• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR BEAUTY CENTER DI SURAKARTA (Area Penjualan, Klinik, Ruang Perawatan, SPA, Ruang Senam, Ruang Seminar, Food Court)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR BEAUTY CENTER DI SURAKARTA (Area Penjualan, Klinik, Ruang Perawatan, SPA, Ruang Senam, Ruang Seminar, Food Court)"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

BEAUTY CENTER

DI SURAKARTA

(Area Penjualan, Klinik, Ruang Perawatan, SPA,

Ruang Senam, Ruang Seminar, Food Court)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan

Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh :

HENRY SUSANTO

C 0802021

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

BEAUTY CENTER

DI SURAKARTA

(Area Penjualan, Klinik, Ruang Perawatan, SPA,

Ruang Senam, Ruang Seminar, Food Court)

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji Di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh :

HENRY SUSANTO C 0802021

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soepriyatmono, MSn Silfia Mona Aryani, ST, M.Arch

NIP. 19560117 198811 1 001 NIP. 19790226 200212 2 002

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari Selasa, Tanggal 18 Januari 2011

Penguji :

Ketua : Iik Endang Siti W, SSn, M.Ds

NIP. 19771027 200112 2002 ( ... )

Sekretaris Sidang : Drs. Ken Sunarko, M.Si

NIP. 19511128 198303 1001 ( ... )

Pembimbing I : Drs. Soepriyatmono, MSn

NIP. 19560117 198811 1 001 ( ... )

Pembimbing II : Silfia Mona Aryani, ST, M.Arch

NIP. 19790226 200212 2 002 ( ... )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Dekan

Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Sudarno, M.A

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Henry Susanto

NIM : C 0802021

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Perencanaan dan Perancangan Interior Beauty Center di Surakarta (Area Penjualan, Klinik, Ruang Perawatan, SPA, Ruang Senam, Ruang Seminar, Food Court)” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta, 31 Januari 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

MOTTO

“Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh

kepandaian, karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas. Ia lebih berharga daripada permata, apapun yang kau inginkan,

tidak dapat menyamainya” (Amsal 3:13-15)

-Penulis-

PERSEMBAHAN

Terima kasih, Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, kasih dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik dan tepat pada waktunya.

Para dosen dan staff jurusan Desain Interior….terima kasih.

Bapak dan Ibu untuk doa, kasih saying dan support/dorongannya, Teman-teman seangkatan yang banyak membantu, serta teman-teman sekantor

yang selalu memberikan dukungan dan bantuannya

Sahabat terbaik ku yang selalu memberikan pinjaman peralatan gratis (maaf kalau selalu merepotkan)  Beberapa pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu akan bantuannya

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan

karunia dan berkat yang melimpah, sehingga penulis bisa menyelesaikan

penyusunan Tugas Akhir ini.

Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang

dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat

bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang

baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, MSn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas

Sastra dan Seni Rupa.

3. Drs. Soepriyatmono, MSn, selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas

Akhir.

4. Silfia Mona Aryani, ST, M.Arch, selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah

Tugas Akhir.

5. Iik Endang Siti W, SSn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir.

6. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga

terselesaikannya Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini

masih terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka penulis

mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaannya.

Surakarta, 31 Januari 2011

(7)

commit to user

B. Batasan/Lingkup Permasalahan ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

2. Pemerintahan dan Wilayah Kota Surakarta ... 9

3. Letak Geografis Kota Surakarta ... 9

4. Data Penduduk ... 10

5. Potensi Kota Surakarta ... 10

(8)

commit to user

viii

1. Tinjauan Ruang Klinik Kecantikan ... 11

2. Tinjauan Ruang Perawatan (Treatment) Kecantikan dan Kesehatan Kulit ... 11

3. Tinjauan Ruang SPA ... 13

4. Tinjauan Ruang Penjualan Produk ... 13

5. Tinjauan Organisasi Ruang ... 18

6. Sirkulasi Ruang ... 23

7. Penerapan Pada Bangunan ... 26

8. Unsur Pembentuk Ruang ... 27

9. Tinjauan Sirkulasi ... 57

10. Tinjauan Organisasi Ruang ... 61

11. Sistem Keamanan ... 63

BAB III STUDI LAPANGAN ... 73

A. BOYKE & Co Skin Clinic Herbal Beauty Center Jakarta ... 73

B. Natasha Skin Care di Surakarta... 73

C. Salute Beauty Center di Surakarta ... 79

BAB IV ANALISA PERANCANGAN DAN PERENCANAAN DESAIN INTERIOR BEAUTY CENTER DI SURAKARTA ... 94

A. Programming ... 94

1. Desain Interior Beauty Center ... 94

2. Tujuan dan Sasaran ... 95

3. Misi dan Fungsi ... 97

4. Asumsi Lokasi ... 98

5. Status Kelembagaan ... 100

6. Struktur Organisasi Kelembagaan... 100

7. Sistem Operasional... 101

8. Tinjauan Kegiatan ... 101

9. Pola Aktifitas ... 102

10. System Sirkulasi ... 102

11. Pola Aktifitas ... 103

(9)

commit to user

ix

13. Zoning dan Grouping ... 106

B. Konsep Perancangan ... 112

1. Pola Pikir Desain ... 112

2. Ide Gagasan ... 112

3. Tema ... 113

4. Aspek Suasana dan Karakter Ruang ... 113

5. Aspek Penataan Ruang/Layout ... 113

6. Aspek Pembentuk Ruang ... 114

7. Aspek Besaran Ruang ... 137

8. Furniture ... 139

9. Aspek Bentuk dan Warna ... 142

10. Aspek Sistem Interior ... 142

11. Aspek Keamanan ... 143

BAB V KESIMPULAN ... 146

A. Kesimpulan Programming ... 146

1. Zoning ... 146

2. Grouping ... 146

B. Kesimpulan Perancangan ... 147

1. Pola Penataan Ruang/Layout ... 147

2. Pembentuk Ruang ... 147

3. Furniture ... 149

4. Bentuk dan Warna ... 149

5. Interior Sistem ... 149

6. Sistem Keamanan ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 151

(10)

commit to user

GAMBAR II.11. Unit Indoor AC Split Yang Dipasang Di Dinding ... 37

GAMBAR II.12. Unit Indoor AC Split Yang Dipasang Didekat Langit-Langit 38 GAMBAR II.13. AC Split Tipe Jendela ... 38

GAMBAR II.14. AC Split Tipe Kaset Yang Dipasang Di Langit-Langit ... 38

GAMBAR II.15. Lampu Pijar ... 44

GAMBAR II.16. Lampu Flourescent ... 46

GAMBAR II.17. Lampu HID ... 48

GAMBAR III.1. Cafe Salute Beauty Center di Surakarta ... 80

GAMBAR III.2. Tempat Penerimaan Barang Salute Beauty Center di Surakarta ... 80

GAMBAR III.3. Gallery Produk Salute Beauty Center di Surakarta... 80

GAMBAR III.4. Pola Lantai Main Entrance Salute Beauty Center di Surakarta ... 81

GAMBAR III.5. Klinik Scan Salute Beauty Center di Surakarta ... 81

GAMBAR III.6. Klinik Skin Salute Beauty Center di Surakarta ... 82

GAMBAR III.7. Pola Lantai Klinik Skin Salute Beauty Center di Surakarta . 82 GAMBAR III.8. Cafe Salute Beauty Center di Surakarta ... 83

GAMBAR III.9. Cashier Salute Beauty Center di Surakarta ... 83

(11)

commit to user

xi

GAMBAR III.11. Tangga Lantai 1-2 Salute Beauty Center di Surakarta... 84

GAMBAR III.12. Lemari Dinding pada Tangga Lantai 1-2 Salute Beauty Center di Surakarta ... 84

GAMBAR III.13. Pola pintu ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta ... 84

GAMBAR III.14. Ruang tunggu (area hot spot) lantai 2 Salute Beauty Center di Surakarta ... 85

GAMBAR III.15. Credenza ruang SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 85

GAMBAR III.16. Therapy ruang SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 85

GAMBAR III.17. Shower ruang SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 86

GAMBAR III.18. Bathkit ruang SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 86

GAMBAR III.19. Interior ruang SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 86

GAMBAR III.20. Pola lantai ruang SPA Salute Beauty Center di Surakarta .... 87

GAMBAR III.21. Accessories meja ruang tunggu SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 87

GAMBAR III.22. Ruang tunggu SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 87

GAMBAR III.23. Ornamen pada ruang tunggu SPA Salute Beauty Center di Surakarta ... 88

