• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Pemberian Hormon GA3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Pemberian Hormon GA3"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN

TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3

SKRIPSI

Oleh :

RUTH ERNAWATY SIMANUNGKALIT 060301034

BDP – AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENINGKATAN MUTU DAN HASIL TANAMAN

TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

DENGAN PEMBERIAN HORMON GA3

SKRIPSI

Oleh :

RUTH ERNAWATY SIMANUNGKALIT 060301034

BDP – AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

(3)

Judul Skripsi : Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Pemberian Hormon GA3

Nama : Ruth Ernawaty Simanungkalit NIM : 060301034

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

( Ir. Meiriani.MP ) ( Ir. Jasmani Ginting,MP

Ketua Anggota

)

Mengetahui

Ketua Jurusan Ir. Edison Purba, Ph.D.

(4)

ABSTRAK

RUTH E SIMANUNGKALIT, 2011. “Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3“.

Penelitian ini dibawah bimbingan MEIRIANI sebagai ketua dan JASMANI GINTING sebagai anggota komisi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3.

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada + 25 m dpl dari bulan Juni sampai November 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi pemberian GA3 dengan

empat taraf yaitu :0 ppm; 150 ppm; 300 ppm, 450 ppm dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian GA3 dengan tiga taraf yaitu :1 kali, 2 kali dan 3 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, jumlah biji per buah, kadar

vitamin A dan kadar vitamin C. Perlakuan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh

nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan kadar vitamin C. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin A dan kadar vitamin C namun tidak nyata pada tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah bunga per tanaman, berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, jumlah tandan buah, berat rata-rata per buah, diameter buah, jumlah biji per buah, umur tanaman.

Kata kunci : konsentrasi pemberian GA3, frekuensi pemberian GA3, produksi

(5)

ABSTRACT

RUTH E SIMANUNGKALIT, 2011. “Increase of quality and yield of tomato

(Lycopersicum esculentum Mill.) with the hormone GA3 “. This research under

advices of MEIRIANI as supervisor and JASMANI GINTING as a co supervisor. This experiment aimed to study increase of quality and yield of tomato

(Lycopersicum esculentum Mill.) with the hormone GA3. Research in the field

experiment conducted at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which was + 25 m above sea level from June to November 2010.This research use randomized block design with two-factor factorial treatment. The first factor is the

concentration of GA3 with four levels:: 0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, 450 ppm and

the second factor is the frequency of GA3 with three levels, namely: 1 time, 2 times

and 3 times.

The results showed that the concentration of GA3 treatment significantly

affected the flowering age, number of seeds per fruit, vitamin A and vitamin C

levels. Frequency of GA3 treatment significantly affected the weight of fruit per

plant, number of fruit per plant and the levels of vitamin C. Interaction between the two treatments had significant effect on levels of vitamin A and vitamin C levels but not significantly in plant height, flowering, number of flowers per plant, fruit weight per plant, number of fruit per plant, number of bunches of fruit, average weight per fruit, fruit diameter, number of seeds per fruit, plant age.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Ruth Ernawaty Simanungkalit dilahirkan di Sipoholon pada tanggal 10 Oktober 1988 dari Ayahanda Th. Simanungkalit dan Ibunda S. Manalu. Penulis merupakan anak ke-6 dari 7 bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sipoholon dan pada tahun yang sama masuk ke Fakutas Pertanian USU melalui jalur PMP (Pemanduan Minat dan Prestasi). Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”

Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Pemberian Hormon GA3” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Ir. Meiriani, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Jasmani Ginting, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

memberikan bimbingan selama persiapan penelitian sampai penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Th. Simanungkalit dan Ibunda S. Manalu yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang, juga kepada abang/kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama melakukan studi.

Penulis sadar skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2011

(8)
(9)

Penyiangan ...19

Jumlah bunga per tanaman ...21

Jumlah tandan buah ...21

Jumlah buah per tanaman ...21

Berat buah per tanaman ...21

Rata-rata berat buah (g) ...21

Diameter buah (cm) ...21

Jumlah biji per buah ...21

Umur anaman (hari)...22

Kadar vitamin A (mg/100 g bahan) ...22

Kadar vitamin C (m/100 g bahan) ...22

(10)

DAFTAR TABEL

No Hal. 1. Rataan tinggi tanaman tomat umur 11 MSPT pada berbagai

perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 23

2. Rataan umur berbunga tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 24

3. Rataan jumlah bunga per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 26

4. Rataan jumlah tandan buah tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 27

5. Rataan jumlah buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 28

6. Rataan berat buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 29

7. Rataan rata-rata berat buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 31

8. Rataan diameter buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 32

9. Rataan jumlah biji per buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 33

10.Rataan umur tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 34

11.Rataankadar vitamin A pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 35

12.Rataan kadar vitamin C pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 37

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal. 1. Hubungan umur berbunga dengan konsentrasi GA3 ... 25

2. Hubungan jumlah biji dengan konsentrasi GA3 ... 28

3. Hubungan jumlah buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 ... 30

4. Hubungan berat buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 ... 33

5. Grafik hubungan kadar vitamin A dengan perlakuan konsentrasi

dan frekuensi pemberian GA3 ... 36

6. Grafik hubungan kadar vitamin C dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 ... 38

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal.

1. Data pengamatan tinggi tanaman umur 2 MSPT ... 47

2. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur MSPT... ... 47

3. Data pengamatan tinggi tanaman umur 3 MSPT ... 48

4. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 3 MSPT... 48

5. Data pengamatan tinggi tanaman umur 4 MSPT ... 49

6. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 4 MSPT... 49

7. Data pengamatan tinggi tanaman umur 5 MSPT ... 50

8. Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 5 MSPT... 50

9. Data pengamatan tinggi tanaman umur 6 MSPT ... 51

10.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 6 MSPT... 51

11.Data pengamatan tinggi tanaman umur 7 MSPT ... 52

12.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 7 MSPT... 52

13.Data pengamatan tinggi tanaman umur 8 MSPT ... 53

14.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 8 MSPT... 53

15.Data pengamatan tinggi tanaman umur 9 MSPT ... 54

16.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 9 MSPT... 54

17.Data pengamatan tinggi tanaman umur 10 MSPT ... 55

18.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 10 MSPT... ... 55

19.Data pengamatan tinggi tanaman umur 11 MSPT ... 56

20.Daftar sidik ragam tinggi tanaman umur 11 MSPT... ... 56

21.Data pengamatan umur berbunga ... 57

(13)

23.Data pengamatan jumlah bunga per tanaman ... 58

24.Daftar sidik ragam jumlah bunga per tanaman... ... 58

25.Data pengamatan jumlah tandan buah ... 59

26.Daftar sidik ragam jumlah tandan buah... ... 59

27.Data pengamatan jumlah buah per tanaman ... 60

28.Daftar sidik ragam jumlah buah per tanaman... ... 60

29.Data pengamatan berat buah per tanaman ... 61

30.Daftar sidik ragam berat buah per tanaman... ... 61

31.Data pengamatan berat rata-rata buah ... 62

32.Daftar sidik ragam berat rata-rata buah... ... 62

33.Data pengamatan diameter buah ... 63

34.Daftar sidik ragam diameter buah... ... 63

35.Data pengamatan jumlah biji per buah ... 64

36.Daftar sidik ragam jumlah biji per buah... ... 64

37.Data pengamatan umur tanaman ... 65

38.Daftar sidik ragam umur tanaman... ... 65

39.Data pengamatan kadar vitamin A ... 66

40.Daftar sidik ragam kadar vitamin A... ... 66

41.Data pengamatan kadar vitamin C ... 67

42.Daftar sidik ragam kadar vitamin C... ... 67

43.Jadwal kegiatan penelitian ... 69

44.Deskripsi tanaman Tomat ... 70

45.Bagan tanaman per plot ... 71

(14)

ABSTRAK

RUTH E SIMANUNGKALIT, 2011. “Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3“.

