• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae). Tanaman ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae). Tanaman ini"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Talas

Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae). Tanaman ini berperawakan tegak, dengan tinggi 1 m atau lebih. Talas merupakan tanaman pangan berupa herba dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara. Selanjutnya talas menyebar ke Cina (abad pertama), Jepang, daerah Asia Tenggara lainnya dan beberapa pulau di Samudera Pasifik akibat terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa dijumpai hampir diseluruh kepulauan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl, baik liar maupun ditanam (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Talas memiliki nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old cocoyam, Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba dan Yu-tao. Taksonomi tumbuhan talas secara lengkap adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Arales Famili : Araceae Genus : Colocasia

(2)

Umbi talas memiliki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung dengan lingkungan tempat tumbuhnya serta varietasnya. Gambar 2.1 menunjukkan berbagai macam bentuk dari umbi talas, mulai dari yang kerucut (1), membulat (2), silindris (3), elips (4), halter (5), memanjang (6), datar dan bermuka banyak (7), dan tandan (8). Umumnya talas yang tersebar di Indonesia memiliki bentuk kerucut, silindris, atau elips, dengan sebagian kecil daerah memproduksi talas dengan bentuk umbi membulat, halter, memanjang, dan tandan. Untuk bentuk umbi datar dan bermuka banyak, hingga kini belum ada ditemui di Indonesia.

Gambar 2.1 Klasifikasi berbagai bentuk umbi talas

(Hanarida dan Minantyorini, 2002) Talas dapat mulai dipanen umur 6 – 9 bulan, tergantung varietas yang ditanam. Panen dilakukan dengan menggali dan mencabut tanaman. Umbi kemudian dibersihkan dari tanah dan akar-akar yang muncul dari umbi (Purwono dan Purnamawati, 2007).

(3)

Umbi talas merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi yang cukup baik. Komponen makronutrien dan mikronutrien yang terkandung di dalam umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak, serat kasar, fosfor, kalsium, besi, tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin C. Komposisi kimia tersebut bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis varietas, usia, dan tingkat kematangan dari umbi. Faktor iklim dan kesuburan tanah juga turut berperan terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi talas. Nilai lebih dari umbi talas adalah kemudahan patinya untuk dicerna. Hal ini disebabkan oleh ukuran granula patinya yang cukup kecil (Koswara, 2013).

2.2 Uraian Pati

Pati adalah karbohidrat yang mengandung sejumlah besar unit-unit glukosa yang tergabung dalam ikatan glikosidik. Polisakarida ini dihasilkan oleh semua tumbuhan sebagai cadangan makanan. Pati tersebut adalah karbohidrat yang paling umum terdapat pada makanan manusia dan terkandung dalam jumlah besar pada makanan pokok seperti kentang, gandum, jagung, beras dan singkong. Biasanya pati yang digunakan diisolasi dari tanaman dan disebut pati alami (Ahmed dan Khan, 2013).

Pati terdiri dari struktur linear amilosa dan rantai cabang amilopektin, dua polisakarida tersebut berdasarkan pada α-(D)-glukosa. Kedua polimer tersusun dalam struktur semikristalin, dan dalam granula pati, amilopektin membentuk kristal. Sebenarnya struktur dari pati ini belum sepenuhnya dipahami. Tidak ada pola distribusi yang spesifik dari molekul amilosa dan amilopektin dari butir pati tersebut. Kedua molekul tersusun dalam struktur yang mirip. Perbedaan

(4)

konfigurasi dari molekul-molekul tersebut diperoleh pada sifatnya yang berbeda pada air dingin. Amilosa (linear pada ikatan 1,4) menunjukkan kecenderungan yang tinggi untuk kristalisasi (retrogradasi) mengakibatkan ia larut dalam air, sedangkan amilopektin (polimer bercabang) menunjukkan proses pembentukan jelli secara lambat, membentuk preparasi yang buram dan sangat kental setelah beberapa hari. Amilopektin memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada amilosa (Rowe, dkk., 2009).

