• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NURHASANAH MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NURHASANAH MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

DAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NURHASANAH MEDAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

TUA HALOMOAN HARAHAP

NIM : 081188730044

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

TUA HALOMOAN HARAHAP. Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa), (2) meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa, (3) meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan (4) meningkatkan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Pendekatan yang diterapkan dalam proses adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL) pada pembelajaran matematika dengan materi geometri. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-2 SMP Swasta Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013 sebanyak 32 orang yang terdiri dari siswa laki-laki berjumlah 13 orang dan siswa perempuan berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi untuk mengukur aktivitas belajar, tes untuk mengukur kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, dan angket untuk mengukur respon positif siswa dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 65,63% pada siklus I dan sebesar 87,50% pada siklus II, (2) terjadi peningkatan kemampuan representasi matematika siswa dengan rata-rata persentase klasikal sebesar 75,00% pada siklus I dan sebesar 93,75% pada siklus II, (3) terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan rata-rata persentase sebesar 80,72% pada siklus I dan sebesar 87,86% pada siklus II, dan (4) terjadi peningkatan respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL) dengan rata-rata sebesar 3,33 pada siklus I dengan kriteria baik dan rata-rata sebesar 3,56 pada siklus I dengan kriteria sangat baik.

Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL. Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

(7)

ABSTRACT

TUA HALOMOAN HARAHAP. Application of Contextual Teaching and Learning Ability To Improve Math Connections and Representation Grade VII-2 Junior Nurhasanah Field Academic Year 2012/2013.

This study aims to: (1) improve the ability to connect mathematics students), (2) increase the representation of students' mathematics skills, (3) improving student learning activities, and (4) increase the positive response of students towards learning mathematics. The approach adopted in the process is the approach or Contextual Teaching and Learning (CTL) on the learning of mathematics with material geometry. Subjects were students of class VII-2 junior field Nurhasanah Private Academic Year 2012/2013 a total of 32 people consisting of male students numbered 13 people and women students numbered 19 people. The data was collected by observation to measure the activity of learning, a test to measure the ability of connections and representations of mathematics students, and questionnaires to measure the positive response of students in learning mathematics. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that: (1) an increase in the ability to connect mathematics students with an average percentage of 65.63% classical in the first cycle and by 87.50% in the second cycle, (2) an increase in the ability of mathematical representations students with an average percentage of 75.00% classical in the first cycle and by 93.75% in the second cycle, (3) an increase in student learning activities with an average percentage of 80.72% in the first cycle and at 87, 86% in the second cycle, and (4) an increase in positive responses to the students' mathematics learning approach or Contextual Teaching and Learning (CTL) with an average of 3.33 in the first cycle with both criteria and an average of 3, 56 in the first cycle with the criteria very well.

Study by appliying of contextual teaching and learning can be made one of the effective study alternative in improving ability of and connection of refresentation student mathematic. However at early study of teacher will find difficulties in preparing child to process study by applying approach of contextual teaching and learning, diffiicul study accept change of study they which have accept during the time with study of konstruktivisme by appliying approach of contextual teaching and learning.Therefore proces study by appliying of contextual teaching and learning done teacher accustom study with study entagling student activityso that student will accustomed comunication either through oral.

Keywords: Ability Connection, Student Mathematics Ability Representation and

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis

yang berjudul Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan

Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Kelas VII-2 SMP

Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013

Penulisan Tesis ini merupakan tugas akhir pada Program Pendidikan Pasca

Sarjana Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat

kekurangan yang dikarenakan dari keterbatasan penulis. Tesis ini tidak mungkin

selesai tanpa adanya dukungan dari semua pihak yang telah memberikan bantuan

baik moril maupun materil yang memang sangat dibutuhkan oleh penulis. Untuk

itu dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak

Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus sebagai

Dosen Penguji pertama yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan

dan masukan bagi penulis sehingga Tesis ini bisa selesai.

4. Bapak Prof. H. Dian Armanto, M.Pd, M.A, M.S, Ph.D, selaku dosen

pembimbing pertama yang telah memberikan arahan dan bimbingan dan

masukan sehingga Tesis ini selesai.

5. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang

telah memberikan arahan dan bimbingan dan masukan sehingga Tesis ini

selesai.

6. Bapak Dr. KMS. Amin Fauzi, M.Pd, selaku Dosen Penguji kedua dan Bapak

(9)

banyak memberikan bimbingan, arahan dan masukan bagi penulis sehingga

Tesis ini bisa selesai.