Penelitian ini dibawah bimbingan MEIRIANI sebagai ketua dan JASMANI GINTING sebagai anggota komisi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3.

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada + 25 m dpl dari bulan Juni sampai November 2010. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan dua faktor perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi pemberian GA3 dengan

empat taraf yaitu :0 ppm; 150 ppm; 300 ppm, 450 ppm dan faktor kedua adalah frekuensi pemberian GA3 dengan tiga taraf yaitu :1 kali, 2 kali dan 3 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, jumlah biji per buah, kadar

vitamin A dan kadar vitamin C. Perlakuan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh

nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan kadar vitamin C. Interaksi antara kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin A dan kadar vitamin C namun tidak nyata pada tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah bunga per tanaman, berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, jumlah tandan buah, berat rata-rata per buah, diameter buah, jumlah biji per buah, umur tanaman.

Kata kunci : konsentrasi pemberian GA3, frekuensi pemberian GA3, produksi

(15)

ABSTRACT

RUTH E SIMANUNGKALIT, 2011. “Increase of quality and yield of tomato

(Lycopersicum esculentum Mill.) with the hormone GA3 “. This research under

advices of MEIRIANI as supervisor and JASMANI GINTING as a co supervisor. This experiment aimed to study increase of quality and yield of tomato

(Lycopersicum esculentum Mill.) with the hormone GA3. Research in the field

experiment conducted at the Faculty of Agriculture, University of North Sumatra, which was + 25 m above sea level from June to November 2010.This research use randomized block design with two-factor factorial treatment. The first factor is the

concentration of GA3 with four levels:: 0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, 450 ppm and

the second factor is the frequency of GA3 with three levels, namely: 1 time, 2 times

and 3 times.

The results showed that the concentration of GA3 treatment significantly

affected the flowering age, number of seeds per fruit, vitamin A and vitamin C

levels. Frequency of GA3 treatment significantly affected the weight of fruit per

plant, number of fruit per plant and the levels of vitamin C. Interaction between the two treatments had significant effect on levels of vitamin A and vitamin C levels but not significantly in plant height, flowering, number of flowers per plant, fruit weight per plant, number of fruit per plant, number of bunches of fruit, average weight per fruit, fruit diameter, number of seeds per fruit, plant age.

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) termasuk famili Solanaceae merupakan tanaman setahun yang berbentuk herbaceus (perdu) dan umumnya tumbuh baik pada ketinggian 600-900 m di atas permukaan laut. Pada dataran rendah tomat dapat tumbuh tetapi umurnya lebih singkat dan produksinya lebih rendah dibanding di dataran tinggi.

Selama ini produsen benih lebih banyak merilis varietas-varietas tomat untuk dataran tinggi yang berada lebih dari 750 m di atas permuakan laut. Ketika pekebun membudidayakan varietas tersebut di dataran rendah, produksinya pun anjlok. Oleh karena suhu tinggi, kualitas polen atau serbuk sari bunga tomat menjadi buruk dan mudah rontok. Pada suhu tinggi, tanaman memproduksi cukup tinggi hormon penuaan, yaitu etilen sehingga bunga menjadi gugur dan persentase fruit-set sangat rendah. Itulah sebabnya produksi tomat di dataran rendah lebih kecil jika dibandingkan di dataran tinggi (Dwi Utami, 2009).

Sekarang ini dikenal beberapa varietas tomat yang dibudidayakan di dataran rendah seperti Intan, Ratna, Permata, LV, dan CLN yang memiliki produksi lebih rendah di banding tomat yang dibudidayakan di dataran tinggi. Produksinya berkisar antara 5 – 24 ton/Ha. Varietas-varietas tersebut memiliki ketahanan yang lebih baik dari serangan hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman tomat misalnya layu fusarium, pseudomonas dan lain-lain.

(17)

adalah vitamin A dan C. Tomat seperti halnya dengan sayuran dan buah-buahan lainnya, dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan. Komposisi zat gizi buah tomat dalam 100 gram adalah protein (1 gr), karbohidrat (4,2 gr), lemak (0,3 gr), kalsium (5 mg), fosfor (27 mg),zat besi (0,5 mg), vitamin A (karoten) 1500 SI, vitamin B (tiamin) 60 mg, vitamin C 40 mg (Yani dan Ade, 2004).

Tomat merupakan sayuran populer di Indonesia. Produksinya di Indonesia tahun 2005 mencapai 647.020 ton (Redaksi Agromedia, 2007) dan tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor).

Salah satu produk berbahan tomat adalah saus. Para produsen saus menghadapi kendala dalam pengolahan tomat yaitu, ketika menghancurkan biji. Apabila tomat yang menjadi bahan baku saus mengandung sedikit biji, maka proses pengolahan akan menjadi lebih efisien.

(18)

GA3 sudah lama dikenal sebagai hormon pencetak buah tanpa biji atau

memperkecil ukuran biji. Biji muda banyak mengandung hormon auksin dan gibberelin. Hormon itu diproduksi biji untuk pembesaran buah. Saat gibberelin atau auksin ditambah dari luar biji tak berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar.

Gibberellin sebagai hormon tumbuh pada tanaman sangat berpengaruh terhadap sifat kerdil genetik (genetic dwarfism), pembungaan, parthenocarpy, mobilisasi karbohidrat selama perkecambahan, dan aspek fisiologi lainnya. Gibberellin mempunyai peranan dalam mendukung; perpanjangan sel, aktivitas

kambium, dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesa protein (Abidin, 1983).

Gibberelin (GA3) adalah zat pengatur tumbuh yang berperan dalam fungsi

pembelahan sel di seluruh bagian tanaman baik pada akar, batang, daun dan buah. Tinggi rendahnya kandungan hormon GA3 pada tanaman akan menentukan

bagaimana tanaman tersebut tumbuh pada fase vegetatif dan berbunga pada fase generatif. Dapat dikatakan bahwa hormon GA3 memainkan fungsi penting dalam

perpindahan fase vegetatif ke fase generatif. Pertumbuhan tanaman yang dirangsang dengan menggunakan hormon GA3 dapat tumbuh 2 kali lebih cepat

dibanding dengan tanaman yang tidak dirangsang. Perlakuan hormon GA3 pada

buah-buahan seperti melon, semangka, tomat, nanas, dan lain-lain akan

(19)

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitan tentang “Peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan pemberian hormon GA3.

Hipotesis Penelitian

Konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya

berpengaruh terhadap peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat. Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan Sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.

(20)

Tinjauan Umum Tanaman Tomat

Klasifikasi tanaman tomat menurut Rismunandar (1999) adalah : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicon (Lycopersicum) Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

Tomat memiliki akar tunggang yang bisa tumbuh menembus tanah, sekaligus akar serabut (akar samping) yang bisa tumbuh menyebar ke segala arah. Sayangnya kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Sesuai sifat perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gembur dan mengikat air (Redaksi Agromedia, 2007).

