• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KEMAMPUAN LUMPUR ALUM UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI FOSFAT PADA LIMBAH INDUSTRI PUPUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KEMAMPUAN LUMPUR ALUM UNTUK MENURUNKAN KONSENTRASI FOSFAT PADA LIMBAH INDUSTRI PUPUK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KEMAMPUAN LUMPUR ALUM UNTUK MENURUNKAN

KONSENTRASI FOSFAT PADA LIMBAH INDUSTRI PUPUK

Ririh Asmawati

Laboratorium Pengendalian Pencemaran Udara Jurusan Teknik Lingkungan-FTSP-ITS

email: ririh_enviro@rocketmail.com Abstrak

Lumpur alum pada penelitian ini dipanaskan dengan suhu 105oC selama15 menit (untreated) dan dibakar pada suhu 400oC selama 3 jam (treated). Proses adsorpsi pada penelitian ini dilakukan dengan sistem batch. Waktu kontak, pH, dan dosis optimum lumpur alum untreated dan treated untuk menurunkan konsentrasi fosfat yaitu: 60 menit, pH 3, 52 g/L lumpur alum untreated dan 44 g/L lumpur alum treated. Lumpur alum untreated dan treated mampu menurunkan persen removal fosfat limbah industri pupuk fosfat 91% dan 86%. Isoterm adsorpsi pada percobaan ini mengikuti model Freundlich dengan kapasitas adsorpsi 1,4 mg PO43/-g dan untuk 1,6 mg PO43-/ g untuk lumpur alum untreated dan

treated. Adsorpsi kinetiknya mengikuti model orde dua semu. Kata kunci: adsorpsi, fosfat, industri pupuk, lumpur alum

This study showed that the optimum adsorption conditions of artifial wastewater were a dosage alum sludge untreated of 52 g/L and alum sludge treated of 44 g/L, a contact time of 60 minutes, and a pH of 3. Untreated and treated alum sludge can be remove phosphate concentrations from fertilizer factory wastewater with removal percentage 91% and 86% respectively. The best-fit adsorption model of untreated and treated alum were Freundlich model with adsorption capacity 1,4 mg/PO43-g and 1,6 mg/PO43-g, respectively. Kinetic model was pseudo-second order.

(2)

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Lumpur alum merupakan salah satu hasil limbah dari Instalasi Penjernihan Air yang menggunakan koagulan aluminium sulfat (Al2SO4) untuk menurunkan kekeruhan air baku. Lumpur alum yang dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu menyebabkan pencemaran karena mengandung beberapa zat kimia seperti Al, Fe, Mg dan Ca (Georgantas dan Gigoropoulou, 2005). Beberapa teknik untuk mengolah lumpur alum antara lain asidifikasi, pemisahan dengan membran (Petruzzeli et al., 2000 dalam Georgantas dan Gigoropoulou, 2005).

Salah satu limbah yang dihasilkan industri pupuk fosfat adalah fosfat dengan konsentrasi tinggi sehingga memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke badan air. Fosfat yang langsung dibuang ke badan air apabila konsentrasinya melebihi baku mutu 0,2 mg/L menyebabkan pencemaran dan mengakibatkan eutrofikasi (Das et al., 2006). Studi yang sudah dilakukan untuk menurunkan konsentrasi fosfat antara lain: kristalisasi, elektrodialisis, osmosa balik (reverse

osmosis). Metode tersebut apabila diterapkan memerlukan biaya yang cukup mahal, oleh karena itu

digunakan alternatif alami dengan memanfaatkan TNAC (Bhargava, 1993), fly ash (Oguz, 2005), dan red mud (Chang-jun et al., 2007), lumpur alum (Yang et al., 2006).

Teknik pengolahan lumpur alum dengan metoda asidifikasi dan pemisahan dengan membran memerlukan biaya yang mahal sehingga lumpur alum dimanfaatkan sebagai adsorben untuk menurunkan konsentrasi fosfat (Yang et al., 2006). Lumpur alum mengandung oksida logam Al2O3, SiO2. Oksida logam tersebut akan berinteraksi dengan fosfat pada saat proses adsorpsi. Selain untuk menurunkan konsentrasi fosfat, lumpur alum juga bisa digunakan untuk menurunkan konsentrasi flourida (Sujana et al., 1998), dan timbal (Chu, 1999).

(3)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kondisi optimum penurunan konsentrasi fosfat dengan penambahan adsorben lumpur alum?