7. Teristimewa untuk kedua orangtua (Raya Bangunan Harahap, B.A dan Hj.

Garaheran Daulay) yang selaku menyertai penulis dan memberikan motivasi

dan doa selama penyelesaian tesis ini, dan kiranya Allah SWT selalu menjaga

dan melindungi mereka.

8. Terimakasih juga untuk kakakku Asnidawati Harahap/Azri Ahda Nasution,

S.IP, abangku Ahmad Noor Harianto Harahap, S.P, S.Pd / dr. Tenti Julianti

Siregar, kakakku Fitri Rahmawati Harahap, S.Pd/Irfansyah Pane, S.Pd,

kakakku Afridawati Harahap, AMkeb/Rizal Syahputra dan seluruh keluarga

yang telah memberikan dukungan penuh selama penyusunan tesis ini.

9. Dan tak lupa pula penulis ingin mengucapakan terima kasih untuk dukungan

yang tak pernah henti dari adik Dian Novianti Sitompul, S.Pd, M.Si semoga

dengan selesainya tesis ini bisa menjadi awal untuk kita bersama, amin ya

rabbalalamin.

10. Dan untuk keponakan Juan Nst, Rizki Nst, Habib Nst, Nisa Nst, Khairul Nst,

Farhan Hrp, Hafiz Hrp, Afifah Pane, Alya Pane, Syaqila Siagian, Talitha

Siagian.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa isi maupun cara penyajian tesis ini

masih jauh dari kesempurnaan, segala kesalahan dan kekurangan adalah tanggung

jawab penulis. Semoga tesis yang sederhana dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan para pembaca dan semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua.

Medan, April 2013

Penulis,

(10)
(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 83

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus I ... 84

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Siklus II ... 102

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 118

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 123

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 124

5.2 Implikasi ... 124

5.3 Saran ... 125

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri ... 6

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika ... 69

Tabel 3.2 Observasi Aktivitas Siswa ... 70

Tabel 3.3 Observasi Aktivitasi Guru ... 71

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 72

Tabel 3.5 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 74

Tabel 4.1 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Tabel 4.2 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Tabel 4.3 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematika Tabel 4.4 Hasil Ujicoba Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematika Tabel 4.5 Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siklus I ... 90

Tabel 4.6 Hasil Kemampuan Reprentasi Matematika Siklus I ... 91

Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 93

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 96

Tabel 4.9 Hasil Angket Respon Siswa Siklus I ... 98

Tabel 4.10 Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siklus II ... 108

Tabel 4.11 Hasil Kemampuan Reprentasi Matematika Siklus II ... 108

Tabel 4.12 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ... 111

Tabel 4.13 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 112

Tabel 4.14 Hasil Angket Respon Siswa Siklus II ... 114

Siswa Siklus I ... 81

Siswa Siklus II ... 82

Siswa Siklus I ... 82

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 65

Gambar 4.1 Diagram Histogram Hasil Ketuntasan Kemampuan Koneksi dan Gambar 4.2 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 94

Gambar 4.3 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 97

Gambar 4.4 Diagram Histogram Hasil Ketuntasan Kemampuan Koneksi dan Gambar 4.5 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I ... 111

Gambar 4.6 Diagram Histogram Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 113

Representasi Matematika Siswa Siklus I ... . 92

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 1) Siklus I ... 131

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 2) Siklus I ... 135

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 3) Siklus II ... 139

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP 4) Siklus II ... 143

Lampiran 2 Lembar Aktivitas Siswa - 1 ... 147

Lembar Aktivitas Siswa - 2 ... 154

Lembar Aktivitas Siswa - 3 ... 161

Lembar Aktivitas Siswa - 4 ... 167

Lampiran 3 Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Siklus I ... 173

Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Siklus II ... 176

Lampiran 4 Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa Siklus I ... 179

Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa Siklus II ... 182

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 185

Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 188

Lampiran 6 Lembar Angket Respon Siswa ... 190

Lampiran 7 Lembar Validasi RPP ... 192

Lembar Validasi LKS ... 194

Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Guru ... 196

Lembar Validasi Pengamatan Aktivitas Siswa ... 198

Lampiran 8 Validitas Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 200

Lampiran 9 Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika ... 262

Lampiran 10 Hasil Tes Kemampuan Representasi Matematika ... 264

Lampiran 11 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ... 266

Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa ... 270

Lampiran 12 Hasil Angket Respon Siswa ... 274

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan suatu landasan dan kerangka perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari, konsep dan prinsip

matematika banyak digunakan dan diperlukan, baik sebagai alat bantu dalam

penerapan-penerapan bidang ilmu lain maupun dalam pembangunan matematika

itu sendiri. Hal ini dipertegas oleh Hudoyo (2003:23), bahwa matematika

bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang

bermanfaat untuk sebagian umat besar untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkataan

lain, matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, yang

utama sains dan teknologi. Sejalan dengan hal tersebut, menurut Syaban

(2009:24):

“Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi tersebut, arus informasi datang dari berbagai penjuru dunia secara cepat dan melimpah ruah. Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini, kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi, kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir rasional. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan

kemampuan Daya Matematis (mathematical power).”