Pati atau amilum dapat diperoleh dari berbagai tanaman yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi, seperti beras, kentang, jagung ataupun singkong. Selain itu, menurut Chotimah dan Desi (2013) dalam penelitiannya, umbi talas mengandung karbohirat sebanyak 13 – 29 gram tiap 100 gram umbi talas, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber penghasil pati. Pati talas memiliki ukuran granul yang lebih kecil dari pada ukuran granula pati singkong dan jagung. Selain itu pati talas juga mengandung bobot molekul amilopektin yang lebih tinggi dari kedua pati tersebut, namun molekul amilosanya lebih rendah (Lim, 2013).

Pati atau amilum merupakan bahan tambahan serbaguna yang digunakan terutama dalam formulasi sediaan padat oral yang mana digunakan sebagai pengikat, pengisi, dan disintegran. Dalam formulasi tablet tersebut, pasta pati dibuat baru yang mana digunakan pada konsentrasi 3 – 20% (biasanya 5 – 10%, tergantung pada jenis patinya) sebagai bahan pengikat untuk granulasi basah. Sebagai disintegran, pati biasanya digunakan pada konsentrasi 3 – 25% (Rowe, dkk., 2009).

(5)

2.3 Kalsium Laktat 2.3.1 Tinjauan umum

Gambar 2.2 Rumus bangun kalsium laktat (Rowe, dkk., 2009) Rumus molekul : C6H10CaO6.xH2O

Berat molekul : Pentahidrat : 308,30 Anhidrat : 218,22

Pemerian : Serbuk atau granul putih; bau lemah; bentuk pentahidrat sedikit lebih besar, pada suhu 1200 menjadi bentuk anhidrat. Kelarutan : Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air; praktis tidak larut

dalam etanol.

(Ditjen POM, 1995) 2.3.2 Manfaat kalsium

Kalsium merupakan mineral paling banyak terdapat di dalam tubuh. Vitamin D dibutuhkan pada proses absorpsi. Kebutuhan kalsium meningkat pada masa pertumbuhan, selama laktasi pada wanita pascamenopause. Bayi yang mendapat susu buatan memerlukan tambahan kalsium. Selain itu asupan kalsium juga perlu ditingkatkan bila makanan banyak mengandung protein dan atau fosfor. Banyak peneliti menganjurkan asupan sekitar 1,2 g/hari untuk pasien alkoholik,

(6)

sindrom malabsorpsi dan pasien-pasien yang mendapat kortikosteroid, isoniazid, tetrasiklin atau antasid yang mengandung aluminium (Gunawan, dkk., 2011). 2.4 Parasetamol

2.4.1 Tinjauan umum

Gambar 2.3 Rumus bangun parasetamol (Ditjen POM, 1979) Rumus molekul : C8H9NO2

Nama kimia : 4’-Hidroksiasetanilida Berat molekul : 151,16

Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air; 7 bagian etanol (95%); 13 bagian aseton P; 40 bagian gliserol; 9 bagian propilenglikol P; serta larut dalam larutan alkali hidroksida.

(Ditjen POM, 1979) 2.4.2 Farmakologi

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol dapat menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek

(7)

sentral seperti salisilat. Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1 – 3 jam. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma. Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi (Gunawan, dkk., 2011).

2.5 Antalgin

2.5.1 Tinjauan umum

Gambar 2.4 Rumus bangun antalgin (Ditjen POM, 1979) Rumus molekul : C13H16N3NaO4S.H2O

Nama kimia : Natrium 2,3-dimetil-1-fenil-5-pirazolon-4-metilaminometana sulfonat

Berat molekul : 351,37

Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan. Kelarutan : Larut dalam air dan HCl 0,02 N

(Ditjen POM, 1979) 2.5.2 Farmakologi

Antalgin termasuk derivat metan sulfonat dari amidopyrin yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral di otak

(8)

dalam menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rematik. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensitifitas reseptor rasa sakit dan termostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).