2. Berapa besar kemampuan adsorben lumpur alum dalam menurunkan konsentrasi fosfat? 3. Model isoterm adsorpsi dan kinetika apakah yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan? 1.3 Tujuan Penelitian

1. Menentukan dosis lumpur alum, pH, dan waktu kontak optimum yang dibutuhkan untuk menurunkan konsentrasi fosfat.

2. Menentukan kemampuan lumpur alum sebagai adsorben untuk menurunkan konsentrasi fosfat pada limbah industri pupuk secara batch.

3. Menentukan model isoterm adsorpsi dan kinetik adsorpsi 1.4 Landasan Teori

Lumpur alum mampu menurunkan orthophosphate 15-70% (Brown et al. 1995 dalam Galarneau dan Gehr, 1997). Pemanfaatan lumpur alum selain untuk menurunkan konsentrasi fosfat pada air limbah sintetis, air limbah domestik dan air limbah industri (Galarneau dan Gehr, 1997) juga dapat digunakan untuk mengurangi konsentrasi flourida (Sujana et al., 1998), dan Pb (Chu, 1999).

Klasifikasi fosfat berdasarkan sifat fisis yaitu fosfat terlarut, fosfat tersuspensi, dan fosfat total. Berdasarkan ikatan kimia, senyawa fosfat dibedakan dalam beberapa klasifikasi yaitu:

orthophosphate, condensed phosphate (piro, metha, dan polyphosphate lainnya), dan organic phosphate (AWWA, 1990). Ortofosfat banyak dijumpai pada air buangan yang telah tercemari

pupuk. Contoh orthophosphate PO43-, HPO42-, H2PO4-, H3PO4 (Metcalf dan Eddy, 1991). Polifosfat berasal dari air buangan penduduk dan industri yang menggunakan detergen mengandung fosfat. Fosfat organik terdapat dalam air buangan penduduk (tinja) dan sisa makanan.

(4)

pada permukaan yang dapat menyerap (adsorben). Adsorpsi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: adsorpsi fisik, kimia, pertukaran. Adsopsi fisik terjadi karena adanya gaya Van der Walls dan reaksinya berlangsung secara bolak-balik. Adsopsi kimia terjadi antara adsorbat dengan adsorben yang larut dan reaksinya berlangsung tidak secara bolak-balik. Adsorpsi pertukaran adalah adsorpsi yang terjadi karena gaya tarik-menarik antara adsorbat dan permukaan adsorben.

Adsorben yang dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi fosfat yaitu: layered double

hydroxides (LDHs), lantanum dan aluminium, EMHS (Electrocoagulated Metal Hydroxides Sludge), furnace slag, red mud, Iron OxideTailings, Basic Oxigen Furnace Slag, Hydrotalcite Coir Pith, lumpur alum.

Isoterm adsorpsi dapat digunakan untuk mengetahui interaksi antara larutan dengan adsorben dan kemampuan optimum yang dapat dicapai oleh adsorben. Isoterm adsorpsi yang sering digunakan yaitu isoter Freundlich dan Langmuir.

Model kinetik digunakan untuk menjelaskan mekanisme adsorpsi yang tergantung pada karakteristik fisik atau kimia dari adsorben. Adsorpsi kinetik penting untuk mengambarkan effisiensi adsorpsi (Krishnan dan Haridas, 2008). Model Kinetik digunakan yaitu orde satu semu dan orde dua semu.

2. Metodologi A. Prosedur

2.1 Analisis Karakteristik Lumpur Alum

Analisis XRF untuk menentukan komposisi unsur dari suatu bahan padatan maupun cairan. Sinar-X yang dihasilkan elektron dilewatkan melalui suatu kolimator untuk menghasilkan berkas sinar yang kohoren. Berkas sinar tersebut kemudian didifraksikan oleh kisi kristal yang sudah diketahui nilai d-nya. Intensitas sinar-X kemudian diukur untuk setiap unsur pada standar yang telah diketahui konsentrasinya. Analisis SEM dengan Zeiss, SEM digunakan untuk mengetahui morfologi padatan. Elektron ditembakkan ke lintasan yang memiliki kevakuman yang tinggi.

(5)

Molekul gas akan menangkap elektron sehingga elektron yang terhambur akan mengenai benda uji. Analisis BET untuk menentukan luas permukaan dan volume pori suatu padatan.

2.2 Analisis Kualitas Air Limbah Awal

Analisis kualitas air limbah awal bertujuan untuk mengetahui karakteristik limbah awal sebelum percobaan dan digunakan sebagai acuan pembuatan limbah artificial. Parameter yang dianalisa adalah konsentrasi fosfat dan pH.