(16)

2

Dari sini mestinya kita sudah tahu kalau matematika itu memang penting. Sudah tidak disangsikan lagi, matematika memegang peranan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia. Banyak yang telah disumbangkan matematika bagi

perkembangan peradaban manusia. Kemajuan sains dan teknologi yang begitu

pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Boleh dikatakan landasan

utama sains dan teknologi adalah metematika. Sehubungan dengan hal tersebut

Sriyanto (2007:45) menyatakan bahwa:

“Penguasaan terhadap bidang studi matematika merupakan suatu

keharusan, apalagi di era persaingan global seperti saat sekarang. Sebab selain matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang begitu pesat dewasa ini, dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis,

kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.”

Sementara itu, tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum di

Indonesia yang ingin dicapai adalah meningkatkan: (1) kemampuan pemecahan

masalah (problem solving), (2) kemampuan berargumentasi (reasoning), (3)

kemampuan berkomunikasi (communication), (4) kemampuan membuat koneksi

(connection), dan (5) kemampuan representasi (representation). Dengan

demikian, Daya Matematis yang dimaksudkan Syaban memiliki ekivalensi

dengan kelima kemampuan yang dituntut pada tujuan pembelajaran matematika

tersebut. Namun demikian, kita juga tidak dapat mengingkari kenyataan bahwa

sampai sekarang masih banyak orang yang mengalami kesulitan dalam

(17)

3

Sriyanto (2007:34) mengatakan bahwa:“Tidak jarang matematika

dianggap momok atau hantu yang menakutkan, yang sebisa mungkin dihindari.

Ketika mendengar kata matematika serta merta yang muncul di pikiran identik

dengan kata sulit. ”Kemampuan matematika siswa Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Indonesia saat ini masih jauh ketinggalan dari negara-negara lain. Hal ini

dapat dilihat dari hasil penelitian Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS). TIMSS adalah studi Internasional tentang prestasi

matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang

diselenggarakan empat tahun sekali. Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi

sejak tahun 1999, dimana pada waktu itu sebanyak 38 negara berpartisipasi

sebagai peserta, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 46 negara dan

pada tahun 2007 kembali bertambah menjadi 49 negara. Pada tahun 1999,

Indonesia berada pada peringkat 34, kemudian pada tahun 2003 turun menjadi

peringkat 35 dan pada tahun 2007 menjadi peringkat 36. Pada tahun 2007,

peringkat Indonesia jauh 16 tingkat dibawah Malaysia. Nilai rata-rata yang

diperoleh siswa Indonesia hanya 397 sementara rata-rata nilai seluruh negara yang

disurvei adalah 452.

Demikian juga dengan Hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama

(SMP) Kota Medan, masih belum menggembirakan, bahkan ada beberapa siswa

berada pada level dibawah standar kelulusan. Sebagaimana dikemukakan Basri

(2010) selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, menyatakan dari 6,858

siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengikuti Ujian Nasional pada

(18)

4

Medan. Hal yang sama juga terjadi pada sekolah SMP Nurhasanah Medan,

berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Nurhasanah Medan

bahwa dalam empat tahun terakhir ini tidak pernah siswa tamatannya lulus Ujian

Nasional (UN) 100%. Hal ini dikarenakan ada nilai belum tuntas pada khusunya

untuk mata pelajaran matematika. Rendahnya nilai matematika siswa harus

ditinjau dari lima aspek pembelajaran umum matematika sebagaimana yang

dirumuskan dalam National Council of Teachers of Mathematic (NCTM,

2000:53), yakni:

“Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui

pemhaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirumuskan lima tujuan umum yaitu: belajar untuk berkomunikasi, belajar untuk bernalar, belajar untuk memecahkan masalah, belajar untuk koneksi dan

pembentukan sikap positif terhadap matematika”.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang

namanya masalah. Salah satu masalah yang sedang dihadapi saat ini adalah

enggannya siswa untuk belajar ilmu matematika. Sriyanto (2007:36) menyatakan

bahwa: “Matematika bagi kebanyakan siswa dirasakan sulit, tidak menarik,

membosankan dan segala hal yang menimbulkan persepsi negatif pada

matematika itu sendiri”. Yang pada gilirannya hasil belajar siswa dalam bidang

matematika tidak memuaskan. Kebanyakan siswa tidak senang dan malas untuk

belajar matematika. Jika memang demikian, berarti siswa belum benar-benar

paham tentang keseluruhan materi matematika yang diajarkan di tingkat SMP,

The National Council Teachers of Mathematics (dalam Purnawanto, 2008:73)

menegaskan bahwa mengaitkan antara materi pelajaran matematika dengan

(19)

5

di sekolah akan membuat siswa mampu: (1) mengenali dan menggunakan

koneksi-koneksi di antara ide-ide matematika; (2) memahami bagaimana ide-ide

matematika saling berhubungan dan menopang satu sama lain untuk

menghasilkan suatu koneksi secara keseluruhan; (3) mengenali dan menerapkan

matematika di dalam konteks di luar matematika. Sebenarnya banyak faktor yang

menyebabkan siswa tidak menyukai belajar. Sehubungan dengan hal tersebut,

De Porter (dalam Marlia, 2004:23) mengemukakan bahwa: “Salah satu penyebab

siswa tidak menyukai belajar karena adanya ketidakcocokan antara gaya belajar

siswa dengan cara mengajar guru”.

Pembelajaran matematika yang diajarkan cenderung monoton dan pada

umumnya menggunakan metode yang kurang bervariasi dan hanya berpegang

pada diktat atau paket saja. Slameto (2010:65) menyatakan bahwa: “Guru biasa

mengajar dengan metode ceramah saja sehingga siswa menjadi bosan, mengantuk,

pasif, dan hanya mencatat saja”. Pada proses pembelajaran matematika masih

sering ditemui adanya dominasi guru yang mengakibatkan siswa cenderung lebih

bersifat pasif. Disamping itu, proses pembelajaran matematika yang ditemui pada

umumnya masih secara konvensional dengan hanya mendengar ceramah dari

guru, sehingga sebagian siswa menjadi cepat bosan dan malas dalam mengikuti

materi pelajaran. Akibatnya penguasaan mereka terhadap materi yang diberikan

tidak tuntas. Dengan demikian, hasil belajarnya menjadi rendah. Untuk dapat

memahami suatu konsep atau teori dalam pembelajaran matematika bukanlah

suatu pekerjaan mudah. Sehingga untuk mempelajari matematika dengan baik

(20)

6

Hasil belajar matematika siswa SMP Nurhasanah Medan sampai saat ini

masih belum memperlihatkan hasil yang baik. Sebagai contoh dapat terlihat dari

rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas VII SMP Nurhasanah pada materi

Geometri pada tiga tahun terakhir berdasarkan arsip guru mata pelajaran yang

tampak pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Nilai Formatif

2009/2010 2010/2011 2011/2012 Mengidentifikasi sifat-sifat persegi

panjang, persegi, layang-layang, dan

belah ketupat. 5,0 5,5 6,0

Menghitung keliling dan luas persegi panjang, persegi, layang-layang, dan belah ketupat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

5,0 5,0 5,5

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 di atas, bahwa hasil belajar siswa masih

sangat rendah. Hal ini dikarenakan siswa kurang memahami dasar materi geometri

sehingga hasil yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran masih kurang

optimal. Rendahnya hasil belajar matematika siswa tidak terlepas dari peran guru

dalam mengelola pembelajaran. Menurut Marpaung (2004:67), bahwa guru

cenderung memindahkan pengetahuan yang dimiliki kepikiran siswa,

mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan secara berurut halaman

per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsep-konsep atau masalah.

Dalam pembelajaran matematika guru cenderung menekankan siswanya untuk

(21)

7

Sebagaimana dikemukakan oleh Solichan (2011:87), bahwa guru

matematika masih cenderung membelajarkan penyelesaian soal matematika

dengan cara menyontek dari cara yang sudah ada. Hal itu kemudian diajarkan

kembali kepada peserta didiknya dalam waktu lima menit. Padahal, seorang ahli

matematika menyelesaikan soal bisa mencapai satu hari, sebab ahli matematika

menemukan sendiri cara menjawab soal itu, sedangkan guru lebih banyak meniru

cara orang lain untuk menyelesaikan soal, sehingga lebih bersifat hapalan. Hal

yang sama juga dikemukakan oleh Hasan (2011:65) yang menyatakan:

“Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia

selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau pembelajaran langsung sementara siswa mencatatnya dalam buku catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian fakta-fakta kepada siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum mengajar kalau tidak menjelaskan materi

pelajaran kepada siswa”.

