi pelanggan, dan kepatuhan.

Earnings Response Coefficient (ERC)

Earnings Response Coefficient (ERC) atau koefisien respon laba adalah pengukuran

yang menghubungkan return saham dengan laba pada saat pengumuman laba. ERC juga merupakan suatu ukuran yang menghubungkan pendapatan yang tidak terduga (unexpected

earning) dan return yang tidak terduga (unexpected return) (Kip 2009). Kuatnya reaksi terhadap

informasi laba mencermintakan ERC yang tinggi. Sebaliknya, lemahnya reaksi terhadap informasi laba yang disajikan mencerminkan ERC yang rendah. Reaksi yang timbul sangat tergantung dengan kualitas laba yang dihasilkan. Tingkat ERC tergantung “good news” atau

“bad news” yang disajikan dalam informasi laba. Beaver (1968) mendefiniskan ERC sebagai

ukuran sensitivitas perubahan nilai saham terhadap perubahan laba akuntansi.

ERC yang tinggi diperoleh dari laba perusahaan yang presistensi di masa depan. Sama halnya jika kualitas laba yang semakin baik, maka diperkirakan ERC akan semakin meningkat. Investor menilai laba saat ini untuk memperkirakan laba dan return di masa depan. Jika future

return semakin berisiko, maka reaksi terhadap unexpected earning perusahaan juga akan

semakin rendah (Scott 2000).

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response

(6)

Investor mempertimbangkan banyak sekali faktor untuk membuat keputusan investasi. Informasi laba untuk membuat keputusan investasi oleh investor sangatlah terbatas (Sayekti dan Wondabio 2007). Perusahaan sering kali mempertimbangkan informasi yang mereka ungkapkan ke publik dengan alasan tertentu. Junaedi (2005) menyatakan tingkat pengungkapan informasi yang disajikan manajemen akan memberikan dampak pada pergerakan harga saham yang akhirnya berefek kepada volume saham yang diperdagangkan dan return. Investor menilai informasi sosial dalam laporan tahunan perusahaan adalah pertimbangan dalam merancang keputusan investasi (Almilia dan Wijayanto 2007). Artinya perusahaan senantiasa memberikan kontribusi yang baik terhadap lingkungan sosial mereka dan membuat laporan tanggung jawab sosial yang dapat menarik perhatian para investor. Searah dengan pernyataan Nurlela dan Islahuddin (2008) yang menyatakan adanya praktik CSR yang baik akan menciptakan penilaian yang baik dari investor.

Informasi CSR menunjukan transparansi atas kinerja perusahaan dan pengelolaan risiko. Jika investor menilai suatu perusahaan berisiko tinggi dari laporan keuangan yang dipublikasikan maka return yang diharapkan investor juga akan tinggi, yang akhirnya menyebabkan tingginya biaya ekuitas yang harus dikeluarkan perusahaan (Agustini 2011). Laporan keuangan dengan unsur CSR dan daya informasi yang baik akan memberikan keyakinan kepada investor dalam menilai risiko yang dihadapi serta return yang diharapkan. CSR diapresiasi investor dalam menentukan dimana mereka akan melakukan investasi (Sayekti dan Wondabio 2007). Investor yang memandang baik suatu perusahaan tentu tidak akan ragu untuk menginvestasikan aset yang mereka punya. Adanya aktivitas invetasi menunjukan tingginya reaksi atas informasi CSR yang disajikan perusahaan. Secara tidak langsung dikatakan laporan tanggung sosial memberikan pengaruh terhadap koefisen respon laba.

Semakin tinggi pengungkapan Corporate Social Responsibility maka akan semakin tinggi juga Earning Response Coefficient. Begitu juga apabila pengungkapan CSR rendah maka akan menghasilkan ERC yang rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Holbrook (2013) yang meneliti pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Earning Response

Coefficient dengan objek penelitian pada perusahaan di Amerika Serikat selama tahun

1991-2006 yang menyimpulkan pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient, Daud dan Syarifuddin (2008) yang melakukan penelitan serupa dengan variabel independen Corporate Social Responsibility Disclosure, Timeliness, dan

Debt To Equity Ratio, sedangkan variabel terikat Earning Response Coefficient dengan objek

penelitian perusahaan maufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2007 yang menyimpulkan pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclosure berpengaruh positif terhadap Earning

Response Coefficient, Rachmawati (2016) yang melakukan penelitian dengan variabel

independen Pengungkapan Sukarela dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dengan variabel dependennya Earning Response Coeffcient dengan objek perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014 yang menyimpulkan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility perusahaan berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient. Berdasarkan paparan di atas maka dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah:

H1 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap Earning

Response Coefficient.

