• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial) Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Studi Pada PT. JAMSOSTEK Cabang Medan)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Hal

ini juga menjadi salah satu tujuan dibentuknya Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) yakni mensejahterakan rakyat. Dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 tersebut yang mengemukakan: “Negara mengembangkan

sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang

lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara

bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

umum yang layak”, oleh sebab itu dibuatlah program untuk menjamin

perlindungan seluruh rakyat Indonesia dalam program Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). Dimana yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN) adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh

beberapa badan penyelenggara jaminan sosial (Pasal 1 ayat (2)).1

UU SJSN menjelaskan bahwa pilar jaminan sosial terdiri dari bantuan sosial,

tabungan wajib dan asuransi sosial. Bantuan sosial adalah suatu sistem untuk

reduksi kemiskinan yang didanai dari pajak (yang dimasukan dalam APBN dan

dikeluarkan sebagai Penerima Bantuan Iuran (PBI)), sedangkan tabungan wajib

(provident fund) merupakan skema tabungan untuk dirinya sendiri seperti wajib

       1

(2)

yang didanai dengan iuran peserta atau pihak lain dan atau oleh pemerintah bagi

penduduk miskin. Model asuransi sosial ini dinilai paling baik dan efektif untuk

membiayai jaminan sosial.2

Asuransi sosial (Social Insurance) adalah program jaminan sosial yang bersifat

wajib menurut Undang-undang bagi setiap pemberi kerja dan pekerja mandiri

profesional untuk tujuan penanggulangan hilangnya sebagian pendapatan sebagai

konsekuensi adanya hubungan kerja yang kemungkinan menimbulkan industrial

hazards.3

Pada tahun 1992 Indonesia telah mempunyai undang-undang yang mengatur

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang sering disebut dengan UU Tentang Jamsostek

Nomor 3 tahun 1992. Memang undang-undang ini difokuskan pada perlindungan

sosial bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja

maupun diluar hubungan kerja. Tujuannya untuk memberikan ketenangan kerja

kepada tenaga kerja dengan memberikan jaminan sosial sehingga disiplin dan

produktivitasnya meningkat.4 Selain itu manfaat yang didapatkan dari jaminan sosial mencakup santunan tunai untuk dukungan pendapatan pancari nafkah utama

(cash benefit for the income support of the breadwinner), kompensasi finansial

untuk kasus kecelakaan kerja dan kematian dini sarta pelayanan kesehatan dan

pemberian alat bantu (benefits in kind).5

       2

Chazali H. Situmorang., Reformasi Jaminan Sosial Di Indonesia Transformasi BPJS : ”Indahnya Harapan Pahitnya Kegagalan”, Cinta Indonesia, Depok, 2013, hal.7

(3)

Ada 4 (empat) program jaminan sosial yang diatur dalam undang-undang tersebut,

yaitu program Jaminan Pelayanan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan

Kematian, dan Jaminan Hari Tua. Dari keempat program tersebut, 3 (tiga)

diantaranya iuran dibayar pemberi kerja (JPK, JKK, JKm) dan hanya Jaminan

Hari Tua (JHT), yang iurannya dibayar sharing pemberi kerja dan pekerja. Hal

yang menarik dalam UU Nomor 3 Tahun 1992, belum mencantumkan asas dan

prinsip penyelenggaraan jaminan sosial yang dilakukan.

Pada Pasal 3 ayat (1) menyebutkan bahwa untuk memberikan perlindungan

kepada tenaga kerja diselenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja yang

pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme asuransi. Artinya pola

asuransi tidaklah wajib tetapi suatu pilihan.6

Pada PP Nomor 14 tahun 1993, tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial

Tenaga Kerja, pada Pasal 2 ayat (4) : Pengusaha yang telah menyelenggarakan

sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat

yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut

Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara. Implikasi tidak wajib

atau disebut dengan juga opting out Jaminan Pemeliharaan Kesehatan menurut PP

tersebut, menyebabkan tingkat kepesertaan JPK Jamsostek tidaklah optimal yaitu

sekitar 10% dari jumlah pekerja formal, sedangkan ketiga program jaminan sosial

lainnya sekitar 30%. Oleh sebab itu pada Pasal 2 ayat (4) sudah dihapuskan dalam

       6

(4)

PP No. 84 Tahun 2013 perubahan kesembilan atas PP No. 14 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.7

Harapan agar Jaminan Pemeliharaan Kesehatan lebih baik yang diselenggarakan

Pengusaha kenyataannya juga diselenggarakan dengan “ala kadarnya” dan tidak

ada yang mengontrolnya, akibatnya banyak pekerja yang tidak mendapatkan

pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Jika JPK diselenggarakan oleh PT.