2.6 Uraian Tablet 2.6.1 Pengertian tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan (Ditjen POM, 1995).

Sifat-sifat tablet:

a. Harus merupakan produk menarik (bagus dilihat) yang mempunyai identitasnya sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan, pelunturan/ pemucatan, kontaminasi dan lain-lain.

b. Harus sanggup menahan guncangan mekanik selama produksi, pengepakan. c. Harus mempunyai kestabilan kimia dan fisika untuk mempertahankan

kelengkapan fisiknya sepanjang waktu.

Dari segi lain, tablet juga harus dapat melepaskan zat berkhasiat di dalam tubuh dengan cara yang dapat diramalkan serta tetap/dapat diulang (Lachman, dkk., 1994).

(9)

2.6.2 Metode pembuatan tablet

Menurut Ansel (1989), ada tiga metode pembuatan tablet kompresi yang berlaku yaitu metode granulasi basah, metode granulasi kering dan cetak langsung.

a. Granulasi basah

Metode ini merupakan metode pembuatan yang paling banyak digunakan dalam memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut: menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah, pengayakan granul basah, pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelicin dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989).

Bahan aktif, pengisi dan disintegran dicampur hingga homogen. Bahan pengikat ditambahkan untuk mencampur serbuk dengan cara pengadukan. Massa serbuk terbasahi oleh bahan pengikat hingga massa tersebut mempunyai konsistensi lembab. Kemudian massa lembab tersebut dilewatkan pada mesh 6 atau 8. Setelah itu ditempatkan pada wadah yang sesuai dan dimasukkan dalam lemari pengering. Setelah kering, granul tersebut dikurangi ukuran partikelnya dengan melewatkannya pada pengayakan mesh yang ukurannya lebih kecil. Ukuran ayakan tergantung pada diameter punch. Kemudian ke dalam granul kering ditambahkan lubrikan atau glidan sebagai serbuk fine untuk meningkatkan aliran granul. Granul tersebut kemudian dicetak menjadi tablet (Sahoo, 2007). b. Granulasi kering

Metode granulasi kering disebut juga slugging, merupakan salah satu metode pembuatan tablet dengan cara mengempa campuran bahan kering (zat

(10)

aktif dan eksipien) menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar (granul). Dengan metode ini, baik bahan aktif ataupun bahan pengisi harus memiliki sifat kohesif supaya massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena tidak tahan terhadap pemanasan (Ansel, 1989).

c. Kompresi/cetak langsung

Cetak langsung berarti mengompres tablet secara langsung dari bahan bubuk tanpa memodifikasi sifat fisik bahan. Metode ini berlaku untuk bahan kimia berbentuk kristal yang memiliki karakteristik kompresibilitas dan sifat alir yang baik seperti: garam kalium (klorat, klorida, bromida), natrium klorida, amonium klorida, methenamine, kalsium laktat, asetosal dan lain-lain (Sahoo, 2007).

Kompresi langsung merupakan metode pilihan dalam manufaktur tablet apabila proses itu dapat digunakan untuk memproduksi produk jadi bermutu tinggi. Metode ini paling tepat karena menggunakan penanganan bahan-bahan paling sedikit dan tidak melibatkan tahap pengeringan. Oleh karena itu, metode ini paling efisien energi, paling cepat, dan paling ekonomis untuk memproduksi tablet. Sebaliknya, banyak situasi ketika cetak langsung tidak dapat dilakukan pada zat aktif dengan dosis kecil, zat aktif dengan masalah pemisahan dan keseragaman kandungan; zat aktif dosis besar yang tidak dapat dikompresi langsung atau yang mempunyai sifat aliran yang buruk; dalam pembuatan tablet tertentu; atau dalam banyak pengoperasian manufaktur tablet tertentu (Siregar dan Wikarsa, 2010).