(7)

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder. Dimana data berupa laporan keuangan perusahaan dasar dan kimia yang diunduh dengan media internet. Data diperoleh melakui website www.idx.co.id yang merupakan website resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan dasar dan kimia yang

listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria sampel sebagai berikut.

1. Perusahan dasar dan kimia yang terdaftar dalam BEI tahun 2013 sampai 2016.

2. Perusahaan yang mempublikasikan CSR dalam laporan keuangan mereka pada tahun 2013 sampai 2016.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang dinyatakan dalam nilai mata uang rupiah pada tahun 2013 sampai 2016.

4. Perusahaan yang memiliki informasi harga saham yang diperoleh dari yahoo finance. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang berdiri sendiri tanpa dipengaruhi variabel lain adapun varibel dependen dalam penelitian ini adalah Earning Response Coefficient (ERC). ERC adalah koefisien respon laba akuntansi yang dapat diperoleh dengan mengukur regresi

cummulative abnormal return (CAR) dengan Unexpected Earnings (UE) dengan merujuk pada

penelitian Sayekti dan Wondabio (2007).

Untuk menghitung abnormal return harian dapat dilakukan dengan pendekatan market

adjusted model dengan rumus:

ARit = Rit – RMit Keterangan:

ARit = return tidak normal saham ke i hari ke t Rit = return saham ke i hari ke t

RMit = return pasar ke i hari ke t

Rumus untuk mengukur return saham harian: Rit = (Pit – Pit-1) / Pit-1

Keterangan:

Rit = return saham i pada periode hari ke t Pit = harga penutupan saham i pada hari ke t Pit–1 = harga penutupan saham i pada hari t-1

Return pasar (RMit) dihitung dengan rumus:

RM it = (IHSG it – IHSG it-1) / IHSG it-1 Keterangan:

RM it = return pasar i pada hari ke t

IHSG it = indeks harga saham gabungan hari ke t IHSGit-1 = indeks harga saham gabungan hari t-1 CAR selama periode jendela dihitung dengan rumus: CAR = ΣAR it

(8)

Keterangan:

CAR it = return saham tidak normal secara kumulatif perusahaan i selama periode jendela tiga hari sebelum dan setelah tanggal publikasi laba tahunan AR it = return tidak normal saham ke i pada hari t

Langkah selanjutnya untuk menghitung ERC adalah mengukur nilai unexpected earnings (UE). UE adalah perbedaan laba secara akuntansi dengan laba yang diharapakan pasar. Perbedaan laba akuntansi dengan laba yang diharapkan pasar tersebut menjadi nilai laba yang tidak diduga, dimana pasar menganggap laba tahun sebelumnya adalah ukuran patokan. Dapat dihitung dengan rumus:

UEit = (E it – E it-1) / E it-1 Keterangan:

UEit = Unexpected Earnings pada perusahaan i ketika periode t Eit = laba akuntansi perusahaan i ketika periode t

Eit-1 = laba akuntansi perusahaan i ketika periode tahun sebelumnya (t-1).

Earning Response Coefficient adalah proksi laba akuntansi dengan harga saham. Besarnya ERC

dapat dihitung dengan persamaan regresi dari setiap data perusahaan. CARit = α0 + α1 UEit + e

Keterangan:

CARit = Cumulative Abnormal Return perusahaan i α0 = konstanta

α1 = koefisien laba kejutan, adalah ERC UEit = Unexpected Earnings perusahaan i e = error

Variabel Independen

Varibel Independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan Corporate Social

Responsibility. Diukur dengan menggunakan CSR Index (CSRI) adalah rasio antara skor yang

diharapkan dengan total skor yang diberikan kepada perusahaan. Untuk menentukan pengungkapan CSRI dapat digunakan teknik tabulasi bersadarkan checklist CSR. Checklist merupakan metode yang dapat digunakan agar mengetahui kelengkapan suatu informasi yang disajikan perusahaan. Checklist dapat dilakukan dengan melihat pengungkapan CSR dalam beberapa katagori yaitu praktik tenaga kerja, lingkungan, ekonomi, sosial, tanggung jawab produk, dan hak asasi manusia. Dalam standar yang dikeluarkan oleh GRI G4 total item CSR adalah sebanyak 91 item.

CSRIj = ΣXij / nj Keterangan:

CSRIj = Indeks luas pengungkapan CSR perusahaan j.

Σxii = jumlah item yang diungkapkan (nilai 1 = jika i diungkapkan; 0 = jika i tidak diungkapkan

Nj = jumlah item untuk perusahan j, nj = 91.