GAMBAR III.24. Tangga lantai 2-3 Salute Beauty Center di Surakarta ... 88

GAMBAR III.25. Lantai 3 (office) Salute Beauty Center di Surakarta ... 89

GAMBAR III.26. Lantai 3 (pintu ruang direktur) Salute Beauty Center di Surakarta ... 89

GAMBAR III.27. Tampak depan Salute Beauty Center di Surakarta ... 89

GAMBAR III.28. Tampak depan (entrance) Salute Beauty Center di Surakarta ... 90

GAMBAR III.29. Ceilling Salute Beauty Center di Surakarta ... 90

GAMBAR III.30. Interior ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta ... 90

GAMBAR III.31. Interior ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta ... 91

GAMBAR III.32. Interior ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta ... 91

GAMBAR III.33. Interior ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta ... 91

GAMBAR III.34. Furniture ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta .... 92

(12)

commit to user

xii

GAMBAR III.36. Furniture ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta .... 92

GAMBAR III.37. Ornamen ruang facial Salute Beauty Center di Surakarta ... 93

GAMBAR IV.1. Peta Kota Surakarta ... 98

GAMBAR IV.2. Skema struktur organisasi ... 100

GAMBAR IV.3. Pola Sirkulasi ... 102

GAMBAR IV.4. System organisasi ruang linier ... 103

GAMBAR IV.5. System organisasi ruang terpusat ... 104

GAMBAR IV.6. System organisasi ruang radial ... 105

GAMBAR IV.7. System organisasi ruang cluster ... 105

GAMBAR IV.8. Hubungan Antar Ruang ... 106

GAMBAR IV.9. Alternatif zoning 1 ... 107

GAMBAR IV.10. Alternatif zoning 2 ... 109

GAMBAR IV.11. Alternatif grouping 1 ... 110

GAMBAR IV.12. Alternatif grouping 2 ... 111

GAMBAR IV.13. Pola pikir desain ... 112

GAMBAR V.1. Zoning plan ... 146

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

TABEL IV.1. Analisa Besaran Ruang ... 137

(14)

commit to user

xiv

BEAUTY CENTER DI SURAKARTA

Henry Susanto1

Drs. Soepriyatmono, MSn2 Silfia Mona Aryani, ST, M.Arch 3

ABSTRAK

2011.Tulisan ini mencoba mengulas perencanaan dan perancangan interior Beauty Center di Surakarta, dengan penekanan pada konsep sirkulasi ruang yang terjadi melalui perancangan berdasarkan kapasitas, kebutuhan, fungsi, zoning, grouping, besaran ruang, efektifitas, keamanan, kenyamanan dan sebagainya.

Kesan natural/alami, dengan penekanan ide kesegaran, ringan, dan nyaman serta menerapkan gaya minimalis pada ruangan mempunyai nilai lebih pada pembawaan sisi psikologis ruang bagi pengunjung.

Kata kunci: beauty center

1. Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0802021 2. Dosen Pembimbing 1

(15)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Beauty Center dalam arti luas adalah pusat kecantikan, dan pusat perawatan atau pemulihan kecantikan (kata benda penunjuk tempat) yang

menggunakan fasilitas maupun sarana/medium kosmetik sebagai katalisnya dalam

arti khusus (VISIA. 2007).

Beauty Center menyediakan berbagai macam fasilitas, yang dipergunakan untuk perawatan secara khusus dan ekslusif bagi kulit terutama kulit wajah dari

berbagai macam masalah. Beauty Center juga menyediakan berbagai macam

fasilitas utama yang dapat menunjang perawatan kecantikan secara keseluruhan

(VISIA. 2007).

Permasalahan yang sering sekali terdapat pada sebuah Beauty Center pada

umumnya adalah kurangnya fasilitas pendukung maupun fasilitas rekreasi, hal

tersebut menyebabkan pengunjung pada waktu sibuk harus menunggu tanpa

kegiatan apa-apa pada ruang tunggu Beauty Center itu yang dapat menimbulkan

rasa kebosanan. Bahkan beberapa pengunjung yang tidak memiliki waktu luang

akan segera meninggalkan lokasi dan memilih tempat lain yang lebih sedikit

antriannya. Hal tersebut dipengaruhi dengan kurang menariknya interior sebuah

Beauty Center yang sering kali dijumpai pada beberapa tempat. Kurangnya

(16)

commit to user

mengutamakan penjualan produk dan jasa tanpa memperhatikan segi psikologis

pengunjung dengan berbeda kebutuhan dan tujuannya.

Surakarta sebagai salah satu kota modern, memiliki masyarakat yang

kompleks dan dinamis serta berkembang sesuai dengan kemajuan jaman.

Masing-masing individu yang telah terpengaruh dengan kemajuan teknologi

menginginkan perkembangan dalam gaya hidup mereka. Tentunya kemajuan

jaman ini juga mempengaruhi cara hidup dan perubahan iklim yang ada.

Maraknya berbagai macam masalah pada kulit seperti acne, komedo, scar,

hyperpigmentation, photoaging, enlarge pores, kulit kusam dan kering/sensitive, selain itu juga masalah pada proses diet yang salah, ataupun proses pembentukan

tubuh yang tidak sesuai dengan kemampuan seseorang. Hal tersebut dipengaruhi

karena perubahan iklim, pola makan manusia, polusi udara, hingga tingkat stress

yang dapat mempengaruhi kecantikan seseorang.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, perlu adanya sebuah fasilitas atau tempat

yang menyediakan berbagai macam kebutuhan bagi masyarakat Surakarta pada

umumnya tentang perawatan kecantikan secara langsung maupun terus-menerus,

baik itu untuk kaum pria maupun wanita disegala umur.

B. Batasan/Lingkup Permasalahan.

Pada umumnya Beauty Center merupakan sebuah tempat yang

menyediakan fasilitas perawatan kecantikan secara berkala.

1. Perancangan interior yang mampu menampung berbagai macam/variasi

(17)

commit to user

kelamin, baik itu kalangan masyarakat Surakarta pada umumnya maupun

pendatang dari luar kota, serta waktu operasional buka dari jam 08.00

sampai dengan 20.00 setiap harinya kecuali hari libur.

2. Perancangan interior pada ruang antara lain :

a. Hair treatment clinic.

b. Skin care clinic yang terdiri dari : 1) Face treatment clinic.

2) Body treatment clinic.

3) Total hand & foot care clinic. c. Spa.

d. Hair treatment room.

e. Skin treatment room yang terdiri dari : 1) Face treatment room.

2) Brightening moisturized room.

f. Café atau food court yang menjual berbagai macam food & herbal.

g. Ruang senam.

h. Ruang seminar.

i. Ruang tunggu.

C. Rumusan Masalah.

1. Bagaimana merancang sebuah interior beauty center yang mampu

(18)

commit to user

2. Bagaimana merancang sebuah interior beauty center yang mampu

mengelompokkan ruang serta pengunjung yang datang sesuai dengan

tujuan dan kebutuhannya?

3. Bagaimana merancang sebuah interior beauty center yang secara tidak langsung mampu mengarahkan sirkulasi pengunjung serta memperhatikan

sistem penawaran, pengawasan dan pelayanan beserta dengan penataan

jalur komunikasi, informasi dan tata interior sistem yang baik dan sesuai

dengan tema yang dibawakan?

4. Bagaimana merancang sebuah interior beauty center supaya berkesan lebih santai dan berbeda dengan beauty care pada umumnya, dengan

memperhatikan segi psikologis para pengunjungnya?

D. Tujuan Perancangan.

1. Merancang sebuah interior beauty center yang mampu memudahkan atau

mendukung sistem pelayanan dan sirkulasi.

2. Merancang sebuah interior beauty center yang mampu mengelompokkan ruang serta pengunjung yang datang sesuai dengan tujuan dan

kebutuhannya.

3. Merancang sebuah interior beauty center yang secara tidak langsung mampu mengarahkan sirkulasi pengunjung serta memperhatikan sistem

penawaran, pengawasan dan pelayanan beserta dengan penataan jalur

komunikasi, informasi dan tata interior sistem yang baik dan sesuai

(19)

commit to user

4. Merancang sebuah interior beauty center supaya berkesan lebih santai dan

berbeda dengan health care atau beauty care pada umumnya, dengan

memperhatikan segi psikologis para pengunjungnya.

E. Sasaran Perancangan.

Perumusan sebuah konsep perancangan Beauty Center memiliki sasaran

yang telah dikelompokkan sebagai berikut :

1. Masyarakat Surakarta pada umumnya yang sadar akan pentingnya

perawatan kecantikan secara berkala.