(21)

Bunga tanaman tomat termasuk sempurna (hermaprodit). Dengan demikian, tomat bisa melakukan penyerbukan sendiri, sekaligus mampu melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga, seperti lebah. Penyerbukan silang lebih umum terjadi di daerah tropis dibandingkan di daerah beriklim sedang. Bunga berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian (dompolan), tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang disemprotkan langsung pada bunga. Dalam istilan botani disebut pembuahan parthenocarpi (Rismunandar, 1995).

Bagian dalam buah memiliki ruang-ruang yang dipenuhi biji. Ukuran buah tomat dan beratnya bervariasi tergantung varietasnya. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau cokelat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm (Redaksi Agromedia, 2007).

Syarat Tumbuh Iklim

Tomat dapat tumbuh dalam musim hujan ataupun musim kemarau, namun dalam musin basah tidak terjamin baik hasilnya. Iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di daerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan

menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran) (Rismunandar, 1995).

(22)

rendah dan sebaliknya. Faktor suhu biasanya mempunyai hubungan dengan pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suhu selama masa pertumbuhan, maka semakin tinggi pula pertumbuhannya. Hal ini berpengaruh terhadap waktu panennya. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat waktu panennya (Redaksi Agromedia, 2007).

Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 0C dan pada malam hari 10-20 0C. Pada tanaman yang masih muda, kelembaban udara yang tinggi yakni 95 % sangat baik untuk

merangsang pertumbuha

Tanah

Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen oleh karena itu air tidak boleh

tergenang

Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pH 7 atau netral. Jika pH tanah terlalu masam atau di bawah 5,5 disarankan agar dilakukan pengapuran. pH yang terlalu masam akan menghambat penyerapan unsur hara oleh tanaman dan akan menguntungkan pertumbuhan jamur seperti

(23)

Mutu buah tomat

Beberapa hal yang termasuk dalam standar mutu tomat adalah sebagai berikut :

1. Produksi buah mencapai 25 ton/Ha.

2. Ukuran buah yang dihasilkan seragam, tergantung pada permintaan pasar. 3. Kesamaan sifat varietas seragam.

4. Keseragaman tingkat kematangan buah (60%-90%) tergantung permintaan pasar.

5. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah dan terkelupas

6. Berat buah yang dihasilkan rata-rata 30 % besar, 35 % sedang, dan 35 % kecil.

7. Buah aman untuk dikonsumsi. 8. Rasa segar buah cukup baik.

9. Berdasarkan ukurannya, buah tomat dibedakan menjadin 4 tipe yakni, cherry (15 mm), oblong atau elongated (30 mm), round (35 mm), dan ribbed (35 mm) (Redaksi Agromedia, 2007).

Dalam SNI, tomat segar digolongkan dalam 3 ukuran berat menurut kultivarnya, yaitu :

- Besar, bila berat buah > 150 gr/buah - Sedang, bila berat buah 100-150 gr/buah - Kecil, bila berat buah < 100 gr/buah

(24)

rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai kekentalan menyerupai jeli/gelatine, serta biji buah mencapai tingkat perkembangan sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh dengan tekstur daging buah lunak

Untuk menangkap peluang ekspor yang cukup baik, tentunya harus diimbangi dengan peningkatan mutu yang baik pula. Dalam mempersiapkan mutu ekspor yang lebih baik, seragam, dan mampu bersaing dengan mutu dari negara lain diperlukan adanya standar mutu tomat yang jelas. Untuk kebutuhan pasar dikenal dua jenis mutu yaitu mutu I dan II. Kerusakan maksimum pada buah

tomat mutu I sekitar 5% sedangkan pada mutu II sekitar 10 % (Yani dan Ade, 2004).

Gibberellin

Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula – mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa dalam tahun 1926. Kurosawa melakukan penelitian terhadap penyakit “bakane” pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur

Gibberella fujikuroi. Gejala khas dari penyakit ini ialah : apabila tanaman padi

terserang, maka tanaman tersebut memperlihatkan batang dan daun yang memanjang secara tidak normal (Abidin, 1983).

(25)

sehat dan dapat mendorong pemanjangan batang pada sejumlah jenis tanaman lain (Heddy, 1986).

GA merupakan diterpenoid, yang menempatkan zat itu dalam keluarga kimia yang secara bersama-sama dengan khlorofil dan karoten. GA yang berbeda-beda dinamai dengan kode huruf-nomor (GA1, GA2, GA3, …, GA52). Jenis GA

yang pertama kali diidentifikasi, merupakan yang paling dikenal dan paling banyak diteliti adalah Asam giberelat (GA3). Hal yang menarik, GA3 mempunyai

kisaran aktivitas fisiologis paling lebar. O

Gambar : GA3 (Gardner dkk, 1991).

Gibberellin disintesis di beberapa bagian tanaman khususnya dalam jaringan tumbuh yang aktif seperti embrio dan jaringan meristem. Gibberellin ditransportasi cepat dalam tanaman, kelihatan pada transportasi phloem dan xylem. Ada beberapa campuran yang dikenal menghambat pengaruh gibberellin. Hal ini meliputi zat penghambat pertumbuhan seperti AMU-1618, CCC, dan Phosphon-D (Pradhan, 1997).

Agar aplikasi zat pengatur tumbuh efektif dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pertama – tama zat pengatur tumbuh tersebut harus masuk ke dalam jaringan tanaman. Zat pengatur tumbuh mungkin diserap melalui akar atau daun. Laju serapan zat pengatur tumbuh oleh tanaman tergantung pada beberapa faktor, antara lain : spesies tanaman yang bersangkutan, organ tanaman yang diberi perlakuan, sifat kimia dan solubilitas dari zat pengatur tumbuh yang

(26)

bersangkutan, pelarut yang digunakan, dan kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Faktor – faktor lingkungan akan ikut berperan. Secara umum, kondisi lingkungan yang menghambat translokasi air, unsur hara, atau senyawa organik lainnya juga akan menghambat pergerakan zat pengatur tumbuh dalam tubuh tanaman (Lakitan, 1996).

Gibberellin dapat terdapat di dalam lebih dari satu keadaan pada sebuah tanaman. Semua organ tanaman yang lebih tinggi mengandung gibberellin, tetapi konsentrasi gibberellin sama sekali tidak konstan di seluruh tanaman. Tingkat tertinggi ditemukan di dalam biji, dengan tingkat luar biasa terdapat pada endosperma cair dari beberapa biji. Daun-daun muda kaya dengan gibberellin dibandingkan dengan daun yang yang lebih tua dan tangkai dewasa. Secara umum gibberellin dipusatkan di daerah tanaman yang paling cepat tumbuh dan berkembang, seperti yang bisa diharapkan untuk zat yang terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan produksi tanaman (Wilkins, 1989).

Seperti auxin, gibberellin pun berpengaruh terhadap parthenokarpi. Hasil penelitian Barker dan Collin (1965) asam giberelat (GA3) lebih efektif dalam

terjadinya parthenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Begitu pula Delvin dan Demoranville pada tahun 1967 meneliti pear dengan mengaplikasikan GA3. Dari hasil penelitiannya dapat diambil kesimpulan bahwa

kultivar tersebut mempunyai respon terhadap aplikasi GA3 sehingga dapat

meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.

(27)

dalam bakal buah (ovary) disebut pembuahan (fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah bersamaan dengan pembentukan biji. Biji yang sedang berkembang mengandung hormon tumbuhan seperti auxin dan gibberellin. Dengan penyemprotan hormon secara eksogen, maka biji tidak berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar (Duryatmo, 2008).