(11)

2.6.3 Komposisi tablet

Tablet oral umumnya di samping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat, penghancur, dan pelincir. Tablet tertentu mungkin memerlukan pemacu aliran, zat warna, zat perasa, dan pemanis (Lachman, dkk, 1994).

Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang dapat ditambahkan bahan pewangi (flavoring agent), bahan pewarna (colouring agent) dan bahan-bahan lainnya (Ansel, 1989).

a. Pengisi

Pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Selain itu pengisi dapat juga ditambahkan untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dicetak langsung atau untuk memacu aliran (Lachman, dkk., 1994). Bahan- bahan pengisi yaitu: laktosa, amilum, Starch 1500, manitol, sorbitol, avicel, kalsium sulfat dihidrat, kalsium karbonat dan lain-lain (Siregar dan Wikarsa, 2010).

b. Pengikat

Bahan pengikat digunakan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt, 1995). Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilum, gelatin, glukosa, gom arab, natrium alginat, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987)

c. Penghancur/disintegran

disintegran digunakan agar memudahkan pecahnya tablet ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk,

(12)

1994). Bahan yang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivat selulosa, alginat, dan clays (Soekemi, dkk., 1987).

d. Pelicin

Bahan pelicin ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan pelicin yaitu: metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur tinggi, amilum maydis (Soekemi, dkk, 1987).

Pemilihan eksipien didasarkan pada 3 pertimbangan:

- Kompatibilitas dengan zat aktif; banyak eksipien yang mempunyai gugus fungsional aktif yang dapat berinteraksi dengan bahan aktif obat dan meningkatkan degradasinya. Bahkan air dari hidrasi atau kelembaban pada eksipien dapat membuat kesulitan dalam degradasi bentuk padat bahan aktif obat.

- Pengaruh terhadap efikasi; eksipien dikenal untuk mengubah pola pelepasan obat (misalnya pengikat yang kuat akan memperlambat kehancuran tablet) dan sering mengikat molekul obat dalam saluran cerna. Evaluasi harus dilakukan pada komposisi penuh bahan tambahan karena kehadiran dua bahan dapat mengubah karakteristik masing-masing.

- Biaya formulasi; menurunnya biaya bahan aktif farmasi membuat pemilihan eksipien berdasarkan biaya menjadi pertimbangan penting, terutama bagi produsen obat generik, dimana mereka akan bersaing secara harga. Karena itu, produsen harus mempertimbangkan biaya produksinya (Niazi, 2009).

(13)

2.6.4 Teori pencampuran

Proses pencampuran merupakan proses yang sangat penting sebelum dilakukan pencetakan tablet. Pencampuran bertujuan untuk memperolah campuran homogen antar partikel-partikel penyusunnya, pencampuran yang kurang baik atau tidak homogen akan menyebabkan kadar zat aktif dalam tablet kurang seragam.

Untuk mendapatkan campuran yang homogen pada pencampuran serbuk ada beberapa faktor yang mempengaruhi: bentuk partikel berpengaruh terhadap gerakan partikel pada waktu pencampuran, partikel-partikel yang ideal berbentuk bola karena lebih mudah bergerak, sedangkan partikel yang berbentuk jarum dan partikel yang tidak teratur lebih sukar bergerak dan membentuk agregat.

Untuk partikel-partikel yang besar akan cenderung memisah dari partikel- partikel yang kecil, yakni partikel besar cenderung ke bawah dan partikel yang kecil cenderung ke atas dalam bentuk fines. Kerapatan massa, dalam proses pencampuran di dalam alat pencampuran dapat terjadi segregasi karena gesekan dari partikel yang mempunyai perbedaan kerapatan massa, untuk komponen yang kerapatan massanya besar akan turun ke bawah, sedangkan komponen yang kerapatan massanya kecil akan tetap di atas sehingga dibutuhkan waktu pencampuran yang lebih lama untuk mendapatkan campuran yang homogen. Kelengketan dan kelicinan, untuk bahan yang bersifat lengket, maka pada proses pencampuran partikelnya akan bergerombol satu sama lain dan melekat pada dinding mixer sehingga proses pencampuran akan lebih sukar, lain halnya bila didapatkan bahan yang licin, bahan tersebut akan membantu dalam proses pencampuran. Kelembaban, pengaruh kelembaban tinggi yang dominan adalah