2.3 Uji Kelarutan Fosfat

Uji kelarutan fosfat dilakukan untuk menentukan pH saat fosfat mulai mengendap. Uji kelarutan fosfat dilakukan pada pH 5-11dengan konsentrasi awal larutan fosfat 8,59 mg/L.

2.4 Uji Kecepatan Pengadukan

Uji kecepatan pengadukan pada penelitian ini dilakukan pada kecepatan 30; 100 dengan waktu kontak 90 menit dosis lumpur alum 16 g/L dengan konsentrasi awal fosfat 215 mg/L dan 150 rpm dosis lumpur alum 16 g/L dengan konsentrasi awal fosfat 142 g/L.

2.5 Penelitian Adsorpsi pada Limbah Artificial/Buatan

Penelitian dilakukan secara batch dengan menggunakan sampel buatan untuk menentukan nilai dosis lumpur alum, pH, dan waktu kontak optimum. Variasi yang digunakan antara lain : 1. Variasi waktu adsorpsi : 5;15;30;45;60;90 menit

2. Variasi dosis antara lain :12;20;28;52g/L lumpur alum untreated dan 20;28;44;52g/L lumpur alum treated

(6)

2.6 Penelitian Adsorpsi pada Limbah Industri Pupuk

Sampel pada penelitian ini menggunakan limbah industri pupuk fosfat. Limbah fosfat dari industri pupuk dianalisis pada dosis, pH, dan waktu kontak optimum yang didapat dari penelitian yang menggunakan limbah buatan.

B. Bahan

Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

1. Lumpur Alum, Lumpur alum diambil dari IPAM Ngangel III Surabaya. Pertama, lumpur alum dikeringkan pada oven dengan suhu 105°C sampai kering lalu ditumbuk dengan lumpang dan diayak dengan ayakan 200 mesh. Lumpur alum yang dikeringkan pada suhu 105oC disebut lumpur alum untreated. Kedua, setelah lumpur alum kering dikalsinasi 3 jam dengan suhu 400°C. Lumpur alum tersebut dinamakan lumpur alum treated.

2. Limbah buatan fosfat, limbah buatan fosfat menggunakan K2HPO4.

3. Limbah fosfat, Limbah fosfat asli diambil dari limbah industri pupuk fosfat.

C. Alat

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini dari laboratorium jurusan Teknik Lingkungan. Peralatan yang harus disiapkan sebelum digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Orbital shaker, digunakan sebagai alat untuk pengadukan. Orbital shaker yang digunakan

innova 2000.

2. Spectrophotometer, digunakan untuk menganalisa fosfat. Sebelumnya dilakukan kalibrasi

panjang gelombang dan pembuatan kurva kalibrasi untuk untuk penentuan panjang gelombang optimum dan menentukan konsentrasi fosfat.

3. pH meter, digunakan untuk mengukur nilai pH. pH meter yang digunakan Denver dan kalibrasinya dilakukan secara teratur setiap dua minggu sekali dengan buffer pH 4,7,10.

(7)

4. Neraca analitik, digunakan untuk menimbang banyaknya lumpur yang akan digunakan dalam percobaan. Neraca analitik yang digunakan Denver Instrument Company AA-200.

Referensi

Dokumen terkait

Diberikan uraian terkait hygiene, peserta didik dapat menjelaskan definisi hygiene C1 Lot‟s 2 PG 3 Ruang lingkup sanitasi dan hygiene Membedaka n ruang lingkup

Misal batu ginjal atau pembesaran prostat, refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke dalam ureter, kehamilan, kencing Manis,

Penelitian terhadap pengaruh saraf parasimpatis terhadap sekresi kelenjar saliva yang dilakukan oleh Lung (1998) pada hewan uji berupa anjing yang dianastesi ditemukan

untuk menetapkan suatu dasar sehingga dapat mengumpulkan bukti yang berupa data-data dalam menentukan keputusan apakah menolak atau menerima kebenaran dari pernyataan

didik untuk bertauhid; 2) kurikulum harus disesuaikan dengan fitrah manusia, sebagai makhluk yang memiliki keyakinan kepada Tuhan; 3) kurikulum disajikan merupakan hasil

Melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang berbudi, kompeten, tangguh, dan inovatif; Membangun jejaring dengan Dunia

Jika konsep khiyar syarat pendapat Wahbah Az Zuhaili di kaitkan dengan praktek yang terjadi di lapangan, bahwa khiyar syarat yang dilakukan oleh si penjual harus

Orang tua mempunyai amanah yang sangat besar dalam mendidik anak-anaknya. Jika baik tarbiyahnya maka sholehlah anak tersebut. Namun jika sebaliknya, akan