2. Masyarakat dari luar kota Surakarta yang sadar akan pentingnya

perawatan kecantikan secara berkala.

F. Manfaat Perancangan.

1. Umum :

Pada umumnya manfaat perancangan sebuah Beauty Center yaitu

menumbuhkan rasa peduli masyarakat (kota Surakarta pada khususnya)

akan pentingnya merawat kecantikan kulit dan tubuh serta pencegahan

penuaan melalui perawatan kecantikan (dalam arti luas).

2. Khusus (pada perancangan interior) :

a. Memudahkan sirkulasi pengunjung dalam mencapai tujuan yang

berbeda satu dengan yang lainnya, serta mampu mengelompokkan

(20)

commit to user

b. Mampu membawakan suasana sebuah ruang interior sesuai dengan

tema yang dibawakan, dan memperhatikan jalur informasi, sistem

pengawasan dan sistem pelayanan, memaksimalkan penggunaan

ruang-ruang yang ada, serta memberi rasa nyaman kepada pengunjung

yang datang.

3. Akademisi :

Mampu merancang desain interior beauty center yang mampu

menampung berbagai macam/variasi pengunjung yang berbeda sesuai

kebutuhan/kepentingan dan usia serta jenis kelamin, baik itu kalangan

masyarakat Surakarta pada umumnya maupun pendatang dari luar kota.

G. Tema Desain.

Tema desain yang akan diterapkan pada Perancangan Interior Beauty

(21)

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Judul. 1. Surakarta :

Salah satu kota karesidenan di Jawa Tengah.

2. Center :

Berarti pusat (John M Echols dan Hasan Shadily. 1992 : 104)

3. Beauty Center :

Pusat perawatan kecantikan. (VISIA, 2007).

B. Pengertian Tema.

Tema yang akan diterapkan dalam perancangan interior Beauth Center

di Surakarta adalah Nature. Kata Nature berarti alam, maka Nature di sini memiliki makna kehidupan natural yang berarti kealamian sebuah hidup

(menujuk pada natural). (http://www.artikata.com/arti-122542-nature.php).

Nature juga dapat berarti hidup sehat secara alami. (Pharmanex. 2006. Perbedaan Yang Terukur. PT. Nusa Selaras Indonesia, Jakarta)

C. Tinjauan Umum Kota Surakarta. 1. Sejarah singkat Kota Surakarta.

Sejarah Kota Surakarta bermula ketika Sunan Pakubuwana II

(22)

commit to user

Mangkuyudo serta komandan pasukan Belanda J.A.B. Van Hohendorff

untuk mencari lokasi Ibukota Kerajaan Mataram Islam yang baru.

Mempertimbangan faktor fisik dan non fisik, akhirnya terpilih suatu desa

di tepi Sungai Bengawan yang bernama desa Sala (1746 M atau 1671

Jawa). Sejak saat itu desa Sala berubah menjadi Surakarta Hadiningrat dan

terus berkembang pesat.Adanya Perjanjian Giyanti, 13 Februari 1755

menyebabkan Mataram Islam terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta

dan terpecah lagi dalam perjanjian Salatiga 1767 menjadi Kasunanan dan

Mangkunegaran.

Sejarah kota Surakarta dimulai pada masa pemerintahan Raja Paku

Buwono II di Kraton Kartosuro. Pada masa itu terjadi pemberontakan

Mas Garendi (Sunan Kuning) dibantu oleh kerabat-kerabat Keraton yang

tidak setuju dengan adanya kerjasama dengan Belanda. Pangeran

Sambernyowo (RM. Said) adalah salah satu pendukungnya yang merasa

kecewa karena daerah Sukowati yang dulu diberikan oleh Keraton

Kartosuro kepada Ayahandanya dipangkas. Karena terdesak, Pakubowono

mengungsi kedaerah Jawa Timur (Pacitan dan Ponorogo) Dengan bantuan

Pasukan Kompeni dibawah pimpinan Mayor Baron Van Hohendrof serta

Adipati Bagus Suroto dari Ponorogo, pemberontakan berhasil

dipadamkan. Setelah Keraton Kartosuro hancur, Paku Buwono II

memerintahkan Tumenggung Tirtowiguno, Tumenggung Honggowongso,

dan Pangeran Wijil untuk mencari lokasi ibu kota Kerajaan yang baru. ada

(23)

commit to user

Buwono II memilih desa Sala -sebuah desa di tepi sungai Bengawan Solo-

sebagai daerah yang terasa tepat untuk membangun istana yang baru.

Sejak saat itulah, desa Sala segera berubah menjadi Surakarta Hadiningrat.

Dari fakta sejarah kota Surakarta perkembangan Surakarta pada

jaman dahulu sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat pemerintahan

Kasunanan dan Mangkunegaran, Benteng Vastenburg sebagai pusat

pengawasan kolonial belanda terhadap Surakarta serta Pasar Gedhe

Hardjonagoro (Thomas Kaarsten) sebagai pusat perekonomian kota.

Apabila dihubungkan akan membentuk kawasan budaya dengan Kraton

Kasunanan sebagai intinya. Perkembangan kota selanjutnya berlangsung

di sekitar kawasan budaya ini.

2. Pemerintahan dan Wilayah Kota Surakarta.

Dari fakta sejarah kota Surakarta perkembangan Surakarta pada

jaman dahulu sangat dipengaruhi oleh keberadaan pusat pemerintahan

Kasunanan dan Mangkunegaran, Benteng Vastenburg sebagai pusat

pengawasan Kolonial Belanda terhadap Surakarta serta Pasar Gedhe

Hardjonagoro (Thomas Kaarsten) sebagai pusat perekonomian kota.

Apabila dihubungkan akan membentuk kawasan budaya dengan Kraton

Kasunanan sebagai intinya. Perkembangan kota selanjutnya berlangsung

di sekitar kawasan budaya ini.

3. Letak Geografis Kota Surakarta.

Letak geografis Kotamadya Dearah Dati II Surakarta berada pada

(24)

commit to user

Daerah Tingkat I Jawa Tengah bagian Selatan dan berada pada simpul

jalur lalu lintas Utara Pulau Jawa, yakni jalur Selatan (Jakarta –

Yogyakarta – Surakarta – Surabaya) dan jalur Utara (Jakarta – Semarang –

Surakarta – Surabaya).

Luas wilayah administratif Kotamadya Surakarta ± 4.404,0 Ha

dengan jumlah penduduk pada tahun 1990 adalah 503.827 jiwa dengan

rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,71% per tahun (RUTRK

Kotamadya Surakarta 1993 – 2013).

4. Data Penduduk.

Kota Surakarta dengan luas wilayah ± 4.404,0 Ha , mempunyai

jumlah penduduk sebesar 527.347 jiwa pada tahun 1993 dan pada tahun

1994 menjadi 529.347 iwa, tersebar di 5 kecamatan dan 15 kelurahan

dengan kepadatan penduduk Kota Surakarta sekitar 0,77% per tahun,

sedangkan penduduknya sekitar 2 – 4% per tahun. Pertumbuhan penduduk

Kotamadya Surakarta pada tahun 2009 diperkirakan mencapai 660.500

jiwa. (Proyeksi RUTRK) Dengan demikian maka strategi pengembangan

ke arah kota metropolitan.

5. Potensi Kota Surakarta.

Surakarta telah berkembang secara luar biasa dan akan berada pada

tingat menjadi kota metropolitan masa depan. Surakarta mempunyai

kedudukan khas, baik sebagai ibukota budaya maupun sebagai kota

kareidenan. Surakarta juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya

(25)

commit to user

pendidikan, budaya, olahraga, dan kesehatan. Surakarta merupakan

gerbang utama diantara lintas kabupaten disekitarnya.

D. Tinjauan Khusus Interior Beauty Center.

1. Tinjauan Ruang Klinik Kecantikan.

Ruang klinik atau bisa dimaksudkan tempat untuk berkonsultasi

ataupun diagnose ringan yang berhubungan dengan gangguan kesehatan

ataupun pemeriksaan kesehatan secara berkala. Pertimbangan ruang yaitu

ukuran ruang yang tidak terlalu luas, memungkinkan partisi ruang untuk

memisahkan jumlah dari ruang klinik yang tersedia, dan adanya tata letak

yang memisahkan antara pasien dengan petugas pemeriksa kesehatan yang

dapat di dukung dengan fasilitas diagnose ringan ataupun hanya sebatas

konsultasi tentang kesehatan ataupun kecantikan (kesehatan kulit).