Variabel Kontrol

(9)

Leverage adalah segala sumber dana yang diperoleh perusahaan untuk menjalankan

aktivitas operasional perusahaan. Leverage yang tinggi menandakan kemungkinan besar perusahaan mengalami pelanggaran kontrak utang, hal yang dapat dilakukan manajemen adalah dengan melaporan laba sekarang lebih tinggi dibanding laba mendatang, cara ini dapat meminimalkan kemungkinan perusahaan melakukan pelanggaran perjanjian utang (Scott 2000). Manajer memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba saat ini. Debtholder senantiasa melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang mempunyai tingkat rasio leverage yang tinggi. Dilihat dari sudut pandang agensi manajer pada perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi pengungkapan Corporate Social Responsibility mereka untuk menghindari pengawasan oleh para debtholder. Tingkat rasio yang tinggi menandakan bersarnya risiko yang dihadap perusahaan serta menandakan besar pula return yang diharapkan sehingga dapat dikatakan semakin tinggi leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap ERC perusahaan tersebut. Perhitungan leverage mengacu dari Novianti (2012) yakni:

LEVit = TU / TA Keterangan:

TU = total hutang perusahaan TA = total aset

Price to Book Value

Price to Book Value (PBV) merupakan proksi dari kesempatan bertumbuh perusahaan

(growth opportunities). Price to Book Value merupakan indikator penting dalam suatu investasi dan dikatakan secara luas dipakai sebagai alat analisis sekuritas dunia. PBV memberikan gambaran seberapa besar nilai buku saham suatu perusahaan diharagai oleh pasar (Darmadji, 2001:141 di dalam Kastutisari dan Dewi 2013). Semakin tinggi tingkat PBV perusahaan maka kemungkinan untuk memperoleh laba juga semakin tinggi, investor sering kali mempertimbangkan PBV dalam keputusan investasi mereka (Scott 2000). Perubahan nilai PBV sangat berkaitan dengan informasi yang dikandung serta menimbulkan reaksi investor yang tercermin dengan abnormal return. Tingginya PBV menunjukan baiknya kinerja perusahaan dalam meningkatkan laba, meningkatkan nilai saham atau memproduksi produk yang sukses di pasar sehingga akan mendapatkan respon yang positif dari investor. Sebaliknya rendahnya PBV menandakatan belum optimalnya kinerja perusahaan sehingga akan direspon negatif oleh pasar. Penjelasan ini sejalan dengan hasil penelitian Dahlia dan Veronica (2008) yang yang menyatakan PBV memiliki hubungan positif dengan abnormal return. Abnormal return merupakan komponen dalam menilai koefisien respon laba. Didukung juga oleh Osesoga (2011) yang menyatakan PBV berpengaruh siginifikan terhadap ERC. Mengacu Scott (2000) pada PBV dapat dapat dihitung dengan:

PBV = P / BV Keterangan:

P = harga pasar saham BV = nilai buku perusahaan Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah indikator dalam menilai besar atau kecilnya suatu perusahaan (Indra et al., 2011). Perusahaan besar cenderung mempunyai modal kerja yang besar jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Semakin besar perusahaan semakin kecil biaya informasi dan kompleksitas yang lebih luas dibanding perusahaan kecil sehingga perusahaan besar cenderung melakukan mengungkapkan informasi yang lebih luas termasuk infromasi CSR

(10)

(Suryono dan Prastiwi 2011). Perusahaan dapat menjadi patokan bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi ketidakpastian. Perusahaan dasarnya dikelompokan ke dalam tiga kategori ukuran yakni perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil. Dengan mengacu dari ukuran perusahaan ini invesor cenderung bersikap hati-hati (risk averse) dalam mempertimbangkan penanaman modal mereka. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap koefisien respon laba (Diantimala 2008) penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kusumawardhani dan Nugroho (2010). Mengacu dari Collins and Kothari (1989) ukuran perusahaan diukur dengan:

SIZEit = log TAit

Keterangan:

SIZEit = ukuran perusahaan i pada periode (tahun) t

TAit = total aset perusahaan i pada periode (tahun) t

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi variabel pengganggu telah terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas suatu data dapat dilakukan dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov, data dikatakan normal apabila nilai asympotic

significant lebih dari 0,05. Dasar penentuan dalam uji Kolmogorov-Smirnov adalah:

1. Jika probabilitas nilai 2 uji K-S tidak signifikan atau < 0.05 maka Ho ditolak, dapat diartikan data terdistribusi tidak normal.

