• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL ILMIAH SIMANTEK Vol. 1. No. 2 Juni 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

87

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 3 SIMALUNGUN TAHUN 2012

JULIANTI SITOMPUL

DOSEN TETAP AKADEMI KEBIDANAN DARMO

ABSTRACT

Whitish is the discharge from the vagina but the blood out of the ordinary either smelling or not, as well as local itchy. International data on women's reproductive health showed 75% of women in the world would suffer from vaginal discharge. The purpose of this study was to determine the relationship of the level of knowledge about the young girls with behavioral prevention whitish discharge in SMA Negeri 3 Simalungun in 2012.

This study uses survay analytic with cross sectional approach uses primary data to the questionnaire. The population in this study is the Young Women in SMA Negeri 3 Simalungun in 2012 and a sample is the entire total population of 90 respondents.

The results showed 90 students are 56% of students do not know about vaginal discharge, vaginal discharge causes and prevention there are only 34% of students who know all too well about the meaning, causes and prevention of vaginal discharge. The results showed a majority of young women the knowledge level of whiteness in SMA Negeri 3 Simalungun is pretty much as 47%, and a minority at the knowledge level that is 25% lower. The majority of positive prevention behaviors whiteness is that as much as 68% and the minority in the negative category is 32%. Therefore, it is expected that students can improve their knowledge about reproductive health in particular about the whiteness and for health workers to promote educational programs to young women about hygiene behavior in preventing vaginal discharge genital organs.

Keywords: Youth, whitish, knowledge PENDAHULUAN

Kesehatan reproduksi diartikan sebagai suatu kondisi yang menjamin bahwa fungsi reproduksi, khususnya proses reproduksi, dapat berlangsung dalam keadaan sejahtera fisik, mental maupun sosial dan bukan sekedar terbebas dari penyakit atau gangguan fungsi alat reproduksi. Oleh kerena itu kesehatan reproduksi merupakan unsur yang terpenting dalam kesehatan umum, baik perempuan maupun laki-laki. Kesehatan reprodusi juga dapat mempengaruhi kesehatan bayi, anak-anak, remaja dan orang yang berusia diluar masa reproduksi (Emilia, 2008). Keputihan merupakan gejala premenstrual syndrome sehingga keputihan juga menyerang remaja (Indarti, 2004), menurut WHO sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun, sekitar 900 juta berada di negara berkembang. Di Jawa Tengah menurut Biro Pusat Statistik 2009 jumlah remaja putri yaitu 2,9 juta berusia 15-24 tahun (Biro Pusat Statistik, 2009).Masalah kesehatan reproduksi remaja kurang mendapat perhatian karena umur terlalu muda, masih dalam status pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari kemungkinan menghadapi masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (Manuaba, 2009). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan tahun 2010mengemukakan bahwa remaja usia 10-24 tahun yang mendapat penyuluhan kesehatanreproduksi di Provinsi Jawa Tengah hanya 31,4 % dan sisanya sebanyak 68,6 % belummendapat penyuluhan tentang kesehatan reproduksi (kespro). Remaja usia 15-19 tahun yangmendapat penyuluhan kesehatan reproduksi sebesar 34,2 %, dan sisanya sebesar 65,8 %belum mendapat penyuluhan kespro (Laporan Riskesdas 2010).Pada remaja yangkurangnya pengetahuan dan informasi tentang kebersihan alat genitalia akan berdampakpula pada perilaku remaja dalam menjaga kebersihan alat genitalianya. Karena pengetahuandan perilaku perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kebersihanalat genitalia (Notoadmojo, 2010).Pentingnya remaja mengetahui tentang keputihan adalah agar wanita khususnya remaja mengetahui tentang

(2)

88

keputihan, tanda dan gejala keputihan, penyebab, dan dapat membedakan antara keputihan fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal) sehingga wanita dapat mencegah, menangani dan segera melakukan pemeriksaan apabila terdapat tanda dan gejala keputihan yang tidak normal (patologis). Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku terhadap keputihan.Beberapa faktor tersebut antara lain tingkat pendidikan, adat istiadat, sumber informasi, pengalaman, tradisi masyarakat, sosial ekonomi. Dari sekian hal yang mempengaruhi perilaku, pengetahuan merupakan hal yang sangat penting karena pengetahuan yang rendah merupakan salah satu masalah pokok yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan orang.Akibat di kalangan masyarakat masih banyak sikap dan perilaku yang menimbulkan infeksi keputihan maka agar keputihan tersebut dapat di cegah diperlukan adanya pengetahuan yang tepat. (Notoatmodjo, 2010,p.101) Wanita yang mengalami keputihan di Indonesia sangat besar yaitu 75% wanita di Indonesia pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam seumur hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% aja. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan Eropa yang hawanya kering sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi jamur (Elistiawaty, 2006).

