• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BIUS SI TOLU TALI SEBAGAI WUJUD KEARIFAN LOKAL DI DESA SIMANINDO, KECAMATAN SIMANINDO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN BIUS SI TOLU TALI SEBAGAI WUJUD KEARIFAN LOKAL DI DESA SIMANINDO, KECAMATAN SIMANINDO."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Bius Si Tolu Tali Sebagai Wujud Kearifan Lokal Di Desa

Simanindo Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh :

JUNI ANDI SINAGA NIM 309122029

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

JUNI ANDI SINAGA. NIM. 309122029. Peranan Bius Si Tolu Tali Sebagai Wujud Kearifan Lokal Di Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo,Kabupaten Samosir. Program Studi Pendidikan Antropologi,Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi tentang peranan Bius Si Tolu Tali sebagai wujud kearifan lokal di Simanindo,Kecamatan Simanindo,Kabupaten Samosir. Kearifan lokal berupa pengetahuan maupun ajeg yang dulu eksis dalam Bius Si Tolu Tali. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan paradigma kualitatif. Teknik pengumpulan yang banyak dilakukan dalam penelitian ini adalah tenik wawancara

Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem hukum dan aturan yang berlaku dalam masyarakat Batak Toba di Simanindo sebelum wilayah tersebut masuk dalam Pemerintahan Kolonial maupun Pemerintah Indonesia. Bius merupakan sebuah lembaga yang dapat dikatakan sebagai sebuah parlemen yang mengkoordinir segala bentuk penyembahan yang dilakukan masyarakat Batak Toba. Bius memiliki wilayah bawahan yang lebih kecil lagi yaitu, Horja dan Huta. Bius juga turut dalam pengaturan hukum-hukum yang mengatur masyarakat. Bius dipimpin oleh beberapa raja yang berasal dari raja-raja Horja sebagai wilayah bawahannya. Bius Si Tolu Tali sendiri memiliki 3 Horja bawahan yaitu Horja Sidauruk,Horja Turnip,Horja Sitio dan Ditambah Malau sebagai Boru bersama. Raja Horja dimanakan Raja Dapoton. Kemudian Bius juga dibantu oleh beberapa Parbaringin yang bertugas untuk mengurusi bidang religi yaitu Pande Bolon dan Guru Taun.

Bius ini memiliki satu upacara yang besar yaitu Mangase Taon yang dilakukan dengan memberi persembahan atau sesajen kepada Mula Jadi Na Bolon (Tuhan Sang Pencipta). Upacara ini bertujuan untuk menyembah tahun atau dapat dikatakan untuk menyudahi tahun yang lama dan menyambut tahun yang baru dengan pengharapan. Dalam pesta Mangase Taon ini dipotong seekor kerbau sebagai korban persembahan kepada Debata Mula Jadi Na Bolon.

Bius juga memiliki tempat untuk melakukan rapat untuk membahas segala masalah mulai dari urusan agama maupun urusan adat dan sosial. Tempat tersebut dinamakan Toguan. Toguan berada dibawah sebuah pohon besar yaitu Hariara. Toguan juga kerap digunakan sebgai sebuah pengadilan untuk mengadili orang yang bersalah. Demikianlah sistem pengaturan masyarakat Batak Toba yang dilakukan Bius sejak wilayah ini masih terisolir dan belum mengenal pemerintahan RI sekarang.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapakan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas pemberkataan dan penyertaanNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Peranan Bius Si Tolu Tali Sebagai Wujud Kearifan Lokal Di Desa Simanindo, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir”.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terimakasih bagi pihak-pihak yang telah memberikan motivasi maupun kontribusi bagi penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikanm skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulisan menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan berserta jajarannya.

2. Bapak Dr. H. Restu MS selalu Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan fasilitas dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan fasilitas dalam penyelesaian skripsi ini

4. Ibu Dra. Pupitawati,M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi yang telah memberikan fasilitas dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

6. Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd selaku Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji I, Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si selaku Dosen Penguji II dan Ibu Rosramadhana,M.Si selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini

7. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si dan Ibu Murni Eva Rumapea, M.Si yang banyak memberi masukan selama proses penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Pendidikan Antropologi yang telah memberikan segala pengetahuan dan petunjuk selama penulis kuliah di Universitas Negeri Medan.

9. Ayahanda St. Samosir Sinaga (Alm) dan kepada Ibunda Tionar Br Turnip yang telah memberikan motivasi yang tak terhitung dan segala sesuatu yang ada pada penulis. Segala doamu dan nasehatmulah yang mengantarku sampai pada saat ini. Doakan aku anakmu agar dapat menjunjung tinggi nama kalian berdua dan dapat mengharumkan nama keluarga Sinaga

10. Kakakku Reslina Sinaga,SS atas segala sesuatu yang telah engkau berikan kepadaku, kasih dan perhatian serta keringatmu yang tak terhitung sehingga mengantarku pada masa yang indah ini. Tuhan lah yang akan membalas segala jasamu terhadapku

(7)

12. Kakak-kakakku A. Sidauruk/ Hotma R Sinaga, Melti Derisna Sinaga, Lanni Sinaga dan Kepada Abangku Lamris Taruli Sinaga (Pak. Indy) atas segala yang indah yang kalian perbuat pada keluarga kita.

13. Keponakanku Indy Letare Sinaga, Rizky Aditya Sinaga serta Bereku Hans Rafarish Rogate Sidauruk dan Felix Arvael Sidauruk.

14. Adindaku Cheri Volyna Siregar (Mak Lisken) atas motivasi dan waktunya menemani penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

15. The Legend, Amang Boru dan Namboru Op. Satti Rea Bakkara/ Br. Situmorang di Reva. Terima kasih atas segala diskusi hebat kita.

16. Saudara-saudara seperjuangan “Onom Sahudon” Arjuna Bakkara (Raja Marpidong) , Gunawan Manalu (ama-ama), Fernandes Sinaga (kalonda), Fretdy Manurung (Subur), Haposan Situmorang (Sanvima). Atas kebersamaan yang telah kita lewati selama ini.

17. Teman-temanku Renata Duma Sari Sinaga, Debby Laia, Lisnawati Sijabat, Sutan Tito Simanjuntak, Juandi Naibaho, Amd, Jesika R Silalahi dan Dumastika Parhusip teman main badminton dan kepada seluruh Mahasiwa Antropologi khususnya stambuk 2009

18. Keluarga Tulang R.Turnip, SH/ Br. Sinaga (cemara) atas perhatian dan motivasinya kepada beremu ini.

19. Seluruh keluarga dari Lumban Toguan dan Turnip Dolok, Lumban Batu (oppung).

(8)

(Bg. Mike Tampubolon, Bg Fian Gultom, Bg Eri Saragih, Pak Menteri alias Bg Ricky Naibaho, Bg Tom). Nyanyian kita adalah simbol ketulusan kita dalam menjalani hidup. Gadis melayu dengan tortor batak...

Serta kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan Bapak/Ibu/Sdra/i dan diberikan segala penyertaanNya.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini belum begitu sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2013

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Perumusan Masalah ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 5

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KERANGKA KONSEPTUAL KERANGKA TEORI DAN KERANGKA BEPIKIR ... 7

2.1. Kajian Konseptual ... 7

2.1.1. Masyarakat dan Kebudayaan ... 7

(10)

2.2.4. Religi ... 22

2.3. Kerangka Berpikir ... 25

BAB II METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.2.1. Studi Dokumentasi ... 28

3.2.2. Observasi... 28

3.2.3. Wawancara ... 29

3.3. Teknik Analisis ... 29

3.3.1. Mengelompokkan Data ... 29

3.3.2. Menginterpretasikan Data ... 30

3.3.3. Menganalisis Data ... 30

3.3.4. Membuat Kesimpulan ... 30

BAB III PEMBAHASAN ... 31

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 31

4.1.1. Keadaan Geografis ... 31

4.1.2. Keadaan Demografis Desa Simanindo ... 34

4.1.3. Keadaan Geografis ... 34

4.1.3.1. Jumlah Penduduk ... 34

(11)

4.1.3.3. Pendidikan ... 35

4.1.3.4. Sarana dan Prasaran ... 36

4.1.3.5. Sistem Religi ... 36

4.1.3.6. Sistem Sosial Budaya ... 36

4.2. Hasil Penelitian ... 38

4.2.1. Sejarah marga Si Tolu Tali ... 38

4.2.1.1. Marga Sidauruk di Simanindo... 39

4.1.1.2. Marga Turnip di Simanindo ... 40

4.2.1.3. Marga Sitio di Simanindo ... 41

4.2.2. Sejarah Bius Si Tolu Tali ... 43

4.2.3. Daerah kekuasaan Bius Si Tolu Tali ... 45

4.2.4. Hukum-hukum dalam Bius Si Tali ... 47

4.2.3.1. Onan Na Marpatik ... 47

4.2.3.2. Campur tangan Bius dalam Adat ... 49

4.2.3.3. Pembagian Lahan Pengembalaan Ternak ... 50

4.2.5. Upacara-upacara Bius ... 50

4.2.6. Punahnya Bius Si Tolu Tali ... 53

4.2.7. Peninggalan Bius Si Tali sebagai kearifan Lokal ... 55

4.2.8. Pengaruh Peralihan Kekuasaan ... 58

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61 5.1. Kesimpulan ... 61 5.2. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Luas wilayah dan jumlah penduduk desa di Kecamatan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Bius Si Tolu Tali dari jarak dekat...46

Gambar 2. Denah lokasi kekuasaan Bius Si Tolu Tali dengan menampakkan kecamatan lain...46

Gambar 3. Lokasi salah satu onan Bius Si Tolu Tali...48

Gambar 4 Gerbang masuk Huta Bolon yang menjadi Pusat Kenegerian Simaindo...54

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur adalah sebuah tugas mulia yang harus kita emban sebagai generasi penerus. Keterpurukan dan kepunahan warisan budaya leluhur adalah sebuah simbol kegagalan kita dalam melestarikan budaya tersebut. Namun kadangkala memang adakalanya kita terbuai dalam sebuah harmonisasi modernisasi yang saat ini melanda. Kemudahan dan tingkat kesimpelan hidup yang ditawarkan saat ini membuat kita menjadi seakan lupa dengan identitas asli kita. Hal ini juga bisa terjadi karena kita tidak mampu memadukan antara budaya tradisional dengan budaya yang lahir dimasa belakangan ini. Banyak nilai-nilai tradisional yang dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup dalam menghadapi tantangan globalisasi saat ini.

Bius merupakan sebuah organisasi masyarakat yang berasal dan diterapkan di Tanah Batak pada jaman dulu. Bius didirikan oleh beberapa kelompok marga dalam satu wilayah tertentu. Organisasi ini memiliki konsep dan hukum yang mampu mengakomodir kebutuhan masyarkat dalam segala bidang, baik pada bidang religi,ekonomi dan sosial. Menurut T.G Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

(16)

sitolu Tali dipimpin oleh 3 Raja Dapoton yang berasal dari Raja-raja kelompok marga yang termasuk dalam anggota paguyuban ini atau yang dinamakan Raja Horja.

Dalam organisasi Bius ini terdapat sebuah upacara yang mereka lakukan sekali dalam setahun, upacara tersebut dinamakan Mangase Taon atau Mamele Taon. Upacara ini dilakukan dengan cara memberi persembahan kepada roh leluhur sebagai permohonan dan doa kepada Mula Jadi Na Bolon ( Tuhan Sang Pencipta) agar hasil panen dan kehidupan yang harmonis tercipta di lingkungan masyarakat. Pada saat upacara ini dilakukan seekor kerbau akan disembelih sebagai kurban yang dinamakan Horbo Bius (Kerbau yang dijadikan kurban). Segala tali perselisihan juga harus dihapuskan pada saat itu juga. Upacara ini dipimpin Oleh Parbaringin. Parbaringin adalah tokoh dalam Bius yang bertugas dan memiliki kewenangan dalam segala aspek penyembahan ( kepercayaan).

Namun saat ini bius sitolu tali itu sudah punah oleh jaman yang berkembang. Setelah Belanda masuk ketanah batak sekitar tahun 1800. Belanda pun mengganti sistem bius tersebut dengan sistem yang disebut Kenegerian. Hal ini akan kita bahas lebih lanjut pada bab berikutnya. Jadi saat ini yang tersisa di simanindo adalah situs-situs peninggalan bius tersebut berupa Partukkoan (Tempat rapat yang biasanya dibuat di bawah sebuah pohon besar) yang sering digunakan sebgai tempat musyawarah oleh para raja bius, kemudian Parbiusan yakni sebuah tempat yang dijadikan oleh masyarakat untuk melakukan upacara Mangase Taon. Namun dibalik semua itu tujuan Bius ini dibentuk adalah agar tercapai tujuan hidup yang selalu diidam-idamkan oleh hampir semua orang Batak yaitu Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon ( Kekayaan, Berketurunan, Kehormatan)

(17)

kelestarian budaya Batak Toba di Simanindo. Kemudian nilai-nilai seperti pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat merupakan suatu nilai yang sangat baik diterapkan dalam sistem pola pemerintahan saat ini khususnya pemerintah desa. Pengairan pertanian yang diusahakan dan dirawat bersama oleh masyarakat desa otonom ini juga dapat ditarik menjadi sebuah kebijakan yang dapat memajukan kehidupan masyarakat desa pada saat ini.

Dalam sistem organisasi Bius, para raja yang berperan sebagai pemerintah juga turut campur dalam pelaksanaan ritual-ritual yang bersifat adat dan agama, jadi dalam hal ini pemerintah desa yang saat ini juga dapat membuat program-program yang berusaha menciptakan keharmonisan manusia dengan alam dan lingkungannya dengan turut menggalakkan ritual-ritual adat dan ritual keagamaan. Hal ini juga akan berdampak baik pada perbaikan moral dan keharmonisan yang tercipta di dalam masyarakat.

Kemudian hal yang menjadi daya tarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian Bius ini adalah penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan mengaitkan nilai-nilai kearifan lokal dengan sistem-sistem kekuasaan yang saat ini ada di Tanah Batak khususnya di desa Simanindo. Kearifan-kearifan lokal tersebut menjadi sebuah daya tari bagi penulis dimana sistem pembagian lokasi-lokasi perekonomian dan sistem pengaturan segala sistem adat dan religi yang ada dalam Bius.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun masalah-masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :

1. Sejarah berdirinya bius Si Tolu Tali

2. Struktur kekuasaan yang ada dalam Bius Si Tolu Tali

(18)

4. Hukum dan Upacara yang berlaku dalam bius Si Tolu Tali 5. Faktor-faktor yang menyebabkan punahnya Bius Si Tolu Tali 6. Kearifan lokal sebagai wujud peninggalan Bius si Tolu Tali

1.3. Perumusan masalah

Agar memudahkan penelitian ini maka penulis membuah sebuah perumusan masalah sebagai modal awal untuk melakukan penelitian ini. Adapun perumusan masalahnya adalah :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Bius sitolu tali?

2. Bagaimana struktur kekuasaan yang ada dalam Bius Si Tolu Tali?

3. Apa saja hukum-hukum dan upacara yang berlaku dalam Bius Si Tolu Tali tersebut 4. Faktor-faktor apa saja yang membuat Bius Si Tolu Tali ini mengalamki kepunahan? 5. Apa saja kearifan lokal yang masih eksis sampai saat ini sebagai wujud peninggalan

Bius Si Tolu Tali 1.4. Tujuan penelitian

Berdasakan rumusan masalah diatas maka tujuan peneltian ini dilakukan adalah sebagai berikut :

(19)

2. Untuk mengetahui upacara-upacara dan hukum- hukum yang berlaku dalam Bius Sitolu tali

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi punahnya Bius Si Tolu Tali.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini akan bermanfaat untuk mengkaji bagaimana evolusi kekuasaan yang ada dalam Masyarakat Batak Toba di Simanindo

2. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah penambah wawasan dalam mengetahui keberagam suku di Indonesia Khususny untuk memahami Suku Batak Toba

3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi sikap bagai para generasi muda sebagai calon-calon pemimpin.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Bius Si Tolu Tali merupakan sebuah lembaga yang diciptakan masyarakat di desa Simanindo yang bertujuan untuk mengatur segala kebutuhan masyarakat baik dalam hal keamanan, sosial maupun adat. Bius ini selama beberapa tahun telah mampu menjadi sebuah lembaga yang efisien untuk mengatur kehidupan masyarakat Simanindo. Pengaturan masalah aturan dalam pasar dan pemujaan dilakukan dengan baik dengan menyembelih kerbau atau sapi sebagai simbol persembahan kepada arwah para leluhur mereka.

Jika kita golongkan ke dalam jenis bius yang dibuat oleh Sitor Situmorang pada Bab I maka Bius Si Tolu Tali dapat digolongkan sebagai sebuah Bius Tua dan Lengkap. Hal ini dikarenakan dalam Bius Si Tolu Tali memiliki kelengkapan komponen-komponen yang menjalankkan roda pemerintahan Bius. Bius ini memiliki 3 Raja Dapoton dan dibantu oleh beberapa Parbaringin (Guru Taun dan Pande Bolon) yang secara bersama-sama menjadi pemimpin Bius. Tidak seperti pada Bius berkembang yang hanya kadang hanya dijalankan oleh satu orang pemimpin saja, sehingga lebih condong seperti Jaihutan (sebuah bentuk pemerintahan absolut).

Kemudian bius ini juga memiliki aturan-aturan yang lengkap dan upacara yang sering dilakukan sebagai sebuah simbol penyembahan yang dilakukan secara bersama oleh seluruh masyarakat Bius. Bius Si Tolu Tali juga bisa dikatakan hanya sebagai kelompok pemujaan karena memang kegiatan mereka rata-rata dilakukan berhubungan dengan aktifitas magic. Seperti jika akan melakukan kegiatan pertanian mereka akan melalukan upacara Tait Bauta untuk memohon berkat dan meramalkan hari yang baik untuk bertanam.

(21)

melakukan pelanggaran, seperti denda dan sampai pada hukuman mati. Toguan yang meruapakan sebuah tempat yang dijadikan sebagai sejenis kantor atau ruang sidang merupakan bukti bahwa Bius juga merupakan lembaga hukum yang lengkap. Aturan yang ketat dalam onan juga merupakan bukti bahwa bius juga menjamin kenyamanan dan kesejahteraan masyarakatnya dengan memberlakukan larangan menagih utang di onan.

Selanjutnya segala bentuk penyembahan yang berorientasi bagi kemakmuran rakyat dibidang pangan juga merupakan sebuah usaha untuk mempertahankan ekonomi masyarakat yang baik. Peramalan cuaca yang baik untuk bertanam merupakan usaha ynag dilakukan agar masyarakat tetap tercukupi ekonominya adalam bentuk pangan.

5.2. Saran

Sejak Puluhan tahun lalu bius telah lenyap oleh karena segala perubahan yang datang ke Tanah Batak khususnya Simanindo. Namun ada baiknya sebagai generasi masa sekarang kita mampu menyadur kebiasaan-kebiasan leluhur kita sebagai literatur dalam bertindak masa kini. Peneliti berharap atau menyarankan kepada peneliti selanjutnya agar lebih mengorek lagi tentang bius khususnya Bius Si Tolu Tali agar bius ini lebih terangkat lagi ke permukaan. Hal ini akan berpenbgaruh terhadap pola kehidupan masyarakat saat ini.

(22)
(23)

DAFTAR PUSTAKA

Balandier, George, 1986 . Antropologi Politik. CV. Rajawali. Jakarta Gobyah.2003. Pengenalan Keraifan Lokal Indonesia. Rineka Cipta: Jakarta Djajasudarma. 2006.Metode Penelitian Sosial. Rineka Cipta: Bandung Horton, Paul B Dkk. 1999. Sosiologi. P.T Erlangga. Jakarta

Keraf, Goris. 2011. Simbol Keraifan Lokal. Rineka Cipta. Jakarta

Kisia dkk. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Bali. Pelita Bangsa: Denpasar Koentjaraningrat, 2005. Pengantar Antropologi. PT. Rineka Cipta. Jakarta

1961. Metode-metode dalam Penyelidikan Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta

1963. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Universitas Indonesia: Jakarta

1969. Pengantar Ilmu Antropologi. Universitas Indonesia: Jakarta

1987. Sejarah Teori Antropologi I. UI-Press: Jakarta

Kruyt.AC.1906. Het Animisme Der Indonesier. Utrect University :Utrect Kusty.Karl.1964.The Structur Of People.JB.Lippincont,Publisher

Moleong.Lexy J.2002.Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya: Bandung

(24)

Pals, Daniel L.2001. Seven Theories of Religion. Qalam. Yogyakarta

Raja Marpodang, DJ Gultom, 1992. Dalihan Na Tolu Nilai Budaya Suku Batak. CV. Armanda. Medan

Ridwan.NA (2007). “Landasan Kearifan Lokal” Jurnal Studi Islam dan Budaya. Vol 5 27-35. Jakarta

Simanjuntak, B.A, 2009. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta

2006.Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945.Yayasan Obor Indonesia: Jakarta

Situmorang, Sitor, 2009. TOBA NA SAE. Komunitas Bambu. Jakarta

Soekanto, Soerjono, 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

, 1983. Struktur Masyarakat. CV. Rajawali. Jakarta Sunarto, Kamanto.1992.Pengantar Sosiologi. LPFE_UI: Jakarta

Weber, Max.1946.The Birocratic.Oxford University Pres: New York http://www.kompasiana.com (Diakses pada tanggal 10 April 2013 pukul 08 :15)

http://toguturnip.wordpress.com (Diakses pada tanggal10 April 2013 pukul 08 :17)

(25)

Daftar Informan

1. R.Turnip. SH

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Pensiunan PNS Alamat : Medan

2. Op. Andre Br Malau Umur : 87 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Lumban Batu, Simanindo 3. J. Malau

Umur : 68 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Lumban Toguan, Simanindo 4. Op. Indy Br. Turnip

Umur : 61 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Lumban Toguan, Simanindo 5. JM. Turnip

Umur : 67 Tahun Pekerjaan : Pensiunan Guru

(26)

6. Op. Willy Turnip

Umur : 65 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Turnip Dolok, Simanindo

7. Ny.Baginda Sidauruk/Br.Hutagalung (Menantu Kepala Negeri Simanindo) Umur : 80 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Bata Jaya, Huta Bolon Simanindo 8. Pa. Edon Sitio

Umur : 68 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Sirpang Tolu, Simanindo 9. M.Sitio

Umur : 60 Tahun Pekerjaan : Bertani

Alamat : Urung Sitio, Simanindo 10. Op. Satti Rea Bakkara (TG.Bakkara)

Umur : 75 Tahun Pekerjaan : Bertani

Gambar

GAMBAR PENELITIAN
Tabel 1 : Luas wilayah dan jumlah penduduk desa di Kecamatan
Gambar 1. Lokasi Bius Si Tolu Tali dari jarak dekat.................................................46

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, kesimpulan dari pengakuan nasab anak menurut Hukum Islam maupun Hukum Positif dalam menetapkan asal-usul anak yang tidak diketahui nasabnya mempunyai

Tipe-tipe vegetasi yang ada pada setiap petak di Hutan Wanagama I merupakan gambaran dari tipe-tipe habitat bagi Rusa Timor.. Hutan Wanagama I terdiri dari beberapa

Penampang sudetan alternatif 2 lebih murah dan efektif untuk mengalirkan debit saat terjadi banjir dari pada alternatif 1, dikarenakan penampang sudetan alternatif 2

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis masalah dengan bantuan diagram Vee pada kelas eksperimen memiliki perbedaan

Dari bulan Oktober sampai November 2015 Efisiensi Performa Mesin ACM turun sebesar 5,33 % , hal ini disebabkan karena pada bulan November jumlah produksi asbak pada bulan

Meskipun di antara motif ukir rumah gadang tersebut adalah variasi dari ragam hias yang telah ada, tetapi masing-masing motif memilliki makna filosofis yang dalam bagi

Berdasarkan hasil penelitian diketahui gambaran nyata bahwa variabel prediktor yang diteliti, yakni Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, Budaya Organisasi dan

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, diajukan saran sebagai berikut : untuk meningkatkan pemahaman terhadap adanya pluralitas agam yang terdapat di Indonesia, maka