2. Jika probabilitas nilai 2 uji K-S signifikan atau > 0.05 maka Ho diterima, dapat diartikan data terdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah ada penyimpangan asumsi multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier antara model regresi. Jika ada korelasi antara variabel maka dinamakan multikolinieritas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya mulitikolinieritas dapat dilihat besaran nilai VIF (Varience Inflation Factor) dan tolerance. Ghozali (2006) menyatakan cara untuk mengetahui multikolinieritas dalam model regresi dapat diketahui dengan cara sebagai berikut:

1. Besarnya nilai Variable Inflation Factor (VIF), VIF ≤ 10 maka model regresi tidak ada multikolinieritas.

2. Besarnya nilai tolerance, VIF ≥ 0.10 maka model regresi disimpulkan tidak ada multikolinieritas.

Uji Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah ada penyimpangan asumsi heteroskedatisitas, yakni ketidaksamaan variansi dari residual untuk pengamatan model regresi apabila varian residual pengamatan yang lain tetap maka model dikatakan homoskedatisitas dan jika berbeda dikatakan heteroskedatisitas. Dalam penelitian ini akan menggunakan metode uji Spearman’s Rho untuk mendeteksi heteroskedastisitas. Dimana uji yang dilakukan adalah

(11)

mengkorelasikan nilai residual (unstandardized residual) dengan masing-masing variabel independen. Dasar pengambilan keputusan yaitu :

1. Signifikansi korelasi < 0,05 maka pada model regresi terjadi masalah heteroskedastisitas. 2. Signifikansi korelasi > 0,05 maka pada model regresi tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara error pengganggu pada periode berjalan dengan periode selanjutnya (Ghozali 2009). Cara untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin-Watson (DW test). Kriteria untuk pengambilan keputusan dalam Durbin-Watson test adalah sebagai berikut:

1. Jika DW nilainya diantara batas atas (du) dan (4-du), artinya koefisien autokorelasi sama dengan nol menandakan tidak ada autokorelasi.

2. Jika DW nilainya lebih rendah dari pada batas bawah (dl), artinya koefisien autokorelasi lebih dari nol menandakan ada autokorelasi positif.

3. Bila DW nilainya lebih dari pada (4-dl), artinya koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol menandakan ada autokorelasi negatif.

4. Bila DW nilainya diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) ataupun DW nilainya diantara (4-du) dan (dl), artinya hasil tidak dapat disimpulkan

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dimana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel pengungkapan Corporate Social

Responsibility sebagai variabel independen terhadap variabel Earning Response Coefficient

sebagai variabel dependen, serta ditambahkan dengan tiga varibel kontrol yaini Leverage, Price

to Book Value, Ukuran Perusahaan yang mempengaruhi varibel dependen. Model regresi dalam

penelitian ini antara lain sebagai berikut. Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 +e

Keterangan:

Y = Earning Response Coefficient (ERC) a = konstanta (intercept)

b = koefisien regresi

x1 = pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

x2 = Leverage

x3 = Price to Book Value

x4 = Ukuran Perusahaan (SIZE)

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 sampai 2016. Sektor perusahaan dasar dan kimia terbagi ke dalam beberapa sub-sektor seperti sub-sektor semen, keramik, porselin & kaca, logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu dan pengelolaannya serta pulp dan kertas. Sektor perusahaan dasar dan kimia di BEI terdiri dari 62 perusahaan. Dari 62 perusahaan ini hanya 36 perusahaan yang mempunyai informasi lengkap sejak tahun 2013 hingga 2016. Sampel perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 36 perusahaan dengan sampel penelitian sebanyak 144 dari empat tahun pengamatan.

Tabel 1 Pemilihan Sampel

Jumlah perusahaan sektor dasar dan kimia di BEI 62

Perusahaan dasar dan kimia yang tidak terdaftar di BEI tahun 2013-2016 (16) Perusahaan dasar dan kimia yang tidak mempublikasikan CSR tahun

2013-2016

(0) Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang dinyatakan bukan

dalam mata uang rupiah

(10) Perusahaan yang tidak didapatkan informasi sahamnya dari tahun

2013-2014

(0)

Jumlah perusahaan dengan data lengkap 36

Jumlah tahun pengamatan 4

Jumlah sampel penelitian 144

Statistik Deskriptif

Tabel 2 Statistik Deskriptif

N Min Max Mean Std.