(Konsep Desain Interior Salute Health & Beauty Center, 2007 : 30)

2. Tinjauan Ruang Perawatan (Treatment) Kecantikan dan Kesehatan Kulit.

Ruang perawatan kecantikan dan kesehatan kulit bukan hanya

sebatas pada perawatan sekali pakai, namun juga perawatan berkala.

Pertimbangan ruang perawatan kecantikan dan kesehatan kulit yaitu

ukuran dimensi ruang yang luas, karena dapat menampung beberapa

pasien sekaligus yang dipisahkan dengan partisi ringan ataupun sekat

sederhana, sehingga dokter ataupun ahli perawatan dapat langsung

(26)

commit to user

Sarana penunjang ruang perawatan kecantikan dan kesehatan kulit

pada umumnya antara lain :

a. Sarana penunjang perawatan : dapat berupa tempat tidur yang dapat

dijadikan sebagai kursi malas, furniture pelengkap sebagai tempat

meletakkan peralatan perawatan, hingga pada tempat untuk menaruh

kembali (menyimpan) peralatan perawatan kesehatan dan kecantikan

kulit.

b. Sarana pengamanan : pengamanan dapat berupa pengamanan dari

bahaya kebakaran.

c. Sarana pengaturan cahaya dan penghawaan : cahaya disini dibutuhkan

menjadi dua macam, yaitu selama proses menangani pasien

membutuhkan cahaya yang terang dan selama pasien menunggu proses

reaksi dari ramuan perawatan ataupun reaksi alat-alat perawatan

kesehatan dan kecantikan yang sedang aktif membutuhkan cahaya

redup (pasien dapat beristirahat selama proses tersebut). Sedangkan

sarana pengaturan penghawaan berupa AC, ventilasi ataupun kipas

angin.

d. Sarana audiovisual : merupakan fasilitas tambahan yang dapat

menunjang kenyamanan pasien pada saat menanti selesainya proses

perawatan.

(27)

commit to user

f. Dekorasi ruangan berpengaruh pada kenyamanan dan kebersihan

ruang. (Konsep Desain Interior Salute Health & Beauty Center, 2007 :

33)

3. Tinjauan Ruang Spa.

Ruang spa seperti pada umumnya yaitu tersedia tempat untuk

berendam (bath-kit), massage dan tempat untuk bersantai

(mengistiharatkan semua syaraf tubuh melalui terapi aromatik ataupun

musikal). Fasilitas pendukung berupa penghawaan buatan (AC ataupun

kipas angin), fasilitas pencahayaan yang mendukung suasana ruang, dan

fasilitas audio (bisa juga ditambah dengan fasilitas visual).

4. Tinjauan Ruang Penjualan Produk.

Ruang penjualan merupakan ruang yang fungsi utamanya adalah

memamerkan dan menjual barang. Desain dari ruang ini meliputi

koordinasi dari arsitektural, desain interior, dan elemen penjualan yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan klien (konsumen). (Joseph De

Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik.1991 : 252)

Ada beberapa tipe ruang penjualan, yaitu :

a. Berdasarkan barang yang dijual, terbagi menjadi :

1) Convience store, merupakan toko yamg menjual barang kebutuhan

sehari – hari seperti beras, gula, susu,bumbu dapur, dsb.

2) Demand store, menjual kebutuhan sehari-hari dimana frekuensinya

tidak sesering convenience store seperti toko pakaian, sepatu, tas,

(28)

commit to user

3) Impuls store, toko yang menjual barang – barang mewah seperti

toko perhiasan, elektronik, dsb. (William P Spence. 1979 : 409)

b. Berdasarkan kuantitas barang yang di jual, terbagi menjadi :

1) Toko grosir, yaitu toko yang menjual barang dalam jumlah besar

atau secara parti, dimana barang tersebut disimpan di tempat lain,

yang terdapat di toko tersebut merupakan contohnya saja.

2) Toko eceran (retail), yaitu toko yang menjual barang dalam jumlah

sedikit (eceran).

c. Berdasarkan variasi barang yang dijual, terbagi menjadi :

1) Speciality shop, yaitu toko yang menjual barang dagangan sejenis,

seperti toko pakaian, toko sepatu, toko buku.

2) Variety shop, yaitu toko yang menjual bermacam – macam barang.

Sistem Pelayanan :

Ada beberapa macam system pelayanan pada ruang penjualan, antara

lain :

a. Self Service : pembeli dengan keranjang atau kereta dorong mengambil sendiri barang-barang yang dibutuhkan kemudian

membayar ke kasir dan dibungkus.

b. Self Selection : Pembeli memilih dan mengambil barang yang dibutuhkan sendiri dan membayarnya di kasir, pramuniaga yang

akan membawa barang tersebut ke kasir dan kemudian

(29)

commit to user

c. Personal Service : Untuk memperoleh kebutuhannya pembeli dilayani oleh pramuniaga, kemudian pramuniaga membungkus

barang tersebut setelah pembeli melakukan pembayaran.

Tata Ruang Penjualan :

Tujuan penciptaan tata ruang ruang penjualan adalah

menyediakan fasilitas yang memudahkan barang – barang perniagaan

atau pajangan pada ruang toko tersebut, yang berlandaskan pada

prinsip teater yaitu membiarkan konsumen melihat sendiri barang –

barang, memilih dan akhirnya membeli.

Menurut Louis Parnes (1948) dalam bukunya Planning Store

That Pay, interior pajang adalah penampakan barang-barang

perniagaan. Hal tersebut menolong bertambahnya penjualan oleh

karena memamerkan barang niaga secara terbuka sehingga dapat

dilihat keadaannya. Hal-hal prinsip tersebut merupakan kekuatan

psikologis yaitu membuat pengunjung tertarik unutk menambah

belanjaannya. Pada toko tertentu, sistem penyajiannya adalah memilih

sendiri, sehingga toko tersebut tidak perlu memiliki pramuniaga.

Penampakan barang perniagaan yang disajikan adalah penyusunan

atau penataan dan dramatisasi keterbukaan gambar-gambar yang

penting serta nilai-nilai reklamis. Sedangkan penyusunan dan

perencanaan diidentifikasi secara lengkap dan menyeluruh. (Yulia

(30)

commit to user

Ada enam jenis layout sebagai rancangan dasar yang dapat

diterapkan dalam ruang toko, yaitu :

1. Straight Plan (garis lurus) : Rancangan garis lurus adalah sebuah

bentuk tata ruang yang konvensional yang memanfaatkan dinding

dan proyeksi untuk menciptakan ruang yang lebih kecil. Ini

merupakan rancangan ekonomis untuk dijalankan dan dapat

disesuaikan dengan beberapa jenis pusat perbelanjaan.

2. Pathway Plan (jalan kecil) : Rancangan ini direkomendasikan

untuk toko – toko pakaian karena kemampuannya untuk

meminimalisasi perasaan kacau , rancangan ini juga memfokuskan

kepada perhatian pembelanja terhadap barang – barang dagangan

lain di jalan kecil.

3. Diagonal Plan : Untuk swalayan rancangan diagonal optimal,

rancangan ini memiliki kualitas uyang menarik dan dinamis karena

rancangan ini tidak didasarkan pada garis lurus, maka rancangan

ini mengundang perubahan dan surkulasi.

4. Curved Plan : Rancangan kurva menciptakan sebuah lingkungan khusus yang menarik bagi konsumen, tema kurva dapat ditekankan

dengan didnding, atap dan sudut.

5. Varied Plan : Untuk produk-produk yang memerlukan barang

dagangan pendukung yang sangat berdekatan, rancangan bervariasi

(31)

commit to user

6. Geometric Plan : Rancangan ini adalah rancangan yang paling eksotis, karena dapat memberikan kemudahan penunjukan rak.

Sirkulasi Ruang Penjualan :

Dalam suatu gerakan manusia di dalam ruang akan membentuk

pola ruang gerak yang dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang ada,

jarak pencapaian maupun bentuk sirkulasi di dalammya. Bentuk dan

skala ruang sirkulasi bagaimanapun harus disesuaikan dengan gerakan

manusia yang pada dasarnya mereka berjalan-jalan, beristirahat, dan

menikmati pemandangan sepanjang jalan tersebut. (Francis DK Ching.

1979 : 286)

Lokasi dan desain kasir dan unit pengemasan adalah hal

penting dan tersedia, seringkali hal ini bertindak sebgai pusat kontrol.