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran

matematika di sekolah, maka perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang

dapat meningkatkan koneksi dan representasi matematika siswa. Maka

pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Contextual teaching and Learning atau CTL. Dalam pembelajaran matematika,

meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa merupakan salah satu hal

yang penting. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa

dibutuhkan suatu pembelajaran yang otentik. Menurut Suparno (2008:76)

(22)

8

“Konteks pembelajaran otentik dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang dengan keterampilan dan pengetahuan yang berbeda-beda bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berarti dan melebihi

tingkat penguasaannya atau tingkat keberhasilannya”.

Hal ini sangat cocok dilakukan di dalam kelas di mana terdiri dari beragam

siswa dengan bermacam kemampuan dan keterampilan. Salah satu pendekatan

otentik yang dimaksud adalah pendekatan kontekstual. Latar belakang dari

pendekatan pembelajaran kontekstual adalah prinsip yang menyatakan bahwa

belajar akan lebih bermakna apabila siswa mengalami sendiri. Munculnya

problematika ini adalah kerena rendahnya koneksi matematika siswa dalam

merepresentasikan pernyataan mereka. Representasi adalah bentuk baru sebagai

hasil translasi suatu diagram atau model fisik ke dalam simbol atau kata-kata

(NCTM dan Ansari). Untuk mengembangkan kemampuan representasi maka

diperlukan pemahaman matematik (Mathematic Knowledge), yaitu pemahaman

terhadap konsep, prinsip, dan strategi penyelesaian. Rendahnya kemampuan

koneksi dan representasi matematika siswa juga terlihat dari kurang terampilnya

siswa dalam memunculkan ide, mengajukan pertanyaan, dan menanggapi

pertanyaan atau pendapat orang lain.

Menurut Mc Coy, Baker dan Little (dalam Hutagaol, 2007:3)

mengemukakan bahwa cara terbaik membantu siswa memahami matematika

melalui representasi adalah dengan mendorong mereka untuk menemukan atau

membuat representasi sebagai alat berfikir dalam mengkomunikasikan gagasan

matematik. Selanjutnya Rusefendi (dalam Hutagaol, 2007:4) mengemukakan

(23)

9

memahami objek langsung matematika yang bersifat abstrak seperti: fakta,

konsep, prinsip, dan skill.

Sabandar, dkk (dalam Hutagaol, 2007:5) mengemukakan bahwa untuk

meningkatkan kemampuan representasi matematika bisa dilakukan guru melalui

proses penemuan kembali dengan menggunakan konsep matematis vertical berupa

representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model

matematika, penggunaan model-model yang berbeda dan penggeneralisasian.

Oleh kerena itu, untuk merubah paradigma pembelajaran konvensional, guru

harus mampu memilih pendekatan, metode, model pembelajaran yang sesuai

dengan kebutuhan siswa. Dengan pemilihan pendekatan/metode yang tepat,

paradigma pembelajaran akan berubah, siswa akan menjadi subjek belajar bukan

objek belajar, guru berperan sebagai fasilitator, peran siswa sebagai pemain dan

guru sebagai sutradara sehingga siswa terlihat aktif dalam pembelajaran. Suatu

aktivitas yang dapat diterapkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan

koneksi dan representasi matematika siswa adalah dengan menerapkan

pendekatan Contextual Teaching and Learning atau (CTL). Pendekatan

pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau (CTL) adalah salah satu

bentuk pendekatan yang berorientasi kepada pemikiran bahwa anak akan belajar

lebih baik jika lingkungan diciptakan sedemikian rupa agar terasa lebih alamiah.

Pendekatan pembelajaran kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar

(24)

10

Pembelajaran kontekstual atau CTL adalah konsep belajar yang membantu

guru untuk mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa.

Konsep belajar ini juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan

yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Konsep belajar ini mempunyai

landasan filosofi konstruktivisme serta berpandangan bahwa belajar akan lebih

bermakna jika “anak menemukan sendiri” apa yang dipelajarinya, bukan

“mengetahuinya” dari orang lain. Dengan demikian, hasil pembelajaran

diharapkan lebih bermakna bagi siswa, karena proses pembelajaran berlangsung

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa adalah bekerja dan mengalami, bukan

transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam pembelajaran berbasis CTL

bahwa proses pembelajaran lebih diutamakan dari pada hasil, sehingga diharapkan

siswa dapat mengalami dan memahaminya sendiri apa makna belajar, apa

manfaatnya, dan bagaimana mencapainya, sehingga siswa dapat menyadari bahwa

pembelajaran tersebut berguna bagi hidupnya nanti.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar

untuk meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan

benar. Berdasarkan permasalah di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul Penerapan Contextual Teaching and Learning Untuk

(25)

11

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasikan masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Rendahnya kemampuan koneksi dan representasi siswa dalam pembelajaran

matematika siswa terhadap pemahaman konsep, prinsip dan strategi dalam

menyelesaikan masalah.

2. Guru belum melibatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika

3. Siswa kurang dibiasakan menyelesaikan masalah yang bersifat kontestual dan

siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah

matematika.

4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariasi dan masih bersifat

monoton.

5. Guru belum menerapkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and

Learning atau (CTL) dalam pembelajaran matematika.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di

atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar lebih fokus. Peneliti hanya

meneliti tentang penerapan Contextual Teaching and Learning untuk

meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematikas siswa kelas

(26)

12

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

kemampuan koneksi siswa?

2. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

represenatasi matematika siswa?

3. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

aktivitas siswa?

4. Apakah penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

respon siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang penerapan Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan

kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, sedangkan secara lebih

khusus penelitian ini bertujua :

1. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi siswa melalui penerapan

Contextual Teaching and Learning.

2. Untuk meningkatkan kemampuan representasi siswa melalui penerapan

(27)

13

3. Untuk meningkatkan aktivitas siswa melalui penerapan Contextual Teaching

and Learning.

4. Untuk meningkatkan respon siswa melalui penerapan Contextual Teaching

and Learning.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat dan menjadi masukan berharga

bagi pihak terkait diantaranya:

1. Siswa

Penerapan Contextual Teaching and Learning selama penelitian pada

dasarnya adalah untuk memberi pengalaman baru dan untuk mendorong

siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran agar terbiasa dan terlatih

dalam meningkatkan koneksi dan representasi matematika guna

meningkatkan hasil belajar siswa dan mengupayakan pembelajaran

matematika menjadi lebih bermakna.

2. Guru

Memberi alternatif atau variasi pendekatan pembelajaran matematika untuk

dikembangkan agar menjadi lebih baik dalam pelaksanaannya dengan cara

memperbaiki kelemahan dan kekurangan dan mengoptimalkan pelaksanaan

hal-hal yang dianggap baik sehingga dapat menjadi salah satu upaya untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika untuk

(28)

14

3. Kepala Sekolah

Memberikan izin kepada setiap guru untuk mengembangkan

pendekatan-pendekatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan koneksi

dan representasi matematika siswa pada khususnya dan hasil belajar

matematika siswa pada umumnya.

4. Peneliti

Memberi gambaran atau informasi tentang peningkatan kemampuan koneksi

dan representasi matematika siswa, dan mengetahui aktivitas dan respon

siswa dengan menerapkan Contextual Teaching and Learning.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan

penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, maka peneliti akan

mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Koneksi Matematika

Kemampuan koneksi matematika adalah keterkaitan secara internal dan

eksternal. Keterkaitan secara internal adalah keterkaitan antar konsep-konsep

matematika yang berhubungan dengan matematika itu sendiri. Sedangkan

keterkaitan secara eksternal adalah keterkaitan antara matematika dengan

kehidupan sehari-hari. Indikator kemampuan koneksi matematika siswa

adalah sebagai berikut: (1) menuliskan masalah kehidupan sehari-hari dalam

model matematika, (2) menuliskan konsep matematika yang mendasari

(29)

15

2. Kemampuan Representasi Matematika

Kemampuan representasi matematika adalah kemampuan yang digunakan

siswa ketika mempelajari matematika yang dapat menggambarkan, mewakili,

ataupun melambangkan sesuatu dalam suatu cara sebagai upaya untuk

memperoleh kejelasan makna, menunjukkan pemahaman atau mencari solusi

dari masalah yang dihadapi dalam proses belajar dan representasi dapat

membantu peserta didik untuk menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan

peserta didik mendapatkan strategi pemecahan.

3. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah suatu bentuk

pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan dunia nyata yang diharapkan

mampu mengefektifkan interaksi antara guru dengan siswa, karena

didalamnya terdapat pengkaitan materi pelajaran terhadap masalah yang

terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa. Oleh karena itu, interaksi guru dan

siswa didalam kelas menjadi daya dukung yang kuat untuk membantu siswa

mempermudah proses konstruksi pengetahuan, menemukan inti dari kegiatan

pembelajaran, menggali informasi melalui pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan materi yang dipelajari, berdiskusi didalam kelompoknya,

menirukan sesuatu dari apa yang telah dilihat, merefleksikan diri dan

akhirnya memperoleh penilaian yang pantas dari setiap proses yang

(30)

16

4. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama

proses pembelajaran berlangsung yang diamati oleh dua orang observer dan

diukur berdasarkan pencapaian waktu ideal yang meliputi: kehadiran siswa

dalam mengikuti pelajaran, memperhatikan penjelasan guru, pengembangan

ide/gagasan dari pengetahuan/pengalaman yang dimilikinya, tanya jawab atau

diskusi, menghargai pendapat siswa atau kelompok lain, kerjasama antar

siswa dalam kelompok belajar, dan melakukan refleksi terhadap setiap solusi

yang diberikan.

5. Respon Siswa

Respon siswa adalah tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran

matematika yang telah diikuti dengan menerapkan pembelajaran Contextual

Teaching and Learning. Semakin baik pembelajaran yang diberikan kepada

siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa maka siswa akan memberikan

respon positif terhadap pembelajaran dan sebaliknya jika pembelajaran yang

dialami siswa kurang berkesan maka siswa akan memberikan respon negatif

(31)

124

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB IV, dapat diperoleh beberapa kesimpulan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan

kemampuan koneksi matematika siswa. Hal ini berdasarkan rata-rata

persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yakni sebesar 65,63%

pada siklus I menjadi 87,50% pada siklus II.

2. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan

kemampuan representasi matematika siswa. Hal ini berdasarkan rata-rata

persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal yakni sebesar 75,00%

pada siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.

3. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat meningkatkan

aktivitas siswa dan membuat aktivitas siswa berkategori baik dalam

pembelajaran.

4. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat memberikan

respon positif bagi siswa dalam proses pembelajaran matematika.

5.2 Implikasi

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan adanya peningkatan

kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon

(32)

125

positif siswa dengan menerapkan pendekatan CTL. Hal ini memberikan

penjelasan dan penegasan bahwa penggunaan model/pendekatan pembelajaran

tersebut, merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian untuk meningkatkan

kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa, aktivitas dan respon

positif siswa. Dengan demikian, konsekuensinya apabila model/pendekatan

pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran matematika maka tentu akan

berakibat berkurang pula kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa,

aktivitas dan respon positif siswa. Oleh karena itu implikasi hasil penelitian ini

bagi pendidikan adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pendekatan CTL membawa dampak positif yakni

dapat meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika siswa,

aktivitas dan respon positif siswa dalam pembelajaran, dikarenakan

pendekatan CTL ini, siswa dituntut konsep atau prosedur yang termuat

di dalamnya dan mampu bekerja serta belajar secara maksimal dalam

kelompok yang secara langsung akan mempengaruhi hasil kemampuan

koneksi dan representasi matematika siswa.

2. Bagi guru, penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika dapat

digunakan guru sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan

representasi matematika siswa.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

(33)

126

1. Pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL dapat dijadikan salah

satu alternatif pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan kemampuan

koneksi dan representasi matematika siswa. Akan tetapi, pada awal-awal

pembelajaran guru akan mengalami kesulitan dalam menyiapkan anak untuk

melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, siswa

sulit menerima perubahan pembelajaran yang telah mereka terima selama ini

dengan pembelajaran kontruktivisme dengan menerapkan pendekatan CTL.

Oleh karena itu, disarankan agar sebelum proses pembelajaran dengan

menerapkan pendekatan CTL dilakukan, guru membiasakan pembelajaran

dengan pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga siswa akan

terbiasa melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

2. Untuk menunjang keberhasilan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

STAD, diperlukan bahan ajar yang menarik, untuk itu lembar aktivitas siswa

harus dirancang berdasarkan permasalahan kontekstual yang dekat dengan

keseharian siswa dan menantang siswa untuk diselesaikannya.

3. Dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, agar hasil

belajar dapat maksimal sebaiknya guru memperhatikan: (a) cara mengajukan

pertanyaan atau tipe soal yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu siswa;

(b) bagaimana agar selama menyelesaikan masalah siswa dapat memiliki rasa

percaya diri yang tinggi sehingga mereka tidak tergantung penuh pada

bantuan guru; (c) pemberian scaffolding pada siswa hanya terbatas

penghubung pengetahuan awal siswa terhadap penyelesaian masalah mereka;

(34)

127

yang lain agar diskusi tidak dominan dikuasai oleh siswa yang memiliki

kemampuan tinggi.

4. Pada pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL, guru berperan

sebagai fasilitator. Oleh karena itu, guru matematika yang berkeinginan untuk

menerapkan pembelajaran ini perlu memperhatikan: (a) tersedianya bahan

ajar dalam bentuk masalah kontekstual yang mengarah pada kemampuan

yang akan dicapai; (b) diperlukan pertimbangan yang matang bagi guru

dalam memberikan bantuan kepada siswa sehingga siswa mampu mencapai

kompetensi yang diharapkan secara maksimal; dan (c) pemberian bantuan

diperlukan, jika memang dapat mendorong perkembangan potensi siswa.

5. Selain meningkatkan kemampuan koneksi dan representasi matematika

siswa, pembelajaran dengan menerapkan pendekatan CTL juga dapat

memacu aktivitas siswa dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan

respon positif siswa terhadap pembelajaran matematika. Oleh karena itu,

pembelajaran seperti ini disarankan untuk lebih dikembangkan lagi pada

topik-topik matematika dan jenjang pendidikan yang berbeda.

6. Penelitian ini hanya mengungkap peran pembelajaran matematika dengan

menerapkan pendekatan CTL dalam meningkatkan kemampuan koneksi dan

representasi matematika siswa. Untuk melengkapi kajian peran pembelajaran

dengan menerapkan pendekatan CTL secara menyeluruh perlu dilakukan

penelitian lanjutan untuk melihat peran pembelajaran dengan menerapkan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, dkk. 2008. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Penilaian Portofolio di SMPN 10 Kota Gorontalo. (Online). Diakses 1 Agustus 2011

Agustina, L. 2011. Peningkatan Aktivitas dan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8 Medan Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis pada PPS UNIMED: tidak diterbitkan

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Dahar. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Tugu.

Risma Sitohang. 2010. Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa PGSD-S1 UNIMED. Skripsi PGSD-SI Unimed: Tidak diterbitkan

Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Goldin. 2002. Representasi dalam Belajar. Bandung: Alfabeta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan. 2011. Sikap dan Kebiasaan Belajar Matematika Siswa. Online, http://www.Hasan.com, diakses 12 Februari 2011.

Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Hutagaol. 2007. Belajar Matematika. Jakaeta: LPTK

Ismail, dkk. 2006. Kapita Selekta Pembelajaran Matematika. Jakarta: UT

(36)

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Marlia. 2004. Matematika yang Asyik. Jakarta: Rineka Cipta

Marpaung, Y. 2004. Reformasi Pendidikan Matematika di Sekolah Dasar. Basis, 53(07-08): 21-28.

Mudzakkir, Hera S. 2006. Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” Untuk

Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP Kabupaten garut. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

National Council of Teachers Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. NCTM : Reston VA.

Nurhadi. 2003. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Grafindo Persada.

Purnawanto. 2008. Cara Belajar Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: Grafindo Persada.

Poerwadarminta, WJS. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada

Nungki P. 2008. Membantu Anak Belajar Matematika . Yogyakarta: Tugu

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sriyanto, HJ. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Yogyakarta: Galangperss.

(37)

Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukiono dan Wilson. 2002. Buku Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Slavin, R, E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research and Practice. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.

Suparno. 2008. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, E. dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI

Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: UT

Syaban, M. 2009. Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa.

http://educare.e-fkipunla.net/index2

Solichan. 2011. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Syah. 2004. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar. Jakarta: Erlangga

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston,VA: NCTM.

Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di Kelas. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher.

Gambar

Gambar 3.1   Alur Penelitian Tindakan Kelas  ........................................................
Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Matematika Siswa Materi Geometri

Referensi

Dokumen terkait

1) Smith Van Ness. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamic, 6th ed.. 2) Sandler. Chemical, Biochemical adn Engineering Thermodynamics,

Observasi atau studi lapangan merupakan suatu teknik pengumpulan data atau informasi melalui pengamatan baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap

Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma 4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

(4) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan dengan cara mengubah peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD sebagai dasar

for blessing and guiding the writer in completing this researcher paper: COPING WITH GUILTY FEELING IN CONFIDENCE NOVEL BY HENRY JAMES’ (2008), An Individual

Agar mahasiswa mengetahui jenis, klasifikasi, karakteristik serta koordinasi isolasi pada gardu induk. 4.1 klasifikasi dan besarnya teganagn abnomal 4.2 koordinasi isolasi 4.3

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) ada tidaknya perbedaan antara motivasi belajar kimia siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran

6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa Jika terjadi perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi, perubahan tersebut harus sesuai dengan persyaratan