Deviation

Earning Response Coefficient 144 -0,11 0,34 0,0180 0,0686

Pengungkapan CSR 144 0,02 0,79 0,3013 0,1605

Leverage 144 0,03 2,66 0,5393 0,4265

Prive to Book Value 144 -0,04 7,83 1,4166 1.4574

Ukuran Perusahaan 144 0,63 0,88 0,7859 0,0474

Berdasarkan uji statistik deskriptif menunjukan jumlah sampel penelitian sebanyak 144 sampel. Earning Response Coefficient memperlihatkan nilai rata-rata sebesar 0,0180 yang masih berada diatas angka 0 yang berarti secara keseluhan pasar bereaksi baik terhadap informasi laba yang disajikan oleh perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.3013 yang masih menunjukan angka yang tidak begitu besar karena

(13)

perusahaan mengungkapkan tidak pada semua indikator pengungkapan yang ditetapkan,

Leverage mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.5393 yang menunjukan secara keseluruhan

perusahaan memiliki rasio utang yang lebih kecil jika dibandingkan dengan aset yang mereka miliki. Price to Book Value memperlihatkan nilai rata-rata sebesar 1,4166 yang berarti secara keseluruhan perusahaan mempunyai harga saham yang lebih tinggi dibanding nilai buku saham. Perusahaan sampel mempunyai rata-rata ukuran perusahaan yang diukur dengan aset sebesar 0,7859.

Uji Asunsi Klasik Uji Normalitas

Tabel 3

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 144

Normal Parametersa Mean 0,0000000

Std. Deviation 0,02117348 Most Extreme Differences Absolute 0,105 Positive 0,101 Negative -0,105 Kolmogorov-Smirnov Z 1,265

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,082

Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolomogorov-Smirnov, yang membandingan signifikansi dari nilai residual dengan tingkat α yang ditentukan. Berdasarkan tabel 3 nilai residual dari signifikansi adalah sebesar 0,082 < dibandingkan dengan α yakni 0,05. Berdasarkan perbandingan nilai tersebut maka dapat disimpulkan data penelitian terdistribusi normal.

Uji Multikolinieritas

Tabel 4

Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF (Constant)

Pengungkapan CSR 0,659 1,517

Leverage 0,887 1,128

Prive to Book Value 0,777 1,286

(14)

Uji Mulikoliniertas dilakukan dengan memperhatikan tingkat tolerance dan tingkat

Variance Inflation Factor (VIF). Dalam tabel 4 menunjukan tingkat Tolerance dari semua

variabel berada diatas 0,10 serta tingkat Variance Inflation Factor (VIF) dari semua variabel berada di bawah 10 maka dapat disimpulkan data penelitian tidak terdeteksi multikolinieritas Uji Autokorelasi

Uji autokoreasi dilakukan dengan Uji Durbin-Watson (DW test) dengan membandingkan nilai Durbin-Watson dengan nilai DU pada tabel 5 pada tingkat α yang telah ditetapkan dan sesuai jumlah sampel serta variabel bebas yang digunakan selain itu DW test juga membandingkan 4 dikurangkan dengan Durbin Uper, apabila nilai Durbin-Watson berada diantara DU dan 4-DU maka variabel dikatakan bebas dari autokorelasi. Dapat dilihat pada tabel 5 nilai Durbin-Watson adalah sebesar 2,011 lebih tinggi dibandingkan nilai DU pada tingkat α 0,05 dengan jumlah sampel sebanyak 144 dan empat variabel bebas sebesar 1,770. Disimpulkan fungsi data penelitian bebas dari autokorelasi positif. Selain itu DW pada data juga memiliki nilai yang lebih kecil dibanding 4-DU yakni 2,011 berbanding 2,230, disimpulkan data penelitian lolos dari autokorelasi negatif.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 6

Uji Heteroskedastisitas Spearman’s Rho

CSR LEV PBV SIZE ABRES

CSR Correlation Coefficient 1.000 -0,141 0,415 ** 0,531** 0,083 Sig. (2-tailed) . 0,091 0,000 0,000 0,323 N 144 144 144 144 144 LEV Correlation Coefficient -0,141 1,000 -0,108 0,057 -0,062 Sig. (2-tailed) 0,091 . 0,196 0,500 0,458 N 144 144 144 144 144 PBV Correlation Coefficient 0,415 ** -0,108 1,000 0,335** 0,020 Sig. (2-tailed) ,000 0,196 . 0,000 0,810 N 144 144 144 144 144 SIZE Correlation Coefficient 0,531 ** 0,057 0,335** 1,000 -0,014 Tabel 5 Autokorelasi Durbin-Watson R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 0,619a 0,383 0,366 0,02148 2,011

(15)

Sig. (2-tailed) 0,000 0,500 0,000 . 0,864 N 144 144 144 144 144 ABRES Correlation Coefficient 0,083 -0,062 0,020 -0,014 1,000 Sig. (2-tailed) 0,323 0,458 0,810 0,864 . N 144 144 144 144 144