(Joseph De Chiara. 2001 : 107)

Adapun standar sirkulasi lebar gang untuk pramuniaga 1ft 8

inchi (50,80 cm), untuk gang umum utama minimum 4 ft 6 inchi

(137,16 cm), rata-rata 5 ft 6 inchi – 7 ft (167,64 cm), maksimum 11 ft,

gang umum sekunder 3 ft (91,44 cm) – 3 ft 6 inchi (106,68 cm).

(Joseph De Chiara. 2001 : 108)

Dalam pengaturan kelebaran gang-gang meliputi zona aktivitas

yang langsung berdekatan dengan unit display barang, harus mampu

menampung pemakai untuk berdiri atau jongkok, dimana mereka

(32)

commit to user

zona sirkulasi yang dapat dipakai dua jalur oleh pembeli. (Julius

Panero. 1975 : 205)

5. Tinjauan Organisasi Ruang.

Penyusunan setiap ruang dapat menjelaskan tingkat kepentingan

dan fungsi-fungsi ruang tersebut secara relatif atau pesan simbolisnya di

dalam suatu bangunan. Menurut Ching ada lima bentuk organisasi ruang

yaitu :

a. Organisasi terpusat

Gambar 1, Organisasi terpusat (Sumber : Dokumen Pribadi)

Pusat suatu ruang dominan dimana pengelompokan sejumlah

ruang sekunder dihadapkan. Organisasi terpusat bersifat stabil.

Merupakan komposisi terpusat yang dikelompokkan mengelilingi

sebuah ruang pusat yang besar dan dominan.

Kelebihannya adalah :

1) Memiliki pusat kegiatan atau orientasi dengan efisiensi dan

efektivitas yang tinggi.

2) Menciptakan konfigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris

(33)

commit to user Kelemahannya adalah :

Karena bentuknya teratur harus cukup ruang untuk

mengumpulkan sejumlah ruang sekunder disekitarnya.

b. Organisasi linear

Gambar 2, Organisasi linear (Sumber : Dokumen Pribadi)

Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang yang berhubungan

langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan melalui ruang linier

yang berbeda dan terpisah. Organisasi linier biasanya terdiri dari

ruang-ruang yang berulang , mirip dalam hal ukuran, bentuk, dan

fungsinya.

Kelebihannya adalah :

Dapat berfungsi sebagai penunjuk arah sekaligus

mengambarkan gerak pemekaran dan pertumbuhan karena karakternya

yang memanjang.

Kelemahannya adalah :

Bentuk ruangnya kurang variatif tapi dapat memaksimalkan

(34)

commit to user c. Organisasi radial

Gambar 3, Organisasi radial (Sumber : Dokumen Pribadi)

Organisasi ruang jenis radial memadukan unsur-unsur

organisasi terpusat maupun linier. Organisaasi ini terdiri dari ruang

pusat yang dominan, darimana sejumlah organisasi-organisasi linier

berkembang seperti bentuk jari-jarinya. Organisasi radial adalah

sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang ke luar lingkupnya.

Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dan

menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda

lapangan lainnya.

Kelebihannya adalah :

Mudah menyesuaikan kondisis lingkungan.

Kelemahannya adalah :

Membutuhkan banyak ruang.

d. Organisasi cluster

(35)

commit to user

Organisasi cluster menggunakan pertimbangan penempatan

peletakan sebagai dasar untuk menghubungkan suatu ruang terhadap

ruang lainnya. Seringkali penghubungnya terdiri dari sel -sel ruang

yang berulang dan memiliki fungsi-fungsi serupa dan memiliki

persamaan sifat visual seperti halnya bentuk dan orientasi. Suatu

organisasi cluster dapat juga menerima ruang-ruang yang berlainan

ukuran, bentuk, dan fungsinya tetapi berhubungan satu dengan yang

lain berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau

menurut sumbu.

Kelebihannya adalah :

1) Organisasi cluster dapat menerima ruang yang belainan ukuran,

bentuk dan fungsinya tetapi berhubungan satu sama lainnya

berdasarkan penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau

menururt sumbunya.

2) Bentuknya luwes dapat menyesuaikan perubahan dan

pertumbuhan langsung tanpa mempengaruhi karakternya, karena

polanya tidak berasal dari konsep geometri yang kaku.

Kelemahannya adalah :

Tidak adanya tempat utama yang terkandung di dalam pola

organisasi cluster signifikasi sebuah ruang harus ditegaskan pada

(36)

commit to user e. Organisasi grid

Gambar 5, Organisasi grid (Sumber : Dokumen Pribadi)

Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk ruang-ruang dimana

posisi-posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh

pola grid tiga dimensi atau bidang. Suatu grid dibentuk dengan

menetapkan sebuah pola teratur dari titik- titik yang menentukan

pamer-pamer dari dua pasang garis sejajar. Suatu organisasi grid dapat

memiliki hubungan bersama, walaupun berbeda dalam ukuran, bentuk,

atau fungsi.

Kelebihannya adalah :

1) Organisasi grid ini dapat memiliki hubungan bersama walau

berbeda dalam hal ukuran, bentuk atau fungsi.

2) Suatu grid juga dapat mengalami perubahan bentuk yang lain

dengan cara pengurangan , penambahan kepadatan atau dibuat

berlapis dan identitasnya sebagai sebuah grid tetap dipertahankan

(37)

commit to user Kelemahannya adalah :

Dalam aspek bentuk, posisi, hubungan antar ruang semua

diatur oleh pola grid tiga dimensi atau bidang sehingga sifatnya tidak

fleksibel. (Ching. Francis, D.K. 1996 : 205-239)

6. Sirkulasi Ruang.

Unsur-unsur sistem sirkulasi :

a. Pencapaian Bangunan.

1) Pencapaian langsung : Yaitu pencapaian yang langsung mengarah

ke suatu tempat melalui sebuah jalan segaris dengan sumbu

bangunan. Secara visual mempunyai tujuan pengakhiran yang

jelas.

2) Pencapaian tersamar : Yaitu pencapaian yang secara samar-samar

mempertinggi perspektif dan bentuk suatu bangunan. Jalur dapat

berubah-ubah sesuai urutan pencapaian.

3) Pencapaian berputar : Yaitu berupa sebuah jalan berputar dan

memperpanjang pencapaian, mempertegas bentuk tiga dimensi

suatu bangunan ketika bergerak mengelilinginya.

b. Konfigurasi alur gerak/pola sirkulasi.

Gambar 6, Sirkulasi linear (Sumber : Dokumen Pribadi)

1) Sirkulasi Linear : Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang

(38)

commit to user

yang lurus, namun dapat melengkung atau terdiri dari

segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran

(loop).

Gambar 7, Sirkulasi grid (Sumber : Dokumen Pribadi)

2) Sirkulasi Grid : Mempunyai karakteristik yang dapat

memungkinkan gerakan bebas dalam banyak arah yang

berbeda-beda. Terdiri atas dua set jalur sejajar yang berpotongan

Gambar 8, Sirkulasi radial (Sumber : Dokumen Pribadi)

3) Sirkulasi Radial : Sirkulasi ini melibatkan konvergensi pada suatu

titik pusat yang fungsional dan memudahkan pencapaian sepanjang

titik-titik tersebut yang merupakan tujuan bagi pengunjung.

(39)

commit to user

4) Sirkulasi Organik : Sirkulasi paling peka terhadap kondisi tapak,

kadang-kadang dengan mengorbankan fungsi atau logik dari

sistem tersebut dan penafsiran yang mudah terhadapnya user.

Gambar 10, Sirkulasi network (Sumber : Dokumen Pribadi)

5) Sirkulasi Network : Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari

beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu dalam ruangan.

c. Jenis sirkulasi

1) Sirkulasi Horisontal : Alur sirkulasi yang diartikan sebagai tali

yang mengikat suatu ruang tertentu dengan ruang luar menjadi

saling berhubungan.

2) Sirkulasi Vertikal : Merupakan pengikat kagiatan antar lantai

bangunan atau antar ruang dalam bangunan.

d. Bentuk ruang sirkulasi :

1) Tertutup membentuk koridor yang berkaitan dengan ruang-ruang

yang dihubungkan melalui pintu masuk pada bidang dinding.

2) Terbuka pada salah satu sisi, untuk memberikan kontinuitas visual/

ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkan.

3) Terbuka pada kedua sisinya, menjadi perluasan fisik dari ruang

(40)

commit to user

7. Penerapan Pada Bangunan :

a. Sirkulasi Eksternal Bangunan.