Penyemprotan dengan GA sebelum panen mempunyai pengaruh yang menyolok dalam mengurangi laju perkembangan, pemasakan, pematangan dan penuaan buah-buah kesemek. Beberapa pengaruh pemberian GA pada jeruk adalah terhambatnya lenyapnya khlorofil, peningkatan ketebalan kulit, penundaan penimbunan karotenoid-karotenoid pada jeruk manis ”Navel” (Coggins dan Hield, 1962), dan peningkatan asam askorbat (vitamin C) dibanding dengan sitrun ”Lisbon” yang tidak diberi perlakuan (Tjitrosoepomo, 1993).

Bukti untuk peranan gibberellin untuk pengendalian pertumbuhan buah terus bertumbuh. Sekarang telah ditetapkan bahwa bunga yang tidak difertilisasi dari banyak tanaman seperti misalnya tomat dan varietas apel tertentu dapat dibuat untuk mengeluarkan buah-buah yang tampaknya normal tetapi tidak berbiji jika diberi gibberellin (Crane, 1964). Sebagai tambahan, sebuah korelasi kuat telah diperlihatkan pada buah normal antara kandungan gibberellin pada berbagai tahap dan tingkat pertumbuhan buah (Jackson, 1966). Setelah fertilisasi, sintesis gibberellin terjadi pada endosperma dan embrio. Gibberellin ini sebaliknya diperlukan untuk memungkinkan pertumbuhan buah berlangsung (Wilkins, 1989).

Penggunaan GA3 pada anggur dengan perlakuan GA3 sebesar 200 ppm

(28)

Pada tanaman durian, GA3 dengan konsentrasi 100 ppm disemprotkan

dengan interval seminggu sekali untuk mencegah rontok bunga. GA3

meningkatkan kemampuan bunga menyerap makanan hasil fotosintesis, sehingga

bunganya tahan gugur

Di dalam proses pematangan, gibberellin mempunyai peranan yang penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (ripening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah. Asam gibberelat yang diterapkan dalam buah pisang yang matang ternyata pemasakannya dapat ditunda (Abidin, 1983).

Pengaruh gibberellin juga merangsang pembungaan. Kebanyakan tanaman memerlukan suhu dingin selama periode waktu tertentu diikuti hari panjang untuk dapat berbunga. Pada tanaman-tanaman tersebut suhu dingin menyebabkan terjadinya ”balting” (perpanjangan batang) yang mengawali proses pembungaan tersebut. Gibberellin dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada

tanaman-tanaman tersebut dan dapat mendorong terjadinya pembungaan (Wattimena, 1985).

Salah satu efek utama dari gibberellin adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Di dalam proses pembelahan sel bukan saja dipengaruhi oleh gibberellin tetapi juga oleh auksin. Pengaruh gibberellin umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara pasti. Perbedaan antara gibberellin dan auksin dalam proses adalah bahwa gibberellin lebih aktif pada tanaman utuh sedangkan auksin pada potongan-potongan organ tanaman seperti stek akar, stek tunas dan lan-lain

(29)

Peranan gibberellin dapat menyebabkan tinggi tanaman menjadi 3-5 kali tingginya yang normal. Suatu kol yang biasanya hanya 3 dm tingginya, setelah diberi gibberellin, maka kol tersebut mencapai tinggi 3,5 m. Percobaan ini dilaksanakan di University of Michigan. Selain itu, mempercepat tumbuhnya sayur-sayuran, dapat menyingkat waktu panenan sampai 50%. Sayur-sayuran yang biasanya baru dapat dipetik setelah 4 atau 5 minggu, maka dengan penggunaan gibberellin, sayur-sayuran tersebut sudah dapat dipetik setelah 2 atau 3 minggu (Dwidjoseputro, 1980).

Fungsi gibberellin dapat mengatur pembentukan protein dan asam nukleat (bagian senyawa DNA). Gibberellin dengan konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm) menghambat pembentukan akar. Gibberellin pada konsentrasi rendah mendorong pertumbuhan akar adventif seperti yang terjadi pada stek batang kacang kapri, dan mempercepat pembelahan serta pertumbuhan sel hingga tanaman cepat menjadi tinggi (Ashari, 2006).

GA3 dapatmenstimulir perpanjangan sel karena GA3 menghidrolisa pati

(30)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanaman Tomat

Klasifikasi tanaman tomat menurut Rismunandar (1999) adalah : Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicon (Lycopersicum) Spesies : Lycopersicum esculentum Mill.

Tomat memiliki akar tunggang yang bisa tumbuh menembus tanah, sekaligus akar serabut (akar samping) yang bisa tumbuh menyebar ke segala arah. Sayangnya kemampuannya menembus lapisan tanah terbatas, yakni pada kedalaman 30-70 cm. Sesuai sifat perakarannya, tomat bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gembur dan mengikat air (Redaksi Agromedia, 2007).

(31)

Bunga tanaman tomat termasuk sempurna (hermaprodit). Dengan demikian, tomat bisa melakukan penyerbukan sendiri, sekaligus mampu melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga, seperti lebah. Penyerbukan silang lebih umum terjadi di daerah tropis dibandingkan di daerah beriklim sedang. Bunga berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian (dompolan), tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang disemprotkan langsung pada bunga. Dalam istilan botani disebut pembuahan parthenocarpi (Rismunandar, 1995).

Bagian dalam buah memiliki ruang-ruang yang dipenuhi biji. Ukuran buah tomat dan beratnya bervariasi tergantung varietasnya. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan atau cokelat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm (Redaksi Agromedia, 2007).

Syarat Tumbuh Iklim

Tomat dapat tumbuh dalam musim hujan ataupun musim kemarau, namun dalam musin basah tidak terjamin baik hasilnya. Iklim yang basah akan membentuk tanaman yang rimbun, tetapi bunganya berkurang, dan di daerah pegunungan akan timbul penyakit daun yang dapat membuat fatal pertumbuhannya. Musim kemarau yang terik dengan angin yang kencang akan

menghambat pertumbuhan bunga (mengering dan berguguran) (Rismunandar, 1995).

(32)

rendah dan sebaliknya. Faktor suhu biasanya mempunyai hubungan dengan pertumbuhan tanaman. Semakin tinggi suhu selama masa pertumbuhan, maka semakin tinggi pula pertumbuhannya. Hal ini berpengaruh terhadap waktu panennya. Semakin tinggi suhu, maka semakin cepat waktu panennya (Redaksi Agromedia, 2007).

Kekurangan sinar matahari menyebabkan tanaman tomat mudah terserang penyakit, baik parasit maupun non parasit. Sinar matahari berintensitas tinggi akan menghasilkan vitamin C dan karoten (provitamin A) yang lebih tinggi. Suhu udara rata-rata harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah suhu siang hari 18-29 0C dan pada malam hari 10-20 0C. Pada tanaman yang masih muda, kelembaban udara yang tinggi yakni 95 % sangat baik untuk

merangsang pertumbuha

Tanah

Tanaman tomat dapat tumbuh di segala jenis tanah, mulai tanah pasir sampai tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik serta unsur hara dan mudah merembeskan air. Selain itu akar tanaman tomat rentan terhadap kekurangan oksigen oleh karena itu air tidak boleh

tergenang

Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pH 7 atau netral. Jika pH tanah terlalu masam atau di bawah 5,5 disarankan agar dilakukan pengapuran. pH yang terlalu masam akan menghambat penyerapan unsur hara oleh tanaman dan akan menguntungkan pertumbuhan jamur seperti

(33)

Mutu buah tomat

Beberapa hal yang termasuk dalam standar mutu tomat adalah sebagai berikut :

1. Produksi buah mencapai 25 ton/Ha.

2. Ukuran buah yang dihasilkan seragam, tergantung pada permintaan pasar. 3. Kesamaan sifat varietas seragam.

4. Keseragaman tingkat kematangan buah (60%-90%) tergantung permintaan pasar.

5. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah dan terkelupas

6. Berat buah yang dihasilkan rata-rata 30 % besar, 35 % sedang, dan 35 % kecil.

7. Buah aman untuk dikonsumsi. 8. Rasa segar buah cukup baik.

9. Berdasarkan ukurannya, buah tomat dibedakan menjadin 4 tipe yakni, cherry (15 mm), oblong atau elongated (30 mm), round (35 mm), dan ribbed (35 mm) (Redaksi Agromedia, 2007).