Uji Hetoroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Spearman’s Rho yakni dengan mengkorelasikan nilai residual absolut dengan semua variabel bebas. Dari tabel 6 menunjukan nilai signifikansi CSR 0,323, Leverage 0,458, PBV 0,819 dan Ukuran Perusahaan (SIZE) 0,864. Semua variabel dependen mempunyai tingkat signifikansi diatas α (0,05). Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa data penelitian bersifat homogen atau bebas dari heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Berganda Koefisien Determinasi Tabel 7 Koefisien Determinasi R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 0,619a 0,383 0,366 0,02148

Dalam tabel koefisien determinasi ditunjukan nilai adjusted R Square sebesar 0,366. Berati kemampuan variabel bebas dalam penelitian ini yang terdiri dari pengungkapan Corporate

Social Responsibility, Leverage, Price to Book Value dan Ukuran Perusahaan dalam menjelaskan

variabel terikat dalam penelitian ini yakni Earning Response Coefficient sebesar 0,366. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan variabel lain diluar ke empat variabel tersebut.

Uji F (simultan)

Tabel 8 Uji F Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Regression 0,040 4 0,010 21,600 0,000

Residual 0,064 139 0,000

Total 0,104 143

Uji F adalah uji bagaimana semua variabel bebas secara bersama-sama mempengaruhi variabel terikat. Dalam tabel 8 menunjukan tingkat signifikansi 0,000 lebih kecil dibanding 0,05 dengan kata lain pengungkapan Corporate Social Responsibility, Leverage, PBV dan Ukuran Perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Earning

(16)

Uji Hipotesis Tabel 9 Uji Hipotesis Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant) -0,150 0,047 -3,213 0,002 CSR 0,121 0,044 0,229 2,787 0,006 LEV -0,004 0,008 -0,038 -0,544 0,587 PBV 0,042 0,010 0,326 4,310 0,000 SIZE 0,520 0,194 0,223 2,679 0,008

Dalam tabel 9 menunjukan CSR mempunyai nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung 2,787 lebih besar dari t tabel 1,976 hal ini menunjukan hipotesis penelitian diterima yang berarti pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap ERC disimpulkan semakin tinggi pengungkapan CSR berarti tingkat ERC juga semakin tinggi. Investor memperhitungkan pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dan berhati hati dalam membuat keputusan investasi. Artinya perusahaan senantiasa dapat mengungkapan bentuk kontribusi positif mereka terhadap lingkungan sebaik mungkin sesuai dengan yang telah mereka jalankan sepanjang tahun pelaporan, karena pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan dapat dilirik oleh para investor. Pengungkapan CSR yang mempengaruhi ERC secara positif membuktikan investor dalam penanaman modalnya tidak hanya melihat prospek jangka pendek melainkan juga prospek jangka panjang dalam berinvestasi sehingga para investor cukup memperhatikan informasi yang diungkapkan perusahaan secara komprehensif khusunya CSR. Dengan informasi CSR yang diungkapkan perusahaan menggambarkan adanya upaya perusahaan untuk memberikan sinyal kepada pemangku kepentingan khususnya investor. Sesuai dengan pernyataan Roida (2008) perusahaan yang menerapkan kebijakan formal seperti CSR akan mengirimkan signal positif kepada pasar. Selain itu hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian Holbrook (2013), Daud dan Syarifuddin (2008), Rachmawati (2016), namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Sayekti dan Wondabio (2007), Utaminingtyas dan Ahalik (2010), Suryani dan Herianti (2015).

Variabel kontrol Leverage menunjukan nilai signifikansi 0,587 yang lebih tinggi dibanding 0,05 dan t tabel -0,544 lebih kecil dari t tabel 1,976 yang berarti leverage tidak memiliki pengaruh terhadap ERC. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pamungkas (2014) yang menyatakan Leverage tidak berpengaruh terhadap Earning Response Coefficient. Price to Book

Value (PBV) memiliki nilai signifikansi 0,000 yang lebih kecil dibanding 0,05 dan t hitung 4,310

lebih besar dibanding t tabel 1,976 yang berarti terdapat pengaruh positif PBV terhadap ERC. PBV yang tinggi mencerminkan kinerja yang baik dari perusahaan sehingga membuat investor merasa yakin dalam melakukan investasi. hasil pengujian ini searah dengan penelitian Setiawati dan Nursiam (2014), Dahlia dan Veronica (2008) yang menyatakan PBV berpengaruh positif terhadap ERC. Ukuran Perusahaan (SIZE) memiliki tingkat signifikansi 0,008 yang lebih kecil

(17)

dibanding 0,05 dan t hitung 2,679 lebih besar dibanding t tabel 1,976 yang berarti Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap ERC. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin banyak informasi yang tersedia dalam publik sehingga hal ini mengakibatkan semakin besar juga reaksi pasar atas informasi tersebut. Hasil pengujian ini juga konsisten denga hasil penelitian Diantimala (2008) dan Pamungkas (2014).