1) Sistem Pencapaian Bangunan : Pencapaian menuju bangunan

dipilih pencapaian berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi

bangunan sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang

menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang

mendukung kondisi tersebut. Selain itu pencapaian berputar juga

sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan mempermudah

akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada pada bangunan tersebut.

2) Pengolahan Sirkulasi Eksternal : Dikarenakan bangunan yang

direncanakan merupakan bangunan multi fungsi dengan berbagai

macam pelaku kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan

entrance site tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site

juga dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan

service.

b. Sirkulasi Internal Bangunan

Sirkulasi horisontal ada perancangan desain meliputi :

a) Sistem Memusat, yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat

entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai diterapkan pada

ruang-ruang pamer/penjualan dengan pola gallery.

b) Sistem Jalur Tunggal, Sistem dengan menggunakan koridor

sebagai penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada

(41)

commit to user

8. Unsur Pembentuk Ruang.

a. Lantai.

Lantai adalah bagian bangunan, yang berhubungan langsung

dengan beban, baik beban mati maupun beban hidup atau bergerak.

Lantai harus kuat mendukung beban-beban yang datang dari benda

perabot, manusia yang ada didalam ruang dan sebagainya, sehingga

lantai dituntut selalu kuat memikul beban, kaku, dan tidak bergetar.

Contoh bahan lantai seperti: kayu, batu alam atau buatan, logam, beton

dan sebagainya. Dalam merencanakan lantai ruang pamer perlu

diperhatikan beberapa hal yaitu :

1) Sifat lantai : Lantai dapat membentuk sifat tertentu sesuai dengan

fungsinya. Dimana lantai dapat membentuk sifat/daerah dalam

ruang, yaitu dengan membuat penaikan atau penurunan dari

sebagian lantai. Lantai dapat bersifat permanen maupun semi

permanen.

2) Karakter lantai : Lantai dapat menentukan karakter ruang, yaitu

dengan menggunakan bentuk-bentuk pemilihan bahan, pola

maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana ruang yang

ingin dicapai, sehingga karakter lantai dapat dicapai, karakter berat,

ringan, luas, sempit, dan sebagainya.

(42)

commit to user

a) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.

Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan

bunyi, sebagai berikut :

i. Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada

penyerapan bunyi.

ii. Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles)

memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan

dengan tumpukan lembaran (loop piles).

iii. Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam

tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan

bertambah.

iv. Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi

penyerapan bunyi.

b) Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti

vinyl, aspal dan cor.

c) Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam

yang dipakai sebagai bahan lantai.

d) Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan

motif bahan lantai yang terbuat dari kayu.

3) Konstruksi lantai : Konstruksi lantai perlu diperhatikan bagaimana

bahan lantai dipasang. Bagaimana menempel pada dasaran lantai

sehingga tidak menimbulkan kelembaban atau menimbulkan panas

(43)

commit to user b. Dinding.

Dinding adalah bidang datar yang vertikal yang membentuk

ruang-ruang di dalam bangunan, sebagai suatu unsur desain bidang

dinding dapat bersatu dengan lantai dan langit-langit. Jadi dinding

sebagai penghubung yang mempersatukan langit-langit dan lantai

sehingga membentuk sebuah ruang. Dinding pada suatu bangunan

dapat sebagai dinding struktur dapat pula sebagai pembatas saja, hal

ini tergantung dari sistem struktur yang dipakai dalam

perencanaannya.

Secara struktur dinding dibedakan menjadi :

1) Dinding struktur (bearing wall) : merupakan dinding yang

mendukung sruktur di atasnya, misalnya sebagai pendukung atau

tumpuan atap atau sebagai penumpu lantai (pada bangunan

bertingkat).

2) Dinding non struktur/partisi (non bearing wall) : pada bangunan

yang menggunakan sistem non struktur kebebasan peletakan

dinding dan permukaan pada dinding dapat diatur menurut

kehendak perencana, karena tumpuan atap terletak pada

kolom-kolom pendukung. Dinding non bearing wall terdiri dari: pasangan

batu bata, pasangan batako, multipleks, asbes, plat alumunium, dan

lain sebagainya. Beberapa dinding jenis ini, diantaranya :

(44)

commit to user

b) Fire walls, adalah dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran kobaran api.

c) Certain or Panels walls, adalah dinding yang digunakan

sebagai pengisi pada suatu konstruksi rangka baja atau beton.

d) Partition walls, adalah dinding yang digunakan sebagai

pemisah dan pembentuk ruang yang lebih kecil didalam ruang

yang besar, dibedakan menjadi :

i. Partisi permanen, yaitu sistem partisi yang dibuat untuk

membagi ruang seperti halnya dinding struktural, tetapi

tidak membutuhkan pondasi karena hanya menahan

beratnya sendiri.

ii. Partisi semi permanen, yaitu sistem partisi buatan pabrik

yang mudah dibongkar sesuai lay out.

iii. Partisi moveable, yaitu partisi yang dipakai pada hal-hal

dimana suatu ruang seringkali perlu di buka untuk

mendapatkan bentuk ruang satu lantai yang lebih luas.

Secara konstruksi ada tiga macam dinding, yaitu:

i. Dinding pemikul, ialah suatu dinding dimana dinding

tersebut menerima beban atap atau beban lantai, maka

dinding berfunsi sebagai struktur pokok.

ii. Dinding penahan, ialah suatu dinding yang menahan

gaya-gaya horizontal. Biasanya dibuat untuk menjaga

(45)

commit to user

iii. Dinding pengisi, ialah suatu dinding yang fungsinya

mengisi bagian-bagian di antara struktur pokok.

Dalam merencanakan dinding perlu diperhatikan beberapa hal yaitu :

1) Fungsi dinding.

Fungsi dinding ialah sebagai pemikul beban di atasnya, sebagai

penutup dan pembatas ruang, baik visual maupun akustik.

2) Sifat dinding.

Dinding dapat menentukan sifat tertentu sesuai dengan fungsinya.

Misalnya dinding yang bersifat permanen maupun semi permanen

(dapat berubah-ubah).

3) Karakter dinding.

Dinding dapat membentuk karakter ruang, yaitu dengan pemilihan

bahan, pola maupun warna yang tepat atau sesuai dengan suasana

ruang yang ingin dicapai. Penggunaan bahan dengan tekstur dan warna

yang spesifik dapat mengungkapkan bermacam-macam ekspresi dan

karakter, misalnya keras, lunak, kesan berat, atau ringan dan

sebagainya.

4) Bahan penutup dinding.

Bahan penutup dinding ialah bahan buatan yang fungsinya sebagai

pelapis dinding dengan pemasangannya menempel pada dasar dinding.

Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai penutup dinding adalah

sebagai berikut:

(46)

commit to user

b) Kayu : papan, tripleks, bamboo, hardboard.

c) Metal : alumunium, tembaga, kuningan.

d) Glass : kaca, cermin.

e) Plastic : fiberglass, folding door, dsb.

f) Cat : bermacam – macam cat dinding.

g) Kain : batik, sastra, dsb.

Untuk menghasilkan pemasangan yang tepat, perlu

pengenalan terhadap bahan yang akan digunakan. Setiap bahan

yang berbeda mempunyai konstruksi yang berbeda pula.

Permukaan dinding memiliki pangaruh besar terhadap

pencahayaan dan atmosfer pada ruang pamer kecil. (Leslie L .

Doelle . 1993 : 42)

c. Langit-langit.

Dalam merencanakan langit-langit, perlu diperhatikan beberapa hal

yaitu :

1) Fungsi langit-langit : sebagai penutup ruang, juga dapat

dimanfaatkan untuk pengaturan udara panas, pengaturan lampu

dan elemen-elemen mekanikal.

2) Penentuan ketinggian : dengan pertimbangan fungsi langit-langit

itu sendiri, dapat juga dilakukan berdasarkan pertimbangan

proporsi dari ukuran ruang (panjang, besar, tinggi). Terlebih lagi

(47)

commit to user

3) Bentuk penyelesaian : dapat berdasarkan fungsinya, jika sebagai

ventilasi udara panas, maka bentuk lubang atau penurunan

langit-langit dapat dibentuk sesuai sebagaimana langit-langit-langit-langit itu

diselesaikan seperti bentuk-bentuk polos, rata, grid/berkotak-kotak,

garis geometrik/ lurus, berpola, sruktural.

4) Konstruksi pemasangan : perlu diperhatikan bagaimana

pemasangannya atau bagaimana menempel pada dinding, misal

dengan rangka kayu, besi, digantungkan, atau disangga. Perlu

diperhatikan juga konstruksi pemasangan bidang penutup langit –

langit.

d. System Interior.