JAMSOSTEK sebagaimana perintah UU Nomor 3 Tahun 1992, tentunya akan

lebih mudah untuk melakukan kontrol atas pelaksanaan JPK tersebut.

Sebagaimana kita ketahui, penyelenggaraan Jaminan Sosial di Indonesia, secara

eksisting telah diselenggarakan oleh 4 Badan Penyelenggara yaitu PT. Askes yang

dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 tentang Pengalihan

Bentuk Perusahaan Umum Husada Bhakti menjadi Perusahaan Persero,

PT.Jamsostek yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995

tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja,

berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, PT.

Taspen yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981

tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Dana Tabungan dan Asuransi

Pegawai Negeri menjadi Perseroan Terbatas, berdasarkan Undang-Undang Nomor

11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai,

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil,

       7

(5)

PT. Asabri yang dibentuk dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1991

tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Asuransi Sosial/Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia menjadi Perusahaan Persero.8

Dalam perjalanannya keempat persero tersebut berada dalam lingkup

Kementerian BUMN, dengan menyelenggarakan asuransi sosial sesuai program

yang telah ditetapkan, yaitu PT. Askes menyelenggarakan Asuransi Kesehatan

bagi PNS dan keluarga, PT. Taspen menyelenggarakan Jaminan Pensiun Hari

Tua, PT. Jamsostek menyelenggarakan JKK, JKm, JHT dan JP bagi pekerja dan

PT. Asabri menyelenggarakan JPT bagi Anggota TNI/POLRI. Sebagimana kita

ketahui, bahwa prinsip persero tentu mencari laba kepentingan pemilik

perusahaan (owner), dalam hal ini ownernya adalah pemerintah, disisi lain ada

kewajiban Undang-Undang Dasar 1945, agar negara memberikan Jaminan Sosial

bagi seluruh penduduk.9

Menurut ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, pengusaha

dan tenaga kerja wajib ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja.

Berdasarkan ketentuan ini, pihak yang menjadi peserta ada 2 (dua) golongan,

yaitu pengusaha dan tenaga kerja. Termasuk golongan pengusaha adalah orang,

persekutu, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri,

atau yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya, atau

yang berada di Indonesia mewakili perusahaan yang berkedudukan di luar

wilayah Indonesia. Yang termasuk golongan tenaga kerja adalah setiap orang

       8

Chazali H. Situmorang., Op.Cit., hal. 37-38

9

(6)

yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja

guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.10

Pemerintah selalu berupaya untuk memberikan fasilitas yang terbaik untuk

seluruh rakyatnya, agar seluruh rakyat Indonesia dapat merasakan perlindungan

hukum yang diberikan oleh Negara ini khususnya rakyat Indonesia. Pemerintah

kita tidak hanya berhenti dengan satu peraturan saja dalam mensejahterakan

rakyatnya, mereka selalu mencari bagaimana agar seluruh lapisan masyarakat di

Indonesia dapat merasakan kesejahteraan dan ketenteraman dalam bekerja tidak

perlu khawatir apabila mengalami keadaan-keadaan yang sulit dalam melindungi

dirinya dan keluarganya dari risiko yang mungkin saja akan terjadi. Oleh sebab itu

pemerintah berupaya mengeluarkan peraturan yang mengcover risiko-risiko yang

mungkin saja terjadi pada setiap masyarakat terutama para tenaga kerja yang

sangat rentan dengan risiko tinggi dalam pekerjaannya. Bukanlah mudah dalam

membuat peraturan tersebut selain harus memikirkan dari segi baik buruknya

pemerintah juga harus melihat kemampuan dari suatu negara tersebut apalagi

Negara Indonesia ini yang masih di bilang negara yang berkembang.

Salah satu bukti bahwa pemerintah kita terus berupaya menciptakan peraturan

yang lebih bermutu dan bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia yaitu

pemerintah kita melahirkan Undang-Undang Badan Penyelenggaraan Jaminan

Sosial (BPJS) dan merupakan transformasi dari empat Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial nasional

bagi rakyat Indonesia sebagaimana amanat dari Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU

       10

(7)

SJSN. Dimana dalam BPJS tersebut terdapat dua bagian yaitu BPJS Kesehatan

dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menggantikan PT. ASKES dan BPJS