Dalam SNI, tomat segar digolongkan dalam 3 ukuran berat menurut kultivarnya, yaitu :

- Besar, bila berat buah > 150 gr/buah - Sedang, bila berat buah 100-150 gr/buah - Kecil, bila berat buah < 100 gr/buah

(34)

rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai kekentalan menyerupai jeli/gelatine, serta biji buah mencapai tingkat perkembangan sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh dengan tekstur daging buah lunak

Untuk menangkap peluang ekspor yang cukup baik, tentunya harus diimbangi dengan peningkatan mutu yang baik pula. Dalam mempersiapkan mutu ekspor yang lebih baik, seragam, dan mampu bersaing dengan mutu dari negara lain diperlukan adanya standar mutu tomat yang jelas. Untuk kebutuhan pasar dikenal dua jenis mutu yaitu mutu I dan II. Kerusakan maksimum pada buah

tomat mutu I sekitar 5% sedangkan pada mutu II sekitar 10 % (Yani dan Ade, 2004).

Gibberellin

Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula – mula diketemukan di Jepang oleh Kurosawa dalam tahun 1926. Kurosawa melakukan penelitian terhadap penyakit “bakane” pada tanaman padi yang disebabkan oleh jamur

Gibberella fujikuroi. Gejala khas dari penyakit ini ialah : apabila tanaman padi

terserang, maka tanaman tersebut memperlihatkan batang dan daun yang memanjang secara tidak normal (Abidin, 1983).

(35)

sehat dan dapat mendorong pemanjangan batang pada sejumlah jenis tanaman lain (Heddy, 1986).

GA merupakan diterpenoid, yang menempatkan zat itu dalam keluarga kimia yang secara bersama-sama dengan khlorofil dan karoten. GA yang berbeda-beda dinamai dengan kode huruf-nomor (GA1, GA2, GA3, …, GA52). Jenis GA

yang pertama kali diidentifikasi, merupakan yang paling dikenal dan paling banyak diteliti adalah Asam giberelat (GA3). Hal yang menarik, GA3 mempunyai

kisaran aktivitas fisiologis paling lebar. O

Gambar : GA3 (Gardner dkk, 1991).

Gibberellin disintesis di beberapa bagian tanaman khususnya dalam jaringan tumbuh yang aktif seperti embrio dan jaringan meristem. Gibberellin ditransportasi cepat dalam tanaman, kelihatan pada transportasi phloem dan xylem. Ada beberapa campuran yang dikenal menghambat pengaruh gibberellin. Hal ini meliputi zat penghambat pertumbuhan seperti AMU-1618, CCC, dan Phosphon-D (Pradhan, 1997).

Agar aplikasi zat pengatur tumbuh efektif dalam mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman, pertama – tama zat pengatur tumbuh tersebut harus masuk ke dalam jaringan tanaman. Zat pengatur tumbuh mungkin diserap melalui akar atau daun. Laju serapan zat pengatur tumbuh oleh tanaman tergantung pada beberapa faktor, antara lain : spesies tanaman yang bersangkutan, organ tanaman yang diberi perlakuan, sifat kimia dan solubilitas dari zat pengatur tumbuh yang

(36)

bersangkutan, pelarut yang digunakan, dan kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Faktor – faktor lingkungan akan ikut berperan. Secara umum, kondisi lingkungan yang menghambat translokasi air, unsur hara, atau senyawa organik lainnya juga akan menghambat pergerakan zat pengatur tumbuh dalam tubuh tanaman (Lakitan, 1996).

Gibberellin dapat terdapat di dalam lebih dari satu keadaan pada sebuah tanaman. Semua organ tanaman yang lebih tinggi mengandung gibberellin, tetapi konsentrasi gibberellin sama sekali tidak konstan di seluruh tanaman. Tingkat tertinggi ditemukan di dalam biji, dengan tingkat luar biasa terdapat pada endosperma cair dari beberapa biji. Daun-daun muda kaya dengan gibberellin dibandingkan dengan daun yang yang lebih tua dan tangkai dewasa. Secara umum gibberellin dipusatkan di daerah tanaman yang paling cepat tumbuh dan berkembang, seperti yang bisa diharapkan untuk zat yang terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan produksi tanaman (Wilkins, 1989).

Seperti auxin, gibberellin pun berpengaruh terhadap parthenokarpi. Hasil penelitian Barker dan Collin (1965) asam giberelat (GA3) lebih efektif dalam

terjadinya parthenokarpi dibanding dengan auxin yang dilakukan pada blueberry. Begitu pula Delvin dan Demoranville pada tahun 1967 meneliti pear dengan mengaplikasikan GA3. Dari hasil penelitiannya dapat diambil kesimpulan bahwa

kultivar tersebut mempunyai respon terhadap aplikasi GA3 sehingga dapat

meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.

(37)

dalam bakal buah (ovary) disebut pembuahan (fertilisasi). Kemudian bakal buah akan membesar dan berkembang menjadi buah bersamaan dengan pembentukan biji. Biji yang sedang berkembang mengandung hormon tumbuhan seperti auxin dan gibberellin. Dengan penyemprotan hormon secara eksogen, maka biji tidak berkembang karena pembesaran buah disokong dari luar (Duryatmo, 2008).

Penyemprotan dengan GA sebelum panen mempunyai pengaruh yang menyolok dalam mengurangi laju perkembangan, pemasakan, pematangan dan penuaan buah-buah kesemek. Beberapa pengaruh pemberian GA pada jeruk adalah terhambatnya lenyapnya khlorofil, peningkatan ketebalan kulit, penundaan penimbunan karotenoid-karotenoid pada jeruk manis ”Navel” (Coggins dan Hield, 1962), dan peningkatan asam askorbat (vitamin C) dibanding dengan sitrun ”Lisbon” yang tidak diberi perlakuan (Tjitrosoepomo, 1993).

Bukti untuk peranan gibberellin untuk pengendalian pertumbuhan buah terus bertumbuh. Sekarang telah ditetapkan bahwa bunga yang tidak difertilisasi dari banyak tanaman seperti misalnya tomat dan varietas apel tertentu dapat dibuat untuk mengeluarkan buah-buah yang tampaknya normal tetapi tidak berbiji jika diberi gibberellin (Crane, 1964). Sebagai tambahan, sebuah korelasi kuat telah diperlihatkan pada buah normal antara kandungan gibberellin pada berbagai tahap dan tingkat pertumbuhan buah (Jackson, 1966). Setelah fertilisasi, sintesis gibberellin terjadi pada endosperma dan embrio. Gibberellin ini sebaliknya diperlukan untuk memungkinkan pertumbuhan buah berlangsung (Wilkins, 1989).