1) Sistem Penghawaan (Thermal System) : Merupakan pengaturan

sirkulasi udara dalam ruang. Tujuan dari direncanakan

penghawaan ini adalah terwujudnya kenyamanan pengguna dengan

standar kenyamanan ruang, yaitu :

a) Temperature udara : 18o - 26o Celcius.

b) Pergerakan udara : 0,1 - 0,15 m/s.

c) Kelembaban relative : 50% - 55%.

d) Kebutuhan udara bersih : 0,85 m3/s/orang.

Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian

komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karena itu

(48)

commit to user

Beberapa faktor lain yang sering dikaitkan dengan kenyamanan

tertentu, yaitu :

a) Ras, sebenarnya tidak ditemukan bukti bahwa ras

mempengaruhi penilaian kenyamanan. Manusia mempunyai

kemampuan adaptasi terhadap iklim (aklimatisasi) dengan

baik. Normalnya orang dapat menyesuaikan diri dalam 2

minggu.

b) Jenis kelamin, perempuan pada umumnya menyukai

lingkungan yang 1o C lebih hangat daripada laki-laki.

c) Usia, orang berusia lanjut lebih suka di lingkungan yang lebih

hangat dan tidak berangin. Hal ini disebabkan metabolisme

pada orang usia lanjut cenderung menurun.

Dari beberapa hal diatas, maka dapat dibedakan jenis

penghawaan, yaitu :

i. Penghawaan Alami (Natural Ventilation) : sistem penghawaan

yang menggunakan udara alam sebagai sumber penghawaan.

Sifat penghawaan alami adalah permanen, karena udara yang

dihasilkan oleh alam tidak akan habis, sehingga

penggunaannya bisa kapan saja kita menginginkan tanpa ada

batasnya. Untuk penghawaan alami ini dapat dimanfaatkan

melalui bukaan-bukaan dan ventilasi udara yang lain, seperti

(49)

commit to user

Untuk merancang sistem penghawaan alami diperlukan

beberapa syarat, yaitu :

 Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu

dan polutan lain yang menggangu).

 Suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal 28o C.

 Tidak banyak bangunan disekitar yang akan menghalangi

aliran udara horizontal (sehingga angin menembus lancar).

 Lingkungan tidak bising.

ii. Penghawaan Buatan (Artificial Ventilation) : sistem

penghawaan yang menggunakan udara buatan. sifat dari

penghawaan buatan ini hanya sementara saja, tidak dapat

digunakan untuk selamanya. Artinya tergantung pada adanya

sumber listrik atau energi listrik yang ada, apabila energi listrik

yang digunakan itu habis atau padam maka udara buatan

tersebut tidak dapat dipergunakan. Hanya saja untuk

penggunaan penghawaan buatan ini dapat diatur atau

disesuaikan sesuai kebutuhan kita. Alat yang digunakan untuk

memperoleh penghawaan buatan itu adalah AC (air

conditional) dan kipas angin (fan).

Dari kedua alat tersebut pasti ada masa aus atau masa

dimana benda tersebut mengalami kerusakan jika sering pakai dan

terus-menerus dipergunakan. Sebagai contohnya AC (air

(50)

commit to user

dalam AC tersebut juga akan mengalami kerusakan. Karena

bagaimanapun juga semua benda ciptaan manusia itu tidak ada

yang sempurna dan kekal, pasti suatu saat akan mengalami

kerusakan.

Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang dengan

benar mempunyai banyak keuntungan. Ini terutama bila udara

alami disekitar bangunan berkualitas buruk. Beberapa keuntungan

pemakaian AC adalah sebagai berikut :

 Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur.

 Kecepatan dan arah angin mudah diatur.

 Kelembaban mudah diatur.

 Kebersihan udara dapat dijaga.

 Karena ruang AC tertutup, maka diperoleh keuntungan

sampingan yaitu kenyamanan akustik dan ketenangan.

 Serangga terbang dapat dicegah masuk ke dalam ruangan.

 AC keluaran baru dilengkapi dengan pembangkit ion negatif

(ionizier) yang dapat membunuh bakteri, jamur dan mengikat

biang bau serta memberi efek segar pada udara ruang.

Ada banyak tipe mesin AC, namun secara garis besar dapat dibagi

(51)

commit to user AC Unit (Unit AC)

Tipe AC unit ini dibagi menjadi 2 jenis paket, yaitu :

Gambar 11, Unit indoor AC split yang dipasang di dinding (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 6)

i. Tipe paket tunggal (windows type).

Pada tipe ini seluruh bagian AC ada dalam satu wadah. AC tipe ini

dipasang dengan cara meletakkan mesin langsung menembus

dinding.

ii. Tipe paket pisah.

Tipe paket pisah dikenal sebagai tipe split (split type) mempunyai

dua bagian terpisah yaitu unit dalam ruang (indoor unit) dan unit

luar (outdoor unit). Unit luar ruang berisi kipas, kompresor dan

kondensor untuk membuang panas, sedangkan unit dalam ruang

berisi evaporator dan kipas untuk mengambil panas dari udara

dalam ruangan.

Tipe terpisah ini dapat berupa tipe split tunggal (single split

type, satu unit luar ruang melayani satu unit dalam ruang) dan dapat berupa tipe split ganda (multi split type, satu unit luar ruang

melayani beberapa unit dalam ruang). Selain itu, berdasarkan

(52)

commit to user

Gambar 12, Unit indoor AC split yang dipasang didekat langit-langit (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 6)

Gambar 13, AC split type jendela (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 6)

Gambar 14, Unit indoor AC type kaset yang dipasang di langit-langit (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 6)

AC Terpusat (Central AC).

AC tipe besar yang dikendalikan secara terpusat untuk

melayani satu gedung besar, baik yang berpembagian ruang

(53)

commit to user

rumit seperti bangunan tinggi perhotelan dan perkantoran. AC

central melibatkan sistem jaringan distribusi udara (ducting) untuk

mengatur udara sejuk ke dalam ruang dan mengambil kembali

untuk diolah kembali. Lubang tempat udara dari sistem AC yang

masuk dalam ruangan disebut difuser (diffuser), sedangkan lubang

tempat udara kembali dari dalam ruangan ke jaringan disebut gril

(grill). Keuntungan dari AC terpusat yaitu mempunyai tingkat

kenyamanan yang lebih baik, karena tersedianya ruangan khusus

untuk menempatkan mesin AC.

2) Sistem Pencahayaan (Lighting System) : sistem yang digunakan untuk

menerangi bangunan maupun ruangan. Pencahayaan merupakan faktor

yang pokok dalam perencanaan suatu bangunan. Perencanaan sistem

pencahayaan ini harus disesuaikan dengan jenis bangunan / ruangan yang

akan dibuat, karena apabila sistem dari pencahayaan itu kurang baik maka

dapat membuat suasana bangunan / ruangan menjadi gelap,

remang-remang dan terang benerang. Sebagai contoh adalah sistem pencahayaan

di mall dan di cafe, di mall sistem pencahayaannya harus terang dan dapat

menerangai secara maksimal bangunan / ruangan tersebut, karena akan

mempengaruhi barang yang diperdagangkan di mall tersebut. Sedangkan

untuk dicafe mereka tidak membutuhkan suatu pencahayaan yang terang,

karena untuk suasana di cafe biasanya membutuhkan penerangan yang

agak remang-remang dan juga tidak terlalu gelap. Sehingga dari kedua

(54)

commit to user

setiap bangunan/ruangan itu tergantung atau sesuai kebutuhan dan jenis

dari bangunan itu.

Sistem pencahayaan dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

a) Pencahayaan alami (Natural Lighting) : Pencahayaan alami (natural

lighting) adalah suatu sistem pencahayaan yang menggunakan sumber

cahaya alam yaitu sinar matahari. Sifat dari sistem ini hanya

sementara, artinya hanya pada waktu matahari terbit hingga

tenggelam, jadi tidak dapat dimanfaatkan sepanjang hari. Fungsi dari

adanya sistem pencahayaan alami adalah :

 Sumber cahaya diwaktu pagi hingga petang hari.

 Menciptakan adanya cahaya pantul sebagai unsur estetik.

 Memberikan cahaya yang sangat terang diwaktu pagi hingga sore

hari.