Ketenagakerjaan menggantikan PT. JAMSOSTEK, setelah diberlakukannya BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan maka PT. ASKES dan PT. JAMSOSTEK

sudah tidak diberlakukan lagi.11

Lima tahun terakhir ini, memang dirasakan berbagai perbaikan telah dilakukan

pemerintah maupun oleh keempat BPJS (eksisting) tersebut, antara lain

Kementerian BUMN tidak mengambil deviden yang menjadi haknya, tapi

dikembalikan untuk peningkatan pelayanan kepada peserta. Services telah

meningkat, jika ada complaint cepat tanggap dan segera ditindak lanjuti, laporan

keuangan lebih terbuka. Kebijakan manajemen sudah memposisikan sebagai

BPJS eksisting sesuai dengan UU SJSN dan 1 Januari 2014 sudah menjadi Badan

Hukum Publik, dengan melaksanakan 9 prinsip dan beberapa diantaranya tidak

ada pada badan hukum persero yaitu nirlaba, dana amanat, kegotongroyongan,

kepesertaan bersifat wajib dan hasil pengelolaan dana jaminan sosial

dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar

kepentingan peserta.

Khusus PT. Jamsostek diberikan kelonggaran untuk menyelenggarakan JKK,

JKm, dan JHT sampai dengan akhir Juni 2015 menyelenggarakannya sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992, selanjutnya menyelenggarakan

       11

(8)

empat program JKK, JKm, JHT, dan JP dengan mengacu pada UU SJSN dan UU

BPJS serta aturan pelaksanaannya.12

Dalam perjalanannya yang panjang, jaminan sosial telah berlabuh dengan utuh

pada Undang-Undang SJSN Nomor 40 Tahun 2004 dan implementasinya dengan

keluarnya Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nomor 24

Tahun 2011, memberikan kepastian bahwa bangsa Indonesia telah menetapkan

pilihan Sistem Jaminan Sosial yang benar-benar menerapkan prinsip-prinsip

jaminan sosial yang bersifat universal dan telah banyak diterapkan di

negara-negara maju dan negara-negara berkembang.

Kehadiran BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, yang telah dinanti-nanti

cukup lama dengan berbagai dinamika masyarakat yang tinggi dalam proses

penerbitan dan menjadi batu loncatan mencapai cita-cita kesejahteraan (welfare

state).13

Mengingat masyarakat Indonesia yang rentan dengan risiko tinggi adalah para

tenaga kerja maka penulis tertarik untuk membahas mengenai BPJS

Ketenagakerjaan dan sebab itu pula penulis mengangkat judul skripsinya

mengenai : “PERBEDAAN PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA

MELALUI ASURANSI JAMSOSTEK DENGAN PROGRAM BPJS

(BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL) BERDASARKAN

UNDANG-UNDANG NO. 24 TAHUN 2011 (STUDI PADA PT.

JAMSOSTEK CABANG MEDAN)”.

       12

Chazali H. Situmorang., Op.Cit., hal. 39-40

13

(9)

Berdasarkan uraian di atas maka, penulis akan membahas mengenai seperti apa

perlindungan tenaga kerja yang diberikan oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan,

bagaimana sistem penanganan masalah oleh pihak BPJS Ketenagakerjaan dan apa

perbedaan antara PT. JAMSOSTEK dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam

memberikan perlindungan hukum bagi tenaga kerjanya.

B. Permasalahan

Adapun yang menjadi permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan penanganan JAMSOSTEK dan BPJS dalam

mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja?

2. Bagaimana perbandingan perlindungan hukum terhadap tenaga kerja

yang diberikan oleh JAMSOSTEK dan BPJS?

3. Bagaimana akibat hukum terhadap perusahaan yang terlambat

membayar iuran kepada JAMSOSTEK dan BPJS?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan penanganan JAMSOSTEK dan BPJS

dalam mengatasi masalah data/identitas para pekerja

2. Agar kita mengetahui perbandingan perlindungan hukum terhadap

(10)

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak hukum yang diberikan oleh

JAMSOSTEK dan BPJS terhadap perusahaan yang terlambat

membayar iuran.

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi Perguruan Tinggi dan dapat dipergunakan sebagai

referensi bagi perpustakaan pada Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya.

2. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan

manfaat tentang gambaran umum mengenai perbedaan perlindungan

hukum tenaga kerja melalui asuransi JAMSOSTEK dengan program

BPJS.

3. Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan program BPJS

Ketenagakerjaan ini dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan

amanat UU No 40 Tahun 2004 dan tidak ada lagi para tenaga kerja

yang merasa khawatir terhadap risiko yang akan terjadi dalam

pekerjaannya.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan

tertentu di dalam penulisan skripsi. Hal ini agar terhindar dari suatu penilaian

(11)

dengan data yang lengkap. Oleh karena itu, dalam melakukan penulisan skripsi ini

menggunakan metode penelitian yuridis normatif dan juga penelitian empiris yang

dilaksanakan pada kantor BPJS Ketenagakerjaan kota Medan :

1. Sifat Penelitian.

Metode penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini

adalah bersifat deskripstif analitis, yang mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang

menjadi objek penelitian. Demikian juga hukum dalam

pelaksanaannya di dalam masyarakat yang berkenaan dengan objek

penelitian.14

2. Sumber Data.

Data dapat dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan sumber data yang

diperoleh, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer, yaitu data

yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara,

observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang

kemudian diolah oleh peneliti. Data sekunder, yaitu data yang

diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, bukuk-buku yang

berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk

laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan peraturan perundang-undangan.15

Di dalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan berupa:

       14

Zainuddin Ali., Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105-106

15

(12)

a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat.

Yaitu dokumen peraturan mengikat yang telah ditetapkan oleh

pemerintah antara lain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011tentang

“Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)” dan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1992 tentang “JAMSOSTEK”.

b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer. Yaitu buku-buku dan

tulisan-tulisan ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk atau

penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum

sekunder. Yaitu yang berasal dari kamus, majalah, surat kabar,

internet dan bahan lainnya yang berkaitan dengan penulisan skripsi

ini.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk memperoleh

data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan

skripsi ini, digunakan teknik pengumpulan data melalui kepustakaan.

Teknik pengumpulan data dengan cara ini yaitu mengumpulkan

data-data sekunder yang diperoleh dari bahan pustaka, yang terdiri dari

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang “JAMSOSTEK”,

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang “Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)”, buku-buku, literatur, makalah,

dan lain sebagainya. Selain itu dilakukan juga wawancara terstruktur

(13)

berubah menjadi kantor BPJS KETENAGAKERJAAN yang terdapat

di Kota Medan.

4. Analisis Data.

Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan teknik analisis data

kualitatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan

serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat

dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara

bertingkat (hierarki). Teknik analisis data kualitatif ini tidak

membutuhkan populasi dan sampel melainkan dilakukan dengan cara

mengumpulkan data-data sekunder yang dibutuhkan baik itu berupa

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum

tersier yang berhubungan dengan penulisan skripsi.

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan informasi yang diketahui dan penelusuran kepustakaan yang

dilakukan khususnya di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

penulisan skripsi terkait dengan JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA telah

dituliskan sebelumnya oleh beberapa penulis. Diantaranya adalah:

1. Saudara Riza Kurniawan, Nim 960200115, Tahun 2001 dengan judul

Skripsi “Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) Sebagai Salah Satu

Bentuk Asuransi Di Indonesia”.

(14)

1) Sering sekali ditemukan klausula-klausula perjanjian asuransi yang

diisi oleh tertanggung adalah klausula yang dibuat oleh pihak

penanggung. Bagaimanakah kedudukan para pihak dalam perjanjian

asuransi sosial seperti halnya dalam penyelenggaraan jaminan sosial

tenaga kerja (Jamsostek), serta hubungan antara pengusaha, pekerja,

dan Jamsostek?

2) Dalam penyelenggaraan program Jamsostek, bagaimanakah

penyelesaian klaim asuransi apabila terjadi peristiwa kecelakaan

terhadap tenaga kerja?

2. Saudara Mantra BP Latuperissa, Nim 020200065, Tahun 2007 dengan judul

Skripsi “Kedudukan Hukum Dan Tanggung Jawab Pengurus Dalam

Pemberian Hak Tenaga Kerja (PT.Jamsostek)”

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :

1) Apa saja bentuk-bentuk jaminan sosial yang sering diajukan oleh

pekerja atau buruh kepada PT. Jamsostek?

2) Bagaimana peraturan pelaksanaan jaminan sosial tenaga kerja di PT.

Jamsostek?

3) Bagaimana kedudukan hukum dan tanggungjawab direksi dan

komisaris terhadap hak tenaga kerja pada PT. Jamsostek?

3. Saudara Mehaga Bastanta, Nim 090200120, Tahun 2013 dengan judul

Skripsi “Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama Antara PT. JAMSOSTEK

(15)

Kerja (TK-LHK) Binaan Kantor PT. JAMSOSTEK (PERSERO) Cabang

Medan”

Adapun yang menjadi rumusan masalah dari skripsi tersebut adalah :

1) Bagaimana bentuk hak dan kewajiban PT. Jamsostek (Persero) cabang

medan dan wadah tenaga kerja luar hubungan kerja (TK-LHK) binaan

kantor PT. Jamsostek (Persero) cabang medan?

2) Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT. Jamsostek

(Persero) cabang medan dengan wadah tenaga kerja luar hubungan

kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (Persero) cabang medan

saat ini?

3) Apakah pernah terjadi penyimpangan perjanjian kerjasama

(wanprestasi) antara PT. Jamsostek cabang medan dengan wadah

tenaga kerja luar hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT.

Jamsostek (Persero) cabang medan dan seperti apa bentuk serta

bagaimana kasus penyelesaiannya?

4) Bagaimana bentuk pengakhiran perjanjian kerjasama antara PT.

Jamsostek (Persero) cabang medan dengan wadah tenaga kerja luar

hubungan kerja (TK-LHK) binaan kantor PT. Jamsostek (persero)

cabang medan?

Penulisan skripsi dengan judul “PERBEDAAN PERLINDUNGAN HUKUM

TENAGA KERJA MELALUI ASURANSI JAMSOSTEK DENGAN

PROGRAM BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) BERDASARKAN

(16)

Cabang MEDAN)” belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian,

berdasarkan perumusan masalah serta tujuan yang hendak dicapai dari penulisan

skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya yang

asli dan bukan merupakan hasil jiplakan dari skripsi orang lain. Skripsi ini dibuat

berdasarkan hasil pemikiran sendiri, refrensi dari buku-buku, undang-undang,

makalah-makalah, serta media elektronik yaitu internet dan juga mendapat

bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan asas-asas keilmuan yang rasional, jujur,

dan terbuka, maka penelitian dan penulisan skripsi ini dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Guna memudahkan pemahaman atas isi dari skripsi ini, penulis membuat

sistematika pembahasan secara teratur yang semuanya mempunyai hubungan erat

satu dengan yang lain. Dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub

bab.

Adapun sistematika dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran

bagi penyusun skripsi, baik mengenai latar belakang,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika

(17)

BAB II : Tinjauan Umum Tentang Perasuransian Jaminan Sosial

Tenaga Kerja di Indonesia

Bab ini menguraikan tentang pengertian hukum

perasuransian jaminan sosial tenaga kerja di Indonesia, aspek

hukum jaminan sosial tenaga kerja, fungsi jaminan sosial

tenaga kerja, dan jenis-jenis jaminan sosial tenaga kerja.

BAB III : Tinjauan Hukum Perlindungan Tenaga Kerja Dalam

Transformasi JAMSOSTEK Menjadi BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial)

Bab ini membahas mengenai pengertian BPJS, dasar hukum

BPJS, fungsi BPJS dan jenis-jenis BPJS setelah

diberlakukannya dan menggantikan PT.JAMSOSTEK.

BAB IV : Perbedaan Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Melalui

Asuransi JAMSOSTEK Dengan Program BPJS (Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial)

Bab ini membahas mengenai prosedur penanganan dalam

mengatasi masalah ketidak sesuaian data para pekerja dilihat

dari sudut pandang JAMSOSTEK dan BPJS, perbandingan

perlindungan hukum terhadap tenaga kerja yang diberikan

oleh JAMSOSTEK dan BPJS, dan akibat hukum terhadap

perusahaan yang terlambat membayar iuran kepada pihak

(18)

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisikan

kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran

penulis berdasarkan atas uraian-uraian yang telah di

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Yang dimaksud dengan kecerdasan dalam penelitian ini adalah penggunaan emosi secara cerdas yang menjadikannya sebagai sumber informasi untuk mengenali perasaan

Berbeda dengan berbagai penelitian sebelumnya, variabel komposisi dewan komisaris yang ditempatkan sebagai variabel independen, tetapi pada penelitian ini variabel komposisi

Pengguna dapat mengakses Exelsa dengan mudah baik dari luar kampus maupun menggunakan fasilitas kampus karena Exelsa merupakan sebuah e-learning yang berupa

Download Ipod Nano song is not difficult as long as you know what you are doing, and one of the best features is that it doesn’t matter whether you have a regular Ipod, Ipod Nano

Skripsi yang berjudul “Aplikasi Graf Fuzzy Pada Pengaturan Lampu Lalu Lintas di Persimpangan Jalan Terban Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” disusun untuk

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berasumsi bahwa kualitas hidup dari pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid hipertensi lebih baik dibandingkan dengan

Isolasi, Identifikasi Dan Profil KLT Metabolit Jamur Endofit Dari Agave amaniensis..