Penggunaan GA3 pada anggur dengan perlakuan GA3 sebesar 200 ppm

(38)

Pada tanaman durian, GA3 dengan konsentrasi 100 ppm disemprotkan

dengan interval seminggu sekali untuk mencegah rontok bunga. GA3

meningkatkan kemampuan bunga menyerap makanan hasil fotosintesis, sehingga

bunganya tahan gugur

Di dalam proses pematangan, gibberellin mempunyai peranan yang penting yaitu mampu mengundurkan pematangan (ripening) dan pemasakan (maturing) suatu jenis buah. Asam gibberelat yang diterapkan dalam buah pisang yang matang ternyata pemasakannya dapat ditunda (Abidin, 1983).

Pengaruh gibberellin juga merangsang pembungaan. Kebanyakan tanaman memerlukan suhu dingin selama periode waktu tertentu diikuti hari panjang untuk dapat berbunga. Pada tanaman-tanaman tersebut suhu dingin menyebabkan terjadinya ”balting” (perpanjangan batang) yang mengawali proses pembungaan tersebut. Gibberellin dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada

tanaman-tanaman tersebut dan dapat mendorong terjadinya pembungaan (Wattimena, 1985).

Salah satu efek utama dari gibberellin adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Di dalam proses pembelahan sel bukan saja dipengaruhi oleh gibberellin tetapi juga oleh auksin. Pengaruh gibberellin umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut belum diketahui secara pasti. Perbedaan antara gibberellin dan auksin dalam proses adalah bahwa gibberellin lebih aktif pada tanaman utuh sedangkan auksin pada potongan-potongan organ tanaman seperti stek akar, stek tunas dan lan-lain

(39)

Peranan gibberellin dapat menyebabkan tinggi tanaman menjadi 3-5 kali tingginya yang normal. Suatu kol yang biasanya hanya 3 dm tingginya, setelah diberi gibberellin, maka kol tersebut mencapai tinggi 3,5 m. Percobaan ini dilaksanakan di University of Michigan. Selain itu, mempercepat tumbuhnya sayur-sayuran, dapat menyingkat waktu panenan sampai 50%. Sayur-sayuran yang biasanya baru dapat dipetik setelah 4 atau 5 minggu, maka dengan penggunaan gibberellin, sayur-sayuran tersebut sudah dapat dipetik setelah 2 atau 3 minggu (Dwidjoseputro, 1980).

Fungsi gibberellin dapat mengatur pembentukan protein dan asam nukleat (bagian senyawa DNA). Gibberellin dengan konsentrasi tinggi (sampai 1000 ppm) menghambat pembentukan akar. Gibberellin pada konsentrasi rendah mendorong pertumbuhan akar adventif seperti yang terjadi pada stek batang kacang kapri, dan mempercepat pembelahan serta pertumbuhan sel hingga tanaman cepat menjadi tinggi (Ashari, 2006).

GA3 dapatmenstimulir perpanjangan sel karena GA3 menghidrolisa pati

(40)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan juni sampai november 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas permata, pupuk kompos, pasir, top soil, pupuk NPK, polibag, hormon GA3,

insektisida Dursban 20 EC, insektisida Curacron 500 EC, fungisida Dithane M-45 80 WP dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, jangka sorong, timbangan, handsprayer, plang nama, ember, pacak sampel dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor 1 : Konsentrasi GA3 dengan 4 taraf:

Ko = 0 ppm K1 = 150 ppm

K2 = 300 ppm

K3 = 450 ppm

Faktor 2 : Frekuensi pemberian GA3 :

(41)

F2 = 2 kali (pada umur 25 hari, 32 hari setelah tanam)

F3 = 3 kali (pada umur 25 hari, 32 hari dan 39 hari setelah tanam)

Kombinasi perlakuan

K0F1 K1F1 K2F1 K3F1

K0F2 K1F2 K2F2 K3F2

K0F3 K1F3 K2F3 K3F3

Jumlah ulangan : 3

Jumlah petak penelitian : 36 petak Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar ulangan : 30 cm Jumlah tanaman per plot : 4 tanaman Jumlah tanaman sampel per plot : 3 tanaman Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 108 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat frekuensi GA3 taraf ke-j dan

pengaruh konsentrasi pemberian GA3 pada taraf ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan frekuensi GA3 pada taraf ke-j

(42)

(αβ)jk : Interaksi antara frekuensi GA3 taraf ke-j dan konsentrasi pemberian

GA3 taraf ke-k

εijk : Galat dari blok ke-i, frekuensi GA3 ke-j dan konsentrasi pemberian GA3

ke-k

(43)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan Penelitian

Areal untuk tempat berdirinya polibag terlebih dahulu dibersihkan dari gulma serta sampah lainnya. Dibuat plot penelitian dengan ukuran 1m x 1m Pada sekeliling areal dibuat parit drainase sedalam 30cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian.

Persiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil dan kompos dengan perbandingan 3 : 1. Ukuran polibag yang digunakan adalah 10 kg dan pengisian media tanam dilakukan sampai batas 5 cm dari mulut polibag bagian atas. Sebelum media dimasukkan ke dalam polibag, terlebih dahulu dibersihkan dari sampah dan kotoran lain. Pengisian media tanam dilakukan dengan mencampurkan top soil dengan kompos.

Pembibitan

Pembibitan dilakukan dengan mengecambahkan benih terlebih dahulu dalam bak perkecambahan yang berukuran 50 X 30 cm dengan media perkecambahan top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Setelah berumur +7-10 hari kecambah dipindahkan ke polibag kecil ukuran 1 kg dengan media sama dan setelah berumur 3 minggu dipindahkan ke polibag besar.

Penanaman Bibit

(44)

Pengajiran

Tanaman tomat mempunyai batang yang kurang kuat untuk menopang buah dan mendukung tegaknya batang. Oleh karena itu, diperlukan ajir untuk menopangnya. Ajir dipasang 5 cm dari batang tomat agar tidak merusak akar tanaman. Pemberian ajir dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah ditanam di polibag besar.

Aplikasi Hormon GA3

Hormon GA3 disemprotkan ke seluruh bagian tanaman sesuai dengan

perlakuan. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan handsprayer hingga tanaman basah.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, layu, rusak, atau kurang baik tumbuhnya. Penyulaman dilakukan setelah seminggu penanaman, sebelum meletakkan tanaman pengganti, dibersihkan lubang dari sisa tanaman terdahulu untuk menghindari kemungkinan munculnya serangan hama atau penyakit.

Penyiangan

(45)

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan dua tahap yaitu pada saat pindah tanam dan pupuk susulan 1 bulan setelah pindah tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 ton/Ha atau 36 gr/ tanaman. Pupuk dibenamkan di sekeliling tanaman.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Setelah tanam pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian fungisida Dithane M-45 80 WP 1,6-2,4 kg/ha, insektisida Curacron 500 EC 2 ml/liter air dan insektisida Dursban 20 EC yang diaplikasikan 3 kali seminggu untuk mencegah serangan hama dan penyakit.

Panen

Panen dilakuka n setelah buah tomat matang fisiologis dengan kriteria warna kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kuning kemerah-merahan, dengan cara memetik buah tomat secara hati-hati agar buah tidak rusak. Panen dilakukan dengan interval 3 hari sekali.

Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh tanaman, diukur mulai dari 2 MSPT dengan interval 1 minggu hingga awal panen.

Umur berbunga (hari)

Umur berbunga tanaman dihitung mulai dari tanaman disemaikan hingga saat 75 % tanaman telah mekar bunga pertama.

(46)

Jumlah bunga dihitung saat 75 % tanaman dalam areal pertanaman memasuki fase generatif (pada umur 35 hari setelah pindah tanam) pada setiap tanaman.