(14)

gaya kapiler, gaya ini mengakibatkan bahan cenderung menggumpal dan melekat pada dinding mixer, sedangkan pada kelembaban yang rendah gaya yang dominan adalah gaya elektrostatik, gaya ini menyebabkan partikel-partikel menjadi bermuatan, cenderung membentuk agregat dan mengalami segregasi. Lama campuran, keefektifan waktu yang digunakan untuk proses pencampuran akan mempengaruhi hasil pencampuran karena campuran yang sudah homogen bila proses pencampurannya dilanjutkan maka pada waktu tertentu tidak homogen lagi (Parrott, 1971).

2.6.5 Uji preformulasi

Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap.

Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan 100 gram massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977) .

Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur ke

(15)

atas dan ke bawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977).

2.6.6 Evaluasi tablet a. Kekerasan tablet

Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempakan. Kekerasan tablet biasanya 4 – 8 kg, tablet dengan kekerasan kurang dari 4 kg akan didapatkan tablet yang cenderung rapuh, tapi bila kekerasan tablet lebih besar dari 8 kg akan didapatkan tablet yang cenderung keras (Parrott, 1971).

Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk, 1994).

b. Friabilitas

Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan, selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet. Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1%.

(16)

Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk, 1994).

c. Waktu hancur

Supaya komponen obat sepenuhnya tersedia untuk diabsorpsi dalam saluran pencernaan, maka tablet harus hancur dan melepaskan obatnya ke dalam cairan tubuh untuk dilarutkan. Daya hancur tablet juga penting untuk tablet yang mengandung bahan obat (seperti antasida atau diare) yang tidak dimaksudkan untuk diabsorpsi tetapi lebih banyak bekerja setempat dalam saluran cerna. Dalam hal ini daya hancur tablet memungkinkan partikel obat menjadi lebih luas untuk bekerja secara lokal dalam tubuh (Ansel, 1989).

Waktu hancur tablet adalah waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet dalam medium yang sesuai sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa alat pengujian. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur adalah sifat fisika kimia granul dan kekerasan tablet, kecuali dinyatakan lain, waktu hancur tablet tidak bersalut tidak boleh lebih dari 15 menit (Lachman, dkk., 1994).

Waktu hancur yang semakin cepat maka akan semakin cepat pula pelarutan dari bahan berkhasiat sehingga akan lebih cepat berkhasiat dalam tubuh. d. Kadar zat berkhasiat

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk, 1994).

(17)

Persyaratan kadar berbeda-beda dan tertera pada masing-masing monografi masing-masing bahan obat.

e. Keragaman bobot

Ditimbang seksama 10 tablet, satu per satu, dan dihitung bobot rata-rata. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing- masing monografi, hitung jumlah zat aktif masing-masing dari 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Persyaratannya yaitu jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10 satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku kurang dari atau sama dengan 6,0% (Ditjen POM, 1995).

f. Disolusi

Disolusi yaitu larutnya obat dalam cairan pencernaan yang berhubungan langsung dengan efikasi (kemanjuran) dari tablet dan perbedaan bioavailabilitas dari berbagai formula (Lachman, dkk, 1994). Disolusi adalah suatu proses larutnya zat aktif dari suatu sediaan dalam medium. Hal ini berlaku untuk obat- obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul, atau suspensi. Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan pada tempat absorbsi. Suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat tersebut larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran pencernaan (Ansel, 1989). Cara pengujian disolusi tablet dan kapsul, juga persyaratan yang harus dipenuhi dinyatakan dalam masing-masing monografi obat. Adapun yang diukur adalah jumlah zat berkhasiat yang larut dalam satu satuan waktu dengan alat dissolution tester (Soekemi, dkk., 1987).