Data profil kesehatan Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usiaremaja (10-19 tahun) adalah sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remajalaki-laki dan 49,2% remaja perempuan (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Menurut datastatistik, jumlah penduduk di Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 33.561.468 jiwa denganjumlah remaja usia 12-21 tahun 3.878.474 jiwa atau sekitar 8,7% (Profil Kesehatan JawaTengah, 2010). Di Kabupaten Kebumen sendiri jumlah remaja perempuan usia 10-24 tahunmencapai 136 ribu dengan jumlah remaja usia 15-19 tahun sebesar 44 ribu atau 32% (ProfilKesehatan Kebumen Tahun 2012).

Menurut World Health Organization (WHO) (2008), pada masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa atau yang sering di sebut masa remaja,seseorang mengalamiperubahan fisiologis khususnya pada wanita. Oleh karena itu mereka harus mengetahuitentang keputihan dan faktor-faktor yang menyebakan keputihan secara dini karena dapatmenjadi masalah jika tidak mengetahui permasalahan seputar organ reproduksinya serta haltersebut merupakan pengalaman yang baru bagi remaja wanita (Departemen Kesehatan,2008).

Selama ini keputihan sering dikaitkan dengan perilaku yang tidak higenis atau infeksi jamur. Menurut Januar Kusmanto, dari Bayer Health Care, keputihan ternyata juga disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang irasional. Selain antibiotik, faktor lain yang biasa menjadi penyebab munculnya keputihan adalah kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan. Sebaiknya jangan menganggap remeh masalah keputihan, kerena keputihan bukanlah penyakit tersendiri tetapi dapat merupakan gejala penyakit lain. Keputihan yang berlangsung terus-menerus dalam kurung waktu yang lama bisa menyebabkan infertil bahkan bisa mengakibatkan kemandulan (Shadine, 2009).

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di SMA Negeri 3 Simalungun didapatkan hasil bahwa dari 90 siswi terdapat 50 siswi (56%) tidak mengetahui tentang keputihan, penyebab dan pencegahan keputihan. Hanya terdapat 40 siswi (34%) yang mengetahui dengan baik tentang pengertian, penyebab dan pencegahan keputihan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012”.

TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan

PengetahuanMenurut Notoadmojo (2010), pengetahuan adalah hasil “tahu” dan initerjadisetelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraanterjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,penciuman, rasa, dan raba. Lebih dijelaskan lagi sebagian besar pengetahuanmanusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan atau kognitifmerupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang(over behaviour).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan

(3)

89 aroma masakan tersebut (Taufik,2010).

Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran (Isyraq,2007).

Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama (Sarwono, 2012). Pada masa remaja juga terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang sering disebut masa pubertas (Depkes RI, 2007).

Pertumbuhan dan perkembangan adalah perubahan yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik dan dapat diukur (Kusmiran, 2011).Perkembangan pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah. Menurut Sarwono (2011) dalam penyesuaian remaja terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja yaitu remaja awal (early adolescen), remaja madya (middle adolescent), dan remaja akhir (late adolescent). Remaja awal (early adolescent) pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun. Pada usia ini remaja mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepak tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Remaja madya (middle adolescent) dimulai dari usia sekitar 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja mulai mencari identitas diri dan sangat membutukan kawan-kawan yang menyukainya.

Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu remaja juga berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih antara optimis dan pesimis, idealis atau materialis dan remaja akhir (late adolescent) dimulai pada usia 16-19 tahun, tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa, pengungkapan kebebasan diri, dapat mewujudkan perasaan cinta dan lain-lain (Sarwono, 2011).

Keputihan

Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan darah. Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan menisfestasi gejala dari hampir semua penyakit kandungan (Winkjosastro, 2008).

Keputihan (White discharge, Flour albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Mungkin Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik, adanya gejala inidiketahui penderita karena mengotori celananya (Wiknjosastro, 2008,p.271)

Menurut Kusmiran (2011), keputihan (flur albus) adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina baik berbau ataupun tidak dan disertai rasa gatal di daerah kewanitaan.

METODE PENELITIAN Kerangka Konsep

Defenisi kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep–konsep yang ingin diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

3.1.1 Variabel Independent

Hubungan:

1. Pengetahuan

2. Sikap

(4)

90

Variable independen ini merupakan variable yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent. (Hidayat,2011).

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih menjadi tempat penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012ini adalah SMA Negeri 3 Simalungun.

Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai pada bulan Januari sampai Juni 2012. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi adalah seluruh Remaja Putri di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012 yaitu sebanyak 90 orang.

Sampel

Sample dalam penelitian ini adalah seluruh total populasi yaitu Remaja Putri di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012 yaitu sebnayak 90 orang.

Tekhnik Pengolahan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian. Data yang terkumpul diolah secara manual dengan langkah – langkah sebagai berikut :

Editing adalah upaya untuk memeriksakan kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

Tabulasi (Tabulating) yaitu mempermudah analisa data dan pengolahan serta pengambilan kesimpulan, data dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Tekhnik Analisa Data

Analisa data yang dilakukan dengan melihat persentase data yang terkumpul yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilakukan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dan kepastian yang ada serta membandingkan hasil-hasil penelitian sebelumnya (Hidayat, 2010).

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisa univariat dan analisa bivariat.Untuk menguji kedua variabel tersebut digunakan adalah korelasi Kendall Tau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012 didapatkan hasil penelitian bahwa dari 90 siswi remaja putri terdapat 50 siswi (56%) tidak mengetahui tentang keputihan, penyebab dan pencegahan keputihan dan hanya terdapat 40 siswi (34%) yang mengetahui dengan baik tentang pengertian, penyebab dan pencegahan keputihan. Dari hasil tersebut maka diperoleh data sebagai berikut :

Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dan Perilaku Remaja dalam Pencegahan Keputihan.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pernikahan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dan Perilaku Remaja dalam Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012.

(5)

91

1. Pengetahuan Kurang Cukup

Baik 23 42 25 25% 47% 28%

2. Prilaku Negatif Positif 29 61 68% 32%

Total 90 100

Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan bahwamayoritas tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun adalah cukup sebanyak 42 responden (47%) pasang dan minoritas pada tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 23 responden (25%) . Sedangkan mayoritas perilaku pencegahan keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012 adalah positif yaitu sebanyak 61 responden (68%) dan minoritas pada kategori negatif yaitu 29 responden (32%).

Tabulasi Silang

Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan.

Tabel 4.2 Tabulasi Silang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012.

Tingkat Pengetahuan

Prilaku Pencegaham Keputihan

Jumlah % Negatif Positif f % f % Kurang 19 21 4 4 23 25 Cukup 8 9 34 38 42 47 Baik 2 2 23 26 25 28 Total 29 32 61 68 90 100

Berdasarkan pada tabel 4.3, diatas dapat diketahui bahwa siswi yang berpengetahuan baik berperilaku positif sebanyak 23 siswi (26%), berpengetahuan baik berperilaku negatif ada 2 siswi (2%).Siswi yang berpengetahuan cukup berperilaku positif sebanyak 34 siswi (38%), berpengetahuan cukup berperilaku negatif ada 8 siswi (9%). Siswi berpengetahuan kurang tetapi berperilaku positif ada 4 siswi (4%), sedangkan yang berperilaku negatif ada 19 siswi (21%).

PEMBAHASAN Pembahasan

Dari hasil penelitian tentang bagaimana Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Keputihan dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012maka pembahasan dari hasil penelitian di atas adalah sebagai berikut :

Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Keputihan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 90 responden mayoritas tingkat pengetahuan remaja putri tentang keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun adalah cukup sebanyak 42 responden (47%) pasang dan minoritas pada tingkat pengetahuan rendah yaitu sebanyak 23 responden (25%).Pengetahuan keputihan merupakan hasil tahu remaja tentang semua aspek yang menyangkut tentang keputihan yang meliputi pengertian keputihan, klasifikasi keputihan, penyebab keputihan, diagnose keputihan dan penanganannya. Keputihan merupakan sekret vagina yang abnormal pada wanita.Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersengama (Shadine, 2009).Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gipfel Remedina mahasiswa STIK „Aisyiyah Yogyakarta yang berjudul Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Keputihan Pada Siswi di SMK YPKK 2 Sleman Hasil distribusi frekuensi untuk variabel pengetahuan

(6)