Jumlah tandan buah

Jumlah tandan buah dihitung dengan menjumlahkan semua tandan buah dalam satu tanaman dihitung pada saat akhir panen.

Jumlah buah per tanaman

Jumlah buah dihitung dengan menjumlahkan semua buah yang dihasilkan dalam satu tanaman dihitung setiap kali panen lalu dirata-ratakan pada saat panen terakhir.

Berat buah per tanaman (kg)

Berat buah dihitung dengan menimbang semua buah yang dihasilkan dalam satu tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat panen terakhir.

Rata-rata berat buah (g)

Berat buah dihitung dengan menimbang sampel sebanyak 3 buah dalam setiap tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat panen terakhir.

Diameter buah (cm)

Diameter buah dihitung dengan mengukur diameter sampel buah sebanyak 3 dari setiap tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat akhir panen.

(47)

Jumlah biji dihitung dengan menjumlahkan biji sampel buah sebanyak 3 dari setiap tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat akhir panen.

Umur tanaman (hari)

Umur tanaman dihitung mulai dari tanaman disemaikan hingga tanaman mati.

Kadar vitamin A (mg/100 g bahan)

Kandungan vitamin A dari setiap perlakuan dihitung dengan mengambil salah satu sampel buah kemudian dianalisis kandungan beta karoten (provitamin A) di laboratorium. Pengamatan dilakukan pada saat panen kelima.

Kadar vitamin C (mg/100 g bahan)

Kandungan vitamin C dari setiap perlakuan dihitung dengan mengambil salah satu sampel buah kemudian dianalisis kandungan vitamin C di laboratorium. Pengamatan dilakukan pada saat panen kelima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm)

(48)

perlakuan konsentrasi GA3 dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua

perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tomat.

Tinggi tanaman tomat umur 11 MSPT pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi tanaman tomat umur 11 MSPT pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi GA3

Frekuensi

Tabel 1 menunjukkan tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 450 ppm (K3) yaitu 129.03 cm yang berbeda

tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K1 dan K2.

Tabel 1 juga menunjukkan tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 3 kali (F3) yaitu 124.75 cm yang berbeda

tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F2.

Umur berbunga (hari)

Data pengamatan umur berbunga dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 21 s/d 22 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh

nyata sedangkan frekuensi pemberian GA3 dan interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga.

(49)

Tabel 2. Umur berbunga (hari) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali

Konsentrasi

K0 = 0 ppm 33.33 34.00 35.00 34.11 ab

K1 = 150 ppm 33.44 30.56 30.78 31.59 c

K2 = 300 ppm 34.22 28.67 32.89 31.93 bc

K3 = 450 ppm 33.89 34.78 35.89 34.85 a

Rataan 33.72 32.00 33.64

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 2 menunjukkan tanaman tomat berbunga lebih awal diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 31.59 hari yang berbeda

tidak nyata dengan K2 tetapi berbeda nyata dengan K0 dan K3.

Tabel 2 juga menunjukka n tanaman tomat berbunga lebih awal cenderung pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 32.00 hari yang berbeda

(50)

Gambar 1. Hubungan umur berbunga tanaman tomat (hari) dengan konsentrasi pemberian GA3

Gambar 1 menunjukka n bahwa hubungan umur berbunga dengan konsentrasi pemberian GA3 adalah berbentuk kuadratik negatif dimana umur

berbunga tercepat diperoleh pada pemberian GA3 211.22 ppm yaitu 31.39 hari.

Jumlah bunga per tanaman

Data pengamatan jumlah bunga per tanaman pada umur 35 hari setelah pindah tanam dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 23 s/d 24 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 dan frekuensi pemberian GA3 serta

interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga per tanaman tomat.

(51)

Tabel 3. Jumlah bunga per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali

Konsentrasi

K0 = 0 ppm 18.00 16.33 18.78 17.70

K1 = 150 ppm 15.67 18.22 14.89 16.26

K2 = 300 ppm 11.22 17.00 10.44 12.89

K3 = 450 ppm 19.56 14.78 7.56 13.98

Rataan 16.11 16.58 12.92

Tabel 3 menunjukkan jumlah bunga per tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 0 ppm (K0) yaitu

17.7 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K1, K2 dan K3.

Tabel 3 juga menunjukkan jumlah bunga per tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 16.58

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F3 dan F1.

Jumlah tandan buah (Cluster)

Data pengamatan jumlah tandan buah (cluster) dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 25 s/d 26 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya berpengaruh

tidak nyata terhadap jumlah tandan buah tanaman tomat.

(52)

Tabel 4. Jumlah tandan buah (cluster) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali

Konsentrasi

K0 = 0 ppm 5.33 6.33 5.22 5.62

K1 = 150 ppm 5.55 6.11 4.88 5.51

K2 = 300 ppm 4.33 5.44 3.55 4.44

K3 = 450 ppm 5.22 6.22 4.55 5.33

Rataan 5.10 6.02 4.55

Tabel 4 menunjukka n jumlah tandan buah tomat terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 0 ppm (K0) yaitu 5.62 yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K1, K2 dan K3.

Tabel 4 juga menunjukkan jumlah tandan buah tomat terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 6.02 yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F3.

Jumlah buah per tanaman

Data pengamatan jumlah buah per tanaman dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 27 s/d 28 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata sedangkan perlakuan frekuensi

pemberian GA3 berpengaruh nyata, dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh

tidak nyata terhadap jumlah buah per tanaman tomat.

(53)

Tabel 5. Jumlah buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali

Konsentrasi

K0 = 0 ppm 15.22 29.66 16.11 20.33

K1 = 150 ppm 23.33 26.77 16.22 22.11

K2 = 300 ppm 13.11 21.22 12.33 15.55

K3 = 450 ppm 20.55 23.66 10.55 18.25

Rataan 18.05 ab 25.33 a 13.80 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan jumlah buah per tanaman tomat terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu

22.11 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3.

Tabel 5 juga menunjukkan jumlah buah per tanaman terbanyak pada frekuensi pemberian GA3 2 kali (F2) yaitu 25.33 yang berbeda tidak nyata dengan

(54)

Gambar 2. Hubungan antara jumlah buah per tanaman tomat terhadap frekuensi pemberian GA3

Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 berbentuk kuadratik dimana jumlah buah per

tanaman terbanyak diperoleh pada frekuensi pemberian GA3 = 1.886 yaitu 25.44

buah.

Berat buah per tanaman (kg)

Data pengamatan berat buah per tanaman dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 29 s/d 30 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3

berpengaruh tidak nyata sedangkan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh nyata.

Kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah per tanaman tomat.

Berat buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Berat buah per tanaman tomat (kg) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Tabel 6 menunjukkan berat buah per tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 0.67 kg

(55)

Tabel 6 juga menunjukkan bahwa pada frekuensi pemberian GA3 berat

buah per tanaman tertinggi pada frekuensi pemberian 2 kali (F2) yaitu 0.72 kg

yang berbeda tidak nyata dengan F1 tetapi berbeda nyata dengan F3.

Gambar 3. Hubungan berat buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3

Gambar 3 menunjukka n hubungan berat buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 berbentuk kuadratik dimana berat buah tertinggi

diperoleh pada pemberian GA3 1.869 yaitu 0.724 kg.

Rata-rata berat buah (g)

Data pengamatan rata-rata berat buah (g) dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 31 s/d 32 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap

(56)

Rata-rata berat buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata berat buah tomat (g) pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Tabel 7 menunjukkan rata-rata berat buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 30.7 g

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3.