SIMPULAN

Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient. Hal ini berarti investor tidak hanya memperhatikan informasi laba saja namun juga

memperhatikan informasi CSR yang diungkapkan perusahaan dalam membuat keputusan investasi sebagai bentuk respon yang digambarkan pasar. Penelitian ini juga menunjukan variabel kontrol Price to Book Value berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient, Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient, sedangkan

Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap Earning Response Coefficient.

Kerbatasan

1. Variabel yang digunakan dalam penelitian masih belum dapat menjelaskan Earning Response

Coefficient dengan cukup kuat, terbukti dari nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini

masih tergolong rendah yakni hanya sebesar 0,366 hal ini menunjukan masih banyak variabel lain yang mampu menjelaskan Earning Response Coefficient.

2. Dalam pengukuran CSR menujukan nilai subjektivitas sehingga memungkinkan indeks yang diperoleh belum menggambarkan nilai yang sepenuhnya akurat.

Saran

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah lebih banyak variabel kontrol yang memiliki pengaruh terhadap ERC selain variabel leverage, PBV dan ukuran perusahaan agar dapat memperoleh Adjusted R Square yang lebih tinggi.

2. Untuk peneliti selajutnya dapat mengukur CSR dengan lebih komprehensif serta dapat membandingkan hasil pengukuran CSR dengan penelitian yang telah ada agar indeks yang dihasilkan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, Y. 2011. Pengaruh Daya Informasi Akuntansi Pada Hubungan Pengungkapan

Corporate Social Responsibility dengan Cost of Equity Capital. Tesis. Denpasar:

Universitas Udayana.

Almilia, L. S. dan D. Wijayanto. 2007. Pengaruh Environmental performance dan

Environmental Disclosure terhadap Economic Performance. Proceedings The 1st Accounting Conference Depok.

Awuy, V. P. 2016. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap

Earnings Response Coefficient (ERC). Artikel Ilmiah Mahasiswa.

(18)

Brigham, Eugene F dan J. F. Houston. 2010. Essentials of Financial Management, Second

Edition. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd.

Chang, J. C. dan H. L. Sun. .2010. Does the Disclosure of Corporate Governance Structures

Affect Firms‟ Earnings Quality?.Review of Accounting and Finance No. 9 Vol. 3.

Chariri, A. dan I. Ghozali. 2007. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi: Universitas Diponegoro Semarang.

Cho, L.Y., dan K. Jung (1991). Earnings Response Coefficients: A Synthesis of Theory And

Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature. Vol. 10: 85-116.

Collins, D. W. & Kothari, S. P. 1989. An Analysis of Intemporal and Cross-Sectional

Determinants of Earnings Response Coefficient. Journal of Accounting and Economics

Vol. 1: 143-182.

Dahlia dan Veronica. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006). Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.

Darwin, A. 2006. Akuntabilitas, kebutuhan, pelaporan dan pengungkapan csr bagi perusahaan di Indonesia. Economics Business Accounting Review. Vol.3: 83-95.

Daud, R. M. dan N. A. Syarifuddin 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure,

Timeliness, Dan Debt To Equity Ratio terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol.1 No.1: 82-101

Diantimala, Y. 2008. Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan, Dan Default Risk Terhadap Koefisien Respon Laba. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol. 1 No. 1: 102-122.

Febrianto, R. 2005. Tiga angka laba akuntansi: Mana yang lebih bermakna bagi investor.

Simposium Nasional Akuntansi VIII Solo.

Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gogo, T. L. 2015. Analisis Konsevatisme Akuntansi, Corporate Social Responsibility, Profitabilitas Terhadap Earning Response Coeffcient. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Guthrie, J. and L. D. Parker. 1990. Corporate Social Disclosure Practice: A Comparative

International Analysis. Advances in Public Interest Accounting 3: 159-175.

Holbrook, M. B. 2013. Corporate Social Responsibility And Earnings Response Coefficients.

Journal of Finance and Accountancy.

Indra, et al. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Earnings Response Coefficient

(ERC): Studi pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 16 No. 1: 1-22

Junaedi. 2005. Dampak Tingkat Pengungkapan Informasi Perusahaan terhadap Volume Perdagangan dan Return Saham. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Vol. 2 No. 2: 1-28

(19)

Kastutisari, S. dan N. H. U. Dewi. 2013. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social

Responsibility (CSR) Terhadap Abnormal Return. Surabaya: STIE Perbanas.