(18)

2.7 Titrasi Kompleksometri

Titrasi kompleksometri digunakan untuk menentukan kandungan garam- garam logam. Etilen diamin tetra asetat (EDTA) merupakan titran yang sering digunakan. EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan semua logam kecuali logam alkali seperti natrium dan kalium. Logam-logam alkali tanah seperti kalsium dan magnesium membentuk kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH rendah, karenanya titrasi logam-logam ini dengan EDTA dilakukan pada larutan buffer amonia pH 10. Persamaan reaksi umum pada titrasi kompleksometri adalah:

Mn+ + Na2EDTA (MEDTA) n-4

+ 2H

-Untuk deteksi titik akhir titrasi digunakan indikator zat warna. Indikator zat warna ditambahkan pada larutan logam pada saat awal sebelum dilakukan titrasi dan akan membentuk kompleks berwarna dengan sejumlah kecil logam. Pada saat titik akhir titrasi (ada sedikit kelebihan EDTA) maka kompleks indikator-logam akan pecah dan menghasilkan warna yang berbeda. Indikator yang dapat digunakan untuk titrasi kompleksometri ini antara lain: Hitam eriokrom (Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome Black); mureksid; jingga pirokatekol; jingga xilenol; asam kalkon karbonat; kalmagit; dan biru hidroksi naftol (Gandjar dan Rohman, 2010).

2.8 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri ultraviolet digunakan untuk analisa kualitatif ataupun kuantitatif suatu senyawa. Absorpsi cahaya ultraviolet maupun cahaya tampak mengakibatkan transisi elektron, yaitu perubahan elektron-elektron dari orbital

(19)

dasar berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Penyerapan radiasi ultraviolet atau sinar tampak tergantung pada mudahnya transisi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk transisi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul-molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap panjang gelombang lebih panjang (Fessenden dan Fessenden, 1992).

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik. Dengan demikian spektra ultraviolet dan spektra tampak dapat dikatakan sebagai spectra elektronik. Keadaan energi yang paling rendah disebut keadaan dasar (ground state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular dari keadaan dasar ke satu atau lebih dari tingkat energi tereksitasi (Gandjar dan Rohman, 2010).

Gambar

Gambar 2.1 Klasifikasi berbagai bentuk umbi talas
Gambar 2.2 Rumus bangun kalsium laktat (Rowe, dkk., 2009)
Gambar 2.4 Rumus bangun antalgin (Ditjen POM, 1979)

Referensi

Dokumen terkait

Saat pengambilan data dari program memori eksternal atau selama mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat 16 bit (MOVX @ DPTR), port 2 berfungsi sebagai saluran/bus

Alhamdulillahi rabbil ‘ Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang

Kemudian juga dapat digunakan pada induk bunting untuk memelihara anak selama dalam masa kebuntingan, sehingga status kesehatan dan panen anak ( cempe ) dapat meningkat. Penerapan

order pembelian guna mencatat pesanan kepada pemasok. Tidak ada formulir yang dapat dijadikan bukti dalam penerimaan barang. c) Untuk kegiatan penerimaan barang yang

Based on the questions related to the dimension indicators Timeliness of submission of Financial Statements consisting of Employees designated as Committing Officer (PPK),

jadi tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.konsumen bisa memahami salah satu dari tiga tingkat kepuasan umum yaitu

Tegalan Semak Belukar Rerumputan Persawahan Perkotaan Perkebunan Kelapa Sawit Perkebunan Karet Perkebunan Perkampungan Hutan Belantara Gelagah Keterangan.. Pe ta Ta ta G una La

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja peran Public Relations dalam menjalin hubungan dengan publik internal perusahaan, kegiatan-kegiatan apa