92

keputihan menunjukkan paling banyak memiliki pengetahuan yang kurang sebesar 75 responden (62%) sedangkan yang memiliki pengetahuan yang baik hanya sebanyak 46 responden (38%). Hal ini sejalan dengan penelitian Sabyasachi (2011) hasil penelitian menyimpulkan 521 responden umur 10-19 tahun 78,7% responden masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai masalah kesehatan reproduksi hal ini di sebabkan karena kurangnya informasi yang di dapatkan para remaja mengenai masalah reproduksi. Prilaku Remaja Tentang Keputihan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 90 responden mayoritas perilaku siswa terhadap pencegahan keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012 adalah positif yaitu sebanyak 61 responden (68%) dan minoritas pada kategori negatif yaitu 29 responden (32%).Hal tersebut sejalan pada penelitian Menthari (2011) yang menunjukan bahwa lebih banyak remaja yang memiliki perilaku buruk dalam pencegahan keputihan (52%), ada 10% remaja yang sering menggunakan produk pembersih wanita, ada 17,59% remaja yang tidak mengeringkan genitalia eksterna setelah buang air kecil atau buang air besar dengan menggunakan tisu atau handuk kering, ada 25,76% remaja yang membersihkan genitalia eksterna dengan arah dari belakang ke depan, ada 17% remaja yang sering menggunakan celana atau celana dalam ketat dalam aktivitas sehari-hari, ada 8,2% remaja yang sering memakai celana dalam dengan bahan bukan katun, dan ada 2,5% remaja yang sering memakai bersama pakaian, pakaian dalam dan handung dengan orang lain. Kelompok ini adalah kelompok remaja yang memiliki risiko tinggi akan mengalami keputihan patologi.Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Pada remaja, penyebab keputihan adalah perilaku pencegahan keputihan yang kurang baik, yaitu higien yang buruk setelah buang air kecil dan buang air besar, menyebabkan patogen mengkontaminasi vulva. Cuci tangan yang tidak adekuat dapat mengiritasi atau kontaminasi bakteri apda vulva. Pakaian ketat, celana dalam yang tidak menyerap juga dapat menyebabkan iritasi.Hal ini juga senada dengan penelitian oleh Gipfel Remedina dimana tindakan pencegahan keputihan maka diperoleh kategori paling banyak adalah siswa tidak tepat dalam melakukan tindakan pencegahan keputihan adalah sebanyak 79 responden (65.3%) sedangkan kategori tepat sebanyak 42 responden (34.7%)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufik, (2010).Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagiamana Pendidik Memberdayakan Pembelajaran di Era Pengetahuan. Jakarta: Prenada Media Group

Aulia.(2012). Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita Paling Sering Terjadi. Yogyakarta: Buku Biru Departemen Kesehatan, 2008

Elistiawaty. 2006. 75% Wanita RI Alami Keputihan. http://www.detiknews.com/ index.php/detik

Emilia,E. 2008. Pengetahuan,Sikap,dan Praktek Gizi pada Remaja. Skripsi. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor

Erfandi.2009. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.Diunduh 17 Juli 2012.http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/04/19/ pengetahuan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi.

Hidayat.(2011). Menyusun Skripsi dan Tesis Edisi Revisi. Bandung: INFORMATIKA Isyraq.(2007). Substansi Dan Definisi Pengetahuan. Diakses dari:

http://isyraq.wordpress.com/2007/11/26/substansi-dan-definisi-pengetahuan/ (hlm. 8). Pada 26 November 2007

Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Prawirohardjo sarwono.( 2010 ). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka ___________________.( 2009 ). Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Profil Kesehatan Kebumen Tahun 2012

Shadine, Mahannad. 2009. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka

Salam, Darma Setyawan. 2007. Manajemen Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Djambatan Wiknjosastro, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga.Jakarta : YBP-SP

Gambar

Tabel 4.2  Tabulasi  Silang  Hubungan  Tingkat  Pengetahuan  Remaja  Putri  Tentang  Keputihan  dengan Perilaku Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 3 Simalungun Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

The account number and balance are still stored as plaintext, though, and it would be a good idea to encrypt them, making a table with only hash codes and

Tetapi Tetapi karena karena sudah sudah berjamurnya para pedagang curang yang menggunakan formalin, didukung pula berjamurnya para pedagang curang yang menggunakan

HUBUNGAN ANTARA LEVERAGE DENGAN AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).. RANI EKA SETYAWATY

Kemudian surat yang sudah ditandai tersebut, segera diarsip menggunakan sistem tanggal, dalam odner yang berbeda.. Surat izin, cuti dan sakit digabung dalam satu odner,

Kepercayaan diri yang dimiliki pendamping Simantri selama proses difusi inovasi teknologi trichoderma termasuk dalam kategori sangat baik dengan pencapaian skor

Redenominasi pada dasarnya dilakukan dengan tujuan untuk menyederhanakan, mengingat pecahan uang rupiah saat ini jumlah digitnya terlalu banyak sehingga akan dapat

Dalam masyarakat Sumba gong digunakan untuk mengiringi tarian, gong juga dibunyikan pada saat pesta adat dan kematian dengan ritme yang berbeda.. Gong dalam tata

Genteng dan batu bata sama-sama berbahan dasar tanah liat, selain itu juga berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai