PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI
DAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NURHASANAH MEDAN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
TUA HALOMOAN HARAHAP
NIM : 081188730044
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
TUA HALOMOAN HARAHAP. Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa), (2) meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa, (3) meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan (4) meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Pendekatan yang diterapkan dalam proses adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL) pada pembelajaran matematika dengan materi geometri. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-2 SMP Swasta Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 32 orang yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa perempuan berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi untuk mengukur aktivitas belajar, tes untuk mengukur kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, dan angket untuk mengukur respon positif siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 65,63% pada siklus I dan sebesar 87,50% pada siklus II, (2) terjadi peningkatan kemampuan representasi matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 75,00% pada siklus I dan sebesar 93,75% pada siklus II, (3) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata persentase sebesar 80,72% pada siklus I dan sebesar 87,86% pada siklus II, dan (4) terjadi peningkatan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL) dengan rata-rata sebesar 3,33 pada siklus I dengan kriteria baik dan rata-rata sebesar 3,56 pada siklus I dengan kriteria sangat baik.
Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL. Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
ABSTRACT
TUA HALOMOAN HARAHAP. Application of Contextual Teaching and Learning Ability To Improve Math Connections and Representation Grade VII-2 Junior Nurhasanah Field Academic Year 2012/2013.
This study aims to: (1) improve the ability to connect mathematics students), (2) increase the representation of students' mathematics skills, (3) improving student learning activities, and (4) increase the positive response of students towards learning mathematics. The approach adopted in the process is the approach or Contextual Teaching and Learning (CTL) on the learning of mathematics with material geometry. Subjects were students of class VII-2 junior field Nurhasanah Private Academic Year 2012/2013 a total of 32 people consisting of male students numbered 13 people and women students numbered 19 people. The data was collected by observation to measure the activity of learning, a test to measure the ability of connections and representations of mathematics students, and questionnaires to measure the positive response of students in learning mathematics. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that: (1) an increase in the ability to connect mathematics students with an average percentage of 65.63% classical in the first cycle and by 87.50% in the second cycle, (2) an increase in the ability of mathematical representations students with an average percentage of 75.00% classical in the first cycle and by 93.75% in the second cycle, (3) an increase in student learning activities with an average percentage of 80.72% in the first cycle and at 87, 86% in the second cycle, and (4) an increase in positive responses to the students' mathematics learning approach or Contextual Teaching and Learning (CTL) with an average of 3.33 in the first cycle with both criteria and an average of 3, 56 in the first cycle with the criteria very well.
Study by appliying of contextual teaching and learning can be made one of the effective study alternative in improving ability of and connection of refresentation student mathematic. However at early study of teacher will find difficulties in preparing child to process study by applying approach of contextual teaching and learning, diffiicul study accept change of study they which have accept during the time with study of konstruktivisme by appliying approach of contextual teaching and learning.Therefore proces study by appliying of contextual teaching and learning done teacher accustom study with study entagling student activityso that student will accustomed comunication either through oral.
Keywords: Ability Connection, Student Mathematics Ability Representation and
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis
yang berjudul Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan
Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP
Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013
Penulisan Tesis ini merupakan tugas akhir pada Program Pendidikan Pasca
Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan Tesis ini, penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat
kekurangan yang dikarenakan dari keterbatasan penulis. Tesis ini tidak mungkin
selesai tanpa adanya dukungan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil yang memang sangat dibutuhkan oleh penulis. Untuk
itu dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai
Dosen Penguji pertama yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan
dan masukan bagi penulis sehingga Tesis ini bisa selesai.
4. Bapak Prof. H. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.S, Ph.D, selaku dosen
pembimbing pertama yang telah memberikan arahan dan bimbingan dan
masukan sehingga Tesis ini selesai.
5. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dan masukan sehingga Tesis ini
selesai.
6. Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, selaku Dosen Penguji kedua dan Bapak
banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan bagi penulis sehingga
Tesis ini bisa selesai.
7. Teristimewa untuk kedua orangtua (Raya Bangunan Harahap, B.A dan Hj.
Garaheran Daulay) yang selaku menyertai penulis dan memberikan motivasi
dan doa selama penyelesaian tesis ini, dan kiranya Allah SWT selalu menjaga
dan melindungi mereka.
8. Terimakasih juga untuk kakakku Asnidawati Harahap/Azri Ahda Nasution,
S.IP, abangku Ahmad Noor Harianto Harahap, S.P, S.Pd / dr. Tenti Julianti
Siregar, kakakku Fitri Rahmawati Harahap, S.Pd/Irfansyah Pane, S.Pd,
kakakku Afridawati Harahap, AMkeb/Rizal Syahputra dan seluruh keluarga
yang telah memberikan dukungan penuh selama penyusunan tesis ini.
9. Dan tak lupa pula penulis ingin mengucapakan terima kasih untuk dukungan
yang tak pernah henti dari adik Dian Novianti Sitompul, S.Pd, M.Si semoga
dengan selesainya tesis ini bisa menjadi awal untuk kita bersama, amin ya
rabbalalamin.
10. Dan untuk keponakan Juan Nst, Rizki Nst, Habib Nst, Nisa Nst, Khairul Nst,
Farhan Hrp, Hafiz Hrp, Afifah Pane, Alya Pane, Syaqila Siagian, Talitha
Siagian.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa isi maupun cara penyajian tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan, segala kesalahan dan kekurangan adalah tanggung
jawab penulis. Semoga tesis yang sederhana dapat memberikan manfaat bagi
penulis dan para pembaca dan semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua.
Medan, April 2013
Penulis,
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ... 83
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 84
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 102
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 118
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 123
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 124
5.2 Implikasi ... 124
5.3 Saran ... 125
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri ... 6
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika ... 69
Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 70
Tabel 3.3 Observasi Aktivitasi Guru ... 71
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 72
Tabel 3.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 74
Tabel 4.1 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Tabel 4.2 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Tabel 4.3 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematika Tabel 4.4 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematika Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siklus I ... 90
Tabel 4.6 Hasil Kemampuan Reprentasi Matematika Siklus I ... 91
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 93
Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 96
Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa Siklus I ... 98
Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siklus II ... 108
Tabel 4.11 Hasil Kemampuan Reprentasi Matematika Siklus II ... 108
Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 111
Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 112
Tabel 4.14 Hasil Angket Respon Siswa Siklus II ... 114
Siswa Siklus I ... 81
Siswa Siklus II ... 82
Siswa Siklus I ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 65
Gambar 4.1 Diagram Histogram Hasil Ketuntasan Kemampuan Koneksi dan Gambar 4.2 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 94
Gambar 4.3 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 97
Gambar 4.4 Diagram Histogram Hasil Ketuntasan Kemampuan Koneksi dan Gambar 4.5 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 111
Gambar 4.6 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 113
Representasi Matematika Siswa Siklus I ... . 92
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) Siklus I ... 131
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) Siklus I ... 135
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3) Siklus II ... 139
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 4) Siklus II ... 143
Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa - 1 ... 147
Lembar Aktivitas Siswa - 2 ... 154
Lembar Aktivitas Siswa - 3 ... 161
Lembar Aktivitas Siswa - 4 ... 167
Lampiran 3 Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Siklus I ... 173
Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Siklus II ... 176
Lampiran 4 Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa Siklus I ... 179
Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa Siklus II ... 182
Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 185
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 188
Lampiran 6 Lembar Angket Respon Siswa ... 190
Lampiran 7 Lembar Validasi RPP ... 192
Lembar Validasi LKS ... 194
Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Guru ... 196
Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa ... 198
Lampiran 8 Validitas Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 200
Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika ... 262
Lampiran 10 Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematika ... 264
Lampiran 11 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ... 266
Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 270
Lampiran 12 Hasil Angket Respon Siswa ... 274
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep dan prinsip
matematika banyak digunakan dan diperlukan, baik sebagai alat bantu dalam
penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pembangunan matematika
itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Hudoyo (2003:23), bahwa matematika
bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang
bermanfaat untuk sebagian umat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkataan
lain, matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, yang
utama sains dan teknologi. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Syaban
(2009:24):
“Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini, kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan
kemampuan Daya Matematis (mathematical power).”
2
Dari sini mestinya kita sudah tahu kalau matematika itu memang penting. Sudah tidak disangsikan lagi, matematika memegang peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi
perkembangan peradaban manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu
pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan
utama sains dan teknologi adalah metematika. Sehubungan dengan hal tersebut
Sriyanto (2007:45) menyatakan bahwa:
“Penguasaan terhadap bidang studi matematika merupakan suatu
keharusan, apalagi di era persaingan global seperti saat sekarang. Sebab selain matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang begitu pesat dewasa ini, dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,
kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.”
Sementara itu, tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum di
Indonesia yang ingin dicapai adalah meningkatkan: (1) kemampuan pemecahan
masalah (problem solving), (2) kemampuan berargumentasi (reasoning), (3)
kemampuan berkomunikasi (communication), (4) kemampuan membuat koneksi
(connection), dan (5) kemampuan representasi (representation). Dengan
demikian, Daya Matematis yang dimaksudkan Syaban memiliki ekivalensi
dengan kelima kemampuan yang dituntut pada tujuan pembelajaran matematika
tersebut. Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa
sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam
3
Sriyanto (2007:34) mengatakan bahwa:“Tidak jarang matematika
dianggap momok atau hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari.
Ketika mendengar kata matematika serta merta yang muncul di pikiran identik
dengan kata sulit. ”Kemampuan matematika siswa Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Indonesia saat ini masih jauh ketinggalan dari negara-negara lain. Hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and
Science Study (TIMSS). TIMSS adalah studi Internasional tentang prestasi
matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang
diselenggarakan empat tahun sekali. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi
sejak tahun 1999, dimana pada waktu itu sebanyak 38 negara berpartisipasi
sebagai peserta, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 46 negara dan
pada tahun 2007 kembali bertambah menjadi 49 negara. Pada tahun 1999,
Indonesia berada pada peringkat 34, kemudian pada tahun 2003 turun menjadi
peringkat 35 dan pada tahun 2007 menjadi peringkat 36. Pada tahun 2007,
peringkat Indonesia jauh 16 tingkat dibawah Malaysia. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa Indonesia hanya 397 sementara rata-rata nilai seluruh negara yang
disurvei adalah 452.
Demikian juga dengan Hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Kota Medan, masih belum menggembirakan, bahkan ada beberapa siswa
berada pada level dibawah standar kelulusan. Sebagaimana dikemukakan Basri
(2010) selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, menyatakan dari 6,858
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengikuti Ujian Nasional pada
4
Medan. Hal yang sama juga terjadi pada sekolah SMP Nurhasanah Medan,
berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Nurhasanah Medan
bahwa dalam empat tahun terakhir ini tidak pernah siswa tamatannya lulus Ujian
Nasional (UN) 100%. Hal ini dikarenakan ada nilai belum tuntas pada khusunya
untuk mata pelajaran matematika. Rendahnya nilai matematika siswa harus
ditinjau dari lima aspek pembelajaran umum matematika sebagaimana yang
dirumuskan dalam National Council of Teachers of Mathematic (NCTM,
2000:53), yakni:
“Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui
pemhaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirumuskan lima tujuan umum yaitu: belajar untuk berkomunikasi, belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah, belajar untuk koneksi dan
pembentukan sikap positif terhadap matematika”.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang
namanya masalah. Salah satu masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah
enggannya siswa untuk belajar ilmu matematika. Sriyanto (2007:36) menyatakan
bahwa: “Matematika bagi kebanyakan siswa dirasakan sulit, tidak menarik,
membosankan dan segala hal yang menimbulkan persepsi negatif pada
matematika itu sendiri”. Yang pada gilirannya hasil belajar siswa dalam bidang
matematika tidak memuaskan. Kebanyakan siswa tidak senang dan malas untuk
belajar matematika. Jika memang demikian, berarti siswa belum benar-benar
paham tentang keseluruhan materi matematika yang diajarkan di tingkat SMP,
The National Council Teachers of Mathematics (dalam Purnawanto, 2008:73)
menegaskan bahwa mengaitkan antara materi pelajaran matematika dengan
5
di sekolah akan membuat siswa mampu: (1) mengenali dan menggunakan
koneksi-koneksi di antara ide-ide matematika; (2) memahami bagaimana ide-ide
matematika saling berhubungan dan menopang satu sama lain untuk
menghasilkan suatu koneksi secara keseluruhan; (3) mengenali dan menerapkan
matematika di dalam konteks di luar matematika. Sebenarnya banyak faktor yang
menyebabkan siswa tidak menyukai belajar. Sehubungan dengan hal tersebut,
De Porter (dalam Marlia, 2004:23) mengemukakan bahwa: “Salah satu penyebab
siswa tidak menyukai belajar karena adanya ketidakcocokan antara gaya belajar
siswa dengan cara mengajar guru”.
Pembelajaran matematika yang diajarkan cenderung monoton dan pada
umumnya menggunakan metode yang kurang bervariasi dan hanya berpegang
pada diktat atau paket saja. Slameto (2010:65) menyatakan bahwa: “Guru biasa
mengajar dengan metode ceramah saja sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk,
pasif, dan hanya mencatat saja”. Pada proses pembelajaran matematika masih
sering ditemui adanya dominasi guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih
bersifat pasif. Disamping itu, proses pembelajaran matematika yang ditemui pada
umumnya masih secara konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari
guru, sehingga sebagian siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti
materi pelajaran. Akibatnya penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan
tidak tuntas. Dengan demikian, hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat
memahami suatu konsep atau teori dalam pembelajaran matematika bukanlah
suatu pekerjaan mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik
6
Hasil belajar matematika siswa SMP Nurhasanah Medan sampai saat ini
masih belum memperlihatkan hasil yang baik. Sebagai contoh dapat terlihat dari
rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII SMP Nurhasanah pada materi
Geometri pada tiga tahun terakhir berdasarkan arsip guru mata pelajaran yang
tampak pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Nilai Formatif
2009/2010 2010/2011 2011/2012 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi
panjang, persegi, layang-layang, dan
belah ketupat. 5,0 5,5 6,0
Menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi, layang-layang, dan belah ketupat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
5,0 5,0 5,5
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 di atas, bahwa hasil belajar siswa masih
sangat rendah. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami dasar materi geometri
sehingga hasil yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran masih kurang
optimal. Rendahnya hasil belajar matematika siswa tidak terlepas dari peran guru
dalam mengelola pembelajaran. Menurut Marpaung (2004:67), bahwa guru
cenderung memindahkan pengetahuan yang dimiliki kepikiran siswa,
mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan secara berurut halaman
per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah.
Dalam pembelajaran matematika guru cenderung menekankan siswanya untuk
7
Sebagaimana dikemukakan oleh Solichan (2011:87), bahwa guru
matematika masih cenderung membelajarkan penyelesaian soal matematika
dengan cara menyontek dari cara yang sudah ada. Hal itu kemudian diajarkan
kembali kepada peserta didiknya dalam waktu lima menit. Padahal, seorang ahli
matematika menyelesaikan soal bisa mencapai satu hari, sebab ahli matematika
menemukan sendiri cara menjawab soal itu, sedangkan guru lebih banyak meniru
cara orang lain untuk menyelesaikan soal, sehingga lebih bersifat hapalan. Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Hasan (2011:65) yang menyatakan:
“Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia
selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau pembelajaran langsung sementara siswa mencatatnya dalam buku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi
pelajaran kepada siswa”.
Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran
matematika di sekolah, maka perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang
dapat meningkatkan koneksi dan representasi matematika siswa. Maka
pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Contextual teaching and Learning atau CTL. Dalam pembelajaran matematika,
meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa merupakan salah satu hal
yang penting. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa
dibutuhkan suatu pembelajaran yang otentik. Menurut Suparno (2008:76)
8
“Konteks pembelajaran otentik dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang dengan keterampilan dan pengetahuan yang berbeda-beda bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berarti dan melebihi
tingkat penguasaannya atau tingkat keberhasilannya”.
Hal ini sangat cocok dilakukan di dalam kelas di mana terdiri dari beragam
siswa dengan bermacam kemampuan dan keterampilan. Salah satu pendekatan
otentik yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual. Latar belakang dari
pendekatan pembelajaran kontekstual adalah prinsip yang menyatakan bahwa
belajar akan lebih bermakna apabila siswa mengalami sendiri. Munculnya
problematika ini adalah kerena rendahnya koneksi matematika siswa dalam
merepresentasikan pernyataan mereka. Representasi adalah bentuk baru sebagai
hasil translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata
(NCTM dan Ansari). Untuk mengembangkan kemampuan representasi maka
diperlukan pemahaman matematik (Mathematic Knowledge), yaitu pemahaman
terhadap konsep, prinsip, dan strategi penyelesaian. Rendahnya kemampuan
koneksi dan representasi matematika siswa juga terlihat dari kurang terampilnya
siswa dalam memunculkan ide, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi
pertanyaan atau pendapat orang lain.
Menurut Mc Coy, Baker dan Little (dalam Hutagaol, 2007:3)
mengemukakan bahwa cara terbaik membantu siswa memahami matematika
melalui representasi adalah dengan mendorong mereka untuk menemukan atau
membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan
matematik. Selanjutnya Rusefendi (dalam Hutagaol, 2007:4) mengemukakan
9
memahami objek langsung matematika yang bersifat abstrak seperti: fakta,
konsep, prinsip, dan skill.
Sabandar, dkk (dalam Hutagaol, 2007:5) mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan kemampuan representasi matematika bisa dilakukan guru melalui
proses penemuan kembali dengan menggunakan konsep matematis vertical berupa
representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model
matematika, penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisasian.
Oleh kerena itu, untuk merubah paradigma pembelajaran konvensional, guru
harus mampu memilih pendekatan, metode, model pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Dengan pemilihan pendekatan/metode yang tepat,
paradigma pembelajaran akan berubah, siswa akan menjadi subjek belajar bukan
objek belajar, guru berperan sebagai fasilitator, peran siswa sebagai pemain dan
guru sebagai sutradara sehingga siswa terlihat aktif dalam pembelajaran. Suatu
aktivitas yang dapat diterapkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan
koneksi dan representasi matematika siswa adalah dengan menerapkan
pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL). Pendekatan
pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau (CTL) adalah salah satu
bentuk pendekatan yang berorientasi kepada pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih baik jika lingkungan diciptakan sedemikian rupa agar terasa lebih alamiah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
10
Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu
guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa.
Konsep belajar ini juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Konsep belajar ini mempunyai
landasan filosofi konstruktivisme serta berpandangan bahwa belajar akan lebih
bermakna jika “anak menemukan sendiri” apa yang dipelajarinya, bukan
“mengetahuinya” dari orang lain. Dengan demikian, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa, karena proses pembelajaran berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa adalah bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL
bahwa proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil, sehingga diharapkan
siswa dapat mengalami dan memahaminya sendiri apa makna belajar, apa
manfaatnya, dan bagaimana mencapainya, sehingga siswa dapat menyadari bahwa
pembelajaran tersebut berguna bagi hidupnya nanti.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar
untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan
benar. Berdasarkan permasalah di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian
dengan judul Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk
11
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Rendahnya kemampuan koneksi dan representasi siswa dalam pembelajaran
matematika siswa terhadap pemahaman konsep, prinsip dan strategi dalam
menyelesaikan masalah.
2. Guru belum melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika
3. Siswa kurang dibiasakan menyelesaikan masalah yang bersifat kontestual dan
siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah
matematika.
4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan masih bersifat
monoton.
5. Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and
Learning atau (CTL) dalam pembelajaran matematika.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di
atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya
meneliti tentang penerapan Contextual Teaching and Learning untuk
meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematikas siswa kelas
12
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan
batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
kemampuan koneksi siswa?
2. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
represenatasi matematika siswa?
3. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
aktivitas siswa?
4. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
respon siswa?
1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, sedangkan secara lebih
khusus penelitian ini bertujua :
1. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi siswa melalui penerapan
Contextual Teaching and Learning.
2. Untuk meningkatkan kemampuan representasi siswa melalui penerapan
13
3. Untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui penerapan Contextual Teaching
and Learning.
4. Untuk meningkatkan respon siswa melalui penerapan Contextual Teaching
and Learning.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga
bagi pihak terkait diantaranya:
1. Siswa
Penerapan Contextual Teaching and Learning selama penelitian pada
dasarnya adalah untuk memberi pengalaman baru dan untuk mendorong
siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar terbiasa dan terlatih
dalam meningkatkan koneksi dan representasi matematika guna
meningkatkan hasil belajar siswa dan mengupayakan pembelajaran
matematika menjadi lebih bermakna.
2. Guru
Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika untuk
dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara
memperbaiki kelemahan dan kekurangan dan mengoptimalkan pelaksanaan
hal-hal yang dianggap baik sehingga dapat menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika untuk
14
3. Kepala Sekolah
Memberikan izin kepada setiap guru untuk mengembangkan
pendekatan-pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi
dan representasi matematika siswa pada khususnya dan hasil belajar
matematika siswa pada umumnya.
4. Peneliti
Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan koneksi
dan representasi matematika siswa, dan mengetahui aktivitas dan respon
siswa dengan menerapkan Contextual Teaching and Learning.
1.7 Defenisi Operasional
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti akan
mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:
1. Kemampuan Koneksi Matematika
Kemampuan koneksi matematika adalah keterkaitan secara internal dan
eksternal. Keterkaitan secara internal adalah keterkaitan antar konsep-konsep
matematika yang berhubungan dengan matematika itu sendiri. Sedangkan
keterkaitan secara eksternal adalah keterkaitan antara matematika dengan
kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan koneksi matematika siswa
adalah sebagai berikut: (1) menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam
model matematika, (2) menuliskan konsep matematika yang mendasari
15
2. Kemampuan Representasi Matematika
Kemampuan representasi matematika adalah kemampuan yang digunakan
siswa ketika mempelajari matematika yang dapat menggambarkan, mewakili,
ataupun melambangkan sesuatu dalam suatu cara sebagai upaya untuk
memperoleh kejelasan makna, menunjukkan pemahaman atau mencari solusi
dari masalah yang dihadapi dalam proses belajar dan representasi dapat
membantu peserta didik untuk menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan
peserta didik mendapatkan strategi pemecahan.
3. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah suatu bentuk
pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan dunia nyata yang diharapkan
mampu mengefektifkan interaksi antara guru dengan siswa, karena
didalamnya terdapat pengkaitan materi pelajaran terhadap masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, interaksi guru dan
siswa didalam kelas menjadi daya dukung yang kuat untuk membantu siswa
mempermudah proses konstruksi pengetahuan, menemukan inti dari kegiatan
pembelajaran, menggali informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari, berdiskusi didalam kelompoknya,
menirukan sesuatu dari apa yang telah dilihat, merefleksikan diri dan
akhirnya memperoleh penilaian yang pantas dari setiap proses yang
16
4. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama
proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh dua orang observer dan
diukur berdasarkan pencapaian waktu ideal yang meliputi: kehadiran siswa
dalam mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, pengembangan
ide/gagasan dari pengetahuan/pengalaman yang dimilikinya, tanya jawab atau
diskusi, menghargai pendapat siswa atau kelompok lain, kerjasama antar
siswa dalam kelompok belajar, dan melakukan refleksi terhadap setiap solusi
yang diberikan.
5. Respon Siswa
Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran
matematika yang telah diikuti dengan menerapkan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning. Semakin baik pembelajaran yang diberikan kepada
siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa maka siswa akan memberikan
respon positif terhadap pembelajaran dan sebaliknya jika pembelajaran yang
dialami siswa kurang berkesan maka siswa akan memberikan respon negatif
124
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
BAB IV, dapat diperoleh beberapa kesimpulan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan
kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini berdasarkan rata-rata
persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yakni sebesar 65,63%
pada siklus I menjadi 87,50% pada siklus II.
2. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan
kemampuan representasi matematika siswa. Hal ini berdasarkan rata-rata
persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yakni sebesar 75,00%
pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.
3. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan
aktivitas siswa dan membuat aktivitas siswa berkategori baik dalam
pembelajaran.
4. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat memberikan
respon positif bagi siswa dalam proses pembelajaran matematika.
5.2 Implikasi
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya peningkatan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon
125
positif siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Hal ini memberikan
penjelasan dan penegasan bahwa penggunaan model/pendekatan pembelajaran
tersebut, merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan
kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon
positif siswa. Dengan demikian, konsekuensinya apabila model/pendekatan
pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran matematika maka tentu akan
berakibat berkurang pula kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa,
aktivitas dan respon positif siswa. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian ini
bagi pendidikan adalah:
1. Bagi siswa, penerapan pendekatan CTL membawa dampak positif yakni
dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa,
aktivitas dan respon positif siswa dalam pembelajaran, dikarenakan
pendekatan CTL ini, siswa dituntut konsep atau prosedur yang termuat
di dalamnya dan mampu bekerja serta belajar secara maksimal dalam
kelompok yang secara langsung akan mempengaruhi hasil kemampuan
koneksi dan representasi matematika siswa.
2. Bagi guru, penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika dapat
digunakan guru sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan
representasi matematika siswa.
5.3 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
126
1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah
satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan
koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal
pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk
melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa
sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini
dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL.
Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan
menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran
dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan
terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.
2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
STAD, diperlukan bahan ajar yang menarik, untuk itu lembar aktivitas siswa
harus dirancang berdasarkan permasalahan kontekstual yang dekat dengan
keseharian siswa dan menantang siswa untuk diselesaikannya.
3. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, agar hasil
belajar dapat maksimal sebaiknya guru memperhatikan: (a) cara mengajukan
pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
(b) bagaimana agar selama menyelesaikan masalah siswa dapat memiliki rasa
percaya diri yang tinggi sehingga mereka tidak tergantung penuh pada
bantuan guru; (c) pemberian scaffolding pada siswa hanya terbatas
penghubung pengetahuan awal siswa terhadap penyelesaian masalah mereka;
127
yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa yang memiliki
kemampuan tinggi.
4. Pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, guru berperan
sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru matematika yang berkeinginan untuk
menerapkan pembelajaran ini perlu memperhatikan: (a) tersedianya bahan
ajar dalam bentuk masalah kontekstual yang mengarah pada kemampuan
yang akan dicapai; (b) diperlukan pertimbangan yang matang bagi guru
dalam memberikan bantuan kepada siswa sehingga siswa mampu mencapai
kompetensi yang diharapkan secara maksimal; dan (c) pemberian bantuan
diperlukan, jika memang dapat mendorong perkembangan potensi siswa.
5. Selain meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika
siswa, pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL juga dapat
memacu aktivitas siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan
respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu,
pembelajaran seperti ini disarankan untuk lebih dikembangkan lagi pada
topik-topik matematika dan jenjang pendidikan yang berbeda.
6. Penelitian ini hanya mengungkap peran pembelajaran matematika dengan
menerapkan pendekatan CTL dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan
representasi matematika siswa. Untuk melengkapi kajian peran pembelajaran
dengan menerapkan pendekatan CTL secara menyeluruh perlu dilakukan
penelitian lanjutan untuk melihat peran pembelajaran dengan menerapkan
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, dkk. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. (Online). Diakses 1 Agustus 2011
Agustina, L. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8 Medan Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis pada PPS UNIMED: tidak diterbitkan
Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Tugu.
Risma Sitohang. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD-S1 UNIMED. Skripsi PGSD-SI Unimed: Tidak diterbitkan
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Goldin. 2002. Representasi dalam Belajar. Bandung: Alfabeta.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hasan. 2011. Sikap dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa. Online, http://www.Hasan.com, diakses 12 Februari 2011.
Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Hutagaol. 2007. Belajar Matematika. Jakaeta: LPTK
Ismail, dkk. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: UT
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Marlia. 2004. Matematika yang Asyik. Jakarta: Rineka Cipta
Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28.
Mudzakkir, Hera S. 2006. Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” Untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Kabupaten garut. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya
Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara
National Council of Teachers Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. NCTM : Reston VA.
Nurhadi. 2003. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Grafindo Persada.
Purnawanto. 2008. Cara Belajar Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Grafindo Persada.
Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada
Nungki P. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika . Yogyakarta: Tugu
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sriyanto, HJ. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Galangperss.
Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukiono dan Wilson. 2002. Buku Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Suparno. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI
Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: UT
Syaban, M. 2009. Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa.
http://educare.e-fkipunla.net/index2
Solichan. 2011. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Syah. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. Jakarta: Erlangga
The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.
Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.