Tabel 7 juga menunjukkan rata-rata berat buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 1 kali (F1) yaitu 30.36 g yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F2 dan F3.

Diameter buah (cm)

Data pengamatan diameter buah dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 33 s/d 34 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap

diameter buah.

(57)

Tabel 8. Diameter buah (cm) buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali

Konsentrasi

K0 = 0 ppm 2.99 2.95 2.91 2.95

K1 = 150 ppm 3.09 3.06 2.91 3.02

K2 = 300 ppm 2.88 2.66 2.57 2.70

K3 = 450 ppm 3.04 2.91 2.73 2.89

Rataan 3.00 2.89 2.78

Tabel 8 menunjukkan diameter buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 3.02 cm yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3.

Tabel 8 juga menunjukkan diameter buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 1 kali (F1) yaitu 3.00 cm yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F2 dan F3.

Jumlah biji per buah

Data pengamatan jumlah biji per buah dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 35 s/d 36 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3

berpengaruh nyata sedangkan perlakuan frekuensi pemberian GA3 dan kombinasi

kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji tomat.

(58)

Tabel 9. Jumlah biji per buah tomat pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Rataan F1= 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali

Konsentrasi

K0 = 0 ppm 57.57 62.48 57.95 59.33 a

K1 = 150 ppm 51.09 50.89 46.73 49.57 ab

K2 = 300 ppm 46.98 43.08 39.31 43.12 b

K3 = 450 ppm 53.52 47.25 39.63 46.80 ab

Rataan 52.29 50.93 45.91

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 9 menunjukkan bahwa pada konsentrasi pemberian GA3 jumlah biji

per buah tomat tertinggi pada konsentrasi 0 ppm (K0) yaitu 59.33 yang berbeda

tidak nyata dengan K1 dan K3 tetapi berbeda nyata dengan K2.

Tabel 9 juga menunjukkan jumlah biji per buah tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 1 kali (F1) yaitu 52.29

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F2 dan F3.

(59)

Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan jumlah biji per buah dengan konsentrasi pemberian GA3 adalah berbentuk kuardratik negatif dimana jumah biji

buah tomat terendah diperoleh pada pemberian GA3 pada konsentrasi 323 ppm

yaitu 43.06.

Umur tanaman (hari)

Data pengamatan umur tanaman dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 37 s/d 38 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap

umur tanaman.

Umur tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Umur tanaman tomat (hari) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Tabel 10 menunjukkan umur tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 134.89 hari yang

berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3.

Tabel 10 juga menunjukkan umur tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 134.75 hari

yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F3.

(60)

Kadar vitamin A (mg/100 g)

Data pengamatan kadar vitamin A buah tomat dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 39 s/d 40 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3

berpengaruh nyata dan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata serta

interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin A tomat. Kadar vitamin A buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Kadar vitamin A buah tomat (mg/100 g) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Tabel 11 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 1 kali (F1), kadar

vitamin A buah tomat tertinggi diperoleh 5.2536 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 0 ppm (K0) dan 150 ppm (K1) yang berbeda nyata dengan K2 dan K3.

Tabel 11 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 2 kali (F2), kadar

vitamin A buah tomat tertinggi diperoleh 8.6540 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 150 ppm (K1) yang berbeda nyata dengan K0, K2 dan K3.

Tabel 11 juga menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 3 kali (F3),

(61)

Hubungan kadar vitamin A buah tomat dengan perlakuan konsentrasi dan

frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada gambar

5.

Gambar 5. Hubungan kadar vitamin A buah tomat (mg/100 g) dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Dari gambar 5 dapat dilihat hubungan kadar vitamin A buah tomat dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1 (150 ppm), K2 (300 ppm), K3 (450 ppm)

dan frekuensi pemberian GA3 sebesar F1 (1 kali), F2 (2 kali), F3 (3 kali).

Kadar vitamin C (hari)

(62)

frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata

terhadap kadar vitamin C.

Kadar vitamin C buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Kadar vitamin C buah tomat (mg/100 g) berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Frekuensi

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Tabel 12 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 1 kali (F1), kadar

vitamin C buah tomat tertinggi diperoleh 105.6 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 450 ppm (K3) yang berbeda nyata dengan K0, K1 dan K2.

Tabel 12 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 2 kali (F2), kadar

vitamin C buah tomat tertinggi diperoleh 114.4 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 450 ppm (K3) yang berbeda nyata dengan K0, K1 dan K2.

Tabel 12 juga menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 3 kali (F3),

kadar vitamin C buah tomat tertinggi diperoleh 123.2 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 450 ppm (K3) yang berbeda nyata dengan K0, K1 dan K2.

(63)

Gambar 6. Hubungan kadar vitamin C buah tomat (mg/100 g) dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Dari gambar 6 dapat dilihat hubungan kadar vitamin A dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1 (150 ppm), K2 (300 ppm), K3 (450 ppm) dan frekuensi

(64)

Pembahasan

Peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3

Dari hasil pengamatan, perlakuan konsentrasi pemberian GA3 berpengaruh

nyata terhadap jumlah biji per buah dan umur berbunga tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan buah, jumlah buah per tanaman, rata-rata berat buah, diameter buah, berat buah per tanaman, dan umur tanaman.

Dari hasil pengamatan frekuensi pemberian GAp3 berpengaruh nyata

terhadap jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah bunga per tanaman, jumlah biji per buah, jumlah tandan buah, rata-rata berat buah, diameter buah dan umur tanaman.

Dari hasil analisis data secara statistik terlihat bahwa perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman,

jumlah bunga dan jumlah tandan buah. Jumlah tandan buah dan jumlah bunga tertinggi pada pemberian GA3 sebanyak 0 ppm sedangkan tinggi tanaman

tertinggi pada pemberian konsentrasi GA3 sebanyak 450 ppm. Hal ini disebabkan

GA3 yang diberikan secara eksogen mendorong pembelahan sel sehingga ruas

batang memanjang, tetapi pembentukan tandan buah dan jumlah bunga tidak dipengaruhi. Hal ini sesuai dengan literatur Weaver (1972) GA3 dapatmenstimulir

perpanjangan sel karena GA3 menghidrolisa pati yang akan mendukung

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman tomat umur 11 MSPT pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi GA3
Tabel 2. Umur berbunga (hari) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3
Tabel 3. Jumlah bunga per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3
Tabel 4. Jumlah tandan buah (cluster) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3
+7

Referensi

Dokumen terkait

laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dalam teori belajarnya Skinner mendefinisikan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan prilaku yang telah dicapai dari hasil belajar melalui beberapa penguatan-penguatan

Untuk pendirian bank digital baru, syarat utama harus mem- iliki modal sebesar Rp 10 triliun dan memiliki satu kantor pusat di Indonesia..

Menurut peraturan jenjang kepangkatan tersebut ditentukan sebagai berikut: (1) Golongan ruang I/a bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya memiliki dan menggunakan Surat

Jika dilihat kepada pola pengundian mengikut kelas, didapati kawasan yang mempunyai majoriti pengundi Melayu kelas atasan atau golongan kaya dan pertengahan/berpendidikan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

dilakukan dengan cara yang adil tanpa melakukan kezaliman terhadap pemilik harta. Hal ini menunjukan bahwa pengawasan sektor keuangan Negara dilakukan, sehingga perlindungan aset

Adapun keadaan gedung MI AL-HIKMAH Polaman Mijen Semarang pada saat ini sudah lumayan baik, karena dengan bantuan pemerintah akhirnya gedung dapat direhab