Dari fungsi diatas dapat disimpulkan bahwa hanya pada waktu

pagi hingga sore hari saja kita dapan memperoleh pencahayaan alami

dari sinar matahari. Sehingga apabila malam telah tiba harus

menggunakan bantuan lampu atau yang disebut dengan pencahayaan

buatan. Menurut jenis pemakaiannya, sistem pencahayaan alami dibagi

menjadi 2 yaitu :

i. Sistem pencahayaan alami langsung (direct lighting) : Sistem

pencahayaan ini langsung diterima oleh tanpa ruangan tanpa

adanya suatu penghalang. Cahaya ini langsung masuk ke dalam

(55)

commit to user

lain seperti pintu, kaca-kaca hias yang terpasang di dinding sebagai

unsur estetis maupun lubang-lubang dinding yang dimaksudkan

untuk masuknya cahaya matahari.

ii. Sistem pencahayaan alami tak langsung (indirect ligthting) :

Sistem pencahayaan ini tidak langsung diterima oleh suatu ruangan

tetapi merupakan cahaya pantul yang didapat dari sinar matahari.

Sehingga sinar matahari yang datang lalu diterima oleh benda

pemantul baru benda tersebut memantulkan cahayanya kedalam

ruangan tersebut. Benda yang digunakan untuk memantulkan sinar

matahari dapat berupa kaca, cermin, aluminium maupun

benda-benda lain yang dapat memantulkan bayangan. Oleh karena itu

hasil dari pantulan sinar matahari tadi dapat diolah maupun dibuat

sebagai unsur estetis ruangan dengan melalui pemantulan tersebut.

b) Pencahayaan Buatan (artificial lighting) : merupakan sistem

pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya buatan, seperti

lampu, armature dan peralatan yang memendarkan cahaya. Sifat dari

cahaya buatan juga sementara, karena hanya dipergunakan pada waktu

malam hari saja sebagai sinar tambahan untuk menerangi suatu

ruangan / bangunan. Fungsi dari adanya sistem pencahayaan buatan ini

adalah :

 Mendukung pencahayaan dalam ruangan yang tidak terjangkau

(56)

commit to user

 Digunakan bersama dengan natural light untuk mereduksi terang

gelap sumber cahaya langit.

 Menciptakan kondisi penerangan dalam ruang menurut aktifitas

dan kebutuhan.

Dari fungsi tersebut dapat kita lihat bahwa cahaya buatan

digunakannya sesuai dengan kebutuhan dan aktifitas orang yang

berada di ruangan itu serta sebagai unsur penerang dimalam hari.

Sumber dari cahaya buatan tadi adalah berupa energi listrik yang

diubah menjadi sinar sehingga dapat menimbulkan cahaya.

Pada sistem pencahayaan untuk tiap-tiap bangunan/ruangan

itu berbeda-beda tergantung pada kebutuhan serta aktivitasnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dari

pencahayaan itu adalah kuat penerangan sumber cahaya dan

distribusi cahaya refleksi dinding dan plafon. Faktor lain yang

mempengaruhi tingkat penghitungan terhadap kualitas

pencahayaan adalah :

 Aliran Cahaya (F), adalah jumlah cahaya yang dipancarkan

sumber cahaya setiap detik.

 Intensitas Cahaya (I), adalah aliran cahaya yang diemisikan

setiap sudut ruang (pada arah tertentu) oleh sebuah sumber

cahaya.

(57)

commit to user

 Luminansi (L), adalah intensitas cahaya per cm2 dari sumber

cahaya yang terlihat atau pada bidang cahaya yang terkena.

Untuk itu ada beberapa pertimbangan dalam perencanaan suatu

penerangan pada artificial lighting , antara lain adalah :

 Distribusi cahaya.

 Kekuatan penerangan rata-rata(E) yang disarankan berdasarkan

jenis macam kegiatan, kondisi langit-langit dan dinding.

 Derajat pemerataan kekuatan penerangan mendatar.

 Perbandingan tinggi dan jarak lampu.

 Derajat kesilauan perlu diperhatikan, antara lain :

- Terang sekitar ( lantai, dinding, plafon) tidak perlu kontras

dengan bidang kerja, refleksi min 30%.

- Menghindari perletakan sumber cahaya penyebab glare.

- Menghindari sudut pantulan sumber cahaya.

(58)

commit to user

UF= Utilisation Factor/koefisien pemakaian (tabel)

Data : refleksi plafon & dinding (%), indeks keruangan, sistem

iluminasi lampu

LLF= Light Loss Factor/faktor kerugian cahaya

Kerugian cahaya dipengaruhi 2 faktor :

i. Faktor penurunan arus cahaya (depresi) lampu yang

disebabkan oleh jenis, kualitas dan perawatan lampu.

ii. faktor kebersihan lampu (0,85-0,96).

Dari sistem tersebut dapat kita lihat bahwa cahaya buatan

digunakannya sesuai dengan kebutuhan dan aktifitas orang yang

berada di ruangan itu serta sebagai unsur penerang dimalam hari.

Contoh sumber cahaya adalah :

Gambar 15, Lampu pijar (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 70)

i. Lampu Pijar (incandescent) : Lampu pijar terdiri dari tiga

pokok yaitu basis, filamen (benang pijar) dan bola lampu.

Besarnya aliran cahaya (fluks cahaya) yang dihasilkan oleh

(59)

commit to user

filamennya. Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen

meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih

pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih.

Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya

dengan melapisi bola lampu dengan maksud mendifuskan

cahaya sehingga diperoleh cahaya. Jenis lampu ini mempunyai

keuntungan dan kerugian, yaitu :

Keuntungan :

- Ukuran filamen kecil, maka sumber cahaya dapat dianggap

sebagai titik sehingga pengaturan cahaya mudah.

- Perlengkapan sangat sederhana dan dapat ditangani dengan

sederhana pula.

- Pemakaian sangat luwes dan biaya awal rendah.

- Tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban.

- Menampilkan warna-warna dengan sangat bagus.

Kerugian :

- Lumen per watt (efikasi) rendah.

- Umur pendek (750 – 1000 jam), makin rendah watt makin

pendek umurnya.

- Untuk negara tropis, panas dari lampu akan menambah

beban AC.

- Warna cenderung hangat (kemerahan), secara psikologis

(60)

commit to user Gambar 16, Lampu Flourescent (Sumber : Prasasto Satwiko, 2004 : 71)

ii. Lampu Fluorescent : Bentuk lampu ini dapat berupa tabung

(tube lamp) maupun bola. Lampu jenis ini merupakan salah

satu lampu pelepas listrik yang berisi gas air raksa bertekanan

rendah. Lampu fluorescent generasi terbaru penggunaan

listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per watt) dan

distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang cahaya)

mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi

penyimpangan warna. Jenis lampu ini mempunyai keuntungan

dan kerugian, yaitu :

Keuntungan :

- Efikasi (lumen per watt) tinggi.

- Awet (umur panjang), hingga 20.000 jam (dengan asumsi

lama penyalaan 3 jam setiap penyalaan). Makin sering

dihidup matikan, umur makin pendek.

Gambar

Gambar 1, Organisasi terpusat
Gambar 2, Organisasi linear
Gambar 3, Organisasi radial
Gambar 5, Organisasi grid
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan makalah ini untuk untuk mengetahui karakteristik kedua lukisan Van Gogh yang berjudul The Potato Eaters dan Starry Night dalam hubungan dengan aliran Impresionisme dan

Jurusan Kimia FMIPA (Kelas B) – Universitas Brawijaya Biologi S1 Fakultas Teknologi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian – Universitas Brawijaya (Kelas

- Terjadi bencana alam (katastrofi) yang tiba-tiba yang menyebabkan tumbuhan dan hewan di tempat itu mati. - Masuk bentuk kehidupan baru dari daerah lain. -

Singkat kata, kewirausahaan ekonomis, tentu saja bisa mencanangkan pen- carian profit atau untung sebagai tujuan, tetapi hal itu mesti dilakukan dengan nilai

Metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi dari sisi pemerintah daerah untuk kemudian dapat di gambarkan bagaimana proses kelembagaan dan kewenangan yang

Setelah form pencarian buku ditampilkan, user dapat menginputkan data buku (judul buku) yang ingin dicari kemudian menekan tombol search, setelah menekan tombol search, sistem

2 Saya selalu tepat waktu dalam mengumpulkan tugas ekonomi 3 Ketika guru memberikan tugas saya langsung mengerjakan 4 Saya merasa senang jika guru memberi tugas ekonomi 5

individu dan rumah tangga lebih besar (76,8%) dibandingkan peran kesenjangan ekonomi di tingkat provinsi (23,2%) terhadap kejadian kegemukan pada dewasa di Indonesia..