Kip, A. 2009. The Effect of Fair Value Accounting on The Earnings Response Coefficient.

Thesis.

Kiroyan, N. 2006. Good Corporate Governance (GCG) Dan Corporate Social Responsibility (CSR) Adakah Kaitan Di Antara Keduanya. Economics Business Accounting Review. Edisi 3 (September-Desember): 45-58.

Kusumawardhani, I. dan J. S. Nugroho. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility, Size, dan Profitabilitas terhadap Earnings Response Coefficient. Kajian Akuntansi. Vol. 5 No: l 22-32.

Lako, A. 2010. Dekonstruksi CSR & Reformasi Paradigma Bisnis & Akuntansi, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Listyanti, A. 2011. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Reaksi Investor: Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2008-2009. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Novianti, R. 2012. Kajian Kualitas Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.

Accounting Analysis Journal. Vol. 1 No. 2: 1-6.

Nurlela, R. dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Persentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating.

Kumpulan Makalah SNA X1.

Osesoga, M. S. 2011. Pengaruh Opini Audit Terhadap Earnings Response Coefficient (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Termasuk Dalam Indeks Kompas 100 Tahun 2009. Jakarta: Universitas Multimedia Nusantara.

Pamungkas, F. B. 2014. Pengaruh Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Koefisien Respon Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012). Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta..

Pradipta, D. H. dan A. Purwaningsih. 2011. Pengaruh Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning Response Coefficient. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Rachmawati, S. 2016. Pengaruh Pengungkapan Sukarela dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba. Media Riset Akuntansi, Auditing &

Informasi. Vol. 16 No. 2.

Roida, H. Y. 2008. Relevansi Program Corporate Social Responsibility Bagi Wacana Publik: Menjadi Baik Pada aat udah Menjadi Buruk?. The 2nd National Conference UKWMS

Surabaya.

Sayekti, Y. 1994. Corporate Social Responsibility Disclosures: „State-of-the-art‟ in Australia.

Thesis. Adelaide: University of South Australia.

Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response

Coefficient. Simposium Nasional Akuntansi X (Juli).

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory, 2nd edition. Ontario: Prentice-Hall Canada Inc.

(20)

Setiawati, E dan Nursiam. Analisis Pengaruh Ukuran, Pertumbuhan Dan Profitabilitas Perusahaan Terhadap Koefisien Respon Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2009-2011).

Research Methods And Organizational Studies: 175-188.

Setyaningtyas, T. 2009. Pengaruh Konservatisme Laporan Keuangan Dan Siklus Hidup Perusahaan terhadap Koefisien Respon Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2006). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suryani, A. dan E. Herianti. 2015. Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Terhadap Koefisien Respon Laba dan Manajemen Laba. Prosiding Simposium Nasional

Akuntansi 18 Universitas Sumatra Utara Medan.

Suryono, H dan A, Prastiwi. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate

Governance terhadap Praktik Pengungkapan Sustainability Report. Makalah SNA XIVAceh.

Utaminingtyas, Hesti, T. dan Ahalik. 2010. The Relationship Between Corporate Social

Responsibility and Earnings Response Coefficient: Evidence from Indonesian Stock Exchange. Oxford Business & Economic Program.

Warta Ekonomi. 2006. Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian Tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Anestesi regional didefinisikan seba- gai proses yang sama dengan aneste- si lokal, yang melibatkan area jaringan subkutan yang lebih luas atau saraf- saraf perifer yang

Contraceptive use after childbirth and contraception failure: an analysis of Indonesia Demographic Health Survey 2012.. Chamy Rahmatiqa , Shinta Prawitasari , Siswanto Agus Wilopo 1

Setelah semua bagian komponen terbuka.Seperti yang terlihat pada Gambar 3.8.langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu dengan membersihkan seluruh part dari

Kondisi yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal

Bupati/Wakil Bupati, Pimpinan dan Anggota DPRD serta ASN/PNS Daerah dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2021 dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terkait dengan

Stereotip dan prasangka adalah akar berbagai bentuk dehumanisasi dalam kehidupan manusia. Dan di Indonesia, stereotip dan prasangka banyak mewarnai relasi dalam

Hasil lainnya didapati orang tua siswa mengalami banyak kendala, seperti kuota internet yang tidak mencukupi, memiliki lebih dari satu anak yang mengikuti pembelajaran daring,

penelitian menunjukkan bahwa syukur berhubungan dengan tingkat stress yang rendah artinya ketika individu mahasiswa dapat mewujudkan rasa syukurnya dalam sikap maka